SlideShare a Scribd company logo
DEFINISI
- Skar hipertrofi merupakan variasi proses penyembuhan
luka, yaitu terjadinya reaksi jaringan penyambung
dermis yang berlebihan akibat trauma, yang tumbuh
hanya terbatas pada daerah trauma semula (Burton,
1998).
- Keloid merupakan jaringan parut akibat luka atau
trauma yang berkembang berlebihan, menimbul dan
melebihi ukuran luka atau trauma yang terjadi (Sjamsoe,
2005). Keloid merupakan tumor jaringan ikat kulit yang
umumnya timbul akibat trauma dan bakat (Siregar dkk,
2005).
PATOFISIOLOGI
• Aktivitas fibroblast , komponen matriks ekstraseluler, factor pertumbuhan
, cytokine, imunologi dan mekanisme lainnya untuk menggambarkan
dasar molukuler fibrosis yang berlebihan yang menyebabkan terbentuknya
suatu keloid atau scar hipertrophi.
• Setelah terjadi trauma/luka, pada lokasi luka terjadi degranulasi platelet,
aktifasi faktor pembekuan dan komplemen, mengakibatkan pembentukan
bekuan fibrin untuk hemostasis. Bekuan ini selanjutnya berperan sebagai
rangka untuk penyembuhan luka. Degranulasi platelet menyebabkan
pelepasan dan aktifasi sitokin poten termasuk transforming growth factor-
β (TGF-β), epidermal growth factor (EGF), insulin like growth factor-1 (IGF-
1) dan platelet-derived growth factor (PDGF). Growth factor berfungsi
merekrut dan mengaktifkan sel netrofil, epitel, endotel makrofag, sel mast
dan fibroblas (Robles, 2007).
PATOFISIOLOGI
• Seiring dengan proses diatas, faktor antifibrotik juga dilepaskan, termasuk
interferon-α dan interferon-β yang diproduksi oleh leukosit dan fibroblas,
sedangkan interferon-γ diproduksi oleh limfosit T. Interferon berfungsi
menghambat sintesis kolagen dan fibronektin oleh fibroblas. Interferon
juga menghambat diferensiasi fibroblas. Maturasi skar berakhir dengan
dengan regresi stimulasi sitokin dan stimuli angiogenik, menghasilkan skar
yang hiperemis dan contracted. Scar remodelling terjadi pada 6-12 bulan
selanjutnya, dengan skar yang terbentuk mendekati 70-80% tensile
strength kulit normal. Fase inflamasi yang memanjang mengakibatkan
peningkatan aktifitas sitokin. Resiko pembentukan keloid meningkat
seiring dengan aktifitas sitokin yang berkepanjangan (Butler et al, 2008).
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
• Keloid biasanya terjadi pada individu yang memiliki predisposisi setelah
terjadinya trauma kulit. Memiliki ukuran yang melebihi bentuk awal luka
dan tidak memiliki kecenderungan regressi . Dan sering menyebabkan
keluhan yang berarti seperti : nyeri dan gatal.Sebaliknya scar hipertrophi
ukurannya tidak melebihi ukuran luka awal, dan sering mengalami regressi
spontan dan jarang mengalami rekurens setelah dilakukan eksisi.
• Manifestasi klinis keloid berupa plak atau nodul kenyal, berwarna merah
atau merah muda (sering disertai telangiektasis), biasanya gatal dan nyeri,
yang tidak dapat pulih secara spontan dan ukurannya makin lebar seiring
dengan waktu (Harting et al, 2008). Tanda karakteristik keloid adalah skar
tebal berwarna merah di area sternal. Lee dkk melaporkan bahwa dari 28
pasien keloid; 86% mengeluh gatal dan 46% mengeluh nyeri, gatal
terutama pada tepi lesi sedangkan nyeri pada bagian tengah lesi (Lee et al,
2004).
GAMBARAN KLINIS
• keloid sering terjadi pada dada, bahu, punggung atas, leher belakang dan
lobus telinga. Beberapa peneliti berpendapat bahwa keloid terjadi secara
primer pada area kulit dengan high skin tension. Peneliti lain tidak
sependapat dengan pendapat tersebut karena keloid jarang dijumpai pada
telapak tangan atau kaki, daerah dengan skin tension cukup tinggi. Selain
itu keloid juga sering terjadi pada lobus telinga, daerah dengan skin
tension minimal. Dua buah keloid di regio presternal, lokasi yang sering
terkena (Harting et al, 2008) :
GAMBARAN KLINIS
• Gambaran klinis Hipertrofik skar berupa peninggian kulit
dengan bentuk tidak teratur, berbatas tegas, berwarna
merah muda sampai keunguan, kadang hiperpigmentasi,
tampak licin dan tidak berambut, serta teraba keras. Lesi
tumbuh lambat dan jarang terjadi ulserasi dan keganasan,
kecuali pada pasca luka bakar yang lama (Assad,
1999).Hipertrofik skar cenderung mengalami regresi
spontan dalam 18 bulan, tetapi dapat kambuh pasca terapi
(Burton, 1998). Hipertrofik skar biasanya asimtomatik,
tetapi dapat juga terasa gatal dan nyeri pada saat tumbuh.
Dapat terjadi di seluruh kulit, tetapi lebih sering di daerah
predileksi, yaitu dada, punggung bagian atas, bahu, cuping
telinga, dagu, leher, dan tungkai bawah.
Perbedaan Keloid dan Hipertrofik Skar
Wolfram et al, 2009
Perbedaan Keloid dan Hipertrofik Skar
Gauglitz et al, 2011)
MANAJEMEN
- Pencegahan keloid dan scar hipertrophi merupakan strategi terapi yang terbaik.
Pasien-pasien dengan predisposisi untuk berkembangnya pembentukan scar yang
berlebihan hendaknya menghindari tindakan pembedahan yang tidak penting,
khususnya pada bagian tubuh yang beresiko tinggi untuk terjadinya keloid.
- Penanganan keloid yang paling sering digunakan dan paling sering dilaporkan
efikasinya adalah injeksi kortikosteroid intralesi, bedah eksisi, cryotherapy,
laser, radiasi dan silicone gel sheeting. Beberapa metode penanganan keloid
lain lebih jarang digunakan namun secara efikasi cukup efektif adalah:
imiquimod topikal dan antimetabolit (5-fluorouracil dan bleomisin).
- Dasar terapi Hipertrofik Skar yang digunakan ialah dengan mengkoreksi
pembentukan dan degradasi kolagen yang abnormal, memanipulasi proses
penyembuhan luka, serta menghambat respons inflamasi. Terapi JPH dapat
berupa eksisi, bedah beku, kortikosteroid topikal atau intralesi, radioterapi,
tekanan secara mekanik, gel silikon, interferon, 5-fluorourasil, laser vaskular,
serta terapi kombinasi.Terapi kombinasi yang banyak digunakan adalah terapi
bedah eksisi dengan penyuntikan kortikosteroid intralesi, radiasi, bedah beku,
laser, 5-luorourasil, dan tekanan mekanik atau bedah beku dengan
penyuntikan kortikosteroid intralesi
MANAJEMEN
Wolfram et al, 2009

More Related Content

Similar to 334652085-Ppt-Keloid.pptx

Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2
Iwan Saputra
 
Materi Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docxMateri Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docx
AnggerRizkaVirgianti
 
Present luka ari
Present luka ariPresent luka ari
Present luka ari
lakeishaathaya
 
Present luka ari
Present luka ariPresent luka ari
Present luka ari
lakeishaathaya
 
LAPSUS KELOID.pptx
LAPSUS KELOID.pptxLAPSUS KELOID.pptx
LAPSUS KELOID.pptx
AhmadAnimFatahna
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
pjj_kemenkes
 
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptxSwamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
klinikmora
 
Perawatan luka dasar
Perawatan luka dasarPerawatan luka dasar
Perawatan luka dasar
icha582186
 
Prinsip perwt kulit& luka ke 2
Prinsip perwt kulit& luka ke 2Prinsip perwt kulit& luka ke 2
Prinsip perwt kulit& luka ke 2
Army Of God
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
Taranajmia Luthfitasari
 
PPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptx
PPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptxPPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptx
PPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptx
SibranMIPutra
 
Referat.pptx
Referat.pptxReferat.pptx
Referat.pptx
hafidzqadri
 
Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...
Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...
Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...
yumn3
 
DERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptxDERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptx
AhmadRifqiRizal1
 
Refleksi kasus Tinea Corporis.pptx
Refleksi kasus Tinea Corporis.pptxRefleksi kasus Tinea Corporis.pptx
Refleksi kasus Tinea Corporis.pptx
putrianisya4
 
Infeksi Bakteri 210.pptx
Infeksi Bakteri 210.pptxInfeksi Bakteri 210.pptx
Infeksi Bakteri 210.pptx
InezTasya3
 

Similar to 334652085-Ppt-Keloid.pptx (20)

Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2
 
Materi Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docxMateri Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docx
 
Present luka ari
Present luka ariPresent luka ari
Present luka ari
 
Present luka ari
Present luka ariPresent luka ari
Present luka ari
 
LAPSUS KELOID.pptx
LAPSUS KELOID.pptxLAPSUS KELOID.pptx
LAPSUS KELOID.pptx
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
 
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptxSwamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
Swamedikasi Penyakit Kulit_Kel 1-1.pptx
 
Tumor jinak ovarium
Tumor jinak ovariumTumor jinak ovarium
Tumor jinak ovarium
 
Perawatan luka dasar
Perawatan luka dasarPerawatan luka dasar
Perawatan luka dasar
 
Luka dan penyembuhan AKPER PEMKAB MUNA
Luka dan penyembuhan  AKPER PEMKAB MUNA Luka dan penyembuhan  AKPER PEMKAB MUNA
Luka dan penyembuhan AKPER PEMKAB MUNA
 
Prinsip perwt kulit& luka ke 2
Prinsip perwt kulit& luka ke 2Prinsip perwt kulit& luka ke 2
Prinsip perwt kulit& luka ke 2
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
 
Kb 1 modul 3 kdm ii
Kb 1 modul 3 kdm iiKb 1 modul 3 kdm ii
Kb 1 modul 3 kdm ii
 
PPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptx
PPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptxPPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptx
PPT eva untuk penugasan kuliah kampus.pptx
 
Referat.pptx
Referat.pptxReferat.pptx
Referat.pptx
 
Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...
Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...
Referat_Rizqi Anisah Yumna_G992202065_Keloid dan Hipertrofik pada Daerah Dada...
 
DERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptxDERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptx
 
Luka dan penyembuhan
Luka dan penyembuhanLuka dan penyembuhan
Luka dan penyembuhan
 
Refleksi kasus Tinea Corporis.pptx
Refleksi kasus Tinea Corporis.pptxRefleksi kasus Tinea Corporis.pptx
Refleksi kasus Tinea Corporis.pptx
 
Infeksi Bakteri 210.pptx
Infeksi Bakteri 210.pptxInfeksi Bakteri 210.pptx
Infeksi Bakteri 210.pptx
 

Recently uploaded

DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 

Recently uploaded (20)

DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 

334652085-Ppt-Keloid.pptx

  • 1. DEFINISI - Skar hipertrofi merupakan variasi proses penyembuhan luka, yaitu terjadinya reaksi jaringan penyambung dermis yang berlebihan akibat trauma, yang tumbuh hanya terbatas pada daerah trauma semula (Burton, 1998). - Keloid merupakan jaringan parut akibat luka atau trauma yang berkembang berlebihan, menimbul dan melebihi ukuran luka atau trauma yang terjadi (Sjamsoe, 2005). Keloid merupakan tumor jaringan ikat kulit yang umumnya timbul akibat trauma dan bakat (Siregar dkk, 2005).
  • 2. PATOFISIOLOGI • Aktivitas fibroblast , komponen matriks ekstraseluler, factor pertumbuhan , cytokine, imunologi dan mekanisme lainnya untuk menggambarkan dasar molukuler fibrosis yang berlebihan yang menyebabkan terbentuknya suatu keloid atau scar hipertrophi. • Setelah terjadi trauma/luka, pada lokasi luka terjadi degranulasi platelet, aktifasi faktor pembekuan dan komplemen, mengakibatkan pembentukan bekuan fibrin untuk hemostasis. Bekuan ini selanjutnya berperan sebagai rangka untuk penyembuhan luka. Degranulasi platelet menyebabkan pelepasan dan aktifasi sitokin poten termasuk transforming growth factor- β (TGF-β), epidermal growth factor (EGF), insulin like growth factor-1 (IGF- 1) dan platelet-derived growth factor (PDGF). Growth factor berfungsi merekrut dan mengaktifkan sel netrofil, epitel, endotel makrofag, sel mast dan fibroblas (Robles, 2007).
  • 3. PATOFISIOLOGI • Seiring dengan proses diatas, faktor antifibrotik juga dilepaskan, termasuk interferon-α dan interferon-β yang diproduksi oleh leukosit dan fibroblas, sedangkan interferon-γ diproduksi oleh limfosit T. Interferon berfungsi menghambat sintesis kolagen dan fibronektin oleh fibroblas. Interferon juga menghambat diferensiasi fibroblas. Maturasi skar berakhir dengan dengan regresi stimulasi sitokin dan stimuli angiogenik, menghasilkan skar yang hiperemis dan contracted. Scar remodelling terjadi pada 6-12 bulan selanjutnya, dengan skar yang terbentuk mendekati 70-80% tensile strength kulit normal. Fase inflamasi yang memanjang mengakibatkan peningkatan aktifitas sitokin. Resiko pembentukan keloid meningkat seiring dengan aktifitas sitokin yang berkepanjangan (Butler et al, 2008).
  • 5. GAMBARAN KLINIS • Keloid biasanya terjadi pada individu yang memiliki predisposisi setelah terjadinya trauma kulit. Memiliki ukuran yang melebihi bentuk awal luka dan tidak memiliki kecenderungan regressi . Dan sering menyebabkan keluhan yang berarti seperti : nyeri dan gatal.Sebaliknya scar hipertrophi ukurannya tidak melebihi ukuran luka awal, dan sering mengalami regressi spontan dan jarang mengalami rekurens setelah dilakukan eksisi. • Manifestasi klinis keloid berupa plak atau nodul kenyal, berwarna merah atau merah muda (sering disertai telangiektasis), biasanya gatal dan nyeri, yang tidak dapat pulih secara spontan dan ukurannya makin lebar seiring dengan waktu (Harting et al, 2008). Tanda karakteristik keloid adalah skar tebal berwarna merah di area sternal. Lee dkk melaporkan bahwa dari 28 pasien keloid; 86% mengeluh gatal dan 46% mengeluh nyeri, gatal terutama pada tepi lesi sedangkan nyeri pada bagian tengah lesi (Lee et al, 2004).
  • 6. GAMBARAN KLINIS • keloid sering terjadi pada dada, bahu, punggung atas, leher belakang dan lobus telinga. Beberapa peneliti berpendapat bahwa keloid terjadi secara primer pada area kulit dengan high skin tension. Peneliti lain tidak sependapat dengan pendapat tersebut karena keloid jarang dijumpai pada telapak tangan atau kaki, daerah dengan skin tension cukup tinggi. Selain itu keloid juga sering terjadi pada lobus telinga, daerah dengan skin tension minimal. Dua buah keloid di regio presternal, lokasi yang sering terkena (Harting et al, 2008) :
  • 7. GAMBARAN KLINIS • Gambaran klinis Hipertrofik skar berupa peninggian kulit dengan bentuk tidak teratur, berbatas tegas, berwarna merah muda sampai keunguan, kadang hiperpigmentasi, tampak licin dan tidak berambut, serta teraba keras. Lesi tumbuh lambat dan jarang terjadi ulserasi dan keganasan, kecuali pada pasca luka bakar yang lama (Assad, 1999).Hipertrofik skar cenderung mengalami regresi spontan dalam 18 bulan, tetapi dapat kambuh pasca terapi (Burton, 1998). Hipertrofik skar biasanya asimtomatik, tetapi dapat juga terasa gatal dan nyeri pada saat tumbuh. Dapat terjadi di seluruh kulit, tetapi lebih sering di daerah predileksi, yaitu dada, punggung bagian atas, bahu, cuping telinga, dagu, leher, dan tungkai bawah.
  • 8. Perbedaan Keloid dan Hipertrofik Skar Wolfram et al, 2009
  • 9. Perbedaan Keloid dan Hipertrofik Skar Gauglitz et al, 2011)
  • 10. MANAJEMEN - Pencegahan keloid dan scar hipertrophi merupakan strategi terapi yang terbaik. Pasien-pasien dengan predisposisi untuk berkembangnya pembentukan scar yang berlebihan hendaknya menghindari tindakan pembedahan yang tidak penting, khususnya pada bagian tubuh yang beresiko tinggi untuk terjadinya keloid. - Penanganan keloid yang paling sering digunakan dan paling sering dilaporkan efikasinya adalah injeksi kortikosteroid intralesi, bedah eksisi, cryotherapy, laser, radiasi dan silicone gel sheeting. Beberapa metode penanganan keloid lain lebih jarang digunakan namun secara efikasi cukup efektif adalah: imiquimod topikal dan antimetabolit (5-fluorouracil dan bleomisin). - Dasar terapi Hipertrofik Skar yang digunakan ialah dengan mengkoreksi pembentukan dan degradasi kolagen yang abnormal, memanipulasi proses penyembuhan luka, serta menghambat respons inflamasi. Terapi JPH dapat berupa eksisi, bedah beku, kortikosteroid topikal atau intralesi, radioterapi, tekanan secara mekanik, gel silikon, interferon, 5-fluorourasil, laser vaskular, serta terapi kombinasi.Terapi kombinasi yang banyak digunakan adalah terapi bedah eksisi dengan penyuntikan kortikosteroid intralesi, radiasi, bedah beku, laser, 5-luorourasil, dan tekanan mekanik atau bedah beku dengan penyuntikan kortikosteroid intralesi