Asuhan keperawatan pre-operasi mencakup pengkajian pasien, diagnosa keperawatan, perencanaan, dan implementasi untuk mempersiapkan pasien secara fisik dan mental menjelang operasi serta mencegah komplikasi. Intervensi mencakup kolaborasi dengan dokter, pemberian informasi, obat penenang, dan persiapan fisik seperti cairan infus.
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Disampaikan Pada Sukarelawan Kampung Binaan Papuan Youth Health.
Interprofessional education (IPE) adalah salah satu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh WHO sebagai pendidikan yang terintegrasi untuk peningkatan kemampuan kolaborasi. IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain,dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan.
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Disampaikan Pada Sukarelawan Kampung Binaan Papuan Youth Health.
Interprofessional education (IPE) adalah salah satu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh WHO sebagai pendidikan yang terintegrasi untuk peningkatan kemampuan kolaborasi. IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain,dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan.
Materi MK Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan dengan bahan kajian Persiapan dan Perawatan Operasi dalam praktik Kebidanan. Dosen Pengampu Astri Yulia Sari Lubis, SST., M.Kes
2. Pengkajian
Pengetahuan pasien
Kesiapan psikologis terhadap operasi dan anastesi
Status psikologis
Kemampuan berkomunikasi
Oksigenasi
Nutrisi
Eliminasi
Aktifitas
Kenyamanan
seksualitas
3. Diagnosa keperawatan
Cemas berhubungan dengan ancaman maut, ancaman terhadap fungsi,
ancaman kebutuhan, ketakutan yang tidak jelas
Takut kehilangan berhubungan dengan anestesi, bedah (tipe), bagian
tubuh, nyeri, akan perubahan hidup
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan, nutrisi
menurun
Risiko tinggi cedera, trauma berhubungan dengan deficit penginderaan/
motor, kurang peduli terhadap bahaya dan lingkungan
4. Kurang pengetahuan (peristiwa bedah) berhubungan
dengan kurang perhatian, informasi, salah tanggap,
gangguan kognitif, kecemasan tinggi.
Resiko tinggi yang di dapat dari ruang transfer sampai ke
ruang persiapan
Resiko dehidrasi, resti hipotermi, resti gangguan pola
nutrisi mual muntah, cemas dan resti jatuh
Diagnosa keperawatan
5. Perencanaan
Hasil yang diharapkan dari pasien pre operasi :
Pasien memperlihatkan penurunan kecemasan
Pasien menyatakan (bila sadar) tindakan pembedahan
diperbolehakan untuk dilaksanakan dan menandatangani surat
persetujuan informasi bedah.
Pasien mengutarakan urutan kegiatan latihan dan aktifitas fisik
yang biasa diharapkan dalam periode ini.
Pasien bersedia memakai tanda pengenal yang ditentukan
Pasien tidak memakai cat kuku, tusuk konde atau wig, gigi palsu,
perhiasan
Pasien berkemih sebelum pergi ke kamar bedah
Pasien mendapat premedikasi anestesi sesuai pesanan
6. Hasil yang diharapkan dari pasien yang di dapat dari
ruang transfer sampai ke ruang persiapan:
Pasien dan keluarga pasien mendapatkan rasa yang aman dan nyaman
saat petugas menyambut dengan ramah dengan menyembutkan namanya
begitu juga informasi trus buster.
Pasien mendapat kan kenyaman selimut hangat bahkan warm blanket
Pasien mendapatkan pesanan kolaborasi dengan dokter anastesi terhadap
masalah riwayat gastritis, ashma
Pasien mendapatkan privasi yang aman dengan di berikan tirai skerem,
hek tempat tidur, dan di perbolehkan meminta bantuan bila ada yang di
butuhkan.
7. Implementasi
secara umum dengan kolaborasi dengan dokter
Komplikasi pasca bedah dapat diatasi dikendalikan sebelum operasi, pasien
dengan penyakit kronis harus berada di tingkat sehat optimal sebelum operasi.
Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis mendapat pengobatan respiratori
yang ketat demi terjaminnya ventilasi maksimal dan mengurangi komplikasi
respiratori pasca bedah. Diabetes mellitus harus berada pada pengendalian yang
baik.
8. Dapat di implementasikan di ruang transfer sampai ke ruang
persiapan:
Perkenalkan diri sapa pasien dan ucapkan salam
Berikan penjelasan dengan bahasa yang sedehana
Berikan selimut hangat, wram blanket, semi
fowler,skerem,dampingi keluarga khusus pasien anak/bayi,
dan pasang hek tempat tidur
Kolaborasi dengan dokter, pemasangan infus, obat
premedikasi, LAB
Implementasi
9. Persiapan pra Anastesi
Tujuan :
Mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal
Mengantisipasi masalah masalah yanga mungkin terjadi dan
memastikan bahwa fasilitas dan tenaga yang ada cukup terlatih
Mendapatkan informasi yang tepat tentang keadaan pasien dan
dapat merencakan tehnik anastesi yang tepat bersama kolaborasi
intruksi dokter.
Mempersiapkan teknik anastesi dan obat anastesi yang berkolaborasi
dengan intruksi dokter.
10. Langkah langkah
persiapan pre anastesi
Langkah pertama
Anamnesis
Identifikasi pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan dan agama)
Keluhan saat ini dan tindakan yang akan di hadapi.
Riwayat penyakit yang sedang / pernah di derita berkaitan dengan tindakan
anastesi
Riwayat obat obatan meliputi alergi maupun yang rutin dalam pengobatan
Riwayat anastesi operasi sebelumnya ( tgl, jenis pembedahan, jenis anastesi, dan
komplikasi kesudahannya)
Riwayat kebiasaan sehari hari ( merokok, lacohol, narkotik , muntah)
Riwayat keluarga yang menderita kelainan ( hipertermia maligna)
Riwayat sistem organ ( KU, pernapasan DLL)
11. Langkah langkah
persiapan pre anastesi
Langkah ke dua:
Pemeriksaan fisik
TB dan BB perkiraan dosis obat, terapi cairan dan jumlah urin
Frekuensi nadi, tekanan darah dan frekuensi pernapasan
Jalan napas, dan gangguan ektensi fleksi lehir dan gigi geligi
Jantung. Evaluasi hasil ekg
Paru-paru melihat ada nya ganguan paru paru
Abdomen adanya distensi maasa, asites
Ektermitas melihat perfusi distal adanya sianosis dan infeksi atau luka
Neurologis misal status mental, kesadaran dan fungsi sensori motorik
12. Langkah langkah
persiapan pre anastesi
Langkah ke tiga
Pemeriksaan laboratorium
1. Rutin
Darah ( Hb, lekosit, golongan darah, fungsi pembekuan darah)
Urine ( ureum creatinin )
Foto X-ray
EKG terutama untuk pasien Usia 40 tahun ke atas
2. Khusus dilakukan bila ada riwayat atau indikasi:
EKG pada anak
Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor paru
Punksi hati pada pasien ikterus
Fungsi ginjal pada pasien hipertensi
13. penatalaksanaan
persiapan pre anastesi
Di ruang transfer
Bina trust dengan pasien
Identifikasi pasien,
Trusbuster
Data file pasien dan trakcare ( tindakan, dr bedah, dr anastesi, BB, puasa,
persiapan cairan, persiapan obat premedikasi, persiapan pasien baju dll, data
lab khusus: HB,HT, BT,CT, fungsi ginjal, fungsi hati, dan medication chat yang
sudah di berikan di lantai keperawatan
Di ruang persiapan pasien
File pasien data untuk persiapan time out
Pasien sudah siap dengan tempat tidur ber hek, selimut, bantal k/p warm
blanket, k/p skerem dan redupkan lampu
Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan infus, pengambilan darah, obat
premedikasi, dan persiapan panataan set obat, set infus, set intubasi, set
ventilator, set ruangan tindakan operasi
14. Point penting yang perlu di perhatikan dalam
persiapan pre anastesi
1. Klasifikasi status fisik
Asa 1 = pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
Asa 2 = pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
Asa 3 = pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga aktifitas rutin
terbatas
Asa 4 = pasien dengan penyakit berat tak dapat melakukan aktifitas rutin
dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap
setiap saat.
Asa 5 = pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akanlebih dari 24 jam
15. 2 Persiapan puasa
Pasien dewasa puasa 6-8 jam
Pasien anak kecil puasa 4-6 jam
Pasien bayi puasa 3-4 jam
Catatan makan minum terakhir
Puasa 5 jam makanan tak berlemak
Puasa 3 jam minuman bening, air putih, dan teh manis
Puasa 1 jam keperluan minum air putih untuk minum obat
(petunjuk praktis anestesiologi FKUI cetakan kedua 2002)
Point penting yang perlu di perhatikan dalam
persiapan pre anastesi
16.
17. 3. Perkiraan cairan yang di butuh sesuai BB
keterangan : M maintenance/ jam (2cc/kg)
PP pengganti puasa ( maintenance/jam x durasi puasa)
SO strees operasi ( (4-6-8/ringan-sedang-berat) x BB )
Rumusan
Jam 1 = ½ pp + M + SO
Jam 2 /3 = ¼ PP + M + SO
Jam 4 dan seterusnya = M+SO
Bila pada anak anak
Mentenance memakai 4-2-1
4 ml/kg/ 10 kg pertama + 2 ml/kg/10 kg ke dua + 1 ml/kg/ kg tersisa
Stresor operasi anak ((2-4-6/ringan-sedang-berat) x BB)
Point penting yang perlu di perhatikan dalam
persiapan pre anastesi
18. 4. Hitungan urine / 1 jam ( BB x 0.5 sampai 1 ml)
5. Hitungan ETT
ett sediakan 3 ikuran (kecil,normal,besar)
rumusan penlington untuk diameter-dalam ett < 6 tahun 3.5 + 1/3 usia dan
> 6 tahun 4.5 + ¼ usia
rumusan panjang ett 12 + usia (cm)
rumusan diameter ett lain sebesar lubang hidung dan jari kelingking pasien
( symposium indonesia of pediatric anasthesia and critical care 2010)
6. gambaran volume darah dengan persentase berat badan
laki-laki 7.5 % BB = 75 cc/kg BB
perempuan 6.5 % BB = 65 cc/kg BB
bayi/ neonatus 8.5 % BB = 85/kg BB
(buku ajar ilmu anastesi dan reanimasi 2010)
Point penting yang perlu di perhatikan dalam
persiapan pre anastesi
19. Intervensi tindakan keperawatan pra anastesi secara mandiri dan
kolaborasi
Masalah kecemasan
Kaji tingkat kecemasan pasien
Kaji tingkat pengetahuan akan tindakan anastesi pembedahan
Berikan lingkungan yang nyaman dengan meperkenalkan diri saaat bertatap
muka dan salam
Berikan posisi yanga nyaman ( semi fowler) bantal selimut dan topi
ataupun pasang skerem
Bila pasien anak anak berikan kenyaman dengan di dampingi oleh orang tua
atau orang terdekat
Kolaborasi dengan dokter dokter anastesi pemberian penjelasan oleh dokter
dan pemberian obat premedikasi penenang seperti midazolam atau narkotik
20. Masalah resti dehidrasi
Kaji tingkat dehidrasi dengan penghitungan cairan dan TTV dan makan
minum terakhir pasien
Berikan selimut tebal guna mencegah evaporasi yang berlebihan
Kolaborasi dengan dokter anastesi dengan pemasangan infus dan cairan
yang digunakan untuk rumatan anastesi
Masalah resti hipotermia
Kaji TTV khusus suhu pasien dan tingkat stresor pasien dalam menghadapi
anastesi
Berikan lingkungan yang nyaman agar dapar mengurangi tingkat stresor
yang ada seperti selimut dan warm blanket
Kolaborasi dengan dokter anastesi dengan pemberian obat penenang
Intervensi tindakan keperawatan pra anastesi secara mandiri dan
kolaborasi
21. Masalah resti gangguan pola nutrisi mual muntah
Kaji dan observasi persiapan puasa dan riwayat pencernaan pasien
Berikan posisi yang nyaman semi fowler, skerem, selimut hangat warm
blanket
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat premedikasi obat emetik
pre induksi
Masalah resti perdarahan
Kaji dan observasi riwayat obat pengencer darah/menstruasi lAB dan HB dan
jenis operasi yang akan dilakukan.
Kaji persiapan pasien lantaikeperawatan ada persiapan darah
Kolaborasi dengan dokter anastesi untuk persiapan darah dan pengambilan
sempel dan persiapan cairan koloid
Intervensi tindakan keperawatan pra anastesi secara mandiri dan
kolaborasi
22. Masalah resti jatuh
Kaji dan observasi persiapan puasa pasien, kekuatan otot, kesadaran
ataupun trauma yang ada
Meminimalkan pergerakan yang banyak dengan mendekatkan atau sambut
dengan brangkat kamar operasi
Pasang hek tempat tidur pasien setiap sesudah melakukan tindakan
Rendahkan tempat tidur untuk mengurangi resiko
Berikan reisten tempat tidur pasien dengan seijin dr anastesi bila pasien
masih terpengaruh obat bius dan tidak kooperative
Temani pasien / libatkan keluarga bila pasien anak-anak dan tidak
kooperative
Kolaborasi dengan dokter anastesi bila pasien berontak tidak kooperative
dengan penambahan obat penenang
Intervensi tindakan keperawatan pra anastesi secara mandiri dan
kolaborasi
23. evaluasi
Evaluasi untuk semua masalah yang di dapat di kamar operasi masih dapat di
lanjutkan sampai pasca operasi di ruang pemulihan karena di ruang
pemulihanlah dapat dinilai lagi pasien setelah pasien sadar betul dengan
evaluasi masalah dapat teratasi sebagian , teratasi semua dan mungkin
menjadi mendapatkan masalah baru
Yaitu
Masalah cemas
Masalah dehidrasi
Masalah hipotermia
Masalah resti ganguan pola nutrisi mual muntah
Masalah resti perdarahan
Masalah resti jatuh
dll