Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
1. 1
BAHAN
BACAAN
SISWA
YOGYAKARTA RAWAN BENCANA
Istilah rawan bencana mungkin membuat kalian heran dan bertanya-tanya, mengapa demikian? Ada
beberapa alasan mengapa Yogyakarta disebut rawan bencana.
Tentang Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No. 3 tahun 1950 yang meliputi Daerah
Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Provinsi ini terdiri atas Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Daerah Istimewa
Yogyakarta saat ini berada di bawah kepemimpinan Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sri Sultan,
selain sebagai kepala pemerintahan daerah, juga memegang peranan penting bagi masyarakat Yogyakarta,
yaitu sebagai penjaga warisan budaya Jawa. Kehidupan masyarakat Yogyakarta masih kental dengan adat
istiadat dan nilai-nilai budaya Jawa yang masih dipelihara dan dipertahankan sebagai pemersatu
masyarakat. Modernisasi dan globalisasi tidak diterima sebagai hal yang negatif melainkan diambil nilai-nilai
positifnya untuk semakin memperkaya kebudayaannya; menjadikan kehidupan selaras dengan lingkungan
tempat masyarakat berada. Hal ini tercermin pula dalam filosofi pembangunan daerah Yogyakarta berdasar
pada filosofi Hamemayu Hayuning Bawono yang artinya “kepemimpinan yang selalu mengupayakan
peningkatan kesejahteraan rakyat dan mendorong terciptanya sikap serta perilaku hidup individu yang
menekankan keselarasan dan keserasian atara sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia
dengan Illahi dalam melaksanakan hidup dan kehidupannya” (Profil DIY 2010).
Masyarakat Yogyakarta dalam menjalani kehidupan sosial sangat menjunjung tinggi nilai-nilai seperti
kedermawanan, kebersamaan, keteladanan, perjuangan, kepemimpinan, kegotong-royongan, pengorbanan,
ketaqwaan, kepasrahan, dan kesetiakawanan. Nilai-nilai ini tidak hanya ditunjukkan pada saat normal juga
saat kondisi bencana. Sebagai contoh, pada peristiwa gempa 2006, masyarakat yang rumahnya tidak rubuh
dengan sukarela memberi dan berbagi tempat bernaung kepada mereka yang rumahnya hancur. Saat
membagikan bantuan makanan misalnya, turut mempertimbangkan jumlah anggota keluarga yang
menerima. Pada saat pembagian bantuan rumah pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi, para pengambil
keputusan umumnya mengutamakan lebih dahulu mereka yang paling rentan dan membutuhkan seperti
janda dan lansia. Proses pelaksanaan pembangunannya pun dilaksanakan dengan gotong-royong agar
tercipta rasa kebersamaan. Dengan demikian diharapkan keseimbangan dan kerukunan sosial tetap terjaga,
rasa keadilan terpenuhi, dan dilaksanakan dalam ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa, serta dilandasi
dengan keyakinan bahwa semua yang dilakukan akan mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi kehidupan
pribadi dan masyarakat secara keseluruhan.
Kondisi Geografi, Geologi, dan Hidrometeorologi Yogyakarta
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang sangat aktif bergerak: (1) lempeng Eurasia,
(2) lempeng Pasifik, dan (3) lempeng Indo-Australia. Daerah pertemuan tiga lempeng tersebut sering disebut
sebagai Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), dan merupakan jalur rangkaian
gunung api aktif di dunia.
Hasil proses pergerakan lempeng dapat dilihat dalam bentuk lipatan, punggungan, patahan yang ada di
permukaan bumi Indonesia. Ada pula yang merupakan pergerakan yang tercipta di dasar laut yakni palung
samudera. Pergerakan lempeng juga menyebabkan timbulnya aktivitas vulkanik yang cukup tinggi. Dan
Indonesia terletak di jalur Cincin Api Pasifik di mana beberapa gunung api paling aktif di dunia berada di
negara ini. Contohnya, Gunung Api Merapi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Daerah Istimewa Yogyakarta atau lebih dikenal dengan Yogyakarta secara geografis berada pada posisi
antara 7
0
33’ - 8
0
15’ Lintang Selatan dan 110
0
5’ – 110
0
50’ Bujur Timur. Luas wilayah keseluruhannya adalah
3.185,81 km
2
atau sekitar 0,17% dari luas keseluruhan negara Indonesia. Jika ditinjau dari kondisi geofisik
2. 2
BAHAN
BACAAN
SISWA
maka Provinsi DI Yogyakarta dan sekitarnya terletak pada jalur tektonik dan vulkanik, pada sisi utara
terdapat vulkanik Merapi yang sangat aktif, pada sisi Selatan (Samudera Hindia) terdapat palung Jawa yang
merupakan jalur subduksi lempeng Indo-Australia-Eurasia. Pertemuan ketiga lempeng ini merupakan
penyebab utama terjadinya gempa tektonik di kawasan ini.
Dari sisi geologi wilayah, wilayah DI Yogyakarta termasuk cukup kompleks, karena secara struktur terdiri
dari lipatan dan patahan. Lipatan terdiri dari antiklinal dan sinklinal yang terdapat pada formasi Semilir dan
Kepek di sisi Timur, sedang patahan berupa sesar turun berpola anthitetic fault block membentuk Graben
Bantul. Formasi geologi yang paling umum di wilayah Yogyakarta adalah endapan vulkanis khususnya pada
bagian tengah (Graben Bantul) dan sebagian kecil berupa formasi Sentolo di bagian barat; formasi Aluvium
atau endapan lumpur sungai, Andesit (Baturagung), formasi Semilir, Kepek dan Nglarang di sisi timur.
Kondisi iklim Yogyakarta adalah beriklim tropis di mana suhu rata-rata bulanan di wilayah ini antara 24
0
C -
33
0
C dengan curah hujan per hari 50 sampai dengan 70mm/detik pada musim hujan. Tingkat kelembababan
antara 55-59%. Kecepatan angin di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bertiup sekitar 9 - 18
km/jam ke arah tenggara pada bulan-bulan tertentu (Oktober-Desember). Suhu permukaan air laut
(Samudra Hindia berkisar antara 28
0
C - 30
0
C, sementara di Laut Jawa berkisar antara 30
0
C - 32
0
C, yang
sangat berpotensi membentuk awan hujan dan angin). Tinggi gelombang laut di Samudra Hindia berkisar
antara 2 hingga 3 meter dan berpotensi bahaya (sumber: BMKG Yogyakarta).
Bentang Alam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Selain warisan budaya Jawa dan pariwisatanya, Yogyakarta, memiliki bentang alam yang unik dan daya
tarik tersendiri. Bentang alam wilayah provinsi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Gunung Merapi; terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran vulkanik yang meliputi
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, hingga sebagian Kabupaten Bantul. Gunung Merapi merupakan
gunung api aktif yang memiliki ciri atau sifat khusus, sehingga sering menjadi tujuan pariwisata, obyek
penelitian, dan pendidikan.
2. Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu; merupakan daerah perbukitan batu kapur dan
gamping. Letaknya di sebelah selatan Yogyakarta yaitu di Kabupaten Gunung Kidul. Wilayah ini
sebagian besar tandus dan mengalami kekurangan air.
3. Pegunungan Kulonprogo; merupakan daerah perbukitan dengan lereng-lereng terjal dan terletak di
bagian utara Kabupaten Kulonprogo.
4. Dataran Rendah; terbentang mulai dari selatan Yogyakarta, sebagian Kabupaten Kulonprogo hingga
Kabupaten Bantul, berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Tanah di daerah ini adalah hasil endapan
sungai sehingga sangat subur. Di sebelah selatan Yogyakarta terdapat wilayah pantai yang terbentang
mulai dari Kulonprogo hingga Bantul. Keunikan lainnya yaitu adanya Gumuk Pasir di pantai Parang
Tritis, Kabupaten Bantul.
Sejarah Bencana dan Risiko Bencana di Daerah Istimewa Yogyakarta
Provinsi DI Yogyakarta telah mengalami beberapa peristiwa bencana dalam kurun waktu 10 tahun
belakangan. Gempa bumi Mei 2006 dan erupsi Merapi tahun 2010 adalah beberapa dari bencana yang
pernah melanda provinsi ini. Beberapa ancaman yang terdapat di Yogyakarta adalah:
1. Erupsi Gunungapi Merapi
Gunung api teraktif di dunia ini memiliki intensitas letusan yang pendek yaitu setiap 3-7 tahun sehingga
dikategorikan berbahaya. Wilayah DIY yang berisiko tinggi erupsi Merapi adalah Kabupaten Sleman dan
daerah-daerah di sekitarnya.
2. Tanah Longsor
Meskipun kejadian tanah longsor bersifat lokal namun dampak yang ditimbulkan bisa sangat besar.
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki ancaman tanah longsor meliputi Kabupaten
Kulonprogo, Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman. Sejarah kejadian tanah longsor paling sering menimpa
daerah Perbukitan Menoreh, Kulonprogo, dan perbukitan Baturagung yang ada di perbatasan Gunung
Kidul dan Bantul.
3. Kekeringan
Kekeringan kerap terjadi di kabupaten Gunung Kidul hampir setiap tahun. Ini karena tanah setempat
tidak dapat menahan atau menyerap cadangan air tanah. Potensi kekeringan yang paling tinggi berada
di beberapa kecamatan seperti Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap. Untuk Kabupaten Sleman,
kekeringan sangat bisa terjadi khususnya pada daerah lereng Merapi bagian atas. Untuk kekeringan
tingkat sedang, sangat besar dialami di Kabupaten Bantul seperti Kecamatan Pajangan, Gamping.
Kabupaten Kulonprogo meliputi Kecamatan Sentolo, Pengasih, Lendah, dan Nanggulan.
4. Tsunami
Meskipun Yogyakarta belum pernah mengalami tsunami, namun daerah yang rawan tsunami tersebar di
3 Kabupaten yaitu Kulonprogo (Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Temon, Bantul
3. 3
BAHAN
BACAAN
SISWA
(Kecamatan Srandakan, Kecamatan Kretek, dan Kecamatan Sanden), dan Gunung Kidul (wilayah
pantai dan tempat wisata seperti Pantai Kukup/Krakal, Sadeng).
5. Angin Ribut/Puting Beliung
Puting beliung dapat terjadi hampir di semua Kabupaten/kota di Yogyakarta. Peristiwa ini umumnya
dijumpai pada masa pergantian dari musim kemarau ke musim hujan. Hingga kini masih sulit untuk
memprediksi waktu dan tempat kejadiannya karena pembentukan anggin sangat dipengaruhi oleh
tekanan udara setempat.
6. Gempa Bumi
Karena letaknya yang berada di jalur subduksi lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia,
Yogyakarta khususnya wilayah Kabupaten Bantul termasuk dalam wilayah risiko tinggi gempa bumi;
antara lain di kecamatan Kretek, Pundong, Jetis, Pleret, Piyungan, Banguntapan, dan Imogiri.
7. Banjir
Peta potensi banjir di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain; (a) Potensi banjir Tinggi. Potensi
banjir tinggi terjadi di Kabupaten Bantul (Kecamatan Kretek) dan Kabupaten Kulon Progo (Kecamatan
Temon, Lendah); (b) Potensi Banjir Sedang. Potensi banjir sedang kerap terjadi di Kabupaten Sleman
(Kecamatan Minggir, dan Kecamatan Prambanan), Kabupaten Bantul (Kecamatan Jetis, Kecamatan
Pandak, dan Kecamatan Pajangan), dan Kabupaten Kulon Progo (Kecamatan Nanggulan, Kecamatan
Pengasih, Kecamatan Temon, dan Kecamatan Kalibawang).
8. Wabah Penyakit
Wabah penyakit yang perlu diwaspadai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah penyakit Demam
Berdarah Dengue, Malaria, dll.
Berdasarkan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DI Yogyakarta tahun 2010, ada delapan
jenis yang bencana yang kita hadapi, yaitu:
1. Erupsi Gunungapi Merapi
2. Banjir
3. Gempa bumi
4. Tsunami
5. Tanah Longsor
6. Kekeringan
7. Angin Ribut (Puting Beliung)
8. Epidemi Demam Berdarah Dengue
4. 4
BAHAN
BACAAN
SISWA
BENCANA, ANCAMAN, DAN RISIKO BENCANA
Indonesia telah mengalami beberapa peristiwa bencana besar. Pada tahun 2010 saja, Indonesia mengalami
3 bencana besar yaitu banjir bandang Wasior di Provinsi Papua, Erupsi Gunungapi Merapi di Yogyakarta,
serta Tsunami di Nias. Peristiwa tersebut telah menimbulkan kerugian dan kerusakan yang tidak sedikit, baik
dari jumlah korban jiwa, korban luka-luka, kerusakan material, hingga hilangnya mata pencaharian
penduduk. Kejadian bencana masih terus mengintai seluruh penduduk di berbagai wilayah di Indonesia di
masa mendatang.
Bencana dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapa saja. Mengingat bahwa kondisi negara
Indonesia rawan bencana, maka semua orang yang hidup di Indonesia memiliki risiko bencana atau terkena
akibat buruk dari bencana. Agar dapat terhindar dari risiko kehilangan, kerugian, dan kerusakan akibat
bencana, maka membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai kebencanaan menjadi
sebuah keharusan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat mengurangi risiko terkena akibat buruk
bencana yang dapat menimpa diri sendiri, bahkan dapat membantu menyelamatkan nyawa orang lain. Lalu,
pengetahuan dan keterampilan kebencanaan seperti apa yang perlu diketahui?
Bencana
Bencana terjadi apabila kita tidak dapat mengatasi ancaman. Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Ancaman
Yang dimaksud dengan Ancaman adalah hal-hal yang berpotensi merusak bentuk-bentuk fisik, tanda-tanda
alam atau kegiatan manusia yang menyebabkan kehilangan nyawa atau terluka, kerusakan harta benda,
gangguan sosial, dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Menurut penyebabnya, bencana dapat dibedakan menjadi:
1. Yang disebabkan oleh Alam; seperti gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung,
gunung meletus, banjir, dll.
2. Yang disebabkan oleh Non-Alam; seperti perang, konflik sosial, serangan fisik, kebakaran hutan,
pencemaran lingkungan, banjir bandang, tumpahan minyak, ledakan pabrik, kebocoran gas, kegagalan
transportasi.
Bencana dapat pula dibedakan berdasarkan waktu kejadiannya yaitu:
1. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba; contohnya Gempa bumi, Angin Puting Beliung, Tsunami, Rob,
dan Banjir Bandang, serta Erupsi Gunung Api. Meskipun beberapa jenis bencana ada tanda-tanda
peringatannya, namun belum ada alat yang dapat memperkirakan secara pasti kapan bencana akan
terjadi.
2. Bencana yang terjadi secara perlahan-lahan; contohnya Kekeringan dan Banjir yang biasanya
menunjukkan tanda-tanda peringatan secara bertahap, sehingga manusia dapat melakukan berbagai
upaya untuk mengurangi risiko dan jatuhnya lebih banyak korban.
Risiko Bencana
Risiko Bencana adalah kemungkinan atau potensi terkena akibat dan dampak dari sebuah kejadian bencana
yang menimpa suatu wilayah dan terjadi dalam kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya
menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Risiko merupakan hal yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Dalam menjalani kehidupannya,
dimanapun manusia berada dan tinggal selalu ada risiko untuk terkena bencana, baik yang disebabkan oleh
alam maupun oleh ulah manusia itu sendiri. Bencana juga dapat terjadi karena ulah manusia, misalnya
bencana kekeringan. Salah satu penyebab kekeringan adalah penggundulan hutan secara besar-besaran
untuk diambil kayunya demi keuntungan ekonomi oleh manusia sehingga tidak ada pohon yang menyerap
dan menyimpan air di kala hujan. Akibatnya, saat musim kemarau, manusia mengalami kekurangan air.
Manusia kemudian berupaya untuk menanggulanginya dengan berbagai cara. Misalnya melalui kiriman
bantuan air oleh pemerintah. Tapi hal ini tentu tidak dapat berlangsung terus menerus karena ada banyak
keterbatasan.
5. 5
BAHAN
BACAAN
SISWA
Pengurangan Risiko Bencana
Masih banyak yang memandang bahwa bencana terjadi karena takdir Tuhan sebagai hukuman atas
kesalahan yang manusia lakukan. Cara pandang ini dapat mendekatkan manusia pada sang pencipta
sehingga menjadi lebih arif dan bijaksana dalam bertindak. Namun pandangan ini dapat pula membatasi diri,
karena di saat seseorang meyakini bahwa bencana adalah takdir maka tidak lagi diperlukan langkah-
langkah dan tindakan untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana. Kesadaran bahwa manusia turut
berkontribusi pada terjadinya bencana adalah langkah awal namun penting dalam upaya pengelolaan risiko
bencana.
Indonesia telah mengesahkan Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang
dilengkapi dengan tiga Peraturan Pemerintah dan satu Peraturan Presiden. Tiga peraturan pemerintah ini
adalah peraturan mengenai Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PP 21/2008), Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan (PP 22/2008), serta peran lembaga internasional dan lembaga asing non-
pemerintahan (PP 23/2008). Sedangkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 adalah tentang Badan
Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) yaitu badan yang mengkoordinir kegiatan penanggulangan
bencana di tingkat nasional. Sementara untuk tingkat daerah, beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota telah
menyiapkan peraturan daerah (PERDA) untuk penanggulangan bencana dan juga pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terutama untuk tingkat Provinsi.
Pengurangan Risiko Bencana menjadi hal penting saat ini karena beberapa ancaman bencana tidak
mungkin untuk dicegah kejadiannya, misalnya kejadian gempa bumi, tsunami, atau puting beliung. Namun
dengan pengelolaan risiko, manusia dapat meminimalisir atau mengurangi risiko atau kerugian dan
kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh suatu bencana. Untuk ini diperlukan sebuah upaya yang
terencana dan menyeluruh serta membutuhkan partisipasi berbagai pihak dalam pelaksanaannya.
Kesiapsiagaan Bencana
Bencana bisa datang kapan saja tanpa kita sadari terlebih dahulu. Kerugian yang terjadi bisa lebih parah
tanpa adanya kesiapsiagaan. Bersiap-siaga bukan berarti mengundang datangnya bencana. Dengan
kesiapsiagaan, risiko kerugian dan kerusakan bisa dikurangi, bahkan bisa menyelamatkan nyawa saat
terjadi bencana.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana secara tepat guna dan berdaya
guna, guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, serta gangguan serius terhadap tata
kehidupan masyarakat. Upaya yang termasuk kesiapsiagaan, misalnya kegiatan peningkatan pengetahuan
berupa simulasi atau pelatihan penyelamatan diri, pembuatan sistem peringatan dini, pembuatan rencana
kedaruratan, dll. Setiap orang, baik anak-anak, orang dewasa, laki-laki, dan perempuan, dapat turut terlibat
dalam upaya Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan yang bisa dilakukan oleh anak-anak, misalnya mempersiapkan
barang-barang yang sekiranya diperlukan saat terjadi bencana dan mempelajari tindakan penyelamatan diri.
6. 6
BAHAN
BACAAN
SISWA
Tas Siaga
Tas Siaga adalah tas yang berisi barang-barang yang dapat digunakan untuk bertahan hidup
dalam keadaan darurat.
Apa saja Isi Tas Siaga?
Karena Tas Siaga disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat kondisi darurat,
umumnya berisi:
• Air minum – Siapkan air minum dalam botol yang bersih. Gantilah dengan yang baru setiap
tiga bulan sekali.
• Makanan – Siapkan makanan yang awet dan bisa dimakan tanpa harus diolah terlebih
dahulu. Pilih makanan yang bisa memberikan energi cukup tinggi, seperti cokelat, biskuit, dll.
• P3K – siapkan perlengkapan P3K, beserta obat-obatan pribadi yang mungkin
dibutuhkan.Jangan lupa untuk mengecek tanggal kedaluwarsanya. Ganti obat-obatan yang
kedaluwarsa dengan yang baru.
• Senter – siapkan juga batere cadangan, korek api, dan lilin.
• Pakaian ganti dan selimut – siapkan satu set baju ganti beserta selimut.
• Informasi kontak keluarga
• Radio portabel
• Fotokopi surat-surat penting (kartu identitas, dll)
• Jas Hujan
Barang-barang lain selain daftar di atas bisa saja dimasukkan ke dalam Tas Siaga, tergantung
kondisi daerah masing-masing dan kondisi keluarga masing-masing. Misalnya, Masker (di daerah
yang rawan bencana gunung berapi), Pelampung (di daerah yang rawan bencana banjir), Pakaian
dan popok bayi (bagi keluarga yang mempunyai bayi)
Periksa isi tas secara berkala dan gantilah bila ada barang yang rusak atau kedaluwarsa. Ingat,
ya, hanya masukkan yang kau butuhkan saja di dalam Tas Siaga!
7. 7
BAHAN
BACAAN
SISWA
MENGENAL BENCANA DAN TINDAKAN PENGURANGAN RISIKO
Sebagai warga Yogyakarta, kita perlu untuk mengetahui risiko bencana yang dihadapi oleh provinsi ini. Hal
ini berguna untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi peristiwa bencana di masa depan. Misalnya
dengan belajar tentang informasi penting dan keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari risiko
bencana. Langkah pertama dan paling penting adalah dengan mengenal lebih dekat tentang ancaman yang
ada di Provinsi DI Yogyakarta.
GUNUNG API MERAPI
Secara administratif Gunung Api Merapi terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di
Provinsi DI Yogyakarta (sebelah selatan), Kabupaten Magelang (sebelah barat), Kabupaten Boyolali
(sebelah utara), dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah (sebelah timur).
Gunung Api Merapi termasuk tipe gunung api strato, yakni gunung api yang memiliki bentuk kerucut dan
simetris. Dengan ketinggian ± 2980 meter di atas permukaan laut, puncak Merapi terlihat indah dari
kejauhan. Di balik keindahannya, gunung api ini juga mendatangkan ancaman serius bagi warga
Yogyakarta.
Gunung Api Merapi termasuk gunung api yang aktif dan frekuensi perulangan letusan yang sangat sering.
Dalam kurun waktu 10 tahun belakangan, tercatat Merapi pernah meletus pada tahun 1994, 1997, 1998,
2001, 2006 dan terakhir pada Oktober 2010.
Apa Penyebab Merapi Meletus?
Gunung Merapi meletus karena adanya aktivitas magma di dalam gunung yang menghasilkan gas
bertekanan tinggi dan kemudian dilepaskan dalam bentuk letusan. Bahaya erupsi/letusan Gunung Api
Merapi dibagi menjadi: (1) bahaya langsung yaitu pada saat terjadi letusan dan (2) bahaya tidak langsung
yaitu sesudah terjadi letusan.
Apa Bahaya Erupsi Merapi?
Yang termasuk sebagai bahaya langsung dari letusan gunung merapi adalah:
Lava atau magma pijar
Aliran lava yang keluar saat gunung meletus, berbentuk lumpur bersuhu tinggi yang mengalir turun
melalui lereng, lembah, dan aliran sungai.
Awan panas/piroklastik
Dikenal dengan sebutan wedus gembel, saat keluar menyerupai awan berat yang bergulung-gulung
menuruni lereng gunung. Ini karena ia mengandung material gas, abu vulkanik, dan bebatuan berbagai
ukuran. Kecepatan luncuran awan panas sangat tinggi yaitu hingga 70km/jam. Selain itu, suhunya bisa
mencapai 700Celcius, sehingga dapat memanggang apa pun yang dilewatinya.
Gas vulkanik
Karbondoksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida (SO2) dan Nitrogen (NO2) adalah gas
utama yang keluar saat gunung meletus, tergolong gas beracun sehingga berbahaya bila terhirup
manusia.
Hujan abu vulkanik
Debu vulkanik ini sangat ringan, mudah menyebar terbawa angin hingga berpuluh-puluh kilo meter
jauhnya. Hujan abu pekat dapat menghalangi sinar matahari dan menganggu pernapasan.
Sedangkan yang termasuk sebagai bahaya sekunder adalah lahar hujan atau lebih dikenal oleh
masyarakat Yogyakarta dengan banjir lahar dingin. Berasal dari materi letusan yang menumpuk dan
8. 8
BAHAN
BACAAN
SISWA
mengendap di lereng dan lembah, lalu material tersebut berubah bentuk menjadi lumpur batuan saat
terkena air hujan. Materi ini kemudian mengalir melewati sungai dan kali yang bersumber di Merapi menuju
ke daerah yang lebih rendah.
Bagaimana mengenali Erupsi Merapi?
Pemantauan tehadap aktivitas kegunungapian di seluruh wilayah Indonesia menjadi tanggung jawab Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Badan ini bertugas untuk memberikan peringatan bagi
warga yang berada di wilayah sekitar Gunung Api Merapi, apabila gunung menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas. Meskipun demikian, perlu untuk tetap waspada dan memperhatikan tanda-tanda akan
terjadinya erupsi. Dalam beberapa peristiwa, masyarakat mengetahui bahwa Merapi akan meletus saat
mencium bau belerang yang sangat menyengat dan melihat banyak hewan turun dari puncak gunung.
Apa Akibat dan Dampak Erupsi Merapi?
Kejadian erupsi Gunung Api Merapi tahun 2010 menunjukkan kepada kita betapa dahsyatnya akibat dan
dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) 2011 menyatakan bahwa korban meninggal akibat luncuran awan panas mencapai 190 orang di
wilayah Provinsi DI Yogyakarta.
Kedahsyatan luncuran awan panas Merapi meluluh-lantakkan desa-desa yang berada pada jarak antara 5-
10km dari puncak. Luncuran awan panas juga menyebabkan gelombang pengungsi dalam jumlah luar
biasa, mencapai 15.366 jiwa di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Pengungsi terdiri dari masyarakat yang
desanya hancur dilanda awan panas maupun mereka yang berada dalam radius zona bahaya awan panas
(<20km). Penduduk tidak hanya kehilangan seluruh harta benda mereka, tetapi juga kehilangan desa dan
kampung tempat tinggal mereka. Ini karena kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan di sekitar puncak
Merapi sampai pada tahap permanen, yang berarti tidak dapat diperbaiki kembali.
Sumber: Departemen Energi dan Sumber Daya Manusia, 2010
Luasnya cakupan daerah yang terkena erupsi Merapi juga menimbulkan kerusakan dan kerugian yang
nilainya luar biasa besar. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran irigasi dan pengairan serta
permukiman penduduk di keempat wilayah kabupaten hancur. Bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, industri dan pariwisata yang selama ini menunjang kehidupan warga sekitar Merapi
juga mengalami kerugian.
Meskipun gunung api Merapi berpotensi untuk meletus sewaktu-waktu, material yang berasal dari letusan
gunung api menjadikan wilayah di sekitarnya sebagai daerah yang subur. Ini karena material letusan
9. 9
BAHAN
BACAAN
SISWA
mengandung banyak mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Banyak orang yang kemudian memanfaatkan
kesuburan tanah di sekitar gunung berapi sebagai daerah pertanian.
Saat terjadi letusan gunung api:
Peristiwa erupsi gunung api belum bisa diprediksi kapan akan terjadi. Oleh karenanya patuhi himbuan untuk
mengungsi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Segera pergi ke tempat evakuasi dan ikuti petunjuk
jalur evakuasi yang sudah ditentukan. Hindari daerah seperti lereng, lembah, aliran sungai kering, dan
daerah aliran lahar. Bila sedang berada di tempat terbuka, segeralah mencari tempat berlindung karena abu
vulkanik yang masih panas dapat membakar kulit. Lindungi tubuh dengan baju lengan panjang, celana
panjang dan penutup kepala. Jangan lupa mengenakan masker atau kain yang telah dibasahi sebagai
penutup mulut dan hidung untuk mencegah abu vulkanik terhirup.
Sesudah terjadi letusan gunung api:
Meskipun gunung api telah meletus, jangan terburu-buru untuk kembali ke rumah sebelum keadaan sudah
dinyatakan benar-benar aman. Ikuti dan pantau selalu perkembangan yang terjadi di sekitar. Bantulah
mereka yang paling membutuhkan pertolongan, misalnya anak-anak, lansia, dan orang cacat.
Sejarah Letusan Gunungapi Merapi
Letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta pada Selasa lalu ternyata
tidak seberapa bila dibandingkan dengan letusan-letusan sebelumnya. Letusan pada 1930 setidaknya
telah membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan letusan terbesar. Letusan
terbesar justru terjadi pada 1006. Saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Sayangnya tidak
diketahui berapa korban akibat letusan itu. Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Merapi mengalami letusan
pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2-5 tahun, dan siklus
menengah setiap 5-7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu
pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi adalah 71
tahun, jeda letusan 1587-1658. Pusat Vulkanologi mencatat, letusan besar Merapi terjadi pada 1006,
1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan sebelumnya terjadi empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006
pukul 09.03. Saat itu pemerintah mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang
yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru terpanggang awan
panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat
celcius. Selasa petang, 26 Oktober 2010 Gunung Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung
Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit. Kemudian berulang hingga
erupsi terakhir pukul 18.21 yang menyebabkan awan panas selama 33 menit. Awan panas ini telah
meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng Merapi. Setidaknya 30 orang meninggal atas musibah
ini, termasuk juru kunci Mbah Marijan.
LAHAR SEBAGAI BAHAYA SEKUNDER GUNUNG API
Saat meletus tahun 2010, Merapi diperkirakan memuntahkan lebih dari
140 juta meter kubik material vulkanik yang terkumpul di sekitar puncak,
lereng, dan lembah gunung. Material tersebut berupa abu vulkanik,
pasir, kerikil dan bongkahan batu. Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta
adalah daerah yang berisiko tinggi erupsi Merapi.
Apa itu Bahaya lahar?
Lahar adalah material yang keluar dari perut gunung yang telah
Lahar
adalah
material
letusan
gunung
api
yang
terdiri
atas
bongkahan
batu,
kerikil,
pasir
serta
abu
vulkanik
yang
bercampur
dengan
air.
10. 10
BAHAN
BACAAN
SISWA
bercampur dengan air dan berubah menjadi lumpur pekat. Material ini bergerak menuruni lereng dan
lembah gunung melalui sungai dan kali yang bersumber di Merapi saat hujan turun. Jika daerah sekitar
Merapi diguyur hujan deras dalam waktu yang lama, maka lumpur yang turun juga akan semakin banyak,
sehingga tercipta banjir lahar.
Apa kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari lahar adalah material vulkanik serta segala macam benda yang terbawa oleh
aliran air. Aliran air membawa bongkahan-bongkahan batu yang dapat merusak bahkan menghancurkan
infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, bendungan, pipa jaringan air bersih, dan lahan persawahan.
Rumah-rumah penduduk yang dekat dengan tepi sungai selain terendam lumpur juga dapat mengalami
kerusakan dan kehancuran akibat terjangan bongkahan batu yang beraneka ukuran. Arus tinggi lahar dapat
menggerus dinding sungai dan dapat menyebabkan tepi sungai longsor. Sungai mengalami penyempitan
dan pendangkalan karena adanya sedimentasi atau pengendapan material vulkanik. Bila hujan turun, air
tidak dapat ditampung oleh badan sungai, akhirnya meluber dan membanjiri daerah-daerah yang berada di
sepanjang tepi sungai.
Seiring dengan datangnya musim hujan, lahar menjadi bencana lanjutan di Provinsi DI Yogyakarta setelah
bencana erupsi Merapi. Ancaman lahar terutama dirasakan oleh warga yang tinggal di sepanjang Kali Code,
kali yang membelah Kota Yogyakarta. Tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut termasuk tinggi dan
di beberapa lokasi warga membangun rumah sangat dekat dengan tepi sungai.
Lahar dapat terjadi dalam waktu yang lama karena mengikuti masa musim hujan di mana proses turunnya
material terjadi secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Peristiwa lahar akan sering terjadi pada saat curah
hujan tinggi. Kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian banjir lahar terutama jika daerah hulu
sungai mendapat curahan hujan cukup lama dan deras.
Bagaimana Mengenali Bahaya Lahar?
Lahar hujan dapat dikenali melalui karena umumnya didahului dengan hujan lebat yang turun dalam waktu
lama di daerah hulu sungai. Kemudian terdengar suara gemuruh dan aliran air yang deras dan terdengar
suara batu berbenturan dari arah sungai.
Apa tindakan yang dilakukan saat terjadi lahar?
Bila terdengar suara gemuruh segera jauhi sungai. Jangan menunggu karena lahar dapat sampai sewaktu-
waktu dengan kecepatan tinggi. Jangan menyeberangi jembatan atau jalan yang dekat dengan sungai.
Nyawa lebih penting dari pada harta benda jadi selamatkan diri terlebih dahulu.
Bagaimana Kesiapsiagaan Lahar?
Masyarakat yang tinggal di daerah yang berisiko terkena banjir lahar dapat membuat sistem peringatan dini.
Misalnya membuat pos pemantauan di wilayah-wilayah tertentu yang dilengkapi dengan alat komunikasi.
Dengan adanya peringatan dini, masyarakat dapat memantau perkembangan yang terjadi, sehingga dapat
memberikan peringatan dini bagi warga yang lain untuk bersiap-siap mengungsi, bila ada tanda-tanda banjir
lahar dingin akan terjadi.
Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin tidak hanya mendatangkan kesengsaraan bagi warga Yogyakarta
namun juga rezeki. Tanah letusan Merapi kaya akan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk kesuburan.
Selain itu tanah dan pasir tersebut memiliki kualitas sangat baik untuk dijadikan bahan bangunan. Ini
sebabnya banyak warga yang mengeruk tanah dari sungai untuk dijual setelah banjir lahar dingin. Namun
banyak dari mereka yang kurang memperhatikan keselamatan dan nekat mengambil pasir meskipun ada
kemungkinan banjir lahar dingin terjadi kembali.
11. 11
BAHAN
BACAAN
SISWA
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Nasional Penanggulangan Bencana, 2010