Modernisasi Kampung Nelayan 4.0 untuk Optimalisasi Potensi Ekonomi Kelautan
1. 1
Potensi ekonomi maritim Indonesia, khusus sektor perikanan tangkap memiliki nilai sebesar
US$12 miliar per tahun, sedangkan perikanan budi daya sebesar US$210 miliar per tahun (BPS
2015, Kemenkomaritim 2017). Di samping itu, Indonesia juga akan memasuki bonus demografi
dengan total jumlah penduduk angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2020-2030 sekitar 180
juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk non produktif adalah 60 juta jiwa. Dalam menghadapi
bonus demografi ini, pemerintah perlu menyediakan penambahan lapangan kerja untuk
menghadapi bonus demografi ini. Dengan adanya lapangan kerja yang melimpah tentunya
tidak akan adil jika kualitas tenaga kerjanya tidak berkualitas. Upaya ini menjadi penunjang
untuk kemajuan Indonesia karena akan memacu meningkatnya produktifitas dan hasil yang
memadai untuk mewujudkan bonus demografi yang produktif dan berkualitas sesuai Visi
Indonesia Emas tahun 2045.
Visi Indonesia Maju 2045 harus diterjemahkan dengan perspektif yang selaras bagi
kesejahteraan nelayan Indonesia yang jumlahnya tahun 2016 mencapai 2.265.589 orang.
Berdasarkan data BPS pada tahun 2017, ada sebanyak 12.827 kampung nelayan. Dengan
potensi ekonomi maritim Indonesia sebesar US$1.3 triliun per tahun yang terdiri dari 11
sektor, dapat menyediakan lowongan kerja bagi 45 juta orang. Maka, peran nelayan sangat
besar untuk dapat mengoptimalkan potensi ekonomi perikanan tersebut. Namun, masih
banyak aspek kehidupan nelayan yang harus mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah.
Kami melihat ada beberapa permasalahan yang mucul dalam mengelola potensi kelautan dan
maritim yaitu perbatasan wilayah RI dengan 10 negara tetangga menimbulkan kerawanan;
Masyarakat wilayah pesisir termasuk nelayannya berada dalam kemiskinan sehingga tidak
memiliki daya tahan terhadap berbagai intervensi; Selain kemiskinan, para nelayan juga tidak
memiliki kompetensi yang mumpuni karena tidak memiliki akses ke pendidikan; Tidak adanya
kompetensi menjadikan para nelayan tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan
2. 2
hidupnya; Kecenderungan berkurangnya dan tidak bertambahnya jumlah nelayan karena
generasi mudanya tidak tertarik pada profesi sebagai nelayan yang dianggap tidak memiliki
masa depan; Kurangnya perhatian pemerintah terhadap peningkatan taraf hidup dan akses ke
pendidikan bagi nelayan dan wilayah pesisir; Kurangnya peran organisasi nelayan dalam
membangun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; Tidak adanya akses ke penyedia dana
sehingga marak tengkulak, dan ke pendidikan sehingga kurang memadainya kompetensi para
nelayan.
Untuk hal itu, kami menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
Modernisasi Kampung Nelayan 4.0. Modernisasi di sini tidak berarti hanya membangun secara
fisik saja (infrastruktur/sarana), namun juga membangun perilaku berkelanjutan (pola pikir
dan pola kehidupan yang berwawasan lingkungan) dan menjadi bangsa kuat (karakter unggul
andal tangguh) serta meningkatkan kompetensi (ketrampilan dan perilaku) nelayan Indonesia
dan masyarakat wilayah pesisir, termasuk penguasaan teknologi ICT dalam menyongsong Era
4.0 agar pencapaian Visi Indonesia 2045 merupakan suatu keniscayaan.
Untuk mendukung perwujudan cita-cita dan harapan tersebut, maka pada hari ini, 25 Mei 2022,
kami mengadakan penandatangan Nota Kesepahaman antara Fakultas Teknologi Kelautan dan
Perikanan (FTKP) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon dengan Indonesia Global
Maritime Forum (IGMF). Kerjasama ini merupakan salah satu kemitraan stratejik dalam bidang
pengembangan sumber daya manusia, IPTEK, dan bisnis guna optimalisasi pengelolaan potensi
ekonomi kemaritiman dan kelautan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Rencana program bersama yang akan kami lakukan berupa: penyelenggaraan pendidikan
tinggi sains dan teknologi serta penelitian teknologi kemaritiman dan kelautan yang relevan;
pengembangan nilai-nilai, etika dan moral semua aspek penyelenggaraan pendidikan guna
menumbuhkembangkan peradaban, budaya, dan tradisi bahari yang KUAT (Karakter, Unggul,
Andal, Tangguh); pemanfaatan sains dan teknologi serta kompetensi sumber daya manusia di
bidang kemaritiman dan kelautan; pengembangan transformasi sains dan teknologi
kemaritiman dan kelautan untuk mendorong dan menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan bagi masyarakat kampung nelayan; peningkatan kualitas sumber daya manusia
di bidang kemaritiman dan kelautan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan dan kepedulian sosial.
Dengan kerjasama ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan Potensi
Ekonomi Kelautan dan Maritim Indonesia, mendorong para pemangku kepentingan untuk
mengoptimalkan pengelolaan Potensi Ekonomi Kelautan dan Maritim sebagai bagian penting
dalam pertumbuhan ekonomi menuju pencapaian Visi Indonesia Maju 2045 dan mendorong
peningkatan kualitas hidup nelayan dan masyarakat pesisir.