Dokumen tersebut membahas tentang hukum-hukum jualah (sayembara) yang mencakup 4 poin utama, yaitu: 1) pengertian jualah, 2) hukum jualah, 3) rukun-rukun jualah, dan 4) beberapa hukum jualah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan akibat harta haram, termasuk musibah dan dosa akibat memiliki harta haram seperti riba. Dibahas pula mengapa pemilik harta haram terkadang tampak sehat dan baik-baik saja, yaitu karena istidraj Allah yang memberi mereka tenggang waktu."
1. Presentasi membahas tentang syirkah dan mudharabah, termasuk definisi, dalil, jenis-jenis syirkah, rukun dan syarat syirkah, serta penjelasan musyarakah dan mudharabah.
2. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dengan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bersama.
3. Musyarakah adalah kerjasama usaha antara pemilik modal
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTAnas Wibowo
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian utang (ad dain) dan pinjaman (al qardh) serta hukum-hukum yang terkait. Utang adalah kewajiban untuk mengembalikan sejumlah uang atau barang, sedangkan pinjaman merupakan salah satu jenis utang dimana barang dipinjam dengan ketentuan dikembalikan dalam jumlah dan jenis yang sama. Hukum utang umumnya boleh asalkan memenuhi syarat niat mengem
Nabi memberikan nasihat bahwa kebahagiaan sejati berasal dari menjalankan tugas sebagai hamba Allah yaitu beribadah dan menjalankan risalah Islam. Kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan tidak menjamin kebahagiaan. Para sahabat Nabi merupakan teladan kebahagiaan karena patuh pada Allah dan mengutamakan jihad. Kaya miskin bukan penentu kebahagiaan, yang penting melaksanakan ibadah.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum-hukum jualah (sayembara) yang mencakup 4 poin utama, yaitu: 1) pengertian jualah, 2) hukum jualah, 3) rukun-rukun jualah, dan 4) beberapa hukum jualah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan akibat harta haram, termasuk musibah dan dosa akibat memiliki harta haram seperti riba. Dibahas pula mengapa pemilik harta haram terkadang tampak sehat dan baik-baik saja, yaitu karena istidraj Allah yang memberi mereka tenggang waktu."
1. Presentasi membahas tentang syirkah dan mudharabah, termasuk definisi, dalil, jenis-jenis syirkah, rukun dan syarat syirkah, serta penjelasan musyarakah dan mudharabah.
2. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dengan konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bersama.
3. Musyarakah adalah kerjasama usaha antara pemilik modal
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTAnas Wibowo
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian utang (ad dain) dan pinjaman (al qardh) serta hukum-hukum yang terkait. Utang adalah kewajiban untuk mengembalikan sejumlah uang atau barang, sedangkan pinjaman merupakan salah satu jenis utang dimana barang dipinjam dengan ketentuan dikembalikan dalam jumlah dan jenis yang sama. Hukum utang umumnya boleh asalkan memenuhi syarat niat mengem
Nabi memberikan nasihat bahwa kebahagiaan sejati berasal dari menjalankan tugas sebagai hamba Allah yaitu beribadah dan menjalankan risalah Islam. Kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan tidak menjamin kebahagiaan. Para sahabat Nabi merupakan teladan kebahagiaan karena patuh pada Allah dan mengutamakan jihad. Kaya miskin bukan penentu kebahagiaan, yang penting melaksanakan ibadah.
1. Umrah adalah kunjungan ke Ka'bah di Mekah dengan berihram dan melaksanakan manasik yang ditentukan seperti tawaf, sa'i, dan tahallul.
2. Terdapat syarat, rukun, dan larangan ketika melaksanakan umrah seperti beragama Islam, berakal baligh, memulai ihram dari miqat, dan larangan ketika berihram seperti menutup kepala dan memotong rambut.
3. Ritual umrah meliputi tawaf
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang ayat Al-Quran Surat Fatir yang mengisahkan permohonan penghuni neraka untuk dikeluarkan, (2) Dokumen tersebut menjelaskan makna beberapa kata kunci dalam ayat tersebut seperti arti berteriak, Tuhan kami, dan keluarkan kami, (3) Dokumen tersebut juga menyoroti pentingnya manusia memanfaatkan kesempatan
Dokumen tersebut membahas tentang tiga konsep ekonomi syariah yaitu wadiah, qardh, dan rahn. Wadiah adalah akad penitipan barang dengan prinsip kepercayaan. Qardh adalah pinjaman uang tanpa bunga. Rahn adalah gadai barang sebagai jaminan pinjaman."
Dokumen tersebut membahas konsep wakalah, kafalah, dan hawalah dalam hukum Islam. Wakalah adalah penyerahan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk menggantikan, kafalah adalah jaminan atas utang orang lain, sedangkan hawalah adalah pengalihan hutang."
1. Khiyar berarti memilih, menyisihkan, dan menyaring untuk menentukan yang terbaik dari dua pilihan atau lebih. 2. Khiyar dalam jual beli didasarkan pada hadis Nabi yang memberikan hak pilih bagi pembeli dan penjual selama mereka belum berpisah. 3. Ada beberapa jenis khiyar seperti khiyar syarat, khiyar 'aib, dan khiyar ru'yah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, hukum, rukun, syarat, dan macam-macam syirkah menurut hukum Islam. Terdapat dua jenis syirkah yaitu syirkah amelak dan syirkah akad, dimana syirkah akad terdiri dari syirkah inan, abdan, mudharabah, wujuh, dan mufawadah.
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Anas Wibowo
KH. Shiddiq al-Jawi, Maret 2020. POKOK BAHASAN:
(1) PENGERTIAN IHTIKAR (MENIMBUN BARANG)
(2) HUKUM IHTIKAR
(3) KRITIK TERHADAP PENDAPAT YANG MEMBATASI KEHARAMAN IHTIKAR
(4) KESIMPULAN
(5) DAFTAR PUSTAKA
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis transaksi murabahah menurut syariah. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan. Terdapat 4 rukun utama murabahah yaitu penjual, pembeli, persetujuan, dan barang. Jenis-jenis murabahah meliputi berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan, serta contoh penerapannya dalam perbankan syaria
Hari Sabtu depan telah masuk tanggal 1 Dzulhijjah 1437, marilah mendulang pahala sebesar-besarnya yang memang telah Allah SWT tawarkan kepada hamba-NYa. Tinggal kita mau nggak memaanfaatkan kesempatan ini.
Dokumen tersebut membahas tentang ijârah dalam perspektif bahasa, istilah, dasar hukum dalam Al-Qur'an dan hadis, syarat-syarat sah dan in'iqad akad ijârah, rukun ijârah, macam-macam ijârah, akibat hukum akad ijârah terhadap para pihak, dan berakhirnya akad ijârah.
Dokumen tersebut membahas tentang pinjam meminjam dalam Islam (ariyah). Ariyah didefinisikan sebagai memberikan manfaat suatu barang kepada orang lain untuk dimanfaatkan tanpa merusaknya agar dapat dikembalikan. Dokumen tersebut juga membahas rukun-rukun, syarat-syarat, dan hukum-hukum ariyah menurut pandangan berbagai mazhab.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari berbagai mazhab. Terdapat lima paragraf yang menjelaskan sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, serta kitab-kitab kaidah fiqhiyah modern. Dokumen ini juga membahas dua kitab kaidah fiqhiyah klasik yaitu Qawa'id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam karya Izz
Dokumen tersebut membahas tentang dhaman (jaminan) dan kafalah (jaminan kehadiran). Dhaman adalah menjamin pelunasan hutang seseorang, sedangkan kafalah adalah menjamin kehadiran seseorang di pengadilan. Keduanya memiliki syarat dan rukun yang sama, yakni adanya penjamin, orang yang dijamin, dan pihak penerima jaminan. Kafalah memiliki dua jenis, yaitu kafalah jiwa yang menjamin ke
Lembaga keuangan syariah sampai sejauh ini terus mengalami peningkatan. Bentuk dari Lembaga salah satunya adalah asuransi syariah yang dikenal dengan takaful. Asuransi Syariah pertama adalah PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai perusahaan pada 24 Februari 1994 berawal dari prakarsa Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dimatangkan melalui seminar nasional dan studi banding dengan Takaful Malaysia. Dimonitori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan, serta para pengusaha muslim Indonesia pada tanggal 4 Agustus 1994 berdirilah PT Asuransi Takaful Keluarga, saat itu saham dimiliki oleh IDB, Takaful Malaysia,Permodalan Nasional Madani dan Bank Muamalat. Maka, mulailah perkembangan asuransi syariah (takaful) di Indonesia.
1. Umrah adalah kunjungan ke Ka'bah di Mekah dengan berihram dan melaksanakan manasik yang ditentukan seperti tawaf, sa'i, dan tahallul.
2. Terdapat syarat, rukun, dan larangan ketika melaksanakan umrah seperti beragama Islam, berakal baligh, memulai ihram dari miqat, dan larangan ketika berihram seperti menutup kepala dan memotong rambut.
3. Ritual umrah meliputi tawaf
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang ayat Al-Quran Surat Fatir yang mengisahkan permohonan penghuni neraka untuk dikeluarkan, (2) Dokumen tersebut menjelaskan makna beberapa kata kunci dalam ayat tersebut seperti arti berteriak, Tuhan kami, dan keluarkan kami, (3) Dokumen tersebut juga menyoroti pentingnya manusia memanfaatkan kesempatan
Dokumen tersebut membahas tentang tiga konsep ekonomi syariah yaitu wadiah, qardh, dan rahn. Wadiah adalah akad penitipan barang dengan prinsip kepercayaan. Qardh adalah pinjaman uang tanpa bunga. Rahn adalah gadai barang sebagai jaminan pinjaman."
Dokumen tersebut membahas konsep wakalah, kafalah, dan hawalah dalam hukum Islam. Wakalah adalah penyerahan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk menggantikan, kafalah adalah jaminan atas utang orang lain, sedangkan hawalah adalah pengalihan hutang."
1. Khiyar berarti memilih, menyisihkan, dan menyaring untuk menentukan yang terbaik dari dua pilihan atau lebih. 2. Khiyar dalam jual beli didasarkan pada hadis Nabi yang memberikan hak pilih bagi pembeli dan penjual selama mereka belum berpisah. 3. Ada beberapa jenis khiyar seperti khiyar syarat, khiyar 'aib, dan khiyar ru'yah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, hukum, rukun, syarat, dan macam-macam syirkah menurut hukum Islam. Terdapat dua jenis syirkah yaitu syirkah amelak dan syirkah akad, dimana syirkah akad terdiri dari syirkah inan, abdan, mudharabah, wujuh, dan mufawadah.
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Anas Wibowo
KH. Shiddiq al-Jawi, Maret 2020. POKOK BAHASAN:
(1) PENGERTIAN IHTIKAR (MENIMBUN BARANG)
(2) HUKUM IHTIKAR
(3) KRITIK TERHADAP PENDAPAT YANG MEMBATASI KEHARAMAN IHTIKAR
(4) KESIMPULAN
(5) DAFTAR PUSTAKA
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis transaksi murabahah menurut syariah. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan. Terdapat 4 rukun utama murabahah yaitu penjual, pembeli, persetujuan, dan barang. Jenis-jenis murabahah meliputi berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan, serta contoh penerapannya dalam perbankan syaria
Hari Sabtu depan telah masuk tanggal 1 Dzulhijjah 1437, marilah mendulang pahala sebesar-besarnya yang memang telah Allah SWT tawarkan kepada hamba-NYa. Tinggal kita mau nggak memaanfaatkan kesempatan ini.
Dokumen tersebut membahas tentang ijârah dalam perspektif bahasa, istilah, dasar hukum dalam Al-Qur'an dan hadis, syarat-syarat sah dan in'iqad akad ijârah, rukun ijârah, macam-macam ijârah, akibat hukum akad ijârah terhadap para pihak, dan berakhirnya akad ijârah.
Dokumen tersebut membahas tentang pinjam meminjam dalam Islam (ariyah). Ariyah didefinisikan sebagai memberikan manfaat suatu barang kepada orang lain untuk dimanfaatkan tanpa merusaknya agar dapat dikembalikan. Dokumen tersebut juga membahas rukun-rukun, syarat-syarat, dan hukum-hukum ariyah menurut pandangan berbagai mazhab.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari berbagai mazhab. Terdapat lima paragraf yang menjelaskan sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, serta kitab-kitab kaidah fiqhiyah modern. Dokumen ini juga membahas dua kitab kaidah fiqhiyah klasik yaitu Qawa'id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam karya Izz
Dokumen tersebut membahas tentang dhaman (jaminan) dan kafalah (jaminan kehadiran). Dhaman adalah menjamin pelunasan hutang seseorang, sedangkan kafalah adalah menjamin kehadiran seseorang di pengadilan. Keduanya memiliki syarat dan rukun yang sama, yakni adanya penjamin, orang yang dijamin, dan pihak penerima jaminan. Kafalah memiliki dua jenis, yaitu kafalah jiwa yang menjamin ke
Lembaga keuangan syariah sampai sejauh ini terus mengalami peningkatan. Bentuk dari Lembaga salah satunya adalah asuransi syariah yang dikenal dengan takaful. Asuransi Syariah pertama adalah PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai perusahaan pada 24 Februari 1994 berawal dari prakarsa Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dimatangkan melalui seminar nasional dan studi banding dengan Takaful Malaysia. Dimonitori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan, serta para pengusaha muslim Indonesia pada tanggal 4 Agustus 1994 berdirilah PT Asuransi Takaful Keluarga, saat itu saham dimiliki oleh IDB, Takaful Malaysia,Permodalan Nasional Madani dan Bank Muamalat. Maka, mulailah perkembangan asuransi syariah (takaful) di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian asuransi menurut Islam, pendapat hukum asuransi dikalangan ulama, prinsip-prinsip dasar asuransi syariah, ciri-ciri asuransi syariah, dan manfaat asuransi syariah. Secara ringkas, asuransi syariah adalah usaha saling tolong menolong melalui investasi tabarru' yang memberikan pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu sesuai syariat.
Perkembangan & pertumbuhan asuransi syariah life insurance di indonesiaWahyu Ketapang
Perkembangan asuransi syariah life insurance di Indonesia antara tahun 2011-2013 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan premi asuransi syariah mencapai 43% pada 2013, lebih tinggi dari pertumbuhan asuransi konvensional sebesar 20%. Masa depan industri asuransi syariah di Indonesia dinilai masih terbuka lebar, didukung oleh pertumbuhan ekonomi kuat dan meningkatnya kelas menengah.
Dokumen tersebut membahas tentang asuransi konvensional dan syariah dari segi definisi, sejarah, prinsip, ketentuan hukum, dan unsur-unsur pelaksanaannya. Asuransi ditinjau sebagai metode mengurangi risiko dengan memindahkan dan menggabungkan ketidakpastian, serta memiliki perbedaan pada akad, investasi, dan pembagian keuntungan antara sistem konvensional dan syariah.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis akad syariah yang digunakan dalam asuransi syariah seperti tabarru', mudharabah, wakalah, dan musyarakah serta skema hubungan antara peserta, perusahaan asuransi syariah dan perusahaan reasuransi syariah dalam penerapan prinsip-prinsip syariah. Dokumen tersebut juga menjelaskan komposisi premi
Asuransi syariah di Indonesia bermula dari perusahaan asuransi konvensional pada abad ke-19. Pada tahun 1993, beberapa lembaga membentuk tim untuk mendirikan perusahaan asuransi syariah pertama, yaitu Syarikat Takaful Indonesia. Produk asuransi syariah meliputi asuransi keluarga dan umum, yang didasarkan pada prinsip saling tolong menolong antarpeserta.
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...An Nisbah
Abstract: Insurance business can be distinguished on some reviews. It includes general insurances, life insurances and reinsurances (on the basis of its function). Based on its basic policy, It includes term life insurances, whole life insurances, two benefcial insurances, insurances of investment unit (unit linked). Based on its belongings, it includes national private-owned insurances, state-owned
insurances, foreign corporations-owned insurances, and multiplicity-owned insurances. Based on the nature of its implementation, it includes voluntary and compulsory insurances. Based on the business support activities, it includes insurance brokers, reinsurance brokers, insurance loss assessor, consulting
actuary, and insurance agents. Mean while, mechanisms of Takaful (shari’a insurances) include underwriting, insurance policies, premiums, management of premiums, claims and insurance coverage. The main obstacles to develop shari’a insurance are lack of socialization, limitation of human resources of Takaful’s expert; lack of Muslim support, weakness of government support.
Keywords: Insurance, Syari’ah, BPJS.
1. Oleh :
KH. M. Shiddiq Al Jawi, S.Si, MSI
HUKUM ASURANSI
SYARIAH
STEI HAMFARA Yogyakarta
2012
2. POKOK BAHASAN
(1) Mukaddimah & Pengertian
Asuransi Syariah
(2) Dalil-Dalil Asuransi
Syariah
(3) Akad-Akad Dalam Asuransi
Syariah
(4) Praktik Umum Asuransi
Syariah Saving & non Saving
(5) Analisa dan Kritik
3. MUKADDIMAH
Asuransi syariah adakalanya merupakan
akad yang berdiri sendiri.
Adakalanya asuransi syariah merupakan
syarat yang ditetapkan pada suatu akad
tertentu
Misalnya : syarat pada akad jasa Umroh
(kasus PT Arminareka Perdana)
Kaidah ttg syarat :
"HUKUM ASAL MEMBUAT SYARAT-SYARAT DALAM
MUAMALAH ADALAH BOLEH.“
4. PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
Asuransi Syariah dalam literatur bahasa Arab
disebut : At Ta`min At Ta’awuni, atau At
Tamin At Takafuli , atau At Ta`min Al Islami.
Contoh literatur berbahasa Arab :
(1) At Ta`min At Ta’awuni Mahiyatuhu wa
Dhawabituhu wa Muawwiqatuhu, oleh Dr Ali
Muhyidin Al Qarhudaghi.
(2) At Ta`min At Ta’awuni Mu’awwiqatuhu
wa Istisyrafu Mustaqbalatihi, oleh Dr
Sulaiman bin Dari` Al ‘Azimi.
(3) At Ta`mi At Takafuli Bayna Dawafi’ An
Numuwwi wa Makhathir Al Jumud, oleh Dr
Musa Musthafa Musa Al Qudhah
9. PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
Definisi menurut Dewan Syariah
Nasional MUI (DSN MUI) :
Asuransi Syariah (ta`min, takaful,
tadhaamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.
(Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001, hlm. 5)
10. PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
Maksud dari Akad yang sesuai dengan syariah
tersebut adalah akad yang tidak mengandung
gharar (penipuan), perjudian, riba, penganiayaan/
kezaliman, suap, barang haram dan maksiat.
(Lihat Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001, hlm.
5).
Fatwa-Fatwa DSN MUI terkait Asuransi Asuransi
Syariah :
(1) Fatwa DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001 ttg
Pedoman Umum Asuransi Syariah
(2) Fatwa DSN No 51/DSN-MUI/III/2006 ttg akad
Mudharabah Musyarakah pada Asuransi Syariah
(3) Fatwa DSN No 52/DSN-MUI/III/2006 ttg Akad
Wakalah bil Ujrah.
(4) Fatwa DSN No 53/DSN-MUI/III/2006 ttg Akad
Tabarru’ pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
13. PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
“Asuransi Islami adalah kesepakatan sejumlah
orang yang menghadapi risiko-risiko tertentu
dengan tujuan untuk menghilangkan bahaya-
bahaya yang muncul dari risiko-risiko
tersebut, dengan cara membayar kontribusi-
kontribusi berdasarkan keharusan tabarru’
(hibah), yang darinya terbentuk dana
pertanggungan –yang mempunyai badan
hukum sendiri dan tanggungan harta
independen– yang darinya akan berlangsung
penggantian (kompensasi) terhadap bahaya-
bahaya yang menimpa salah seorang peserta
sebagai akibat terjadinya risiko-risiko yang
telah ditanggung.”
(Al Ma’ayir Al Syar’iyah, edisi th 2010, hlm. 364)
14. PENGERTIAN
ASURANSI SYARIAH
Definisi ringkas menurut AAOIFI th 2010 :
2010376(
“Asuransi Islami adalah akad pertanggungan oleh
sekelompok orang yg berdasarkan akad itu setiap
peserta membayar sejumlah harta atas dasar tabarru’
(hibah) untuk mengganti bahaya-bahaya yang
mungkin menimpa kepada siapa saja dari para
peserta ketika terjadi risiko yang telah ditanggung.”
(Al Ma’ayir Al Syar’iyah, th 2010. hlm. 376).
15. DALIL-DALIL
ASURANSI SYARIAH
Dalil-dalil yang diajukan pihak yang
melaksanakan Asuransi Syariah antara lain :
(1) Dalil-dalil tolong menolong (misal QS Al
Maidah : 2 dan hadis)
(2) Dalil tabarru’, yaitu akad untuk kebajikan
dan tolong menolong, seperti hibah.
(3) Dalil-dalil yang membolehkan mudharabah
/ musyarakah.
(4) Dalil-dalil ijarah (wakalah bil ujrah)
(5) Dalil yang membolehkan ta’widh
(pemberian kompensasi), yaitu hadis laa
dharara wa laa dhirara.
(Lihat Al Ma’ayir Al Syar’iyah, hlm. 372-375,
Fatwa-Fatwa DSN MUI no 21, 51, 52, 52).
16. DALIL-DALIL
ASURANSI SYARIAH
Dalil hadis yang sering disebut adalah hadis
tentang Kaum Asy’ariyin sbb :
Dari Abu Musa RA, ia berkata: Nabi saw
bersabda:
Bahwa kaum al-Asy’ariyun jika mereka kehabisan
bekal di dalam peperangan atau makanan keluarga
mereka di Madinah menipis, maka mereka
mengumpulkan apa yang mereka miliki di dalam
satu lembar kain kemudian mereka bagi rata di
antara mereka dalam satu wadah, maka mereka itu
bagian dariku dan aku adalah bagian dari mereka
(Hr Muttafaq ‘alayh)
(Lihat Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At Ta`min At
Takafiuli min Khilal Al Waqf, hlm. 3)
17. DALIL-DALIL
ASURANSI SYARIAH
Dalil hadis lain yang juga sering disebut adalah
hadis Abu Ubaidah bin Jarrah RA sbb :
Bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus Abu
Ubaidah bin Jarrah RA bersama 300 pasukan.
Di jalan bekal habis, lalu Abu Ubaidah
memerintahkan pasukan mengumpulkan
semua bekal makanan, lalu mereka
memakannya sedikit demi sedikit sampai
habis. Sampailah mereka di tepi laut dan
melihat seekor ikan besar seperti bukit, lalu
mereka memakan ikan itu selama 18 malam…
(HR Bukhari).
(Lihat Abdus Sattar Abu Ghuddah, Nizham At
Ta`min At Takafiuli min Khilal Al Waqf, hlm.
3)
18. AKAD-AKAD
ASURANSI SYARIAH
Terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) akad
dalam Asuransi Syariah :
Pertama, akad hibah (tabarru’) di antara sesama
pemegang polis (peserta asuransi) di mana
peserta memberikan hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah.
Kedua, akad mudharabah /musyarakah, dimana
peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis), sedang perusahaan bertindak
sebagai mudharib (pengelola).
Akadnya mudharabah, jika perusaan asuransi
tidak sharing modal.
Akadnya musyarakah, jika perusahaan asuransi
sharing modal.
19. AKAD-AKAD
ASURANSI SYARIAH
Ketiga, akad ijarah (wakalah bil ujrah),
yaitu akad wakalah (pemberian kuasa) dari
peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan memperoleh
imbalan (ujrah/fee).
Akad Wakalah bil ujrah terdapat pada
asuransi yang mengandung unsur tabungan
(saving) maupun unsur tabarru’ (non
saving).
(Lihat Andri Soemitra, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, hlm. 265-266; Fatwa
DSN No 21/DSN-MUI/IX/2001 ttg Pedoman
Umum Asuransi Syariah).
20. PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH NON SAVING
Seluruh premi yang dibayarkan peserta
asuransi, menjadi dana tabarru’ (hibah).
Tak ada dana untuk investasi.
Pengelolaan dana tabarru’ tersebut dan
aktivitas takaful (saling menanggung di
antara peserta) dijalankan oleh
perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi mendapat ujrah (fee)
dari pengelolaan dana tabarru’ tersebut
berdasar akad wakalah bil ujrah.
Peserta akan mendapat dana
pertanggungan dari dana tabarru’ tersebut
sesuai ketentuan yang ada.
21. PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH NON SAVING
Pada asuransi non saving terdapat 2 (dua) akad :
Pertama, akad hibah (tabarru’) antar sesama
peserta di bawah pengelolaan perusahaan.
Kedua, akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara
semua peserta dengan perusahaan.
Catatan :
(1) Terdapat khilafiyah di antara fuqoha, apakah
hibah itu akad atau bukan akad.
(2) Jika dipahami sebagai akad, berarti harus
ada dua pihak, dengan ijab dan kabul.
(3) Jika dipahami bukan akad, yaitu tasharruf
min jihah wahidah (pengelolaan harta dari satu
pihak saja), berarti cukup ada ijab saja, tak wajib
ada kabul.
22. PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH DENGAN SAVING
Premi yang dibayarkan peserta asuransi kepada
perusahaan asuransi dibagi dua :
(1) dana untuk tabarru’
(2) dana untuk investasi (biasanya lebih besar dari
dana tabarru’)
Dana tabarru’ dikelola perusahaan asuransi dengan
akad ijarah (wakalah bil ujrah)
Perusahaan asuransi mendapat ujrah (fee) dari akad
wakalah bil ujrah tersebut.
Peserta akan mendapat dana pertanggungan dari
dana tabarru’ tersebut sesuai ketentuan yang ada.
Dana investasi dikelola perusahaan asuransi dengan
akad mudharabah / musyarakah.
Perusahaan asuransi mendapat bagi hasil dari akad
investasi tersebut.
23. PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH DENGAN SAVING
Dalam asuransi dengan saving terdapat 3 (tiga)
akad :
Pertama, akad hibah (tabarru’) antar sesama
peserta di bawah pengelolaan perusahaan
Kedua, akad ijarah (wakalah bil ujrah) antara
semua peserta dengan perusahaan.
Ketiga, akad mudharabah / musyarakah
antara antara semua peserta dengan
perusahaan.
Catatan :
(1) Dalam akad mudharabah / musyarakah tsb
peserta asuransi bertindak sebagai shahibul
mal; perusahaan sebagai mudharib (atau
sekaligus shahibul mal)
24. PRAKTIK UMUM ASURANSI
SYARIAH DENGAN SAVING
(2) Dikatakan perusahaan asuransi bertindak
sebagai mudharib sekaligus shahibul mal,
karena perusahaan tidak mengelola langsung
dana yang diinvestasikan dalam bisnis riil
(produksi barang atau jasa), melainkan
melakukan re-asuransi, atau
menginvestasikan dana ke bank.
Keuntungan yang diperoleh dari
mudharabah / musyarakah ini dibagi sesuai
kesepakatan, antara peserta asuransi dan
perusahaan asuransi.
Sebagaian keuntungan ini disisihkan untuk
dana tabarru’.
25. ANALISIS DAN KRITIK
Asuransi Syariah adalah akad yang tidak
sah (batil) dan haram, karena 6 alasan
berikut.
Pertama, karena dalil-dalil yang digunakan
tidak tepat (khususnya hadis Asy’ariyin
dan hadis Abu Ubaidah bin Jarrah RA).
Pada kedua hadis tersebut, peristiwa
bahaya terjadi lebih dahulu, baru
kemudian terjadi proses ta’awun.
Dalam asuransi syariah, sudah diadakan
akad ta’awun, padahal peristiwa bahaya
belum terjadi sama sekali.
26. ANALISIS DAN KRITIK
Kedua, karena terjadi penggabungan dua
akad menjadi satu akad (multi akad).
Padahal multi akad dilarang dalam syariah
(lihat Materi Multi Akad).
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA bahwa
Nabi SAW telah melarang dua kesepakatan
[akad] dalam satu kesepakatan [akad].” (HR
Ahmad, hadis sahih)
Pada asuransi syariah tanpa saving, terjadi
penggabungan akad hibah dengan akad
ijarah.
Pada asuransi syariah dengan saving, terjadi
penggabungan akad hibah, akad ijarah, dan
akad mudharabah.
27. ANALISIS DAN KRITIK
Ketiga, karena tidak sesuai dengan akad
dhaman (jaminan / pertanggungan) dalam
Islam.
Akad dhaman adalah akad tabarru’ (bertujuan
kebajikan / tolong menolong), bukan akad
tijarah (bertujuan komersial).
Asuransi Syariah hakikatnya bukan akad
tabarru’, tapi akad tijarah, karena peserta
mengharap mendapat klaim (dana
pertanggungan) dan keuntungan dalam
mudharabah.
Jadi pernyataan bahwa Asuransi Syariah
adalah akad ta’awun bukan akad
mu’awadhah / tabaduli (pertukaran), tidak
28. ANALISIS DAN KRITIK
Pada akad dhaman (jaminan / pertanggungan),
terdapat 3 pihak :
(1) yang menjamin/ penanggung (dhamin)
(2) yang dijamin / tertanggung (madhmun anhu)
(3) yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun
lahu)
Ingat hadis Abu Qatadah RA :
Kepada Nabi saw. pernah didatangkan sesosok jenazah agar
beliau menshalatkannya. Lalu beliau bertanya, “Apakah ia
punya hutang?” Para Sahabat berkata, “Benar, dua dinar.”
Beliau bersabda, “Shalatkan teman kalian!” Kemudian Abu
Qatadah berkata, “Keduanya (dua dinar itu) menjadi
kewajibanku, ya Rasulullah.” Nabi saw. pun lalu
menshalatkannya (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dan al-
Hakim).
29. ANALISIS DAN KRITIK
Dalam hadis tersebut :
(1) pihak yang menjamin/ penanggung (dhamin)
adalah Abu Qatadah RA.
(2) pihak yang dijamin / tertanggung (madhmun
anhu) adalah jenazah.
(3) yang mendapat jaminan / tanggungan (madhmun
lahu) adalah orang yang memberi utang kepada
jenazah.
Sementara dalam Asuransi Syariah, hanya ada dua
pihak, bukan tiga pihak :
(1) pihak yang menjamin/ penanggung (dhamin),
yaitu para peserta semua.
(2) pihak yang mendapat jaminan / tanggungan
(madhmun lahu) yaitu para peserta semua.
Tidak ada pihak ketiga yaitu pihak yang dijamin /
tertanggung (madhmun anhu).
30. ANALISIS DAN KRITIK
Keempat, akad hibah (tabarru’) dalam
Asuransi Syariah tidak sesuai dengan
pengertian hibah itu sendiri.
Sebab hibah dalam pengertian syar’i adalah
pemberian kepemilikan tanpa kompensasi /
pengganti (tamliik bilaa ‘iwadh). (Imam
Syaukani, Nailul Authar, Bab Hibah)
Dalam Asuransi Syariah, peserta asuransi
memberikan dana hibah, tapi mengharap
mendapat kompensasi, bukan tidak
mengharap.
Jadi sebenarnya Asuransi Syariah itu bukan
akad hibah, tapi akad investasi yang
mengharapkan adanya keuntungan.
31. ANALISIS DAN KRITIK
Kelima, hibah (tabarru’) yang diberikan peserta
dalam Asuransi Syariah, akan kembali kepada
peserta itu (jika terjadi risiko atas suatu peristiwa
yang ditanggung mis kebakaran) ditambah dengan
hibah dari para peserta lainnya.
Ini haram, sebab menarik kembali hibah yang telah
diberikan hukumnya haram. (Yahya Abdurrahman,
Asuransi dalam Tinjauan Syariah, hlm. 42).
Sabda Nabi SAW :
“Orang yang menarik kembali hibahnya, sama
dengan anjing yang menjilat kembali
muntahannya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa`i, Ibnu Majah, dan Ahmad).
32. ANALISIS DAN KRITIK
Keenam, telah terjadi gharar (ketidaktentuan,
uncertainty) dalam Asuransi Syariah.
Sebab peserta tidak tahu dengan jelas apakah betul
dalam akad investasi perusahaan asuransi
bertindak sebagai pengelola, ataukah sebagai
pengelola sekaligus sebagai pemodal ketika
perusahan melempar dana ke pihak ketiga, dan
seterusnya.
Peserta juga tak tahu dengan jelas ke mana
perusahaan asuransi akan menginvestasikan dana
yang ada, apakah ke bank, bank konvensional atau
bank syariah, ataukah melakukan re-asuransi ke
perusaan asuransi berikutnya, dan seterusnya.
Adanya gharar ini berarti menegaskan keharaman
Asuransi Syariah yang ada saat ini.