Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah melalui tiga langkah utama yaitu memastikan fasilitas sekolah yang aman, menerapkan manajemen bencana di sekolah, serta memperkenalkan pendidikan pengurangan risiko bencana ke kurikulum sekolah. Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah dan standar internasional tentang perlindungan anak dan penanggulangan bencana.
Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association Untuk Consortium Disaster Education Indonesia: Advokasi Sekolah Aman. WS Pembelajaran PLAN Program Sekolah Aman, Yogyakarta, 2014
Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association Untuk Consortium Disaster Education Indonesia: Advokasi Sekolah Aman. WS Pembelajaran PLAN Program Sekolah Aman, Yogyakarta, 2014
Bahan Ajar ini disusun sebagai pedoman untuk mahasiswa dalam proses belajar dan sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk referensi dalam meningkatkan pengetahuan dan skill. Buku Ajar ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi mahasiswa dalam pencapaian kompetensi demi menyelesaikan mata ajar keperawatan Bencana
Bahan Ajar ini disusun sebagai pedoman untuk mahasiswa dalam proses belajar dan sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk referensi dalam meningkatkan pengetahuan dan skill. Buku Ajar ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi mahasiswa dalam pencapaian kompetensi demi menyelesaikan mata ajar keperawatan Bencana
Presentasi Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta. Dalam diskusi persiapan pembentukan forum PRB-API DKI Jakarta.
Presentation by Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for Science Teacher or Education, an Indonesia Experiences - NOSTRE Phillippine 2014, Iloilo City
More from Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar) (15)
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Kesiapsiagaan Gunungapi
1. Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana di
Sekolah
Praktik Pendidikan Untuk Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Gunung Api
NINIL JANNAH/ PERKUMPULAN LINGKAR 2014
2. PRB Membangun Ketangguhan
• kapasitas untuk menyerap tekanan atau
kekuatan-kekuatan yang menghancurkan,
melalui perlawanan atau adaptasi
• kapasitas untuk mengelola, atau
mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-struktur
dasar tertentu, selama kejadian-kejadian
yang mendatangkan malapetaka
• kapasitas untuk memulihkan diri atau
melenting balik setelah suatu kejadian
3. Landasan Internasional
Hyogo Framework for Action pada Prioritas Aksi-3
• Dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko
bencana dalam bagian yang relevan dalam
kurikulum sekolah di semua tingkat dan
menggunakan jalur formal dan informal lainnya
untuk menjangkau pemuda dan anak-anak
• Integrasi pengurangan risiko bencana sebagai
suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari
PBB
4. UU No. 20 Tahun 2003
• Dalam Undang-Undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 2 -
pendidikan layanan khusus
• yakni pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat
yang terpencil, dan/atau mengalami bencana
alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
segi ekonomi
5. UU No.24 Tahun 2007
Dalam Undan-Undang tentang Penanggulangan
Bencana
• Pasal 26 (1) Setiap orang berhak:
b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan
ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana
• Pasal 36 Penyelenggaraan penanggulangan bencana
dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi:
...pendidikan dan pelatihan...
6. • Pasal 37
Pengurangan resiko bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 huruf b dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang
tidak terjadi bencana
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: c.
pengembangan budaya sadar bencana
• Pasal 47
(1) Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat
yang berada pada kawasan rawan bencana
(2) Kegiatan mitigasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui: c. penyelenggaraan pendidikan,
penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional
maupun modern
7. PP No.21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
• Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana meliputi:
a. perencanaan penanggulangan bencana
b. pengurangan risiko bencana
c. pencegahan
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan
e. persyaratan analisis risiko bencana
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
g. pendidikan dan pelatihan
h. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
8. UU No. 23 Tahun 2002
Undang-Undang Perlindungan Anak
• Pasal 62 poin a
Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan,
sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan
berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan.
• Pasal 78
Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan
anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi,........., padahal anak
tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
9. UU No.32 Tahun 2009
Undang-Undang Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 65
• Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia
• Pasal 65 ayat (2) dinyatakan bahwa: Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan
akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
Pasal 66
• Setiap orang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat, tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara
perdata.
Pasal 67
• Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan
hidup.
10. SE Mendiknas No. 70a/MPN/SE/2010
Surat Edaran Mendiknas tentang Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah
1. Ditujukan kepada para kepala daerah, Dinas Pendidikan,
dan BPBD di daerah
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu
dilakukan di sekolah melalui pelaksanaan strategi
pengarusutamaan PRB di Sekolah
3. Pelaksanaan strategi pengarusutamaam PRB di sekolah
dilakukan baik secara struktural maupun non-struktural
guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan
terhadap bencana di sekolah melalui:
a) Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas sekolah
b) PengintegrasianPRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal, baik intra
maupun ekstrakurikuler
c) Pembangunan kemitraan dan jaringan antar berbagai pihak untuk mendukung
pelaksanaan PRB di sekolah
11. Sekolah Aman dan Siaga Bencana
Atau sekolah aman yang komprehensif, Sasaran:
1) Untuk melindungi anak-anak dan pekerja di
sektor pendidikan dari kematian dan cedera di
sekolah
2) Untuk merencanakan keberlangsungan
pendidikan dalam menghadapi bahaya yang
sudah terprediksi
3) Untuk melindungi investasi di sektor
pendidikan
4) Untuk memperkuat ketangguhan warga
terhadap bencana melalui pendidikan
13. Fasilitas Sekolah Aman
• memilih lokasi sekolah yang aman dan mengimplementasikan desain dan
konstruksi yang tangguh terhadap bencana untuk memastikan agar setiap
sekolah baru adalah sekolah yang aman.
• mengimplementasikan skema prioritas untuk memperbaiki (retrofit) dan
mengganti (termasuk merelokasi) sekolah-sekolah yang tidak aman.
• meminimalisir semua sumber risiko non-struktural dan infrastruktural pada
bangunan dan fasilitas, termasuk desain dan tata ruang serta perabot yang
aman untuk keselamatan bersama dan evakuasi. Akses bagi penyandang
kebutuhan khusus harus dijadikan pertimbangan.
• Jika sekolah direncanakan sebagai tempat pengungsian sementara, sekolah
harus dirancang sesuai kebutuhan ini.
• Memastikan bahwa akses anak ke sekolah bebas dari risiko fisik (adanya jalur
pejalan kaki, penyeberangan jalan dan sungai).
• Fasilitas air dan sanitasi diadaptasi untuk menghadapi risiko potensial
• Mengimplementasikan intervensi-intervensi cerdas-iklim seperti memanen air
hujan, panel solar, energi yang terbarukan, taman sekolah.
• Rencana untuk pembiayaan dan pengawasan bagi perawatan fasilitas.
14. Manajemen Bencana di Sekolah
• Menyediakan kebijakan untuk pengkajian dan perencanaan di
lokasi, pengurangan risiko, dan persiapan tanggap darurat
sebagai bagian dari manajemen dan perbaikan rutin sekolah.
• Mengembangkan, memperkenalkan, melembagakan, memonitor
dan mengevaluasi pembentukan atau pemberdayaan komite
manajemen risiko bencana berbasis sekolah yang melibatkan
staf, siswa, orangtua dan pemangku kepentingan di komunitas.
• Mengadaptasi prosedur standar sesuai kebutuhan, untuk
ancaman yang datang dengan maupun tanpa peringatan,
termasuk: tindakan saat terjadi bencana, evakuasi bangunan,
evakuasi ke tempat aman, berlindung di tempat perlindungan
sementara, dan reunifikasi keluarga yang aman.
• Berlatih dan memperbaiki persiapan tanggap darurat dengan
simulasi rutin tingkat sekolah yang terhubung dengan komunitas.
• Menyusun rencana kontinjensi.
15.
16. Pendidikan Untuk PRB
• Pengetahuan mengenai jenis bahaya, sumber bahaya dan besaran
bahaya yang ada di lingkungan sekolah. Mata pelajaran yang memuat
pengetahuan mengenai bahaya, sumber bahaya dan besaran bahaya
yang ada di lingkungan sekolah; Kegiatan sekolah bagi peserta didik
untuk mengobservasi jenis bahaya, sumber bahaya yang ada di
lingkungan sekolah; Kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi ancaman
bahaya pada lokasi sekolah dan gedung serta infrastruktur sekolah.
• Pengetahuan sejarah bencana yang pernah terjadi di lingkungan
sekolah atau daerahnya. Ada mata pelajaran yang memuat
pengetahuan mengenai sejarah bencana yang pernah terjadi di
lingkungan sekolah atau daerahnya.
• Pengetahuan mengenai kerentanan dan kapasitas yang dimiliki di
sekolah dan lingkungan sekitarnya. Mata pelajaran yang memuat
pengetahuan mengenai kerentanan dan kapasitas yang dimiliki di
sekolah dan lingkungan sekitarnya; Kegiatan sekolah bagi peserta didik
untuk mengobservasi kerentanan dan kapasitas yang dimiliki di sekolah
dan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya lokasi, gedung serta
infrastruktur sekolah.
17. Pendidikan Untuk PRB (2)
• Pengetahuan untuk mengidentifikasi resiko dan upaya yang bisa
dilakukan untuk meminimalkan risiko bencana di sekolah. Mata
pelajaran yang memuat pengetahuan mengenai upaya yang bisa
dilakukan untuk meminimalkan risiko bencana di sekolah.; Kegiatan
sekolah bagi peserta didik untuk mengindentifikasi upaya yang bisa
dilakukan untuk meminimalkan risiko bencana di sekolah; Kegiatan
sekolah untuk mengidentifikasi upaya yang bisa mengurangi risko
bencana termasuk didalamnya pilihan tindakan untuk melakukan
relokasi sekolah atau retrofit gedung dan infrastruktur sekolah jika
diperlukan.
• Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam menjalankan rencana
tanggap darurat. Komponen sekolah untuk menjalankan rencana
tanggap darurat pada saat simulasi.
• Adanya kegiatan simulasi/latihan regular. Jumlah simulasi dan
pelatihan rutin dan berkelanjutan di sekolah.
• Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan kepada warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah. Jumlah sosialisasi rutin dan
berkelanjutan di sekolah.
18. Pendidikan untuk PRB
• usaha sadar dan terencana dalam proses
pembelajaran untuk memberdayaan peserta
didik dalam upaya untuk pengurangan risiko
bencana dan membangun budaya aman
serta tangguh terhadap bencana.
19. Tujuan Pendidikan untuk PRB
• Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan
• Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana
(termasuk budaya aman selamat)
• Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana (termasuk pemahaman
tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta
kerentanan prilaku/motivasi)
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana (termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana)
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana
• Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana
• Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan
mendadak
• Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan
karena terjadinya bencana
• Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara
individu maupun kolektif
20. Integrasi PRB - Kurikulum
• Menggabungkan muatan pendidikan PRB
dan muatan KTSP
• Memasukkan muatan pendidikan PRB dalam
muatan KTSP
21. Ruang Lingkup – Gunung Api
• Mitigasi (Mitigation)
• Kesiapsiagaan (Preparedness)
22. Strategi (Model) Integrasi PRB-Kurikulum
• Pengintegrasian Muatan PRB ke dalam Mata
Pelajaran dan Muatan-Lokal
• Pengintegrasian Muatan PRB ke dalam
Ekstrakurikuler (Pramuka)
• (Model) Proyek Sekolah atau Siswa-
Pendidikan PRB
23. MUATAN PRB (TEMA, KOMPETENSI,
INDIKATOR)
PETA SESUAI TINGKAT KELAS
PETA KD MAPEL INTEGRASI TK
KELAS
INDIKATOR PRB TERINTEGRASI
DLM INDIKATOR KD
REKAYASA RPP &
BAHAN AJAR
JALUR
PENGEMBANGAN
DIRI/ EKSKUL
MP (MULOK)
PRB
Kegiatan Belajar
24. Kegiatan Pembelajaran
• Analisis risiko bencana (bahaya, kapasitas,
dan kerentanan)
• Kesiapsiagaan, tindakan sebelum – saat –
sesudah dan peringatan dini
• Jalur evakuasi dan rencana evakuasi
• Perencanaan Kontinjensi dan simulasi-simulasi
(gladi)
• Beradaptasi di pengungsian (pembiasaan
hidup bersih dan sehat)
27. Kajian Risiko Bencana
Kompetensi Indikator
• Menemukenali ancaman, kerentanan,
kapasitas dan risiko bencana di
lingkungan tempat tinggal dan atau
sekolah
• dapat membedakan antara ancaman,
bahaya, bencana dan mengetahui
definisinya
• memahami tentang kerentanan,
kapasitas
• melakukan penilaian risiko bencana
Kegiatan Bahan Ajar (media)
Diskusi mengenai ancaman
Diskusi mengenai Kerentanan
Diskusi mengenai Kapasitas
Diskusi mengenai risiko
permainan-permainan
Gambar-gambar dan buku, kartu-kartu
definisi
28. Contoh Analisis Bahaya
Ancaman/Bahaya AkibatSiapa dan Apa
Awan panas dan lava pijar Kematian penduduk
Kerusakan ekosistem (lingkungan)
Kebakaran hutan
Kerusakan harta benda dan rumah penduduk
Ancaman jiwa
Hilangnya sumber mata pencaharian (kematian ternak dan tanaman
pertanian)
Aliran lahar Kerusakan lingkungan
Kerusakan aset penduduk
Ancaman jiwa penduduk
Rusaknya infrastruktur
Bahaya letusan Hujan material (debu, pasir, kerikil)
Rusaknya sarana pemukiman
Rusaknya tanaman rakyat
Hujan Abu Mengganggu pernafasan
Mengganggu jarak pandang
Menimbulkan penyakit ISPA, kulit, cacat fisik
Gempa vulkanik Ketakutan pada siswa-siswa dan orang tua jompo
Kerusakan pada rumah tinggal terutama kaca
Tanah Longsor Kerusakan pemukiman
Kerusakan lahan pertanian, peternakan, hutan)
Petir akibat awan panas Kematian penduduk
29. Contoh Analisis Kerentanan & Kapasitas
Kerentanan Kapasitas
Segi Demografis
Banyaknya manula/balita
Ibu hamil
Kurangnya pengetahuan tentang
bencana
Penyandang cacacat/difabel
Disiapkan armada
Disiapkan titik kumpul yang strategis
Sosialisasi dan pengarahan EWS yang
mudah dipahami oleh manula
Koordinasi dari pemerintah, TAGANA,
dan instansi terkait
Segi Geografis
Terletak di wilayah KRB III
Diapit 2 sungai (Opak dan Gendol)
Akses jalan yang rusak/tidak layak
Kebijakan larangan tinggal di daerah
KRB III
Sirine/tanda bahaya yang mudah
didapat dan dipahami
Dibuat akses jalan penghubung/darurat
Diperbaiki dengan kualitas yang lebih
baik dan diperluas/diperlebar ruas jalan
untuk jalur evakuasi
Mitos masyarakat
Gunung Merapi-bersahabat
Tokoh Mbah Merapi
Gunung Merapi punya gawe
Penyuluhan ilmiah tentang
kegunungapian dan agama
30. Tindakan sebelum terjadi bencana letusan gunung berapi
Kegiatan Indikator
• Tanya jawab mengenai Sejarah
letusan gunung berapi
• Diskusi mengenai pengertian letusan
gunung berapi
• Diskusi penyebab letusan
• Menggambar daerah rawan bahaya
letusan gunung berapi
• Membuat peta ancaman letusan
gunung berapi
• Mendiskusikan tanda-tanda gunung
berapi akan meletus
• Observasi dan jalur evakuasi
• mampu menceritakan kembali
sejarah kejadian letusan gunung
berapi
• mampu menjelaskan pengertian
letusan gunung berapi
• mampu menggambar peta bahaya
gunung berapi
• mampu mengidentifikasi
kharakteristik tanda-tanda gunung
meletus
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Melakukan tindakan sebelum terjadi
bencana gunung meletus
Buku-buku tentang gunung berapi , peta
ancaman gunung berapi yang sudah
dikeluarkan oleh lembaga terkait seperti
BPPTK, kliping koran., gambar-gambar
31. Tindakan saat terjadi letusan gunung berapi
Kompetensi Indikator
Melakukan tindakan sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana gunung
meletus
• mampu mendeskripsikan proses
terjadinya gunung meletus dan
statusnya
• dapat mensimulasikan tindakan saat
terjadinya letusan
• mampu menceritakan upaya
penyelamatan yang dilakukan saat
terjadi letusan
Kegiatan Bahan Ajar (media)
• Melihat film proses terjadinya letusan
• Mendiskusikan jenis-jenis letusan dan
tingkat bahayanya
• Mendiskusikan upaya penyelamatan
ketika terjadi letusan
• Mengamati gambar mengenai
material apa saja yang keluar akibat
letusan gunung berapi
Buku-buku tentang gunung berapi , peta
ancaman gunung berapi yang sudah
dikeluarkan oleh lembaga terkait seperti
BPPTK, kliping koran., gambar-gambar
32. Tindakan sesudah terjadi letusan gunung berapi
Kegiatan Indikator
• Melihat gambar atau film dan
mendiskusikan dampak akibat
letusan gunung berapi
• Mendiskusikan bagaimana pemulihan
kerusakan akibat gunung berapi
• mampu mengidentifikasi dampak
letusan
• mampu menceritakan kerusakan
yang terjadi
• mampu menceritakan tindakan yang
akan dilakukan
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Melakukan tindakan sesudah terjadi
bencana gunung meletus
Gambar-gambar, film, museum gunung
berapi , artikel koran/majalah, buku-buku
33. Sistem peringatan Dini Bencana Letusan Gunung Berapi
Kegiatan Indikator
• Melihat film mengenai peringatan
gunung akan meletus
• Melihat gambar dan cara kerja
tentang alat peringatan dini
• Menjelaskan tentang tujuan dan
fungsi adanya alat peringatan dini
dalam bencana
• Mengenalkan tentang lembaga yang
berwenang dalam memberikan
informasi atau peringatan dini
• Kunjungan lapangan
• Anak-anak mengetahui tujuan dan
kegunaan alat peringatan dini
• Anak-anak memahami tanda atau
suara/bunyi peringatan dini untuk
bencana gunung berapi
• Mengetahui tingakatan status
gunung merapi
• Mengetahui siapa yang berhak
memberikan/membunyikan tanda
peringatan dini
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Mengetahui tentang Sistem Peringatan
Dini letusan gunung berapi
Film, gambar, buku-buku, majalah/koran,
internet, BPPTK
35. Lokasi Aman dan Jalur Evakuasi
Kegiatan Indikator
• Guru mengenalkan pengertian
evakuasi
• Siswa kunjungan dan pengamatan
lokasi
• Siswa membuat sketsa gambar
• Siswa membuat laporan
• Membuat sketsa peta (gambar dua
dimens)i dengan sesuai pengamatan
• menerangkan maksud tanda atau
gambar – menunjukan dimana lokasi
aman dan bahaya
• menggambar jalur untuk evakuasi
• menceritakan kembali jalur evakuasi
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Melakukan (simulasi) evakuasi bencana
letusan gunung berapi
• Hasil Kajian Ancaman, kerentanan,
kapasitas dan risiko
• Peta desa
36. Rencana Kontinjensi Bencana Erupsi Gunung Api: Jalur
Evakuasi
Kegiatan Indikator
• Guru mengenalkan pengertian
evakuasi
• Siswa kunjungan dan pengamatan
lokasi
• Siswa membuat sketsa gambar
• Siswa membuat laporan
• Membuat sketsa peta (gambar dua
dimens)i dengan sesuai pengamatan
• menerangkan maksud tanda atau
gambar – menunjukan dimana lokasi
aman dan bahaya
• menggambar jalur untuk evakuasi
• menceritakan kembali jalur evakuasi
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Siswa berpartisipasi dalam perencanaan
kontinjensi
• Hasil Kajian Ancaman, kerentanan,
kapasitas dan risiko
• Peta desa
37. Rencana Kontinjensi Bencana Erupsi Gunung Api: skenario
tentang terjadinya letusan gunung berapi
Kegiatan Indikator
• dengan menggunakan peraga guru
menjelaskan letusan gunung berapi ,
tanda-tanda, dan penyebab serta
bahayanya
• siswa dan guru mendemonstrasikan
saat terjadinya letusan gunung berapi
• Siswa membuat cerita terjadinya
letusan gunung berapi
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Siswa berpartisipasi dalam perencanaan
kontinjensi
Hasil Kajian Ancaman, kerentanan,
kapasitas dan risiko
38. Rencana Kontinjensi Bencana Erupsi Gunung Api: menyusun
rencana kontinjensi di sekolah
Kegiatan Indikator
1. Guru mengenalkan pengertian
rencana kedaruratan
2. Siswa dan guru mendemontrasikan
peringatan dini, skenario dan
penggunaan jalur evakuasi bahaya
letusan gunung berapi
3. Siswa melakukan pendataan
kebutuhan yang diperlukan untuk
rencana kontinjensi seperti tas siaga
- anak-anak memahami bagaimana harus
menyelamatkan diri saat bencana terjadi
- anak-anak memahami mengenai peta
dan jalur evakuasi dari bencana gunung
berapi
- anak-anak mengenali tanda-tanda pada
jalur evakuasi
- anak-anak dapat memnyiapkan apa saja
yang dibutuhkan saat evakuasi
(menyediakan tas siaga)
- Siswa membuat rencana kontinjensi
sekolah jika terjadinya letusan gunung
berapi
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Siswa berpartisipasi dalam perencanaan
kontinjensi
Hasil Kajian Ancaman, kerentanan,
kapasitas dan risiko
Film, gambar, artikel media massa,
internet
40. Table Top Exercise (Simulasi di dalam kelas)
Kegiatan Indikator
menggali lebih banyak tentang apa yang
harus dilakukan dna siapa yang berperan
dalam menghadapi bencana gunung
berapi
adanya tambahan dan masukkan bagi
perencanaan evakuasi/rencana
kontinjensisekolah
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Mampu melakukan
evakuasi/penyelamatan diri dari bencana
letusan gunung berapi
Skenario evakuasi
41. Simulasi evakuasi/gladi evakuasi
Kegiatan Indikator
• Menguji pemahaman dan
pengetahuan mengenai sistem
peringatan dini
• menguji alur komunikasi evakuasi di
sekolah
• Mempraktekkan rencana evakuasi
yang telah disusun
• anak-anak menjadi terbiasa dan tidak
panik serta takut dan sesuai dengan
rencana evakuasi yang telah disusun
Kompetensi Bahan Ajar (media)
Mampu melakukan
evakuasi/penyelamatan diri dari bencana
letusan gunung berapi
Dokumen rencana kontinjensi sekolah
Tujuan akhir dari pengurangan risiko bencana adalah terbangun dan terpeliharannya masyarakat yang tangguh. Ketangguhan sebagai sebuah sistem dipahami sebagai: kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi; kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-struktur dasar tertentu, selama kejadian-kejadian yang mendatangkan malapetaka; dan kapasitas untuk memulihkan diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu kejadian.
Kurikulum Berbasis Kompetensi – mengelola KBM agar kompetensi tercapai
INTEGRASI PRB – KURIKULUM =
Menggabungkan muatan pendidikan PRB dan muatan KTSP
Memasukkan muatan pendidikan PRB dalam muatan KTSP
Interdisiplin dan menyeluruh (holistik); pembelajaran untuk pembangunan berkelanjutan terkandung dalam keseluruhan kurikulum, tidak (harus) sebagai mata pelajaran yang terpisah
Berorientasi nilai; nilai dan prinsip bersama yang mendasari pembangunan berkelanjutan menjadi norma yang dianut. Namun dapat diperiksa, didebat, diuji, dan diterapkan dengan adaptasi yang diperlukan.
Mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah: Membentuk kepercayaan diri dalam mengungkapkan dilema dan tantangan pembangunan berkelanjutan
Multimetode; Pendekatan yang di dalamnya memungkinkan pengajar dan pembelajar bekerja bersama untuk mendapatkan pengetahuan dan memainkan peran dalam membentuk lingkungan pendidikan mereka;
Pembuatan keputusan yang partisipatoris dimana peserta belajar ikut serta memutuskanbagaimana mereka akan belajar
Pengaplikasian; Pengalaman pembelajaran terintegrasi dalam keseharian kehidupan pribadi dan profesional
Sesuai secara lokal; membicarakan persoalan lokal dan juga persoalan globalde ngan bahasa-bahasa yang paling umum digunakan oleh pembelajar. Konsep-konsep dengan tepat disampaikan dalam budaya lokal
Lebih jauh dalam Undang-undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 27 (b) menyebutkan “Setiap orang berkewajiban, melakukan kegiatan penanggulangan bencana”. Karenanya, sesuai dengan amanat UU tersebut, mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat berkewajiban melakukan kegiatan penanggulangan bencana dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.