ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA SUKU DINAS PELAYANAN PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014)
Skripsi ini membahas analisis kontribusi lima jenis pajak daerah yaitu pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, dan parkir terhadap penerimaan pajak daerah Suku Dinas Pelayanan Pajak Jakarta Timur periode 2010-2014. Tujuannya adalah mengetahui tingkat kontribusi masing-masing pajak daerah, menganalisis sektor pajak yang memberikan kontribusi dominan, serta menganalisis laju pertumbuhan setiap sektor
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formalinfosanitasi
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal adalah materi pelatihan Program PPSP bagi para fasilitator dan anggota Pokja AMPL/Sanitasi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formalinfosanitasi
Memorandum Program 4-2 Siklus Perencanaan dan Penganggaran Formal adalah materi pelatihan Program PPSP bagi para fasilitator dan anggota Pokja AMPL/Sanitasi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Similar to ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA SUKU DINAS PELAYANAN PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014)
ANALISIS PENGARUH TANGIBLE, RELIABILITY, RESPONSIVENESS, ASSURANCE, DAN EMPAT...Uofa_Unsada
2011410037 - Tessa Utami Sutrisno
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
Angkatan 2011
Universitas Darma Persada
Similar to ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA SUKU DINAS PELAYANAN PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014) (20)
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA SUKU DINAS PELAYANAN PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014)
1. ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK
HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK PARKIR TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK DAERAH PADA SUKU DINAS PELAYANAN
PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi
Sebagian Dari Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi
Oleh
ACHADDEH
2011420028
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
2.
3.
4.
5. v
ABSTRAK
NIM : 2011420028, Judul Skripsi : ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL,
PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK
PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH SUKU DINAS
PELAYANAN PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014)
Jumlah Hal : xiv + 95 Hal,
Kata Kunci : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan
Pajak Parkir, Penerimaan Pajak Daerah, Kontribusi
Penelitian ini membahas tentang pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskripstif kuantitatif. Tujuan dalam penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana tingkat kontribusinya dan sektor pajak apa yang
memberikan kontribusi dominan terhadap penerimaan pajak daerah Suku Dinas
Pelayanan Pajak Timur selama 5 tahun serta untuk menganalisis laju pertumbuhan
dari segi wajib pajak baru yang terjadi pada tiap sektor pajak daerah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak dari
lima sektor pada tahun 2011 mampu mencapai target dan memberikan surflus
bagi sudin pp timur serta kontribusi terbesar yang diberikan pada tahun 2010-
2011 berasal dari pajak reklame dengan tingkat “kriterian baik” sedangkan dari
tahun 2012-2014 berasal dari pajak restoran dengan tingkat “kriteria sangat baik”
selain itu dapat diketahui sektor pajak yang memberikan kontribusi paling
dominan adalah pajak restoran dengan total penerimaan selama lima tahun
terakhir sebesar Rp 277.882.891.424 dengan nilai rata-rata kontribusi 41%. Laju
pertumbuhan pajak merupakan ukuran untuk menilai tingkat perkembangan
penerimaan pajak pada tiap sektor pajak, hasilnya menunjukan rata-rata
pertumbuhan tertinggi berasal dari pajak hiburan sebesar 85% dan masuk dalam
kategori pertumbuhan yang sangat berhasil. Hal ini menunjukan pertumbuhan
penerimaan pajak hiburan memiliki peluang prospek untuk memberikan
kontribusi yang besar
Daftar Acuan: (2004-2014)
Jakarta, Agustus 2015
Achaddeh
6. vi
KATA PENGANTAR
Bismil-laahir-rahmanir-raahiim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kuasa-Nya yang telah diberikan kepada penulis, baik
berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, skripsi yang berjudul “ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL,
PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME DAN PAJAK
PARKIR TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH SUKU DINAS
PELAYANAN PAJAK JAKARTA TIMUR (PERIODE 2010-2014)”, yang
merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, sehingga
memungkinkan skripsi ini terwujud. Dengan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Mama, Adik dan Saudara-saudaraku untuk doa, restu, kasih
sayang, perhatian, kesabaran dan dukungan yang mereka berikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Darma Persada yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti.
7. vii
3. Bapak Jombrik, SE, MM. selaku Dosen Pembimbing bagi peneliti yang
dengan sabar, bijaksana serta sistematis membimbing peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu, tenaga dan
pikiran yang telah bapak berikan untuk penulis.
4. Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan
izin dan fasilitas pelayanan yang baik selama penelitian skripsi.
5. Suku Dinas Pelayanan Pajak Jakarta Timur yang telah memberikan izin
dan fasilitas pelayanan yang baik selama penelitian skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
mempunyai banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, peneliti berharap semoga
skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi kita semua khususnya
bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain yang membutukan.
Jakarta, Agustus 2015
Achaddeh
8. viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ……...................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
1.5. Pembatasan Masalah ........................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................. 6
2.1.1 Definisi Perpajakan ................................................. 6
2.1.2 Pengelompokan Pajak.............................................. 8
2.1.3 Fungsi Pajak ............................................................ 10
2.1.4 Sayarat-syarat Pemungutan Pajak............................ 11
2.1.5 Teori Dasar Pemungutan Pajak…............................ 13
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak ....................................... 15
2.2 Pendapatan Asli Daerah ………………..………………. 17
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ……………… 17
2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ………… 18
2.3 Pajak Daerah ……………………………………………. 19
9. ix
2.3.1 Pengertian Pajak Daerah …………………………… 19
2.3.2 Jenis-jenis Pajak Daerah …………………………… 21
2.3.3 Nilai Ukur untuk hasil Pajak Daerah ………………. 23
2.3.4 Sanksi Pajak Daerah ……………………………….. 25
2.4 Pajak Hotel ………………………………………………. 28
2.4.1 Pengertian Pajak Hotel …………………………….. 28
2.4.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hotel ……….. 28
2.4.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel………………. 29
2.4.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan
Pajak Hotel ………………………………………… 30
2.5 Pajak Hiburan ……………………………………………. 31
2.5.1 Pengertian Pajak Hiburan ………………………….. 31
2.5.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hiburan …….. 31
2.5.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan…………….. 32
2.5.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan
Pajak Hiburan ………………………………………. 32
2.6 Pajak Restoran ……………………………………………. 34
2.6.1 Pengertian Pajak Restoran ………………………….. 34
2.6.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Restoran …….. 34
2.6.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran…………….. 35
2.6.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan
Pajak Restoran ………………………………………. 36
2.7 Pajak Reklame …………………………………………….. 36
2.7.1 Pengertian Pajak Restoran …………………………... 36
2.7.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Restoran ……... 37
2.7.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran…………….. 38
2.7.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan
Pajak Restoran ………………………………………. 39
2.8 Pajak Parkir …………………………………………….…. 41
2.8.1 Pengertian Pajak Parkir ………………………….….. 41
2.8.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Parkir ………... 41
10. x
2.8.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir………………... 42
2.8.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan
Pajak Parkir …………………………………………. 42
2.9 Kerangka berfikir …………………………………………. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 45
3.2 Jenis Data ............................................................................. 45
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 46
3.4 Metode Analisis Data ........................................................... 46
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................... 49
4.1.1 Sejarah Sudin Pelayanan Pajak Kota
Administrasi Jakarta Timur …………………….……. 49
4.1.2 Visi dan Misi Suku Dinas Pelayanan Pajak………….. 51
4.1.3 Struktur Organisasi …………………………...……… 51
4.1.4 Tugas dan Fungsi Organisasi ………………………… 53
4.1.5 Batas Wilayah Kerja Suku Dinas Pelayanan
Pajak Jakarta Timur ………………………………….. 54
4.1.6 Objek Pajak yang Dikelola …………………………... 55
4.2 Data Dan Pembahasan ……………………………………... 56
4.2.1 Penerimaan Pajak Daerah Sudin PP Jakarta Timur
4.2.1.1 Pajak Hotel …………………………………… 56
4.2.1.2 Pajak Hiburan ………………………………… 58
4.2.1.3 Pajak Restoran ……………………………….. 59
4.2.1.4 Pajak Reklame ……………………………….. 62
4.2.1.5 Pajak Parkir ………………………………….. 63
4.2.1.6 Rekapitulasi Penerimaan Pajak ………………. 65
4.2.2 Kontribusi Pajak
4.2.2.1 Kontribusi Pajak Daerah terhadap Penerimaan
Pajak Daerah SUDIN PP Jakarta Timur
11. xi
4.2.2.2 Kontribusi Tahun Anggara 2010 ……………... 67
4.2.2.3 Kontribusi Tahun Anggara 2011 ……………… 70
4.2.2.4 Kontribusi Tahun Anggara 2012 ……………… 73
4.2.2.5 Kontribusi Tahun Anggara 2013 ……………… 76
4.2.2.6 Kontribusi Tahun Anggara 2014 ……………… 79
4.2.2.7 Rekapitulasi Pajak Kontribusi TA 2010-2014… 82
4.2.3 Pertumbuhan Pajak Daerah
4.2.3.1 Pajak Hotel Periode 2010-2014 ……………….. 84
4.2.3.2 Pajak Restoran Periode 2010-2014 ……………. 85
4.2.3.3 Pajak Hiburan Periode 2010-2014 …………….. 87
4.2.3.4 Pajak Reklame Periode 2010-2014 ……………. 89
4.2.3.5 Pajak Parkir Periode 2010-2014 ………………. 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 94
5.2 Saran ....................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
12. xii
DAFTAR TABEL
TABEL Judul Hal.
4.1 Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Hotel
Jakarta Timur TA 2010-2014 ……………………………... 56
4.2 Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Hiburan
Jakarta Timur TA 2010-2014 ……………………………... 58
4.3 Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Restoran
Jakarta Timur TA 2010-2014 ……………………………... 60
4.4 Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Reklame
Jakarta Timur TA 2010-2014 ……………………………... 62
4.5 Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Parkir
Jakarta Timur TA 2010-2014 ……………………………... 64
4.6 Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Jakarta Timur TA 2010-2014……………………………… 66
4.7 Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak
Sudin PP Timur Tahun 2010………………………………. 67
4.7 Kriterian Nilai Kontribusi………………………………….. 69
4.8 Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak
Sudin PP Timur Tahun 2011………………………………. 70
4.8 Kriterian Nilai Kontribusi………………………………….. 72
4.9 Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak
Sudin PP Timur Tahun 2012………………………………. 73
4.9 Kriterian Nilai Kontribusi………………………………….. 75
4.10 Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak
Sudin PP Timur Tahun 2013………………………………. 76
4.10 Kriterian Nilai Kontribusi………………………………….. 78
4.11 Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak
Sudin PP Timur Tahun 2014………………………………. 80
4.11 Kriterian Nilai Kontribusi………………………………….. 81
13. xiii
4.11 Rekapitulasi Kontribusi Pajak Periode 2010-2014 pada
SUDIN PP Timur …………………………………............... 82
4.12 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Hotel Tahun 2010-2014…... 84
4.12 Pengukuran Laju Pertumbuhan Pajak Hotel ………………... 85
4.13 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Restoran Tahun 2010-2014.. 86
4.13 Pengukuran Laju Pertumbuhan Pajak Restoran…………….. 87
4.14 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Hiburan Tahun 2010-2014.. 87
4.14 Pengukuran Laju Pertumbuhan Pajak Hiburan……………... 88
4.15 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2010-2014.. 89
4.15 Pengukuran Laju Pertumbuhan Pajak Reklame ……………. 90
4.16 Pertumbuhan Penerimaan Pajak Parkir Tahun 2010-2014…. 91
4.16 Pengkuran Laju Pertumbuhan Pajak Parkir ……..…………. 92
4.16 Rekapitulasi Laju Pertumbuhan Penerimaan Pajak Periode
2010-2014 pada SUDIN PP Timur .….……………………. 92
14. xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Judul Hal.
1 Kerangka Pemikiran ........................................................ 44
2 Struktur Organisasi Suku Dinas Pelayanan Pajak
Jakarta Timur .................................................................. 52
15. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pajak merupakan iuran wajib warga negara kepada pemerintah dan
dikenakan berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Iuran pajak
tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan sehingga dapat
terealisasi dan mensejahterakan masyarakat.
Berdasarkan lembaga pemungutannya pajak terbagi menjadi pajak pusat
dan pajak daerah. Pajak pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak guna membiayai rumah
tangga pemerintahan pusat dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Besaran pajak pusat ditetapkan melalui undang-
undang dan PP atau Perpu. Sedangkan Pajak daerah adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah atau Dispenda, digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah
daerah dan tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Besaran dan bentuk pajak daerah ditetapkan melalui Peraturan Daerah
(Perda).
Setiap daerah dituntut untuk berkembang dan bersaing untuk dapat
mensejahterakan kehidupan masyarakat didaerahnya tanpa bergantung terhadap
bantuan pemerintah pusat maka dibentuklah daerah otonom yang disebut
kebijakan Otonomi daerah yaitu merupakan hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
16. 2
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia (UU No.23 Tahun 2014)
Sebagian besar pendapatan daerah berasal dari pajak sehingga dengan
adanya kebijakan otonomi daerah, pemerintah memberikan peluang kepada tiap
daerah untuk menggali potensi sumber-sumber penerimaan daerah untuk
dikelola demi pembangunan daerahnya, sehingga dapat memanjukan dan
meningkatkan Pendapatan Daerah (PAD). Maka daerah membutuhkan sumber-
sumber penerimaan yang cukup memadai untuk kemajuan daerahnya, sumber-
sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari pajak dan bantuan (subsidi)
dari pemerintah pusat ( Rustam,2014) .
DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan Republik Indonesia,
sehingga menjadikan kota Jakarta sebagai indicator pertumbuhan
perekonomian utama Indonesia, Ada banyak macam objek bisnis ekonomi
kreatif yang bermunculan di Jakarta dan setiap pemekaran yang dilakukan
untuk objek seperti hiburan, hotel,restoran dan bahkan parker, semua sector
akan membutuhkan peran reklame karena ada perusahaan dan pebisnis yang
menggunakan reklame sebagai iklan untuk menginformasikan dan
mempromosikan perusahannya ataupun produknya.
Peran Jakarta sebagai kota megapolitan yang modern dizaman sekarang
dapat menumbuhkan persaingan bisnis dikalangan usaha-usaha ekonomi
kreatif. Jika bisnis usaha tumbuh dan berkembang dengan cepat akan
meningkatkan perekonomian masyarakat, sehingga kemampuan masyarakat
sebagai konsumen objek-objek bisnis tersebut akan meningkat, secara dampak
17. 3
langsung penerimaan pajak pun akan meningkat. Sehingga kontribusi yang
diberikan pajak terhadap pendapatan daerah akan cukup besar.
Menurut sumber Ivan Setyadhi - Kamis, 02-04-2015 16:38 di E-magazine
Actual.co menuliskan
“Diketahui, di APBD-Perubahan 2014 target penerimaan dari pajak daerah
DKI dipatok Rp 32,5 triliun atau dinaikkan hingga 42 persen dari target 2013
yang hanya Rp22,61 triliun. Namun realisasinya, malah meleset Rp 5,48 triliun
dari target. Tak mau meleset lagi, di tahun 2015, target penerimaan pajak DKI
diturunkan kenaikkannya menjadi hanya 10,7 persen atau hanya naik sekitar Rp
4 triliun dari 2014. Sedangkan di 2015 DKI akan menaikkan tarif dari sektor
pajak. Seperti pajak kendaraan bermotor yang mulai Januari 2015 mengalami
kenaikan tarif progresif. Yang tadinya 1,5 persen menjadi 2 persen. Juga pajak
hiburan yang akan dinaikkan dari 20 persen menjadi 30 persen. Belum lagi
upaya mengintensifkan penerapan pajak online di sektor hiburan, hotel,
restoran, dan parkir. Dimana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
akhir Januari lalu menargetkan jumlah pajak online akan menyasar 10.951
wajib pajak, dari hanya 4.690 wajib pajak di 2014.”
Melihat pertumbuhan hotel, Restoran, Hiburan, Reklame, dan Parkir di
jakarta yang sangat pesat. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa penerimaan
pajak daerah dari 5 sektor tersebut juga tinggi. Berdasarkan gambaran dan latar
belakang tersebut serta melihat realita perpajakan yang ada maka peneliti
tertarik untuk mengambil topik tentang pajak daerah tersebut dengan judul
“Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, dan Pajak Parkir Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Suku
Dinas Pelayanan Pajak Jakarta Timur Periode 2010-2014”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang
permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :
18. 4
1. Berapa besar realisasi penerimaan dan target pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan pajak reklame, dan pajak parkir terhadap penerimaan pajak
daerah SUDIN PP Timur?
2. Seberapa besar kontribusi pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak
reklame, dan pajak parkir serta sektor apa yang memberikan kontribusi
paling dominan terhadap penerimaan pajak daerah SUDIN PP Timur
selama 5 tahun terakhir ?
3. Bagaimana laju pertumbuhan penerimaan pajak dari lima sektor pajak
untuk periode 2010-2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah penerimaan pajak hotel,
pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir pada suku
dinas sudah mencapai target realisasi
2. Untuk menganalisis dan mengetahui tingkat kontribusi pajak hotel, pajak
hiburan, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir di wilayah kota
Jakarta Timur.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui sektor pajak apa yang memberikan
kontribusi paling dominan.
4. Untuk menganalisa dan mengetahui laju pertumbuhan penerimaanpajak
hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir.
19. 5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
1) Hasil penelitian ini diharapkan menambah pemahaman dan wawasan
mengenai perkembangan pajak daerah.
2) Menambah wawasan mengenai kontribusi dari pajak hotel, pajak
hiburan, pajak restoran, pajak reklame dan pajak parkir terhadap
penerimaan pajak daerah.
2. Bagi Instansi
1) Hasil penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi bagi pemerintah
khususnya kepala daerah dalam pengambilan kebijakan-kebijakan guna
menggali pontensi sumber daya yang ada khususnya dari sektor pajak
hotel, hiburan, restoran, reklame dan parkir.
3. Bagi pihak lain
1) Hasil penelitian yang peneliti lakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat dan informasi ataupun sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak
lain yang berkepentingan.
1.5 Pembatasan Masalah
Karena pendapatan pajak daerah di kantor Suku Dinas Pelayanan Pajak Timur
hanya mengurusi 5 sektor pajak maka untuk lebih memfokuskan masalah
peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini hanya pada pendapatan pajak
daerah dari 5 sektor yaitu pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir untuk periode 2010-2014.
20. 6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Definisi perpajakan
Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
serta Anggaran Pendapatan dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber
dari sektor pajak. Definisi pajak itu sendiri, menurut :
Rochmat Soemitro (2013: 1) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
P.J.A Adriani (2012:2) :
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran umum berhubung tugas Negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
S.I Djajadiningrat (2012:2) :
“Pajak adalah kewajiban meyerahkan sebagian kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatana
yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai
hukuman menurut peraturan yang ditetapkan Pemerintah serta
dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.”
21. 7
Mr.Dr.N.J. Feldmann dalam buku perpajakan Indonesia oleh Diaz
Priantara (2012:2) :
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan penguasa
secara umum) tanpa ada kontraprestasi dan semata-mata digunakan
untuk menutup pengeluaran umum.”
MJH Smeets dalam buku Perpajakan Indonesia oleh Diaz Priantara
(2012:2) :
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual,
maksudnya untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”
Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.
Dalam buku Perpajakan indonesai oleh Diaz Priantara (2012:2) :
“Pajak dapat diartikan adanya aliran dari sektor privat ke sektor
publik secara dipaksakan yang dipungut berdasarkan keuntunga
ekonomi tertentu dari nilai setara dalam rangka pemenuhan
kebutuhan negara dan objek-objek sosial.
Menurut Undang-undang no 28 tahun 2009 :
“Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dari beberapa definisi di atas terdapat persamaan pandangan atau
prinsip mengenai pajak. Perbedaan mengenai beberapa definisi tersebut
hanya pada penggunaan gaya bahasa serta kalimatnya saja. Seningga
dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
22. 8
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dan tidak mendapatkan prestasi-prestasi kembali
yang dirasakan secara langsung.
2.1.2 Pengelompokan Pajak
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan
menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan. Sedangkan Pajak
Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di
tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Berikut Jenis-jenis pajak
dilihat dari segi :
1. Ditinjau dari Pihak yang Menanggung
1) Pajak Langsung
adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, seperti
PBB dan PPh
2) Pajak Tidak Langsung
adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan kepada pihak
lain. Seperti Pajak Penjualan, PPN, PPn-BM, Bea Materai
dan Cukai.
2. Ditinjau dari Sifatnya
1) Pajak Subjektif
adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan wajib pajak.
Dalam hal ini penentuan besarnya pajak harus ada alasan-alasan
23. 9
objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan membayar
wajib pajak. Seperti PPh.
2) Pajak Objektif
Adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya saja tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Seperti PPN, PBB, PPn-
BM.
3. Ditinjau dari Pihak yang Memungut
1) Pajak Pusat atau Negara
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui aparatnya,
yaitu Dirjen Pajak, Kantor Inspeksi Pajak yang tersebar diseluruh
Indonesia, Dirjen Bea dan Cukai.
2) Pajak Daerah
Adalah Pajak yang dipungut oleh Pmerintah daerah dan terbatas
pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dilakukan Pemda
Tingkat I maupun Pemda Tingkat II. Jenis pajak daerah
berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak Daerah sesuai dengan
lokasi pemungutannya:
a. Pajak Provinsi terdiri atas:
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas
24. 10
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung
Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2.1.3 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Oleh karena itu pajak
mempunyai beberapa fungsi dalam situs resmi Dirjen Pajak disebutkan
fungsinya, yaitu :
1. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk
pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan
ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi mengatur (regulerend)
25. 11
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman
modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai
macam fasilitas keringanan pajak.
3. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi
dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Fungsi-fungsi pajak tersebut berperan demi ke efektivan terhadap
pemungutan pajak sehingga pajak yang dibebankan terhadap wajib pajak
akan berguna bagi masyarakat ataupun instansi umum terkait.
2.1.4 Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Tidak mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila
terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila
terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena kurangnya
26. 12
dana. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan
pajak harus memenuhi persyaratan. adapun syaratnya menurut
Mardiasmo (2012:2), yaitu:
1. Pemungutan pajak harus adil
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Perlakuan
adilnya antara lain :
1) Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2) Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi
syarat sebagai wajib pajak
3) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran
4) Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
5) Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi,
perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai
merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha
masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
2. Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah
27. 13
daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Sehingga wajib pajak tidak
akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi
penghitungan maupun dari segi waktu.
3. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam
menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan
memberikan dampak positif bagi para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Adapun bentuk
kebijakan penyederhanaan pemungutan pajak seperti :
1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2
macam tarif
2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
yaitu 10%
3) Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh)
yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi)
2.1.5 Teori Dasar Pemungutan Pajak
Setelah diterangkan mengenai asas pemungutan pajak adapun
teori yang mendasari pemungutan pajak tersebut yang telah dikemukakan
oleh para ahli menurut Diaz Priantara (2012:4) ada beberapa teori yang
mendasari adanya pemungutan pajak, yaitu :
1. Teori Asuransi
Dalam teori ini dikatakan bahwa tugas negara adalah untuk
melindungi warganya dengan segala kepentingannya, yaitu seperti
28. 14
keselamatan dan keamanan jiwa ataupun harta bendanya. Seperti
halnya pada perjanjian asuransi atau pertanggungan maka untuk
perlindungan tersebut diperlukan pembayaran premi, dalam hal ini
pembayaran pajak disamakan dengan pembayaran premi tersebut.
2. Teori Kepentingan
Teori ini menekankan bahwa pembagian beban pajak pada penduduk
seluruhnya harus didasarkan masyarakat umum, termasuk juga
perlindungan atas jiwa serta harta bendanya. Pembayaran pajak
dihubungkan dengan kepentingan masyarakat tersebut terhadap
negara. Maka sudah selayaknyalah jika biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh negara untuk menunaikan kewajibannya dibebankan kepada
seluruh penduduk tersebut.
3. Teori Daya Pikul
Teori ini pada hakekatnya mengandung suatu kesimpulan bahwa
dasar keadilan dalam pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang
diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa
dan harta bendanya. Dan untuk kepentingan tersebut dibutuhkan
adanya biaya yang harus dipikul oleh warga dalam bentuk pajak.
Yang menjadi pokok pangkal teori ini adalah tekanan pajak itu
haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar
sesuai dengan daya pikul seseorang dan untuk mengukur daya pikul
dapat dilihat dari dua unsur yaitu, unsur objektif (penghasilan,
kekayaan dan besarnya pengeluaran seseorang) dan unsur subjektif
29. 15
(segala kebutuhan terutama materiil dengan memperhatikan besar
kecilnya jumlah tanggungan keluarga).
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan antara
rakyat dengan negaranya, yang justru karena sifat suatu negara
menyelenggarakan kepentingan umum maka timbullah hak mutlak
untuk memungut pajak. Sedangkan rakyat, harus selalu menyadari
bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban asli untuk
membuktikan tanda baktinya kepada negara.
5. Teori Asas Daya Beli
Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak dapat disamakan dengan
pompa, yaitu mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat
untuk rumah tangga negara, kemudian menyalurkan kembali ke
masyarakat dengan maksud untuk memelihara kehidupan masyarakat
dan membawa warga ke arah kesejahteraan. Jadi penyelenggaraan
kepentingan masyarakat inilah yang dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak, bukan kepentingan individu ataupun kepentingan
negara saja, melainkan kepentingan kepentingan masyarakat yang
meliputi kepentingan individu dan negara.
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam perpajakan ada beberapa proses sitem pemungutan pajak
menurut mardiasmo (2011:7) dibagi menjadi 3 bagian. Yaitu :
1. Official Assessment System
30. 16
sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada
pemerintah (petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak
terhutang wajib pajak. Sistem pemungutan pajak ini sudah tidak
berlaku lagi setelah reformasi perpajakan pada tahun 1984. Ciri-ciri
sistem pemungutan pajak ini adalah :
1) pajak terhutang dihitung oleh petugas pajak,
2) wajib pajak bersifat pasif, dan
3) hutang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terhutang dengan diterbitkannya surat ketetapan pajak.
2. Self Assessment System
sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada wajib
pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri, dan membayar
sendiri pajak yang terhutang yang seharusnya dibayar. Ciri-ciri sistem
pemungutan pajak ini adalah :
1) pajak terhutang dihitung sendiri oleh wajib pajak,
2) wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar
sendiri pajak terhutang yang seharusnya dibayar, dan
3) pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak setiap
saat kecuali oleh kasus-kasus tertentu saja seperti wajib pajak
terlambat melaporkan atau membayar pajak terhutang atau
terdapat pajak yang seharusnya dibayar tetapi tidak dibayar.
3. Withholding System
sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pihak
lain atau pihak ketiga untuk memotong dan memungut besarnya
31. 17
pajak yang terhutang oleh wajib pajak. Pihak ketiga disini adalah
pihak lain selain pemerintah dan wajib pajak.
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia sesuai dengan asas
pemungutan pajak menganut sistem pemungutan pajak self assesment
system dan witholding system.
2.2 Pendapatan Asli Daerah
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa :
“Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Sedangkan pengertian pendapatan daerah menurut penjelasan UU No.33
Tahun 2004 bahwa :
“Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah
yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah,
basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas
desentralisasi”.
Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan
daerah dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber
dana pembiayaan pembangunan daerah pada Kenyataannya belum cukup
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan
32. 18
pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah
terutama sumber pendapatan asli daerah.
2.2.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1. Pajak Daerah
a. Hasil Pajak Daerah
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
b. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Bagi daerah yang memiliki BUMD seperti Perusahan Daerah Air
Minum (PDAM), Bank Pembangunan Daerah (BPD), badan
kredit kecamatan, pasar, tempat hiburan/rekreasi, villa,
pesanggrahan, dan lain-lain keuntungannya merupakan
penghasilan bagi daerah yang bersangkutan (Hanif Nurcholis,
2007 : 184). Adapun Selain itu hasil pengelolaan kekayaan daerah
33. 19
yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan
saham milik daerah (Ahmad Yani, 2004 : 40)
d. Lain-Lain PAD Yang Sah
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
lain-lain PAD yang sah meliputi :
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Jasa giro
c) Pendapatan bunga
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
daerah.
2.3 Pajak Daerah
2.3.1 Pengertian pajak daerah
Dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 6 Tahun 2010 Tentang
Ketentuan Umum Pajak Daerah (KUPD) :
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang. dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kernakmuran rakyat.
34. 20
Menurut Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan Edisi Revisi
tahun (2013:12) Ada beberapa pengertian atau istilah yang terkait
dengan pajak daerah antara lain :
1. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Pajak daerah, yang selanjutnaya disebut pajak adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, oraganisasi massa, organisasi sosial politik
aau oraganisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektifdan bentuk usaha tetap.
35. 21
4. Subjek Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenanakan pajak.
5. Wajib Pajak, adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.
2.3.2 Jenis-jenis Pajak Daerah
Berdasarkan pengertian diatas maka pemerintah
mengkelompokan pajak daerah menjadi dua, menurut Undang-undang 28
tahun 2009 yaitu :
1. Pajak Hotel
Adalah pajak pajak atas pelayanan yang disediakan oleh holel, Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapanl peristirahatan termasuk
jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan,
rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jurnlah
kamar lebih dari 10 (sepuluh).
2. Pajak Restoran
Pajak atas pelayanan yang disediakan restoran, Artinya restoran
adalah fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan dipungut
bayaran yang mencakup juga rumah makan, kafe, kantin, warung,
bar, dan sejenisnya.
3. Pajak Hiburan
36. 22
Adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, dalam hal ini hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan keramaian
yang dinikmati dengan pungutan bayaran.
4. Pajak Reklame
Adalah pajak atas penyelengaraan reklame. Reklame yang
dimaksudkan disini yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang
bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atauuntuk
menarik perhatian umum terhadap barang/jasa, orang atau badan,
yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh
umum.
5. Pajak Parkir
Adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
6. Pajak Penerangan Jalan
Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain.
7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Yaitu mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud
didalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan
batubara.
8. Pajak Air Tanah
37. 23
Adalah Pajak atas pengembalian dan/atau pemanfaatan air permukaan
9. Pajak Sarang Burung Walet
Adalah Pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet.
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Adalah Pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan dan pertambangan.
11. Bea Peroleha Hak atas Tanah dan Bangunan
Adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan
hak atas tanah dan bangunan maksudnya adlah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan/atau bangunan oleh pribadi atau badan.
2.3.3 Nilai ukur untuk hasil pajak daerah
Dalam pengelolaan Pajak Daerah agar dapat menunjang
pelaksanaan Otonomi Daerah serta manfaat dari membayar pajak dapat
dirasakan oleh pembayar pajak. Apabila pembayar pajak daerah dapat
merasakan dampak manfaat pembayaran pajak yang dilakukannya.
Diharapkan timbul kesadaran dan ikut berpartisipasi membayar pajak
sesuai dengan ketentuan hukum yang ada. Secara umum pemungutan
Pajak Daerah harus dilihat dari dua sisi yaitu hasil guna dan daya guna
bagi pemerinta daerah dan masyarakat yang bersangkutan
(Rustam,2014).
38. 24
Ada lima tolak ukur nilai ukur untuk menilai pajak daerah yaitu :
1. Hasil ( yield )
a. Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan berbagai
layanan yang dibiayainya.
b. Stabilitas dan mudah tidaknya memeperkirakan besar hasil itu.
c. Elastisitas hasil pajak terhadap pertumbuhan penduduk.
d. Perbandinganhasil pajak dengan biaya pungut.
2. Keadilan ( Equity )
a. Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dantidak
sewenang-wenang.
b. Pajak yang bersangkutan harus adil secara horizontal artinya
beban pajak haruslah sama benar antara berbagai kelompok yang
berbeda tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama
c. Adil secara vertikal artinya kelompok yang memiliki sumber
ekonomiyang sama besar memberikan sumbangan yang lebih
besar daripada kelompok yang tidak memiliki sumber daya
ekonomi.
3. Daya Guna Ekonomi ( Economic Efficiency)
a. Pajak hendaknya mendorong pengguna sumber daya secara
efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi
b. Mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan produsen
menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau
menabung dan memperkecil bebanlain pajak.
4. Kemampuan melaksanakan ( ability to implement )
39. 25
a. Pajak harus dapat dilaksanakan dari sudut kemauan politis dan
kemauan tata usaha.
b. Dalam menilai kemampuan administrasi pengukurannya dilihat
dari kemudahan dalam prosedur pemungutan pajak daerah,
kemudahan data potensi objek pajak akan memberikan optimasi
pemungutan pajak daerah.
c. Kemampuan politis diperlukan dalam pengenaan pajak,
menetapkan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus
membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut
pajak secara fisik dan memaksakan sanksi terhadap para
pelanggar.
5. Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah
a. Haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak dibayarkan, dan
tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat
akhir beban pajak
b. Pajak tidak dapat dihindari, dengan cara memindahkan objek
pajak dari kemampuan tata usaha pajak daerah.
2.3.4 Sanksi Pajak Daerah
Peraturan Daerah no 6 tahun 2010 tentang ketentuan umum
Pajak daerah merupakan penyempurnaan peraturan sebelumnya yaitu
Peraturan Daerah no 4 tahun 2002.
Peraturan Daerah ini ditetapkan selain karena pemberlakuan
Undang-Undang Namar 28 Tahun 2009, juga dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, untuk lebih memberikan
40. 26
keadilan, kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban Wajib Pajak,
penegakan hukum dibidang perpajakan daerah, meningkatkan kepatuilan
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, dan tertib
administrasi perpajakan daerah, yang pada akhirnya akan meningkatkan
penerimaan daerah untuk menunjang kemandirian daerah, dalam
mensejahterakan masyarakat. Adapun sanksinya berupa sanksi
administrasi dan sanksi pidana.
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi biasanya dilaksanakan dengan terbitan surat
pemberitahuan kepada wajib pajak. Sebagai berikut :
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok
pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih
harus dibayar. Jumlah pajak yang lerutang dalam SKPDKB
sebagaimana dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak, ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan
dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empal) bulan dihitung
sejak saat
terutangnya pajak.
b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT), adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
41. 27
tambahan atas jumlah pajak yang telah. ditetapkan.Jumlah
kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT ) dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 100% (seratus persen)
dari jurnlah kekurangan pajak tersebut.
c. Terkait dengan sistem self assessment dalam hal Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak membentulkan sendiri Surat Tagihan Pajak
Daerah (SPTPD) sebagaimana maka dapat mengakibatkan utang
pajak menjadi lebih besar, oleh karena itu kepadanya dikenakan
sanksi adm:nistrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan
atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saal
berakhirnya penyampaian SPTPD sampai dengan tanggal
pembayaran karena pembelulan SPTPD.
d. Wajib Pajak yang sudah menjalankan usahanya tetapi tidak
mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya, dikenakan sanksi
administrasi berupa denda yang besarnya ditetapkan oleh
Gubernur, dan kepada Wajib Pajak dapat diterbitkan NPWPO
secara jabatan. Dalarn hal Keberatan Wajib Pajak dilolak atau
dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 50 % (Iirna puluh persen) dar! jurnlah pajak
berdasarkan Surat Keputusan Keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebeJum mengajukan keberatan.
2. Sanksi Pidana
42. 28
a. Wajib Pajak yang karena ke alpaannya tidak meyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau
tidak lengkap ataupun melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidanakan dengan
kurungan paling lama satu tahun dan paling banyak dua kali
jumlah pajak yang terutang.
b. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau
tidak lengkap ataupun melampirka keteranagan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidanakan dengan
pidana penjara paling lama dua tahun atau paling banyak empat
kali jumlah pajak terutang.
2.4 Pajak Hotel
2.4.1 Pengertian Pajak Hotel
Adalah pajak pajak atas pelayanan yang disediakan oleh holel, Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapanl peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jurnlah kamar lebih
dari 10 (sepuluh).
2.4.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hotel
1. Objek Pajak Hotel
a. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
43. 29
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga, hiburan dan persewaan
ruangan di hotel yang disewakan oleh pihak hotel.
b. Jasa penunjang yang dimaksud adalah fasililas telepon, faksimile,
teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi,
dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
2. Bukan Objek Pajak
Pada Pajak Hotel tidak semua pelayanan yang diberikan oleh
penginapan dikenakan pajak ada beberapa pengecualian yang tidak
termasuk objek pajak
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah
b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya
c. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo,
panli asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis.
d. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan
oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
2.4.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel
1. Subjek Pajak Hotel
Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel. Maksudnya adalah subjek pajak disini merupakan konsumen
orang pribadi ataupun badan yang menikmati pelayanan hotel
sehingga subjek pajak yang akan menanggung pembayaran pajak.
44. 30
2. Wajib Pajak Hotel
Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel. Wajib Pajak disini adalah orangpribadi atau
badan yang diberikan kewenangan untuk memungut pajak dari
konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan
lainnya.
2.4.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel
1. Dasar Pengenaan
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada hotel. Yang dimaksud dengan
pembayaran atau se harusnya dibayar adalah jumlah yang diterima
atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan jasa
sebagai pembayaran.
Penyerahan jasa adalah pelayanan jasa yang diberikan oleh
hotel baik sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain.
2. Tarif Pajak
Tari! Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
3. Cara Penghitungan Pajak
Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif yang sudah ditentukan yaitu sebesar 10% dikali
dengan jumlah pembayarannya.
45. 31
2.5 Pajak Hiburan
2.5.1 Pengertian Pajak Hiburan
Menurut Peraturan Daerah (PERDA) no. 13 tahun 2010 tentang
pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, dalam hal ini
hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan
keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran.
2.5.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hiburan
1. Objek Pajak Hiburan
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan
dengan dipungut bayaran. Yang dimaksud dengan hiburan dalam hal
ini adalah sebagai berikut :
a. tontonan film
b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana
c. kontes kecantikan
d. Pameran
e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya
f. sirkus, akrobal, dan sulap
g. permainan bilyar, goll, dan bowling
h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan
i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness
center)
j. pertandingan olahraga
46. 32
k. penyelenggaraan hiburan di tempat keramaian : tempat wisata,
taman rekreasi/rekreasi keluarga, pasar malam, pemancingan,
komidi putar, kereta pesiar dan sejenisnya.
2. Bukan Objek Pajak Hiburan
Dikecualikan dari objek Pajak Hiburan adalah
penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran pada acara
pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan, dan pameran buku.
2.5.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan
1. Subjek Pajak Hiburan
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
menikmati hiburan. Maksudnya subjek pajak disini merupakan
konsumen baik orang pribadi ataupun badan yang menikmati apapun
bentuk hiburan dengan karakteristik yang sudah dijelaskan dalam
peraturan daerah. Sehingga subjek pajak sebagai penanggung
pembayaran pajak biasanya sudah di include melalui tiket (HTM).
2. Wajib Pajak Hiburan
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan hiburan. Wajib Pajak disini adalah orang pribadi
atau badan yang diberikan kewenangan untuk memungut pajak dari
konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan
lainnya.
2.5.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara perhitungan Pajak Hiburan
1. Dasar Pengenaan
47. 33
a. Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang
diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara
hiburan.
b. Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud
pada huruf (a), termasuk potongan harga dan tiket cuma-Cuma
yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.
2. Tarif Pajak
a. Tarif Pajak untuk pertunjukan film di bioskop ditetapkan sebesar
10% (sepuluh persen).
b. Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari danJatau busana
sebesar 10% (sepuluh persen).
c. Tarif pajak untuk kontes kecantikan sebesar 10% (sepuluh
persen).
d. Tarif pajak untuk pameran sebesar 10% (sepuluh persen).
e. Tarif pajak untuk diskotik, karaoke, klab malam, pub, bar, musik
hidup (live music), musik dengan Disc Jockey (OJ) dan
sejenisnya sebesar 20% (dua puluh persen).
f. Tarjf pajak untuk sirkus, akrobat, dan sulap sebesar 10% (sepuluh
persen).
g. Tarif pajak untuk permainan bilyar, bowling dan Seluncur Es (ice
skating) sebesar 10% (sepuluh persen).
h. Tarif pajak untuk permainan golf (green fee) sebesar 15% (lima
belas persen) dan untuk driving range sebesar 10% (sepuluh
persen).
48. 34
i. Tarif pajak untuk pacuan kuda, kendaraan bermotor dan
permainan ketangkasan, sebesar 10% (sepuluh persen).
j. Tarif pajak untuk panti pijat, mandi uap dan spa sebesar 20% (dua
puluh persen).
k. Tarif pajak untuk refleksi dan pusat Kebugaran/Fitness Center
sebesar 10% (sepuluh persen).
l. Tarif pajak untuk pertandingan olahraga sebesar 5% (lima
persen).
m. Penyelenggaraan hiburan di tempat keramaian : tempat wisata,
taman rekreasi/rekreasi keluarga, pasar malam, kolarn
pemancingan, komidi putar, kereta pesiar dan sejenisnya sebesar
10% (sepuluh persen).
3. Cara Perhitungan
Besaran pokok Pajak Hiburan yang terhutang dihitung dengan cara
mengalikan masing-masing tarif dengan dasar pengenaan pajak
sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya.
2.6 Pajak Restoran
2.6.1 Pengertian Pajak Restoran
Pajak atas pelayanan yang disediakan restoran, Artinya restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan minuman dengan dipungut bayaran yang
mencakup juga rumah makan, kafe, kantin, warung, bar, dan sejenisnya.
2.6.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Restoran
1. Objek Pajak Restoran
49. 35
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud
meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang
dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun di tempat lain.
2. Bukan Objek Pajak
Tidak termasuk objek Pajak Restoran adalah
a) pelayanan yang disediakan restoran atau rumah makan yang
pengelolaannya satu manajeman dengan hotel
b) pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya
(peredaran usaha) tidak melebihi Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) per tahun.
2.6.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran
1. Subjek Pajak
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli
makanan dan/atau minuman dari restoran. Maksudnya adalah subjek
pajak disini merupakan konsumen orang pribadi ataupun badan yang
membeli makanan dan minuman, sehingga subjek pajak yang akan
menanggung pembayaran pajak.
2. Wajib Pajak
Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan Restoran. Wajib Pajak disini adalah orang pribadi atau
badan yang diberikan kewenangan untuk memungut pajak dari
50. 36
konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan
lainnya.
2.6.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Restoran
1. Dasar Pengenaan
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran
yang diterima atau yanga seharusnya diterima restoran. Maksudnya
adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan jasa sebagai pembayaran kepada pengusaha
restoran.
Untuk usaha katering/jasa boga pembayaran adalah pada saat
diterimanya pembayaran dari pemesan kepada pengusaha
katering/jasa boga.Yang dimaksud dengan pembayaran atau
seharusnya dibayar adalah jumlah yang diterima atau seharusnya
diterima sebagai imbalan atas penyerahan jasa sebagai pembayaran.
2. Tarif Pajak
Tarif Pajak Restoran yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
3. Cara Penghitungan
Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif yang sudah ditentukan yaitu sebesar 10% dikali
dengan dasar pengenaan pajak.
2.7 Pajak Reklame
2.7.1 Pengertian Pajak Reklame
Adalah pajak atas penyelengaraan reklame. Reklame yang
dimaksudkan disini yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk
51. 37
dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan atauuntuk menarik perhatian umum
terhadap barang/jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum.
2.7.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Reklame
1. Objek Pajak Reklame
Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan
reklame. Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada Peratura Daerah
no 12 tahun 2011 bab III Pasal 3 ayat (2), me!iputi :
a. reklame papan/bil1board/videotron/ megatr n dan sejenisnya
b. reklame kain
c. reklame meIekat, stiker
d. reklame selebaran
e. reklame berjalan, termasuk pada kendarailn
f. reklame udara
g. reklame apung
h. reklame suara
i. reklame film/slide
j. reklame peragaan.
2. Bukan Objek Pajak Reklame
a. Diselenggarakan melalui internet, media elektronik dan media
cetak.
b. Diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
52. 38
c. Diselenggarakan yang memuat nama tempat ibadah dan panti
asuhan.
d. Diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama
pengenal usaha atau profesi tersebut yang luasnya, tidak melebihi
1 m2 (satu meter persegi), ketinggian maksimum 15 (lima belas)
meter dengan jumlah reklame terpasang tidak lebih dari 1 (satu)
buah.
e. Diselenggarakan untuk tanah tidak melebihi 1 m2 yang letaknya
ditanah tersebut.
f. Diselenggarakan oleh Perwakilan Luar Negeri
g. label/merek produk yang melekat pada barang yang
diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk
sejenis lainnya.
2.7.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame
1. Subjek Pajak Reklame
Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi latau badan yang
menggunakan reklame.
2. Wajib Pajak Reklame
a. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan reklame.
b. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh
orang pribadi atau badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang
pribadi atau badan tersebut.
53. 39
c. Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak
ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.
2.7.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
1. Dasar Pengenaan
Dasar Pengenaan Pajak Reklame (DPP), Nilai Sewa Reklame
berdasarkan
a. Lokasi penempatan reklame yang terbagi atas daerah protokol,
ekonomi dan lingkungan (ditetapkan dalam keputusan gubernur)
b. Jenis reklame
c. Jangka waktu penyelenggaraan
d. Ukuran media Reklame
NSR ( Nilai Sewa Reklame ) pada Pajak Reklame :
a. Reklame kain : umbul-umbul, spanduk dan sejenisnya nilai sewa
reklame saa dengan reklame papan.
b. Reklame tempel atau stiker : Rp 5 per cm persegi atau
sekurang=kurangnya Rp 500.000 setiap penyelenggaraan.
c. Reklame berjalan atau reklame kendaraan : Rp 5.000 permeter
persegu perhari
d. Reklame udara : Rp 2.000.000 perperagaan maksimal 1 bulan
e. Reklame suara : Rp 1000 per 15 detik
f. Reklame film atau slide : Rp 5.000 per 15 detik dengan suara dan
Rp 2.000 per 15 detik tanpa suara.
54. 40
g. Reklame peragaan Rp 12.000 perhari atau setidak-tidaknya
minimal Rp 400.000 untuk peragaan diluar ruangan yang bersifat
permanen dan Rp 200.000 untuk peragaan yang tidak permanen.
h. Reklame indoor / dalam ruangan sama seperti reklame peragaan
namun mendapat potongan 50%.
i. Reklame papan, billboard, videotron, LED per 1 meter persegi
perhari:
a) Protokol A: Rp. 15.000
b) Protokol B: Rp 10.000
c) Prtokol C: Rp. 8.000
d) Ekonomi kelas I: Rp. 5.000
e) Ekonomi kelas II: Rp. 3.000
f) Ekonomi kelas III: Rp. 2.000
g) Lingkungan: Rp. 1.000
Penjelasan tambahan mengenai pajak reklame:
a. Pengertian reklame termasuk juga merek, simbol logo
perusahaan yang merupakan tanda atau inisial atau lambnag
perusahaan yang dapat mudah dikenali orang.
b. Reklame papan: tinpkate, poster, wrapping, dan yang
ditempel-tempel ke dinding, pagar, tiang, dan lain sebagainya.
c. Reklame kain: bendera, krey, umbul-umbul dari bahan kain,
karet, karung, dan lain-lain.
55. 41
d. Reklame kendaraan: kapal laut, kereta api/KA, pesawat udara,
dan sebagainya.
e. Reklame yang berguna contohnya seperti gantungan kunci,
kanting, dan lain sebagainya yang dibagikan secara cuma-
Cuma alias gratis.
2. Tarif Pajak
Tarif Pajak Reklame yang ditetapkan sebesar 25 % ( Dua puluh lima
persen )
3. Cara Penghitungan
Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif yang sudah ditentukan yaitu sebesar 10% dikali DPP
( Dasar Pengenaan Pajak ).
2.8 Pajak Parkir
2.8.1 Pengertian pajak parkir
parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan dan tidak bersifat
sementara, maka Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat
parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
2.8.2 Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Parkir
1. Objek Pajak Parkir
Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
56. 42
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor.
2. Bukan Objek Pajak Parkir
a. penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah
b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya
digunakan untuk karyawannya sendiri
c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik
d. Penyelenggaraan penitipan kendaraan bermotor dengan kapasitas
sampai dengan 10 (sepuluh) kendaraan roda 4 (empat) atau lebih
dan kapasitas sampai dengan 20 (dua puluh) kendaraan roda 2
(dua)
e. penyelenggaraan tempat parkir yang semata-mata digunakan
untuk usaha memperdagangkan kendaraan bermotor.
2.8.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir
1. Subjek Pajak Parkir
Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
parker kendaraan bermotor.
2. Wajib Pajak Parkir
Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan tempat parkir
2.8.4 Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Parkir
1. Dasar Pengenaan
57. 43
Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada peneyelenggara tempat parkir. Maksud
dari jumlah yang dibayar adalah termasuk potongan harga parkirdan
parkir Cuma-Cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir
2. Tarif Pajak
Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).
3. Cara Perhitungan
Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif yang sudah ditentukan yaitu sebesar 20% dikali
dengan dasar pengenaan pajak
58. 44
2.9 Kerangka Pemikiran
Sumber : Penulis (Diolah)
Suku Dinas Pendapatan
Daerah
Pengambilan Data Pajak Daerah tahun
2010-2014
Klasifikasi Pajak
Daerah
Pajak Hiburan
Pajak Hotel
Pajak Reklame
Pajak Restoran
Pajak Parkir
Penerimaan dan Pertumbuhan Pajak
Daerah (2010-2014)
Analisis
DeskriptifRasio
59. 45
Dalam Penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada Suku Dinas
Pelayanan Pajak (SUDIN PP) Jakarta Timur. Pengambilan data yang diteliti
merupakan data penerimaan dan pertumbuhan pajak daerah periode 2010-2014,
Adapun klasifikasi pajak nya dari 5 sektor yaitu Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak
Restoran, Pajak Reklame dan Pajak Parkir.
Dalam pemenuhan pembiayaan kebutuhannya, setiap daerah memiliki
potensi yang berbeda-beda baik itu dari jenis maupun besarnya penerimaan daerah.
Pajak Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang berperan besar
dalam pemenuhan kebutuhan daerah. Triantoro (Abdul Halim, 2004:142)
menyebutkan bahwa :
“Pajak Daerah sebagai salah satu komponen pendapatan asli daerah
memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Oleh sebab itu
pajak daerah harus dikelola kontribusinya terhadap anggaran pendapatan
dan belanja daerah ... “.
Penerimaan dari masing-masing jenis pajak daerah memiliki jumlah yang
berbede-beda tergantung dari potensi masing-masing daerah. Karena SUDIN PP
hanya mengurusi lima sektor pajak yang ada di Jakarta Timur maka penerimaan
dan pertumbuhan pajak hanya berasalah dari lima sektor yaitu Pajak Hotel, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Restoran dan Pajak Parkir.
Untuk menilai penerimaan dan pertumbuhan pajak daerah menggunakan
Rasio kontribusi dan Rasio pertumbuhan. Dapat diketahui nilai kontribusi dan
tingkat pencapaian targetnya pada tiap sektor berdasarkan range tingkatan sebagai
tolak ukur penerimaan. Serta pada pertumbuhan akan terlihat sektor yang memiliki
harapan untuk mendapat penerimaan lebih tinggi.
60. 45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul yang dipilih maka penulis akan melakukan penelitian di
Kantor Suku Dinas Pelayan Pajak Jakarta Timur , Jalan D.I Panjaitan
Kav.55 Jatinegara.
2. Waktu Penelitian
01 Mei 2015 s/d 1 juni 2015
3.2 Jenis Data yang Digunakan
1. Data Primer
Data primer yang didapatkan peneliti dari sumber objek penelitian yaitu
Pegawai pada Kantor Suku Dinas Pelayan Pajak Jakarta Timur.
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara langsung ke
SUDIN PP mengenai data penerimaan pajak daerah
2. Data Sekunder
Dalam melakukan penelitian ini peneliti memperoleh data dari sumber data
sekunder yang merupakan data penelitian dari berbagai sumber informasi
baik kepustakaan maupun dari media elektronik yang relevan dengan
masalah yang akan diteliti. Data penelitian berupa dokumentasi penerimaan
pajak daerah Jakarta Timur.
61. 46
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
dengan
1. DOKUMENTASI
Pengumpulan data yang dilakukan secara dokumentasi, yaitu teknik
pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen beserta catatan-
catatan terkait kontribusi pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak
reklame dan pajak parkir. serta penerimaan asli pajak daerah yang terdapat
di Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Timur
2. WAWANCARA
pengumpulan data dengan teknik wawancara dengan staff di Suku Dinas
Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Timur perihal realisasi
penerimaan pajak daerah dan pendapatan daerah dari pajak tersebut.
3. KEPUSTAKAAN
Pengumpulan data dari berbagai sumber buku-buku dan jurnal yang relevan
dengan masalah yang akan diteliti dan yang sudah ditelaah dan diolah oleh
peneliti.
3.4 Metode Analisis Data
Dari data yang sudah diperoleh, maka dilakukan analisa data. Metode analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif berdasarkan
data kuantitatif yang didapatkan sebagai berikut :
62. 47
1. Untuk mengetahui kontribusi pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran,
pajak reklame dan pajak parkir terhadap penerimaan pajak daerah
menggunakan rumus :
Kontribusi =
� � � � �� �� �
� � � � ��� � �� �
� %
(Sumber : Undang-undang no 32 tahun 2004)
Tabel Kriteria Nilai Kontribusi
Persentase Kontribusi Kriteria
0-10% Sangat Kurang
10,10% - 20% kurang
20,10% - 30% Cukup
30,10% - 40% Sedang
40,10% - 50% Baik
> 50% Sangat Baik
(Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM)
2. Untuk mengetahui laju pertumbuhan pajak hotel, pajak hiburan, pajak
restoran, pajak reklame dan pajak parkir digunakan rumusan sebagai
berikut:
GX =
� − � −
� −
� %
(Sumber : Abdul,Halim, 2004:164)
Keterangan:
GX : Laju Pertumbuhan Pajak per tahun
Xt : Penerimaan Pajak pada tahun tertentu
X(t-1 ): Penerimaan Pajak pada tahun sebelumnya
63. 48
Kreteria Laju Pertumbuhan
Sumber : Irdiwan dalam Halim (2007:91)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui seberapa besar
kontribusi pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame, dan pajak
parkir berdasarkan kriteria presentase tersebut.
Persentase Laju Pertumbuhan Kriteria
85 - 100% Sangat Berhasil
70% - 85% Berhasil
55% - 70% Cukup Berhasil
30% - 55% Kurang Berhasil
< 30% Tidak berhasil
64. 49
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Sudin Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Timur
Sejarah berdirinya Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta yang
saat ini sudah dibentuk sejak tahun 1952 berdasarkan keputusan Dewan
Perwakilsn Kota Sementara Jakarta Raya Nomor 18/DK/Tanggal 11
September 1952 maka dibentuklah Suku Bagian Pajak, dan kembali berubah
nama menjadi Urusan Pendapatan Pajak Jakarta sesuai dengan Keputusan
Gubernur Jakarta No B.6/6/52 tahun 1996 tanggal 22 Juni 1996 tentang
struktur organisasi sekretariat.
Tahun 1968 berdasarkan keputusan Jakarta No. 1B3/2/48/1968 tanggal
3 September Perubahan dan Peningkatan Status Urusan Pendapatan dan Pajak
Daerah Khusus Jakarta menjadi Dinas Pajak dan Pendapatan Daerah Jakarta.
Selanjutnya bernama Kantor Pajak dan Pendapatan Daerah khusus Ibukota
Jakarta sesuai dengan keputusan gubernur Jakarta Nomor B.VII/774/a/1/1075
Tanggal 20 februari 1975 tentang perubahan sebutan dan struktur organisasi
Tahun 1969 keputusan Gubernur Jakarta No. B.VI/585/a/1976 tentang
berubahan kembali nama atau sebutan dan susunan organisasi serta tata kerja
Kantor Pajak dan Pendapatan Daerah Jakarta menjadi Dinas Pajak Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. Dengan adanya Otonomi Daerah UU Tahun 1999 No
22 dan berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2008 tentang organisasi
perangkat daerah mengalami perubahan nama atau sebutan dari Dinas
65. 50
Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta menjadi Dinas Pelayanan Pajak
Provinsi DKI Jakarta. Yang bertempat di Kantor Bersama Samsat Jakarta
Timur, Jalan D.I Panjaitan Kav. 55, Jatinegara, Jakarta Timur 13410.
Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta Timur memiliki dua unit
kerja yaitu Suku Dinas Pelayanan Pajak I dan Suku Dinas Pelayanan Pajak II
Berdasarkan keputusan Gubernur pada November 2014 tentang perubahan
struktur organisasi dengan menggabungkan unit kerja menjadi Suku Dinas
Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan unit kerja
murni milik daerah yang dibentuk karena diberikan kewenangan dan dituntut
untuk menggali sumber keungan daerahnya sendiri sehingga bukan menerima
pelimpahan wewenang dari pusat melainkan melakukan salah satu unsur
pelaksanaan pemerintah daerah yang mempunyai tugas menggali, mengelola
dan mengkoordinir pungutan daerah.
Maksud dan Tujuan Suku Dinas Pelayanan Pajak Timur didirikan adalah:
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan dibidang pendapatan daerah
2) Mengembangkan suasana kerja yang kondusif, partisipatif dan produktif
3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pemungutan Pendapatan
Daerah
4) Meningkatkan Koordinas dan hubungan kerja dengan swasta, sehingga
sosial, masyarakat dan unit Instansi Pemerintah
5) Meningkatkan upaya-upaya penggalian sumber pendapatan daerah yang
potensial
6) Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam mengoptimalkan
pendapatan daerah
66. 51
4.1.2 Visi dan Misi Suku Dinas Pelayanan Pajak
a. Visi
Menjadikan Suku Dinas sebagai organisasi yang efisien, efektif dan
transparan dalam optimalisasi penerimaan pajak daerah dengan dukungan
aktif masyarakat.
b. Misi
1. Mengadakan koordinasi dengan Instansi lain dalam perencanaan,
pelaksanaan, serta pengendalian pelayanan pajak daerah
2. Melaksanakan kegiatan pelayanan pajak daerah dengan prinsip
profesionalisme dan transparan.
3. Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan prinsip
transparan dan akuntabel
4. Menciptakan kemudahan, keterbukaan, keadilan, kepastian, dan tanggung
jawab dalam kegiatan pelayanan pajak daerah
5. Mendorong dan menciptakanpartipasi masyarakat dalam pengawasan
pelayanan pajak daerah
6. Peningkatan profesionalisme aparat dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan kegiatana pelayanan pajak daerah
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi ialah suatu usaha kerja dari kelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan
pembinaan organisasi dan menejemen yang baik sehingga semua kegiatan
perusahaan dapat berjalan dengan baik.
67. 52
Ditinjau dari struktur organisasinya Sudin Pelayanan Pajak Jakarta
Timur, termasuk dalam organisasi berbentuk garis dan staff yaitu wewenang
dari puncak yang dilimpahkan kepada satuan-satuan bagian lain dibawahya
sehingga pembagian tugasnya terlihat jelas dan menjamin adanya kesatuan
komando dalam organisasi.
Dalam melaksanakan fungsinya, Organisasi Suku Dinas Pelayanan
Pajak Jakarta Timur dipimpin oleh Kepala Suku Dinas dan dibantu oleh satu
orang kasubag TU dan empat kepala seksi yang dibantu para staff. Untuk
memperjelas dapat dilihat pada bagan struktur organisasi tersebut.
Struktur Organisasi
Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Timur
Sumber : Suku Dinas Pelayanan Pajak Jakarta Timur
KEPALA SUKU DINAS
Ka. Sub Tata Usaha
Staff
Ka. Seksi Pelayanan
dan Pengolahan data
informasi Pajak Daerah
Ka. Seksi Pendataan
dan pemeriksaan
Pajak Daerah
Ka. Seksi
Penagihan
Pajak Daerah
Ka. Seksi Penilaian
dan Penetapan
Pajak Daerah
Staff StaffStaffStaff
68. 53
4.1.4 Tugas dan Fungsi Organisasi
a. Kepala Suku Dinas
Memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas
Kota yaitu, koordinasi pelaksanaan tugas subbagian, Seksi dan
Subkelompok Jabatan Fungsional, melaksanakan kerja sama terhadap
instansi peemrintahan atau swasta .serta melaporkan dan
memepertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kota.
b. SubBagian Tata Usaha
Melaksanakan penyiapan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian
pelayanan administrasi dan pelaksanaan dibidang program, keuangan,
umum dan pegawai.
c. Ka. Seksi Pelayanan dan Pengelolaan Data informasi Pajak Daerah
Menyususn dan melaksanakan rencana strategi, rencana kerja, dan dokumen
pelaksanaan anggaran sesuai dengan lingkup. Melaksanakan implementasi
aplikasi sistem informasi perpajakan daerah dan pemutakhiran data
spasial/peta tematik informasi pajak. Memonitoring dan menganalisis
pembayaran pajak serta menyususn laporan kinerja penerimaan dan
pelayanan pemungutan pajak.
d. Ka. Seksi Pendataan dan Pemerikasaan Pajak Daerah
Menyususn dan melaksanakan rencana strategi, rencana kerja, dan dokumen
pelaksanaan anggaran. Melaksanakan pengawasan, pengumpulan data dan
informasi mengenai pajak daerah beserta potensinya. Menyiapkan
perumusan kebijakan dan standar teknis pemungutan pajak. Mengususlkan
penyidikan terhadap dugaan pidana perpajakan.
69. 54
e. Ka. Seksi Penilaian dan Penetapan Pajak Daerah
Menyususn dan melaksanakan rencana strategi, rencana kerja, dan dokumen
pelaksanaan anggaran sesuai dengan lingkupnya. Mengumpulkan informasi
dalam rangka penilaian dan penggalian potensi pajak daerah, penilaian dan
penghitungan terhadap objek pajak. Mengadministrasikan dan
mendistribusikan dokumen penilaian dan pemeriksaan.
f. Ka. Seksi Penagihan Pajak Daerah
Menyususn dan melaksanakan rencana strategi, rencana kerja, dan dokumen
pelaksanaan anggaran sesuai dengan lingkupnya. Menerima, memproses,
dan mengadministrasi permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan
ketetapapan pajak atau sanksi administrasi pajak daerah. Menyususn
rencana penerimaan pajak daerah.
g. Membantu untuk menyelesaikan dalam membuat laporan yang dibutuhkan
oleh setiap kepala seksi ataupun kepala suku dinas sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
4.1.5 Batas Wilayah Kerja Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi
Jakarta Timur
Pembagian wilayah kerja Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi
Jakarta Timur adalah sebagai berikut
1. Kecamatan Matraman
2. Kecamatan Jatinegara
3. Kecamatan Pulogadung
4. Kecamatan Cakung
5. Kecamatan Duren Sawit
70. 55
6. Kecamatan Ciracas
7. Kecamatan Cipayung
8. Kecamatan Pasar rebo
9. Kecamatan Keramat jati
10. Kecamatan Makasar
4.1.6 Objek Pajak yang Dikelola
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Parkir
71. 56
Tahun
SUDIN I SUDIN II
Total Realisasi
Persentase (%)
Target Realisasi Target Realisasi
SUDIN
I
SUDIN
II
2010 4.367.049.000 4.154.373.408 8.500.000.000 12.058.548.550 16.212.921.958 95,13 141,87
2011 4.327.000.000 3.062.712.069 4.061.772.739 11.490.014.887 14.552.726.956 70,78 282,88
2012 - 67.635.228 8.629.000.000 7.871.388.505 7.939.023.733 0 91,22
2013 8.492.000.000 8.736.607.989 16.712.000.000 16.618.522.006 25.355.129.995 102,88 99,44
2014 11.600.000.000 9.496.228.882 20.828.000.000 20.233.648.558 29.729.877.440 81.86 97,14
4.2 Data Dan Pembahasan
4.2.1 Penerimaan Pajak Daerah Sudin PP Jakarta Timur
4.2.1.1 Pajak Hotel
Berikut merupakan Realisasi dan target penerimaan pajak hotel Jakarta
timur pada SUDIN I dan II untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Tabel 4.1
Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Hotel Jakarta Timur TA 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui penerimaan pajak hotel di Suku
Dinas Pelayanan Pajak Timur dilihat dari total realisasi tertinggi terjadi pada
tahun 2014 sebesar Rp 29.729.877.440 telah mengalami kenaikan sebesar
Rp 4.374.747.450 dari penerimaan sebelumnya Rp 25.355.129.995. Dalam
hal ini terjadi peningkatan penerimaan pajak disebabkan bertambahnya
wajib pajak yang mendaftarkan usahanya dapat dilihat pada grafik 4.1
perbandingan penerimaan pajak tiap tahunnya pada Suku Dinas Pelayanan
Pajak Timur.
72. 57
Grafik 4.1
Perbandingan Total Realisasi Pajak Hotel Tahun 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari segi persentase tertinggi terjadi pada tahun 2012 di
SUDIN PP I yaitu 102,88% sehingga terlihat jelas target penerimaan dalam 1 tahun
sebesar Rp 8.492.000.000 telah berhasil dicapai sebesar Rp 8.736.607.989.
Peningkatan kedua di SUDIN PP II pada tahun 2011 dengan persentase tertinggi
sebesar 282,88% yang artinya target penerimaan dalam 1 tahun sebesar Rp
4.061.772.739 telah berhasil dicapai sebesar Rp 11.490.014.887. Dalam hal ini
penerimaan pajak yang meningkat disebabkan karena peranan hotel cukup dominan
dijakarta, selain itu bertambahnya jumlah wajib pajak dan peran serta suku dinas
pelayanan pajak timur sebagai pelopor sosialisasi kepada masyarakat mengenai
imbauan dan transparasi dalam pemungutan pajak daerah berkenaan dengan
penetapan tarif pajak daerah.
-
5.000.000.000
10.000.000.000
15.000.000.000
20.000.000.000
25.000.000.000
30.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Datenreihen1 16.212.921 14.552.726 7.939.023. 25.355.129 29.729.877
Penerimaan
Tahun
Pajak Hotel
73. 58
4.2.1.2 Pajak Hiburan
Berikut merupakan Realisasi dan target penerimaan pajak hiburan Jakarta
timur pada SUDIN I dan II untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Tabel 4.2
Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Hiburan Jakarta Timur TA 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui penerimaan pajak hiburan di Suku Dinas
Pelayanan Pajak Timur dilihat dari total realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2013
sebesar Rp 21.930.480.239 telah mengalami kenaikan sebesar Rp 8.636.976.280.
dari penerimaan sebelumnya Rp 13.293.503.954. Peningkatan tersebut dikarenakan
bertambahanya hiburan-hiburan yang diselenggarakan untuk masyarakat sebagai
konsumen dengan menawarkan pertunjukan yang menarik seperti film dibioskop,
konser musik, dan pertandingan olahraga sehingga minat masyarakat untuk ikut
serta menikmati atau menonton kegiatan tersebut semakin bertambah, dan
masyarakat sebagai penontonnya dipungut bayaran (pajak). Dapat dilihat juga pada
grafik 4.2 perbandingan penerimaan pajak hiburan untuk tiap tahunnya pada Sudin
PP Timur.
Tahun
SUDIN I SUDIN II
Total Realisasi
Persentase (%)
Target Realisasi Target Realisasi
SUDIN
I
SUDIN
II
2010 7.572.000.000 893.787.843 3.652.000.000 858.954.535 1.752.742.378 11,8 23,52
2011 1.033.000.000 3.529.830.006 8.184.368.281 2.390.670.897 5.920.500.903 341,71 29,21
2012 9.456.000.000 8.090.420.154 7.870.000.000 5.203.083.800 13.293.503.954 85,56 66,11
2013 15.215.000.000 15.982.817.976 7.351.000.000 5.947.662.263 21.930.480.239 105,05 80,91
2014 14.680.000.000 14.900.566.815 8.103.000.000 6.676.104.185 21.576.671.000 101,5 82,39
74. 59
Grafik 4.2
Perbandingan Total Realisasi Pajak Hiburan Tahun 2010-2014
Sumber : Sudin PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari segi persentase tertinggi terjadi pada tahun 2011
di SUDIN PP I yaitu 341,71% yang artinya target penerimaan dalam 1
tahun sebesar Rp 1.033.000.000 telah berhasil dicapai sebesar Rp
3.529.830.006. Peningkatan kedua di SUDIN PP II pada tahun 2014 dengan
82,39% yang artinya target penerimaan dalam 1 tahun sebesar Rp
8.103.000.000 telah berhasil dicapai sebesar Rp 6.676.104.185 walaupun
tidak mencapai targetnya tetapi persentase penerimaan tahun 2014
mengalami peningkatan dari tahun 2013. Tidak tercapainya target
disebabkan adanya indikasi oknum-oknum yang tidak tertib membayar
pajak.
4.2.1.3 Pajak Restoran
Berikut Berikut merupakan Realisasi dan target penerimaan pajak Restoran .
Jakarta timur pada SUDIN I dan II untuk tahun 2010 sampai dengan tahun
2014.
-
5.000.000.000
10.000.000.000
15.000.000.000
20.000.000.000
25.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Datenreihen1 1.752.742 5.920.500 1.752.742 21.930.48 21.576.67
Penerimaan
Tahun
Pajak Hiburan
75. 60
Tabel 4.3
Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Restoran Jakarta Timur Tahun
Anggaran 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui penerimaan pajak restoran di Suku
Dinas Pelayanan Pajak Timur dilihat dari total realisasi tertinggi terjadi pada
tahun 2014 sebesar Rp 90.919.667.348 telah mengalami kenaikan sebesar
Rp 2.318.043.000 dari penerimaan sebelumnya yaitu 88.601.624.343. Dari
segi target dan realisasinya prospek peningkatan penerimaan pajak tiap
tahunnya cukup tinggi, dalam hal ini disebabkan bertambahnya restoran
ataupun rumah makan baru di Jakarta sehingga menjadikan bertambahnya
wajib pajak yang mendaftarkan usahanya selain itu faktor bertambahnya
pusat perbelanjaaan sebagai penampung pengusaha untuk membuka
restoran. Dapat dilihat pada grafik 4.3 perbandingan penerimaan pajak tiap
tahunnya pada Sudin PP Timur.
Tahun
SUDIN I SUDIN II
Total Realisasi
Persentase (%)
Target Realisasi Target Realisasi
SUDIN
I
SUDIN
II
2010 6.849.600.000 4.569.029.640 10.061.600.000 7.677.224.293 12.246.253.933 66,71 76,3
2011 4.907.000.000 13.569.939.056 10.641.042.322 12.361.330.717 25.931.269.773 276,54 116,17
2012 52.630.000.000 47.817.392.500 11.298.000.000 12.366.683.527 60.184.076.027 90,86 109,46
2013 65.380.000.000 64.506.889.253 22.475.000.000 24.094.735.090 88.601.624.343 98,66 107,21
2014 81.000.000.000 61.410.409.106 30.000.000.000 29.509.258.242 90.919.667.348 75,82 98,36
76. 61
Grafik 4.3
Perbandingan Total Realisasi Pajak Restoran Tahun 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari segi persentase tertinggi terjadi pada tahun 2011 di
SUDIN PP I yaitu 276,54% yang artinya target penerimaan dalam 1 tahun sebesar
Rp 4.907.000.000 telah berhasil dicapai sebesar Rp 13.569.939.056 ini merupakan
peningkatan pajak tertinggi selama 5 tahun terakhir. Peningkatan kedua di SUDIN
PP II pada tahun 2011 dengan persentase 116,17% yang artinya target penerimaan
dalam 1 tahun sebesar Rp 10.641.042.322 telah berhasil dicapai sebesar Rp
12.361.330.717 . Menurut keterangan dari SUDIN PP pada tahun 2011 ini mereka
mengalami surplus karena baik SUDIN 1 dan SUDIN II mengalami pencapaian
penerimaan yang melebihi target. Terbuktik dari penghitungan data yang diolah
pada tahun 2011 penerimaan pajak timur untuk restoran cukup tinggi.
-
10.000.000.000
20.000.000.000
30.000.000.000
40.000.000.000
50.000.000.000
60.000.000.000
70.000.000.000
80.000.000.000
90.000.000.000
100.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Datenreihen1 12.246.253 25.931.269 60.184.076 88.601.624 90.919.667
Penerimaan
Tahun
Pajak Restoran
77. 62
4.2.1.4 Pajak Reklame
Berikut Berikut merupakan Realisasi dan target penerimaan pajak Reklame
Jakarta timur pada SUDIN I dan II untuk tahun 2010 sampai dengan tahun
2014.
Tabel 4.4
Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Reklame Jakarta Timur TA 2010-
2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui penerimaan pajak hiburan di Suku Dinas
Pelayanan Pajak Timur dilihat dari total realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2014
sebesar Rp 39.514.760.731 telah mengalami kenaikan sebesar Rp
14.007.153.410. dari penerimaan sebelumnya Rp 25.507.607.321. Peningkatan
yang tinggi ditunjang oleh keberadaan pengusaha yang ingin mengiklankan
ataupun mengenalkan produknya kepada masyarakat dengan mengunakan media
reklame seprti iklan yang berbentuk baliho, pamflet, balon udara, dan sebagainya.
Dapat dilihat juga pada grafik 4.4 perbandingan penerimaan pajak reklame untuk
tiap tahunnya pada Sudin PP Timur.
Tahun
SUDIN I SUDIN II
Total Realisasi
Persentase (%)
Target Realisasi Target Realisasi
SUDIN
I
SUDIN
II
2010 12.632.000.000 11.069.591.900 30.210.000.000 21.617.123.885 32.686.715.785 87,63 71,56
2011 15.633.000.000 9.684.872.308 3.180.324.198 17.907.691.732 27.592.564.040 61,95 563,08
2012 15.285.000.000 13.563.370.766 16.684.000.000 14.623.030.457 28.186.401.223 88,74 87,65
2013 12.269.100.000 13.767.505.148 10.575.100.000 11.740.102.173 25.507.607.321 112,21 111,02
2014 82.007.000.000 15.849.884.214 80.000.000.000 23.664.876.517 39.514.760.731 19,33 29,58
78. 63
Grafik 4.4
Perbandingan Total Realisasi Pajak Reklame Tahun 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari segi persentase tertinggi terjadi pada tahun 2013
di SUDIN PP I yaitu 121,21% yang artinya target penerimaan dalam 1
tahun sebesar Rp 12.269.100.000 telah berhasil dicapai 13.767.505.148.
Peningkatan kedua di SUDIN PP II pada tahun 2011 dengan 563,08% yang
artinya target penerimaan dalam 1 tahun sebesar Rp 3.180.324.198 telah
berhasil dicapai sebesar Rp 17.907.691.732. Persentase kenaikan yang
cukup fantastis pada tahun 2011 didukung oleh penambahan wajib pajak
serta ketertiban membayara pajak tepat waktu dan tepat nilai.
4.2.1.5 Pajak Parkir
Berikut Berikut merupakan Realisasi dan target penerimaan pajak Reklame
Jakarta timur pada SUDIN I dan II untuk tahun 2010 sampai dengan tahun
2014.
-
5.000.000.000
10.000.000.000
15.000.000.000
20.000.000.000
25.000.000.000
30.000.000.000
35.000.000.000
40.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Datenreihen1 32.686.715 27.592.564 28.186.401 25.507.607 39.514.760
Penerimaan
Tahun
Pajak Reklame
79. 64
Tabel 4.5
Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Parkir Jakarta Timur Tahun
Anggaran 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui penerimaan pajak parkir di Suku Dinas
Pelayanan Pajak Timur dilihat dari total realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2014
sebesar Rp 9.892.081.163 telah mengalami kenaikan sebesar Rp 5.966.133.247
dari penerimaan sebelumnya Rp 3.925.947.916. Peningkatan yang tinggi
ditunjang oleh bertambahnya keberadaan perkantoran, pusat perbelanjaan dan
ruko ataupun toko besar yang menyediakan lahan untuk parkir selain itu ada
kenaikan tarif parkir sebagai kebijakan perintahan ditahun 2014, sehingga
penerimaan juga akan tinggi Dapat dilihat juga pada grafik 4.5 perbandingan
penerimaan pajak reklame untuk tiap tahunnya pada Sudin PP Timur.
Tahun
SUDIN I SUDIN II
Total
Realisasi
Persentase (%)
Target Realisasi Target Realisasi
SUDIN
I
SUDIN
II
2010 9.029.100.000 4.319.351.767 5.681.000.000 2.394.355.824 6.713.707.591 47,84 42,15
2011 5.114.000.000 3.415.617.679 3.824.558.170 3.908.975.985 7.324.593.664 66,79 102,21
2012 705.000.000 497.626.728 7.870.000.000 5.536.945.173 6.034.571.901 70,59 70,36
2013 1.928.000.000 2.157.618.840 1.728.000.000 1.768.329.076 3.925.947.916 111.91 102,33
2014 5.700.000.000 5.736.935.106 11.011.000.000 4.155.146.057 9.892.081.163 100,65 37,74
80. 65
Grafik 4.5
Perbandingan Total Realisasi Pajak Parkir Tahun 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari segi persentase tertinggi terjadi pada tahun 2013
di SUDIN PP I yaitu 111,91% yang artinya target penerimaan pajak parkir
dalam 1 tahun sebesar Rp 1.928.000.000 telah berhasil dicapai sebesar Rp
2.157.618.840. Peningkatan kedua di SUDIN PP II pada tahun 2013 dengan
102,33% yang artinya target penerimaan dalam 1 tahun sebesar Rp
1.728.000.000 telah berhasil dicapai sebesar Rp 1.768.329.076. Persentase
kenaikan ditahun yang sama merupakan keberhasilan suku dinas dalam
pencapaian target dan tertib pajak pada sektor pajak parkir sehingga suku
dinas pelayanan pajak memperoleh surplus ditahun 2013.
4.2.1.6 Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pajak
Rekapitulasi merupakan total penerimaan pajak pada SUDIN PP Timur
yang berasal dari 5 sektor pajak secara keseluruhan sebagai berikut :
-
1.000.000.000
2.000.000.000
3.000.000.000
4.000.000.000
5.000.000.000
6.000.000.000
7.000.000.000
8.000.000.000
9.000.000.000
10.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Datenreihen1 6.713.707. 7.324.593. 6.034.571. 3.925.947. 9.892.081.
Penerimaan
Tahun
Pajak Parkir
81. 66
Tabel 4.6
Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Jakarta Timur
Tahun 2010-2014
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Pada tiap sektor ada target penerimaan yang harus dicapai, seperti yang sudah
diteliti sebelumnya untuk persentase pencapain target tertinggi banyak terjadi ditahun
2011. dapat dilihat pada tabel 4.6 tahun 2011 untuk Pajak Hotel dengan target
Rp8.388.772.739 dicapai sebesar Rp14.552.726.956 dengan persentase 173,48%.
Pajak Restoran dengan target Rp15.548.042.322 dicapai sebesar Rp25.931.269.773
dengan persentase 166,78%. Pajak Hiburan dengan target Rp9.217.368.281 dicapai
sebesar Rp5.920.500.903 dengan persentase 64%. Pajak Reklame dengan target
Rp18.813.324.198 dicapai sebesar Rp27.592.564.040 dengan persentase 146,67%.
dan Pajak Parkir dengan target Rp8.938.558.170 dicapai sebesar Rp 7.324.593.664
dengan persentase 81,94%.
Pendapatan yang diterima SUDIN PP berasal dari 5 sektor pajak yang tertinggi
terjadi ditahun 2014 sebesar Rp 191.633.057.682.Banyak indikasi yang membuat
penerimaan mencapai target, diantaranya bertambahnya wajib pajak baru, kenaikan
tarif, dan Adanya tunggakan pajak sehingga penerimaan akan tinggi pada tahun tertu.
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2010 12,867,049,000 16,212,921,958 16,911,200,000 12,246,253,933 11,224,000,000 1,752,742,378 42,842,000,000 32,686,715,785 14,710,100,000 6,713,707,591 98,554,349,000 69,612,341,645
2011 8,388,772,739 14,552,726,956 15,548,042,322 25,931,269,773 9,217,368,281 5,920,500,903 18,813,324,198 27,592,564,040 8,938,558,170 7,324,593,664 60,906,065,710 81,321,655,336
2012 8,629,000,000 7,939,023,733 63,928,000,000 60,184,076,027 17,326,000,000 13,293,503,954 31,969,000,000 28,186,401,223 8,575,000,000 6,034,571,901 130,427,000,000 115,637,576,838
2013 25,204,000,000 25,355,129,995 87,855,000,000 88,601,624,343 22,566,000,000 21,930,480,239 22,844,200,000 25,507,607,321 3,656,000,000 3,925,947,916 162,125,200,000 165,320,789,814
2014 32,428,000,000 29,729,877,440 111,000,000,000 90,919,667,348 22,783,000,000 21,576,671,000 162,007,000,000 39,514,760,731 16,711,000,000 9,892,081,163 344,929,000,000 191,633,057,682
PajakHotel PajakRestoran PajakHiburan PajakReklame PajakParkir
Tahun TotalRealisasiTotalTarget
82. 67
4.2.2 Kntribusi Pajak Daerah
4.2.2.1 Kontribusi Pajak Daerah terhadap Penerimaan Pajak Daerah SUDIN
PP Jakarta Timur
Kontribusi Pajak daerah dari lima sektor pajak yaitu Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pajak Parkir perkembangan
kontribusi tersebut dilihat dari tiap tahunya untuk periode 2010-2014.
4.2.2.2 Kontribusi Tahun Anggara 2010
Mengetahui hasil kontribusi dengan perhitungan sebagai berikut:
Kontribusi =
. . .
. . .
� %
Tabel 4.7
Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak Sudin PP
Timur Tahun 2010
Jenis Pajak Tahun 2010 Kontribusi (%)
Pajak Hotel 16.212.921.958 23,291
Pajak Restoran 12.246.253.933 17,592
Pajak Hiburan 1.752.742.378 2,518
Pajak Reklame 32.686.715.785 46,955
Pajak Parkir 6.713.707.591 9,644
Total Kontribusi Sumber
Pajak Daerah
69.612.341.645 100
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Pada Tabel 4.7 Kontribusi tahun 2010 untuk 5 sektor Pajak Daerah
dengan total sumber pajak Rp 69.612.341.645 terlihat jelas tiap-tiap sektor
memberikan kontribusi yang beragam. Berdasarkan tabel 4.7 untuk Pajak
Hotel memberi penerimaan Rp16.212.921.958 dengan kontribusi 23,291%
83. 68
dari total sumber pajak sebesar Rp 69.612.341.645, Untuk Pajak Restoran
memberikan penerimaan Rp 12.246.253.933 dengan kontribusi 17,592 %
dari total sumber pajak sebesar Rp 69.612.341.645, Untuk Pajak Hiburan
memberikan penerimaan Rp 1.752.742.378 dengan kontribusi 2,518% dari
total sumber pajak sebesar Rp 69.612.341.645, Untuk Pajak Reklame
memberikan penerimaan Rp 32.686.715.785 dengan kontribusi 46,955%
dari total sumber pajak sebesar Rp 69.612.341.645, Untuk Pajak Parkir
memeberikan penerimaan Rp 6.713.707.591 dengan kontribusi 9,644% dari
total sumber pajak sebesar Rp 69.612.341.645. Dapat dilihat besar
perbandingan kontribusi untuk tiap sektor pada diagram 4.7 dibawah ini
Diagram 4.7
Perbandingan Kontribusi Pajak Daerah
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari diagram 4.7 diatas menurut segi persentase
kontribusi terbesar yang diberikan terhadap penerimaan pajak Sudin PP Timur
berasal dari sektor Pajak Reklame yaitu sebesar 46,955% dan Kontribusi
23,291
17,592
2,518
46,955
9,644
TAHUN 2010
persentase (%)
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Parkir
84. 69
terkecil berasal dari sektor Pajak Hiburan dengan nilai kontribusi sebesar
2,518%. Dapat dilihat pula kriteria nilai kontribusi pada tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7
Kriteria Nilai Kontribusi
Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM (Data diolah)
Jika dilihat berdasarkan tabel kriteria nilai kontribusi tersebut
sudah dapat dilihat hasil kontribusi dari 5 (lima) sektor pajak tersebut di
tahun 2010 yang memeberikan kontribusi terbesar adalah pajak reklame
dengan kontribusi 46,955% serta memiliki kriteria baik dibandingkan
dengan 4 (empat) sector pajak lainnya seperti pajak hotel dengan
kontribusi 23,291% memiliki kriteria cukup, pajak Restoran dengan
kontribusi 17,592% memiliki kriteria kurang, pajak Hiburan dan pajak
parkir dengan kontribusi masing-masing 2,518% dan 9,644% memiliki
kriteria sangat kurang. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun
2010 pajak reklame seperti pamflet,brosur,baliho dan sejenisnya sangat
diminati sebagai wadah iklan ataupun info pemberitahuan kepada
masyarakat, sehingga wajib pajak reklame menjadi bertambah.
Pajak Daerah Kontribusi
Persentase
Kontribusi
Kriteria
Pajak Hotel 23,291 20,10% - 30% Cukup
Pajak Restoran 17,592 10,10% - 20% Kurang
Pajak Hiburan 2,518 0% - 10% Sangat kurang
Pajak Reklame 46,955 40,10% - 50% Baik
Pajak Parkir 9,644 0% - 10% Sangat kurang
85. 70
4.2.2.3 Kontribusi Tahun Anggara 2011
Mengetahui hasil kontribusi dengan perhitungan sebagai berikut :
Kontribusi =
. . .
. . .
� %
Tabel 4.8
Kontribusi Pajak Daerah bagi Penerimaan Pajak Sudin PP Timur
Tahun 2011
Jenis Pajak Tahun 2011
Kontribusi
(%)
Pajak Hotel 14.552.726.956 17,895
Pajak Restoran 25.931.269.773 31,887
Pajak Hiburan 5.920.500.903 7,281
Pajak Reklame 27.592.564.040 33,93
Pajak Parkir 7.324.593.664 9,007
Total Kontribusi Sumber Pajak
Daerah
81.321.655.336 100
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Pada Tabel 4.8 Kontribusi tahun 2011 untuk 5 sektor Pajak Daerah
dengan total sumber pajak Rp 81.321.655.336 terlihat jelas tiap-tiap sektor
memberikan kontribusi yang beragam. Berdasarkan tabel 4.8 untuk Pajak
Hotel memberikan penerimaan Rp 14.552.726.956 dengan kontribusi
17,895% dari total sumber pajak sebesar Rp 81.321.655.336, Untuk Pajak
Restoran memberikan penerimaan Rp 25.931.269.773 dengan kontribusi
7,281% dari total sumber pajak sebesar Rp 81.321.655.336, Untuk Pajak
Hiburan memberikan penerimaan sebesar Rp 5.920.500.903 dengan
kontribusi 7,281% dari total sumber pajak sebesar Rp 81.321.655.336, Untuk
Pajak Reklame memberikan penerimaan sebesar Rp 27.592.564.040 dengan
86. 71
kontribusi 33.93% dari total sumber pajak sebesar Rp 81.321.655.336,
Untuk Pajak Parkir memberikan penerimaan Rp 7.324.593.664 dengan
kontribusi 9,007% dari total sumber pajak sebesar Rp 81.321.655.336. Dapat
dilihat besar perbandingan kontribusi untuk tiap sektor pada diagram 4.8
dibawah ini
Diagram 4.8
Perbandingan Kontribusi Pajak Daerah
Sumber : SUDIN PP Jakarta Timur (Data diolah)
Apabila dilihat dari diagram 4.8 diatas menurut segi persentase
kontribusi terbesar yang diberikan terhadap penerimaan pajak Sudin PP
Timur berasal dari sektor Pajak Reklame yaitu sebesar33,93% dan
Kontribusi terkecil berasal dari sektor Pajak Hiburan dengan nilai kontribusi
sebesar 7,281%. ditahun 2010 dan 2011 pajak reklame masih menjadi sektor
pajak yang memiliki kontribusi terbesar. Dapat dilihat pula kriteria nilai
kontribusi pada tabel 4.8 dibawah ini.
17,895
31,887
7,281
33,93
9,007
TAHUN 2011
persentase (%)
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Parkir