Dokumen tersebut membahas tentang Yogyakarta yang rawan bencana karena berada di jalur aktif pertemuan 3 lempeng tektonik dan memiliki gunung berapi aktif seperti Merapi. Dokumen ini juga menjelaskan kondisi geografi, geologi, iklim, serta bentang alam Provinsi DI Yogyakarta beserta sejarah bencananya.
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptxSukirahSukirah1
LATAR BELKANG:
Studi keruangan dan sistem sosial adalah ilmu yang memberi dasar kemampuan, pengertian, dan pemahaman tentang Ilmu Pengetahuan Sosial terutama mengenai ruang tempat dan sistem sosial
Studi keruangan dan sistem sosial akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif dan integratif tentang materi IPS, terutama yang berkenaan dengan konsep ruang, tempat dan sistem sosial. Selain konsep ruang dan tempat, pengetahuan kita akan diperkaya lagi dengan materi tentang peta, penduduk, gejala alam, bentang alam dan budaya, region, dan sistem sosial.
PENGERTIAN KERUANGAN :
Cara pandang suatu ilmu dalam rangka menganalisa, memahami dan menjelaskan suatu fenomena yg tersebar di permukaan bumi.
2. Analisis keruangan adalah suatu pendekatan yang khas dalam geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya.
3. Pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji kesamaan atau perbedaan suatu fenomena geosfer melalui cara pandang keruangan. Dalam hal ini fokus pengamatan adalah persebaran kegunaan ruang dan manfaat yang akan didapatkan dari ruang yang disediakan.
Presentasi Studi Keruangan dan Sistem Sosial Sem 2 30092019.pptxSukirahSukirah1
LATAR BELKANG:
Studi keruangan dan sistem sosial adalah ilmu yang memberi dasar kemampuan, pengertian, dan pemahaman tentang Ilmu Pengetahuan Sosial terutama mengenai ruang tempat dan sistem sosial
Studi keruangan dan sistem sosial akan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif dan integratif tentang materi IPS, terutama yang berkenaan dengan konsep ruang, tempat dan sistem sosial. Selain konsep ruang dan tempat, pengetahuan kita akan diperkaya lagi dengan materi tentang peta, penduduk, gejala alam, bentang alam dan budaya, region, dan sistem sosial.
PENGERTIAN KERUANGAN :
Cara pandang suatu ilmu dalam rangka menganalisa, memahami dan menjelaskan suatu fenomena yg tersebar di permukaan bumi.
2. Analisis keruangan adalah suatu pendekatan yang khas dalam geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya.
3. Pendekatan yang dilakukan untuk mengkaji kesamaan atau perbedaan suatu fenomena geosfer melalui cara pandang keruangan. Dalam hal ini fokus pengamatan adalah persebaran kegunaan ruang dan manfaat yang akan didapatkan dari ruang yang disediakan.
Siswa merupakan agen perubahan ( Agen Of Change), maksudnya adalah Siswa bisa memberikan sumbangsih pemikirannya yang bermanfaat (walaupun berbeda dari yang ada) dan menerapkannya. Hal ini sering mendapat tentangan dari masyarakat, teman, maupun keluarga, namun ia bisa memilih antara memaksakan secara kontinual atau menerapkan secara bertahap.
Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association Untuk Consortium Disaster Education Indonesia: Advokasi Sekolah Aman. WS Pembelajaran PLAN Program Sekolah Aman, Yogyakarta, 2014
Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta. Dalam diskusi persiapan pembentukan forum PRB-API DKI Jakarta.
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Kesiapsiagaan Gunungapi. Lingkar Association - Yogyakarta, Indonesia.
Presentation by Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for Science Teacher or Education, an Indonesia Experiences - NOSTRE Phillippine 2014, Iloilo City
More from Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar) (15)
3. 3
DAFTAR ISI
PRAKATA
1. YOGYAKARTA RAWAN BENCANA
1.1.Tentang Daerah Istimewa Yogyakarta
1.2.Kondisi Geografi, Geologi, dan Hidrometeorologi Yogyakarta
1.3.Gambaran Bentang Alam Provinsi DI Yogyakarta
1.4.Sejarah Bencana dan Risiko Bencana di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. BENCANA, ANCAMAN, DAN RISIKO BENCANA
2.1.Bencana
2.2.Ancaman
2.3.Risiko Bencana
2.4.Pengurangan Risiko Bencana
2.5.Kesiapsiagaan Bencana
3. MENGENAL BENCANA DAN TINDAKAN PENGURANGAN RISIKO
3.1.Gunung api Merapi
3.2.Banjir
3.3.Gempa Bumi
3.4.Tsunami
3.5.Tanah Longsor
3.6.Kekeringan
3.7.Angin Ribut/Puting Beliung
3.8.Wabah Penyakit
4. 4
PRAKATA
Menyikapi kerawanan bencana yang terdapat di wilayah dan dihadapi oleh komunitas
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sumbangsih dan prakarsa semua pihak dalam
gerakan/upaya bersama Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini,
salah satunya yang berkaitan dengan sektor pendidikan, meningkatkan kompetensi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan tentang upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS)
menjadi penting.
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ingin
mengambil bagian dan memberikan sumbangsih yang strategis bagi prakarsa upaya penguatan
kapasitas kesiapsiagaan bencana pada bidang pendidikan. Untuk itu, melalui Kegiatan
Penyusunan Bahan Ajar Bermuatan Kebencanaan, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku-buku bahan ajar bermuatan kebencanaan
dalam seri Bersahabat dengan Bencana untuk masing-masing jenjang satuan pendidikan (TK,
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan SLB). Upaya ini juga dilaksanakan guna menindaklanjuti
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Tujuannya ialah untuk meningkatkan
kompetensi dan kapasitas para pihak pemangku kepentingan bidang pendidikan tentang
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Berdasarkan hal tersebut, diharapkan agar buku-buku Bahan Ajar ini dapat digunakan
sebagai acuan dan pedoman dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) oleh para pihak pemangku kepentingan
bidang pendidikan khususnya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, sehingga dapat mewujudkan pencapaian visi/cita-cita Penanggulangan Bencana
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni “Terwujudnya masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta yang peka, tanggap, dan tangguh terhadap bencana menuju Hamemayu
Hayuning Bhawono”.
Akhirnya, dalam kesempatan yang baik ini, kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya bahan ajar bermuatan kebencanaan ini, terutama Tim Penyusun dan Tim Pakar, saya
sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga Tuhan Yang maha Esa meridhai ikhtiar kita.
Yogyakarta, Desember 2011
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji
NIP: 19630225 199003 1 010
5. 5
YOGYAKARTA RAWAN BENCANA
Istilah rawan bencana mungkin membuat kalian heran dan bertanya-tanya, mengapa demikian? Ada
beberapa alasan mengapa Yogyakarta disebut rawan bencana.
Tentang Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No. 3 tahun 1950 yang meliputi Daerah
Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Provinsi ini terdiri atas Kabupaten Gunung Kidul,
Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Daerah Istimewa
Yogyakarta saat ini berada di bawah kepemimpinan Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sri Sultan,
selain sebagai kepala pemerintahan daerah, juga memegang peranan penting bagi masyarakat Yogyakarta,
yaitu sebagai penjaga warisan budaya Jawa. Kehidupan masyarakat Yogyakarta masih kental dengan adat
istiadat dan nilai-nilai budaya Jawa yang masih dipelihara dan dipertahankan sebagai pemersatu
masyarakat. Modernisasi dan globalisasi tidak diterima sebagai hal yang negatif melainkan diambil nilai-nilai
positifnya untuk semakin memperkaya kebudayaannya; menjadikan kehidupan selaras dengan lingkungan
tempat masyarakat berada. Hal ini tercermin pula dalam filosofi pembangunan daerah Yogyakarta berdasar
pada filosofi Hamemayu Hayuning Bawono yang artinya “kepemimpinan yang selalu mengupayakan
peningkatan kesejahteraan rakyat dan mendorong terciptanya sikap serta perilaku hidup individu yang
menekankan keselarasan dan keserasian atara sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia
dengan Illahi dalam melaksanakan hidup dan kehidupannya” (Profil DIY 2010).
Masyarakat Yogyakarta dalam menjalani kehidupan sosial sangat menjunjung tinggi nilai-nilai seperti
kedermawanan, kebersamaan, keteladanan, perjuangan, kepemimpinan, kegotong-royongan, pengorbanan,
ketaqwaan, kepasrahan, dan kesetiakawanan. Nilai-nilai ini tidak hanya ditunjukkan pada saat normal juga
saat kondisi bencana. Sebagai contoh, pada peristiwa gempa 2006, masyarakat yang rumahnya tidak rubuh
dengan sukarela memberi dan berbagi tempat bernaung kepada mereka yang rumahnya hancur. Saat
membagikan bantuan makanan misalnya, turut mempertimbangkan jumlah anggota keluarga yang
menerima. Pada saat pembagian bantuan rumah pada fase rehabilitasi dan rekonstruksi, para pengambil
keputusan umumnya mengutamakan lebih dahulu mereka yang paling rentan dan membutuhkan seperti
janda dan lansia. Proses pelaksanaan pembangunannya pun dilaksanakan dengan gotong-royong agar
tercipta rasa kebersamaan. Dengan demikian diharapkan keseimbangan dan kerukunan sosial tetap terjaga,
rasa keadilan terpenuhi, dan dilaksanakan dalam ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa, serta dilandasi
dengan keyakinan bahwa semua yang dilakukan akan mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi kehidupan
pribadi dan masyarakat secara keseluruhan.
Kondisi Geografi, Geologi, dan Hidrometeorologi Yogyakarta
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang sangat aktif bergerak: (1) lempeng Eurasia,
(2) lempeng Pasifik, dan (3) lempeng Indo-Australia. Daerah pertemuan tiga lempeng tersebut sering disebut
sebagai Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), dan merupakan jalur rangkaian
gunung api aktif di dunia.
Hasil proses pergerakan lempeng dapat dilihat dalam bentuk lipatan, punggungan, patahan yang ada di
permukaan bumi Indonesia. Ada pula yang merupakan pergerakan yang tercipta di dasar laut yakni palung
samudera. Pergerakan lempeng juga menyebabkan timbulnya aktivitas vulkanik yang cukup tinggi. Dan
Indonesia terletak di jalur Cincin Api Pasifik di mana beberapa gunung api paling aktif di dunia berada di
negara ini. Contohnya, Gunung Api Merapi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Daerah Istimewa Yogyakarta atau lebih dikenal dengan Yogyakarta secara geografis berada pada posisi
antara 7
0
33’ - 8
0
15’ Lintang Selatan dan 110
0
5’ – 110
0
50’ Bujur Timur. Luas wilayah keseluruhannya adalah
3.185,81 km
2
atau sekitar 0,17% dari luas keseluruhan negara Indonesia. Jika ditinjau dari kondisi geofisik
6. 6
maka Provinsi DI Yogyakarta dan sekitarnya terletak pada jalur tektonik dan vulkanik, pada sisi utara
terdapat vulkanik Merapi yang sangat aktif, pada sisi Selatan (Samudera Hindia) terdapat palung Jawa yang
merupakan jalur subduksi lempeng Indo-Australia-Eurasia. Pertemuan ketiga lempeng ini merupakan
penyebab utama terjadinya gempa tektonik di kawasan ini.
Dari sisi geologi wilayah, wilayah DI Yogyakarta termasuk cukup kompleks, karena secara struktur terdiri
dari lipatan dan patahan. Lipatan terdiri dari antiklinal dan sinklinal yang terdapat pada formasi Semilir dan
Kepek di sisi Timur, sedang patahan berupa sesar turun berpola anthitetic fault block membentuk Graben
Bantul. Formasi geologi yang paling umum di wilayah Yogyakarta adalah endapan vulkanis khususnya pada
bagian tengah (Graben Bantul) dan sebagian kecil berupa formasi Sentolo di bagian barat; formasi Aluvium
atau endapan lumpur sungai, Andesit (Baturagung), formasi Semilir, Kepek dan Nglarang di sisi timur.
Kondisi iklim Yogyakarta adalah beriklim tropis di mana suhu rata-rata bulanan di wilayah ini antara 24
0
C -
33
0
C dengan curah hujan per hari 50 sampai dengan 70mm/detik pada musim hujan. Tingkat kelembababan
antara 55-59%. Kecepatan angin di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bertiup sekitar 9 - 18
km/jam ke arah tenggara pada bulan-bulan tertentu (Oktober-Desember). Suhu permukaan air laut
(Samudra Hindia berkisar antara 28
0
C - 30
0
C, sementara di Laut Jawa berkisar antara 30
0
C - 32
0
C, yang
sangat berpotensi membentuk awan hujan dan angin). Tinggi gelombang laut di Samudra Hindia berkisar
antara 2 hingga 3 meter dan berpotensi bahaya (sumber: BMKG Yogyakarta).
Bentang Alam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Selain warisan budaya Jawa dan pariwisatanya, Yogyakarta, memiliki bentang alam yang unik dan daya
tarik tersendiri. Bentang alam wilayah provinsi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Gunung Merapi; terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran vulkanik yang meliputi
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, hingga sebagian Kabupaten Bantul. Gunung Merapi merupakan
gunung api aktif yang memiliki ciri atau sifat khusus, sehingga sering menjadi tujuan pariwisata, obyek
penelitian, dan pendidikan.
2. Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu; merupakan daerah perbukitan batu kapur dan
gamping. Letaknya di sebelah selatan Yogyakarta yaitu di Kabupaten Gunung Kidul. Wilayah ini
sebagian besar tandus dan mengalami kekurangan air.
3. Pegunungan Kulonprogo; merupakan daerah perbukitan dengan lereng-lereng terjal dan terletak di
bagian utara Kabupaten Kulonprogo.
4. Dataran Rendah; terbentang mulai dari selatan Yogyakarta, sebagian Kabupaten Kulonprogo hingga
Kabupaten Bantul, berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Tanah di daerah ini adalah hasil endapan
sungai sehingga sangat subur. Di sebelah selatan Yogyakarta terdapat wilayah pantai yang terbentang
mulai dari Kulonprogo hingga Bantul. Keunikan lainnya yaitu adanya Gumuk Pasir di pantai Parang
Tritis, Kabupaten Bantul.
Sejarah Bencana dan Risiko Bencana di Daerah Istimewa Yogyakarta
Provinsi DI Yogyakarta telah mengalami beberapa peristiwa bencana dalam kurun waktu 10 tahun
belakangan. Gempa bumi Mei 2006 dan erupsi Merapi tahun 2010 adalah beberapa dari bencana yang
pernah melanda provinsi ini. Beberapa ancaman yang terdapat di Yogyakarta adalah:
1. Erupsi Gunungapi Merapi
Gunung api teraktif di dunia ini memiliki intensitas letusan yang pendek yaitu setiap 3-7 tahun sehingga
dikategorikan berbahaya. Wilayah DIY yang berisiko tinggi erupsi Merapi adalah Kabupaten Sleman dan
daerah-daerah di sekitarnya.
2. Tanah Longsor
Meskipun kejadian tanah longsor bersifat lokal namun dampak yang ditimbulkan bisa sangat besar.
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki ancaman tanah longsor meliputi Kabupaten
Kulonprogo, Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman. Sejarah kejadian tanah longsor paling sering menimpa
daerah Perbukitan Menoreh, Kulonprogo, dan perbukitan Baturagung yang ada di perbatasan Gunung
Kidul dan Bantul.
3. Kekeringan
Kekeringan kerap terjadi di kabupaten Gunung Kidul hampir setiap tahun. Ini karena tanah setempat
tidak dapat menahan atau menyerap cadangan air tanah. Potensi kekeringan yang paling tinggi berada
di beberapa kecamatan seperti Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap. Untuk Kabupaten Sleman,
kekeringan sangat bisa terjadi khususnya pada daerah lereng Merapi bagian atas. Untuk kekeringan
tingkat sedang, sangat besar dialami di Kabupaten Bantul seperti Kecamatan Pajangan, Gamping.
Kabupaten Kulonprogo meliputi Kecamatan Sentolo, Pengasih, Lendah, dan Nanggulan.
4. Tsunami
Meskipun Yogyakarta belum pernah mengalami tsunami, namun daerah yang rawan tsunami tersebar di
3 Kabupaten yaitu Kulonprogo (Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Temon, Bantul
7. 7
(Kecamatan Srandakan, Kecamatan Kretek, dan Kecamatan Sanden), dan Gunung Kidul (wilayah
pantai dan tempat wisata seperti Pantai Kukup/Krakal, Sadeng).
5. Angin Ribut/Puting Beliung
Puting beliung dapat terjadi hampir di semua Kabupaten/kota di Yogyakarta. Peristiwa ini umumnya
dijumpai pada masa pergantian dari musim kemarau ke musim hujan. Hingga kini masih sulit untuk
memprediksi waktu dan tempat kejadiannya karena pembentukan anggin sangat dipengaruhi oleh
tekanan udara setempat.
6. Gempa Bumi
Karena letaknya yang berada di jalur subduksi lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia,
Yogyakarta khususnya wilayah Kabupaten Bantul termasuk dalam wilayah risiko tinggi gempa bumi;
antara lain di kecamatan Kretek, Pundong, Jetis, Pleret, Piyungan, Banguntapan, dan Imogiri.
7. Banjir
Peta potensi banjir di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain; (a) Potensi banjir Tinggi. Potensi
banjir tinggi terjadi di Kabupaten Bantul (Kecamatan Kretek) dan Kabupaten Kulon Progo (Kecamatan
Temon, Lendah); (b) Potensi Banjir Sedang. Potensi banjir sedang kerap terjadi di Kabupaten Sleman
(Kecamatan Minggir, dan Kecamatan Prambanan), Kabupaten Bantul (Kecamatan Jetis, Kecamatan
Pandak, dan Kecamatan Pajangan), dan Kabupaten Kulon Progo (Kecamatan Nanggulan, Kecamatan
Pengasih, Kecamatan Temon, dan Kecamatan Kalibawang).
8. Wabah Penyakit
Wabah penyakit yang perlu diwaspadai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah penyakit Demam
Berdarah Dengue, Malaria, dll.
Berdasarkan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DI Yogyakarta tahun 2010, ada delapan
jenis yang bencana yang kita hadapi, yaitu:
1. Erupsi Gunungapi Merapi
2. Banjir
3. Gempa bumi
4. Tsunami
5. Tanah Longsor
6. Kekeringan
7. Angin Ribut (Puting Beliung)
8. Epidemi Demam Berdarah Dengue
8. 8
BENCANA, ANCAMAN, DAN RISIKO BENCANA
Indonesia telah mengalami beberapa peristiwa bencana besar. Pada tahun 2010 saja, Indonesia mengalami
3 bencana besar yaitu banjir bandang Wasior di Provinsi Papua, Erupsi Gunungapi Merapi di Yogyakarta,
serta Tsunami di Nias. Peristiwa tersebut telah menimbulkan kerugian dan kerusakan yang tidak sedikit, baik
dari jumlah korban jiwa, korban luka-luka, kerusakan material, hingga hilangnya mata pencaharian
penduduk. Kejadian bencana masih terus mengintai seluruh penduduk di berbagai wilayah di Indonesia di
masa mendatang.
Bencana dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapa saja. Mengingat bahwa kondisi negara
Indonesia rawan bencana, maka semua orang yang hidup di Indonesia memiliki risiko bencana atau terkena
akibat buruk dari bencana. Agar dapat terhindar dari risiko kehilangan, kerugian, dan kerusakan akibat
bencana, maka membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai kebencanaan menjadi
sebuah keharusan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat mengurangi risiko terkena akibat buruk
bencana yang dapat menimpa diri sendiri, bahkan dapat membantu menyelamatkan nyawa orang lain. Lalu,
pengetahuan dan keterampilan kebencanaan seperti apa yang perlu diketahui?
Bencana
Bencana terjadi apabila kita tidak dapat mengatasi ancaman. Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Ancaman
Yang dimaksud dengan Ancaman adalah hal-hal yang berpotensi merusak bentuk-bentuk fisik, tanda-tanda
alam atau kegiatan manusia yang menyebabkan kehilangan nyawa atau terluka, kerusakan harta benda,
gangguan sosial, dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Menurut penyebabnya, bencana dapat dibedakan menjadi:
1. Yang disebabkan oleh Alam; seperti gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung,
gunung meletus, banjir, dll.
2. Yang disebabkan oleh Non-Alam; seperti perang, konflik sosial, serangan fisik, kebakaran hutan,
pencemaran lingkungan, banjir bandang, tumpahan minyak, ledakan pabrik, kebocoran gas, kegagalan
transportasi.
Bencana dapat pula dibedakan berdasarkan waktu kejadiannya yaitu:
1. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba; contohnya Gempa bumi, Angin Puting Beliung, Tsunami, Rob,
dan Banjir Bandang, serta Erupsi Gunung Api. Meskipun beberapa jenis bencana ada tanda-tanda
peringatannya, namun belum ada alat yang dapat memperkirakan secara pasti kapan bencana akan
terjadi.
2. Bencana yang terjadi secara perlahan-lahan; contohnya Kekeringan dan Banjir yang biasanya
menunjukkan tanda-tanda peringatan secara bertahap, sehingga manusia dapat melakukan berbagai
upaya untuk mengurangi risiko dan jatuhnya lebih banyak korban.
Risiko Bencana
Risiko Bencana adalah kemungkinan atau potensi terkena akibat dan dampak dari sebuah kejadian bencana
yang menimpa suatu wilayah dan terjadi dalam kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya
menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Risiko merupakan hal yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Dalam menjalani kehidupannya,
dimanapun manusia berada dan tinggal selalu ada risiko untuk terkena bencana, baik yang disebabkan oleh
alam maupun oleh ulah manusia itu sendiri. Bencana juga dapat terjadi karena ulah manusia, misalnya
bencana kekeringan. Salah satu penyebab kekeringan adalah penggundulan hutan secara besar-besaran
untuk diambil kayunya demi keuntungan ekonomi oleh manusia sehingga tidak ada pohon yang menyerap
dan menyimpan air di kala hujan. Akibatnya, saat musim kemarau, manusia mengalami kekurangan air.
Manusia kemudian berupaya untuk menanggulanginya dengan berbagai cara. Misalnya melalui kiriman
bantuan air oleh pemerintah. Tapi hal ini tentu tidak dapat berlangsung terus menerus karena ada banyak
keterbatasan.
9. 9
Pengurangan Risiko Bencana
Masih banyak yang memandang bahwa bencana terjadi karena takdir Tuhan sebagai hukuman atas
kesalahan yang manusia lakukan. Cara pandang ini dapat mendekatkan manusia pada sang pencipta
sehingga menjadi lebih arif dan bijaksana dalam bertindak. Namun pandangan ini dapat pula membatasi diri,
karena di saat seseorang meyakini bahwa bencana adalah takdir maka tidak lagi diperlukan langkah-
langkah dan tindakan untuk mencegah dan mengurangi risiko bencana. Kesadaran bahwa manusia turut
berkontribusi pada terjadinya bencana adalah langkah awal namun penting dalam upaya pengelolaan risiko
bencana.
Indonesia telah mengesahkan Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang
dilengkapi dengan tiga Peraturan Pemerintah dan satu Peraturan Presiden. Tiga peraturan pemerintah ini
adalah peraturan mengenai Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PP 21/2008), Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan (PP 22/2008), serta peran lembaga internasional dan lembaga asing non-
pemerintahan (PP 23/2008). Sedangkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 adalah tentang Badan
Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) yaitu badan yang mengkoordinir kegiatan penanggulangan
bencana di tingkat nasional. Sementara untuk tingkat daerah, beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota telah
menyiapkan peraturan daerah (PERDA) untuk penanggulangan bencana dan juga pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terutama untuk tingkat Provinsi.
Pengurangan Risiko Bencana menjadi hal penting saat ini karena beberapa ancaman bencana tidak
mungkin untuk dicegah kejadiannya, misalnya kejadian gempa bumi, tsunami, atau puting beliung. Namun
dengan pengelolaan risiko, manusia dapat meminimalisir atau mengurangi risiko atau kerugian dan
kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh suatu bencana. Untuk ini diperlukan sebuah upaya yang
terencana dan menyeluruh serta membutuhkan partisipasi berbagai pihak dalam pelaksanaannya.
Kesiapsiagaan Bencana
Bencana bisa datang kapan saja tanpa kita sadari terlebih dahulu. Kerugian yang terjadi bisa lebih parah
tanpa adanya kesiapsiagaan. Bersiap-siaga bukan berarti mengundang datangnya bencana. Dengan
kesiapsiagaan, risiko kerugian dan kerusakan bisa dikurangi, bahkan bisa menyelamatkan nyawa saat
terjadi bencana.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana secara tepat guna dan berdaya
guna, guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, serta gangguan serius terhadap tata
kehidupan masyarakat. Upaya yang termasuk kesiapsiagaan, misalnya kegiatan peningkatan pengetahuan
berupa simulasi atau pelatihan penyelamatan diri, pembuatan sistem peringatan dini, pembuatan rencana
kedaruratan, dll. Setiap orang, baik anak-anak, orang dewasa, laki-laki, dan perempuan, dapat turut terlibat
dalam upaya Kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan yang bisa dilakukan oleh anak-anak, misalnya mempersiapkan
barang-barang yang sekiranya diperlukan saat terjadi bencana dan mempelajari tindakan penyelamatan diri.
Tas Siaga
Tas Siaga adalah tas yang berisi barang-barang yang dapat digunakan untuk bertahan hidup
dalam keadaan darurat.
Apa saja Isi Tas Siaga?
Karena Tas Siaga disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat kondisi darurat,
umumnya berisi:
Air minum – Siapkan air minum dalam botol yang bersih. Gantilah dengan yang baru setiap
tiga bulan sekali.
Makanan – Siapkan makanan yang awet dan bisa dimakan tanpa harus diolah terlebih
dahulu. Pilih makanan yang bisa memberikan energi cukup tinggi, seperti cokelat, biskuit, dll.
P3K – siapkan perlengkapan P3K, beserta obat-obatan pribadi yang mungkin dibutuhkan.
Jangan lupa untuk mengecek tanggal kedaluwarsanya. Ganti obat-obatan yang kedaluwarsa
dengan yang baru.
Senter – siapkan juga batere cadangan, korek api, dan lilin.
Pakaian ganti dan selimut – siapkan satu set baju ganti beserta selimut.
Informasi kontak keluarga
Radio portabel
Fotokopi surat-surat penting (kartu identitas, dll)
Jas Hujan
Barang-barang lain selain daftar di atas bisa saja dimasukkan ke dalam Tas Siaga, tergantung
kondisi daerah masing-masing dan kondisi keluarga masing-masing. Misalnya:
- Masker (di daerah yang rawan bencana gunung berapi)
10. 10
- Pelampung (di daerah yang rawan bencana banjir)
- Pakaian dan popok bayi (bagi keluarga yang mempunyai bayi)
Periksa isi tas secara berkala dan gantilah bila ada barang yang rusak atau kedaluwarsa. Ingat,
ya, hanya masukkan yang kau butuhkan saja di dalam Tas Siaga!
DROP COVER HOLD
Sumber: Earthquakecountry.org
Tindakan melindungi diri saat terjadi gempa bumi:
1. Jatuhkan diri ke tanah. Guncangan gempa yang kuat bisa membuatmu kehilangan
keseimbangan dan terjatuh. Dengan posisi merunduk, badanmu akan lebih dekat dengan
tanah, dengan begitu kamu mengurangi kemungkinan untuk jatuh. Selain itu, kamu masih bisa
bergerak dengan bebas bila perlu.
2. Berlindunglah di bawah meja atau perabot yang kokoh. Bila tidak ada meja atau perabot yang
kokoh, meringkuklah di dekat dinding dalam rumah. Lindungi kepalamu. Jauhi lemari, rak buku
atau benda-benda lain yang bisa menimpamu. Jangan berlindung di dekat jendela kaca.
3. Berpegangan pada meja atau perabot tempat kamu berlindung, pertahankan posisimu
sehingga kamu tetap terlindung.
11. 11
MENGENAL BENCANA DAN TINDAKAN PENGURANGAN RISIKO
Sebagai warga Yogyakarta, kita perlu untuk mengetahui risiko bencana yang dihadapi oleh provinsi ini. Hal
ini berguna untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi peristiwa bencana di masa depan. Misalnya
dengan belajar tentang informasi penting dan keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari risiko
bencana. Langkah pertama dan paling penting adalah dengan mengenal lebih dekat tentang ancaman yang
ada di Provinsi DI Yogyakarta.
GUNUNG API MERAPI
Secara administratif Gunung Api Merapi terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di
Provinsi DI Yogyakarta (sebelah selatan), Kabupaten Magelang (sebelah barat), Kabupaten Boyolali
(sebelah utara), dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah (sebelah timur).
Gunung Api Merapi termasuk tipe gunung api strato, yakni gunung api yang memiliki bentuk kerucut dan
simetris. Dengan ketinggian ± 2980 meter di atas permukaan laut, puncak Merapi terlihat indah dari
kejauhan. Di balik keindahannya, gunung api ini juga mendatangkan ancaman serius bagi warga
Yogyakarta.
Gunung Api Merapi termasuk gunung api yang aktif dan frekuensi perulangan letusan yang sangat sering.
Dalam kurun waktu 10 tahun belakangan, tercatat Merapi pernah meletus pada tahun 1994, 1997, 1998,
2001, 2006 dan terakhir pada Oktober 2010.
Apa Penyebab Merapi Meletus?
Gunung Merapi meletus karena adanya aktivitas magma di dalam gunung yang menghasilkan gas
bertekanan tinggi dan kemudian dilepaskan dalam bentuk letusan. Bahaya erupsi/letusan Gunung Api
Merapi dibagi menjadi: (1) bahaya langsung yaitu pada saat terjadi letusan dan (2) bahaya tidak langsung
yaitu sesudah terjadi letusan.
Apa Bahaya Erupsi Merapi?
Yang termasuk sebagai bahaya langsung dari letusan gunung merapi adalah:
Lava atau magma pijar
Aliran lava yang keluar saat gunung meletus, berbentuk lumpur bersuhu tinggi yang mengalir turun
melalui lereng, lembah, dan aliran sungai.
Awan panas/piroklastik
Dikenal dengan sebutan wedus gembel, saat keluar menyerupai awan berat yang bergulung-gulung
menuruni lereng gunung. Ini karena ia mengandung material gas, abu vulkanik, dan bebatuan berbagai
ukuran. Kecepatan luncuran awan panas sangat tinggi yaitu hingga 70km/jam. Selain itu, suhunya bisa
mencapai 700 Celcius, sehingga dapat memanggang apa pun yang dilewatinya.
Gas vulkanik
Karbondoksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida (SO2) dan Nitrogen (NO2) adalah gas
utama yang keluar saat gunung meletus, tergolong gas beracun sehingga berbahaya bila terhirup
manusia.
Hujan abu vulkanik
Debu vulkanik ini sangat ringan, mudah menyebar terbawa angin hingga berpuluh-puluh kilo meter
jauhnya. Hujan abu pekat dapat menghalangi sinar matahari dan menganggu pernapasan.
Sedangkan yang termasuk sebagai bahaya sekunder adalah lahar hujan atau lebih dikenal oleh
masyarakat Yogyakarta dengan banjir lahar dingin. Berasal dari materi letusan yang menumpuk dan
12. 12
mengendap di lereng dan lembah, lalu material tersebut berubah bentuk menjadi lumpur batuan saat
terkena air hujan. Materi ini kemudian mengalir melewati sungai dan kali yang bersumber di Merapi menuju
ke daerah yang lebih rendah.
Bagaimana mengenali Erupsi Merapi?
Pemantauan tehadap aktivitas kegunungapian di seluruh wilayah Indonesia menjadi tanggung jawab Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Badan ini bertugas untuk memberikan peringatan bagi
warga yang berada di wilayah sekitar Gunung Api Merapi, apabila gunung menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas. Meskipun demikian, perlu untuk tetap waspada dan memperhatikan tanda-tanda akan
terjadinya erupsi. Dalam beberapa peristiwa, masyarakat mengetahui bahwa Merapi akan meletus saat
mencium bau belerang yang sangat menyengat dan melihat banyak hewan turun dari puncak gunung.
Apa Akibat dan Dampak Erupsi Merapi?
Kejadian erupsi Gunung Api Merapi tahun 2010 menunjukkan kepada kita betapa dahsyatnya akibat dan
dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) 2011 menyatakan bahwa korban meninggal akibat luncuran awan panas mencapai 190 orang di
wilayah Provinsi DI Yogyakarta.
Kedahsyatan luncuran awan panas Merapi meluluh-lantakkan desa-desa yang berada pada jarak antara 5-
10km dari puncak. Luncuran awan panas juga menyebabkan gelombang pengungsi dalam jumlah luar
biasa, mencapai 15.366 jiwa di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Pengungsi terdiri dari masyarakat yang
desanya hancur dilanda awan panas maupun mereka yang berada dalam radius zona bahaya awan panas
(<20km). Penduduk tidak hanya kehilangan seluruh harta benda mereka, tetapi juga kehilangan desa dan
kampung tempat tinggal mereka. Ini karena kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan di sekitar puncak
Merapi sampai pada tahap permanen, yang berarti tidak dapat diperbaiki kembali.
Sumber: Departemen Energi dan Sumber Daya Manusia, 2010
Luasnya cakupan daerah yang terkena erupsi Merapi juga menimbulkan kerusakan dan kerugian yang
nilainya luar biasa besar. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, saluran irigasi dan pengairan serta
permukiman penduduk di keempat wilayah kabupaten hancur. Bidang pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, industri dan pariwisata yang selama ini menunjang kehidupan warga sekitar Merapi
juga mengalami kerugian.
Meskipun gunung api Merapi berpotensi untuk meletus sewaktu-waktu, material yang berasal dari letusan
gunung api menjadikan wilayah di sekitarnya sebagai daerah yang subur. Ini karena material letusan
13. 13
mengandung banyak mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Banyak orang yang kemudian memanfaatkan
kesuburan tanah di sekitar gunung berapi sebagai daerah pertanian.
Saat terjadi letusan gunung api:
Peristiwa erupsi gunung api belum bisa diprediksi kapan akan terjadi. Oleh karenanya patuhi himbuan untuk
mengungsi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Segera pergi ke tempat evakuasi dan ikuti petunjuk
jalur evakuasi yang sudah ditentukan. Hindari daerah seperti lereng, lembah, aliran sungai kering, dan
daerah aliran lahar. Bila sedang berada di tempat terbuka, segeralah mencari tempat berlindung karena abu
vulkanik yang masih panas dapat membakar kulit. Lindungi tubuh dengan baju lengan panjang, celana
panjang dan penutup kepala. Jangan lupa mengenakan masker atau kain yang telah dibasahi sebagai
penutup mulut dan hidung untuk mencegah abu vulkanik terhirup.
Sesudah terjadi letusan gunung api:
Meskipun gunung api telah meletus, jangan terburu-buru untuk kembali ke rumah sebelum keadaan sudah
dinyatakan benar-benar aman. Ikuti dan pantau selalu perkembangan yang terjadi di sekitar. Bantulah
mereka yang paling membutuhkan pertolongan, misalnya anak-anak, lansia, dan orang cacat.
Sejarah Letusan Gunungapi Merapi
Letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta pada Selasa lalu ternyata
tidak seberapa bila dibandingkan dengan letusan-letusan sebelumnya. Letusan pada 1930 setidaknya
telah membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan letusan terbesar. Letusan
terbesar justru terjadi pada 1006. Saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Sayangnya tidak
diketahui berapa korban akibat letusan itu. Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Merapi mengalami letusan
pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2-5 tahun, dan siklus
menengah setiap 5-7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu
pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi adalah 71
tahun, jeda letusan 1587-1658. Pusat Vulkanologi mencatat, letusan besar Merapi terjadi pada 1006,
1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan sebelumnya terjadi empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006
pukul 09.03. Saat itu pemerintah mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang
yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru terpanggang awan
panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat
celcius. Selasa petang, 26 Oktober 2010 Gunung Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung
Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit. Kemudian berulang hingga
erupsi terakhir pukul 18.21 yang menyebabkan awan panas selama 33 menit. Awan panas ini telah
meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng Merapi. Setidaknya 30 orang meninggal atas musibah
ini, termasuk juru kunci Mbah Marijan.
14. 14
Lahar adalah material
letusan gunung api yang
terdiri atas bongkahan
batu, kerikil, pasir serta
abu vulkanik yang
bercampur dengan air.
LAHAR SEBAGAI BAHAYA SEKUNDER GUNUNG API
Saat meletus tahun 2010, Merapi diperkirakan memuntahkan lebih dari
140 juta meter kubik material vulkanik yang terkumpul di sekitar puncak,
lereng, dan lembah gunung. Material tersebut berupa abu vulkanik,
pasir, kerikil dan bongkahan batu. Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta
adalah daerah yang berisiko tinggi erupsi Merapi.
Apa itu Bahaya lahar?
Lahar adalah material yang keluar dari perut gunung yang telah
bercampur dengan air dan berubah menjadi lumpur pekat. Material ini bergerak menuruni lereng dan
lembah gunung melalui sungai dan kali yang bersumber di Merapi saat hujan turun. Jika daerah sekitar
Merapi diguyur hujan deras dalam waktu yang lama, maka lumpur yang turun juga akan semakin banyak,
sehingga tercipta banjir lahar.
Apa kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari lahar adalah material vulkanik serta segala macam benda yang terbawa oleh
aliran air. Aliran air membawa bongkahan-bongkahan batu yang dapat merusak bahkan menghancurkan
infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, bendungan, pipa jaringan air bersih, dan lahan persawahan.
Rumah-rumah penduduk yang dekat dengan tepi sungai selain terendam lumpur juga dapat mengalami
kerusakan dan kehancuran akibat terjangan bongkahan batu yang beraneka ukuran. Arus tinggi lahar dapat
menggerus dinding sungai dan dapat menyebabkan tepi sungai longsor. Sungai mengalami penyempitan
dan pendangkalan karena adanya sedimentasi atau pengendapan material vulkanik. Bila hujan turun, air
tidak dapat ditampung oleh badan sungai, akhirnya meluber dan membanjiri daerah-daerah yang berada di
sepanjang tepi sungai.
Seiring dengan datangnya musim hujan, lahar menjadi bencana lanjutan di Provinsi DI Yogyakarta setelah
bencana erupsi Merapi. Ancaman lahar terutama dirasakan oleh warga yang tinggal di sepanjang Kali Code,
kali yang membelah Kota Yogyakarta. Tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut termasuk tinggi dan
di beberapa lokasi warga membangun rumah sangat dekat dengan tepi sungai.
Lahar dapat terjadi dalam waktu yang lama karena mengikuti masa musim hujan di mana proses turunnya
material terjadi secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Peristiwa lahar akan sering terjadi pada saat curah
hujan tinggi. Kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian banjir lahar terutama jika daerah hulu
sungai mendapat curahan hujan cukup lama dan deras.
Bagaimana Mengenali Bahaya Lahar?
Lahar hujan dapat dikenali melalui karena umumnya didahului dengan hujan lebat yang turun dalam waktu
lama di daerah hulu sungai. Kemudian terdengar suara gemuruh dan aliran air yang deras dan terdengar
suara batu berbenturan dari arah sungai.
Apa tindakan yang dilakukan saat terjadi lahar?
Bila terdengar suara gemuruh segera jauhi sungai. Jangan menunggu karena lahar dapat sampai sewaktu-
waktu dengan kecepatan tinggi. Jangan menyeberangi jembatan atau jalan yang dekat dengan sungai.
Nyawa lebih penting dari pada harta benda jadi selamatkan diri terlebih dahulu.
Bagaimana Kesiapsiagaan Lahar?
Masyarakat yang tinggal di daerah yang berisiko terkena banjir lahar dapat membuat sistem peringatan dini.
Misalnya membuat pos pemantauan di wilayah-wilayah tertentu yang dilengkapi dengan alat komunikasi.
Dengan adanya peringatan dini, masyarakat dapat memantau perkembangan yang terjadi, sehingga dapat
memberikan peringatan dini bagi warga yang lain untuk bersiap-siap mengungsi, bila ada tanda-tanda banjir
lahar dingin akan terjadi.
Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin tidak hanya mendatangkan kesengsaraan bagi warga Yogyakarta
namun juga rezeki. Tanah letusan Merapi kaya akan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk kesuburan.
Selain itu tanah dan pasir tersebut memiliki kualitas sangat baik untuk dijadikan bahan bangunan. Ini
sebabnya banyak warga yang mengeruk tanah dari sungai untuk dijual setelah banjir lahar dingin. Namun
banyak dari mereka yang kurang memperhatikan keselamatan dan nekat mengambil pasir meskipun ada
kemungkinan banjir lahar dingin terjadi kembali.
16. 16
BANJIR
Apa itu Banjir?
Banjir adalah aliran air yang tingginya melebihi permukaan normal, yang meluap dan menggenangi daerah
yang biasanya tidak dilewati aliran air.
Berdasarkan sumber airnya, banjir dapat dikategorikan oleh:
3. yang disebabkan oleh derasnya curahan hujan melebihi kapasitas aliran air seperti sungai dan drainase
buatan manusia.
4. yang disebabkan oleh meningkatnya permukaan air sungai akibat pasang laut dan meningkatnya
gelombang pasang laut karena peristiwa badai di laut.
5. yang disebabkan adanya kegagalan bangunan penampung air hasil buatan manusia seperti bendungan
dan tanggul air.
6. Yang disebabkan oleh adanya penyumbatan bendungan atau aliran alami seperti sungai akibat adanya
benda-benda (longsoran tebing sungai, kayu) yang menghalangi jalannya aliran air.
Apa Penyebab Banjir?
Banjir dapat terjadi oleh karena faktor alami yaitu adanya curah hujan di atas normal yang kemudian tidak
dapat ditampung oleh badan air seperti sungai atau kali. Selain karena faktor alam, banjir juga dapat terjadi
karena ulah manusia. Membangun rumah di sepanjang tepi sungai dapat mempersempit sungai. Ditambah
dengan perilaku membuang sampah ke dalam saluran air dan sungai membuat selokan dan sungai menjadi
dangkal dan tersumbat sehingga aliran air terhambat dan meluap menggenangi daerah sisi sungai.
Penyebab lain adalah kurangnya daya serap tanah terhadap air karena tanah telah tertutup oleh aspal dan
bangunan-bangunan, serta ditambah dengan tidak adanya pepohonan dan hilangnya daerah serapan air.
Akibatnya saat hujan turun, air tidak terserap ke dalam tanah namun langsung mengalir di permukaan tanah.
Banjir di Yogyakarta lebih disebabkan oleh luapan air yang tidak dapat ditampung oleh saluran gorong-
gorong kota. Kesadaran warga tentang kebersihan lingkungan masih rendah, dapat dilihat dari masih
banyaknya warga yang menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga mereka,
semakin meningkatkan potensi banjir di perkotaan. Banjir berpotensi terjadi di daerah yang menjadi
sempadan atau batas sungai besar seperti Sungai Opak dan Sungai Progo.
Apa kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari banjir adalah aliran air yang mampu menghanyutkan manusia dan benda-
benda lain. Aliran air juga membawa berbagai material antara lumpur, kayu, batuan, serta benda-benda lain
yang mudah hanyut sehingga menambah daya rusak banjir. Arus deras dapat menggerus tanah di sekitar
fondasi bangunan seperti jembatan, rumah, dan jalan, dan menyebabkan bangunan tersebut goyah bahkan
rubuh. Saat banjir usai, material yang terbawa aliran air tertinggal dan menyebabkan rumah dan lingkungan
kotor, merusak tanaman sampai pada timbulnya wabah seperti penyakit kulit dan diare. Pada beristiwa banjir
bandang, benda-benda yang terbawa aliran air adalah pepohonan dan bebatuan besar, bukan hanya lumpur
atau material kecil lain, sehingga menimbulkan daya rusak luar biasa.
Apa Akibat dan Dampak Banjir?
Selain kerusakan dan kerugian material, banjir dapat mengganggu aktivitas manusia. Kegiatan rutin menjadi
terhalang dan terganggu. Misalnya kegiatan belajar mengajar di sekolah otaomatis tidak dapat dilaksanakan
karena bangunan sekolah terendam banjir dan sarana pendukung belajar hilang atau rusak. Demikian pula
dengan kegiatan pertanian dan ekonomi masyarakat. Kesehatan masyarakat juga mengalami gangguan.
Timbul kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih karena banjir telah merusak sumber air bersih
warga. Akibatnya tersebar wabah penyakit diare dan gatal-gatal.
Bagaimana Kesiapsiagaan Banjir?
Salah satu cara yang paling mudah namun efektif adalah dengan menempatkan papan petunjuk ketinggian
air di sungai sehingga memudahkan pemantauan kondisi ketinggian air. Petunjuk ini nantinya akan menjadi
dasar tindakan kapan sebaiknya warga yang berada dekat sungai mengungsi. Sedangkan bagi masyarakat
yang tinggal di daerah pesisir yang rawan banjir gelombang laut, perlu untuk mengenali tanda-tanda akan
terjadi banjir sehingga dapat segera mengambil langkah-langkah penyelamatan diri. Lakukan persiapan
untuk mengungsi dan adakan latihan pengungsian secara berkala. Pastikan setiap orang tahu tempat
evakuasi dan jalur yang aman untuk dilewati. Selain itu
simpanlah benda-benda penting seperti surat-surat berharga dalam wadah kedap air. Pindahkan panel listrik
ke tempat yang lebih tinggi. Persiapkan barang kebutuhan darurat dalam tempat yang mudah dibawa jika
sewaktu-waktu harus mengungsi.
17. 17
Apa tindakan setelah Banjir berlalu?
Untuk mencegah penyebaran penyakit, upayakan untuk selalu memperhatikan kebersihan air yang
digunakan untuk minum dan memasak. Air banjir juga umumnya mengandung kotoran sehingga penting
untuk menerapkan langkah-
langkah dasar kebersihan diri seperti mencuci tangan dengan sabun, menghindari mengkonsumsi minuman
dan makanan yang telah tercemar air banjir. Pembersihan rumah juga harus dilakukan secara menyeluruh
dan jika perlu lakukan secara berulang-ulang untuk memastikan bakteri dan jamur serta bibit penyakit hilang.
Barang-barang yang sulit dibersihkan seperti kasur, kursi harus dijemur di bawah sinar matahari dan diberi
obat pembasmi kuman.
Bagaimana mengurangi risiko Banjir?
Bila memungkinkan, buatlah sumur resapan dan tanamilah lingkungan sekitar dengan lebih banyak pohon
besar. Pohon bisa membantu penyerapan air dan menyimpannya sebagai tabungan air. Masyarakat di
kawasan banjir perlu menetapkan lokasi dan jalur evakuasi. Beberapa hal lain yang dapat dilaksanakan
masyarakat adalah membangun sistem peringatan dini banjir, upaya pembuatan kanal/saluran, dan jika
memungkinkan pindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir. Patuhi aturan untuk tidak mendirikan
bangunan di kawasan yang diperuntukkan sebagai daerah resapan air. Namun yang paling utama adalah
menumbuhkan kesadaran dan perilaku selalu menjaga lingkungan di manapun berada. Biasakan
membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan, lakukan pembersihan sampah di daerah aliran
sungai secara rutin.
Peta Risiko Banjir DIY, Sumber: Data Kebencanaan PIP2B DPUPESDM, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
18. 18
GEMPA BUMI
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya terletak di jalur subduksi lempeng Indo-Australia yang
menyusup ke lempeng Eurasia. Dengan demikian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya
merupakan wilayah yang sangat rawan gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Kabupaten Bantul,
Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulon Progo adalah wilayah provinsi DI Yogyakarta yang
menghadapi ancaman Gempa bumi.
Apa itu Gempa Bumi?
Gempa bumi adalah berguncang atau bergetarnya bumi yang disebabkan oleh adanya pergerakan lempeng
bumi.
Apa Penyebab Gempa Bumi?
Aktivitas di dalam perut bumi membuat lempeng-lempeng tersebut tidak stabil dan selalu bergerak. Lempeng
bumi dapat bergerak saling menumbuk, menjauh atau menyamping. Umumnya pergerakan lempeng terjadi
secara lambat, bahkan tidak disadari oleh manusia. Pergerakan lempeng terkadang, mengalami kemacetan
dan saling mengunci. Bila ini terjadi, maka akan ada sebuah pengumpulan energi pada daerah pertemuan
lempeng.
Pada saat lempeng tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut maka akan terjadi retakan dan patahan pada
lempeng bumi. Peristiwa ini diikuti dengan pelepasan energi secara tiba-tiba yang kemudian kita kenal
sebagai peristiwa gempa bumi. Jika pusat gempa terjadi di dasar laut, getarannya merambat melalui air laut
dan menimbulkan gelombang pasang yang bisa mencapai puluhan meter tingginya. Peristiwa ini disebut
dengan Tsunami.
Jenis Pergerakan lempeng bumi
Jenis Gempa Bumi
1. Gempa bumi Tektonik, disebabkan adanya pergerakan lempeng bumi.
2. Gempa bumi Vulkanik, disebabkan oleh aktivitas gunung api.
3. Gempa bumi Runtuhan, disebabkan oleh sumber lain, misalnya runtuhnya tanah atau batuan, bahan
peledak, dsb.
Apa kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari gempa bumi adalah guncangan atau getarannya. Gempa berkekuatan tinggi
dapat merobohkan dan menghancurkan bangunan. Reruntuhan bangunan inilah yang umumnya
menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Apa Akibat dan Dampak Gempa Bumi?
Gempa yang melanda Yogyakarta-Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 menelan korban lebih dari 5700 jiwa.
Jumlah korban tewas terbesar disebabkan karena tertimpa reruntuhan rumah. Penyebabnya adalah karena
rumah umumnya memiliki konstruksi yang lemah sehingga mudah roboh saat mendapat guncangan.
Minimnya pengetahuan tentang tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa membuat masyarakat
panik sehingga kurang memperhatikan keadaan sekitar saat berusaha menyelamatkan diri. Getaran gempa
juga dapat memicu terjadinya Tsunami, Tanah Longsor, dan Kebakaran. Jadi tetap berhati-hati dan
perhatikan kondisi sekitar dan tetap waspada saat terjadi gempa.
Bagaimana Kesiapsiagaan Gempa Bumi?
Hingga kini, belum ada ada peralatan buatan manusia yang dapat memperkitakan dengan pasti kapan dan
dimana gempa bumi terjadi. Meskipun begitu bukan berarti tidak ada tindakan yang dapat dilakukan agar
terhindar dari risiko gempa.
Carilah informasi apakah daerah tempat tinggal termasuk daerah yang rawan gempa atau tidak. Berlatih
tindakan melindungi diri saat gempa terjadi. Saat berada di sebuah bangunan, cari tahu letak pintu keluar
darurat. Perhatikan tempat atau benda-benda yang dapat membahayakan jika terjadi gempa.
19. 19
Apa Tindakan Saat Terjadi Gempa Bumi?
Jika sedang berada di dalam bangunan:
Segera cari tempat perlindungan, misalnya di bawah meja yang kuat. Gunakan bangku, meja, atau
perlengkapan rumah tangga yang kuat sebagai perlindungan.
Tetap di sana dan bersiap untuk pindah. Tunggu sampai goncangan berhenti dan aman untuk bergerak.
Hindari atau menjauhlah dari jendela dan bagian rumah yang terbuat dari kaca, perapian, kompor, atau
peralatan rumah tangga yang mungkin akan jatuh. Tetap di dalam untuk menghindari terkena pecahan
kaca atau bagian-bagian bangunan
Jika malam hari dan sedang berada di tempat tidur, jangan berlari keluar. Cari tempat yang aman seperti
di bawah tempat tidur atau meja yang kuat dan tunggu gempa berhenti.
Jika gempa sudah berhenti, periksa anggota keluarga dan carilah tempat yang aman. Ada baiknya kita
mempunyai lampu senter di dekat tempat tidur. Saat gempa malam hari, alat ini sangat berguna untuk
menerangi jalan mencari tempat aman, terutama bila listrik menjadi padam akibat gempa.
Sebaiknya tidak menggunakan lilin dan lampu gas karena dapat menyebabkan kebakaran.
Jika anda berada di tengah keramaian segera cari perlindungan. Tetap tenang dan mintalah orang lain untuk
tenang juga. Jika keadaan sudah aman, pindahlah ke tempat yang terbuka. Jauhi pepohonan besar atau
bangunan, dan jaringan listrik. Tetap waspada akan kemungkinan gempa susulan.
Jika sedang mengemudikan kendaraan, berhentilah jika aman. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang,
atau terowongan. Pindahkan mobil jauh dari lalu lintas. Jangan berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas,
atau tiang listrik.
Jika berada di pegunungan jauhi lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah
longsor yang runtuh akibat gempa. Jika berada di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang agak tinggi
atau beberapa ratus meter dari pantai. Gempa bumi dapat menyebabkan gelombang tsunami selang
beberapa menit atau jam setelah gempa dan menyebabkan kerusakan yang hebat.
Apa tindakan setelah gempa bumi berlangsung?
Periksa adanya luka. Setelah menolong diri, bantu menolong mereka yang terluka atau terjebak.
Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan pertolongan pertama jika
memungkinkan. Jangan coba memindahkan mereka yang luka serius yang justru dapat menyebabkan
luka menjadi semakin parah.
Periksa hal-hal berikut setelah gempa:
- Api atau ancaman kebakaran.
- Kebocoran gas. Tutup saluran gas jika kebocoran diduga dari adanya bau. Jangan dibuka sebelum
diperbaiki oleh tenaga ahlinya.
- Kerusakan saluran listrik. Matikan meteran listrik.
- Kerusakan kabel listrik. Menjauhlah dari kabel listrik sekalipun meteran telah dimatikan.
- Barang-barang yang jatuh dari lemari (saat membukanya).
- Periksa pesawat telepon. Pastikan telepon pada tempatnya.
- Lindungi diri dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan panjang,
sepatu yang kuat, dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungimu dari luka akibat
barang-barang yang pecah.
Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan orang
cacat yang mungkin perlu bantuan tambahan.
Lakukan pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya, termasuk pecahan gelas,
kaca, dan obat-obatan yang tumpah.
Waspadai gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa utama. Namun,
gempa susulan mungkin cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah akibat gempa
pertama. Tetaplah berada jauh dari bangunan. Kembali ke rumah hanya bila pihak berwenang sudah
mengumumkan keadaan aman.
Gunakan lampu senter. Jangan gunakan korek api, lilin, kompor gas, atau obor.
Gunakan telepon rumah hanya dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa.
Nyalakan radio untuk informasi, laporan kerusakan, atau keperluan relawan di daerahmu.
Biarkan jalan bebas rintangan agar mobil darurat dapat masuk dengan mudah.
20. 20
Peta Risiko Bencana Gempa Bumi, Sumber: Data Kebencanaan PIP2B DPUPESDM Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
21. 21
TSUNAMI
Apa itu Tsunami?
Tsunami adalah gelombang laut atau gelombang pasang yang laju geraknya sangat cepat. Peristiwa
tsunami telah melanda Indonesia dari masa ke masa. Bencana tsunami di Simeulue, Nias, dan Banda Aceh,
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2004); Pangandaran, Kabupaten Ciamis (2006) adalah contoh
peristiwa tsunami yang pernah melanda Indonesia. Yogyakarta termasuk wilayah yang rawan bencana
tsunami, terutama di Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kabupaten Gunung Kidul.
Apa Penyebab Tsunami?
Tsunami dapat dipicu oleh peristiwa erupsi gunung api dasar laut,
longsor di dasar laut, jatuhnya meteor di laut. Namun, umumnya
tsunami terbentuk saat terjadi gempa bumi yang berpusat di dasar
laut. Hanya gempa berkekuatan besar yang dapat menghasilkan
gelombang tsunami.
Apa Kekuatan yang merusak?
Tsunami terkenal akan kemampuannya merusak dan menghancurkan
desa-desa maupun kota-kota yang berada di tepi pantai. Saat tsunami
terbentuk di tengah laut, tinggi gelombang hanya sekitar 60 cm
namun kecepatannya bisa menyamai kecepatan pesawat jet, yaitu
hingga 1000 km/jam. Saat gelombang mencapai pantai,
kecepatannya menurun namun tinggi gelombang semakin meningkat.
Bila didahului dengan gempa, getaran gempa dapat merobohkan
rumah dan bangunan dengan konstruksi lemah. Saat tsunami
menghantam pantai, kekuatan gelombang air menghancurkan rumah
dan bangunan hingga berkeping-keping. Arus air menghanyutkan dan
menyatukan puing-puing bangunan dengan pepohonan, batu, dan benda-benda lainnya. Benda-benda inilah
yang kemudian menerjang kota dan seluruh isinya. Karena kecepatan gelombang tsunami sangat tinggi,
sangat sulit untuk menghindarinya.
Apa Akibat dan Dampak Tsunami?
Kedahsyatan gelombang tsunami menimbulkan kerusakan dan kerugian yang luar biasa. Karena kecepatan
dan daya rusaknya, ratusan bahkan ribuan orang kehilangan nyawa dan terluka karena tidak sempat
menyelamatkan diri. Bangunan, sekolah, kantor, jalan raya, jembatan, serta lingkungan dapat mengalami
kerusakan parah.
Bagaimana Mengenali Tsunami?
Tsunami dapat dikenali dengan adanya peristiwa surutnya air laut di pantai secara tiba-tiba yang didahului
dengan adanya gempa berkekuatan besar. Kemudian tercium bau garam/air laut yang menyengat dan dari
arah laut terdengar suara gemuruh yang sangat keras.
Bagaimana Kesiapsiagaan menghadapi Tsunami?
1) Kenali tanda-tandanya akan terjadinya tsunami.
2) Saat mengetahui tanda-tanda tersebut, sampaikan pada semua orang. Segera mengungsi karena
tsunami bisa terjadi dengan cepat dan waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Pergilah ke daerah yang
lebih tinggi dan sejauh mungkin dari pantai.
3) Bila telah ada tempat evakuasi, ikuti petunjuk jalur evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya bencana
melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
Di DIY sendiri keberadaan hutan mangrove sudah tidak ada. Yang ada hanya gumuk pasir, laguna, dan
beting gisik yang setidaknya mampu menjadi pelindung dari tsunami untuk wilayah/permukiman yang berada
di baliknya. Permukiman/bangunan yang berada di depan bentukan ini jelas mempunyai risiko tinggi
terhantam oleh gelombang tsunami secara langsung. Gumuk pasir masih bisa di jumpai di Parangkusumo-
Parangtritis dengan ketinggian sampai 20 m.
Kabupaten Kulonprogo pesisirnya lebih terbuka sehingga memiliki risiko tinggi terkena tsunami. Sudah ada
usaha secara vegetatif membuat green belt yaitu dengan menanam jenis cemara di bantaran pantai pada
jarak 200 meter dari bibir pantai. Ini bisa ditemui di daerah Ring I dan Ring II, walaupun kurang berhasil
dalam pengembangannya tetapi usaha secara vegetatif bisa dilanjutkan lagi dengan merapatkan jarak
tanam, tentu saja dengan melibatkan peran serta masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.
22. 22
Saat terjadi tsunami:
Jika berada di pantai atau dekat laut, dan merasakan bumi bergetar, segera menjauh dari pantai. Cari
tempat yang lebih tinggi seperti bangunan bertingkat atau bukit. Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah,
atau memanjat pohon. Tidak perlu menunggu peringatan tsunami. Bila pusat gempa dekat, tsunami dapat
sampai dalam rentang waktu antara 0 - 30 menit setelah gempa. Selamatkan diri, jangan hiraukan barang-
barangmu. Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit.
Setelah terjadi tsunami:
Tetap berada di tempat yang aman. Jauhi daerah yang mengalami kerusakan kecuali sudah dinyatakan
benar-benar aman. Berikan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan. Utamakan anak-anak, wanita
hamil, orang jompo, dan orang cacat.
Mengurangi dampak dari tsunami:
Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai lebih dari 10 meter dari permukaan laut.
Berdasarkan penelitian daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana
Tsunami, badai, dan angin ribut. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang
seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya. Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah setempat. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas. Usahakan agar
bagian dinding yang lebar tidak sejajar dengan garis pantai.
Peta Risiko Bencana Tsunami, Sumber: Data Kebencanaan PIP2B DPUPESDM Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
23. 23
TANAH LONGSOR
Bencana tanah longsor di wilayah DI Yogyakarta terjadi di wilayah dengan kondisi tanah curam seperti
kawasan Pegunungan Menoreh. Titik rawan longsor umumnya adalah dinding sungai dan di sepanjang
kawasan tersebut. Salah satu contoh bencana akibat tanah longsor yang pernah terjadi adalah peristiwa
banjir dan tanah longsor di Sungai Belik dan Sungai Gajah Wong pada 13 Desember 2006. Penyebabnya
adalah karena oleh kondisi tanah yang tidak kokoh, tingkat kecuraman lereng yang tinggi, beban tanah yang
berlebihan, dan hujan lebat.
Apa itu Tanah Longsor?
Tanah longsor adalah peristiwa bergeraknya tanah atau batuan menuruni lereng atau perbukitan. Tanah
longsor merupakan salah satu jenis gerakan tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, yang
bergerak menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut.
Apa Penyebab Tanah Longsor?
Tanah longsor dapat terjadi karena adanya gangguan pada kestabilan tanah. Misalnya jenis tanah yang
menyusun suatu lereng. Jenis tanah yang kurang padat seperti tanah lempung, kerikil, dan pasir maupun
tanah letusan Merapi yang mudah mengalami pelapukan dapat menjadi penyebab tanah longsor. Tingkat
kemiringan lereng yang terlalu terjal dan curam turut memengaruhi proses terjadinya longsornya tanah.
Di samping alasan di atas ada pula hal-hal yang menjadi
pemicu peristiwa longsornya tanah. Misalnya tidak
adanya pepohonan, ditambah dengan meningkatnya
curah hujan tinggi yang mengguyur daerah tandus tanah,
sehingga mengakibatkan tanah dengan mudah tersapu
air.
Apa Kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari tanah longsor adalah materi
tanah, batu, serta benda-benda lain yang terbawa oleh
luncuran. Saat sebuah lereng mengalami gangguan
kestabilan dan ada pemicu longsor, lereng akan meluruh membawa segala macam benda yang ada di
dalam dan di atasnya, baik itu materi tanah dan batuan penyusun lereng, juga batang pohon, bangunan, dll.
Apa Akibat dan Dampak Tanah Longsor?
Apabila terdapat sebuah permukiman di daerah landai yang cukup dekat dengan lereng, materi longsor
dapat menimpa permukiman tersebut. Jika longsoran terjadi dalam jumlah besar, selain menimbulkan
kerusakan bangunan, ia juga dapat melukai dan mengubur orang-orang yang berada di dalamnya. Dalam
beberapa kasus, meskipun ada rumah yang tidak hancur terkena longsoran tanah namun proses
pergerakan tanah dapat merusak fondasi rumah. Longsoran menutup akses jalan, menutup aliran sungai,
merusak areal persawahan, sehingga menyebabkan kerugian dan kerusakan materi yang besar nilainya,
serta gangguan keamanan dan kenyamanan penduduk.
Bagaimana Tanda-tanda terjadi Tanah Longsor?
Tanda-tanda akan terjadi tanah longsor umumnya muncul rekahan atau retakan pada tanah setelah hujan.
Muncul rembesan atau mata air berwarna keruh pada bawah lereng secara tiba-tiba. Pintu dan jendela
rumah mendadak susah dibuka. Pergerakan tanah membuat formasi rumah berubah. Jatuhnya butiran
tanah dan kerikil secara tiba-tiba dari atas lereng. Suara gemuruh yang keras terdengar dari bagian atas
lereng, tanda tanah mulai bergerak turun.
Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Tanah Longsor?
Daerah lereng terjal adalah daerah yang perlu diwaspadai, terutama jika daerah tersebut gersang dan
kurang vegetasi. Kesiapsiagaan tanah longsor dapat berupa:
Kenali tanda-tanah tanah longsor. Bila ada tanda-tanda akan longsor, peringatkan warga yang tinggal
dekat lereng agar segera mengungsi.
Kenali dan tandai daerah-daerah yang rawan longsor.
Hindari membangun rumah di daerah di bawah lereng.
Tidak menebang atau merusak hutan.
Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, dan
lain sebagainya pada lereng-lereng yang gundul.
Membuat saluran air hujan.
24. 24
Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang curam dan terjal dapat mengurangi risiko kejadian
longsor.
Lakukan pemeriksaan keadaan tanah secara berkala, untuk melihat adanya retakan atau rekahan tanah.
Ukur tingkat derasnya hujan.
Peta Risiko Tanah Longsor, Sumber: Data Kebencanaan PIP2B DPUPESDM Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Manfaat pohon untuk mencegah tanah longsor
Pohon memiliki banyak manfaat bagi manusia. Buah yang dihasilkan dapat dimakan, batang
kayunya untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga, akar hingga
getahnya untuk pengobatan dan berjuta-juta manfaat lain yang terlalu banyak
untuk dituliskan. Tahukah kamu bahwa pohon juga memiliki manfaat yang
sangat besar dalam mengurangi risiko bencana tertentu?
Fungsi pohon di bagian atas tanah antara lain adalah (a) Menahan terpaan
angin kencang sehingga dapat mengurangi kecepatan angin, (b) Membuat
teduh/sejuk karena dapat menahan terik matahari, sehingga udara tidak terlalu
panas pada saat kemarau, (c) Menjaga kelembaban udara dan menyerap debu
dan zat pencemar udara seperti karbon dioksida (CO2).
Sedangkan fungsi pohon di bawah tanah antara lain adalah: (a) Menahan laju
air dan mengikat air di pori tanah. Ini berarti lebih banyak air yang terserap ke
dalam tanah sehingga tidak perlu khawatir kekurangan air di musim kemarau
karena ada cadangan air di dalam tanah, (b) Mengikat butir-butir tanah sehingga
tanah tidak mudah lepas dan dapat mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor.
25. 25
KEKERINGAN
Kekeringan termasuk ancaman bencana yang terjadi secara perlahan-lahan dan bisa berlangsung untuk
jangka waktu yang cukup lama. Kekeringan memiliki dampak luas dan berhubungan dengan bidang
kesehatan, sosial, pendidikan, pertanian, dsb. Kekeringan biasanya terjadi pada musim kemarau. Pada
musim ini, sumber-sumber mata air umumnya mengalami penurunan volume air, bahkan di beberapa
wilayah ada sumber air yang kering sama sekali.
Wilayah di Provinsi DI Yogyakarta yang memiliki risiko tinggi kejadian kekeringan adalah Kabupaten Gunung
Kidul. Setiap tahunnya, beberapa wilayah di Gunung Kidul selalu mengalami kekeringan. Karena keunikan
formasi perbukitan Pegunungan Seribu, air hujan yang menimpa permukaan tanah tidak terserap menjadi air
permukaan seperti mata air, sungai, telaga, dan danau. Yang terjadi adalah air hujan langsung dialirkan ke
bawah tanah kemudian terakumulasi menjadi aliran sungai bawah tanah.
Apa itu Kekeringan?
Kekeringan adalah berkurangnya ketersediaan air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang dialami dalam
jangka waktu lama di suatu wilayah. Peristiwa kekeringan umumnya ditandai dengan kering atau matinya
sumber-sumber air yang ada, selanjutnya tanam-tanaman mulai meranggas dan berangsur-angsur mati.
Tanda-tanda lainnya yaitu permukaan tanah yang mengalami retak-retak (nelo: jawa).
Apa Penyebab Kekeringan?
Ditinjau dari penyebabnya, peristiwa kekeringan umumnya terkait dengan:
(1) Faktor alamiah: misalnya musim kemarau yang berlangsung lebih lama dari biasanya; rendahnya tingkat
curah hujan yang diterima suatu wilayah, volume sumber air menurun.
(2) Faktor non-alamiah atau ulah manusia; misalnya penyalahgunaan daerah resapan air sebagai
permukiman, perusakan sumber air dan daerah tangkapan air, penggundulan hutan, pola penggunaan
air yang kurang bijaksana.
Apa Kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari kekeringan adalah berkurang bahkan hilangnya air yang dibutuhkan oleh
manusia dan lingkungan. Penguapan air menyebabkan temperatur udara menjadi lebih panas, daun-daun
tanaman mengering dan rontok, tanah mengeras dan retak-retak.
Apa Akibat dan Dampak dari Kekeringan?
Saat kekeringan melanda, manusia mengalami kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan harian seperti
mandi, cuci, masak. Bila kekeringan berlangsung lama, penduduk harus mencari dan mengambil air di
sumber air yang lebih jauh. Kegiatan lain seperti memberi minum hewan ternak dan mengairi lahan
pertanian juga terganggu. Produksi pertanian berkurang dan dapat berhenti sama sekali. Dalam jangka
waktu panjang, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan, gizi buruk, dan bencana
kelaparan. Tingkat kesehatan masyarakat menurun karena berkembang wabah penyakit seperti diare, sakit
saluran pernapasan, dan demam berdarah. Konflik sosial seperti rebutan air juga mungkin terjadi di
masyarakat.
Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Kekeringan?
Salah satu langkah mudah adalah dengan perilaku menggunakan air secara hemat dan bijaksana. Gunakan
air seperlunya. Lestarikan daerah di sekitar mata air dengan cara mempertahankan dan menanam tanaman
seperti Beringin dan Bambu, yang akarnya dapat menyimpan air. Patuhi peraturan yang ditujukan untuk
pelestarian lingkungan, misalnya tidak boleh membangun permukiman di wilayah yang diperuntukkan
sebagai resapan air.
26. 26
ANGIN RIBUT/PUTING BELIUNG
Apa itu Puting Beliung?
Puting Beliung adalah angin berputar dan bergerak dengan kecepatan lebih dari
63 km/jam, dan kejadiannya singkat. Warga Yogyakarta menyebutnya angin
Leysus, sementara di Sumatera disebut angin Bohorok. Angin puting beliung
sering terjadi pada siang atau sore hari saat musim peralihan atau pancaroba.
Meskipun Puting Beliung adalah angin kencang namun tidak semua angin
kencang dapat disebut puting beliung. Puting Beliung memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Kejadiannya singkat, antara 3-10 menit, setelah itu diikuti angin kencang
yang kecepatannya semakin lama semakin melemah.
b. Kecepatan angin antara 45-90 km/jam.
c. Angin dapat menjangkau daerah sejauh 5-10 km.
d. Umumnya terjadi pada musim pancaroba dan kadang-kadang juga terjadi di musim hujan.
e. Waktu kejadiannya antara siang sampai menjelang sore hari, yaitu antara pukul 13.00 hingga 17.00.
Apa Penyebab Puting Beliung?
Pusaran angin kencang terbentuk saat dua aliran angin yang
berbeda tekanan saling bertemu. Perbedaan tekanan tersebut
menciptakan aliran udara yang berputar semakin lama
semakin cepat.
Tanda-tanda akan terjadi Puting Beliung:
Udara di pagi dan malam hari terasa panas atau sumuk
sehari sebelum kejadian.
Terlihat adanya awan putih cumulonimbus menjulang
tinggi bergerombol menyerupai bunga kol di langit. Awan
tersebut kemudian dengan cepat berubah menjadi
kelabu/gelap dan disertai hembusan udara dingin.
Tiupan angin mulai menggoyangkan pepohonan kemudian
menjadi semakin cepat, diikuti turunnya hujan lebat.
Terbentuk pusaran angin berbentuk seperti kerucut yang
turun menyentuh tanah.
Apa Kekuatan yang merusak?
Kekuatan pusaran angin dapat menumbangkan pohon-pohon, mampu menarik, mengangkat dan
menerbangkan benda-benda yang ada di wilayah yang dilewatinya. Benda yang ringan seperti atap seng,
batu, genteng, batang kayu dapat dengan mudah terangkat dan terlempar kembali ke segala arah. Benda-
benda yang terbawa oleh angin adalah kekuatan yang merusak dari Puting Beliung karena dapat
menghantam rumah, bangunan, serta manusia yang tidak sempat berlindung.
Apa Akibat dan Dampak Puting Beliung?
Meskipun masa dari pembentukan hingga punahnya pusaran angin cukup singkat, namun kerusakan dan
kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar. Tingginya kecepatan pusaran angin membuat benda-benda
yang terbawa angin tak ubahnya seperti peluru. Akibatnya yang ditimbulkan oleh hantamannya bisa sangat
fatal. Bila menerjang manusia bisa menimbulkan luka bahkan kematian, bila menerjang rumah dapat
menghancurkan bangunan. Rumah atau bangunan yang kurang kuat juga dapat hancur terkena terjangan
angin. Orang yang sedang berada di dalam rumah dapat tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya.
Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Puting Beliung?
Siapkan barang persediaan seperti alat penerangan, makanan, selimut. Tebang pohon besar dan rapuh
yang ada di sekitar tempat tinggal. Perkuat bagian rumah seperti atap seng agar tidak mudah terbang. Bila
sedang berada di luar rumah, segera masuk dan berlindung di bangunan yang kokoh. Hindari pohon dan
tiang listrik. Lakukan penanaman pohon. Pohon dapat membantu menyejukkan udara sehingga tidak terjadi
perbedaan suhu yang dapat memicu munculnya puting beliung. Adanya pohon juga dapat meredam gaya
angin.
Apa Tindakan Saat Terjadi Puting Beliung?
Bila terjadi puting beliung, jangan keluar rumah. Berlindunglah di ruangan yang dianggap paling aman.
Bersiap untuk meninggalkan rumah jika ada anjuran mengungsi. Walaupun tidak ada anjuran, masyarakat
harus tetap bersiap untuk mengungsi.
27. 27
Apa Tindakan Setelah Terjadi Puting Beliung?
Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman. Banyak kegiatan berlangsung
untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini. Untuk memperlancar proses ini sebaiknya orang
yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan
menyalakan aliran listrik sebelum dinyatakan aman. Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk
menghindari kecelakaan, jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini. Matikan gas dan aliran listrik.
Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau gas segera matikan aliran gas dan apabila ada
kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut sekeringnya. Pergunakan telepon hanya untuk
keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi sangat sibuk pada saat seperti ini. Kepentingan untuk
meminta bantuan harus diutamakan. Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.
Peta
RisikoPuting Beliung DIY, Sumber: Data Kebencanaan PIP2B DPUPESDM Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
WABAH PENYAKIT
Apa itu Wabah Penyakit?
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata, melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu, serta
dapat menimbulkan malapetaka. Beberapa ancaman wabah penyakit yang perlu diwaspadai di Provinsi DI
Yogyakarta antara lain adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria,
Tuberkulosis (TBC), Leptospirosis, Diare, Flu Burung, dan lain-lain.
Wabah penyakit terkait dengan iklim suatu daerah. Iklim tropis seperti di
Indonesia di mana suhu dan kelembaban tinggi sangat mendukung
perkembangbiakan virus dan bakteri penyebab penyakit di atas. Misalnya,
terjadi peningkatan kasus kejadian Malaria dan DBD di berbagai wilayah di
Indonesia saat musim kemarau. Perilaku kurang memperhatikan kebersihan
diri dan lingkungan turut mempercepat penularan dan penyebarannya.
Apa Penyebab Wabah Penyakit?
Menurut penyebabnya, wabah penyakit dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Yang disebabkan oleh Infeksi (virus, bakteri, protozoa, dan cacing).
2. Yang disebabkan oleh Toksin atau zat racun (kimia dan biologi).
Apa Akibat dan Dampak Wabah Penyakit?
Penderita wabah penyakit tentu saja tidak bisa bebas melakukan berbagai kegiatan yang biasa
dilakukannya; anak-anak tidak dapat bermain dan belajar; orang dewasa tidak dapat bekerja dan
beraktivitas lainnya. Selain menyebabkan sakit pada penderitanya, wabah penyakit juga bisa menulari
anggota keluarga yang lain. Bila tidak segera mendapat penanganan, penyebarannya bahkan bisa meluas
28. 28
Ingatlah untuk selalu mencuci
tangan dengan menggunakan
sabun dan air bersih:
Sebelum memasak atau
makan
Setelah buang air
Setelah melakukan
pembersihan
hingga satu wilayah dan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Contohnya, KLB Demam Berdarah Dengue
dan KLB Diare. Penularan terjadi terutama bila tidak adanya pengetahuan yang cukup mengenai wabah
penyakit yang menjangkiti. Keterlambatan penanganan gejala-gejala awal penyakit bisa mendatangkan
kematian.
Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Wabah Penyakit?
Segera periksakan diri ke pusat kesehatan seperti puskesmas atau
klinik kesehatan terdekat. Penularan penyakit umumnya terjadi secara
cepat dan tidak disadari. Namun bukan berarti tidak bisa dicegah sejak
dini. Pencegahan penyebaran dan penularan penyakit sesungguhnya
dapat dimulai dari hal yang mudah namun paling sering diabaikan, yaitu
perilaku menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.
Misalnya membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun,
pembersihan rumah dan lingkungan secara berkala dari benda-benda
yang sekiranya dapat menjadi media perkembangbiakan bibit penyakit.
Selalu cuci tangan sebelum:
Menyiapkan makanan
Makan
Mengobati luka atau memberikan obat
Menyentuh orang sakit atau terluka
Memasukkan atau melepaskan lensa kontak
Selalu cuci tangan setelah:
Menyiapkan makanan, terutama daging mentah atau unggas
Menggunakan toilet
Mengganti popok
Menyentuh binatang dan sampah
Batuk atau bersin ke tangan
Mengobati luka
Menyentuh orang sakit atau terluka
Memegang sampah atau sesuatu yang bisa terkontaminasi, misalnya kain pembersih atau sepatu
kotor
Selain itu, tentu saja penting juga untuk mencuci tangan kita jika memang terlihat kotor.
29. 29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Bakesbanglinmas DIY). 2009. Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2010. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana
2010-2014.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2009. Data Bencana Indonesia Tahun 2009.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2010. Profil Daerah
Provinsi DIY 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 70a/MPN/SE/2010 Tentang Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah.
Forum PRB DIY dan PPMU SCDRR DIY. 2010. Modul Pelatihan Pengarusutamaan Pengurangan Risiko
Bencana dalam Program dan Kegiatan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Forum PRB DIY dan PPMU SCDRR DIY. 2009. Modul Pelatihan pengarusutamaan PRB dalam Program
Pengembangan Masyarakat Sipil.
Gugus Tugas. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Jakarta:
Kemendiknas, Bappenas, & SCDRR-UNDP.
Palang Merah Indonesia. 2009. Ayo Siaga Bencana: Palang Merah Remaja Mula.
Palang Merah Indonesia. 2009. Ayo Siaga Bencana: Palang Merah Remaja Madya.
Palang Merah Indonesia. 2009. Ayo Siaga Bencana: Palang Merah Remaja Wira.
Yayasan IDEP. 2007. Banjir! Cerita Tentang Peran Masyarakat Saat Terjadi Banjir.
Yayasan IDEP. 2007. Gempa Bumi! Cerita Tentang Peran Masyarakat Saat Menghadapi Bencana Gempa.
Yayasan IDEP. 2007. Gunung Api! Cerita Tentang Peran Masyarakat Saat Menghadapi Bencana Letusan
Gunung Api.
Yayasan IDEP. 2007. Tanah Longsor! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat Menghadapi Bencana
Tanah Longsor.
YTBI dan Plan. Kesiapsiagaan Berbasis Sekolah di Jakarta.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. Jakarta. 2009.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam Sistem Pendidikan.
Perkumpulan Lingkar. 2011. Laporan Program Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Anak: Laporan
Kegiatan Bersama Anak.
Trias Aditya. 2010. Visualisasi Risiko Bencana di Atas Peta. Studi Kasus: Penyusunan Peta Risiko di
Provinsi DI Yogyakarta.
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR). 2004. Living with Risks: A Global
Review of Disaster Reduction Initiatives.
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR). 2006. Let The Children Teach Us! A
Review of the Role of Education and Knowledge in Disaster Risk Reduction.
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR). 2007. Towards a Culture of
Prevention: Disaster Risk Reduction Begins at School—Good Practices and Lessons Learned.