1. TUGAS II BAHASA INDONESIA
1. 2 MODEL PEMBELAJARAN
A. MODEL KETERAMPILAN BAHASA LISAN
1. ulang-ucap;
2. lihat-ucapkan;
3. memerikan;
4. menjawab pertanyaan;
5. bertanya;
6. pertanyaan menggali;
7. melanjutkan cerita;
8. menceritakan kembali;
9. percakapan;
10. parafrase;
11. reka cerita gambar;
12. bercerita;
13. memberi petunjuk;
14. melaporkan;
15. bermain peran;
16. wawancara;
17. diskusi;
18. bertelepon;
19. dramatisasi.
B. MODEL KETERAMPILAN BAHASA TULIS
1.Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah
mereka tentukan
2. Tahap Membuat Draft
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Membuat draft kasar
b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis
2. 3. Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini adalah sebagai
berikut:
a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok)
b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman
sekelompok atau sekelas
c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari
pengajar maupun teman
d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft berikutnya,
sehingga menghasilkan draft akhir
4. Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah sebagai
berikut:
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri
b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka
sekelas/sekelompok
c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus
dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian.
2. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAHASA
LISAN DAN TULIS
A. BAHASA TULIS
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan
menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat,
pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir
dan kreativitas siswa dalam menulis.Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung (Nunan,
2001:86). Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan
cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan
seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh
keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif
yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan
kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditetapkan sebagai Kurikulum
2006 telah diberlakukan di sekolah-sekolah mulai tahun 2006. Kurikulum 2006 ini juga
diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan perlu ditegaskan bahwa tugas sebagai guru adalah membelajarkan siswa,
bukan mengajar. Siswalah yang harus didorong agar secara aktif berlatih menggunakan
bahasa khususnya pada keterampilan menulis. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan
kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk berlatih menggunakan bahasa agar
komopetensi yang diharapkan dapat tercapai.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dalam standar isi
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis. Standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia yang merupakan
kualifikasi
kemampuan
minimal
peserta didik
yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia. Selain itu Standar kompetensi adalah dasar bagi siswa untuk dapat memahami dan
mengakses perkembangan lokal, regional, dan global.
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan
meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh
informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru
merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan,
mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
kegiatan belajar mengajar yang untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang
dimaksud. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional,
inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Pada tulisan ini, akan membahas tentang keterampilan menulis khususnya menulis
karangan argumentasi. Selama ini berdasarkan hasil observasi, keterampilan siswa untuk
menulis masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis karangan argumentasi
mereka kesulitan untuk dapat menulis isi karangan argumentasi, menyebutkan ciri-ciri
karangan argumentasi, dan membedakan jenis-jenis karangan argumentasi dengan karangan
lainnya. Agar dapat menulis kadang-kadang siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik
dan media yang menarik. Untuk itu guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa
tertarik agar siswa dapat menulis dengan baik
Dalam menulis dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan
antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara karangan dengan karangan berikutnya
sehingga akan membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh. Pengajaran menulis,
khususnya menulis karangan argumentasi adalah keterampilan yang bertujuan untuk
mengungkapkan sesuatu dengan disertai alasan.
4. Penerapan model pembelajaran berbasis informasi ini sebagai alternatif pembelajaran
menulis karangan argumentasi sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan diharapkan dapat mengurangi
kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis. Untuk itu, diperlukan sebuah model
pembelajaran yang baru agar dapat memberdayakan siswa.
B.
BAHASA LISAN
a. Kalimat bahasa lisan banyak yang kurang terstruktur ketimbang bahasa tulisan, yaitu (a)
bahasa lisan berisi beberapa kalimat tidak lengkap, bahkan sering urutan frasa-frasa
sederhana, (b) bahasa lisan secara khusus memuat lebih sedikit kalimat subordinat, dan (c)
dalam percakapan lisan, kalimat-kalimat pendek dapat diobservasi, dan biasanya berbentuk
kalimat deklaratif aktif.
b. Dalam bahasa tulisan terdapat seperangkat penanda metabahasa untuk menandai hubungan
antar klausa (bahwa, ketika), juga, seperti, di samping itu, biarpun, selain itu, yang disebut
logical connector. Dalam bahasa lisan, penggunaan susunan kalimat dihubungkan oleh dan
tetapi, lalu, serta agak jarang jika.
c. Kalimat bahasa tulisan secara umum berstruktur Subjek–Predikat, sedangkan dalam bahasa
lisan umumnya berstruktur topik komentar.
d. Dalam tuturan formal, peristiwa konstruksi pasif relatif jarang terjadi.
e. Dalam obrolan akrab, penutur dapat mempercayakan petunjuk pandangan untuk membantu
suatu acuan.
f. Penutur dapat menjaring ekspresi lawan bicara.
g. Penutur sering mengulangi beberapa bentuk kalimat.
h. Penutur sering menghasilkan sejumlah pengisi (filter), misalkan, baiklah, saya pikir,
engkau tahu, tentu, juga (Brown dalam Yule, 1983: 12).
5. TUGAS III
1. BERILAH CONTOH :
A. Model penilaian pembelajaran keterampilan bahasa lisan
1. Bermain tebak-tebakan
Guru : “Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan dengan seksama,
nanti kalau ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan langsung
jawab, kalian mengerti?”
Siswa : “Mengerti, Bu Guru!”
Guru : “Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku sangat diperlukan untuk lalu lintas.
Banyak tempat dan kota yang kuhubungkan. Berbagai jenis mobil lewat di
punggungku. Aku dikeraskan dengan batu dan aspal. Silakan terka, siapa aku!”
Siswa : “ Jalan raya!”
Guru : “ Anak-anak Bapak punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan, Pak Guru
akan melukiskan suatu benda. Siapa yang mengetahui benda yang Pak Guru
maksudkan, segera acungkan tangan!”
Siswa : Siap, Pak Guru!”
Guru : “Bagus!” Dengarkan, disana ada sebuah tempat berair. Bentuknya
memanjang dan berliku-liku. Air dari sana diperlukan oleh petani. Didalamnya
kadang-kadang banyak ikan. Silakan terka, apa nama tempat itu!”
Siswa: “ Sungai!”
Guru : “ Anak-anak Ibu punya sebuah tebak-tebakan! Dengarkan, dengan
seksama, nanti kalau ada yang tau jawabannya langsung acungkan tangan dan
langsung jawab, kalian mengerti?”
Siswa : “ Mengerti, Bu Guru!”
Guru : “Bagus! Dengarkan, ada sejenis burung yang indah. Jenis burung ini
sukamenari. Bila menari, ekornya seperti kipas. Jenis burung ini sukar didapat.
Silakan terka, Burung itu namanya!”
Siswa :“ Merak!”
6. B. Model penilaian pembelajaran keterampilan bahasa tulis
Penilaian Membaca
Aspek penting dalam penilaian membaca adalah pemahaman karenanya, alat ukur
yang paling tepat digunakan berbentuk tes ada dua jenis tes yang dpat digunakan
untuk menguji kemampuan membaca siswa SD yaitu tes pemahaman kalimat dan tes
pemahaman wacana.
1.
Tes Pemahaman Wacana
Jenis tes ini biasanya diberikan dikelas rendah, bagi siswa SD kelas rendah. Tes
seperti ini terasa cukup sukar karena kemampuan membaca mereka masih terbatas.
Oleh karenanya, dalam menyusun tes pemahaman kalimat, guru harus memilih cara
yang tepat agar tidak membuat siswa frustasi karena tidak mampu mengerjakan tes.
Ada dua cara dalam menyusun tes pemahakan kalimat yaitu menyajikan gambar dan
menyajikan kata atau frase untuk pilihan jawabannya.
Tes pemahaman kalimat biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
memahami fungsi kosakata dan struktur dalam kalimat.
Contoh:
a)
Bentuk pernyataan dengan gambar sebagai alternatif. Jawabannya:
(1) Di depan rumah Siska, ada dua batang pohon mangga.
C. Model pembelajaran apresiasi sastra puisi
Contoh : memparafrasekan puisi “Karangan Bunga” karya Taufik Ismail.
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
dengan langkah malu-malu
datang ke Salemba
sore itu
Ini dari kami bertiga
pita hitam
pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
pada kakak
yang ditembak mati
siang tadi