Makalah perkembangan industri di era globalisasi ekonomi dunia terhadap pendapatan nasional indonesia
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan
melaksanakan
umum,
mencerdaskan
ketertiban
perdamaian
dunia
abadi
kehidupan
yang
bangsa
dan
ikut
berdasarkan
kemerdekaan,
keadilan
sosial.
dan
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia
yang
merdeka,
bersahabat,
tertib
dan
damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas,
pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah
satu
diantaranya
adalah
mendorong
laju
perekonomian
nasional.
Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya
meningkatkan
perekonomian
di
Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang
sangan dominan di jaman sekarang. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penulis berkeinginan mengangkat masalah
perkembangan perindustrian
terhadap perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus
2. sebagai bahan diskusi yang berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI DI ERA
GLOBALISASI
EKONOMI
TERHADAP
PENDAPATAN
NASIONAL
INDONESIA”. Di makalah ini juga terdapat sejumlah faktor industri yang
berperan penting dalam perkembangan ekonomi di era globalisasi ini.
1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Dalam
penulisan
makalah
dirumuskan
1.
Bagaimanakah
ini,
permasalahan
yang
akan
sebagai
pengaruh
perkembangan
dibahas
berikut:
perindustrian
terhadap
perekonomian?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?
1.3 TUJUAN dan MANFAAT
Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai
adalah
sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan perindustrian terhadap
perekonomian.
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian
di Indonesia
3. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan
dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat
di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya.
Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari
usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan
bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang
berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari
tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.
2.2
Jenis Industri
A. Jenis Industri berdasarkan Bahan Baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat
lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk
jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain
sebagainya.
4. B. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk
kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga
kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
C. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau
penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lainlain.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4
orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 519 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 2099 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
5. F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market
oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana
konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi
lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja /
labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja /
pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku
(supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
E. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan
sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
6. BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh Perkembangan Perindustrian Terhadap Perekonomian
Arti penting perindustrian terhadap perkembangan perekonomian dapat
dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam GBHN 2000-2004,
yaitu “Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai
kemajuan
teknologi
dengan
membangun
keunggulan
kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris
sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama
pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata
serta industri kecil dan kerajinan rakyat, serta mengembangkan kebijakan
industri, perdagangan dan investasi dalam rangka meningkatkan daya
saing global dengan membuka aksesbilitas yang sama terhadap kesempatan
kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui
keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan SDA dan SDM
dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif dan hambatan”.
Selanjutnya disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan
bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing global dirumuskan
lima strategi utama, yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri,
penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan
kemampuan
ilmu
Berdasarkan
ketentuan
pengetahuan
tersebut
di
atas
dan
dapat
teknologi.
diketahui
bahwa
perkembangan industri sangat penting untuk menghadapi persaingan
ketat, baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor dalam era
globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut kembali
dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (UndangUndang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai
sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional,
7. industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu
lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan
peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal
seluruh
sumber
daya
alam,
manusia,
dan
dana
yang
tersedia.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan
industri
membawa
pengaruh
yang
sangat
besar
sekali
terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia. Industri
memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian
sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya.
3.2
Upaya
Pemerintah
Dalam
Meningkatkan
Perindustrian
Di
Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam upayanya
mendorong laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik kegiatan di
bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat mendorong laju
perkembangan perindustrian, maupun kebijakan riil melalui pemberdayaan
departemen
yang
terkait.
Sasaran pembangunan sektor industri dan perdagangan pada tahun 2008
adalah
sebagai
berikut
:
a. Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai keunggulan
kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif dengan mengacu kepada
pengembangan klaster industri, sehingga tercipta struktur industri yang
kokoh
dan
seimbang;
b. Terwujudnya peningkatan daya saing nasional melalui peningkatan
kemampuan
profesionalisme
sumber
daya
manusia,
penguasaan
penggunaan teknologi dan inovasi, serta pemenuhan ketentuan standar
keamanan,
kesehatan,
dan
lingkungan
baik
nasional
maupun
internasional;
c. Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja secara
merata
di
sektor
industri
dan
perdagangan;
d. Terciptanya peningkatan utilisasi kapasitas produksi, sehingga mampu
8. meningkatkan
kinerja
sektor
industri
dan
perdagangan;
e. Tersedianya kebutuhan masyarakat luas dengan harga yang wajar dan
mutu yang bersaing melalui kelancaran distribusi barang dan peningkatan
pelayanan
informasi
f.
profesionalisme
Terciptanya
pasar
yang
pelaku
usaha
terintegrasi;
dan
kelembagaan
perdagangan, sehingga kegiatan perdagangan barang dan jasa di dalam
negeri
semakin
berkembang;
g. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan mekanisme
pasar tanpa distorsi, serta terjaminnya perlindungan konsumen sehingga
tercipta pemahaman konsumen akan hak dan kewajibannya dalam upaya
tertib
mutu,
tertib
usaha
dan
tertib
ukur;
h. Terselenggaranya kegiatan Bursa Berjangka sebagai tempat lindung nilai
(hedging) dan tempat pembentukan harga (price discovery) secara efisien
dan
memiliki
daya
saing
yang
kuat;
i. Terselenggaranya pengembangan Ware House Receipt System (WRS) yang
mendukung peningkatan efisiensi distribusi nasional dan memperlancar
pembiayaan
dalam
perdagangan
komoditi
(trade
financing);
j. Terselenggaranya sistem Pasar Lelang Lokal (PLL) melalui mekanisme
pasar yang transparan dan
efisien yang memungkinkan produsen/petani memperoleh pendapatan yang
proporsional
dengan
harga
yang
terjadi
di
tingkat
nasional
atau
internasional;
k. Terwujudnya peningkatan partisipasi Indonesia melalui peningkatan
diplomasi perdagangan, baik dalam kegiatan kerjasama bilateral, regional
maupun multilateral yaitu dalam forum negosiasi persetujuan-persetujuan
WTO, ASEAN, APEC, Kerjasama Komoditi Internasional, serta kerjasama
Badan-Badan
Dunia
lainnya;
l. Terwujudnya peningkatan penyediaan dan penyebarluasan informasi
pasar mengenai peluang pasar internasional dan hasil-hasil kerjasama
industri dan perdagangan kepada dunia usaha, khususnya usaha kecil
menengah;
m. Terwujudnya peningkatan penggunaan bahan baku dalam negeri;
9. n.
Terwujudnya
budaya
organisasi
yang
lebih
berorientasi
pencapaian
kepada
sasaran;
o. Terwujudnya keterpaduan peran pemerintah di sektor industri dan
perdagangan;
p. Terwujudnya peningkatan sinergi dalam pemanfaatan sumber daya serta
peningkatan kinerja pelayanan sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam
era
otonomi
daerah.
Di bidang regulasi, untuk mewujudkan sasaran di atas, diperlukan
perangkat hukum yang secara jelas mampu melandasi upaya pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan dalam arti yang seluas-luasnya tatanan
dan seluruh kegiatan industri. Dalam rangka kebutuhan inilah sudah
saatnya untuk melakukan pembaharuan Undang-Undang Perindustrian
yang berlaku, dimana Undang-Undang tersebut sudah sangat dirasakan
tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan perindustrian
yang
ada
pada
saat
ini.
Masalah ini menjadi semakin terasa penting, terutama apabila dikaitkan
dengan kenyataan yang ada hingga saat ini bahwa peraturan-peraturan
yang digunakan bagi pengaturan, pembinaan, dan pengembangan industri
selama
ini
dirasakan
kurang
mencukupi
kebutuhan
karena
hanya
mengatur beberapa segi tertentu saja dalam tatanan dan kegiatan industri,
dan
itupun
Selanjutnya
seringkali
di
bidang
tidak
berkaitan
birokrasi,
satu
optimalisasi
dengan
atas
yang
lain.
pemberdayaan
departemen-departemen yang terkait sangat dibutuhkan dalam rangka
mewujudkan
perkembangan
perindustrian
sebagaimana
yang
telah
digariskan dalam cita-cita pembangunan nasional. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan melalui peningkatan SDM, pemangkasan birokrasi dalam
perijinan usaha dan lain sebagainya yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan perkembangan perindustrian.
3.3 Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat
kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan
10. warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka
bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan
kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.
·
Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri).
Para pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka
miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah
selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan
jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan
yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau
hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
·
Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus
untuk
bekerja
agar
majikan
dapat
mengawasi
dengan
baik
cara
mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan
puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang
rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian
depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan
pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah
buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga
masih berdasarkan pesanan.
·
Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di
luar kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan
tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri
diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah
puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk
dipasarkan.
11. 3.4
Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011
dibandingkan Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar
6,49 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, yang mana
pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan dan Komunikasi
sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen,
dan Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas tumbuh
sebesar 6,61 persen. Hal ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan yang sama tahun 2010 yang hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.
Sampai
pada
tahun
2011
triwulan
II, struktur
Perekonomian
Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar
24,30 persen ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian,
peternakan,
kehutanan
dan
perikanan
(15,6 persen)
dan
sektor
perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri
pada Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I
tahun 2011 sektor industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun
2011 menyumbang sekitar 21,1 persen. Sektor industri telah memberikan
sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar 1,6 persen.
Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga
memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber
pertumbuhan dari sektor lainnya masih kecil yaitu dibawah 1,0 persen.
Ditinjau
dari
komponen-komponen
penggunaan
PDB
bahwa
pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar
terhadap PDB yaitu sebesar 54,3 persen pada triwulan II tahun 2011
dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen, pembentukan modal tetap
bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,1
persen.
Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/
2011, untuk pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas
berada di atas pertumbuhan ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen
dan sektor pengolahan industri non-migas 6,61 persen). Dan dari 9 cabang
12. industri non migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif. Pertumbuhan
industri non migas tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar, Besi dan
Baja sebesar 15,48 persen diikuti Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau sebesar 9,34 persen dan Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas
Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai pertumbuhan industri non migas
terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil tersebut cukup
menggembirakan
karena
pertumbuhan
sektor
industri
barang
kayu
tersebut pada beberapa tahun sebelumnya memiliki nilai negatif.
Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat
dicapai sebesar 6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar.
Pertumbuhanpada triwulan II tahun 2011 mengalami peningkatan yang
signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama tahun 2010 (5,12
persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang semakin
membaik, dan memiliki pertumbuhan positif seperti industri logam dasar,
besi dan baja; industri Makanan, Minuman dan Tembakau; serta industri
tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan
dibandingkan
industri
dengan
non-migas
semester
selama
I/2010
semester
mencapai
I/2011
pertumbuhan
sebesar 6,20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2010
sebesar 4,72 persen,
namun
masih
lebih
rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48
persen.
Kondisi
tersebut menggambarkan
bahwa
perkembangan
sektor
industri sudah bangkit. Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri
Non Migas yang saat ini sudah berada di atas pertumbuhan ekonomi perlu
diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi
tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di
samping
itu,
perlu
diperhatikan
lingkungan
global
saat
ini
yang
persaingannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu
dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi
lainnya.
13. Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada
Triwulan II-2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan
Sumatera. Kelompok provinsi di Jawa memberikan kontribusi terhadap
Produk
Domestik
Bruto
sebesar
57,7 persen,
kemudian
diikuti
oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan 9,5 persen, Sulawesi
4,7 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku dan Papua
2,1 persen.
Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI
Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen)
dan
Jawa
Tengah
(8,4 persen). Sedangkan provinsi
terbesar di Sumatera adalah
(5,3 persen) dan
Riau
Sumatera
(6,6
Selatan
persen),
penyumbang
Sumatera
(3,1persen). Adapun
Utara
provinsi
penyumbang terbesar di Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar
6,4 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Sulawesi adalah
Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.
Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di daerah
perlu terus dilakukan melalui pendekatan:
Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada
wilayah yang memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui
pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan
industri
(growth
center),
dilengkapi dengan mengembangkan klaster industri dan pengembangan
kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu
dengan sektor ekonomi lainnya.
Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri
tersebut,
sehingga
dituntut
masyarakat
untuk
investasi
di
bidang
pendidikan di dukung oleh fasilitas yang disediakan pemerintah dan
swasta, sehingga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan
industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan dampak
berguna bagi daerah setempat.
14. Ketiga
: Meningkatkan
investasi
di
sektor
industri
yang
dapat
dilakukan oleh pihak swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan
dilakukan oleh pihak pemerintah dan swasta.
Keempat : Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya
pemanfaat produk dalam negeri dan penguasaan pasar internasional.
Pendekatan
industri
yang
dilakukan
digunakan
dengan
dalam
mempercepat
pembangunan
mengkombinasikan
pendekatan
sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan pendekatan regional
yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masingmasing daerah.
15. BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang
peranan yang menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga
benar-benar
perlu
didukung
dan
diupayakan
perkembangannya.
2. Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan dengan
memperbarui Undang-Undang Perindustrian yang sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan, dan dari segi birokrasi yang dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan kualitas SDM dan mempermudah pengurusan ijin usaha.
4.2
Saran
Dengan
melihat
pengaruh
perindustrian
terhadap
perkembangan
perekonomian, maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius
dan segera melakukan perubahan, baik terhadap regulasi maupun
birokrasi yang terkait dengan perindustrian agar pendapatan ekonomi
nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya era globalisasi.