Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat yang merupakan puisi tradisional Jawa yang terdiri dari 12 jenis tembang dengan filosofi tersendiri seperti Maskumambang, Mijil, hingga Pocung."
1. Tembang Macapat merupakan genre puisi tradisional Jawa yang digunakan untuk menyampaikan filsafat, membawakan lagu, dan menulis karya sastra Jawa.
2. Terdapat penjelasan mengenai unsur-unsur pembentuk Tembang Macapat seperti guru gatra, guru wilangan, guru lagu, serta contoh-contoh tembung.
3. Dokumen ini juga menjelaskan unsur kebahasaan dan ragam sastra Temb
1. Dokumen tersebut berisi tabel daftar isi dan jenis-jenis tembang macapat beserta contohnya.
2. Ada 12 jenis tembang macapat yang dijelaskan secara singkat meliputi filosofi, unsur kebahasaan, dan contohnya.
3. Tembang macapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai budaya Jawa secara lisan dan merupakan warisan sastra tradisional Jawa.
1. Tembang Macapat merupakan genre puisi tradisional Jawa yang digunakan untuk menyampaikan filsafat, membawakan lagu, dan menulis karya sastra Jawa.
2. Terdapat penjelasan mengenai unsur-unsur pembentuk Tembang Macapat seperti guru gatra, guru wilangan, guru lagu, serta contoh-contoh tembung.
3. Dokumen ini juga menjelaskan unsur kebahasaan dan ragam sastra Temb
1. Dokumen tersebut berisi tabel daftar isi dan jenis-jenis tembang macapat beserta contohnya.
2. Ada 12 jenis tembang macapat yang dijelaskan secara singkat meliputi filosofi, unsur kebahasaan, dan contohnya.
3. Tembang macapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai budaya Jawa secara lisan dan merupakan warisan sastra tradisional Jawa.
1. Tembang Macapat memberikan gambaran tentang perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal dengan menggunakan unsur-unsur keagamaan dan budi pekerti.
2. Terdiri dari 11 bab yang melambangkan fase-fase kehidupan manusia.
3. Struktur teks Tembang Macapat terdiri dari guru gatra, wilangan, dan lagu.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, yaitu tembang tradisional Jawa yang terdiri dari beberapa babak kehidupan manusia. Dibahas pula unsur-unsur kebahasaan yang terkandung dalam Tembang Macapat seperti guru gatra, guru wilangan, guru lagu, tembung garba, tembung kawi, dasanama, sandi karsa, dan sandi asma.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, yaitu salah satu karya sastra tradisional Jawa berbentuk puisi. Terdapat penjelasan mengenai pengertian, filosofi, struktur, unsur kebahasaan, contoh-contoh Tembang Macapat seperti Maskumambang, Mijil, Sinom, dan lainnya.
Teks ini membahas tentang tembang macapat, yaitu karya sastra tradisional Jawa berupa puisi atau lagu. Terdapat 11 jenis tembang macapat yang masing-masing memiliki makna tertentu sesuai perjalanan hidup manusia. Tembang macapat digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai kepada anak-anak di masa lalu.
Tembang Macapat adalah salah satu jenis karya sastra tradisional Jawa berbentuk puisi. Tembang Macapat awalnya merupakan puisi mantra yang diubah menjadi bentuk tembang cilik yang mengandung unsur agama untuk mengajarkan norma kehidupan. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis tembang Macapat dan maknanya seperti Maskumambang, Mijil, Sinom, hingga Pocung beserta unsur-unsurn
Tembang Macapat adalah salah satu jenis puisi tradisional Jawa yang menggunakan irama dan syair khas. Terdiri dari 11 jenis dengan ciri berbeda seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu masing-masing.
Tembang Macapat adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang terdiri dari 11 jenis dengan ciri-ciri struktur gatra, wilangan, dan lagu serta menggunakan bahasa Jawa Kuno. Setiap jenisnya memiliki makna dan karakteristik tersendiri seperti Mijil untuk bayi, Kinanthi untuk remaja, dan Pocung untuk mengekspresikan humor.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, termasuk filosofi, jenis, dan unsur-unsur Tembang Macapat seperti guru gatra, wilangan, dan lagu. Dibahas pula contoh-contoh Tembang Macapat beserta makna dan filosofinya.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, sebuah kelompok tembang Jawa yang terdiri atas 11 tembang yang merepresentasikan proses kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal. Dibahas pula unsur-unsur kebasaan yang ada pada Tembang Macapat seperti tembung kawi, dasanama, dan tembung garba."
1. Dokumen ini membahas tentang filosofi, jenis, dan unsur bahasa Tembang Macapat dalam tradisi sastra Jawa.
2. Terdapat empat jenis Tembang Macapat yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, dan Kinanthi, yang masing-masing memiliki makna tersendiri sesuai dengan proses kehidupan manusia.
3. Unsur bahasa Tembang Macapat antara lain meliputi Guru Gatra, Guru Wilangan, Guru L
1. Tembang Macapat merupakan karya sastra Jawa yang terdiri dari 11 bab yang menceritakan filsafat dan ajaran hidup. Setiap bab melambangkan fase kehidupan manusia.
2. Unsur bahasa yang digunakan dalam Tembang Macapat antara lain garba (sinonim), kawi (simbol), dasa nama (nama tunggal), dan sandi karsa (tujuan).
Dokumen ini berisi ringkasan tentang Tembang Macapat. Terdiri dari delapan poin utama yaitu filosofi, ciri-ciri, jenis, unsur pembentuk, tabel unsur pembentuk, unsur bahasa, dan contoh-contoh unsur bahasa yang digunakan dalam Tembang Macapat.
1. Tembang Macapat memberikan gambaran tentang perjalanan hidup manusia dari lahir hingga meninggal dengan menggunakan unsur-unsur keagamaan dan budi pekerti.
2. Terdiri dari 11 bab yang melambangkan fase-fase kehidupan manusia.
3. Struktur teks Tembang Macapat terdiri dari guru gatra, wilangan, dan lagu.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, yaitu tembang tradisional Jawa yang terdiri dari beberapa babak kehidupan manusia. Dibahas pula unsur-unsur kebahasaan yang terkandung dalam Tembang Macapat seperti guru gatra, guru wilangan, guru lagu, tembung garba, tembung kawi, dasanama, sandi karsa, dan sandi asma.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, yaitu salah satu karya sastra tradisional Jawa berbentuk puisi. Terdapat penjelasan mengenai pengertian, filosofi, struktur, unsur kebahasaan, contoh-contoh Tembang Macapat seperti Maskumambang, Mijil, Sinom, dan lainnya.
Teks ini membahas tentang tembang macapat, yaitu karya sastra tradisional Jawa berupa puisi atau lagu. Terdapat 11 jenis tembang macapat yang masing-masing memiliki makna tertentu sesuai perjalanan hidup manusia. Tembang macapat digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai kepada anak-anak di masa lalu.
Tembang Macapat adalah salah satu jenis karya sastra tradisional Jawa berbentuk puisi. Tembang Macapat awalnya merupakan puisi mantra yang diubah menjadi bentuk tembang cilik yang mengandung unsur agama untuk mengajarkan norma kehidupan. Dokumen ini menjelaskan berbagai jenis tembang Macapat dan maknanya seperti Maskumambang, Mijil, Sinom, hingga Pocung beserta unsur-unsurn
Tembang Macapat adalah salah satu jenis puisi tradisional Jawa yang menggunakan irama dan syair khas. Terdiri dari 11 jenis dengan ciri berbeda seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu masing-masing.
Tembang Macapat adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang terdiri dari 11 jenis dengan ciri-ciri struktur gatra, wilangan, dan lagu serta menggunakan bahasa Jawa Kuno. Setiap jenisnya memiliki makna dan karakteristik tersendiri seperti Mijil untuk bayi, Kinanthi untuk remaja, dan Pocung untuk mengekspresikan humor.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, termasuk filosofi, jenis, dan unsur-unsur Tembang Macapat seperti guru gatra, wilangan, dan lagu. Dibahas pula contoh-contoh Tembang Macapat beserta makna dan filosofinya.
Dokumen tersebut membahas tentang Tembang Macapat, sebuah kelompok tembang Jawa yang terdiri atas 11 tembang yang merepresentasikan proses kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal. Dibahas pula unsur-unsur kebasaan yang ada pada Tembang Macapat seperti tembung kawi, dasanama, dan tembung garba."
1. Dokumen ini membahas tentang filosofi, jenis, dan unsur bahasa Tembang Macapat dalam tradisi sastra Jawa.
2. Terdapat empat jenis Tembang Macapat yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, dan Kinanthi, yang masing-masing memiliki makna tersendiri sesuai dengan proses kehidupan manusia.
3. Unsur bahasa Tembang Macapat antara lain meliputi Guru Gatra, Guru Wilangan, Guru L
1. Tembang Macapat merupakan karya sastra Jawa yang terdiri dari 11 bab yang menceritakan filsafat dan ajaran hidup. Setiap bab melambangkan fase kehidupan manusia.
2. Unsur bahasa yang digunakan dalam Tembang Macapat antara lain garba (sinonim), kawi (simbol), dasa nama (nama tunggal), dan sandi karsa (tujuan).
Dokumen ini berisi ringkasan tentang Tembang Macapat. Terdiri dari delapan poin utama yaitu filosofi, ciri-ciri, jenis, unsur pembentuk, tabel unsur pembentuk, unsur bahasa, dan contoh-contoh unsur bahasa yang digunakan dalam Tembang Macapat.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
32_sitimaisaroh_ximipa3.pdf
1. Tembang
Macapat
SITIMAISAROH XI MIPA 3 / 32
SMA NEGERI 1 PASURUAN
Jl. WACHID HASYIM GG 5 PANGGUNG REJ, Kec.
PANGGUNG REJ, Kota Pasuruan, Jawa Timur.
2. Daftar isi
2
JUDUL
DAFTAR ISI
FILOSOFI LAN PANGERTEN TEMBANG MACAPAT
GURU GATRA, GURU LAGU, LAN GURU WILANGAN
UNSUR KEBASAAN TEMBANG MACAPAT
FILOSOFI TEMBANG MACAPAT
PANGERTEN TEMBANG MACAPAT
ARANE TEMBANG MACAPAT
GURU GATRA
GURU LAGU
GURU WILANGAN
PAUGERANE TEMBANG MACAPAT
TEMBUNG KAWI
DASANAMA
TEMBUNG GARBA
SANDI ASMA
SANDI KARSA
MASKUMAMBANG
MIJIL
SINOM
KINANTI
ASMARADANA
GAMBUH
DHANDHANGGULA
DURMA
PANGKUR
MEGATRUH
POCUNG
1
2
3
4
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
7
7
8
9
9
9
9
10
11
11
12
12
13
4. Tembang macapat nduweni filosofi yaiku proses Gusti Pangeran kang
menehi manungsa kauripan. Mulai ing alam ruh, nganti manungsa seda.
Saben tembang macapat duweni filosofi dewe dewe, awal mulane yaiku
Maskumambang (Melayang/Ruh), Mijil (Kelairan), Kinanti (Ilmu lan
Akhlak), Sinom (Mala), Asmaradana (Asmara/Cinta), Gambuh (Rumah
Tangga), Dhandhanggula (Pait Kauripan), Durmo (Darma), Pangkur
(Mangkur/Tuwa), Megatruh (Seda), Pocung (Pocong).
FILOSOFI TEMBANG
MACAPAT
4
5. Minangka wujud geguritan Jawa sing migunakake bahasa Jawa anyar,
tinalenan karo paugeran guru gatra, guru wilangan, lan guru lagu.Puisi
tradisional Jawa utawa tembang biasané dipérang dadi telung kategori:
tembang cilik, tembang tengahan lan tembang gedhé. Macapat
digolongaké kategori tembang cilik lan uga tembang tengahan
Tembang utawa sekar yaiku rumpakan basa kanthi paugeran tartamtu
kang pangucape kudu nggunakake kagunan swara.
PANGERTEN TEMBANG
MACAPAT
ARANE TEMBANG
MACAPAT
Sasmitane yaiku: Maskumambang, kampul,
kambang, kenter.
Watake yaiku susah, sedhih, melas asih, cocog
kanggo rasa sedhih kang ngenesake.
Maskumambang
Sasmitane yaiku: Mijil, wijil, wiyos, medal, sulastri.
Watake yaiku tinarbuka, lumrahe kanggo pitutur
nasihat, uga crita bab katresnan.
MIJIL
5
6. Sasmitane yaiku: Sinom, taruna, anom, nom, mudha,
pangrawit.
Watake yaiku sabar, grapyak lan sumanak,
lumarahe kanggo crita kang ngemu crita lan pitutur.
Sinom
Sasmitane yaiku: Kinanthi, kanthi, gandheng,
kanthil.
Watake yaiku seneng, tresna asih, nuladhani, mula
cocok kanggo pitutur lan nelakake rasa tresna asih.
KINANTHI
Sasmitane yaiku: Asmarandana, asmara, brangta,
kingkin, yungyun.
Watake yaiku tresna asih lan sedhih, pantes kanggo
nelakake rasa brangta, asih lan crita katresnan.
Asmaradana
Sasmitane yaiku: Gambuh, buh, jumbuh, tambuh.
Watake yaiku grapyak, sumanak, cocok kanggo
nyritakake pitutur.
GAMBUH
Sasmitane yaiku: Sarkara, hartati, madu, manis,
gulagrawa, tresna, dhandang.
Watake yaiku luwes lan ndudut ati, pantes kanggo
ngandhakake crita, ing ngendi bae lan kapan bae.
Dhandanggula
6
7. Sasmitane yaiku: Durma, dur, undur, galak
Watake yaiku Watake galak, sereng, lan kebak
napsu, cocok kanggo nyritakake wong kang nesu lan
kahanan perang.
DURMA
Sasmitane yaiku:Duduk wuluh, truh, megatruh,
pegat, luh.
Watake yaiku sedhih, lan kentekan pangarep-arep,
cocok kanggo crita kang nggrantesake ati.
MEGATRUH
Sasmitane yaiku: Pocung, kluwak, wanda "cung"
Watake yaiku sakpenake lan kurang greget, lumrahe
kanggo geguyonan lan pitutur.
POCUNG
Sasmitane yaiku: Pangkur, pungkur, ungkur, wuntat.
Watake yaiku sereng lan gagah, cocok kanggo
nritakake rasa mangkel lan peperangan.
PANGKUR
ANCASE TEMBANG
MACAPAT
Ancase tembang macapat yaiku kanggo hiburan, estetika, pendidikan,
pentas seni, nambah wawasan, kepekaan batin lan sosial
7
11. TEMBUNG KAWI
tuladha
tuladha
Tembung Kawi uga diarani tembung Sansekerta. Lumrahe dianggo
tembang, padhalangan, layang-layang. Akeh-akehe tembung Kawi kuwi
dianggo jenenge bocah, jenenge wong, jenenge kantor lan
sapanunggalane.
Tembung-tembung sing asale saka Basa Jawa Tengahan/Jawa Kuna
Tembung iki biasane digunakake kanggo omongan sabendina, mula
saiki wis arang keprungu
Akasa = Awang-awang
Anak = Suta, putra, sunu, yoga, siwi, wêka, tanaya, atmaja,
siwaya, ja, patut, banu
Dalan = Marga, sopana, ênu, lêbuh, lurung, yana, hawan.
Rembulan = Badra, basanta, candra, sasi, wulan.
Gana = Mendhung, Mega
Brama = Geni
11
DASANAMA
Asale saka tembung ‘dasan’ ateges sepuluh, ‘nama’ ateges jeneng
utawa aran.
Dasanama : jenenge wonng utawa aran siji nduweni jeneng utawa
aran nganti sepuluh (utawa luwih) kang padha utawa meh padha
tegese.
12. 12
TEMBUNG GARBA
Tembung kang kedadeyan saka gandhenge tembung loro utawa luwih
SANDI ASMA
Jenenge pangarang, pangripta, utawa pujangga kang diwedharake kang
satemene kang dipilahpilah adhapur wanda-wanda utawa aksara-
aksara
utawa asma kang sinandi utawa jeneng kang sinamun (sinamar) ing
sajroning tembang, kidung, utawa karangan.
tuladha
tuladha
Aglis = Age lan Gelis
Sinau iku kewajibane
Tumindak becik iku polahe
Ing sekolah lan umah
Hikmaeh kang akeh
Umure sing teksih enom
Masa depane teksih adoh
Ingkang kedah diperjuangake
Rumangsa dadi bocah sekolah
Aja gawe susah marang wong tua
Dadyawuh = dadi ewuh
Kalyan = kalih lan
Sandi Asmane yaiku
SITI HUMIRA
13. 13
sandi karsa
yaiku tujuan, ancas, utawa karep kang sinamun utawa sinamar ana ing
tembang. Ana uga wong kang ngarani sandi karsa kuwi sandi ukara
yaiku ukara (ukarane kanggo medharake cipta, gagasan, rasa – pangrasa,
utawa kekarepan).
tuladha
Pepinginan kang samya kae
Esthining tyas maujud
Naning mulya
Dina dina kepungkur
Iku dadi landhasaneki
Dina kang bakal teka
Ing pangangkah tumus
Kita bangsa Indonesia
Anemahi jaman
Nyrambahi Nuwsantara
Sandi Karsane yaiku
Pendidikan