Dokumen tersebut membahas tentang kearifan lokal di kawasan Panyaweuyan, Majalengka. Kawasan ini memiliki sawah terasering yang membentuk pola indah dan menjadi daya tarik wisata. Dokumen juga menjelaskan tentang budaya Suwak dan Saweuy di kawasan tersebut."
2. KEARIFAN LOKAL OBJEK PENYAWEUYAN
Agrowisata dan Budaya
Kawasan Panyaweuyan Argapura merupakan daerah perbukitan terjal dengan ketinggian antara 400-2000 meter
dpl, dan kemiringan tanahnya berkisar antara 25 – 40 persen. Mengikuti kontur tanah yang miring, maka beberapa lahan
dijadikan berundak-undak, sehingga terciptalah sawah terasering yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan
perkebunan. Beberapa hasil bumi unggulan yang dapat kita temukan di kawasan ini, diantaranya seperti: bawang daun,
padi, boled (ubi jalar), bawang merah, dan sebagainya.
Di Panyaweuyan keluasan perbukitan yang didominasi oleh sawah terasering yang membentuk pola serupa yang
indah nan menawan menjadi sajian utama yang tak ada habisnya. Mulai banyaknya para wisatawan yang berkunjung
berdampak positif bagi pengembangan pariwisata di Majalengka. Seyogyanya diiringi pula dengan penataan lingkungan
yang tepat, baik itu wawasan masyarakat petani setempat sebagai tuan rumah sekaligus pemilik sawah yang harus
menerima kedatangan pengunjung, maupun pemerintah setempat dalam penataan agrowisata agar pengunjung tidak
sembarangan menginjak tanaman milik petani.
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 2
3. Fakta Sejarah
Di Indonesia, terasering dengan sistem subak sudah menjadi sistem pertanian yang ada sejak lama. Sistem pengairan
dan subak dapat dilacak dalam beberapa prasasti dari abad 9 dan 10. Di antaranya
a. Prasasti-prasasti Sukawana (882M) menunjukan bahwa sistem pertanian sawah dan tegalan telah ada pada masa itu.
b. Prasasti Bebetin (896 M) menyebut kata- “Undagi Pangarung “ (tukang membuat terowongan air). Pada masa itu
sudah ada ukuran pembagian air untuk persawahan yang disebuat “Kilan” yakni ukuran air untuk persawahan.
c. Prasasti Pandak Bandung (1071 M) menyebut kata Subak yang berasal dari kata Suwak asal kata dari “Asuwakan”
yang sekarang menjadi kata “Kasubakan atau Subak”.
d. Prasasti Klungkung (1072 M) terdapat kata “Kasuwakan Rawas” yang artinya “Kasubakan Atau Subak Rawas”.
Budaya Suwak dan Saweuy
Suwak
Suwak diambil dari asal kata fonem yang berkembang sekarang yaitu subak. Suwak merupakan salah satu Ritual
Budaya Nusantara termasuk Sunda. Masyarakat Sunda dahulu memiliki tradisi hidup di dataran tinggi, sehingga dari segi
ekonomi penghidupannya cenderung mengandalkan sektor pertanian, perkebunan dan peternakan.
Suwak merupakan salah satu teknik pertanian di dataran tinggi yang berkembang pada zaman itu. Sistem yang
dikembangkan pada lahan pertanian area perbukitan digunakan sistem ’Undak’ dengan sengkedan petak atau ’Undagi’
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 3
4. ist. kemudian dengan fonem kata ’Pendakian’ berupa cocok tanam dengan upaya pendakian dan hasilnya berupa ’daki’
atau hasil kerja keras. Dalam teknik suwak untuk memudahkan undakan diterapkan sengked dengan perlakuan sama
atau dikenal dengan ”Sawa’ fonem ’Sawah’ maknanya sama saja. Sehingga terasering pertanian akan terlihat serupa.
Tradisi budaya suwak berkembang menjadi beberapa kawasan ”Argo’ atau zona kawasan, seperti kawasan pertanian;
padi, teh, kopi, sayuran, dan lainnya, perekonomian bahkan sampai dengan kawasan spiritual.
Panyaweuyan merupakan sebuah kawasan pertanian dan perkebunan di dataran tinggi sebagai sebuah
kenampakan alam buatan tradisi kultur budaya leluhur di masa silam. Berdasarkan fakta kultural yang terdapat di
daerah tersebut secara kongkrit hanya terdapat dua zona yaitu Arga Pura dan Arga Mukti dari sekian Arga lainnya.
Dengan dasar tersebut jelaslah terdapat bukti jejak Hindu yang nampak dari segi kultur budaya; Arga Pura zona kawasan
Peribadatan, sedangkan Arga Mukti yaitu kawasan Kemukten dan/Kesejahteraan.
Saweuy
Saweuy merupakan kata yang mengandung istilah dengan arti jaring. Dalam uga peribahasa sunda dikenal
dengan ”Mipindingan Beunget Ku Saweuy” yang artinya menutup muka yang malu dengan jaring, ist. peribahasa janaka;
mentertawakan, maknanya segala kelakuan memalukan yang ingin disembunyikan jika hanya ditutup dengan jaring
akan terlihat pula. Kawasan Panyaweuyan secara kultur silam termasuk dalam Argo Mukti tempat pertanian, sehingga
secara alamiah burung-burung pun cenderung datang memetik makanan di sana. Maka Panyaweuyan konotasinya
sebagai tempat menjerat burung di malam hari menggunakan jaring.
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 4
5. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan
Tujuan dari kajian ini yaitu mengembangkan destinasi pariwisata dalam traveloka Agrowisata Budaya
Panyaweuyan Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka.
Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai sesaui tujuan dengan prioritas utama sebagai berikut :
a. Menggali daya tarik konsumen wisata terhadap Agrowisata Budaya Panyaweuyan
b. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen wisata di Agrowisata Budaya Panyaweuyan
c. Merencanakan aksesibilitas traveloka kawasan Agrowisata Budaya Panyaweuyan
DESAIN MODEL
Teknik
Teknik yang dikembangkan dalam kajian ini menerapkan teknik pendekatan Consumer Based Tourism
merupakan suatu model pengembangan pariwisata berbasis konsumen. Hal ini dimaksudkan bahwa pariwisata
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 5
6. merupakan jasa pelayanan publik yang diberikan pelaku kepariwisataan terhadap wisatawan, sehingga wisatawan
merupakan konsumen yang kedudukannya secara hukum dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
Dasar
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 2 : Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan
konsumen, serta kepastian hukum.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan.
Pasal 4 Hak konsumen adalah : 1). hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
2) Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2015-2025, Pasal 1 ayat 20; bahwa Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus
ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke Destinasi Pariwisata.
Kebijakan
Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2015-2025, Pasal 13 bahwa Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata, meliputi:
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 6
7. a. pembangunan DPP, KPPP, dan KSPP yang memiliki tema khas dan mampu menjawab isu strategis, serta mewujudkan
visi dan misi pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi;
b. pembangunan destinasi pariwisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia khas Daerah Provinsi sebagai destinasi
pariwisata unggulan yang memperhatikan dan menjunjung tinggi kearifan lokal;
c. perwujudan keterpaduan aksesibilitas transportasi yang mendukung pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi; dan
d. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata ramah lingkungan dan memenuhi standar-
standar nasional dan internasional, terutama di DPP
Strategi
Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2015-2025, Pasal 14
Ayat (3) Strategi untuk perwujudan keterpaduan aksesibilitas transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c,
meliputi:
a. meningkatkan aksesibilitas melalui jaringan transportasi darat, laut, dan udara ke destinasi pariwisata utama bagi
wisatawan Nusantara dan mancanegara di Indonesia;
b. meningkatkan keterpaduan jaringan transportasi yang menghubungkan DPP, KSPP, dan KPPP; dan
c. meningkatkan aksesibilitas internasional melalui jaringan laut dan udara yang memenuhi standar pelayanan
internasional
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 7
8. Ayat (4) Strategi untuk pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf d meliputi:
a. membangun jaringan air buangan dan limbah serta sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di DPP;
b. meningkatkan kualitas sarana dan pelayanan fasilitas kesehatan, peribadatan, keuangan, komunikasi, keamanan, dan
keselamatan agar memenuhi standar pelayanan nasional dan internasional; dan
c. mengembangkan fasilitas pariwisata berstandar pengelolaan dan pelayanan nasional dan internasional dengan tetap
memperhatikan nilai kearifan lokal
Konsep Permodelan
Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan
kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata sesui
standar.
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sehingga akses sarana jalan menuju dan di tempat wisata merupakan faktor
utama keselamatan yang harus diupayakan pengembangannya melalui pembangunan infrastruktur secara unggul.
Penciptaan kemudahan wisata dalam aksesibilitas pariwisata berperan penting terhadap traveloka meliputi semua
jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi
pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 8
9. Dalam mendukung kenyamanan traveloka dalam pergerakan wisatawan di desitanasi wisata diperlukan
kelengkapan fasilitas umum berupa sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian.
Berikut konsep sederhana permodelan traveloka dalam ranah konsumen,
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 9
Input
Visitor
Wisatawan
Lingkungan
Geografis/Alam
Fasilitas/Infrastruktur
Aksesibilitas
Outcome
Wisatawan
Aman, Nyaman,
Selamat
Proses
Staregi Rencana
Pengembangan
Agro Wisata
Determinan
Kebijakan/Standar
Program & Strategi
Kearifan Lokal
Output Priority
Aksesibilitas Sarana
Umum Jalan Wisata
10. KEADAAN, SITUASI, DAN KONDISI
Deskripsi Lingkungan
Situasi sekarang perlu diperhatikan sebelum perencanaan dibuat, kemudian diukur menurut kemampuan organisasi
dari seluruh komponen yang ada secara sistemik. Hal ini didasari bahwa kondisi saat ini perkembangan pariwisata di
Kabupaten Majalengka dalam persepektif konsumen mulai berdampak positif seperti peningkatan pendapatan daerah,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi juga menimbulkan dampak negatif
terhadap konsumen wisatawan, seperti ; kecelakaan kunjungan, pencemaran lingkungan, alih fungsi lahan pertanian dan
hutan menjadi berbagai fasilitas dan sarana pariwisata seperti hotel, restoran, objek wisata dan lain-lain. Menanggapi
kondisi tersebut diperlukan perencanaan konsep destinasi wisata yang matang, handal, dan akurat, sehingga dapat
meminimalisir dampak negatif pembangunan pariwisata yang dikembangkan.
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 10
11. Geografis & Contoh Galian Domain Destinasi
No
Subjek
Alam
Sumber Domain Media
Objek
sarana
Hotspot Wisata
Recommended
Gejala Negatif Safe
1. Air Mata air Pipa Terminal Air Kanal Fresh Water Erosi air, kekurangan air Air bersih
Hujan Irigasi Bendungan Pompa
Embun Penyaring Penampung Torn
2. Udara Awan & Angin Musim hujan Puncak Pos, villa Brainstorm Tornado halilintar & petir Udara Bersih
Musim
kemarau
Puncak Pos, villa Cloudly -
Langit Malam
Pagi sore
Puncak
Gunung
Pos, Villa Nightstar,
Meteorpark
Panoramio Sunset,
Sunrise
-
Kabut Musim hujan Natur Sholarsell Mercusuar Laka
3. Tanah Hutan Kawasan Pohon dan
binatang
Suaka Alam Junglepark Kebakaran, kerusakan
hutan
Suaka hutan
Bukit Pertanian &
perkebunan
Lembah &
ngarai
Pos, villa Terasering
Watch Terraseres
Longsoran tanah Suaka budaya
Permukaan Akses
perjalanan
Kelokan,
tanjakan-
turunan
Jalan dan
Rambu Lalin
Mountain Street Laka Keselamatan
traveloka
4. Api Kayu bakar
kering
Dingin Malam Api unggun Area
perkemahan
Buper (tidak
dianjurkan)
Kebakaran lahan Waspada api
5. Binatang Burung
Kuda, etc
Keindahan
Efektivitas
Ternak, Kontes,
Lomba
Zoo park Safe Bird/Love Bir
Horse Travel
Perburuan Perlindungan
Hewan
6. Tanaman Pangan Sayuran Agribisnis Pasar Oleh-oleh Limbah. Kerusakan Suaka pangan
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 11
12. Unggulan
(Rec; Brokoli)
senggol tanah & bumi
7. Human Pengunjung Wisatawan Traveloka Standar
Fasilitas
Destinasi Laka Mudah,
nyaman,
selamat
Aksesibilitas Destinasi
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 12
16. IDENTIFIKASI HASIL
Pendukung
a. Daya tarik destinasi wisata : Kenampakan alam : Panoramio, dan kenampakan buatan : Warisan Budaya suwak/subak
Terraseres
b. Kebijakan pemerintah melalui pariwisata dan budaya, SDM, regulasi dan mekanisme pariwisata
c. Stakeholder pelaku pariwisata masyarakat dan swasta
d. Ekonomi kreatif ; ajang promosi cyber destinasi wisata
e. Dll.
Penghambat
a. Kondisi geografi ; kontur tanah dataran tinggi, perbukitan bebatuan, lembah dan ngarai
b. Kondisi Iklim dan cuaca ; risiko bencana alam erosi air, longsoran tanah. Cuaca ekstrem; kabut dan petir dimusim hujan,
angin di musim kemarau.
c. Fasilitas sarana kurang; pos, posko, persinggahan, peristirahatan, toilet, peribadatan, akses komunikasi dan fasilitas
umum lainnya
d. Akses sarana jalan; kecil, berliku, berkelok, tanjakan turunan, keadaan rusak, penerangan kurang
e. Dll.
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 16
17. Esensi Alternatif Solusi
Beberapa alternatif permasalahan sesuai pencapaian standar meliputi kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan
dengan prioritas utama yaitu pembangunan kelengkapan infrastruktur jalan dan lalu lintas ;
1. Perlunya Identitas Informasi yang mendukung kemudahan Arah konsumen wisata ke Destinasi Pariwisata dari jalur
jalan utama Kabupaten
2. Pentingnya kelengkapan fasilitas umum tourism untuk kenyamanan kunjungan destinasi wisata; pos, posko,
persinggahan, guide, map dan lainnya
3. Kewajiban rambu-rambu lalu lintas dan kelengkapan lainnya untuk keselamatan traveloka wisata di kunjungan
destinasi wisata
Real Point
Kelengkapan awal yang realistis dalam aksesbilitas minimal perlu dibangun menuju dan di destinasi wisata;
1. Plang Arah Wisata dari jalur utama sampai ke titik destinasi wisata
2. Gapura/Plang Identitas Masuk Lokasi Destinasi Wisata, dapat dilengkapi pos, posko, parking area, rest area, dll.
3. Plang Informasi Peta Destinasi (Landscape Map) dan Plang Sosial; seperti larangan, awasa dan waspada
4. Rambu Lalu Lintas Standar di Destinasi Wisata, seperti Rambu Lalin Inti ; tanda belokan tajam, tanda naik/turunan
tajam, dilarang parkir, jalan licin/berbatu, dan lainnya
5. Marka jalan, perlindungan jurang/lembah dan ngarai, dan;
6. Penerangan jalan malam dan/ siang dalam kondisi kabut
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 17
19. Harapan-harapan dan Opini
Disematkannya Panyaweuyan sebagai Cultural Landscape Destinasi Parisisata Provinsi Jawa Barat dengan Predikat
WBD Warisan Budaya Dunia.
Watch Team ylbk Report, Februari 2018
Dede Aryana Syukur, SH.; M. Shafari, S.Pd.; F. Mangindaan, SE.;
Asep Dadan Hermawan, S.Pd.; Dedi Supriadi, SE.;
Beben Badruzaman SP.; Taufik Ma’ruf, SH.
Deden Irwan Budiarto, S.Sos
Suwak Saweuy, ylbk, 2018 19