SlideShare a Scribd company logo
2020
Penilaian Ketangguhan
Kabupaten Sigi
Terhadap Bencana
PENILAIAN KETANGGUHAN
KABUPATEN SIGI
TERHADAP BENCANA
2020
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Definisi ketangguhan suatu daerah terhadap bencana menurut Kerangka Kerja Sendai
untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 adalah kemampuan sebuah sistem,
komunitas atau masyarakat yang terpapar bahaya untuk menahan, menyerap, beradaptasi
terhadap, mentransformasi dan pulih dari akibat sebuah bencana dalam secara tepat
waktu dan efisien, termasuk melalui pemeliharaan dan pemugaran atas struktur-struktur
dan fungsi-fungsi mendasar esensial melalui manajemen risiko. Kota/Kabupaten yang
tangguh juga mampu menahan guncangan dan tekanan-tekanan dari ancaman bencana dan
ancaman terkait iklim.
Semenjak Tahun 2010, UNISDR meluncurkan kampanye global untuk meningkatkan
komitmen pemerintah daerah dan nasional untuk menjadikan pengurangan risiko dan
pembangunan ketangguhan bencana serta perubahan iklim sebagai investasi. Kampanye
mewujudkan Kota yang Tangguh tersebut ialah “Kotaku Siap Hadapi Bencana!”.
Kota (kabupaten) yang siap menghadapi bencana diawali dengan proses penilaian
ketangguhan menggunakan Perangkat Kerja Pengukuran dan Penilaian. Perangkat ini
menyediakan serangkaian kajian yang dapat membantu pemerintah lokal untuk memonitor
dan meninjau perkembangan dan tantangan dalam mengimplementasikan Kerangka Kerja
Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030, dan mengkaji ketangguhan bencana
mereka. Perangkat kerja ini terstruktur terdiri dari 10 Langkah Mendasar (LM) untuk
Membangun Kota Tangguh bencana milik UNDDR, serta adendum untuk kesehatan
masyarakat.
Melalui Perangkat Kerja Pengukuran dan Penilaian ini, Kabupaten Sigi dapat melihat
kemampuan untuk memahami risiko-risiko bencana yang mungkin dihadapinya, untuk
memitigasi risiko-risiko tersebut, dan untuk merespon bencana-bencana yang mungkin
terjadi sehingga kerugian langsung maupun jangka panjang atas nyawa atau kerugian mata
pencaharian, properti, infrastruktur, aktivitas ekonomi dan lingkungan dapat
diminimalisasi.
Penilaian dibatasi pada risiko bencana paling parah dan risiko bencana yang paling
mungkin. Risiko bencana yang paling patah yaitu: (1) Gempa bumi; (2) Likuifaksi; dan (3)
Banjir Bandang, sedangkan risiko bencana yang paling mungkin yaitu: (1) Banjir; dan (2)
Tanah longsor.
Hasil penilaian skor ketanggugan Kabupaten Sigi pada skor 255 dari skor tertinggi 590,
sedangkan hasil penilaian Kesehatan Masyarakat pada skor 62 dari skor tertinggi 120.
Kabupaten Sigi telah cukup baik untuk LM 1 tentang Organisasi dan Perencanaan, LM 2
tentang memahami risiko, LM 3 tentang akses keuangan, LM 6 tentang kapasitas
kelembagaan, LM 7 tentang kapasitas sosial, LM 10 tentang pemulihan.
Tetapi perlu memperhatikan LM 4 tentang pengembangan dan desain perkotaan, meskipun
beberapa indikator lebih baik yaitu pada indikator Lahan pertanian yang berisiko terhadap
bencana, Solusi rancangan perkotaan yang meningkatkan ketangguhan bencana, dan
peraturan bangunan yang didesain untuk menghadapi risiko. Perhatian pada LM 5 tentang
ii
penggunaan solusi untuk mitigasi berbasis ekosistem dan perlindungan ekosistem penyedia
jasa lingkungan, perlu perhatian lebih pada LM 8 tentang Ketangguhan Insfrastruktur.
Memerlukan perhatian pebuh pada LM 9 tentang tanggap darurat, masih banyak hal-hal
yang dapat di lakukan untuk meningkatkan kemajuan dari skor 2 dan 3 ke skor yang lebih
tinggi dan indikator yang menunjukkan skor 0 atau 1 masih memiliki banyak ruang untuk
perbaikan dan berbagai kemungkinan tindakan yang harus diambil untuk memperkuat
kapasitas Kabupaten Sigi dalam kesiapsiagaan tanggap darurat.
Hasil penilaian ini dapat digunakan untuk bertukar pikiran lebih lanjut dengan pemangku
kepentingan Kabupaten Sigi. Pada bagian akhir laporan disajikan pula Rencana Aksi untuk
mencapai target ketangguhan yang berisi rekomendasi kebijakan dan kegiatan yang
diperlukan, pihak yang harus bertanggung jawab dengan harapan dapat terintegrasi pada
perencanaan pembangunan. Serta tersaji rencana tindak lanjut agar rencana aksi
terintegrasi pada perencanaan pembangunan jangka menengah dan mendeklarasikan
“Kabupaten Sigi Siap Menghadapi Bencana”.
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
SAMBUTAN DARI BUPATI SIGI.......................................................................... vii
SAMBUTAN CEO YAYASAN CARE PEDULI .............................................................viii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1. Latar Belakang ...................................................................................1
2. Tujuan .............................................................................................1
2.1. Tujuan Umum .............................................................................1
2.2. Tujuan Khusus.............................................................................1
3. Keluaran...........................................................................................2
4. Metodologi Pelaksanaan ........................................................................2
BAB II GAMBARAN KABUPATEN SIGI ....................................................................4
1. Kondisi Geografis ................................................................................4
1.1. Luas dan Batas Wilayah Administratif.................................................4
1.2. Kondisi Geografis .........................................................................6
1.3. Kondisi Topografis ........................................................................6
1.4. Kondisi Klimatologi .......................................................................6
1.5. Penggunaan Lahan........................................................................7
1.6. Potensi Pengembangan Wilayah........................................................9
1.7. Kawasan Rawan Bencana Alam ....................................................... 20
2. Kondisi Sosial Ekonomi........................................................................ 22
2.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)........................... 22
2.2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin......................................... 28
2.3. Fokus Kesejahteraan Sosial ........................................................... 30
3. Risiko Bencana ................................................................................. 32
3.1. Potensi Bencana ........................................................................ 32
3.2. Tingkat Risiko ........................................................................... 33
3.3. Prioritas Penilaian ...................................................................... 34
BAB III Hasil Penilaian.................................................................................. 35
1. Penilaian Pendahuluan........................................................................ 35
1.1. Skor Penilaian ........................................................................... 35
iv
1.2. Penjelasan dan Analisis................................................................ 35
2. Penilaian Detail ................................................................................ 45
2.1. Skor Penilaian ........................................................................... 45
2.2. Penjelasan Dan Analisis................................................................ 45
BAB IV REKOMENDASI RENCANA AKSI ................................................................ 75
BAB V PENUTUP ........................................................................................101
Lampiran 1. Daftar Partisipan .......................................................................102
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Kabupaten Sigi menurut Kecamatan Tahun 2015................................. 4
Tabel 2. Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan dari
Kabupaten..................................................................................... 5
Tabel 3. Rata-Rata Parameter Cuaca Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu...................... 7
Tabel 4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sigi 2010-2030 ......................................... 9
Tabel 5. Alokasi Lahan Hutan Lindung di Kabupaten Sigi Hingga 2030........................ 10
Tabel 6. Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi ........................... 13
Tabel 7. Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sigi 2010-2030.................................. 17
Tabel 8. Luas Genangan Banjir di Kabupaten Sigi ................................................ 21
Tabel 9. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-
2015 (Persen) ................................................................................ 23
Tabel 10. Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan Harga Konstan (Hk 2010) Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi ................ 24
Tabel 11. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga
Konstan (ADH Konstan 2010) Kabupaten Sigi ........................................... 25
Tabel 12. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga
Berlaku (ADH Berlaku 2010) Kabupaten Sigi ........................................... 26
Tabel 13. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015 Atas Dasar
Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK 2010) Kabupaten Sigi .................. 26
Tabel 14. PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Periode 2010–2015 Kabupaten Sigi
dan PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Provinsi dan Nasional .............. 27
Tabel 15. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2010-2015 ....................... 28
Tabel 16. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Sigi Tahun 2010-2015 ....................................... 29
Tabel 17. Rasio Ketergantungan Menurut kelompok Umur Tahun 2010 – 2015................ 29
Tabel 18. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015......... 30
Tabel 19. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi .......... 30
Tabel 20. Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Sigi Tahun 2010 – 2015...................... 31
Tabel 21. Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2010 s.d 2015 ................................................................................ 32
Tabel 22. Tingkat Bahaya di Kabupaten Sigi ........................................................ 33
Tabel 23. Tingkat Risiko di Kabupaten Sigi.......................................................... 33
Tabel 24. Tingkat Bahaya Kabupaten Sigi ........................................................... 50
Tabel 25. Tingkat Kerentanan Bencana Kabupaten Sigi........................................... 50
Tabel 26. Penilaian Kapasitas Kabupaten Sigi dalam Menghadapi Bencana ................... 50
Tabel 27. Tingkat Risiko Bencana Kabupaten Sigi.................................................. 51
Tabel 28. Jumlah Kerusakan Perumahan Bencana Gempa Bumi dan Likuifaksi
Kabupaten Sigi............................................................................... 56
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Kecamatan Dalam Kabupaten Sigi................................................. 5
Gambar 2. Perbandingan PDRB Perkapita ADH Konstan Kabupaten Sigi, Provinsi
Sulteng dan Nasional Tahun 2010-2014 ................................................ 27
Gambar 3. Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Sigi, Provinsi, Dan Nasional
Tahun 2010 – 2013......................................................................... 31
Gambar 4. Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah dan Nasional Tahun 2010 s.d 2015 ............................................ 32
Gambar 5. Peta Risiko Multi Bahaya Kabupaten Sigi .............................................. 51
SAMBUTAN BUPATI SIGI
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena proses Penitaian
Ketangguhan Kabupaten Sigi terhadap bencana tahun 2020 tetah tertaksana dengan
baik. Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah yang memitiki risiko bencana yang
cukup tinggi. Hasit kajian risiko bencana menunjukkan bahwa Kabupaten Sigi
memitiki 8 ancaman yang risiko yang retatif tinggi antara lain gempabumi, banjir,
longsor, banjir bandang, kekerfngan, cuaca ekstrim dan kebakaran hutan. Satah satu
bencana besar yang terjadi butan September 2018 adatah bencana Gempa Bumi dan
Likuifaksi yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar. Pemerintah
daerah sudah metakukan berbagai upaya datam pengurangan risiko bencana di
Kabupaten Sigi. Upaya tersebut pertu terus ditingkatkan. Oteh karena itu, perlu
ditakukan kajian atatr penitaian ketangguhan sebagai dasar pertirnbangan datam
penyusunan perencanaan pembangunan yang sernakin memperkuat ketangguhan
daerah.
Pemerintah Kabupaten Sigi bekerjasama dengan Yayasan CARE Peduti bersama para
pemangku kepentingan di Kabupaten Sigi, pada butan Nopember - Desember 2020
metaksanakan Penitaian Ketangguhan guna menilai tingkat ketangguhan daerah
datam menghadapi risiko bencana. Hasil Penitaian Ketangguhan Kabupaten Sigi
terhadap bencana tahun 2020 telah kita mitiki dan menjadi dokumen daerah yang
akan dipakai sebagai bahan pertimbangan datam metakukan perencanaan maupun
petaksanaan pembangunan. Rekomendasi yang tertuang dalam dokumen ini pertu
disinkronkan dengan perencanaan pada setiap Perangkat Daerah. Pada saat ini
Kabupaten Sigi sedang menyusun RPJMD 7021-7A75, sehingga kesempatan ini dapat
digunakan untuk memastikan upaya pengurangan risiko bencana dan penguatan
ketangguhan daerah dimasukkan sebagai prioritas sasaran pembangunan di Kabupaten Sigi.
Pemerintah Kabupaten Sigi menyampaikan terima kasih kepada pihak Yayasan CARE
Peduti dan semua pihak yang terus membantu masyarakat Sigi datam proses
pemulihan paska bencana dan mendukung upaya memperkuat ketangguhan daerah.
Dan terima kasih kepada semua pihak yang tetah bekerjasama dan berkontribusi
selama proses Penilaian Ketangguhan maupun penyelesaian dokumen ini.
lrwan S.Sos. M.Si.
WI
viii
SAMBUTAN CEO YAYASAN CARE PEDULI
Sulawesi Tengah termasuk daerah dengan risiko tinggi terhadap bencana. Bencana
berskala besar terakhir terjadi pada 28 September 2018, yaitu Gempa bumi
berkekuatan 7,4 SR yang diikuti Tsunami dan Likuifaksi, menyebabkan kerugian
materil dan korban jiwa di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi
Moutong.
Selain ancaman bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi, Sulawesi Tengah juga
berisiko terhadap beberapa jenis bencana lainnya. Ancaman bencana tersebar di
semua kabupaten/kota termasuk Kabupaten Sigi. Berdasarkan dokumen kajian
risiko bencana yang dikeluarkan BNPB (2016), jenis bencana yang ada di Kabupaten
Sigi, meliputi Gempa bumi, banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan,
cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan. Hal ini menunjukkan Kabupaten Sigi
pada posisi yang berisiko tinggi terhadap berbagai jenis bencana yang memerlukan
upaya yang bertujuan memperkuat ketangguhan daerah dalam menghadapi dan
mengelola risiko bencana-bencana tersebut.
Sejalan dengan misi dan komitmennya, Yayasan CARE Peduli bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah dan para pihak terkait telah memfasilitasi kegiatan penilaian
ketangguhan Kabupaten Sigi dalam mengelola risiko bencana sebagai langkah awal
strategis memperkuat ketangguhan di Kabupaten Sigi ke depan. Dengan
menggunakan tool „Disaster Resilience Assessment‟ yang dikeluarkan oleh UN-DRR,
hasil penilaian ketangguhan Kabupaten Sigi pada tahun 2020 menunjukkan skor 255
dari skor tertinggi 590, pada penilaian detail 10 Langkah Mendasar. Sedangkan
hasil penilaian ketangguhan pada aspek Kesehatan Masyarakat menunjukkan skor
62 dari skor tertinggi 120.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sigi telah memiliki ketangguhan
cukup baik dalam mengelola risiko bencana, namun masih ada beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan. Dalam dokumen laporan
penilaian ketangguhan yang telah disusun juga telah termasuk rumusan Rencana-
Rencana Aksi yang dapat diterjemahkan ke dalam program/kegiatan oleh masing-
masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD), maupun lembaga terkait lainnya untuk
memperkuat ketangguhan Kabuapaten Sigi pada masa mendatang.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah (RPJMD) 2021-2025
Kabupaten Sigi yang sedang berjalan tentunya memberikan momentum yang
strategis untuk menempatkan upaya peningkatan ketangguhan daerah terhadap
bencana menjadi salah satu sasaran prioritas pembangunan 5 tahun ke depan.
Terkait dengan hal ini, target-target peningkatan ketangguhan daerah yang telah
dirumuskan bersama dalam rencana aksi pada proses penilaian ketangguhan
menjadi masukan penting yang perlu diintegrasikan ke dokumen perencanaan
ix
pembangunan daerah (RPJMD) dan ditindaklanjuti dengan perencanaan strategis
pada level OPD melalui Renstra OPD.
YCP dengan kapasitas yang dimiliki akan tetap berkomitmen mengambil peran dan
mendukung upaya-upaya membangun ketangguhan daerah dalam pengelolaan
risiko bencana melalui kerjasama erat dengan pemerintah daerah dan para
pemangku kepentingan terkait di Kabupaten Sigi.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten
Sigi atas dukungan dan Kerjasama yang baik dengan YCP selama ini. Juga kepada
Perkumpulan LINGKAR, Tim Fasilitator Daerah dan semua pihak yang terlibat dalam
rangkaian kegiatan penilaian ketangguhan Kabupaten Sigi 2020, kami ucapkan
terima kasih.
Jakarta, Januari 2021
Bonaria Siahaan
CEO Yayasan CARE Peduli
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah akan menghalangi proses pembangunan,
merusak aset-aset ekonomi dan mengganggu aktivitas perikehidupan masyarakat. Di sisi
lain, proses pembangunan yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan risiko-risiko
bencana yang ada dan perubahan iklim yang terjadi seringkali malahan meningkatkan
risiko bencana tersebut. Oleh karena itu, demi menjaga dan mengembangkan investasi
pembangunan dan melindungi warga dari dampak bencana, sudah selayaknya bila
pemerintah daerah mengubah paradigma lama dan menerapkan proses-proses
pembangunan yang aman dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari upaya-upaya untuk mendukung daerah dalam menerapkan
pembangunan yang berkelanjutan dan aman, UNISDR (United Nations International
Strategy for Disaster Reduction) telah mengembangkan alat-alat untuk mengukur tingkat
ketangguhan suatu wilayah terhadap bencana. Di Indonesia, BNPB telah mengadopsi dan
menerapkan berbagai alat untuk meningkatkan ketangguhan di daerah, salah satunya LG-
SAT yang kemudian berevolusi menjadi Perangkat Penilaian Kabupaten/Kota Tangguh
Bencana; 10 Langkah Mendasar (Scorecard) 2020.
Melalui Perangkat Kerja Pengukuran dan Penilaian ini, dapat teridentifikasi kemampuan
sebuah kota untuk memahami risiko-risiko bencana yang mungkin dihadapinya, untuk
memitigasi risiko-risiko tersebut, dan untuk merespon bencana-bencana yang mungkin
terjadi sehingga kerugian langsung maupun jangka panjang atas nyawa atau kerugian mata
pencaharian, properti, infrastruktur, aktivitas ekonomi dan lingkungan dapat
diminimalisasi.
Hasil penilaian memungkinkan Kabupaten/Kota untuk mengkaji tingkat ketangguhan
mereka terhadap bencana dan dampak iklim, sehingga bisa menentukan prioritas tindakan
yang harus diambil untuk menguatkan ketangguhan Kabupaten/Kota tersebut dan
melaksanakan pembangunan yang aman dan berkelanjutan. Kabupaten/Kota bisa
memanfaatkan hasil penilaian ini untuk diarusutamakan dalam perencanaan
pembangunan, sehingga bisa membangun Kota Tangguh terhadap Bencana sesuai SFDRR.
2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Mengetahui status atau tingkat ketangguhan Kabupaten/Kota dalam menghadapi risiko
bencana sesuai kondisi saat ini, dan menyusun rencana-rencana aksi untuk penguatan
ketangguhan pada masa mendatang.
2.2. Tujuan Khusus
1. Membantu pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menilai
tingkat ketangguhan Kabupaten/Kota sesuai kapasitas mereka miliki saat ini.
2
2. Mempertemukan semua pemangku kepentingan terkait untuk menyamakan
pemahaman dan merumuskan tujuan bersama, serta menyusun strategi
membangun ketangguhan Kabupaten/Kota.
3. Menilai kebutuhan untuk peningkatan ketangguhan kota/kabupaten di masa
mendatang.
4. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan intervensi-intervensi yang akan
meningkatkan ketangguhan Kabupaten/Kota.
5. Mengidentifikasi prioritas-prioritas investasi pengurangan risiko bencana yang perlu
dilaksanakan untuk meningkatkan ketangguhan dan mengintegrasikan/
mengarusutamakan prioritas-prioritas ini kedalam perencanaan (pembangunan
kota/kabupaten, strategis atau kerja berbagai bidang/sektor) dan mandat/agenda
kunci
3. Keluaran
Keluaran dari Kegiatan Penilaian Ketangguhan ini adalah Laporan Hasil Penilaian
Ketangguhan untuk Kabupaten Sigi, yang memuat setidaknya tentang:
1. Nilai Indeks (skor) Ketangguhan Kabupaten/Kota sebagai baseline tingkat
ketangguhan saat ini.
2. Analisa indikator ketangguhan dan rekomendasi pada masing-masing aspek 10
Langkah Mendasar membangun ketangguhan Kabupaten/Kota.
3. Rencana Aksi atau program strategis untuk membangun “Kabupaten/Kota Tangguh”
4. Rencana Advokasi untuk pengintegrasian hasil penilaian kota tangguh ke dalam
RPJMD
5. Annex, yang terdiri dari: Modul dan Perangkat/Tools Penilaian Ketangguhan
Kabupaten/Kota, Matriks penilaian hasil Ketangguhan Kabupaten/Kota, dan
dokumentasi.
4. Metodologi Pelaksanaan
Penilaian ketangguhan kota/kabupaten ini akan menggunakan “Perangkat Penilaian
Kabupaten/Kota Tangguh Bencana - 10 Langkah Mendasar/Scorecard”, yang diterbitkan
oleh oleh UN-ISDR/UN-DRR tahun 2015 dan yang pada tahun 2020 telah diperbaharui
dengan penambahan Adendum Sistem Kesehatan Masyarakat. Perangkat ini memuat lebih
100 indikator ketangguhan yang dijabarkan dari 10 Langkah Mendasar Membangun Kota
Tangguh, meliputi aspek:
1. Adanya Organisasi untuk Ketangguhan terhadap Bencana.
2. Mengidentifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko Saat Ini dan Masa
Mendatang.
3. Memperkuat Kemampuan Keuangan untuk Ketangguhan Bencana.
4. Mencapai Pembangunan Perkotaan yang tangguh bencana.
5. Menjaga Penyangga alami untuk Meningkatkan Fungsi Perlindungan yang Disediakan
oleh Ekosistem.
6. Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Ketangguhan Bencana.
7. Memahami dan Memperkuat Kapasitas Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana.
8. Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur.
9. Menjamin Respon Bencana yang Efektif.
10. Melaksanakan Pemulihan dan Pembangunan Kembali yang Lebih Baik.
3
Penerapan Perangkat ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu Penilaian Preliminary dan
Penilaian Detail. Penilaian Preliminary hanya melibatkan Tim Inti Kabupaten/Kota dan
Fasilitator daerah, sedangkan Penilaian Detail melibatkan stakeholder yang lebih luas.
4
BAB II
GAMBARAN KABUPATEN SIGI
1. Kondisi Geografis
1.1. Luas dan Batas Wilayah Administratif
Luas Wilayah Kabupaten Sigi adalah 5.196,02 Km2 atau sekitar 8,40 persen dari total luas
wilayah Sulawesi Tengah. Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Sigi berbatasan dengan
beberapa daerah lainya adalah:
 Sebelah utara : Kabupaten Donggala dan Kota Palu
 Sebelah Selatan : Provinsi Sulawesi Selatan
 Sebelah Barat : Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Barat
 Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso
Secara administratif pemerintahan Kabupaten Sigi terdiri dari 15 kecamatan, dengan 176
desa dan 1 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT. Berdasarkan dataproporsi wilayah terluas
di Kabupaten Sigi adalah Kecamatan Kulawi dengan luas 1,053.56 atau sebesar 20,28
persen dari total wilayah kabupaten, sedangkan wilayah kecamatan terkecil adalah
Kecamatan Dolo hanya 0,69 persen dari luas wilayah Kabupaten Sigi atau seluas 36,05
Km². Secara lengkap data luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Sigi tersaji
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Luas Kabupaten Sigi menurut Kecamatan Tahun 2015
No. Kecamatan
Luas Wilayah
(Km²)
Persentase
(%)
1. Kulawi 1,053.56 20.28
2. Kulawi Selatan 418.12 8.05
3. Pipikoro 956.13 18.40
4. Lindu 552.03 10.62
5. Palolo 626.09 12.05
6. Nokilalaki 75.19 1.45
7. Dolo 36.05 0.69
8. Dolo Selatan 584.71 11.25
9. Dolo Barat 112.18 2.16
10. Marawola 38.65 0.74
11. Kinovaro 70.38 1.35
12. Marawola Barat 150.51 2.90
13. Sigi Biromaru 289.60 5.57
14. Gumbasa 176.49 3.40
15. Tanambulava 56.33 1.08
Kabupaten Sigi 2014 5,196.02 100.00
5
Gambar 1. Peta Kecamatan Dalam Kabupaten Sigi
Tabel 2. Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan dari Kabupaten
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Desa
Jarak dari Ibukota
kabupaten (Km)
1. Kulawi Bolapapu 16 62
2. Kulawi Selatan Lawua 12 96
3. Pipikoro Peana 19 123
6
No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Desa Jarak dari Ibukota
kabupaten (Km)
4. Lindu Tomado 5 89
5. Palolo Makmur 22 25
6. Nokilalaki Kamarora A 5 35
7. Dolo Kota Pulu 11 7
8. Dolo Selatan Bulubete 12 12
9. Dolo Barat Kaleke 12 7
10. Marawola Binangga 11 18
11. Kinovaro Porame 10 20
12. Marawola Barat Dombu 12 33
13. Sigi Biromaru Mpanau 18 14
14. Gumbasa Pakuli 7 32
15. Tanambulava Sibalaya Utara 5 17
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2015
1.2. Kondisi Geografis
Kabupaten Sigi terletak antara 00 52‟ 16” LS – 20 03‟ 21” LS dan 1190 38‟ 45” BT–1200 21‟
24” BT yang terdiri atas dataran, hutan dan lembah pegunungan, sehingga dapat dipetakan
menjadi dua kawasan yakni: wilayah lembah dan pengunungan.Wilayah dataran atau
lembah meliputi 7 (tujuh) kecamatan yang sebagian besar daerahnya merupakan wilayah
lembah yaitu Kecamatan Marawola, Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan
Dolo Barat, Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Gumbasa dan Kecamatan Tanambulawa.
Sedangkan kecamatan berada di wilayah pegunungan yang terdiri dari 8 (delapan)
kecamatan yaitu:Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi selatan, Kecamatan Pipikoro,
Kecamatan Palolo, Kecamatan Lindu, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Marawola Barat
dan Kecamatan Kinovaro.
1.3. Kondisi Topografis
Kabupaten Sigi merupakan wilayah dengan kawasan pegunungan dan perbukitan, dengan
ketinggian wilayah umumnya berada antara 60 meter sampai 700 meter di atas permukaan
laut. Tingkat kemiringan tanah/lereng antara datar sampai sangat curam.Kondisi
topografis tersebut mempengaruhi wilayah permukiman desa dimana dari 176 desa
sebagian besar berada di daerah dataran dan pegunungan.
1.4. Kondisi Klimatologi
Suhu udara di suatu wilayah antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya wilayah tersebut
dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Dengan kondisi wilayah yang berada tepat
di garis khatulistiwa, menjadikan wilayah Kabupaten Sigi memiliki suhu udara yang cukup
panas. Berdasarkan hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu,
sepanjang tahun 2014, suhu udara tertinggi terjadi di bulan Juli yakni 28,15 °C dan
terendah pada bulan Maret dengan suhu 20,54 °C. Sedangkan rata-rata kelembaban udara
pada tahun 2014 mencapai 77,56 persen.
Selama tahun 2014, intensitas curah hujan beragam setiap bulannya. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Januari yaitu 137 mm, sedangkan terendah terjadi di bulan Juni sekitar
25,60 mm. Penyinaran matahari tertinggi sekitar 80,18 persen terjadi di bulan Februari.
7
Sementara itu, arah angin terbanyak selama tahun 2014 yaitu dari arah barat laut dengan
kecepatan rata-rata berkisar 3,92 knots.
Tabel 3. Rata-Rata Parameter Cuaca Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu
No Parameter Iklim Sat
Rata-rata Per Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Suhu Udara o
C 27,71 27,55 27,71 27,65 26,66
Temperature
2 Tekanan Udara
mb 1.010,39 1.009,88 10.010,30 10.010,18 1.011,07
Air Pressure
3 Kelembaban Udara
% 76,67 76,08 76,00 76,42 77,56
Humidity
4 Penyinaran Matahari
% 63,53 50,07 62,83 57,38 63,48
Length of Daylight
5 Curah hujan
mm 71,61 51,04 63,41 62,33 58,76
Rain Falls
6 Kecepatan Angin
Knots 3,67 3,00 3,83 3,57 3,92
Wind Velocity
7 Arah Angin
Barat Laut Barat Laut Utara Utara Barat Laut
The Most of Wind Velocity
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2011-2015, diolah kembali
1.5. Penggunaan Lahan
Pola ruang dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu Kawasan Non Budidaya dan Kawasan
Budidaya.Kawasan Non Budidaya atau yang lebih dikenal sebagai Kawasan Lindung
merupakan wilayah kendala dan wilayah limitasi dalam pemanfaatan ruang.Kawasan
Lindung ini kemudian digolongkan lagi menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor16/PRT/M/2009, Kawasan lindung kabupaten
adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada
wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan
bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan
kewenangan pemerintah daerah kabupaten yang terdiri atas:
a) kawasan hutan lindung;
b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan
lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya;
d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka
alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka
margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional dan taman nasianal laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan
taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
e) kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsar, kawasan
rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;
8
f) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasanrawan
bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah; dan
g) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan
kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.
Terkait dengan Kabupaten Sigi pola ruang kawasan lindung terdiri atas hutan lindung,
kawasan resapan air, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana alam (banjir dan
longsor), kawasan rawan bencana geologi (zona patahan).
Sementara itu, untuk kawasan budidaya didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya
alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan yang terdiri dari:
kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi;
a) kawasan hutan rakyat;
b) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura;
c) kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas
perkebunan yang ada di wilayah kabupaten;
d) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
perikanan tangkap, budi daya perikanan, dan pengolahan ikan;
e) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, serta air tanah di
kawasan pertambangan;
f) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: industri
besar, industri sedang, dan industri rumah tangga;
g) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan;
h) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan sebagai kawasan
budi daya, maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-
masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di
pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;dan
i) kawasan peruntukan lainnya.
Kabupaten Sigi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki
kawasan hutan lebih dari 70 persen luas wilayah, baik berupa kawasan hutan produksi,
hutan lindung, maupun taman nasional. Selain itu, Kabupaten Sigi merupakan wilayah hulu
dari WS Palu Lariang yang memiliki peran strategis sebagai penjaga ekologi bagi PKN Palu.
Sedangkan pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sigi diarahkan untuk
pengembangan sektor pertanian dalam arti luas yang tidak hanya mengedepankan pada
fungsi produksi tetapi juga pengolahan pasca panen, sehingga memiliki nilai tambah bagi
masyarakat petani. Alokasi lahan pertanian di Kabupaten Sigi tersebar pada beberapa
kecamatan, terutama yang berada di sepanjang Sungai Gumbasa. Sedangkan kawasan
9
perkotaan masih mengumpul pada wilayah utara Kabupaten Sigi, sedangkan wilayah
perdesaan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Sigi. Adapun gambaran pola ruang
di Kabupaten Sigi secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sigi 2010-2030
No Rencana Pola Ruang Luas
Persentase
(%)
Kawasan Lindung 268.837,60 51,74
1 Hutan Lindung 136.910,91 26,35
2 Kawasan Tahura dan Hutan Wisata Wera 3.114,45 0,60
3 Kawasan Taman Nasional Lore Lindu 112.792,08 21,71
4 Kawasan Lindung Setempat 12.561,41 2,42
5 Tubuh Air 3.458,75 0,67
Kawasan Budidaya 250.764,40 48,26
1 Hutan Produksi 3.118,27 0,60
2 Hutan Produksi Terbatas 123.787,00 23,82
3 Kawasan Pertambangan 7.950,00 1,53
4 Kawasan Pertanian Lahan Basah 23.697,00 4,56
5 Kawasan Pertanian Lahan Kering 20.452,67 3,94
6 Kawasan Perkebunan 55.718,95 10,72
7 Kawasan Permukiman Perkotaan 10.418,00 2,00
8 Kawasan Permukiman Perdesaan 4.740,00 0,91
9 Kawasan Pariwisata 882,51 0,17
Jumlah 519.602,00 100,00
Sumber : Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011
1.6. Potensi Pengembangan Wilayah
1.6.1. Kawasan Lindung
Tujuan penetapan Kawasan lindung Kabupaten adalah untuk melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah
serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Adapun kriteria yang
dipakai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, UU Nomor 26 Tahun
2007 dan Kepres Nomor 32 Tahun 1990 Mengacu pada hasil analisis dan arahan pola ruang
Nasional dan Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalokasikan 50,48 persen dari luas lahan
Kabupaten Sigi sebagai kawasan berfungsi lindung, maka Pola Ruang Lindung di Kabupaten
Sigi minimal adalah 50 persen dari luas Kabupaten Sigi. Namun, berdasarkan hasil kajian
ternyata masih terdapat kawasan lindung yang dapat ditambah dalam rencana pola ruang
kawasan lindung yaitu kawasan lindung bencana geologis berupa kawasan lindung
setempat yang dalam Dokumen RTRW Provinsi belum dialokasikan. Berdasarkan
penambahan kawasan lindung setempat bencana geologi total luas kawasan lindung di
Kabupaten Sigi dapat menjadi 52,12 persen.
1.6.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya.
a. Kawasan Hutan Lindung
Dasar pertimbangan penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Sigi adalah UU
Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26 Tahun 2008, dan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 20013-2033. Sebagaimana arahan RTRW Provinsi luas Kawasan Hutan Lindung
10
di Kabupaten Sigi adalah sebesar 26,35 persen dan luas wilayah Kabupaten Sigi.
Kriteria penetapan kawasan hutan lindung adalah:
1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang melebihinilai skor 175 menurut surat Keputusan Menteri Pertanian
No.837/KPTS/UM/11/1980 ;
2. Kawasan hutan mempunyai lereng lapangan 40 persen atau lebih ;
3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000
meter atau lebih.
Penentuan luas lahan yang dapat difungsikan sebagai hutan lindung menggunakan
acuan RTRW Provinsi dan Tata Guna Hutan Kesepakatan dari Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu seluas 136.910,91 Ha.Sebaran Hutan Lindung di
Kabupaten Sigi tersebar pada 10 Kecamatan di Kabupaten Sigi. Kecamatan Kulawi
adalah Kecamatan dengan luas hutan lindung paling besar yaitu Kecamatan Kulawi
sebesar 38.306,09 Ha, sedangkan Kecamatan Kulawi Selatan adalah kecamatan yang
memiliki luas hutan lindung paling kecil, gambaran selengkapnya Kawasan Hutan
Lindung di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 5. Alokasi Lahan Hutan Lindung di Kabupaten Sigi Hingga 2030
No. Kecamatan Luas (Ha)
Persentase
(%)
1. Pipikoro 19.659,86 14,00
2. Kulawi Selatan 110,11 0,00
3. Kulawi 38.306,09 26,00
4. Dolo Selatan 28.498,34 21,00
5. Marawola Barat 9.585,40 7,00
6. Kinovaro 3.668,37 3,00
7. Palolo 20.837,18 15,00
8. Dolo Barat 10.034,15 7,00
9. Sigi Biromaru 5.967.65 4,00
10. Marawola 243,76 0,00
Jumlah 136.910,91
Sumber : Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011
b. Kawasan Resapan Air
Sebagian besar kawasan yang direkomendasikan sebagai kawasan resapan air
merupakan bagian dari Hutan Lindung atau Suaka Alam, dengan fungsi untuk
menampung air yang jatuh dan meresap ke dalam tanah dan menahan tanah dari
laju erosi. Arahan pengelolaan kawasan resapan air adalah sebagai berikut:
1. Meminimalkan atau bahkan meniadakan hal-hal yang berpotensi menghalangi
masuknya air hujan ke dalam tanah. Dengan demikian, kegiatan budidaya
yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan;
2. Mengarahkan kegiatan budidaya penduduk dalam bentuk pengusahaan
tanaman tahunan dan tanaman semusim yang disertai dengan upaya-upaya
pelestarian berkelanjutan. Kegiatan budidaya lain yang dapat dikembangkan
adalah pengusahaan hutan produksi terbatas dan pengembangan agrowisata.
11
1.6.3. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan Sungai dan area sekitar
danau/waduk.
a. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, bertujuan untuk
melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya erosi
sedimen pinggiran sungai. Sempadan sungai yang dilindungi ini ditanami berbagai
tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus
sebagai jalur hijau. Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan di sempadan
sungai antara lain tanaman buah-buahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian,
dan tanaman perkebunan seperti kopi.Mengingat sebagian besar wilayah Kabupaten
Sigi adalah wilayah dengan karakter perdesaan dan tidak bertanggul, dan dengan
luas daerah aliran sungai >500 km2, maka penetapan garis sempadan sungai
ditetapkan adalah sebesar 50-100 m (Permen PU Nomor 63/1993). Wilayah sempadan
sungai di Kabupaten Sigi tersebar secara merata di seluruh wilayah. Sungai Orde 1
yaitu Sungai Gumbasa dan Sungai Lariang direncanakan memiliki sempadan sungai
hingga 100 meter. Sedangkan sungai lainnya yang memiliki orde lebih kecil
direncanakan memiliki sempadan sungai selebar 50 meter dari tepi sungai yang
ditetapkan.
b. Sempadan Danau/Waduk
Kawasan sekitar danau adalah kawasan di tepian danau, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau.Tujuan perlindungan tepian
danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu
dan merusak kualitas air danau, mengamankan kuantitas air danau dan mencegah
terjadinya erosi sedimen pinggiran danau.Kawasan sekitar danau yang dilindungi ini
ditanami berbagai tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat
tercapai, sekaligus sebagai jalur hijau.Adapun tanaman keras yang dapat
dikembangkan di sekitar danau antara lain tanaman buah-buahan seperti rambutan,
mangga, nangka, durian, dan tanaman perkebunan seperti kopi, kayu putih, kemiri,
dan coklat.
Untuk mengantisipasi dampak buruk dan tidak terkendalinya pola ruang di kawasan
sekitar Danau Lindu, maka pemerintah Kabupaten Sigi perlu segera melakukan
tindakan untuk mengamankan kawasan sempadan danau dari aktivitas
budidaya.Masyarakat masih dapat menggunakan kawasan sekitar sempadan danau
hanya untuk aktivitas budidaya perkebunan tanaman keras.Upaya penertiban
kawasan sekitar danau agar tidak berpotensi menimbulkan konflik kepentingan di
masa mendatang. Upaya penertiban ini tentu saja harus berkoordinasi dengan BB
TNLL selaku pengelola utama kawasan Taman Nasional Lore Lindu, mengingat
kawasan Danau Lindu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kawasan Taman
Nasional Lore Lindu.
12
1.6.4. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
a. Taman Nasional Lore Lindu
Kabupaten Sigi memiliki peran strategis secara nasional dengan ditetapkannya
kawasan sekitar Danau Lindu sebagai Taman Nasional Lore Lindu.Kawasan Taman
Nasional ini tersebar di beberapa kabupaten antara Lain Kabupaten Sigi, Kabupaten
Poso.Kawasan Taman Nasional Lore Lindu sendiri memiliki luas sebesar 217.991,18
Ha. Sedangkan yang berada di Kabupaten Sigi seluas lebih kurang 122.435,37 Ha atau
lebih dari 50 persen wilayah TN Lore Lindu berada di Kabupaten Sigi. Sebagai
wilayah yang telah ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No 464/kpts-II/99 dan ditetapkan pula dalam PP Nomor 26 Tahun
2008, maka pengelolaan Taman Nasional berada pada kewenangan Pemerintah Pusat
dalam hal ini Departemen Kehutanan.
Adapun sebaran lokasi Taman Nasional di Kabupaten Sigi mencakup Kecamatan
Palolo, Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Lindu, Kecamatan Nokilalaki,
Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Tanambulava, Kecamatan Kulawi, dan Kecamatan
Kulawi selatan.
b. Taman Hutan Raya dan Hutan Wisata
Terdapat dua buah Hutan Wisata di Kabupaten Sigi yang terletak di Kecamatan Dolo
(Hutan Wisata Wera) dan Taman Hutan Raya di Kecamatan Sigi Biromaru yang
merupakan satu kesatuan dengan Tahura di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu.
Keberadaan Taman Hutan Raya dan Hutan Wisata ini perlu terus dipertahankan
sebagai salah satu upaya dalam rangka perlindungan kekayaan alam di Kabupaten
Sigi.Daya tarik utama dari keberadaan hutan wisata ini adalah keindahan alam dan
juga jenis tanaman hutan tropis yang terdapat di dalamnya.Keberadaan pengelolaan
kawasan seperti Hutan Wisata Wera berperan penting dalam mewujudkan
keseimbangan hidup semua mahluk hidup, penanganan yang disertai tindakan yang
kurang tepat dalam pengelolaan mengakibatkan berkurangnya nilai dan fungsi
kawasan serta kelangkaan hingga musnahnya jenis flora dan fauna.
c. Kawasan Cagar Budaya Pemukiman Tradisional
Salah satu bentuk permukiman tradisional yang terdapat di Kecamatan Kulawi adalah
bangunan perumahan yang biasa disebut Lobo. Lobo di masa pemerintahan raja-raja
berfungsi sebagai pusat kesatuan adat, pemerintahan dan kebudayaan. Para
bangsawan (maradika) sebagai pemegang tampuk pemerintahan, para ahli
cendekiawan adat dan orang-orang penting mengadakan musyawarah di dalam
bangunan ini untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan:
1. Perumusan suatu undang-undang, peraturan-peraturan adat;
2. Pelaksanaan pemerintahan yaitu dalam hal-hal memberangkatkan dan
menerima pasukan perang;
3. Pemutusan/mengadili perkara-perkara terhadap setiap pelanggaran,
penyelewengan dan kejahatan. Pelaksanaan hukuman dapat dilaksanakan di
Lobo atau di tempat lain misalnya di pohon kayu ditengah hutan atau di
pinggir-pinggir kali, menurut jenis dan macamnya perbuatan;
13
4. Dalam hal-hal yang menyangkut perekonomian: kapan dimulai membuka
kebun,sawah atau ladang; kapan dimulai bertanam, menuai, pengaturan
perairan, dan sebagainya;
5. Di samping hal-hal tersebut Lobo juga menjadi tempat dilaksanakannya
pesta-pesta adat, sehubungan dengan:
 Keselamatan kampung, supaya terhindar dari berbagai macam
penyakit menular, bala serta kutukan dewa akibat adanya perbuatan
sumbang ;
 Pengucapan syukur berhubungan dengan hasil panen yang baik;
 Menyambut/memberangkatkan pasukan perang;
 Menyambut tamu-tamu terhormat dari luar daerah.
Kawasan-kawasan yang memiliki permukiman tradisional di Kabupaten Sigi yang
perlu dilakukan tindakan preservasi antara lain: Desa Namo, Desa Boladangko, Desa
Tangkolowi dan Desa Toro.
1.6.5. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Peruntukan Hutan
Kawasan budidaya kehutanan terbagi menjadi atas hutan produksi terbatas, hutan
produksi biasa, dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Pemanfaatan hutan
produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan,
pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu
dan bukan kayu, terdiri dari:
1) Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang digunakan untuk
kegiatan budidaya hasil-hasil hutan secara terbatas dengan tetap memperhatikan
fungsinya sebagai hutan untuk melindungi kawasan di bawahnya. Tujuan
pengelolaan kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta sumberdaya hutan
dengan cara tebang pilih dan tanam untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi
kepentingan negara, masyarakat, industri, ekspor dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan. Berdasarkan Rencana Pola Ruang Provinsi Sulawesi
Tengah dan hasil perhitungan dengan perangkat lunak GIS luas Kawasan Hutan
Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi lebih kurang sebesar 123.787 Ha.
Pengelolaan terhadap kawasan hutan produksi terbatas dilakukan untuk
memanfaatkan ruang beserta sumberdaya hutan, dengan cara tebang pilih dan
tanam untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat,
industri dan ekspor dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan
keanekaragaman. Persebaran Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi
mencakup wilayah Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Palolo, Kecamatan
Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan dan Kecamatan Pipikoro.
Tabel 6. Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi
No. Kecamatan Luas
Persentase
(%)
1. Marawola Barat 4.735,22 4
2. Palolo 4.155,91 3
3. Kulawi 40.055,71 32
14
No. Kecamatan Luas
Persentase
(%)
4. Pipikoro 68.171,20 55
5. Kulawi Selatan 6.668,98 5
Jumlah 123.787,02
Sumber: Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011
2) Kawasan Hutan Produksi Tetap
Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan
produksi tetap dimana eksploitasinya dengan tebang pilih atau tebang habis dan
tanam. Luas Kawasan Hutan Produksi Tetap berdasarkan pada dokumen RTRW
Provinsi Sulawesi Tengah dan Penetapan Tata Guna Hutan dari Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 116.393Ha. Persebaran hutan produksi tetap di
Kabupaten Sigi berada di Kecamatan Kulawi dan Kulawi Selatan.
b. Kawasan Peruntukkan Pertanian
1) Pertanian Lahan Basah
Kawasan pengembangan pertanian lahan basah di Kabupaten Sigi diarahkan pada
kawasan-kawasan yang memiliki kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah,
berada di daerah dataran rendah, yang sebagian besar terdapat di Kecamatan
Gumbasa, Sigi Biromaru, Tanambulava, dan Dolo, serta memiliki potensi untuk
dapat dilalui jaringan irigasi alam dan buatan. Kawasan pengembangan pertanian
lahan basah diarahkan pada desa-desa berlokasi di Kecamatan-kecamatan
tersebut di atas dengan alokasi lahan untuk 20 tahun mendatang seluas 23.697,00
Ha.
Pengembangan budidaya usahatani merupakan usaha budidaya integral, dan
bersifat universal, dimana memandang kawasan sebagai titik sentral
pembangunan komoditas dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas
sumberdaya lahan. Dalam pelaksanaan untuk pengembangan budidaya usahatani,
perlu untuk memperhatikan faktor usahatani sebagaimana dinyatakan dalam
Fadholi (1996), antara lain adalah:
 tanah atau sumberdaya lahan ;
 tenaga kerja ;
 modal usaha ;
 pengelolaan usaha tani.
Tanah sebagai sumber unsur utama usahatani, sebagai tempat tumbuhnya
vegetasi, tentu saja harus memiliki suatu ukuran yang nyata sehingga akan
dicapai suatau ukuran tingkat optimalisasi pertumbuhan tanaman untuk
menghasilkan suatu produk. Untuk menilai keberhasilan tumbuh, suatu bentang
lahan harus dilihat dari unsur internal tanah maupun unsur pendukung
agroklimatik. Ukuran internal tanah antara lain:
 kesuburan tanah ;
 luas pertanian utama (komoditas unggulan) ;
 luas pertanian tanaman penyangga.
15
Kesuburan tanah yang mencukupi dan luas tanah yang memadai dapat
diprediksikan produksi dari bentangan lahan yang diolah, untuk menilai
kesuburan tidak dapat dilepaskan dari kesesuaian tanaman atas sumberdaya
lahan yang tersedia.
Faktor sumberdaya manusia berdasarkan kemampuan dan keahlian adalah
merupakan program yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tenaga kerja
dalam sektor pertanian. Dalam konteks pengembangan budidaya pertanian, maka
tenaga kerja yang dimaksud adalah masyarakat lokal yang sudah dibina dan
dilatih untuk menggarap lahan yang tersedia. Faktor modal kerja bagi petani
merupakan penghambat utama, maka diperlukan adanya campur tangan dari
pemerintah sebagai fasilitator membuka akses pasar baik untuk komoditas
penyangga, maupun komoditas unggulan. Faktor pengelolaan usaha tani,
tentunya perlu dimiliki oleh petani dari mulai perencanaan usahatani sampai
pasca panen.Dengan demikian, daya saing usaha taninya akan kompetitif. Unsur
teknologi menjadi signifikan untuk dimengerti oleh petani, utamanya untuk jenis
usahatani skala besar, sebagai contohnya adalah budidaya padi sawah.
Sementara itu, di samping pengembangan kemitraan, upaya membina usahatani
di tingkat rakyat perlu dilakukan.
Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat pertanian lahan basah di
Kabupaten Sigi adalah sebagai berikut:
(1) Dapat dilakukan melalui sistem penyuluhan dan pembinaan, terutama untuk
desa-desa yang basis kegiatan usaha masyarakatnya adalah petani ;
(2) Pengelolaan pertanian lahan basah di Kabupaten Sigi juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, yaitu:
(a) Faktor-faktor sosio-ekonomi
 Memberikan kemudahan pemasaran, baik dalam bentuk pemasaran
lokal dan eksternal, pedagang dan koperasi, dan aksesibilitas ;
 Memberikan kemudahan jasa-jasa pendukung, baik dalam bentuk
kredit/sarana produksi dan penyuluhan.
(b) Usaha-usaha Produksi
 Tanaman semusim yang dapat dikembangkan, antara lain: padi-
padian ;
 Pengaturan jadwal tanam.
(c) Rumah Tangga Petani
 Pembinaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan yang
dimiliki rumah tangga petani ;
 Pengembangan pendidikan melalui penyediaan fasilitas pendidikan ;
 Sumber-sumber penghasilan lain, seperti dari kegiatan ternak dan
kebun dan pemanfaatan limbah ternak sebagai bagian dalam
pengembangan sumber energi serta pupuk organik dan pestisida
organik yang telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas
tanah serta memiliki biaya produksi yang lebih murah.
16
2) Pertanian Lahan Kering
Dalam merencanakan peruntukan lahan untuk kawasan budidaya pertanian lahan
kering, maka prinsip pengembangan yang digunakan juga relatif sama dengan
perencanaan untuk kawasan pertanian lahan basah, yaitu dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian lahan kering,
kondisi topografi dan pengairan, status lahan, dan bukan merupakan bagian dari
kawasan lindung.
Kawasan Pengembangan Pertanian Lahan Kering memiliki juga memiliki
kemungkinan pengembangan menjadi Kawasan Perkebunan, khususnya untuk
kebun buah-buahan. Hal ini disebabkan karena kawasan perkebunan memilki
kesesuaian lahan yang hampir sama dengan pertanian lahan kering.
Walaupun lahan yang dialokasikan untuk pertanian lahan kering dapat dikonversi
menjadi kawasan perkebunan, akan tetapi prioritas penggunaaan lahan tetap
merupakan alokasi lahan untuk Pertanian Lahan Kering. Berdasarkan pada arahan
RTRW Provinsi alokasi lahan untuk pertanian lahan kering di Kabupaten Sigi
adalah sebesar lebih kurang 16 ribu Ha. Tetapi dengan melihat ketersediaan
lahan yang ada, pengembangan kawasan budidaya pertanian lahan kering di
Kabupaten Sigi dapat dikembangkan hingga 20.452,67 Ha yang tersebar secara
merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Sigi.
Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat pertanian lahan kering di
Kabupaten Sigi adalah sebagai berikut:
(1) Pengembangan ekstensifikasi pertanian dilakukan pada lahan-lahan yang
terdapat di zona wilayah dataran tinggi dan dataran rendah dan dapat
diintegrasikan dengan pengembangan tanaman perkebunan ;
(2) Intensifikasi lahan pertanian melalui penyuluhan dan pembinaan,
terutama untuk desa-desa yang basis kegiatan usaha masyarakatnya
adalah petani ;
(3) Faktor-faktor pengelolaan usaha masyarakat lahan kering di Kabupaten
Sigi yang harus dipertimbangkan, yaitu:
(a) Faktor-faktor sosio-ekonomi
 Memberikan kemudahan pemasaran, baik dalam bentuk
pemasaran lokal dan eksternal, pedagang dan koperasi, dan
aksesibilitas ;
 Memberikan kemudahan jasa-jasa pendukung, baik dalam bentuk
kredit/sarana produksi dan penyuluhan ;
 Pemerintah dapat memberikan kebijakan insentif dan beberapa
peraturan yang mendorong berkembangnya kegiatan usaha tani.
(b) Usaha-usaha Produksi
 Vegetasi tetap yang dapat dikembangkan, antara lain: pohon
penghasil pakan, pohon buah-buahan, tanaman-tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis ;
 Tanaman semusim/tahunan yang dapat dikembangkan antara
lain: padi-padian, umbiumbian, sayur-sayur/jamur, tanaman
palawija.
17
(c) Rumah Tangga Petani
 Pembinaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan yang
dimiliki rumah tangga petani.
 Pengembangan pendidikan melalui penyediaan fasilitas
pendidikan ;
 Sumber-sumber penghasilan lain, seperti dari kegiatan ternak dan
kebun.
c. Kawasan Peruntukkan Perkebunan
Pengembangan Kawasan Perkebunan diarahkan tersebar secara merata di seluruh
Kabupaten Sigi. Alokasi luas lahan kawasan perkebunan di Kabupaten Sigi
berdasarkan arahan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah 2013-2033 adalah sebesar 55.718
Ha. Pengembangan secara ekstensif untuk perkebunan masih dimungkinkan
sepanjang komoditasnya adalah tanaman yang mempunyai fungsi perlindungan
terhadap air dan tanah.
Pengembangan kawasan perkebunan memiliki arti penting dalam pengembangan
wilayah di Kabupaten Sigi, mengingat kontribusi sektor perkebunan yang cukup
berarti dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Sigi, serta fungsi perlindungan
terhadap lingkungan, maka upaya secara ekstensif masih dapat dilakukan. Gambaran
selengkapnya mengenai potensi lahan untuk perkebunan dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 7. Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sigi 2010-2030
No Kecamatan
Luas
(Ha)
Persentase
(%)
1. Dolo Barat 1.157,88 2,08
2. Dolo Selatan 5.750,33 10,32
3. Gumbasa 4.035,84 7,24
4. Kulawi 9.616,78 17,26
5. Kulawi Selatan 5.303,43 9,52
6. Palolo 14.198,92 25,48
7. Pipikoro 10.649,55 19,11
8. Sigi Biromaru 4.391,50 7,88
9. Tanambulava 614,64 1,10
Jumlah 55.718,86 100,00
Sumber: Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011
1.6.6. Kawasan Peruntukkan Pertambangan
Berdasarkan pada arahan pola ruang dalam RTRW Provinsi Sulawesi Tengah dan analisis
potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Sigi, terdapat lokasi-lokasi yang dapat
dikembangkan sebagai kawasan pertambangan, yaitu kawasan pertambangan mineral
logam dan kawasan pertambangan panas bumi. Alokasi ruang untuk pertambangan mineral
logam terdapat di Kecamatan Sigi Biromaru dengan luas kawasan sebesar 7.950 Ha.
Sedangkan potensi panas bumi terdapat di sepanjang sesar aktif Palu Koro yang membujur
dari utara menuju selatan Kabupaten Sigi. Wilayah-wilayah yang diperkirakan memiliki
18
potensi panas bumi di Kabupaten Sigi antara lain Kecamatan Dolo, Kecamatan Gumbasa,
Kecamatan Tanambulava, dan Kecamatan Sigi Biromaru.
Untuk pengembangan dan upaya eksploitasi potensi mineral yang ada di Kabupaten Sigi
membutuhkan sebuah studi yang mendalam terkait dengan kemanfaatan dan dampak
lingkungan yang ditimbulkan mengingat kabupaten ini merupakan kabupaten yang
berfungsi lindung bagi kabupaten di sekitarnya.
1.6.7. Kawasan Peruntukkan Pariwisata
Pengelolaan kawasan pariwisata dilakukan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam
dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian
nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Pengembangan Pariwisata mengikuti Konsep pengembangan 3A (Access, Accommodation,
Attraction). Konsep 3A mengungkapkan pentingnya mengembangkan Objek Wisata dengan
mendukung faktor-faktor wisatawan yang datang ke Objek Wisata seperti Aksesibilitas ke
Objek wisata, Akomodasi untuk para wisatawan, dan penjagaan nilai-nilai Atraksi dari
sebuah Objek Wisata. Kriteria Penetapan pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Sigi
menggunakan dua pendekatan sebagai berikut:
a) kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak
mengganggu kelestarian lingkungan ;
b) kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat
memberikan manfaat:
 meningkatkan devisa dari sektor pariwisata dan meningkatkan investasi di
daerah;
 mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya;
 tidak mengganggu fungsi lindung;
 tidak mengganggu upaya kelestarian sumberdaya alam;
 meningkatkan pendapatan masyarakat;
 meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah dan nasional;
 meningkatkan kesempatan kerja;
 melestarikan budaya lokal;
 meningkatkan perkembangan masyarakat.
Berdasarkan pemaparan mengenai konsep 3A di atas, maka rencana pengembangan
kawasan wisata di Kabupaten Sigi dilakukan melalui:
a) Pengembangan paket wisata alam di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Hutan
Wisata Wera, Air Terjun Wera, Pemandian Air Panas Bora (Atraksi) ;
b) Pengembangan kawasan wisata tradisional di Kecamatan Kulawi (Atraksi) ;
c) Pengembangan Kawasan Wisata Pakuli (habitat perkembangbiakan burung Maleo) ;
d) Pengembangan jaringan jalan ke objek wisata tersebut yang saat ini sebagian besar
masih dalam kondisi yang kurang bagus (Aksesibilitas) ;
e) Pengembangan angkutan persewaan khusus ke tempat-tempat wisata (Akomodasi).
19
1.6.8. Kawasan Peruntukkan Pemukiman
a. Pemukiman Perkotaan
Dalam rencana permukiman perkotaan ini, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan antara lain:
1) Perumahan harus dilayani oleh satu sistem permukiman yang didasarkan pada
karakteristik fisik, sosial, budaya dan ekonomi yang layak, sehingga dapat
menunjang dan menyatukan kehidupan penduduk di dalamnya;
2) Permukiman perkotaan harus bersifat mandiri, dalam artian penyediaan
fasilitas sosial dan fasilitas umum harus disediakan di kawasan permukiman
tersebut;
3) Untuk perkembangan sebuah permukiman menjadi suatu pusat kegiatan
maupun menjadi suatu kota, permukiman tersebut harus melalui suatu
tahapan. Contohnya permukiman menjadi desa, desa menjadi kota kecil, kota
kecil menjadi kota menengah, kota menengah menjadi kota besar dan
seterusnya.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk menopang kegiatan-
kegiatan distribusi, koleksi dan pelayanan umum serta produksi komoditas berbasis
pertanian,dimana kedekatan jarak antara permukiman dan kegiatan produksi
merupakan kebutuhan yang perlu difasilitasi. Penyediaan lahan permukiman yang
disediakan berdasarkan struktur pusat pertumbuhan yang luasannya diarahkan sesuai
dengan satuan wilayah yang dilayani.
Ketersediaan areal pemukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana investasi
yang ada di daerah sekitarnya sehingga dapat mendorong kegiatan lain yang ada di
sekitarnya. Persyaratan lain dari pengembangan permukiman perkotaan ini adalah
pengembangan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung dan tidak mengganggu
upaya kelestarian sumberdaya alam. Perhitungan luas areal kawasan permukiman
yang disediakan adalah dengan asumsi setiap kepala keluarga membutuhkan luas
lahan permukiman rata-rata sebesar 500 m2, sehingga diperkirakan kebutuhan lahan
permukiman perkotaan di Kabupaten Sigi adalah sebesar 10.418 Ha, yang tesebar di
Kecamatan Marawola, Sigi Biromaru, Palolo,dan Kulawi. Pengembangan dilakukan
dengan penyediaan sarana danprasarana: pendidikan, kesehatan, kerohanian, air
bersih, listrik, dan komunikasi pada wilayah perkotaan dan perdesaan sesuai dengan
kebutuhan rencana. Sesuai dengan arahan rencana struktur ruang, maka kawasan
perkotaan yang direncanakan di Kabupaten Sigi terdiri dari:
1) Kawasan perkotaan untuk menunjang kegiatan perdagangan skala regional
sebagai ekstensi dari perkotaan Palu yang diarahkan di Kalukubula ;
2) Kawasan perkotaan yang berfungsi pusat pemerintahan skala kabupaten yang
direncanakan berlokasi di Bora dengan wilayah pengaruh mencakup
kecamatan Tanambulava dan Kecamatan Gumbasa ;
3) Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan skala kawasan
yang tersebar di Kecamatan Marawola, Kecamatan Palolo, dan Kecamatan
Kulawi ;
4) Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan untuk setiap
kecamatan di Kabupaten Sigi.
20
b. Pemukiman Pedesaan
Permukiman Perdesaan di Kabupaten Sigi terdiri dari permukiman transmigrasi dan
permukiman penduduk lokal. Permukiman ini walaupun umumnya sederhana namun
sudah cukup layak untuk dihuni. Permukiman perdesaan tersebar secara merata di
masing-masing desa di Kabupaten Sigi. Keberadaan kawasan permukiman yang ada
saat ini sebagian berlokasi di kawasan lindung atau sekitar kawasan lindung jika
masih memungkinkan dapat dipertahankan dan perkembangannya dibatasi sehingga
tidak merusak kawasan lindung. Upaya-upaya penyuluhan dan pemberdayaan
masayarakat sekitar hutan dan yang berada di Kawasan Lindung mutlak dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.7. Kawasan Rawan Bencana Alam
Berdasarkan pada kondisi lereng dan struktur geologi kawasan Kabupaten Sigi merupakan
salah satu wilayah yang mempunyai sensitivitas terhadap bencana yang tinggi. Keberadaan
patahan yang ada di Kabupaten Sigi yang membentang dari utara hingga selatan
merupakan satu faktor pembatas dalam pengembangan kawasan budidaya.
1.7.1. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Daerah rawan longsor sebaiknya dijadikan areal dengan fungsi lindung, fungsi budidaya
terbatas masih dapat dilakukan dengan aturan main yang ketat. Penduduk (permukiman)
yang sudah ada perlu mendapatkan pendidikan kebencanaan, sehingga mereka dapat
memiliki kepekaan tinggal pada kawasan rawan bencana, yang dapat mengancam
keselamatan penduduk di daerah tersebut dan di sekitarnya. Penerapan teknik
pengendalian longsor diarahkan ke daerah rawan longsor yang sudah terlanjur dijadikan
lahan pertanian. Areal rawan longsor yang belum dibuka direkomendasikan untuk tetap
dipertahankan dalam kondisi vegetasi permanen, seperti cagar alam, dan hutan lindung.
Selain itu, karakter jenis tanah yang sensitif terhadap erosi, ditambah dengan lereng yang
curam dan curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan kawasan ini juga sangat rentan
dengan bencana kelongsoran. Daerah yang memiliki potensi kelongsoran sedang sebagian
besar berada pada wilayah-wilayah perbukitan Kabupaten Sigi, yang secara fisik berbukit-
bukit dengan kelerengan >40 persen.
1.7.2. Kawasan Rawan Banjir
Kabupaten Sigi sebagai satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang dikarunia potensi
sumberdaya air yang berlimpah, juga memiliki potensi untuk mendapat daya rusak
air.Salah Potensi daya rusak yang sudah dirasakan oleh wilayah ini adalah kejadian banjir
yang terjadi pada beberapa wilayah di Kabupaten Sigi.
Kejadian ini tidak terlepas dari kerusakan alam yang terjadi di Kabupaten Sigi, dimana
adanya kecenderungan untuk mengeksploitasi hutan secara berlebih, yang menimbulkan
erosi dan sedimentasi pada Sungai Palu. Sebagai akibatnya daya tampung sungai menjadi
menurun dan tidak mampu lagi menampung secara optimal limpasan air hujan saat debit
puncak.
Potensi kekeringan juga dimiliki oleh Kabupaten Sigi, sebagai indikasinya adalah
terdapatnya beberapa sungai di Kabupaten Sigi yang mengalami kekeringan pada musim
21
kemarau. Apabila kondisi ini tidak segera diambil tindakan pemecahan masalah, bukan
mustahil kekeringan juga akan terjadi pada masa mendatang.
Tabel 8. Luas Genangan Banjir di Kabupaten Sigi
No Kecamatan Desa Luas Genangan (Ha) Persentase (%)
1 Dolo Barat Bobo 256.83 1.18
Pesaku 454.57 2.09
Rarampadende 201.11 0.93
2 Dolo Selatan Balongga 781.24 3.60
Baluase 336.46 1.55
Bulubete 317.64 1.46
Jono 55.31 0.25
Pulu 537.83 2.48
Rogo 231.33 1.07
Sambo 495.81 2.28
Walatana 8.42 0.04
Wisolo 158.79 0.73
3 Gumbasa Kalawara 321.91 1.48
Pakuli 452.83 2.08
Pandere 1,935.71 8.91
4 Kulawi Boladangko 199.83 0.92
Bolapapu 169.08 0.78
Lonca 1,140.15 5.25
Mataue 536.30 2.47
Sungku 2,459.01 11.32
Tangkulowi 25.66 0.12
Toro 2,509.34 11.55
Winatu 3,783.37 17.42
5 Kulawi Selatan O'o 0.02 0.0001
6 Nokilalaki Kadidia 0.22 0.0010
Sopu 25.30 0.12
7 Palolo Ampera 172.57 0.79
Bahagia 677.48 3.12
Berdikari 58.15 0.27
Bunga 21.80 0.10
Kapiroe 225.38 1.04
Makmur 360.18 1.66
Petimbe 194.82 0.90
Ranteleda 167.70 0.77
Sejahtera 839.13 3.86
Tanah Harapan 376.31 1.73
Uwenuni 262.02 1.21
8 Sigi Biromaru Sidondo I 190.78 0.88
Sidondo II 205.41 0.95
9 Tanambulava Lambara 182.15 0.84
Sibalaya Utara 391.04 1.80
Jumlah 21,718.99 100.00
Sumber: Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi Tahun 2011
22
1.7.3. Kawasan Rawan Gempa
Wilayah gempa bumi di Kabupeten Sigi mengacu pada peta daerah rawan terhadap
goncangan gempa, yaitu Peta Bahaya Goncangan Gempa Bumi Indonesia (Peta Percepatan
Gempa Bumi) adalah peta yang memperlihatkan kontur nilai percepatan gempa bumi
dalam periode ulang dan jenis basement batuan tertentu. Banyaknya daerah patahan di
Kabupaten Sigi memberikan risiko kegempaan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan pada
data risiko kegempaan di Indonesia, Kabupaten Sigi memiliki risiko cukup tinggi yaitu 0,15
– 0,35g. Keberadaan patahan Palu-Koro membentang di bagian tengah Kabupaten Sigi.
Peta frekuensi kejadian gempa bumi di Kabupaten Sigi berfokus dangkal dan bersifat
merusak tampak gempa bumi berkekuatan ≥ 6 mmi yang berpeluang besar terjadi di
kawasan Pulau Sulawesi.
Berdasarkan pada data risiko kegempaan di Indonesia, Kabupaten Sigi (dalam hal ini Pulau
Sulawesi) memiliki risiko yang cukup tinggi yaitu antara 0,15 – 0,35g. Keberadaan patahan
Palu Koro yang membentang pada bagian tengah Kabupaten Sigi semakin memberikan
gambaran yang jelas tentang risiko bencana kegempaan di Kabupaten Sigi.
1.7.4. Kawasan Rawan Bencana Sosial
Kabupaten Sigi yang didiami berbagai rumpun suku Kaili merupakan potensi bagi
pengembangan wilayah, namun sekaligus juga merupakan potensi konflik atau bencana
sosial apabila tidak diantisipasi secara dini. Konflik-konflik sosial baik atas konflik SARA
atau konflik komunal seperti konflik tapal batas dan lainnya rawan terjadi di sejumlah
wilayah Kecamatan di kabupaten Sigi yakni Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Palolo,
Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan,
Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan dan Kecamatan
Lindu.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Perkembangan ekonomi secara nasional dan regional selalu mengalami perubahan sebagai
akibat terjadinya peningkatan baik aspek ekonomi, teknologi serta kemampuan Sumber
Daya Manusia sebagai salah satu faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi dan
pemerataannya disajikan dalam beberapa ukuran antara lain:
2.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat menjelaskan
kemajuan atau perkembangan ekonomi dari suatu wilayah atau daerah.Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Sigi bila dilihat dari angka-angka PDRB terus mengalami peningkatan
dari Tahun 2010-2015. Hal ini dapat dilihat dari Pertumbuhan Domestik Regional Bruto
(PDRB) baik berdasarkan ADH Konstan maupun ADH Berlaku. Sampai dengan 2014 PDRB
ADH Konstan mencapai Rp. 2.138.854 dan diperkirakan di tahun 2015 mencapai
Rp.2.278.606,- serta PDRB ADH Berlaku mencapai Rp. 5.236.174,- di tahun 2014 dan di
tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp. 5.735.557,-. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi
selama periode tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
23
Tabel 9. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2015 (Persen)
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan:*)datasementara
**)datasangatsementara
***)data proyeksi
Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi Tahun 2010-2015 mencapai 6,53 persen. Secara
umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sigi masih berada diatas rata-rata pertumbuhan
Nasional. Artinya masih cukup tinggi, stabil khususnya pada beberapa tahun belakangan
ini.
2.1.1. Pertumbuhan PDRB Per Sektor
Pada Tahun 2014 Atas Dasar Harga Konstan sektor ekonomi mengalami pertumbuhan
positif dengan pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor konstruksi yaitu sebesar 11,29
persen, disusul sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yaitu sebesar 11,28 persen.
Sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah Tahun 2014 adalah sektor jasa
keuangan dan asuransi yakni sebesar 4,00 persen. Di tahun 2015, pertumbukan sektor
konstruksi mencapai 21,93 persen, disusul oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
yang mencapai 20,91 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian mencapai 20,06
persen.
Pertumbuhan PDRB ADH Berlaku Kabupaten Sigi di tahun 2015 menurut lapangan usaha
dilihat dari kontribusi sektoral yakni pertumbuhan tertinggi terjadi pada konstruksi
mencapai 43,39 persen dan pertambangan dan penggalian sebesar 42,53 persen.
Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada pengandaan listrik dan gas sebesar 12,79
persen. Lebih jelas pertumbuhan PDRB berdasarkan kontribusi sektoral baik ADH Konstan
maupun ADH Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.
24
Tabel 10. Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk
2010) Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan: *)data sementara
**)data sangat sementara
***)data proyeksi
2.1.2. Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan
Berdasarkan nilai dan Kontribusi dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADH Konstan)
tahun 2010-2015 di Kabupaten Sigi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menjadi
sektor dominan yakni sebesar Rp.2.495.869,- atau 47,80 persen, kemudian sektor terendah
adalah sektor pengadaan listrik dan gas sebesar Rp.554,- atau 0,01 persen.
Kontribusi dan Nilai PDRB ADH Berlaku juga didominasi sektor pertanian, Kehutanan dan
Perikanan sebesar Rp.3.138.706,- atau 45,62 persen, demikian juga sektor terendah
adalah sektor listrik dan gas sebesar Rp.502,- atau 0,01%. Kondisi ini dimungkinkan sudah
semakin baiknya fondasi ekonomi Kabupaten Sigi yakni pertumbuhan ekonomi pada sektor-
sektor lain selain sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan mulai mengalami
pertumbuhan. Secara lengkap nilai dan kontribusi PDRB ADH Konstan dan ADH Berlaku
sebagai berikut:
25
Tabel 11. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga Konstan (ADH Konstan
2010) Kabupaten Sigi
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan: *)data sementara
**)data sangat sementara
***) proyeksi
26
Tabel 12. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (ADH Berlaku
2010) Kabupaten Sigi
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan: *)data sementara
**)data sangat sementara
***)data proyeksi
Tabel 13. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015 Atas Dasar Harga Berlaku (HB)
dan Harga Konstan (HK 2010) Kabupaten Sigi
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan: *)data sementara
**)data sangat sementara
***)data proyeksi
2.1.3. PDRB Per Kapita
PDRB perkapita merupakan besaran nilai tambah yang dapat diciptakan oleh masing-
masing penduduk akibat adanya aktifitas produksi. Angka PDRB perkapita dapat dijadikan
sebagai salah satu indikator kesejahteraan rakyat walaupun tidak dapat langsung
27
menggambarkan kesejahteraan/kemakmuran suatu kelompok masyarakat/penduduk.
Naiknya aktifitas ekonomi riil yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi memberikan
pengaruh terhadap PDRB per kapita Kabupaten Sigi.
PDRB perkapita Kabupaten Sigi yang dihitung Atas Dasar Harga Konstan 2010 meningkat
dari Rp.6.971.124,- di tahun 2010 menjadi Rp.9.271.867,- di tahun 2015.
Tabel 14. PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Periode 2010–2015 Kabupaten Sigi dan PDRB Perkapita
ADH Konstan Tahun 2010 Provinsi dan Nasional
PDRB
TAHUN DATA PUBLIKASI
2010 2011 2012 2013 2014**) 2015***)
ADH KONSTAN
(Rp)
6.971.124 7.382.911 7.913.938 8.385.677 8.828.772 9.271.867
PERTUMBUHAN
(%)
5,87 5,91 7,19 5,96 5,28 5,02
PDRB
TAHUN DATA PUBLIKASI
2010 2011 2012 2013 2014
Propinsi
Sulawesi
Tengah
ADH KONSTAN
(Rp)
19,558.53 21,105.70 22,724.47 24,481.12 25,316.32
PERTUMBUHAN
(%)
7.91 7.67 7.73 3.41
Nasional
ADH KONSTAN
(Rp)
28,778.17 30,112.37 31,519.93 32,874.76 34,127.72
PERTUMBUHAN
(%)
4.64 4.67 4.30 3.81
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, Statistik Daerah Sulawesi Tengah, dan
Statistik Indonesia 2015, diolah kembali
Keterangan:*)datasementara
**)datasangatsementara
***)dataProyeksi
Gambar 2. Perbandingan PDRB Perkapita ADH Konstan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulteng dan Nasional
Tahun 2010-2014
28
2.2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan publikasi BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2015, Pertumbuhan jumlah
penduduk Kabupaten Sigi dari tahun 2010-2014 terus mengalami kenaikan dari 215.030jiwa
pada tahun 2010, 219.004jiwa tahun 2011, 220.061jiwa pada tahun 2012, 224.214jiwa
pada tahun 2013 dan 226.876jiwa pada tahun 2014 serta 229.939 jiwa di tahun 2015.
Dengan kata lain, rata-rata pertumbuhan penduduk dari tahun 2010-2014 mencapai 1,35
persen.
Penduduk pada tahun 2014 memiliki komposisi penduduk laki-laki sebanyak 116.502jiwa
atau 51,35 persen, penduduk perempuan sebanyak 110.374jiwa atau 48,65 persen. Di
tahun 2015, diperkirakan penduduk Kabupaten Sigi mencapai 118.075 jiwa berjenis
kelamin laki-laki dan 111.864 jiwa berjenis kelamin perempuan. Data jumlah penduduk di
Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 15. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2010-2015
Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2011-2015, diolah kembali
Keterangan : *) data proyeksi
2.2.1. Kepadatan penduduk
Terjadinya kenaikan jumlah pendudukan berpengaruh terhadap kepadatan penduduk
Kabupaten Sigi dari tahun 2010–2015, dengan tingkat kepadatan antar Kecamatan yang
tidak merata. Peningkatan Kepadatan inidari tahun 2014 mencapai 44jiwa/Km2dengan
kepadatan tertinggi di kecamatan Dolo sebesar 603 jiwa/Km2 dan kepadatan terendah
berada di kecamatan Pipikoro dan Kecamatan Lindu, dengan kepadatan masing-masing
sebesar 9 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk ini diperkirakan tidak mengalami perubahan
pada tahun 2015.
Data selengkapnya mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten Sigi disajikan pada Tabel
sebagai berikut:
29
Tabel 16, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sigi
Tahun 2010-2015
Keterangan: JP = Jumlah Penduduk; KP = Kepadatan Penduduk
Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2011-2015, diolah kembali
Keterangan : *) data proyeksi
2.2.2. Komposisi Umur Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur di Kabupaten Sigi tahun 2014 menunjukkan bahwa
lebih dari sepertiga (43,24persen) penduduk masih berusia di bawah 15 tahun.Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sigi masih tergolong penduduk muda. Di tahun
2015, komposisi penduduk usia di bawah 15 tahun mencapai 38,09 persen.
Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif dengan
penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan pada tahun 2014
dan 2015 yaitu sebesar 49,94 poin,artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif
(15 – 64 tahun) menanggung sebanyak 50 orang penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun
dan 65 tahun ke atas). Komposisi penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.
Tabel 17. Rasio Ketergantungan Menurut kelompok Umur Tahun 2010 – 2015
Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan:*) data proyeksi
30
Tabel 18. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015
Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan: *) data proyeksi
2.3. Fokus Kesejahteraan Sosial
2.3.1. Angka Melek Huruf
Pembangunan pendidikan salah satunya adalah mengukur angka buta huruf atau angka
melek huruf. Pada tahun 2013 angka melek huruf mencapai 96,59persen dengan kata lain
jumlah buta huruf mencapai 3,41 persen. Pada tahun 2014 angka melek huruf terus
mengalami peningkatan hingga 96,62persen atau angka buta huruf menurun hingga 3,38
persen di tahun 2014 dan 2015.
Tabel 19. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi
Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali
Keterangan:*)dataProyeksi
2.3.2. Angka Rata-rata Lama Sekolah
Pembangunan Pendidikan sebagai salah satu kunci dari pembangunan manusia telah
memberi hasil yang memuaskan. Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan di Kabupaten Sigi telah berhasil meningkatkan pemerataan pada fasilitas
31
pendidikan sehingga makin banyak penduduk yang dapat bersekolah dan berdampak pada
meningkatnya kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis.
Rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling) merupakan salah satu subkomponen yang
mempengaruhi penilaian pembangunan manusia. Indikator ini menunjukkan sampai pada
jenjang pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Sigi. Pada indikator ini
terlihat rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Sigi pada keadaan tahun 2010, 2011
dan 2013 adalah 8,07 tahun dan meningkat menjadi 8,11 tahun pada tahun 2014.Angka ini
diatas rata-rata lama sekolah Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar 7,82 tahun pada
tahun 2013 dan 7,89 tahun pada tahun 2014. Angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Sigi masuk kategori tinggi.
Tabel 20. Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Sigi Tahun 2010 – 2015
Kabupaten/
Propinsi/Nasional
Indikator
Angka Melek Huruf (%) Rata-Rata Lama Sekolah
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sigi 96.4 96.55 96.56 96.59 7.49 7.68 7.87 8.07 8.11 8.27
Sulawesi Tengah 98.08 96.12 96.16 96.22 7.65 7.69 7.73 7.82 7.89 7.95
Nasional 92.9 92.8 93.1 93.9
Sumber : BPS SultengIPM 2011-2015, diolah kembali
Keterangan : *) data proyeksi
Gambar 3. Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Sigi, Provinsi, Dan Nasional Tahun 2010 – 2013
2.3.3. Indikator Angka Harapan Hidup
Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan
pembangunan bangsa, karena aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan. Kondisi kesehatan penduduk tersebut
dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sisi derajat kesehatannya dan dari sisi status
kesehatannya. Derajat kesehatan penduduk dapat diukur melalui Angka Harapan Hidup
(Life Expectancy at Birth), yang merupakan indikator penting dalam penghitungan IPM.
32
Tabel 21. Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010 s.d 2015
No Tahun
Angka Harapan Hidup
Nasional Propinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Sigi
1 2010 69.80 66.07 68.53
2 2011 70.00 66.39 68.58
3 2012 70.20 66.7 68.62
4 2013 70.40 67.02 68.65
5 2014 70.60 67.18 68.66
6 2015* 67.46 68.69
Sumber : BPS Sulteng 2011-2015, Statistik Nasional 2015 diolah kembali
Keterangan : *) data proyeksi
Gambar 4. Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional
Tahun 2010 s.d 2015
3. Risiko Bencana
3.1. Potensi Bencana
Peristiwa kebencanaan merupakan kejadian-kejadian bencana yang pernah terjadi pada
suatu wilayah yang menimbulkan dampak yang signifikan. Kejadian bencana tersebut
tercatat pada Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dikeluarkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kejadian bencana yang pernah terjadi tersebut
berkemungkinan dapat terjadi lagi di daerah rawan. Berdasarkan DIBI, catatan kejadian
bencana Kabupaten Sigi dimulai dari tahun 2010 sampai tahun 2019 telah mengalami 10
kali kejadian bencana. Kejadian tersebut disebabkan oleh 4 (empat) jenis bencana, yaitu
banjir, cuaca ekstrim, banjir bandang, dan tanah longsor. Adapun catatan kejadian
bencana di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel berikut memperlihatkan bahwa bencana banjir merupakan bencana yang paling
sering terjadi di Kabupaten Sigi yaitu 15 (lima belas) kali kejadian dengan dampak yang
ditimbulkan yaitu 10 (sepuluh) korban jiwa, 28 orang luka-luka, 5.039 orang mengungsi,
235 unit rumah rusak berat, 122 unit rumah rusak ringan, dan 1.011 unit rumah terendam.
33
Berdasarkan DIBI terdapat beberapa jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Sigi,
yaitu bencana banjir, cuaca ekstrim, banjir bandang, dan tanah longsor. Selain 4 (empat)
jenis bencana tersebut, Kabupaten Sigi masih menyimpan potensi bencana lainnya.
Sementara itu, dilihat dari hasil pengkajian risiko bencana, ada beberapa tambahan
potensi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi di Kabupaten Sigi. Adapun seluruh
potensi bencana yang telah disepakati dengan daerah di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada
tabel berikut.
Potensi Bencana Kabupaten Sigi
1. Banjir 5. Kekeringan
2. Banjir Bandang 6. Gempa Bumi
3. Cuaca Ekstrim 7. Kebakaran Hutan dan Lahan
4. Tanah Longsor 8. Likuifaksi
Tingkat bahaya untuk setiap potensi bencana di Kabupaten Sigi diperoleh dari penentuan
kelas bahaya maksimal dari setiap kecamatan terdampak. Untuk melihat tingkatan bahaya
setiap jenis potensi bencana dapat lebih jelas terlihat pada peta bahaya Kabupaten Sigi.
Adapun rekapitulasi tingkat bahaya seluruh potensi bencana di Kabupaten Sigi dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22. Tingkat Bahaya di Kabupaten Sigi
Jenis Bahaya Tingkat Bahaya
1. Banjir Rendah
2. Banjir Bandang Tinggi
3. Cuaca Ekstrim Tinggi
4. Gempa Bumi Tinggi
5. Kebakaran Lahan dan Hutan Tinggi
6. Kekeringan Sedang
7. Tanah Longsor Tinggi
Sumber: Kajian Risiko Bencana Kabupaten Sigi 2017-2021
Tingkat bahaya Kabupaten Sigi ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal di seluruh
wilayah setiap bencana. Tingkat bahaya rendah pada banjir, tingkat bahaya sedang
terdapat pada kekeringan, dan tingkat bahaya tinggi pada banjir bandang, cuaca ekstrim,
gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, dan tanah longsor.
3.2. Tingkat Risiko
Tingkat risiko bencana merupakan gabungan dari tingkat bahaya, tingkat kerentanan dan
tingkat kapasitas yang telah dihasilkan sebelumnya. Hasil rangkuman dalam menghasilkan
tingkat risiko untuk potensi bencana di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 23. Tingkat Risiko di Kabupaten Sigi
Jenis Bahaya Tingkat Bahaya
Tingakat
Kerentanan
Tingkat
Kapasitas
Tingkat Risiko
1. Banjir Rendah Tinggi Rendah Tinggi
2. Banjir Bandang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
3. Cuaca Ekstrim Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4. Gempa Bumi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
34
Jenis Bahaya Tingkat Bahaya
Tingakat
Kerentanan
Tingkat
Kapasitas
Tingkat Risiko
5. Kebakaran Lahan dan
Hutan
Tinggi Sedang Rendah Tinggi
6. Kekeringan Sedang Sedang Rendah Tinggi
7. Tanah Longsor Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
Berdasarkan tabel tersebut, tingkat risiko tinggi berpotensi terhadap bencana banjir
bandang, cuaca ekstrim, gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan tanah
longsor. Tingginya potensi risiko tersebut memperlihatkan dibutuhkannya berbagai upaya
penanggulangan bencana di Kabupaten Sigi untuk meminimalkan risiko bencana dan
menghilangkan potensi bencana di Kabupaten Sigi.
3.3. Prioritas Penilaian
Dalam Workshop Preliminary, disepakati beberapa bencana prioritas sebagai berikut:
Risiko bencana paling parah:
1. Gempa bumi
2. Likuifaksi
3. Banjir Bandang
Risiko bencana paling mungkin:
1. Banjir
2. Tanah longsor
35
BAB III
Hasil Penilaian
1. Penilaian Pendahuluan
1.1. Skor Penilaian
Hasil penilaian Pendahuluan Kabupaten Sigi diperoleh skor 94 dari skor tertinggi 141. Skor
keseluruhan disajikan dalam diagram berikut:
1.2. Penjelasan dan Analisis
1.2.1. Langkah Mendasar 1. Pengorganisasian untuk Ketangguhan Bencana
Kabupaten Sigi telah memasukkan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan
pembangunan Kabupaten Sigi. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (PRJPD) Kabupaten Sigi 2005-2025, termuat visi Kabupaten Sigi adalah “Pertanian
berbasis konservasi sumberdaya alam dan berbudaya”. Visi jangka panjang ini dijabarkan
dalam 12 misi di mana salahsatunya sasaran pembangunan adalah pelaksanaan
kesiapsiagaan dini, pengembangan sistem kesiapsiagaan bencana, dan pemetaan daerah
rawan bencana alam maupun sosial. Arah kebijakan tersebut diturunkan visi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (PRJMD) 2016-2021, yaitu “Pertanian Berbasis
Konservasi Sumberdaya Alam Dan Berbudaya” dengan 5 misi. Dalam misi ke-5 dinyatakan
bahwa pembangunan Kabupaten Sigi harus mempertimbangkan pengurangan tingkat
degradasi hutan dan lahan, deforestasi dan penambangan liar, serta mengurangi risiko
bencana dengan merujuk pada rencana tata ruang. Program-program strategis dan
penganggaran untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan ketangguhan tidak saja menjadi
urusan BPBD saja, melainkan dinas-dinas/organisasi perangkat daerah lainnya.
BPBD Kabupaten Sigi telah terbentuk sejak tahun 2012 melalui Perda No 4 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja BPBD Kabupaten Sigi sebagai entitas daerah yang
memiliki tugas dan fungsi utama penyelenggaraan penanggulangan bencana. Kabupaten
Sigi juga telah menerapkan aturan pengajuan Izin Mendirikan Bangunan/Perumahan (IMB)
yang tertuang pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Izin Mendirikan
Bangunan, yang diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang
36
Bangunan Gedung. Pada bidang pertanian tersedia peta ketahanan dan kerentanan pangan
tahun 2020 (Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan).
No Parameter Nilai
LM 1 Pengorganisasian untuk Ketangguhan Bencana
P1.1 Penyusunan Perencanaan
P1.1 Apakah rencana induk kota (atau strategi/rencana yang relevan) memasukkan
dan menerapkan pendekatan pengurangan risiko bencana sejalan dengan
Kerangka Kerja Sendai?
3
P1.2 Adakah mekanisme multi agensi/sektoral dengan otoritas dan sumber daya
yang tepat untuk menangani pengurangan risiko bencana?
3
P1.3 Apakah ketangguhan terintegrasi secara tepat dengan fungsi/portofolio kota
utama lainnya? (Misalnya, perencanaan, keberlanjutan, persetujuan investasi,
keuangan dan kepatuhan, keterlibatan masyarakat, manajemen kondisi
darurat, kepatuhan terhadap kode, manajemen infrastruktur, komunikasi,
dll.)
3
1.2.2. Langkah Mendasar 2, Identifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko
saat ini dan Mendatang
Potensi risiko bencana telah diidentifikasi di Kabupaten Sigi. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya dokumen Kajian Risiko Bencana periode 2017-2021 yang mengidentifikasi 7 (tujuh)
ancaman dan risiko bencana, yaitu banjir, banjir bandang, cuaca ekstrim, gempabumi,
kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan tanah longsor.
Pada saat penilaian ini dilakukan, dokumen KRB dalam proses pembaharuan untuk periode
2020-2025. Pembaharuan dokumen KRB didasari risiko yang meningkat dan potensi bahaya,
yaitu kejadian gempabumi - likuifaksi 2018 dan kejadian banjir bandang. Meski demikian,
Kabupaten Sigi belum memiliki mekanisme/forum berbagi pengetahuan untuk dapat
melindungi infrastruktur penting daerah.
37
No Parameter Nilai
LM 2 Identifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko saat ini dan
Mendatang
P2.1 Apakah kota memiliki pengetahuan tentang ancaman utama yang dihadapi kota,
dan kemungkinan terjadinya kejadian tersebut?
3
P2.2 Adakah pemahaman bersama tentang risiko antara kota dan berbagai penyedia
utilitas dan badan regional dan nasional lainnya yang memiliki peran dalam
mengelola infrastruktur penting seperti listrik, air, jalan dan kereta api, dari titik
stres pada sistem dan skala risiko kota?
1
P2.3 Apakah ada skenario yang disepakati yang mengatasi keterpaparan dan
kerentanan kota dari setiap ancaman, atau kelompok ancaman (lihat di atas)?
3
P2.4 Apakah ada pemahaman kolektif tentang rantai kegagalan yang berpotensi terjadi
antara sistem kota dan infrastruktur yang berbeda, dalam skenario yang berbeda?
3
P2.5 Apakah ada peta ancaman yang jelas dan data risiko? Apakah ini diperbarui secara
teratur?
3
1.2.3. Langkah Mendasar 3. Memperkuat Kemampuan Keuangan untuk Ketangguhan
Bencana
Pendanaan atau anggaran penanggulangan bencana telah disediakan APBD Kabupaten Sigi.
Dana kontinjensi dalam pemerintahan disediakan dengan nomenklatur dana tak terduga
(DTT) untuk penanganan darurat. Pada penanganan darurat gempa bumi 2018, pendanaan
bersumber dari DSP dan kontribusi dari swasta serta lembaga kemanusiaan/organisasi
masyarakat. Sedangkan pembiayaan pemulihan pasca bencana bersumber dari APBN,
APBD, dan lembaga kemanusiaan/organisasi keagamaan. Dalam RPJMD tertuang dengan
jelas bahwa, selain anggaran program rutin BPBD, pos belanja daerah yang mendukung
pengembangan ketangguhan daerah juga menjadi program prioritas OPD-OPD lainnya.
Strategi perlindungan aset daerah melalui pemindahan/pengalihan risiko (risk transfer)
belum dapat dilakukan, baik aset infrastruktur daerah, aset pemerintah penting lainnya,
maupun aset dalam sektor swasta maupun rumahtangga. Meski demikian, pemerintah
Kabupaten Sigi telah mendorong upaya perlindungan aset masyarakat melalui mekanisme
asuransi. Dinas Pertanian mendorong masyarakat petani untuk mengasuransikan aset
usahanya, yaitu asuransi usaha tani padi dan komoditi ternak melalui Asuransi Jasa
Indonesia (Jasindo). Sedangkan insentif pada lembaga usaha atas upaya peran dalam
pembangunan ketangguhan daerah atau pun meningkatkan investasi daerah belum
dikembangkan di Kabupaten Sigi.
38
No Parameter Nilai
LM 3 Memperkuat Kemampuan Keuangan untuk Ketangguhan Bencana
P3.1 Kota/badan-badan yang memimpin memahami semua sumber pendanaan, dan
"dividen ketahanan", terhubung dengan baik, memahami semua rute yang ada
untuk menarik dana dari luar dan secara aktif mengejar dana untuk investasi
ketahanan utama.
3
P3.2 Apakah kota memiliki anggaran 'yang terlindungi' dan spesifik, pengaturan
sumber daya dan dana darurat yang diperlukan untuk pengurangan risiko
bencana lokal (mitigasi, pencegahan, tanggapan dan pemulihan)?
3
P3.3 Tingkat asuransi seperti apa yang ada di kota, di semua sektor-bisnis dan
masyarkat?
2
P3.4 Insentif apa yang ada untuk berbagai sektor dan segmen bisnis dan masyarakat
untuk mendukung pembangunan ketangguhan?
2
1.2.4. Langkah Mendasar 4
Pada Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) telah ada zonasi
rawan bencana gempa bumi, liquifaksi, gerakan tanah, dan banjir. Zona rawan disusun
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA dan Kemenrian ATR-BPN. Meskipun belum
mempertimbangkan dokumen Kajian Risiko Bencana yang dalam proses pembaharuan.
Selain pada RTRW, dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) juga telah
mamasukkan parameter risiko bencana.
Rancangan kota pada Rancangan Perda RTRW telah mempertimbangkan risiko bencana.
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a) Peta zona / kawasan rawan bencana kawasan rawan bencana tinggi gempa bumi,
kegiatan konstruksi bangunan agar memperhatikan standar perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung SNI-1726-2012, syarat
menggunakan struktur bangunan yang sifatnya kaku, tahan beban gempa, dan
pergerakan seismik.
b) Pada kawasan rawan bencana likuifaksi tinggi, pembangunan infrastruktur mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
 konstruksi bangunan ringan dan pondasi lentur; dan
 dalam satu bangunan tidak diperbolehkan menggunakan beberapa jenis rancangan
fondasi.
c) Berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan permukiman perkotaan,
kegiatan yang diperbolehkan, terdiri dari:
 ruang terbuka hijau;
 fasilitas ekonomi berupa perdagangan jasa yang merupakan bagian dari
permukiman;
 bangunan sistem mitigasi bencana atau sistem peringatan dini (early warning
system) termasuk jalur evakuasi bencana;
 konstruksi gedung tempat tinggal dan non tempat tinggal;
 konstruksi jalan dan jembatan;
 pengadaan dan penyediaan air bersih;
 konstruksi bangunan pengolahan, penyaluran, dan penampungan air minum;
 konstruksi dan instalasi telekomunikasi;
 kegiatan wisata beserta bangunan sarana kepariwisataan; dan
 penampungan sementara korban bencana alam
39
Penerapan aturan kawasan selama ini diterapkan pada persyaratan pengajuan Ijin
Mendirikan Bangunan. Pemberian ijin berdasarkan kesesuaian lokasi bangunan yang
diverivikasi oleh Tim Verifikasi dokumen IMB yang ditetapkan oleh Bupati. Rekomendasi
kesesuaian zonasi berasal dari Dinas Pekerjaan Umum, rekomendasi dari DLH diantaranya
terkait dengan rencana pengelolaan limbah dan pengelolaan lingkungan. Jika mendirikan
bangunan pada zona rawan bencana maka tidak mendapat rekomendasi. Selanjutnya,
Kantor Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dapat memberikan ijin jika PU dan DLH telah
memberikan persetujuan dan rekomendasi.
No Parameter Nilai
LM 4 Pembangunan dan Rancangan Kota yang Tangguh Bencana
P4.1 Apakah Pemerintah Daerah telah melakukan pembagian Zona berdasar pada
kajian risiko yang mempertimbangkan kegiatan ekonomi, produksi pertanian dan
kepadatan penduduk?
3
P4.2 Apakah desain dan pengembangan wilayah perkotaan baru telah turut
membangun ketangguhan daerah?
3
P4.3 Apakah daerah telah memiliki peraturan tentang bangunan dan gedung (contoh
IMB)? Apakah peraturan tersebut telah mengadopsi kajian risiko dan diperbarui
secara berkala?
3
P4.4 Apakah penerapan zonasi untuk peraturan standar bangunan telah diberlakukan
secara luas? Ditegakkan dan terverifikasi?
2
1.2.5. Langkah Mendasar 5
Kabupaten Sigi telah memiliki peraturan daerah untuk melindungi ekosistem dan jasa
lingkungan yaitu Perda. Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Imbal Jasa Lingkungan
Hidup dan Perda. Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Kabupaten Sigi juga tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari yang
beranggotakan sekitar 10 Kabupaten yang memiliki kawasan konservasi, forum ini
mendorong insentif pada kabupaten yang melindungi kawasan konservasi.
Kabupaten Sigi telah menerapkan infrastruktur hijau dengan adanya kebijakan dan
program Konservasi diantaranya dan reboisasi di sempadan sungai, penanaman 5000 pohon
tiap desa, program adiwiyata. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan membentuk
kelompok-kelompok tani pangan lestari dengan model pertanian hidroponik, pertanian
organik di sekitar pemukiman. Meskipun untuk infrastruktur biru belum diterapkan.
40
Perlindungan ekosistem dan jasa lingkungan, pemanfaatan, dan sharing sumber daya
tertuang pada Perda Jasa Lingkungan, namun belum diimplementasikan pada kerjasama
antar kabupaten.
No Parameter Nilai
LM 5 Kawasan Penyangga dan Jasa-jasa Ekosistem
P5.1 Apakah daerah memahami nilai dari aset sumber daya alam dan ekosistem yang
berada di wilayahnya? Termasuk kontribusi jasa-jasa ekosistem tersebut?
3
P5.2 Apakah telah ada kebijakan yang mempromosikan integrasi infrastruktur hijau dan
biru dalam pembangunan perkotaaan?
3
P5.3 Apakah pemerintah menyadari pentingnya kesehatan ekosistem dan perlindungan
lingkungan? Apakah sudah dilakukan upaya perlindungan ekosistem dan lingkungan
lintas batas?
2
1.2.6. Langkah Mendasar 6
Peningkatan keterampilan relawan dan petugas telah dilaksanakan dengan
menyelenggarakan pelatihan Tim Reaksi Cepat, pelatihan penanggulangan bencana pada
Taruna Siaga Bencana, dan simulasi penanganan bencana gempa bumi tingkat tingkat
Provinsi.
Penyebarluasan informasi risiko dan pendidikan pengelolaan risiko bencana pada
masyarakat dilaksanakan untuk beberapa desa dalam kegiatan Desa Tangguh Bencana dan
Kampung Siaga Bencana. Namun progam peningkatan kesadaran masyarakat tersebut
belum dilaksanakan pada seluruh desa di kawasan risiko tinggi.
41
No Parameter Nilai
LM 6 Penguatan Kapasitas Kelembagaan/ Institusi untuk Ketangguhan Bencana
P6.1 Apakah daerah telah memiliki akses pada seluruh pengalaman dan ketrampilan
yang dibutuhkan untuk merespon skenario bencana dan mengurangi risiko?
0
P6.2 Apakah daerah telah memiliki kampanye pendidikan bencana dan
penyebarluasan informasi yang terkoordinasi? Serta memiliki mekanisme
penyebaran informasi bencana yang dapat menjangkau masyarakat melalui
berbagai media?
2
P6.3 Sampai sejauh mana kota telah memiliki mekanisme bagi guna informasi dan
data bencana untuk membangun ketangguhan?
2
P6.4 Apakah pelatihan dan peningkatan kapasitas yang tersedia telah mencakup isu
kajian risiko dan ketangguhan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat,
baik pemerintah, dunia usaha, LSM dan warga?
2
P6.5 Apakah materi pelatihan tersedia dalam bahasa yang dipahami oleh mayoritas
penduduk?
3
P6.6 Apakah kota berperan aktif untuk bekerjasama dan bertukar pengetahuan
dengan daerah lain yang memiliki risiko sama?
2
1.2.7. Langkah Mendasar 7
Organisasi akar rumput yang terbentuk untuk mengelola risiko bencana di desa yaitu
Forum PRB Desa, organisasi tersebut merupakan salah satu hasil keluaran kegiatan Desa
Tangguh Bencana. Melalui Forum PRB desa dan Kepala Desa informasi kebencanaan
disebarluaskan melalui media papan informasi, baliho, dan media sosial.
No Parameter Nilai
LM 7 Pemahaman dan Peningkatan Kapasitas Sosial untuk Ketangguhan
P7.1 Apakah organisasi akar rumput atau masyarakat yang berpartisipasi dalam
perencanaan pra-kejadian dan respon pasca-kejadian untuk setiap lingkungan di
kota?
3
P7.2 Adakah program peningkatan kapasitas untuk penduduk yang paling rentan dan
membutuhkan di kota secara berkala?
3
P7.3 Berapa proporsi bisnis yang memiliki rencana kesinambungan bisnis
terdokumentasi yang telah ditinjau dalam 18 bulan terakhir?
2
P7.4 Apakah ketangguhan infratruktur pelindung menjadi prioritas daerah? Apakah
daerah memiliki dan mengimplementasikan strategi dan perencananya?
3
1.2.8. Langkah Mendasar 8
Ketangguhan semua infrastruktur pelindung dari bencana belum menjadi prioritas utama,
Kabupaten Sigi belum memiliki rencana dan strategi ketangguhan pada semua infrastruktur
pelindung. Infrastruktur pelindung dari banjir yang telah terbangun ialah Bendungan dan
42
irigasi di Bombasa, bendungan tersebut dibangun pasca gempa bumi 2018 dengan
konstruksi telah mempertimbangkan risiko gempa bumi.
Pada kejadian bencana gempabumi dan likuifaksi 2018 layanan listrik dan air terhenti
lama, layanan listrik terhenti lebih dari 14 hari. Artinya, kerusakan jaringan listrik
menyebabkan kehilangan layanan yang signifikan. Demikian pula pada akses transportasi
terhenti selama 2 minggu.
Layanan pendidikan terhenti sekitar 2 minggu karena sekolah mengalami kerusakan parah,
terutama di Kecamatan Sigi Biromaru, Kec.Kulawi, Kec. Tanambulava. Namun demikian,
layanan kesehatan tetap berjalan meski layanan pada fasilitas kesehatan (Rumah sakit,
puskesmas, klinik) sangat terbatas atau belum dapat melayani seluruh korban luka berat.
BPBD telah memiliki beberapa alat / aset reaksi cepat, diantaranya ambulan, persediaan
obat dan makanan darurat, generator cadangan, tangki air. Namun kesenjangan untuk
memenuhi kebutuhan masih signifikan. Kekurangan aset lain dicukupi dari dinas lain
seperti DLH, TNI, Polres yang memiliki truk, ekskavator.
No Parameter Nilai
LM 8 Peningkatan Ketangguhan Infrastruktur
P8.1 Apakah infrastruktur pelindung telah didesain dan dibangun berdasarkan kajian
risiko?
1
P8.2 Apakah risiko hilangnya hari layanan Energi Listrik. Air dan Sanitasi telah sesuai
dengan skenario bencana?
1
P8.3 Apakah risiko hilangnya hari layanan Energi - Gas telah sesuai dengan skenario
bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah pipa transportasi gas masih dapat
berfungsi?
0
P8.4 Apakah risiko hilangnya hari layanan transportasi telah sesuai dengan skenario
bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah transportasi masih dapat berfungsi?
0
P8.5 Apakah risiko hilangnya hari layanan komunikasi telah sesuai dengan skenario
bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah komunikasi masih dapat berfungsi?
1
P8.6 Apakah risiko hilangnya hari layanan kesehatan telah sesuai dengan skenario
bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah layanan kesehatan masih dapat
berfungsi/berlangsung?
2
P8.7 Apakah risiko hilangnya hari layanan Pendidikan telah sesuai dengan skenario
bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah pendidikan masih dapat
berfungsi/berlangsung?
2
P8.8 Apakah telah tersedia tim reaksi cepat di daerah? Apakah mendapatkan dukungan
dari TNI dan polisi?
0
P8.9 Apakah kota memiliki rencana atau prosedur operasi standar untuk bertindak 1
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf

More Related Content

Similar to Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf

Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
EKPD
 
Daftar Tabel & Gambar.docx
Daftar Tabel & Gambar.docxDaftar Tabel & Gambar.docx
Daftar Tabel & Gambar.docx
MauliaEvita
 
Strategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota TegalStrategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota Tegal
infosanitasi
 
2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok
2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok
2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok
muhfidzilla
 
Laporan kkn fawasyana (pdf.io)
Laporan kkn fawasyana (pdf.io)Laporan kkn fawasyana (pdf.io)
Laporan kkn fawasyana (pdf.io)
Fawasyana Kusuma istianto
 
Buku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktif
Buku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktifBuku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktif
Buku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktif
Ferdinan Alvin
 
PPT RESILIENT CITY.pptx
PPT RESILIENT CITY.pptxPPT RESILIENT CITY.pptx
PPT RESILIENT CITY.pptx
pelitasarilubis
 
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota CilegonMateri Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
joihot
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Oswar Mungkasa
 
02.f) buku v penanggulangan bencana
02.f) buku v penanggulangan bencana02.f) buku v penanggulangan bencana
02.f) buku v penanggulangan bencana
swanggie
 
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Oswar Mungkasa
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Oswar Mungkasa
 
RPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdf
RPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdfRPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdf
RPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdf
FaisolRahman1
 
Penyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan Sosial
Penyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan SosialPenyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan Sosial
Penyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan Sosial
infosanitasi
 
Perencanaan teknis drainase_lingkungan_k
Perencanaan teknis drainase_lingkungan_kPerencanaan teknis drainase_lingkungan_k
Perencanaan teknis drainase_lingkungan_k
DaryassarRaihan
 
Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021
Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021
Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021
sindi dwi
 
02 iki-bpbd
02 iki-bpbd02 iki-bpbd
02 iki-bpbd
Abdul Aziz
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
EKPD
 

Similar to Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf (20)

Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Daftar Tabel & Gambar.docx
Daftar Tabel & Gambar.docxDaftar Tabel & Gambar.docx
Daftar Tabel & Gambar.docx
 
Strategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota TegalStrategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota Tegal
 
2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok
2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok
2 laporan antara rtdr kp rengasdengklok
 
Laporan kkn fawasyana (pdf.io)
Laporan kkn fawasyana (pdf.io)Laporan kkn fawasyana (pdf.io)
Laporan kkn fawasyana (pdf.io)
 
Buku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktif
Buku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktifBuku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktif
Buku juknis-biaya-pengembangan-desa-siaga-aktif
 
PPT RESILIENT CITY.pptx
PPT RESILIENT CITY.pptxPPT RESILIENT CITY.pptx
PPT RESILIENT CITY.pptx
 
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota CilegonMateri Teknis RTRW Kota Cilegon
Materi Teknis RTRW Kota Cilegon
 
Gd
GdGd
Gd
 
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Maret 2012
 
pedoman budidaya
pedoman budidayapedoman budidaya
pedoman budidaya
 
02.f) buku v penanggulangan bencana
02.f) buku v penanggulangan bencana02.f) buku v penanggulangan bencana
02.f) buku v penanggulangan bencana
 
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
 
RPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdf
RPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdfRPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdf
RPPLH Kota Surabaya Tahun 2017.pdf
 
Penyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan Sosial
Penyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan SosialPenyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan Sosial
Penyusunan RPIJM Cipta Karya Bidang Safeguard Lingkungan Sosial
 
Perencanaan teknis drainase_lingkungan_k
Perencanaan teknis drainase_lingkungan_kPerencanaan teknis drainase_lingkungan_k
Perencanaan teknis drainase_lingkungan_k
 
Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021
Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021
Laporan Akhir KKN UNUSIDA BERDAYA 2021
 
02 iki-bpbd
02 iki-bpbd02 iki-bpbd
02 iki-bpbd
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
 

More from Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)

Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdfSatuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RALINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTsLINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final editedDikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final editedDikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Nj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pbNj kapita selekta pb
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunisSekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0Position paper kpb draft0
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 

More from Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar) (20)

Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdfSatuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
 
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
 
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
 
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
 
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
 
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RALINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
LINGKAR, Panduan Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana TK/RA
 
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTsLINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
LINGKAR, Bahan Ajar Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana SMP/MTs
 
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final editedDikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
Dikpora diy ba bencana-sma-ma-smk_final edited
 
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final editedDikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited
 
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
Edited slb bahan ajar bencana_draf 1
 
Nj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pbNj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pb
 
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencanaPengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunisSekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
 
Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0
 
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
 

Recently uploaded

Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptxMATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
rtkwbc
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 

Recently uploaded (12)

Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptxMATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
MATERI KODE ETIK Pegawai Negeri Sipil 2023.pptx
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 

Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf

  • 3. i RINGKASAN EKSEKUTIF Definisi ketangguhan suatu daerah terhadap bencana menurut Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 adalah kemampuan sebuah sistem, komunitas atau masyarakat yang terpapar bahaya untuk menahan, menyerap, beradaptasi terhadap, mentransformasi dan pulih dari akibat sebuah bencana dalam secara tepat waktu dan efisien, termasuk melalui pemeliharaan dan pemugaran atas struktur-struktur dan fungsi-fungsi mendasar esensial melalui manajemen risiko. Kota/Kabupaten yang tangguh juga mampu menahan guncangan dan tekanan-tekanan dari ancaman bencana dan ancaman terkait iklim. Semenjak Tahun 2010, UNISDR meluncurkan kampanye global untuk meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan nasional untuk menjadikan pengurangan risiko dan pembangunan ketangguhan bencana serta perubahan iklim sebagai investasi. Kampanye mewujudkan Kota yang Tangguh tersebut ialah “Kotaku Siap Hadapi Bencana!”. Kota (kabupaten) yang siap menghadapi bencana diawali dengan proses penilaian ketangguhan menggunakan Perangkat Kerja Pengukuran dan Penilaian. Perangkat ini menyediakan serangkaian kajian yang dapat membantu pemerintah lokal untuk memonitor dan meninjau perkembangan dan tantangan dalam mengimplementasikan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030, dan mengkaji ketangguhan bencana mereka. Perangkat kerja ini terstruktur terdiri dari 10 Langkah Mendasar (LM) untuk Membangun Kota Tangguh bencana milik UNDDR, serta adendum untuk kesehatan masyarakat. Melalui Perangkat Kerja Pengukuran dan Penilaian ini, Kabupaten Sigi dapat melihat kemampuan untuk memahami risiko-risiko bencana yang mungkin dihadapinya, untuk memitigasi risiko-risiko tersebut, dan untuk merespon bencana-bencana yang mungkin terjadi sehingga kerugian langsung maupun jangka panjang atas nyawa atau kerugian mata pencaharian, properti, infrastruktur, aktivitas ekonomi dan lingkungan dapat diminimalisasi. Penilaian dibatasi pada risiko bencana paling parah dan risiko bencana yang paling mungkin. Risiko bencana yang paling patah yaitu: (1) Gempa bumi; (2) Likuifaksi; dan (3) Banjir Bandang, sedangkan risiko bencana yang paling mungkin yaitu: (1) Banjir; dan (2) Tanah longsor. Hasil penilaian skor ketanggugan Kabupaten Sigi pada skor 255 dari skor tertinggi 590, sedangkan hasil penilaian Kesehatan Masyarakat pada skor 62 dari skor tertinggi 120. Kabupaten Sigi telah cukup baik untuk LM 1 tentang Organisasi dan Perencanaan, LM 2 tentang memahami risiko, LM 3 tentang akses keuangan, LM 6 tentang kapasitas kelembagaan, LM 7 tentang kapasitas sosial, LM 10 tentang pemulihan. Tetapi perlu memperhatikan LM 4 tentang pengembangan dan desain perkotaan, meskipun beberapa indikator lebih baik yaitu pada indikator Lahan pertanian yang berisiko terhadap bencana, Solusi rancangan perkotaan yang meningkatkan ketangguhan bencana, dan peraturan bangunan yang didesain untuk menghadapi risiko. Perhatian pada LM 5 tentang
  • 4. ii penggunaan solusi untuk mitigasi berbasis ekosistem dan perlindungan ekosistem penyedia jasa lingkungan, perlu perhatian lebih pada LM 8 tentang Ketangguhan Insfrastruktur. Memerlukan perhatian pebuh pada LM 9 tentang tanggap darurat, masih banyak hal-hal yang dapat di lakukan untuk meningkatkan kemajuan dari skor 2 dan 3 ke skor yang lebih tinggi dan indikator yang menunjukkan skor 0 atau 1 masih memiliki banyak ruang untuk perbaikan dan berbagai kemungkinan tindakan yang harus diambil untuk memperkuat kapasitas Kabupaten Sigi dalam kesiapsiagaan tanggap darurat. Hasil penilaian ini dapat digunakan untuk bertukar pikiran lebih lanjut dengan pemangku kepentingan Kabupaten Sigi. Pada bagian akhir laporan disajikan pula Rencana Aksi untuk mencapai target ketangguhan yang berisi rekomendasi kebijakan dan kegiatan yang diperlukan, pihak yang harus bertanggung jawab dengan harapan dapat terintegrasi pada perencanaan pembangunan. Serta tersaji rencana tindak lanjut agar rencana aksi terintegrasi pada perencanaan pembangunan jangka menengah dan mendeklarasikan “Kabupaten Sigi Siap Menghadapi Bencana”.
  • 5. iii DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................iii DAFTAR TABEL ............................................................................................v DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi SAMBUTAN DARI BUPATI SIGI.......................................................................... vii SAMBUTAN CEO YAYASAN CARE PEDULI .............................................................viii BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1 1. Latar Belakang ...................................................................................1 2. Tujuan .............................................................................................1 2.1. Tujuan Umum .............................................................................1 2.2. Tujuan Khusus.............................................................................1 3. Keluaran...........................................................................................2 4. Metodologi Pelaksanaan ........................................................................2 BAB II GAMBARAN KABUPATEN SIGI ....................................................................4 1. Kondisi Geografis ................................................................................4 1.1. Luas dan Batas Wilayah Administratif.................................................4 1.2. Kondisi Geografis .........................................................................6 1.3. Kondisi Topografis ........................................................................6 1.4. Kondisi Klimatologi .......................................................................6 1.5. Penggunaan Lahan........................................................................7 1.6. Potensi Pengembangan Wilayah........................................................9 1.7. Kawasan Rawan Bencana Alam ....................................................... 20 2. Kondisi Sosial Ekonomi........................................................................ 22 2.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)........................... 22 2.2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin......................................... 28 2.3. Fokus Kesejahteraan Sosial ........................................................... 30 3. Risiko Bencana ................................................................................. 32 3.1. Potensi Bencana ........................................................................ 32 3.2. Tingkat Risiko ........................................................................... 33 3.3. Prioritas Penilaian ...................................................................... 34 BAB III Hasil Penilaian.................................................................................. 35 1. Penilaian Pendahuluan........................................................................ 35 1.1. Skor Penilaian ........................................................................... 35
  • 6. iv 1.2. Penjelasan dan Analisis................................................................ 35 2. Penilaian Detail ................................................................................ 45 2.1. Skor Penilaian ........................................................................... 45 2.2. Penjelasan Dan Analisis................................................................ 45 BAB IV REKOMENDASI RENCANA AKSI ................................................................ 75 BAB V PENUTUP ........................................................................................101 Lampiran 1. Daftar Partisipan .......................................................................102
  • 7. v DAFTAR TABEL Tabel 1. Luas Kabupaten Sigi menurut Kecamatan Tahun 2015................................. 4 Tabel 2. Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan dari Kabupaten..................................................................................... 5 Tabel 3. Rata-Rata Parameter Cuaca Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu...................... 7 Tabel 4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sigi 2010-2030 ......................................... 9 Tabel 5. Alokasi Lahan Hutan Lindung di Kabupaten Sigi Hingga 2030........................ 10 Tabel 6. Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi ........................... 13 Tabel 7. Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sigi 2010-2030.................................. 17 Tabel 8. Luas Genangan Banjir di Kabupaten Sigi ................................................ 21 Tabel 9. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010- 2015 (Persen) ................................................................................ 23 Tabel 10. Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk 2010) Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi ................ 24 Tabel 11. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga Konstan (ADH Konstan 2010) Kabupaten Sigi ........................................... 25 Tabel 12. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (ADH Berlaku 2010) Kabupaten Sigi ........................................... 26 Tabel 13. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK 2010) Kabupaten Sigi .................. 26 Tabel 14. PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Periode 2010–2015 Kabupaten Sigi dan PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Provinsi dan Nasional .............. 27 Tabel 15. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2010-2015 ....................... 28 Tabel 16. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sigi Tahun 2010-2015 ....................................... 29 Tabel 17. Rasio Ketergantungan Menurut kelompok Umur Tahun 2010 – 2015................ 29 Tabel 18. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015......... 30 Tabel 19. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi .......... 30 Tabel 20. Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Sigi Tahun 2010 – 2015...................... 31 Tabel 21. Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010 s.d 2015 ................................................................................ 32 Tabel 22. Tingkat Bahaya di Kabupaten Sigi ........................................................ 33 Tabel 23. Tingkat Risiko di Kabupaten Sigi.......................................................... 33 Tabel 24. Tingkat Bahaya Kabupaten Sigi ........................................................... 50 Tabel 25. Tingkat Kerentanan Bencana Kabupaten Sigi........................................... 50 Tabel 26. Penilaian Kapasitas Kabupaten Sigi dalam Menghadapi Bencana ................... 50 Tabel 27. Tingkat Risiko Bencana Kabupaten Sigi.................................................. 51 Tabel 28. Jumlah Kerusakan Perumahan Bencana Gempa Bumi dan Likuifaksi Kabupaten Sigi............................................................................... 56
  • 8. vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Kecamatan Dalam Kabupaten Sigi................................................. 5 Gambar 2. Perbandingan PDRB Perkapita ADH Konstan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulteng dan Nasional Tahun 2010-2014 ................................................ 27 Gambar 3. Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Sigi, Provinsi, Dan Nasional Tahun 2010 – 2013......................................................................... 31 Gambar 4. Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun 2010 s.d 2015 ............................................ 32 Gambar 5. Peta Risiko Multi Bahaya Kabupaten Sigi .............................................. 51
  • 9. SAMBUTAN BUPATI SIGI Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena proses Penitaian Ketangguhan Kabupaten Sigi terhadap bencana tahun 2020 tetah tertaksana dengan baik. Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah yang memitiki risiko bencana yang cukup tinggi. Hasit kajian risiko bencana menunjukkan bahwa Kabupaten Sigi memitiki 8 ancaman yang risiko yang retatif tinggi antara lain gempabumi, banjir, longsor, banjir bandang, kekerfngan, cuaca ekstrim dan kebakaran hutan. Satah satu bencana besar yang terjadi butan September 2018 adatah bencana Gempa Bumi dan Likuifaksi yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar. Pemerintah daerah sudah metakukan berbagai upaya datam pengurangan risiko bencana di Kabupaten Sigi. Upaya tersebut pertu terus ditingkatkan. Oteh karena itu, perlu ditakukan kajian atatr penitaian ketangguhan sebagai dasar pertirnbangan datam penyusunan perencanaan pembangunan yang sernakin memperkuat ketangguhan daerah. Pemerintah Kabupaten Sigi bekerjasama dengan Yayasan CARE Peduti bersama para pemangku kepentingan di Kabupaten Sigi, pada butan Nopember - Desember 2020 metaksanakan Penitaian Ketangguhan guna menilai tingkat ketangguhan daerah datam menghadapi risiko bencana. Hasil Penitaian Ketangguhan Kabupaten Sigi terhadap bencana tahun 2020 telah kita mitiki dan menjadi dokumen daerah yang akan dipakai sebagai bahan pertimbangan datam metakukan perencanaan maupun petaksanaan pembangunan. Rekomendasi yang tertuang dalam dokumen ini pertu disinkronkan dengan perencanaan pada setiap Perangkat Daerah. Pada saat ini Kabupaten Sigi sedang menyusun RPJMD 7021-7A75, sehingga kesempatan ini dapat digunakan untuk memastikan upaya pengurangan risiko bencana dan penguatan ketangguhan daerah dimasukkan sebagai prioritas sasaran pembangunan di Kabupaten Sigi. Pemerintah Kabupaten Sigi menyampaikan terima kasih kepada pihak Yayasan CARE Peduti dan semua pihak yang terus membantu masyarakat Sigi datam proses pemulihan paska bencana dan mendukung upaya memperkuat ketangguhan daerah. Dan terima kasih kepada semua pihak yang tetah bekerjasama dan berkontribusi selama proses Penilaian Ketangguhan maupun penyelesaian dokumen ini. lrwan S.Sos. M.Si. WI
  • 10. viii SAMBUTAN CEO YAYASAN CARE PEDULI Sulawesi Tengah termasuk daerah dengan risiko tinggi terhadap bencana. Bencana berskala besar terakhir terjadi pada 28 September 2018, yaitu Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR yang diikuti Tsunami dan Likuifaksi, menyebabkan kerugian materil dan korban jiwa di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong. Selain ancaman bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi, Sulawesi Tengah juga berisiko terhadap beberapa jenis bencana lainnya. Ancaman bencana tersebar di semua kabupaten/kota termasuk Kabupaten Sigi. Berdasarkan dokumen kajian risiko bencana yang dikeluarkan BNPB (2016), jenis bencana yang ada di Kabupaten Sigi, meliputi Gempa bumi, banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan. Hal ini menunjukkan Kabupaten Sigi pada posisi yang berisiko tinggi terhadap berbagai jenis bencana yang memerlukan upaya yang bertujuan memperkuat ketangguhan daerah dalam menghadapi dan mengelola risiko bencana-bencana tersebut. Sejalan dengan misi dan komitmennya, Yayasan CARE Peduli bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan para pihak terkait telah memfasilitasi kegiatan penilaian ketangguhan Kabupaten Sigi dalam mengelola risiko bencana sebagai langkah awal strategis memperkuat ketangguhan di Kabupaten Sigi ke depan. Dengan menggunakan tool „Disaster Resilience Assessment‟ yang dikeluarkan oleh UN-DRR, hasil penilaian ketangguhan Kabupaten Sigi pada tahun 2020 menunjukkan skor 255 dari skor tertinggi 590, pada penilaian detail 10 Langkah Mendasar. Sedangkan hasil penilaian ketangguhan pada aspek Kesehatan Masyarakat menunjukkan skor 62 dari skor tertinggi 120. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sigi telah memiliki ketangguhan cukup baik dalam mengelola risiko bencana, namun masih ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan. Dalam dokumen laporan penilaian ketangguhan yang telah disusun juga telah termasuk rumusan Rencana- Rencana Aksi yang dapat diterjemahkan ke dalam program/kegiatan oleh masing- masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD), maupun lembaga terkait lainnya untuk memperkuat ketangguhan Kabuapaten Sigi pada masa mendatang. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah (RPJMD) 2021-2025 Kabupaten Sigi yang sedang berjalan tentunya memberikan momentum yang strategis untuk menempatkan upaya peningkatan ketangguhan daerah terhadap bencana menjadi salah satu sasaran prioritas pembangunan 5 tahun ke depan. Terkait dengan hal ini, target-target peningkatan ketangguhan daerah yang telah dirumuskan bersama dalam rencana aksi pada proses penilaian ketangguhan menjadi masukan penting yang perlu diintegrasikan ke dokumen perencanaan
  • 11. ix pembangunan daerah (RPJMD) dan ditindaklanjuti dengan perencanaan strategis pada level OPD melalui Renstra OPD. YCP dengan kapasitas yang dimiliki akan tetap berkomitmen mengambil peran dan mendukung upaya-upaya membangun ketangguhan daerah dalam pengelolaan risiko bencana melalui kerjasama erat dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan terkait di Kabupaten Sigi. Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Sigi atas dukungan dan Kerjasama yang baik dengan YCP selama ini. Juga kepada Perkumpulan LINGKAR, Tim Fasilitator Daerah dan semua pihak yang terlibat dalam rangkaian kegiatan penilaian ketangguhan Kabupaten Sigi 2020, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Januari 2021 Bonaria Siahaan CEO Yayasan CARE Peduli
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah akan menghalangi proses pembangunan, merusak aset-aset ekonomi dan mengganggu aktivitas perikehidupan masyarakat. Di sisi lain, proses pembangunan yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan risiko-risiko bencana yang ada dan perubahan iklim yang terjadi seringkali malahan meningkatkan risiko bencana tersebut. Oleh karena itu, demi menjaga dan mengembangkan investasi pembangunan dan melindungi warga dari dampak bencana, sudah selayaknya bila pemerintah daerah mengubah paradigma lama dan menerapkan proses-proses pembangunan yang aman dan berkelanjutan. Sebagai bagian dari upaya-upaya untuk mendukung daerah dalam menerapkan pembangunan yang berkelanjutan dan aman, UNISDR (United Nations International Strategy for Disaster Reduction) telah mengembangkan alat-alat untuk mengukur tingkat ketangguhan suatu wilayah terhadap bencana. Di Indonesia, BNPB telah mengadopsi dan menerapkan berbagai alat untuk meningkatkan ketangguhan di daerah, salah satunya LG- SAT yang kemudian berevolusi menjadi Perangkat Penilaian Kabupaten/Kota Tangguh Bencana; 10 Langkah Mendasar (Scorecard) 2020. Melalui Perangkat Kerja Pengukuran dan Penilaian ini, dapat teridentifikasi kemampuan sebuah kota untuk memahami risiko-risiko bencana yang mungkin dihadapinya, untuk memitigasi risiko-risiko tersebut, dan untuk merespon bencana-bencana yang mungkin terjadi sehingga kerugian langsung maupun jangka panjang atas nyawa atau kerugian mata pencaharian, properti, infrastruktur, aktivitas ekonomi dan lingkungan dapat diminimalisasi. Hasil penilaian memungkinkan Kabupaten/Kota untuk mengkaji tingkat ketangguhan mereka terhadap bencana dan dampak iklim, sehingga bisa menentukan prioritas tindakan yang harus diambil untuk menguatkan ketangguhan Kabupaten/Kota tersebut dan melaksanakan pembangunan yang aman dan berkelanjutan. Kabupaten/Kota bisa memanfaatkan hasil penilaian ini untuk diarusutamakan dalam perencanaan pembangunan, sehingga bisa membangun Kota Tangguh terhadap Bencana sesuai SFDRR. 2. Tujuan 2.1. Tujuan Umum Mengetahui status atau tingkat ketangguhan Kabupaten/Kota dalam menghadapi risiko bencana sesuai kondisi saat ini, dan menyusun rencana-rencana aksi untuk penguatan ketangguhan pada masa mendatang. 2.2. Tujuan Khusus 1. Membantu pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menilai tingkat ketangguhan Kabupaten/Kota sesuai kapasitas mereka miliki saat ini.
  • 13. 2 2. Mempertemukan semua pemangku kepentingan terkait untuk menyamakan pemahaman dan merumuskan tujuan bersama, serta menyusun strategi membangun ketangguhan Kabupaten/Kota. 3. Menilai kebutuhan untuk peningkatan ketangguhan kota/kabupaten di masa mendatang. 4. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan intervensi-intervensi yang akan meningkatkan ketangguhan Kabupaten/Kota. 5. Mengidentifikasi prioritas-prioritas investasi pengurangan risiko bencana yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan ketangguhan dan mengintegrasikan/ mengarusutamakan prioritas-prioritas ini kedalam perencanaan (pembangunan kota/kabupaten, strategis atau kerja berbagai bidang/sektor) dan mandat/agenda kunci 3. Keluaran Keluaran dari Kegiatan Penilaian Ketangguhan ini adalah Laporan Hasil Penilaian Ketangguhan untuk Kabupaten Sigi, yang memuat setidaknya tentang: 1. Nilai Indeks (skor) Ketangguhan Kabupaten/Kota sebagai baseline tingkat ketangguhan saat ini. 2. Analisa indikator ketangguhan dan rekomendasi pada masing-masing aspek 10 Langkah Mendasar membangun ketangguhan Kabupaten/Kota. 3. Rencana Aksi atau program strategis untuk membangun “Kabupaten/Kota Tangguh” 4. Rencana Advokasi untuk pengintegrasian hasil penilaian kota tangguh ke dalam RPJMD 5. Annex, yang terdiri dari: Modul dan Perangkat/Tools Penilaian Ketangguhan Kabupaten/Kota, Matriks penilaian hasil Ketangguhan Kabupaten/Kota, dan dokumentasi. 4. Metodologi Pelaksanaan Penilaian ketangguhan kota/kabupaten ini akan menggunakan “Perangkat Penilaian Kabupaten/Kota Tangguh Bencana - 10 Langkah Mendasar/Scorecard”, yang diterbitkan oleh oleh UN-ISDR/UN-DRR tahun 2015 dan yang pada tahun 2020 telah diperbaharui dengan penambahan Adendum Sistem Kesehatan Masyarakat. Perangkat ini memuat lebih 100 indikator ketangguhan yang dijabarkan dari 10 Langkah Mendasar Membangun Kota Tangguh, meliputi aspek: 1. Adanya Organisasi untuk Ketangguhan terhadap Bencana. 2. Mengidentifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko Saat Ini dan Masa Mendatang. 3. Memperkuat Kemampuan Keuangan untuk Ketangguhan Bencana. 4. Mencapai Pembangunan Perkotaan yang tangguh bencana. 5. Menjaga Penyangga alami untuk Meningkatkan Fungsi Perlindungan yang Disediakan oleh Ekosistem. 6. Memperkuat Kapasitas Kelembagaan untuk Ketangguhan Bencana. 7. Memahami dan Memperkuat Kapasitas Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana. 8. Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur. 9. Menjamin Respon Bencana yang Efektif. 10. Melaksanakan Pemulihan dan Pembangunan Kembali yang Lebih Baik.
  • 14. 3 Penerapan Perangkat ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu Penilaian Preliminary dan Penilaian Detail. Penilaian Preliminary hanya melibatkan Tim Inti Kabupaten/Kota dan Fasilitator daerah, sedangkan Penilaian Detail melibatkan stakeholder yang lebih luas.
  • 15. 4 BAB II GAMBARAN KABUPATEN SIGI 1. Kondisi Geografis 1.1. Luas dan Batas Wilayah Administratif Luas Wilayah Kabupaten Sigi adalah 5.196,02 Km2 atau sekitar 8,40 persen dari total luas wilayah Sulawesi Tengah. Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Sigi berbatasan dengan beberapa daerah lainya adalah:  Sebelah utara : Kabupaten Donggala dan Kota Palu  Sebelah Selatan : Provinsi Sulawesi Selatan  Sebelah Barat : Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Barat  Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso Secara administratif pemerintahan Kabupaten Sigi terdiri dari 15 kecamatan, dengan 176 desa dan 1 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT. Berdasarkan dataproporsi wilayah terluas di Kabupaten Sigi adalah Kecamatan Kulawi dengan luas 1,053.56 atau sebesar 20,28 persen dari total wilayah kabupaten, sedangkan wilayah kecamatan terkecil adalah Kecamatan Dolo hanya 0,69 persen dari luas wilayah Kabupaten Sigi atau seluas 36,05 Km². Secara lengkap data luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Sigi tersaji dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Luas Kabupaten Sigi menurut Kecamatan Tahun 2015 No. Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Persentase (%) 1. Kulawi 1,053.56 20.28 2. Kulawi Selatan 418.12 8.05 3. Pipikoro 956.13 18.40 4. Lindu 552.03 10.62 5. Palolo 626.09 12.05 6. Nokilalaki 75.19 1.45 7. Dolo 36.05 0.69 8. Dolo Selatan 584.71 11.25 9. Dolo Barat 112.18 2.16 10. Marawola 38.65 0.74 11. Kinovaro 70.38 1.35 12. Marawola Barat 150.51 2.90 13. Sigi Biromaru 289.60 5.57 14. Gumbasa 176.49 3.40 15. Tanambulava 56.33 1.08 Kabupaten Sigi 2014 5,196.02 100.00
  • 16. 5 Gambar 1. Peta Kecamatan Dalam Kabupaten Sigi Tabel 2. Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan dari Kabupaten No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Desa Jarak dari Ibukota kabupaten (Km) 1. Kulawi Bolapapu 16 62 2. Kulawi Selatan Lawua 12 96 3. Pipikoro Peana 19 123
  • 17. 6 No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Desa Jarak dari Ibukota kabupaten (Km) 4. Lindu Tomado 5 89 5. Palolo Makmur 22 25 6. Nokilalaki Kamarora A 5 35 7. Dolo Kota Pulu 11 7 8. Dolo Selatan Bulubete 12 12 9. Dolo Barat Kaleke 12 7 10. Marawola Binangga 11 18 11. Kinovaro Porame 10 20 12. Marawola Barat Dombu 12 33 13. Sigi Biromaru Mpanau 18 14 14. Gumbasa Pakuli 7 32 15. Tanambulava Sibalaya Utara 5 17 Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2015 1.2. Kondisi Geografis Kabupaten Sigi terletak antara 00 52‟ 16” LS – 20 03‟ 21” LS dan 1190 38‟ 45” BT–1200 21‟ 24” BT yang terdiri atas dataran, hutan dan lembah pegunungan, sehingga dapat dipetakan menjadi dua kawasan yakni: wilayah lembah dan pengunungan.Wilayah dataran atau lembah meliputi 7 (tujuh) kecamatan yang sebagian besar daerahnya merupakan wilayah lembah yaitu Kecamatan Marawola, Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Gumbasa dan Kecamatan Tanambulawa. Sedangkan kecamatan berada di wilayah pegunungan yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan yaitu:Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi selatan, Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Palolo, Kecamatan Lindu, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Marawola Barat dan Kecamatan Kinovaro. 1.3. Kondisi Topografis Kabupaten Sigi merupakan wilayah dengan kawasan pegunungan dan perbukitan, dengan ketinggian wilayah umumnya berada antara 60 meter sampai 700 meter di atas permukaan laut. Tingkat kemiringan tanah/lereng antara datar sampai sangat curam.Kondisi topografis tersebut mempengaruhi wilayah permukiman desa dimana dari 176 desa sebagian besar berada di daerah dataran dan pegunungan. 1.4. Kondisi Klimatologi Suhu udara di suatu wilayah antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya wilayah tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Dengan kondisi wilayah yang berada tepat di garis khatulistiwa, menjadikan wilayah Kabupaten Sigi memiliki suhu udara yang cukup panas. Berdasarkan hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, sepanjang tahun 2014, suhu udara tertinggi terjadi di bulan Juli yakni 28,15 °C dan terendah pada bulan Maret dengan suhu 20,54 °C. Sedangkan rata-rata kelembaban udara pada tahun 2014 mencapai 77,56 persen. Selama tahun 2014, intensitas curah hujan beragam setiap bulannya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 137 mm, sedangkan terendah terjadi di bulan Juni sekitar 25,60 mm. Penyinaran matahari tertinggi sekitar 80,18 persen terjadi di bulan Februari.
  • 18. 7 Sementara itu, arah angin terbanyak selama tahun 2014 yaitu dari arah barat laut dengan kecepatan rata-rata berkisar 3,92 knots. Tabel 3. Rata-Rata Parameter Cuaca Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu No Parameter Iklim Sat Rata-rata Per Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Suhu Udara o C 27,71 27,55 27,71 27,65 26,66 Temperature 2 Tekanan Udara mb 1.010,39 1.009,88 10.010,30 10.010,18 1.011,07 Air Pressure 3 Kelembaban Udara % 76,67 76,08 76,00 76,42 77,56 Humidity 4 Penyinaran Matahari % 63,53 50,07 62,83 57,38 63,48 Length of Daylight 5 Curah hujan mm 71,61 51,04 63,41 62,33 58,76 Rain Falls 6 Kecepatan Angin Knots 3,67 3,00 3,83 3,57 3,92 Wind Velocity 7 Arah Angin Barat Laut Barat Laut Utara Utara Barat Laut The Most of Wind Velocity Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2011-2015, diolah kembali 1.5. Penggunaan Lahan Pola ruang dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu Kawasan Non Budidaya dan Kawasan Budidaya.Kawasan Non Budidaya atau yang lebih dikenal sebagai Kawasan Lindung merupakan wilayah kendala dan wilayah limitasi dalam pemanfaatan ruang.Kawasan Lindung ini kemudian digolongkan lagi menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor16/PRT/M/2009, Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten yang terdiri atas: a) kawasan hutan lindung; b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air; c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya; d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasianal laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; e) kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsar, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;
  • 19. 8 f) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasanrawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan g) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. Terkait dengan Kabupaten Sigi pola ruang kawasan lindung terdiri atas hutan lindung, kawasan resapan air, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana alam (banjir dan longsor), kawasan rawan bencana geologi (zona patahan). Sementara itu, untuk kawasan budidaya didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan yang terdiri dari: kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi; a) kawasan hutan rakyat; b) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura; c) kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah kabupaten; d) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: perikanan tangkap, budi daya perikanan, dan pengolahan ikan; e) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, serta air tanah di kawasan pertambangan; f) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: industri besar, industri sedang, dan industri rumah tangga; g) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan; h) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan sebagai kawasan budi daya, maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing- masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;dan i) kawasan peruntukan lainnya. Kabupaten Sigi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki kawasan hutan lebih dari 70 persen luas wilayah, baik berupa kawasan hutan produksi, hutan lindung, maupun taman nasional. Selain itu, Kabupaten Sigi merupakan wilayah hulu dari WS Palu Lariang yang memiliki peran strategis sebagai penjaga ekologi bagi PKN Palu. Sedangkan pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sigi diarahkan untuk pengembangan sektor pertanian dalam arti luas yang tidak hanya mengedepankan pada fungsi produksi tetapi juga pengolahan pasca panen, sehingga memiliki nilai tambah bagi masyarakat petani. Alokasi lahan pertanian di Kabupaten Sigi tersebar pada beberapa kecamatan, terutama yang berada di sepanjang Sungai Gumbasa. Sedangkan kawasan
  • 20. 9 perkotaan masih mengumpul pada wilayah utara Kabupaten Sigi, sedangkan wilayah perdesaan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Sigi. Adapun gambaran pola ruang di Kabupaten Sigi secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sigi 2010-2030 No Rencana Pola Ruang Luas Persentase (%) Kawasan Lindung 268.837,60 51,74 1 Hutan Lindung 136.910,91 26,35 2 Kawasan Tahura dan Hutan Wisata Wera 3.114,45 0,60 3 Kawasan Taman Nasional Lore Lindu 112.792,08 21,71 4 Kawasan Lindung Setempat 12.561,41 2,42 5 Tubuh Air 3.458,75 0,67 Kawasan Budidaya 250.764,40 48,26 1 Hutan Produksi 3.118,27 0,60 2 Hutan Produksi Terbatas 123.787,00 23,82 3 Kawasan Pertambangan 7.950,00 1,53 4 Kawasan Pertanian Lahan Basah 23.697,00 4,56 5 Kawasan Pertanian Lahan Kering 20.452,67 3,94 6 Kawasan Perkebunan 55.718,95 10,72 7 Kawasan Permukiman Perkotaan 10.418,00 2,00 8 Kawasan Permukiman Perdesaan 4.740,00 0,91 9 Kawasan Pariwisata 882,51 0,17 Jumlah 519.602,00 100,00 Sumber : Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011 1.6. Potensi Pengembangan Wilayah 1.6.1. Kawasan Lindung Tujuan penetapan Kawasan lindung Kabupaten adalah untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Adapun kriteria yang dipakai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, UU Nomor 26 Tahun 2007 dan Kepres Nomor 32 Tahun 1990 Mengacu pada hasil analisis dan arahan pola ruang Nasional dan Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalokasikan 50,48 persen dari luas lahan Kabupaten Sigi sebagai kawasan berfungsi lindung, maka Pola Ruang Lindung di Kabupaten Sigi minimal adalah 50 persen dari luas Kabupaten Sigi. Namun, berdasarkan hasil kajian ternyata masih terdapat kawasan lindung yang dapat ditambah dalam rencana pola ruang kawasan lindung yaitu kawasan lindung bencana geologis berupa kawasan lindung setempat yang dalam Dokumen RTRW Provinsi belum dialokasikan. Berdasarkan penambahan kawasan lindung setempat bencana geologi total luas kawasan lindung di Kabupaten Sigi dapat menjadi 52,12 persen. 1.6.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya. a. Kawasan Hutan Lindung Dasar pertimbangan penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Sigi adalah UU Nomor 26 Tahun 2007, PP Nomor 26 Tahun 2008, dan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 20013-2033. Sebagaimana arahan RTRW Provinsi luas Kawasan Hutan Lindung
  • 21. 10 di Kabupaten Sigi adalah sebesar 26,35 persen dan luas wilayah Kabupaten Sigi. Kriteria penetapan kawasan hutan lindung adalah: 1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihinilai skor 175 menurut surat Keputusan Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/11/1980 ; 2. Kawasan hutan mempunyai lereng lapangan 40 persen atau lebih ; 3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih. Penentuan luas lahan yang dapat difungsikan sebagai hutan lindung menggunakan acuan RTRW Provinsi dan Tata Guna Hutan Kesepakatan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu seluas 136.910,91 Ha.Sebaran Hutan Lindung di Kabupaten Sigi tersebar pada 10 Kecamatan di Kabupaten Sigi. Kecamatan Kulawi adalah Kecamatan dengan luas hutan lindung paling besar yaitu Kecamatan Kulawi sebesar 38.306,09 Ha, sedangkan Kecamatan Kulawi Selatan adalah kecamatan yang memiliki luas hutan lindung paling kecil, gambaran selengkapnya Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5. Alokasi Lahan Hutan Lindung di Kabupaten Sigi Hingga 2030 No. Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Pipikoro 19.659,86 14,00 2. Kulawi Selatan 110,11 0,00 3. Kulawi 38.306,09 26,00 4. Dolo Selatan 28.498,34 21,00 5. Marawola Barat 9.585,40 7,00 6. Kinovaro 3.668,37 3,00 7. Palolo 20.837,18 15,00 8. Dolo Barat 10.034,15 7,00 9. Sigi Biromaru 5.967.65 4,00 10. Marawola 243,76 0,00 Jumlah 136.910,91 Sumber : Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011 b. Kawasan Resapan Air Sebagian besar kawasan yang direkomendasikan sebagai kawasan resapan air merupakan bagian dari Hutan Lindung atau Suaka Alam, dengan fungsi untuk menampung air yang jatuh dan meresap ke dalam tanah dan menahan tanah dari laju erosi. Arahan pengelolaan kawasan resapan air adalah sebagai berikut: 1. Meminimalkan atau bahkan meniadakan hal-hal yang berpotensi menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah. Dengan demikian, kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung kawasan; 2. Mengarahkan kegiatan budidaya penduduk dalam bentuk pengusahaan tanaman tahunan dan tanaman semusim yang disertai dengan upaya-upaya pelestarian berkelanjutan. Kegiatan budidaya lain yang dapat dikembangkan adalah pengusahaan hutan produksi terbatas dan pengembangan agrowisata.
  • 22. 11 1.6.3. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan Sungai dan area sekitar danau/waduk. a. Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, bertujuan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran sungai. Sempadan sungai yang dilindungi ini ditanami berbagai tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus sebagai jalur hijau. Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan di sempadan sungai antara lain tanaman buah-buahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan tanaman perkebunan seperti kopi.Mengingat sebagian besar wilayah Kabupaten Sigi adalah wilayah dengan karakter perdesaan dan tidak bertanggul, dan dengan luas daerah aliran sungai >500 km2, maka penetapan garis sempadan sungai ditetapkan adalah sebesar 50-100 m (Permen PU Nomor 63/1993). Wilayah sempadan sungai di Kabupaten Sigi tersebar secara merata di seluruh wilayah. Sungai Orde 1 yaitu Sungai Gumbasa dan Sungai Lariang direncanakan memiliki sempadan sungai hingga 100 meter. Sedangkan sungai lainnya yang memiliki orde lebih kecil direncanakan memiliki sempadan sungai selebar 50 meter dari tepi sungai yang ditetapkan. b. Sempadan Danau/Waduk Kawasan sekitar danau adalah kawasan di tepian danau, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau.Tujuan perlindungan tepian danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air danau, mengamankan kuantitas air danau dan mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran danau.Kawasan sekitar danau yang dilindungi ini ditanami berbagai tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus sebagai jalur hijau.Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan di sekitar danau antara lain tanaman buah-buahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan tanaman perkebunan seperti kopi, kayu putih, kemiri, dan coklat. Untuk mengantisipasi dampak buruk dan tidak terkendalinya pola ruang di kawasan sekitar Danau Lindu, maka pemerintah Kabupaten Sigi perlu segera melakukan tindakan untuk mengamankan kawasan sempadan danau dari aktivitas budidaya.Masyarakat masih dapat menggunakan kawasan sekitar sempadan danau hanya untuk aktivitas budidaya perkebunan tanaman keras.Upaya penertiban kawasan sekitar danau agar tidak berpotensi menimbulkan konflik kepentingan di masa mendatang. Upaya penertiban ini tentu saja harus berkoordinasi dengan BB TNLL selaku pengelola utama kawasan Taman Nasional Lore Lindu, mengingat kawasan Danau Lindu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
  • 23. 12 1.6.4. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya a. Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Sigi memiliki peran strategis secara nasional dengan ditetapkannya kawasan sekitar Danau Lindu sebagai Taman Nasional Lore Lindu.Kawasan Taman Nasional ini tersebar di beberapa kabupaten antara Lain Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso.Kawasan Taman Nasional Lore Lindu sendiri memiliki luas sebesar 217.991,18 Ha. Sedangkan yang berada di Kabupaten Sigi seluas lebih kurang 122.435,37 Ha atau lebih dari 50 persen wilayah TN Lore Lindu berada di Kabupaten Sigi. Sebagai wilayah yang telah ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 464/kpts-II/99 dan ditetapkan pula dalam PP Nomor 26 Tahun 2008, maka pengelolaan Taman Nasional berada pada kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan. Adapun sebaran lokasi Taman Nasional di Kabupaten Sigi mencakup Kecamatan Palolo, Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Lindu, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Tanambulava, Kecamatan Kulawi, dan Kecamatan Kulawi selatan. b. Taman Hutan Raya dan Hutan Wisata Terdapat dua buah Hutan Wisata di Kabupaten Sigi yang terletak di Kecamatan Dolo (Hutan Wisata Wera) dan Taman Hutan Raya di Kecamatan Sigi Biromaru yang merupakan satu kesatuan dengan Tahura di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu. Keberadaan Taman Hutan Raya dan Hutan Wisata ini perlu terus dipertahankan sebagai salah satu upaya dalam rangka perlindungan kekayaan alam di Kabupaten Sigi.Daya tarik utama dari keberadaan hutan wisata ini adalah keindahan alam dan juga jenis tanaman hutan tropis yang terdapat di dalamnya.Keberadaan pengelolaan kawasan seperti Hutan Wisata Wera berperan penting dalam mewujudkan keseimbangan hidup semua mahluk hidup, penanganan yang disertai tindakan yang kurang tepat dalam pengelolaan mengakibatkan berkurangnya nilai dan fungsi kawasan serta kelangkaan hingga musnahnya jenis flora dan fauna. c. Kawasan Cagar Budaya Pemukiman Tradisional Salah satu bentuk permukiman tradisional yang terdapat di Kecamatan Kulawi adalah bangunan perumahan yang biasa disebut Lobo. Lobo di masa pemerintahan raja-raja berfungsi sebagai pusat kesatuan adat, pemerintahan dan kebudayaan. Para bangsawan (maradika) sebagai pemegang tampuk pemerintahan, para ahli cendekiawan adat dan orang-orang penting mengadakan musyawarah di dalam bangunan ini untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan: 1. Perumusan suatu undang-undang, peraturan-peraturan adat; 2. Pelaksanaan pemerintahan yaitu dalam hal-hal memberangkatkan dan menerima pasukan perang; 3. Pemutusan/mengadili perkara-perkara terhadap setiap pelanggaran, penyelewengan dan kejahatan. Pelaksanaan hukuman dapat dilaksanakan di Lobo atau di tempat lain misalnya di pohon kayu ditengah hutan atau di pinggir-pinggir kali, menurut jenis dan macamnya perbuatan;
  • 24. 13 4. Dalam hal-hal yang menyangkut perekonomian: kapan dimulai membuka kebun,sawah atau ladang; kapan dimulai bertanam, menuai, pengaturan perairan, dan sebagainya; 5. Di samping hal-hal tersebut Lobo juga menjadi tempat dilaksanakannya pesta-pesta adat, sehubungan dengan:  Keselamatan kampung, supaya terhindar dari berbagai macam penyakit menular, bala serta kutukan dewa akibat adanya perbuatan sumbang ;  Pengucapan syukur berhubungan dengan hasil panen yang baik;  Menyambut/memberangkatkan pasukan perang;  Menyambut tamu-tamu terhormat dari luar daerah. Kawasan-kawasan yang memiliki permukiman tradisional di Kabupaten Sigi yang perlu dilakukan tindakan preservasi antara lain: Desa Namo, Desa Boladangko, Desa Tangkolowi dan Desa Toro. 1.6.5. Kawasan Budidaya a. Kawasan Peruntukan Hutan Kawasan budidaya kehutanan terbagi menjadi atas hutan produksi terbatas, hutan produksi biasa, dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, terdiri dari: 1) Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang digunakan untuk kegiatan budidaya hasil-hasil hutan secara terbatas dengan tetap memperhatikan fungsinya sebagai hutan untuk melindungi kawasan di bawahnya. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta sumberdaya hutan dengan cara tebang pilih dan tanam untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri, ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan Rencana Pola Ruang Provinsi Sulawesi Tengah dan hasil perhitungan dengan perangkat lunak GIS luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi lebih kurang sebesar 123.787 Ha. Pengelolaan terhadap kawasan hutan produksi terbatas dilakukan untuk memanfaatkan ruang beserta sumberdaya hutan, dengan cara tebang pilih dan tanam untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri dan ekspor dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan keanekaragaman. Persebaran Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi mencakup wilayah Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Palolo, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan dan Kecamatan Pipikoro. Tabel 6. Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Sigi No. Kecamatan Luas Persentase (%) 1. Marawola Barat 4.735,22 4 2. Palolo 4.155,91 3 3. Kulawi 40.055,71 32
  • 25. 14 No. Kecamatan Luas Persentase (%) 4. Pipikoro 68.171,20 55 5. Kulawi Selatan 6.668,98 5 Jumlah 123.787,02 Sumber: Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011 2) Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap dimana eksploitasinya dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Luas Kawasan Hutan Produksi Tetap berdasarkan pada dokumen RTRW Provinsi Sulawesi Tengah dan Penetapan Tata Guna Hutan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 116.393Ha. Persebaran hutan produksi tetap di Kabupaten Sigi berada di Kecamatan Kulawi dan Kulawi Selatan. b. Kawasan Peruntukkan Pertanian 1) Pertanian Lahan Basah Kawasan pengembangan pertanian lahan basah di Kabupaten Sigi diarahkan pada kawasan-kawasan yang memiliki kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah, berada di daerah dataran rendah, yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Gumbasa, Sigi Biromaru, Tanambulava, dan Dolo, serta memiliki potensi untuk dapat dilalui jaringan irigasi alam dan buatan. Kawasan pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada desa-desa berlokasi di Kecamatan-kecamatan tersebut di atas dengan alokasi lahan untuk 20 tahun mendatang seluas 23.697,00 Ha. Pengembangan budidaya usahatani merupakan usaha budidaya integral, dan bersifat universal, dimana memandang kawasan sebagai titik sentral pembangunan komoditas dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sumberdaya lahan. Dalam pelaksanaan untuk pengembangan budidaya usahatani, perlu untuk memperhatikan faktor usahatani sebagaimana dinyatakan dalam Fadholi (1996), antara lain adalah:  tanah atau sumberdaya lahan ;  tenaga kerja ;  modal usaha ;  pengelolaan usaha tani. Tanah sebagai sumber unsur utama usahatani, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi, tentu saja harus memiliki suatu ukuran yang nyata sehingga akan dicapai suatau ukuran tingkat optimalisasi pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan suatu produk. Untuk menilai keberhasilan tumbuh, suatu bentang lahan harus dilihat dari unsur internal tanah maupun unsur pendukung agroklimatik. Ukuran internal tanah antara lain:  kesuburan tanah ;  luas pertanian utama (komoditas unggulan) ;  luas pertanian tanaman penyangga.
  • 26. 15 Kesuburan tanah yang mencukupi dan luas tanah yang memadai dapat diprediksikan produksi dari bentangan lahan yang diolah, untuk menilai kesuburan tidak dapat dilepaskan dari kesesuaian tanaman atas sumberdaya lahan yang tersedia. Faktor sumberdaya manusia berdasarkan kemampuan dan keahlian adalah merupakan program yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tenaga kerja dalam sektor pertanian. Dalam konteks pengembangan budidaya pertanian, maka tenaga kerja yang dimaksud adalah masyarakat lokal yang sudah dibina dan dilatih untuk menggarap lahan yang tersedia. Faktor modal kerja bagi petani merupakan penghambat utama, maka diperlukan adanya campur tangan dari pemerintah sebagai fasilitator membuka akses pasar baik untuk komoditas penyangga, maupun komoditas unggulan. Faktor pengelolaan usaha tani, tentunya perlu dimiliki oleh petani dari mulai perencanaan usahatani sampai pasca panen.Dengan demikian, daya saing usaha taninya akan kompetitif. Unsur teknologi menjadi signifikan untuk dimengerti oleh petani, utamanya untuk jenis usahatani skala besar, sebagai contohnya adalah budidaya padi sawah. Sementara itu, di samping pengembangan kemitraan, upaya membina usahatani di tingkat rakyat perlu dilakukan. Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat pertanian lahan basah di Kabupaten Sigi adalah sebagai berikut: (1) Dapat dilakukan melalui sistem penyuluhan dan pembinaan, terutama untuk desa-desa yang basis kegiatan usaha masyarakatnya adalah petani ; (2) Pengelolaan pertanian lahan basah di Kabupaten Sigi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, yaitu: (a) Faktor-faktor sosio-ekonomi  Memberikan kemudahan pemasaran, baik dalam bentuk pemasaran lokal dan eksternal, pedagang dan koperasi, dan aksesibilitas ;  Memberikan kemudahan jasa-jasa pendukung, baik dalam bentuk kredit/sarana produksi dan penyuluhan. (b) Usaha-usaha Produksi  Tanaman semusim yang dapat dikembangkan, antara lain: padi- padian ;  Pengaturan jadwal tanam. (c) Rumah Tangga Petani  Pembinaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan yang dimiliki rumah tangga petani ;  Pengembangan pendidikan melalui penyediaan fasilitas pendidikan ;  Sumber-sumber penghasilan lain, seperti dari kegiatan ternak dan kebun dan pemanfaatan limbah ternak sebagai bagian dalam pengembangan sumber energi serta pupuk organik dan pestisida organik yang telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanah serta memiliki biaya produksi yang lebih murah.
  • 27. 16 2) Pertanian Lahan Kering Dalam merencanakan peruntukan lahan untuk kawasan budidaya pertanian lahan kering, maka prinsip pengembangan yang digunakan juga relatif sama dengan perencanaan untuk kawasan pertanian lahan basah, yaitu dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian lahan kering, kondisi topografi dan pengairan, status lahan, dan bukan merupakan bagian dari kawasan lindung. Kawasan Pengembangan Pertanian Lahan Kering memiliki juga memiliki kemungkinan pengembangan menjadi Kawasan Perkebunan, khususnya untuk kebun buah-buahan. Hal ini disebabkan karena kawasan perkebunan memilki kesesuaian lahan yang hampir sama dengan pertanian lahan kering. Walaupun lahan yang dialokasikan untuk pertanian lahan kering dapat dikonversi menjadi kawasan perkebunan, akan tetapi prioritas penggunaaan lahan tetap merupakan alokasi lahan untuk Pertanian Lahan Kering. Berdasarkan pada arahan RTRW Provinsi alokasi lahan untuk pertanian lahan kering di Kabupaten Sigi adalah sebesar lebih kurang 16 ribu Ha. Tetapi dengan melihat ketersediaan lahan yang ada, pengembangan kawasan budidaya pertanian lahan kering di Kabupaten Sigi dapat dikembangkan hingga 20.452,67 Ha yang tersebar secara merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Sigi. Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat pertanian lahan kering di Kabupaten Sigi adalah sebagai berikut: (1) Pengembangan ekstensifikasi pertanian dilakukan pada lahan-lahan yang terdapat di zona wilayah dataran tinggi dan dataran rendah dan dapat diintegrasikan dengan pengembangan tanaman perkebunan ; (2) Intensifikasi lahan pertanian melalui penyuluhan dan pembinaan, terutama untuk desa-desa yang basis kegiatan usaha masyarakatnya adalah petani ; (3) Faktor-faktor pengelolaan usaha masyarakat lahan kering di Kabupaten Sigi yang harus dipertimbangkan, yaitu: (a) Faktor-faktor sosio-ekonomi  Memberikan kemudahan pemasaran, baik dalam bentuk pemasaran lokal dan eksternal, pedagang dan koperasi, dan aksesibilitas ;  Memberikan kemudahan jasa-jasa pendukung, baik dalam bentuk kredit/sarana produksi dan penyuluhan ;  Pemerintah dapat memberikan kebijakan insentif dan beberapa peraturan yang mendorong berkembangnya kegiatan usaha tani. (b) Usaha-usaha Produksi  Vegetasi tetap yang dapat dikembangkan, antara lain: pohon penghasil pakan, pohon buah-buahan, tanaman-tanaman yang mempunyai nilai ekonomis ;  Tanaman semusim/tahunan yang dapat dikembangkan antara lain: padi-padian, umbiumbian, sayur-sayur/jamur, tanaman palawija.
  • 28. 17 (c) Rumah Tangga Petani  Pembinaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan yang dimiliki rumah tangga petani.  Pengembangan pendidikan melalui penyediaan fasilitas pendidikan ;  Sumber-sumber penghasilan lain, seperti dari kegiatan ternak dan kebun. c. Kawasan Peruntukkan Perkebunan Pengembangan Kawasan Perkebunan diarahkan tersebar secara merata di seluruh Kabupaten Sigi. Alokasi luas lahan kawasan perkebunan di Kabupaten Sigi berdasarkan arahan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah 2013-2033 adalah sebesar 55.718 Ha. Pengembangan secara ekstensif untuk perkebunan masih dimungkinkan sepanjang komoditasnya adalah tanaman yang mempunyai fungsi perlindungan terhadap air dan tanah. Pengembangan kawasan perkebunan memiliki arti penting dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Sigi, mengingat kontribusi sektor perkebunan yang cukup berarti dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Sigi, serta fungsi perlindungan terhadap lingkungan, maka upaya secara ekstensif masih dapat dilakukan. Gambaran selengkapnya mengenai potensi lahan untuk perkebunan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 7. Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Sigi 2010-2030 No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Dolo Barat 1.157,88 2,08 2. Dolo Selatan 5.750,33 10,32 3. Gumbasa 4.035,84 7,24 4. Kulawi 9.616,78 17,26 5. Kulawi Selatan 5.303,43 9,52 6. Palolo 14.198,92 25,48 7. Pipikoro 10.649,55 19,11 8. Sigi Biromaru 4.391,50 7,88 9. Tanambulava 614,64 1,10 Jumlah 55.718,86 100,00 Sumber: Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi No. 21 Tahun 2011 1.6.6. Kawasan Peruntukkan Pertambangan Berdasarkan pada arahan pola ruang dalam RTRW Provinsi Sulawesi Tengah dan analisis potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Sigi, terdapat lokasi-lokasi yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pertambangan, yaitu kawasan pertambangan mineral logam dan kawasan pertambangan panas bumi. Alokasi ruang untuk pertambangan mineral logam terdapat di Kecamatan Sigi Biromaru dengan luas kawasan sebesar 7.950 Ha. Sedangkan potensi panas bumi terdapat di sepanjang sesar aktif Palu Koro yang membujur dari utara menuju selatan Kabupaten Sigi. Wilayah-wilayah yang diperkirakan memiliki
  • 29. 18 potensi panas bumi di Kabupaten Sigi antara lain Kecamatan Dolo, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Tanambulava, dan Kecamatan Sigi Biromaru. Untuk pengembangan dan upaya eksploitasi potensi mineral yang ada di Kabupaten Sigi membutuhkan sebuah studi yang mendalam terkait dengan kemanfaatan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan mengingat kabupaten ini merupakan kabupaten yang berfungsi lindung bagi kabupaten di sekitarnya. 1.6.7. Kawasan Peruntukkan Pariwisata Pengelolaan kawasan pariwisata dilakukan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan Pariwisata mengikuti Konsep pengembangan 3A (Access, Accommodation, Attraction). Konsep 3A mengungkapkan pentingnya mengembangkan Objek Wisata dengan mendukung faktor-faktor wisatawan yang datang ke Objek Wisata seperti Aksesibilitas ke Objek wisata, Akomodasi untuk para wisatawan, dan penjagaan nilai-nilai Atraksi dari sebuah Objek Wisata. Kriteria Penetapan pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Sigi menggunakan dua pendekatan sebagai berikut: a) kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak mengganggu kelestarian lingkungan ; b) kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat memberikan manfaat:  meningkatkan devisa dari sektor pariwisata dan meningkatkan investasi di daerah;  mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya;  tidak mengganggu fungsi lindung;  tidak mengganggu upaya kelestarian sumberdaya alam;  meningkatkan pendapatan masyarakat;  meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah dan nasional;  meningkatkan kesempatan kerja;  melestarikan budaya lokal;  meningkatkan perkembangan masyarakat. Berdasarkan pemaparan mengenai konsep 3A di atas, maka rencana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Sigi dilakukan melalui: a) Pengembangan paket wisata alam di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Hutan Wisata Wera, Air Terjun Wera, Pemandian Air Panas Bora (Atraksi) ; b) Pengembangan kawasan wisata tradisional di Kecamatan Kulawi (Atraksi) ; c) Pengembangan Kawasan Wisata Pakuli (habitat perkembangbiakan burung Maleo) ; d) Pengembangan jaringan jalan ke objek wisata tersebut yang saat ini sebagian besar masih dalam kondisi yang kurang bagus (Aksesibilitas) ; e) Pengembangan angkutan persewaan khusus ke tempat-tempat wisata (Akomodasi).
  • 30. 19 1.6.8. Kawasan Peruntukkan Pemukiman a. Pemukiman Perkotaan Dalam rencana permukiman perkotaan ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Perumahan harus dilayani oleh satu sistem permukiman yang didasarkan pada karakteristik fisik, sosial, budaya dan ekonomi yang layak, sehingga dapat menunjang dan menyatukan kehidupan penduduk di dalamnya; 2) Permukiman perkotaan harus bersifat mandiri, dalam artian penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum harus disediakan di kawasan permukiman tersebut; 3) Untuk perkembangan sebuah permukiman menjadi suatu pusat kegiatan maupun menjadi suatu kota, permukiman tersebut harus melalui suatu tahapan. Contohnya permukiman menjadi desa, desa menjadi kota kecil, kota kecil menjadi kota menengah, kota menengah menjadi kota besar dan seterusnya. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk menopang kegiatan- kegiatan distribusi, koleksi dan pelayanan umum serta produksi komoditas berbasis pertanian,dimana kedekatan jarak antara permukiman dan kegiatan produksi merupakan kebutuhan yang perlu difasilitasi. Penyediaan lahan permukiman yang disediakan berdasarkan struktur pusat pertumbuhan yang luasannya diarahkan sesuai dengan satuan wilayah yang dilayani. Ketersediaan areal pemukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana investasi yang ada di daerah sekitarnya sehingga dapat mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya. Persyaratan lain dari pengembangan permukiman perkotaan ini adalah pengembangan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung dan tidak mengganggu upaya kelestarian sumberdaya alam. Perhitungan luas areal kawasan permukiman yang disediakan adalah dengan asumsi setiap kepala keluarga membutuhkan luas lahan permukiman rata-rata sebesar 500 m2, sehingga diperkirakan kebutuhan lahan permukiman perkotaan di Kabupaten Sigi adalah sebesar 10.418 Ha, yang tesebar di Kecamatan Marawola, Sigi Biromaru, Palolo,dan Kulawi. Pengembangan dilakukan dengan penyediaan sarana danprasarana: pendidikan, kesehatan, kerohanian, air bersih, listrik, dan komunikasi pada wilayah perkotaan dan perdesaan sesuai dengan kebutuhan rencana. Sesuai dengan arahan rencana struktur ruang, maka kawasan perkotaan yang direncanakan di Kabupaten Sigi terdiri dari: 1) Kawasan perkotaan untuk menunjang kegiatan perdagangan skala regional sebagai ekstensi dari perkotaan Palu yang diarahkan di Kalukubula ; 2) Kawasan perkotaan yang berfungsi pusat pemerintahan skala kabupaten yang direncanakan berlokasi di Bora dengan wilayah pengaruh mencakup kecamatan Tanambulava dan Kecamatan Gumbasa ; 3) Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan skala kawasan yang tersebar di Kecamatan Marawola, Kecamatan Palolo, dan Kecamatan Kulawi ; 4) Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan untuk setiap kecamatan di Kabupaten Sigi.
  • 31. 20 b. Pemukiman Pedesaan Permukiman Perdesaan di Kabupaten Sigi terdiri dari permukiman transmigrasi dan permukiman penduduk lokal. Permukiman ini walaupun umumnya sederhana namun sudah cukup layak untuk dihuni. Permukiman perdesaan tersebar secara merata di masing-masing desa di Kabupaten Sigi. Keberadaan kawasan permukiman yang ada saat ini sebagian berlokasi di kawasan lindung atau sekitar kawasan lindung jika masih memungkinkan dapat dipertahankan dan perkembangannya dibatasi sehingga tidak merusak kawasan lindung. Upaya-upaya penyuluhan dan pemberdayaan masayarakat sekitar hutan dan yang berada di Kawasan Lindung mutlak dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1.7. Kawasan Rawan Bencana Alam Berdasarkan pada kondisi lereng dan struktur geologi kawasan Kabupaten Sigi merupakan salah satu wilayah yang mempunyai sensitivitas terhadap bencana yang tinggi. Keberadaan patahan yang ada di Kabupaten Sigi yang membentang dari utara hingga selatan merupakan satu faktor pembatas dalam pengembangan kawasan budidaya. 1.7.1. Kawasan Rawan Tanah Longsor Daerah rawan longsor sebaiknya dijadikan areal dengan fungsi lindung, fungsi budidaya terbatas masih dapat dilakukan dengan aturan main yang ketat. Penduduk (permukiman) yang sudah ada perlu mendapatkan pendidikan kebencanaan, sehingga mereka dapat memiliki kepekaan tinggal pada kawasan rawan bencana, yang dapat mengancam keselamatan penduduk di daerah tersebut dan di sekitarnya. Penerapan teknik pengendalian longsor diarahkan ke daerah rawan longsor yang sudah terlanjur dijadikan lahan pertanian. Areal rawan longsor yang belum dibuka direkomendasikan untuk tetap dipertahankan dalam kondisi vegetasi permanen, seperti cagar alam, dan hutan lindung. Selain itu, karakter jenis tanah yang sensitif terhadap erosi, ditambah dengan lereng yang curam dan curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan kawasan ini juga sangat rentan dengan bencana kelongsoran. Daerah yang memiliki potensi kelongsoran sedang sebagian besar berada pada wilayah-wilayah perbukitan Kabupaten Sigi, yang secara fisik berbukit- bukit dengan kelerengan >40 persen. 1.7.2. Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Sigi sebagai satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang dikarunia potensi sumberdaya air yang berlimpah, juga memiliki potensi untuk mendapat daya rusak air.Salah Potensi daya rusak yang sudah dirasakan oleh wilayah ini adalah kejadian banjir yang terjadi pada beberapa wilayah di Kabupaten Sigi. Kejadian ini tidak terlepas dari kerusakan alam yang terjadi di Kabupaten Sigi, dimana adanya kecenderungan untuk mengeksploitasi hutan secara berlebih, yang menimbulkan erosi dan sedimentasi pada Sungai Palu. Sebagai akibatnya daya tampung sungai menjadi menurun dan tidak mampu lagi menampung secara optimal limpasan air hujan saat debit puncak. Potensi kekeringan juga dimiliki oleh Kabupaten Sigi, sebagai indikasinya adalah terdapatnya beberapa sungai di Kabupaten Sigi yang mengalami kekeringan pada musim
  • 32. 21 kemarau. Apabila kondisi ini tidak segera diambil tindakan pemecahan masalah, bukan mustahil kekeringan juga akan terjadi pada masa mendatang. Tabel 8. Luas Genangan Banjir di Kabupaten Sigi No Kecamatan Desa Luas Genangan (Ha) Persentase (%) 1 Dolo Barat Bobo 256.83 1.18 Pesaku 454.57 2.09 Rarampadende 201.11 0.93 2 Dolo Selatan Balongga 781.24 3.60 Baluase 336.46 1.55 Bulubete 317.64 1.46 Jono 55.31 0.25 Pulu 537.83 2.48 Rogo 231.33 1.07 Sambo 495.81 2.28 Walatana 8.42 0.04 Wisolo 158.79 0.73 3 Gumbasa Kalawara 321.91 1.48 Pakuli 452.83 2.08 Pandere 1,935.71 8.91 4 Kulawi Boladangko 199.83 0.92 Bolapapu 169.08 0.78 Lonca 1,140.15 5.25 Mataue 536.30 2.47 Sungku 2,459.01 11.32 Tangkulowi 25.66 0.12 Toro 2,509.34 11.55 Winatu 3,783.37 17.42 5 Kulawi Selatan O'o 0.02 0.0001 6 Nokilalaki Kadidia 0.22 0.0010 Sopu 25.30 0.12 7 Palolo Ampera 172.57 0.79 Bahagia 677.48 3.12 Berdikari 58.15 0.27 Bunga 21.80 0.10 Kapiroe 225.38 1.04 Makmur 360.18 1.66 Petimbe 194.82 0.90 Ranteleda 167.70 0.77 Sejahtera 839.13 3.86 Tanah Harapan 376.31 1.73 Uwenuni 262.02 1.21 8 Sigi Biromaru Sidondo I 190.78 0.88 Sidondo II 205.41 0.95 9 Tanambulava Lambara 182.15 0.84 Sibalaya Utara 391.04 1.80 Jumlah 21,718.99 100.00 Sumber: Perda Dokumen RTRW Kabupaten Sigi Tahun 2011
  • 33. 22 1.7.3. Kawasan Rawan Gempa Wilayah gempa bumi di Kabupeten Sigi mengacu pada peta daerah rawan terhadap goncangan gempa, yaitu Peta Bahaya Goncangan Gempa Bumi Indonesia (Peta Percepatan Gempa Bumi) adalah peta yang memperlihatkan kontur nilai percepatan gempa bumi dalam periode ulang dan jenis basement batuan tertentu. Banyaknya daerah patahan di Kabupaten Sigi memberikan risiko kegempaan menjadi sangat tinggi. Berdasarkan pada data risiko kegempaan di Indonesia, Kabupaten Sigi memiliki risiko cukup tinggi yaitu 0,15 – 0,35g. Keberadaan patahan Palu-Koro membentang di bagian tengah Kabupaten Sigi. Peta frekuensi kejadian gempa bumi di Kabupaten Sigi berfokus dangkal dan bersifat merusak tampak gempa bumi berkekuatan ≥ 6 mmi yang berpeluang besar terjadi di kawasan Pulau Sulawesi. Berdasarkan pada data risiko kegempaan di Indonesia, Kabupaten Sigi (dalam hal ini Pulau Sulawesi) memiliki risiko yang cukup tinggi yaitu antara 0,15 – 0,35g. Keberadaan patahan Palu Koro yang membentang pada bagian tengah Kabupaten Sigi semakin memberikan gambaran yang jelas tentang risiko bencana kegempaan di Kabupaten Sigi. 1.7.4. Kawasan Rawan Bencana Sosial Kabupaten Sigi yang didiami berbagai rumpun suku Kaili merupakan potensi bagi pengembangan wilayah, namun sekaligus juga merupakan potensi konflik atau bencana sosial apabila tidak diantisipasi secara dini. Konflik-konflik sosial baik atas konflik SARA atau konflik komunal seperti konflik tapal batas dan lainnya rawan terjadi di sejumlah wilayah Kecamatan di kabupaten Sigi yakni Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Palolo, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan dan Kecamatan Lindu. 2. Kondisi Sosial Ekonomi Perkembangan ekonomi secara nasional dan regional selalu mengalami perubahan sebagai akibat terjadinya peningkatan baik aspek ekonomi, teknologi serta kemampuan Sumber Daya Manusia sebagai salah satu faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya disajikan dalam beberapa ukuran antara lain: 2.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat menjelaskan kemajuan atau perkembangan ekonomi dari suatu wilayah atau daerah.Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sigi bila dilihat dari angka-angka PDRB terus mengalami peningkatan dari Tahun 2010-2015. Hal ini dapat dilihat dari Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) baik berdasarkan ADH Konstan maupun ADH Berlaku. Sampai dengan 2014 PDRB ADH Konstan mencapai Rp. 2.138.854 dan diperkirakan di tahun 2015 mencapai Rp.2.278.606,- serta PDRB ADH Berlaku mencapai Rp. 5.236.174,- di tahun 2014 dan di tahun 2015 diperkirakan mencapai Rp. 5.735.557,-. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi selama periode tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 34. 23 Tabel 9. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2015 (Persen) Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan:*)datasementara **)datasangatsementara ***)data proyeksi Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sigi Tahun 2010-2015 mencapai 6,53 persen. Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sigi masih berada diatas rata-rata pertumbuhan Nasional. Artinya masih cukup tinggi, stabil khususnya pada beberapa tahun belakangan ini. 2.1.1. Pertumbuhan PDRB Per Sektor Pada Tahun 2014 Atas Dasar Harga Konstan sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif dengan pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor konstruksi yaitu sebesar 11,29 persen, disusul sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yaitu sebesar 11,28 persen. Sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah Tahun 2014 adalah sektor jasa keuangan dan asuransi yakni sebesar 4,00 persen. Di tahun 2015, pertumbukan sektor konstruksi mencapai 21,93 persen, disusul oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mencapai 20,91 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian mencapai 20,06 persen. Pertumbuhan PDRB ADH Berlaku Kabupaten Sigi di tahun 2015 menurut lapangan usaha dilihat dari kontribusi sektoral yakni pertumbuhan tertinggi terjadi pada konstruksi mencapai 43,39 persen dan pertambangan dan penggalian sebesar 42,53 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada pengandaan listrik dan gas sebesar 12,79 persen. Lebih jelas pertumbuhan PDRB berdasarkan kontribusi sektoral baik ADH Konstan maupun ADH Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 35. 24 Tabel 10. Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk 2010) Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan: *)data sementara **)data sangat sementara ***)data proyeksi 2.1.2. Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan Berdasarkan nilai dan Kontribusi dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADH Konstan) tahun 2010-2015 di Kabupaten Sigi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menjadi sektor dominan yakni sebesar Rp.2.495.869,- atau 47,80 persen, kemudian sektor terendah adalah sektor pengadaan listrik dan gas sebesar Rp.554,- atau 0,01 persen. Kontribusi dan Nilai PDRB ADH Berlaku juga didominasi sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp.3.138.706,- atau 45,62 persen, demikian juga sektor terendah adalah sektor listrik dan gas sebesar Rp.502,- atau 0,01%. Kondisi ini dimungkinkan sudah semakin baiknya fondasi ekonomi Kabupaten Sigi yakni pertumbuhan ekonomi pada sektor- sektor lain selain sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan mulai mengalami pertumbuhan. Secara lengkap nilai dan kontribusi PDRB ADH Konstan dan ADH Berlaku sebagai berikut:
  • 36. 25 Tabel 11. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga Konstan (ADH Konstan 2010) Kabupaten Sigi Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan: *)data sementara **)data sangat sementara ***) proyeksi
  • 37. 26 Tabel 12. Nilai Sektor Ekonomi dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (ADH Berlaku 2010) Kabupaten Sigi Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan: *)data sementara **)data sangat sementara ***)data proyeksi Tabel 13. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK 2010) Kabupaten Sigi Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan: *)data sementara **)data sangat sementara ***)data proyeksi 2.1.3. PDRB Per Kapita PDRB perkapita merupakan besaran nilai tambah yang dapat diciptakan oleh masing- masing penduduk akibat adanya aktifitas produksi. Angka PDRB perkapita dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan rakyat walaupun tidak dapat langsung
  • 38. 27 menggambarkan kesejahteraan/kemakmuran suatu kelompok masyarakat/penduduk. Naiknya aktifitas ekonomi riil yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh terhadap PDRB per kapita Kabupaten Sigi. PDRB perkapita Kabupaten Sigi yang dihitung Atas Dasar Harga Konstan 2010 meningkat dari Rp.6.971.124,- di tahun 2010 menjadi Rp.9.271.867,- di tahun 2015. Tabel 14. PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Periode 2010–2015 Kabupaten Sigi dan PDRB Perkapita ADH Konstan Tahun 2010 Provinsi dan Nasional PDRB TAHUN DATA PUBLIKASI 2010 2011 2012 2013 2014**) 2015***) ADH KONSTAN (Rp) 6.971.124 7.382.911 7.913.938 8.385.677 8.828.772 9.271.867 PERTUMBUHAN (%) 5,87 5,91 7,19 5,96 5,28 5,02 PDRB TAHUN DATA PUBLIKASI 2010 2011 2012 2013 2014 Propinsi Sulawesi Tengah ADH KONSTAN (Rp) 19,558.53 21,105.70 22,724.47 24,481.12 25,316.32 PERTUMBUHAN (%) 7.91 7.67 7.73 3.41 Nasional ADH KONSTAN (Rp) 28,778.17 30,112.37 31,519.93 32,874.76 34,127.72 PERTUMBUHAN (%) 4.64 4.67 4.30 3.81 Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, Statistik Daerah Sulawesi Tengah, dan Statistik Indonesia 2015, diolah kembali Keterangan:*)datasementara **)datasangatsementara ***)dataProyeksi Gambar 2. Perbandingan PDRB Perkapita ADH Konstan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulteng dan Nasional Tahun 2010-2014
  • 39. 28 2.2. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan publikasi BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2015, Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Sigi dari tahun 2010-2014 terus mengalami kenaikan dari 215.030jiwa pada tahun 2010, 219.004jiwa tahun 2011, 220.061jiwa pada tahun 2012, 224.214jiwa pada tahun 2013 dan 226.876jiwa pada tahun 2014 serta 229.939 jiwa di tahun 2015. Dengan kata lain, rata-rata pertumbuhan penduduk dari tahun 2010-2014 mencapai 1,35 persen. Penduduk pada tahun 2014 memiliki komposisi penduduk laki-laki sebanyak 116.502jiwa atau 51,35 persen, penduduk perempuan sebanyak 110.374jiwa atau 48,65 persen. Di tahun 2015, diperkirakan penduduk Kabupaten Sigi mencapai 118.075 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 111.864 jiwa berjenis kelamin perempuan. Data jumlah penduduk di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2010-2015 Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2011-2015, diolah kembali Keterangan : *) data proyeksi 2.2.1. Kepadatan penduduk Terjadinya kenaikan jumlah pendudukan berpengaruh terhadap kepadatan penduduk Kabupaten Sigi dari tahun 2010–2015, dengan tingkat kepadatan antar Kecamatan yang tidak merata. Peningkatan Kepadatan inidari tahun 2014 mencapai 44jiwa/Km2dengan kepadatan tertinggi di kecamatan Dolo sebesar 603 jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di kecamatan Pipikoro dan Kecamatan Lindu, dengan kepadatan masing-masing sebesar 9 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk ini diperkirakan tidak mengalami perubahan pada tahun 2015. Data selengkapnya mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten Sigi disajikan pada Tabel sebagai berikut:
  • 40. 29 Tabel 16, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sigi Tahun 2010-2015 Keterangan: JP = Jumlah Penduduk; KP = Kepadatan Penduduk Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka Tahun 2011-2015, diolah kembali Keterangan : *) data proyeksi 2.2.2. Komposisi Umur Penduduk Komposisi penduduk menurut umur di Kabupaten Sigi tahun 2014 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga (43,24persen) penduduk masih berusia di bawah 15 tahun.Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sigi masih tergolong penduduk muda. Di tahun 2015, komposisi penduduk usia di bawah 15 tahun mencapai 38,09 persen. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif dengan penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan pada tahun 2014 dan 2015 yaitu sebesar 49,94 poin,artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) menanggung sebanyak 50 orang penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Komposisi penduduk menurut umur dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 17. Rasio Ketergantungan Menurut kelompok Umur Tahun 2010 – 2015 Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan:*) data proyeksi
  • 41. 30 Tabel 18. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015 Sumber: BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan: *) data proyeksi 2.3. Fokus Kesejahteraan Sosial 2.3.1. Angka Melek Huruf Pembangunan pendidikan salah satunya adalah mengukur angka buta huruf atau angka melek huruf. Pada tahun 2013 angka melek huruf mencapai 96,59persen dengan kata lain jumlah buta huruf mencapai 3,41 persen. Pada tahun 2014 angka melek huruf terus mengalami peningkatan hingga 96,62persen atau angka buta huruf menurun hingga 3,38 persen di tahun 2014 dan 2015. Tabel 19. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2010 s.d 2015 Kabupaten Sigi Sumber : BPS, Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011-2015, diolah kembali Keterangan:*)dataProyeksi 2.3.2. Angka Rata-rata Lama Sekolah Pembangunan Pendidikan sebagai salah satu kunci dari pembangunan manusia telah memberi hasil yang memuaskan. Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan di Kabupaten Sigi telah berhasil meningkatkan pemerataan pada fasilitas
  • 42. 31 pendidikan sehingga makin banyak penduduk yang dapat bersekolah dan berdampak pada meningkatnya kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis. Rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling) merupakan salah satu subkomponen yang mempengaruhi penilaian pembangunan manusia. Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Sigi. Pada indikator ini terlihat rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Sigi pada keadaan tahun 2010, 2011 dan 2013 adalah 8,07 tahun dan meningkat menjadi 8,11 tahun pada tahun 2014.Angka ini diatas rata-rata lama sekolah Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar 7,82 tahun pada tahun 2013 dan 7,89 tahun pada tahun 2014. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sigi masuk kategori tinggi. Tabel 20. Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Sigi Tahun 2010 – 2015 Kabupaten/ Propinsi/Nasional Indikator Angka Melek Huruf (%) Rata-Rata Lama Sekolah 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sigi 96.4 96.55 96.56 96.59 7.49 7.68 7.87 8.07 8.11 8.27 Sulawesi Tengah 98.08 96.12 96.16 96.22 7.65 7.69 7.73 7.82 7.89 7.95 Nasional 92.9 92.8 93.1 93.9 Sumber : BPS SultengIPM 2011-2015, diolah kembali Keterangan : *) data proyeksi Gambar 3. Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Sigi, Provinsi, Dan Nasional Tahun 2010 – 2013 2.3.3. Indikator Angka Harapan Hidup Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa, karena aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan. Kondisi kesehatan penduduk tersebut dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sisi derajat kesehatannya dan dari sisi status kesehatannya. Derajat kesehatan penduduk dapat diukur melalui Angka Harapan Hidup (Life Expectancy at Birth), yang merupakan indikator penting dalam penghitungan IPM.
  • 43. 32 Tabel 21. Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010 s.d 2015 No Tahun Angka Harapan Hidup Nasional Propinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Sigi 1 2010 69.80 66.07 68.53 2 2011 70.00 66.39 68.58 3 2012 70.20 66.7 68.62 4 2013 70.40 67.02 68.65 5 2014 70.60 67.18 68.66 6 2015* 67.46 68.69 Sumber : BPS Sulteng 2011-2015, Statistik Nasional 2015 diolah kembali Keterangan : *) data proyeksi Gambar 4. Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun 2010 s.d 2015 3. Risiko Bencana 3.1. Potensi Bencana Peristiwa kebencanaan merupakan kejadian-kejadian bencana yang pernah terjadi pada suatu wilayah yang menimbulkan dampak yang signifikan. Kejadian bencana tersebut tercatat pada Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kejadian bencana yang pernah terjadi tersebut berkemungkinan dapat terjadi lagi di daerah rawan. Berdasarkan DIBI, catatan kejadian bencana Kabupaten Sigi dimulai dari tahun 2010 sampai tahun 2019 telah mengalami 10 kali kejadian bencana. Kejadian tersebut disebabkan oleh 4 (empat) jenis bencana, yaitu banjir, cuaca ekstrim, banjir bandang, dan tanah longsor. Adapun catatan kejadian bencana di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel berikut memperlihatkan bahwa bencana banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten Sigi yaitu 15 (lima belas) kali kejadian dengan dampak yang ditimbulkan yaitu 10 (sepuluh) korban jiwa, 28 orang luka-luka, 5.039 orang mengungsi, 235 unit rumah rusak berat, 122 unit rumah rusak ringan, dan 1.011 unit rumah terendam.
  • 44. 33 Berdasarkan DIBI terdapat beberapa jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Sigi, yaitu bencana banjir, cuaca ekstrim, banjir bandang, dan tanah longsor. Selain 4 (empat) jenis bencana tersebut, Kabupaten Sigi masih menyimpan potensi bencana lainnya. Sementara itu, dilihat dari hasil pengkajian risiko bencana, ada beberapa tambahan potensi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi di Kabupaten Sigi. Adapun seluruh potensi bencana yang telah disepakati dengan daerah di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut. Potensi Bencana Kabupaten Sigi 1. Banjir 5. Kekeringan 2. Banjir Bandang 6. Gempa Bumi 3. Cuaca Ekstrim 7. Kebakaran Hutan dan Lahan 4. Tanah Longsor 8. Likuifaksi Tingkat bahaya untuk setiap potensi bencana di Kabupaten Sigi diperoleh dari penentuan kelas bahaya maksimal dari setiap kecamatan terdampak. Untuk melihat tingkatan bahaya setiap jenis potensi bencana dapat lebih jelas terlihat pada peta bahaya Kabupaten Sigi. Adapun rekapitulasi tingkat bahaya seluruh potensi bencana di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22. Tingkat Bahaya di Kabupaten Sigi Jenis Bahaya Tingkat Bahaya 1. Banjir Rendah 2. Banjir Bandang Tinggi 3. Cuaca Ekstrim Tinggi 4. Gempa Bumi Tinggi 5. Kebakaran Lahan dan Hutan Tinggi 6. Kekeringan Sedang 7. Tanah Longsor Tinggi Sumber: Kajian Risiko Bencana Kabupaten Sigi 2017-2021 Tingkat bahaya Kabupaten Sigi ditentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal di seluruh wilayah setiap bencana. Tingkat bahaya rendah pada banjir, tingkat bahaya sedang terdapat pada kekeringan, dan tingkat bahaya tinggi pada banjir bandang, cuaca ekstrim, gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, dan tanah longsor. 3.2. Tingkat Risiko Tingkat risiko bencana merupakan gabungan dari tingkat bahaya, tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas yang telah dihasilkan sebelumnya. Hasil rangkuman dalam menghasilkan tingkat risiko untuk potensi bencana di Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 23. Tingkat Risiko di Kabupaten Sigi Jenis Bahaya Tingkat Bahaya Tingakat Kerentanan Tingkat Kapasitas Tingkat Risiko 1. Banjir Rendah Tinggi Rendah Tinggi 2. Banjir Bandang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi 3. Cuaca Ekstrim Tinggi Tinggi Rendah Tinggi 4. Gempa Bumi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
  • 45. 34 Jenis Bahaya Tingkat Bahaya Tingakat Kerentanan Tingkat Kapasitas Tingkat Risiko 5. Kebakaran Lahan dan Hutan Tinggi Sedang Rendah Tinggi 6. Kekeringan Sedang Sedang Rendah Tinggi 7. Tanah Longsor Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Berdasarkan tabel tersebut, tingkat risiko tinggi berpotensi terhadap bencana banjir bandang, cuaca ekstrim, gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan tanah longsor. Tingginya potensi risiko tersebut memperlihatkan dibutuhkannya berbagai upaya penanggulangan bencana di Kabupaten Sigi untuk meminimalkan risiko bencana dan menghilangkan potensi bencana di Kabupaten Sigi. 3.3. Prioritas Penilaian Dalam Workshop Preliminary, disepakati beberapa bencana prioritas sebagai berikut: Risiko bencana paling parah: 1. Gempa bumi 2. Likuifaksi 3. Banjir Bandang Risiko bencana paling mungkin: 1. Banjir 2. Tanah longsor
  • 46. 35 BAB III Hasil Penilaian 1. Penilaian Pendahuluan 1.1. Skor Penilaian Hasil penilaian Pendahuluan Kabupaten Sigi diperoleh skor 94 dari skor tertinggi 141. Skor keseluruhan disajikan dalam diagram berikut: 1.2. Penjelasan dan Analisis 1.2.1. Langkah Mendasar 1. Pengorganisasian untuk Ketangguhan Bencana Kabupaten Sigi telah memasukkan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Sigi. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (PRJPD) Kabupaten Sigi 2005-2025, termuat visi Kabupaten Sigi adalah “Pertanian berbasis konservasi sumberdaya alam dan berbudaya”. Visi jangka panjang ini dijabarkan dalam 12 misi di mana salahsatunya sasaran pembangunan adalah pelaksanaan kesiapsiagaan dini, pengembangan sistem kesiapsiagaan bencana, dan pemetaan daerah rawan bencana alam maupun sosial. Arah kebijakan tersebut diturunkan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (PRJMD) 2016-2021, yaitu “Pertanian Berbasis Konservasi Sumberdaya Alam Dan Berbudaya” dengan 5 misi. Dalam misi ke-5 dinyatakan bahwa pembangunan Kabupaten Sigi harus mempertimbangkan pengurangan tingkat degradasi hutan dan lahan, deforestasi dan penambangan liar, serta mengurangi risiko bencana dengan merujuk pada rencana tata ruang. Program-program strategis dan penganggaran untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan ketangguhan tidak saja menjadi urusan BPBD saja, melainkan dinas-dinas/organisasi perangkat daerah lainnya. BPBD Kabupaten Sigi telah terbentuk sejak tahun 2012 melalui Perda No 4 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPBD Kabupaten Sigi sebagai entitas daerah yang memiliki tugas dan fungsi utama penyelenggaraan penanggulangan bencana. Kabupaten Sigi juga telah menerapkan aturan pengajuan Izin Mendirikan Bangunan/Perumahan (IMB) yang tertuang pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Izin Mendirikan Bangunan, yang diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang
  • 47. 36 Bangunan Gedung. Pada bidang pertanian tersedia peta ketahanan dan kerentanan pangan tahun 2020 (Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan). No Parameter Nilai LM 1 Pengorganisasian untuk Ketangguhan Bencana P1.1 Penyusunan Perencanaan P1.1 Apakah rencana induk kota (atau strategi/rencana yang relevan) memasukkan dan menerapkan pendekatan pengurangan risiko bencana sejalan dengan Kerangka Kerja Sendai? 3 P1.2 Adakah mekanisme multi agensi/sektoral dengan otoritas dan sumber daya yang tepat untuk menangani pengurangan risiko bencana? 3 P1.3 Apakah ketangguhan terintegrasi secara tepat dengan fungsi/portofolio kota utama lainnya? (Misalnya, perencanaan, keberlanjutan, persetujuan investasi, keuangan dan kepatuhan, keterlibatan masyarakat, manajemen kondisi darurat, kepatuhan terhadap kode, manajemen infrastruktur, komunikasi, dll.) 3 1.2.2. Langkah Mendasar 2, Identifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko saat ini dan Mendatang Potensi risiko bencana telah diidentifikasi di Kabupaten Sigi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dokumen Kajian Risiko Bencana periode 2017-2021 yang mengidentifikasi 7 (tujuh) ancaman dan risiko bencana, yaitu banjir, banjir bandang, cuaca ekstrim, gempabumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan tanah longsor. Pada saat penilaian ini dilakukan, dokumen KRB dalam proses pembaharuan untuk periode 2020-2025. Pembaharuan dokumen KRB didasari risiko yang meningkat dan potensi bahaya, yaitu kejadian gempabumi - likuifaksi 2018 dan kejadian banjir bandang. Meski demikian, Kabupaten Sigi belum memiliki mekanisme/forum berbagi pengetahuan untuk dapat melindungi infrastruktur penting daerah.
  • 48. 37 No Parameter Nilai LM 2 Identifikasi, Memahami dan Menggunakan Skenario Risiko saat ini dan Mendatang P2.1 Apakah kota memiliki pengetahuan tentang ancaman utama yang dihadapi kota, dan kemungkinan terjadinya kejadian tersebut? 3 P2.2 Adakah pemahaman bersama tentang risiko antara kota dan berbagai penyedia utilitas dan badan regional dan nasional lainnya yang memiliki peran dalam mengelola infrastruktur penting seperti listrik, air, jalan dan kereta api, dari titik stres pada sistem dan skala risiko kota? 1 P2.3 Apakah ada skenario yang disepakati yang mengatasi keterpaparan dan kerentanan kota dari setiap ancaman, atau kelompok ancaman (lihat di atas)? 3 P2.4 Apakah ada pemahaman kolektif tentang rantai kegagalan yang berpotensi terjadi antara sistem kota dan infrastruktur yang berbeda, dalam skenario yang berbeda? 3 P2.5 Apakah ada peta ancaman yang jelas dan data risiko? Apakah ini diperbarui secara teratur? 3 1.2.3. Langkah Mendasar 3. Memperkuat Kemampuan Keuangan untuk Ketangguhan Bencana Pendanaan atau anggaran penanggulangan bencana telah disediakan APBD Kabupaten Sigi. Dana kontinjensi dalam pemerintahan disediakan dengan nomenklatur dana tak terduga (DTT) untuk penanganan darurat. Pada penanganan darurat gempa bumi 2018, pendanaan bersumber dari DSP dan kontribusi dari swasta serta lembaga kemanusiaan/organisasi masyarakat. Sedangkan pembiayaan pemulihan pasca bencana bersumber dari APBN, APBD, dan lembaga kemanusiaan/organisasi keagamaan. Dalam RPJMD tertuang dengan jelas bahwa, selain anggaran program rutin BPBD, pos belanja daerah yang mendukung pengembangan ketangguhan daerah juga menjadi program prioritas OPD-OPD lainnya. Strategi perlindungan aset daerah melalui pemindahan/pengalihan risiko (risk transfer) belum dapat dilakukan, baik aset infrastruktur daerah, aset pemerintah penting lainnya, maupun aset dalam sektor swasta maupun rumahtangga. Meski demikian, pemerintah Kabupaten Sigi telah mendorong upaya perlindungan aset masyarakat melalui mekanisme asuransi. Dinas Pertanian mendorong masyarakat petani untuk mengasuransikan aset usahanya, yaitu asuransi usaha tani padi dan komoditi ternak melalui Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo). Sedangkan insentif pada lembaga usaha atas upaya peran dalam pembangunan ketangguhan daerah atau pun meningkatkan investasi daerah belum dikembangkan di Kabupaten Sigi.
  • 49. 38 No Parameter Nilai LM 3 Memperkuat Kemampuan Keuangan untuk Ketangguhan Bencana P3.1 Kota/badan-badan yang memimpin memahami semua sumber pendanaan, dan "dividen ketahanan", terhubung dengan baik, memahami semua rute yang ada untuk menarik dana dari luar dan secara aktif mengejar dana untuk investasi ketahanan utama. 3 P3.2 Apakah kota memiliki anggaran 'yang terlindungi' dan spesifik, pengaturan sumber daya dan dana darurat yang diperlukan untuk pengurangan risiko bencana lokal (mitigasi, pencegahan, tanggapan dan pemulihan)? 3 P3.3 Tingkat asuransi seperti apa yang ada di kota, di semua sektor-bisnis dan masyarkat? 2 P3.4 Insentif apa yang ada untuk berbagai sektor dan segmen bisnis dan masyarakat untuk mendukung pembangunan ketangguhan? 2 1.2.4. Langkah Mendasar 4 Pada Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) telah ada zonasi rawan bencana gempa bumi, liquifaksi, gerakan tanah, dan banjir. Zona rawan disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA dan Kemenrian ATR-BPN. Meskipun belum mempertimbangkan dokumen Kajian Risiko Bencana yang dalam proses pembaharuan. Selain pada RTRW, dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) juga telah mamasukkan parameter risiko bencana. Rancangan kota pada Rancangan Perda RTRW telah mempertimbangkan risiko bencana. beberapa ketentuan sebagai berikut: a) Peta zona / kawasan rawan bencana kawasan rawan bencana tinggi gempa bumi, kegiatan konstruksi bangunan agar memperhatikan standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung SNI-1726-2012, syarat menggunakan struktur bangunan yang sifatnya kaku, tahan beban gempa, dan pergerakan seismik. b) Pada kawasan rawan bencana likuifaksi tinggi, pembangunan infrastruktur mengikuti ketentuan sebagai berikut:  konstruksi bangunan ringan dan pondasi lentur; dan  dalam satu bangunan tidak diperbolehkan menggunakan beberapa jenis rancangan fondasi. c) Berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan permukiman perkotaan, kegiatan yang diperbolehkan, terdiri dari:  ruang terbuka hijau;  fasilitas ekonomi berupa perdagangan jasa yang merupakan bagian dari permukiman;  bangunan sistem mitigasi bencana atau sistem peringatan dini (early warning system) termasuk jalur evakuasi bencana;  konstruksi gedung tempat tinggal dan non tempat tinggal;  konstruksi jalan dan jembatan;  pengadaan dan penyediaan air bersih;  konstruksi bangunan pengolahan, penyaluran, dan penampungan air minum;  konstruksi dan instalasi telekomunikasi;  kegiatan wisata beserta bangunan sarana kepariwisataan; dan  penampungan sementara korban bencana alam
  • 50. 39 Penerapan aturan kawasan selama ini diterapkan pada persyaratan pengajuan Ijin Mendirikan Bangunan. Pemberian ijin berdasarkan kesesuaian lokasi bangunan yang diverivikasi oleh Tim Verifikasi dokumen IMB yang ditetapkan oleh Bupati. Rekomendasi kesesuaian zonasi berasal dari Dinas Pekerjaan Umum, rekomendasi dari DLH diantaranya terkait dengan rencana pengelolaan limbah dan pengelolaan lingkungan. Jika mendirikan bangunan pada zona rawan bencana maka tidak mendapat rekomendasi. Selanjutnya, Kantor Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dapat memberikan ijin jika PU dan DLH telah memberikan persetujuan dan rekomendasi. No Parameter Nilai LM 4 Pembangunan dan Rancangan Kota yang Tangguh Bencana P4.1 Apakah Pemerintah Daerah telah melakukan pembagian Zona berdasar pada kajian risiko yang mempertimbangkan kegiatan ekonomi, produksi pertanian dan kepadatan penduduk? 3 P4.2 Apakah desain dan pengembangan wilayah perkotaan baru telah turut membangun ketangguhan daerah? 3 P4.3 Apakah daerah telah memiliki peraturan tentang bangunan dan gedung (contoh IMB)? Apakah peraturan tersebut telah mengadopsi kajian risiko dan diperbarui secara berkala? 3 P4.4 Apakah penerapan zonasi untuk peraturan standar bangunan telah diberlakukan secara luas? Ditegakkan dan terverifikasi? 2 1.2.5. Langkah Mendasar 5 Kabupaten Sigi telah memiliki peraturan daerah untuk melindungi ekosistem dan jasa lingkungan yaitu Perda. Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Imbal Jasa Lingkungan Hidup dan Perda. Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kabupaten Sigi juga tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari yang beranggotakan sekitar 10 Kabupaten yang memiliki kawasan konservasi, forum ini mendorong insentif pada kabupaten yang melindungi kawasan konservasi. Kabupaten Sigi telah menerapkan infrastruktur hijau dengan adanya kebijakan dan program Konservasi diantaranya dan reboisasi di sempadan sungai, penanaman 5000 pohon tiap desa, program adiwiyata. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan membentuk kelompok-kelompok tani pangan lestari dengan model pertanian hidroponik, pertanian organik di sekitar pemukiman. Meskipun untuk infrastruktur biru belum diterapkan.
  • 51. 40 Perlindungan ekosistem dan jasa lingkungan, pemanfaatan, dan sharing sumber daya tertuang pada Perda Jasa Lingkungan, namun belum diimplementasikan pada kerjasama antar kabupaten. No Parameter Nilai LM 5 Kawasan Penyangga dan Jasa-jasa Ekosistem P5.1 Apakah daerah memahami nilai dari aset sumber daya alam dan ekosistem yang berada di wilayahnya? Termasuk kontribusi jasa-jasa ekosistem tersebut? 3 P5.2 Apakah telah ada kebijakan yang mempromosikan integrasi infrastruktur hijau dan biru dalam pembangunan perkotaaan? 3 P5.3 Apakah pemerintah menyadari pentingnya kesehatan ekosistem dan perlindungan lingkungan? Apakah sudah dilakukan upaya perlindungan ekosistem dan lingkungan lintas batas? 2 1.2.6. Langkah Mendasar 6 Peningkatan keterampilan relawan dan petugas telah dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan Tim Reaksi Cepat, pelatihan penanggulangan bencana pada Taruna Siaga Bencana, dan simulasi penanganan bencana gempa bumi tingkat tingkat Provinsi. Penyebarluasan informasi risiko dan pendidikan pengelolaan risiko bencana pada masyarakat dilaksanakan untuk beberapa desa dalam kegiatan Desa Tangguh Bencana dan Kampung Siaga Bencana. Namun progam peningkatan kesadaran masyarakat tersebut belum dilaksanakan pada seluruh desa di kawasan risiko tinggi.
  • 52. 41 No Parameter Nilai LM 6 Penguatan Kapasitas Kelembagaan/ Institusi untuk Ketangguhan Bencana P6.1 Apakah daerah telah memiliki akses pada seluruh pengalaman dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merespon skenario bencana dan mengurangi risiko? 0 P6.2 Apakah daerah telah memiliki kampanye pendidikan bencana dan penyebarluasan informasi yang terkoordinasi? Serta memiliki mekanisme penyebaran informasi bencana yang dapat menjangkau masyarakat melalui berbagai media? 2 P6.3 Sampai sejauh mana kota telah memiliki mekanisme bagi guna informasi dan data bencana untuk membangun ketangguhan? 2 P6.4 Apakah pelatihan dan peningkatan kapasitas yang tersedia telah mencakup isu kajian risiko dan ketangguhan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha, LSM dan warga? 2 P6.5 Apakah materi pelatihan tersedia dalam bahasa yang dipahami oleh mayoritas penduduk? 3 P6.6 Apakah kota berperan aktif untuk bekerjasama dan bertukar pengetahuan dengan daerah lain yang memiliki risiko sama? 2 1.2.7. Langkah Mendasar 7 Organisasi akar rumput yang terbentuk untuk mengelola risiko bencana di desa yaitu Forum PRB Desa, organisasi tersebut merupakan salah satu hasil keluaran kegiatan Desa Tangguh Bencana. Melalui Forum PRB desa dan Kepala Desa informasi kebencanaan disebarluaskan melalui media papan informasi, baliho, dan media sosial. No Parameter Nilai LM 7 Pemahaman dan Peningkatan Kapasitas Sosial untuk Ketangguhan P7.1 Apakah organisasi akar rumput atau masyarakat yang berpartisipasi dalam perencanaan pra-kejadian dan respon pasca-kejadian untuk setiap lingkungan di kota? 3 P7.2 Adakah program peningkatan kapasitas untuk penduduk yang paling rentan dan membutuhkan di kota secara berkala? 3 P7.3 Berapa proporsi bisnis yang memiliki rencana kesinambungan bisnis terdokumentasi yang telah ditinjau dalam 18 bulan terakhir? 2 P7.4 Apakah ketangguhan infratruktur pelindung menjadi prioritas daerah? Apakah daerah memiliki dan mengimplementasikan strategi dan perencananya? 3 1.2.8. Langkah Mendasar 8 Ketangguhan semua infrastruktur pelindung dari bencana belum menjadi prioritas utama, Kabupaten Sigi belum memiliki rencana dan strategi ketangguhan pada semua infrastruktur pelindung. Infrastruktur pelindung dari banjir yang telah terbangun ialah Bendungan dan
  • 53. 42 irigasi di Bombasa, bendungan tersebut dibangun pasca gempa bumi 2018 dengan konstruksi telah mempertimbangkan risiko gempa bumi. Pada kejadian bencana gempabumi dan likuifaksi 2018 layanan listrik dan air terhenti lama, layanan listrik terhenti lebih dari 14 hari. Artinya, kerusakan jaringan listrik menyebabkan kehilangan layanan yang signifikan. Demikian pula pada akses transportasi terhenti selama 2 minggu. Layanan pendidikan terhenti sekitar 2 minggu karena sekolah mengalami kerusakan parah, terutama di Kecamatan Sigi Biromaru, Kec.Kulawi, Kec. Tanambulava. Namun demikian, layanan kesehatan tetap berjalan meski layanan pada fasilitas kesehatan (Rumah sakit, puskesmas, klinik) sangat terbatas atau belum dapat melayani seluruh korban luka berat. BPBD telah memiliki beberapa alat / aset reaksi cepat, diantaranya ambulan, persediaan obat dan makanan darurat, generator cadangan, tangki air. Namun kesenjangan untuk memenuhi kebutuhan masih signifikan. Kekurangan aset lain dicukupi dari dinas lain seperti DLH, TNI, Polres yang memiliki truk, ekskavator. No Parameter Nilai LM 8 Peningkatan Ketangguhan Infrastruktur P8.1 Apakah infrastruktur pelindung telah didesain dan dibangun berdasarkan kajian risiko? 1 P8.2 Apakah risiko hilangnya hari layanan Energi Listrik. Air dan Sanitasi telah sesuai dengan skenario bencana? 1 P8.3 Apakah risiko hilangnya hari layanan Energi - Gas telah sesuai dengan skenario bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah pipa transportasi gas masih dapat berfungsi? 0 P8.4 Apakah risiko hilangnya hari layanan transportasi telah sesuai dengan skenario bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah transportasi masih dapat berfungsi? 0 P8.5 Apakah risiko hilangnya hari layanan komunikasi telah sesuai dengan skenario bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah komunikasi masih dapat berfungsi? 1 P8.6 Apakah risiko hilangnya hari layanan kesehatan telah sesuai dengan skenario bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah layanan kesehatan masih dapat berfungsi/berlangsung? 2 P8.7 Apakah risiko hilangnya hari layanan Pendidikan telah sesuai dengan skenario bencana? Apabila terjadi kegagalan apakah pendidikan masih dapat berfungsi/berlangsung? 2 P8.8 Apakah telah tersedia tim reaksi cepat di daerah? Apakah mendapatkan dukungan dari TNI dan polisi? 0 P8.9 Apakah kota memiliki rencana atau prosedur operasi standar untuk bertindak 1