SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENDEKATAN SISTEM
AGRIBISNIS DALAM BUDAYA KAMPUNG NAGA
Marlina1)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Linamarlina249@Gmail.com
Suyudi
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Hj. Enok Sumarsih3)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
enoksumarsih@yahoo.com
ABSTRACT
The aim of this research is to find out the variation of the rice field agriculture
through agribussiness system approach in the culture of Kampung Naga.
This research uses the case methode and purposive respondent that consists of
ten rice farmers. The location of this research was in the village of Kampung Naga the
district of Salawu the regency of Tasikmalaya. The kind of data that are gathered in this
research are the primary and secundary data. The technique of the collection of primary
data is direct interview. And the technique of the collection of secundary data is gained
from the office of agriculture and some relevant literatures. The variation of rice field
agribussiness and the financial aspect, which is to discribe cost, profit and R-C ratio is
analized in descriptive manner.
The system of rice field agribussiness which are conducted by the people of
Kampung Naga is still very traditional so that the five sub-system indicated are not
visible. The yield that are gained from rice farming are mostly consumed by themselves,
to fulfill the need of the family. The economic institution of the village that can support
the activity of rice field agribusiness is “Lumbung Padi”. So it enables Kampung Naga
to be self-suffient in rice production. The process of rice field agribusiness still involves
the strong tradition so that the rice farmers believe that by embracing to the traditional
beliefs and growing rice based on the tradition they can increse the yield and prevent
them from the failure of the harvest.

1
Even though the rice farmers of kampung Naga still preserves the local wisdom
and hold to their old tradition but their rice field agribussiness still can be improved by
the R-C ratio of 1,39.
Key word:

farming system, agribussiness system, Rice, Kampung Naga, culture,

Income.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan usahatani padi
sawah melalui pendekatan sistem agribisnis dalam budaya Kampung Naga.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan penetapan responden
secara purposive terhadap 10 orang petani padi sawah dengan mengambil lokasi di
Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden, sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi terkait serta beberapa literatur. Keragaan agribisnis
usahatani padi sawah dan aspek finansial yang meliputi biaya pendapatan, penerimaan
dan R-C ratio dianalisis secara deskriptif.
Sistem agribisnis usahatani padi sawah yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Naga masih terikat oleh adat sehingga kelima subsistem yang ada tidak
terlihat secara jelas. Hasil usahatani padi sawah pada umumnya digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan beras keluarga. Kelembagaan ekonomi adat yang dapat
mendukung kegiatan usahatani adalah lumbung padi. Sehingga Kampung Naga
merupakan daerah yang termasuk ke dalam swasembada pangan. Proses usahatani padi
masyarakat masih terikat oleh adat istiadat yang masih kuat, sehingga masyarakat
beranggapan bahwa dengan percaya dan melaksanakan tradisi tersebut dapat
meningkatkan hasil yang maksimal dan jarang terjadinya kegagalan panen.
Meskipun masyarakat masih tetap mempertahankan kearifan lokal dan masih tetap
memegang teguh tradisi dan budaya leluhur, tetapi dalam melaksanakan usahatani padi
masih tetap layak untuk diusahakan dengan R-C yang diperoleh sebesar 1,39.
Kata Kunci: Sistem Usahatani, Sistem Agribisnis, Padi Sawah, Kampung Naga,
Budaya, Pendapatan.

2
I.

Pendahuluan
Kampung Naga merupakan sebuah perkampungan adat yang masih tetap

memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada ditengah-tengah kehidupan
masyarakat modern. Berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya. Disebelah timur Kampung Naga terdapat hutan kramat yang di kelilingi
sungai Ciwulan. Masyarakat Kampung Naga adalah sebuah komunitas yang tradisional
yang masih kuat mempertahankan adat dan budaya leluhur.Ini tercermin dari kehidupan
mereka yang bersahaja, membatasi diri dari pengaruh-pengaruh luar, serta taat
menjalankan berbagai ritual dan keyakinan dari generasi kegenerasi (Mahpudi, 2008).
Sistem pertanian yang digunakan masyarakat Kampung Naga masih sangat
sederhana dan tradisional. Ketergantungannya pada komoditas andalan yang menjadi
sumber bahan makanan pokoknya menjadi sangat kuat.Maka dari itu, peran tanaman
padi menjadi sangat dominan dibandingkan dengan jenis tanaman pertanian lainnya.
Mereka akan merasa tenang dan nyaman, apabila memiliki padi dan beras dengan
cukup, karena padi dan beras merupakan ukuran penghasilan mereka. Padi atau beras
dalam masyarakat petani tradisional memiliki nilai ekonomis. Oleh sebab itu, tanaman
padi dianggap sebagai titisan Dewi Sri/Nyi Pohaci, sebagai lambang kesuburan petani
(Anton Charliyandan Elis Suryani NS, 2010)
Terdapat kendala yang mereka hadapi sehubungan dengan areal lahan pertanian,
baik lahan basah (sawah) maupun kering, karena di Kampung Naga hanya sekitar 1,5
hektar dengan jumlah penduduk 112 kepala keluarga (KK), maka rata-rata pemilikan
lahan pertanian hanya sekitar 297 m2 per kepala keluarga (Suganda, 2006) dalam Anton
Charliyandan Elis Suryati NS (2010). Selain keterbatasan lahan pertanian, ada satu
faktor lain yang secara langsung berpengaruh pada tingkat kesejahteraan mereka.
Mereka tidak pernah melakukan intensifikasi, karena selain tradisi sistem
pertanian tradisional dinilai lebih ekonomis. Pengolahan tanah cukup dengan
menggunakan

peralatan

sederhana,

tidak

memerlukan

traktor,

tetapi

hanya

menggunakan cangkul,dan melibatkan tenaga kerja keluarga atau lingkungan terdekat.
Terkadang saling bantu dengan anggota masyarakat lainnya tanpa memperhitungkan
upah sebagai imbalannya.
Pada dasarnya sistem pertanian yang ada di Kampung Naga dengan yang ada di
luar Kampung Naga masih sama yaitu sederhana dan tradisional. Namun yang

3
membedakan antara sistem pertanian di Kampung Naga dengan Kampung yang lainnya
yaitu adat istiadat yang masih kuat, sedangkan masyarakat yang berada di luar
Kampung Naga dalam melakukan usahataninya tidak tergantung pada adat itu sendiri
dan adat tersebut sudah mulai luntur. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga,
bahwa tradisi atau adat yang mereka lakukan dalam pelaksanaan usahatani padi
dipercaya dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui keragaan dan kelayakan usahatani padi sawah di Kampung Naga.
II.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di Kampung

Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Penentuan lokasi
penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan pertimbangan
bahwa Kampung Naga merupakan daerah yang mempunyai ciri yang khas kearifan
lokal dalam melaksanakan usahatani padi sawahnya dan masih terikat oleh adat istiadat
nenek moyang leluhurnya.
Responden ditetapkan secara Purposive atau berdasarkan pertimbangan tertentu
dan dipilih 10 petani di Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten
Tasikmalaya yang sudah distratifikasi berdasarkan kedudukan dan status sosial
responden.

Penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan tentang

keragaan usahatani padi sawah di Kampung Naga melalui pendekatan system agribisnis.
Analisis finansial digunakan untuk menghitung besarnya biaya, penerimaan,
pendapatan, serta kelayakan usaha padi sawah di Kampung Naga dengan perhitungan
sebagai berikut:
1)

Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total
biaya variabel dengan rumus sebagai berikut:
TC=TFC + TVC
Keterangan :
TC
TFC

: Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)

TVC
2)

: Total Cost( Biaya Total)

: Total Variable Cost( TotalBiaya Variabel)

Secara umum total penerimaan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:
TR = TP. HP

4
Keterangan :
TR
TP

= Total Produksi

HP
3)

= Total Revenue (Total Penerimaan)

= Harga satuan produksi

Pendapatan
π= TR –TC
Keterangan :
π
TR

= Total Penerimaan

TC
4)

= Pendapatan

= Total Biaya

Analisis kelayakan usaha menggunakan analisis R/C
R/C

=

Total Penerimaan
Biaya Total

R/C ini menunjukkan penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan untuk satu kali proses produksi. Adapun kriteria penilaian kelayakan
tersebut yaitu:
a)

Apabila R/C> 1, maka usahatani padiyang dilakukan memperoleh keuntungan
dan layak diusahakan.

b)

Apabila R/C < 1, maka usahatani padi yang dilakukan mengalami kerugian dan
tidak layak untuk diusahakan.

c)

Apabila R/C = 1, maka usahatani padi tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (impas).

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1

Keragaan Usahatani Padi dalam Budaya Kampung Naga

1) Subsistem Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi
Subsistem penyediaan sarana dan prasarana produksi dalam usahatani padi di
Kampung Naga pada umumnya dalam penyediaan benih padi menggunakan varietas
lokal yaitu pare gede meliputi padi jamlang, lokcan, peuteuy, sari kuning, cere dan jidah
nangka.

Sebagian

besar

benih

tersebut

diperoleh

dari

hasil

panen

sebelumnya.Sedangkan untuk memperoleh pupuk, dan sarana produksi lainnya
diperoleh dari kios saprodi terdekat. Mereka tidak pernah kesulitan dalam memperoleh
sarana produksi baik dalam pengadaan pupuk maupun dalam sarana produksi lainnya.

5
2) Usahatani
Adapun sistem usahatani yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga terdiri
dari; pengolahan lahan, pembenihan, pengairan, penanaman, penyiangan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan.
a) Pengolahan Lahan
Ketersediaan air bagi masyarakat Kampung Naga tercukupi sepanjang tahun
meskipun pada musim kemarau, hal ini disebabkan oleh adanya hukum adat masyarakat
Kampung Naga yang selalu harus melestarikan lingkungan alam sekitarnya.Masyarakat
Kampung Naga mempunyai prinsip “Leuweung lain ruksakkeun, tapi rawateun jeung
rumateun” yang artinya “hutan itu tidak boleh dirusak tetapi harus dirawat, dijaga dan
dilindungi”.Masyarakat Kampung Naga pada musimkemaraumasih tetap dapat
melakukan kegiatan bercocok tanam. Pengolahan tanah sawah yang dilakukan oleh
petani di Kampung Naga melikputi; perbaikan
pematang, pencangkulan, perataan dan membuat
garisan untuk penanaman padi (nyaplak).
Pengolahan lahan yang dilakukan oleh
petani di Kampung Naga harus disesuaikan
dengan “hari baik”, yang dimaksud hari baik
adalah hari kelahiran petani yang dalam sistem
Gambar 1. Mengolah Sawah dengan
Mencangkul

pengolahannya disesuaikan dengan hari baik

tersebut. Sebagai contoh petani yang lahir pada hari Jum‟at maka petani tersebut harus
memulai mengolah lahan pertama dengan menghadap ke arah Timur.Mereka
beranggapan kalau mengikuti adat tersebut akan memberikan hasil yang baik. Setelah
ditentukan “hari baik” mereka akan segera turun kesawah untuk mengatur pengaliran
air, sehingga permukaan tanah sawah tetap tergenang untuk beberapa hari, dengan
begitu tanah menjadi lembek serta mudah dicangkul, setelah diratakan, pada salah satu
sudut sawah disiapkan tempat pembenihan padi.
Tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan tanah sebagian besar
merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Meskipun ada sebagian kecil yang
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dan berasal dari luar Kampung Naga.

6
b) Persemaian (Pabinihan)

Gambar 2.PersemaianBenih Padi
Sebelum melakukan persemaian, masyarakat Kampung Naga pada umumnya
melakukan upacara ritual yang disebut ngukusan. Upacara tersebut merupakan ritual
yang selalu dilakukan sebelum persemaian, sebelum menanam padidan sebelum panen.
Ngukusan adalah upacara bakar kemenyan di lahan yang sudah disiapkan untuk
melakukan persemaian, penanaman padi dan pemanenan. Bahan-bahan yang digunakan
untuk ngukusan (Gambar 3) tersebut diantaranya ketupat, pisang, opak, wajit, daun
sirih, apu sirih, gambir, rujak (pisang dan kelapa), kemenyan, minyak kelapa, bakau,
buah pinang, ani-ani, empos (dupa dari kelapa), cermin, sisir. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat Kampung Naga percaya dengan melakukan ritual seperti itu, maka
hasil panen mereka nanti akanmendapatkan hasil yang maksilmal.
Lahan untuk persemaian yang
dilakukan petani padi di Kampung
Naga
dahulu,

sebelumnya
pengolahan

diolah
lahan

terlebih
untuk

persemaian ini dilakukan dengan cara
pencangkulan hingga tanah menjadi
lumpur

dan

tidak

lagi

terdapat

bongkahan tanah Lahan yang sudah
halus lumpurnya ini kemudian dipetak-

Gambar 3. Proses Ngukusan

petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air.
Persemaian yang dilakukan petani padi di Kampung Naga dilakukan dengan
menggunakan benih padi dari hasil sendiri dengan cara menyisihkan benih dari hasil
panen sebelumnya.

7
Gambar 4. Mencabut bibit dan bibit siap tanam
Rata-rata benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak
15 kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya direndam terlebih dahulu secara
sempurna sekitar 2 x 24 jam (2 hari 2 malam), dalam ember atau wadah lainnya.
Tempat persemaian benih jangan sampai terdapat banyak genangan air, karena pada saat
penaburan benih ditempat persemaian benih yang disebar dan masuk ke genangan air
akan busuk. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat
menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat
menyebabkan busuknya kecambah.
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada
lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Hal ini
dilakukan agar benih yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akanditanam mudah
diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka benih yang diangkut dapat stress bahkan
jika terlalu lama menunggu akan mati.
c) Pengairan
Kebutuhan

air

untuk

kegiatan

usahatani padi pada umumnya tercukupi
dengan adanya irigasi.Air irigasi diperoleh dari
sungai Ciwulan yang kemudian di alirkan dan
dibagikan sesuai kebutuhan ke irigasi-irigasi,
tiap irigasi mempunyai pegawai yang bertugas
membuka atau menutup saluran irigasi supaya
aliran air tetap terkontrol.
Pengairan yang dilakukan oleh petani

Gambar 5.Saluran Air Irigasi

padi adalah pada pengairan sawah sebelum dibajak bertujuan untuk mempermudah

8
pembajakan karena saat basah tanah menjadi lembek dan saat penanaman (tandur)
lahan dalam kondisi tidak terlalu tergenang (macak-macak).Hal ini berguna dalam
mengoptimalkan pertumbuhan akar. Kemudian padi pada umur 7 – 10 hari hingga umur
45 – 50 kondisi lahan tetap macak-macak terkecuali jika akan dilakukan penyiangan
kondisi lahan harus tergenang, hal ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan agar
tanah lebih berstruktur dan munculnya tunas-tunas baru tiap rumpunnya.
Karena apabila dibiarkan tetap tergenang air mengakibatkan pertumbuhan
tanaman tidak maksimal karena pertumbuhan tunas baru terhalang oleh air. Pada umur
padi 45 – 50 ialah fase generatif yaitu pada saat padi akan berbunga, keadaan lahan pada
kondisi ini dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga tunas atau anakan agar
tidak terus menerus menumbuhkan anakan yang tidak produktif. Setelah itu pada saat
umur padi 60 hari kondisi lahan kembali macak – macak hingga dalam waktu seminggu
menjelang panen kondisi air dikeringkan, hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak
tumbuh tunas tersier yang akan mengganggu pemasakan bulir.
d) Penanaman
Penanaman atau tandur yang di lakukan
petani di Kampung Naga dilakukan ketika bibit
berumur 25-30 hari, ini dikarenakan bibit yang
siap ditanam ialah bibit yang telah mencapai
umur yang optimal untuk dipindahkan ke lahan.
Bibit ditanam dengan cara dipindahkan
dari bedengan persemaian ke petakan sawah,

Gambar 6. Proses Penanaman

dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian
akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu benih dikumpulkan dalam
ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. (Gambar 4
hal 7)
Sebelum benih ditanam, lahan dibuat pola jarak
tanam dengan menggunakan alat caplakan.Mencaplak
lahan dilakukan dua kali dengan arah yang berlawanan
(vertikal – horizontal) sehingga terbentuk pola tanam
dengan jarak tanam yang ukurannya telah ditentukan
pada
Gambar 7. Membuat Caplakan untuk
Penanaman Padi

caplakan.

9

Hal

ini

untuk

mempermudah
pemeliharaan, baik penyiangan maupun pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman
memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat – zat makanan secara merata.Benih
ditanam dengan posisi tegak dengan jarak tanam padi 30 x 30 cm
e) Penyiangan
Setiap hari setelah penanaman, tanaman padi harus selalu dilihat, apabila
kelihatan ada tanaman yang mati harus segera diganti dengan bibit yang baru
(disulam).Penyiangan dalam usahatani padi di Kampung Naga dilakukan dengan
melihat terlebih dahulu kondisi tanaman, apakah tumbuh dengan baik atau tidak.
Jika tanaman ada yang roboh, mati atau kerusakan akibat adanya gangguan
hama seperti tikus dan
gang,

maka

dilakukan
bibit

harus

penggantian
dengan

cara

menyulam dengan benih
yang sama, penyulaman
dilakukan 10 hari setelah

Gambar 8. Proses Penyiangan

tanam (hari setelah tanam).
Penyiangan dilakukan disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan kelumpur
atau dibuang ke pematang sawah.Rata-rata penyiangan dilkukan sebanyak dua kali
dalam satu kali musim tanam, penyiangan pertama dilakukan ketika padi berumur tiga
minggu dan yang ke dua setelah padi ber umur enam minggu.
f) Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan oleh petani di
Kampung Naga keseluruhannya menggunakan
pupuk kimia buatan pabrik yaitu phonska
berfungsi sebagai ketahanan tanaman terhadap
penyakit dan mempercepat pembuatan zat pati
dan TSP berfungsi mempercepat tumbuhnya
tanaman,

merangsang

pembungaan

dan

Gambar 9. Proses Pemupukan

pembentukan buah dan mempercepat pemanenan, pemupukan dilakukan dua kali dalam
satu kali musim tanam diantaranya 13 persen ketika padi di semai berumur 15 hari atau
dua minggu setelah tanam dan 97 persen ketika benih telah di tanam umur 35

10
hari.Namun ada juga yang menggunakan pupuk kandang (organik). Karena masyarakat
Kampung Naga sebagian ada yang memelihara ternak seperti ayam, itik, domba, dan
kambing.Kotoran dari hewan btersebut mereka gunakan untuk pupuk.
g) Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor
lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi produksi padi.
Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan dalam usahatani padi agar
hasil produksi tidak menurun.
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani padi di Kampung Naga
umumnya tidak menggunakan pestisida kimia, tetapi menggunakan abu yang bertujuan
untuk menangkal hama yang mengganggu tanaman padi.Hal ini dilakukan pada saat
padi berumur 10 hari atau lebih (pada saat padi terserang oleh hama putih). Selain
menggunakan abu, ada juga tanaman yang bisa di jadikan pestisida yaitu tanaman
sulangkar, daun gadog, pucuk kawung dan pacing. Tanaman tersebut berfungsi untuk
mencegah semua jenis hama padi.
h) Panen dan Pasca Panen
Sebelum dipanen, padi mengalami dua kali penyiangan rumput dan gulma
lainnya, yang tumbuh disela-sela tanaman padi, yang merupakan saat paling penting,
sehingga ketika memasuki masa berbunga, petani berusaha semaksimal mungkin agar
hasil panennya memuaskan. Salah satu usaha yang mereka tempuh adalah dengan
menyediakan sesajen yang disebut ngarujakan, yang artinya sama dengan menyediakan
sesajen rujak. Menurut mereka, padi yang sedang berbunga, diibaratkan Dewi Sri/Nyi
Pohaci yang sedang hamil muda.Hal ini dilakukan ketika padi berumur 3 bulan.
Penyediaan sesajen ini terus berlanjut setiap tahap hingga panen dan
menyimpannya kedalam leuit/lumbung padi.Penyimpanan padi kini lebih praktis,
setelah dipanen padi dijadikan gabah lalu dijemur. Gabah tersebut disimpan didalam
karung, kemudian disimpan di Goah yang dianggap sebagai tempat persemayaman
Dewi Sri/Nyi Pohaci, sekaligus sebagai wilayah kekuasaan perempuan. Peranan
perempuan dalam menyimpan kebutuhan bahan makanan pokok, disamakan dengan
padaringan atau pabeasan „tempat menyimpan béas atau beras‟.

11
Kegiatan pemanenan di Kampung Naga masih dilakukan secara manual yaitu
dengan cara memotong padi menggunakan ani-ani (etem) atau pisau khusus untuk
pemanenan (sabit/arit).

Gambar 10 . Proses Pemanenan dan Penjemuran Padi

Pelaksanaan pemungutan hasil pada saat pemanenan ada beberapa cara
diantaranya sistem bawon dan sistem tebasan. Sistem bawon adalah upah dari hasil
kerja menuai padi yang diberikan oleh pemilik sawah kepada penuai padi berupa padi
setelah pemanenan selesai dan sistem tebasan atau taksiran yaitu pemilik sawah menjual
padinya yang masih berada di sawah ke tukang tebas dan petani langsung mendapatkan
hasil panennya tanpa harus memanen padinya, karena pemanenan seluruhnya di
serahkan ke tukang tebas.
3) Subsistem Pengolahan Hasil
Berdasarkan penelitian, masyarakat Kampung Naga dalam pengolahan hasil
pertaniannya dikonsumsi untuk sendiri, tetapi ada juga sebagian yang dijual ke luar.
Mereka mengolah hasil taninya menjadi tepung beras dimana tepung beras tersebut
digunakan untuk membuat rempeyek, rangining, wajit (angléng), nagasari dan lain-lain
yang akan disajikan pada waktu upacara-upacara tertentu.Seperti pada waktu panen,

12
hajat sasih(numpeng) dan lain-lain.Hal tersebut dijadikan untuk menambah lauk pauk
atau makanan ringan pada saat upacara tertentu.
4) Subsistem Pemasaran
Sebagian besar masyarakat Kampung Naga tidak melaksanakan aktivitas
pemasaran. Masyarakat Kampung Naga melaksanakan budidaya padi sawah hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan anggota keluarganya. Walaupun begitu,
ada sebagian masyarakat Kampung Naga yang melaksanakan pemasaran, dan menjual
hasil usahataninya itu kepada pedagang pengumpul yang datang ke Kampung Naga,
hanya saja aktivitas pemasaran tersebut tidak berjalan secara kontinyu.
5) Jasa Penunjang
Masyarakat Kampung Naga mempunyai lembaga ekonomi adat yang disebut
lumbung padi (leuit).Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang
terpisah dari rumah.Setiap panen mereka menyisihkan (menyumbangkan) hasil
panennya itu ke dalam lumbung padi, tetapi tidak diwajibkan bagi masyarakat Kampung
Naga untuk menyumbangkan hasil taninya tersebut setiap panen, namun bersifat suka
rela.Padi tersebut digunakan untuk keperluan adat (upacara ritual), merenovasi
bangunan mesjid dan bale pertemuan.Selain itu padi tersebut diberikan kepada orang
yang tidak mampu, tetapi masyarakat di Kampung Naga tidak ada yang kekurangan
dalam hal itu.Jika ada orang yang meminjam padi tersebut, maka dibayarnya pada
waktu panen yang akan datang.
3.2

Aspek Finansial Usahatani Padi Sawah di Kampung Naga
Aspek finansial usahatani padi sawah di Kampung Naga pada umumnya bersifat

subsisten tetapi untuk mengetahui kelayakan padi tersebut maka komponen biaya tetap,
biaya variabel, penerimaan, pendapatan, dan R–C Ratio dicoba untuk diperhitungkan.
Analisis biaya dalam penelitian ini dihitung per satu kali produksi, dimulai dari
persiapan pengolahan lahan sampai dengan proses pemanenan.
1. Biaya Tetap (fixed cost)
Berdasarkan Tabel 1. Karena petani responden memiliki lahan sendiri maka
yang dihitung pada biaya tetap ini adalah biaya pajak lahan dan penyusutan alat.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alat-alat yang digunakan dalam usahatani
padi di Kampung Naga terdiri dari cangkul, sabit, parang dan ani-ani (étém) dengan
rata-rata kepemilikan 1 sampai 4 buah dengan umur ekonomis 3 sampai 5 tahun.

13
Tabel 1. Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m²
Jumlah Biaya
No.
Komponen Biaya
(Rp)
1 Pajak Lahan
62.831,62
2 Penyusutan Alat
93.666,67
3 P3A
20.000,00
4 Biaya Ngukusan
60.300,00
Jumlah
236.789,29
Sumber: Data primer yang diolah

2.

Biaya Variabel (Variable Cost)
Berdasarkan Tabel 2. Jumlah biaya variabel rata – rata yang dikelurkan petani

responden pada usahatani padi per satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga
adalah sebesar Rp 2.314.266,11. Bagian terbesar biaya variabel berasal dari tenaga kerja
dimana pada biaya tenaga kerja ini biaya yang dikeluarkan berdasarkan upah untuk
mencangkul, menanam, pemupukan, penyiangan, dan pemanenan yaitu sebesar
Rp 18.374.145,00 dengan rata-rata sebesar Rp 2.04.572,00. Kemudian dari pupuk
dimana biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.236.250,00 dengan rata – rata
Rp 249.281,25. Sisanya dari komponen biaya benih sebesar Rp 361.999,00 dengan
rata – rata Rp 40.222,11.Pada komponen benih ini tidak dihitung secara ekonomi karena
masyarakat Kampung Naga pada umumnya dalam pengadaan benih tidak membeli dari
luar tetapi mereka menyisihkan dari panen sebelumnya.
Table 2. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan)
pada rata-rata 4.060 m²
Jumlah Biaya
No.
Komponen Biaya
(Rp)
1
Benih
40.222,11
2
Pupuk: Kandang
11.000,00
Phonska
47.656,25
TSP
190.625,00
3
Tenaga Kerja
2.04.572,00
Jumlah
2.314.266,11
Sumber: Data primer yang diolah

3.

Biaya Total
Berdasarkan Tabel 3. Biaya total rata – rata yang dikeluarkan petani untuk satu

kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar Rp 2.551.064,40.
Bagian terbesar biaya total berasal dari biaya variabel dimana pada biaya variabel ini
biaya yang dikeluarkan berdasarkan biaya yang besar kecilnya tergantung pada aktivitas
produksi padi yaitu sebesar Rp 2.314.266,11. Sisanya merupakan kontribusi dari biaya
14
tetap yang terdiri dari biaya pajak lahan, penyusutan alat dan P3A sebesar
Rp 236.798,29.
Tabel 3. Biaya Total Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6bulan) pada
rata-rata 4.060 m²
Jumlah Biaya
No. Komponen Biaya
(Rp)
1 Biaya Tetap
236.798,29
2 Biaya Variabel
2.314.266,11
Jumlah Biaya Total
2.551.064,40
Sumber: Data primer yang diolah

4.

Penerimaan
Berdasarkan Tabel 4. Total penerimaan rata-rata yang dihasilkan pada usahatani

padi untuk satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar
Rp. 3.551.111,00. Masyarakat Kampung Naga dapat dikatakan untung, karena produksi
yang di hasilkan mencapai maksimal.
Tabel 4. Penerimaan Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m²
Total
Gabah Kering Padi
Harga Jual
Penerimaan
(kg)
(Rp/kg)
(Rp)
2400
4.000,00
9.600.000,00
1200
4.000,00
4.800.000,00
700
4.000,00
2.800.000,00
840
4.000,00
3.360.000,00
750
4.000,00
3.000.000,00
450
4.000,00
1.800.000,00
600
4.000,00
2.400.000,00
1800
4.000,00
7.200.000,00
500 (organik)
6.000,00
3.000.000,00
900
4.000,00
3.600.000,00
7.740
38.000,00
31.960.000,00
Rata-rata
3.551.111,00
Sumber: Data primer yang diolah

5.

Pendapatan

Table 5. Pendapatan Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m²
Jumlah Total
Uraian
(Rp)
Penerimaan
3.551.111,00
Biaya Total
2,551,064.40
Pendapatan
1.000.046,60
Sumber: Data primer yang diolah

15
Pendapatan yang diterima petani yaitu sebesar pada satu periode produksi
dengan luas lahan rata-rata 4.040 m² adalah sebesar Rp 1.000.046,60. Dimana pada
pendapatan ini usahatani padi yang dijalankan petani mendapatkan keuntungan.
6.

R-C Ratio
R-C yang diperoleh petani responden pada usahatani padi per satu kali proses

produksi di Kampung Naga adalah sebesar 1,39. Artinya setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar 1,39. Karena R-C Ratio yang diperoleh
ini lebih dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi di Kampung Naga
layak untuk diusahakan.
Table 6. R-C Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada
rata-rata 4.060 m²
No.
Uraian
Nilai
1
Penerimaan
3.551.111,00
2
Biaya
2,551,064.40
3
R-C
1,39
Sumber: Data primer yang diolah

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1) Sistem agribisnis usahatani padi sawah yang dilakukan oleh masyarakat Kampung
Naga masih terikat oleh adat sehingga kelima subsistem yang ada tidak terlihat
secara jelas. Usahatani padi sawah di Kampung Naga dilaksanakan setiap tahun dua
kali karena menggunakan varietas lokal. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik
dan anorganik, pengendalian hama dan penyakit bersifat insidentil tergantung pada
serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan menggunakan
pestisida alami.
Hasil usahatani padi sawah pada umumnya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
beras keluarga. Kelembagaan ekonomi adat yang dapat mendukung kegiatan
usahatani adalah lumbung padi. Sehingga Kampung Naga merupakan daerah yang
termasuk ke dalam swasembada pangan. Proses produksi usahatani padi masyarakat
Kampung Naga masih terikat oleh adat istiadat yang masih kuat, sehingga

16
masyarakat beranggapan bahwa dengan percaya dan melaksanakan tradisi tersebut
dapat meningkatkan hasil yang maksimal dan jarang terjadinya kegagalan panen.
2) Meskipun masyarakat masih tetap mempertahankan kearifan lokal dan masih tetap
memegang teguh tradisi dan budaya leluhur, tetapi dalam melaksanakan usahatani
padi masih tetap layak untuk diusahakan dengan R-C yang diperoleh sebesar 1,39
Saran
Setelah menganalisis usahatani padi di Kampung Naga dapat disarankan untuk
tetap melakukan budidaya padi yang sudah biasa dilaksanakan dengan mempertahankan
adat istiadat sebagai kearifan lokal. Namun apabila ada inovasi baru alangkah baiknya
kalau masyarakat Kampung Naga biasa membuka diri untuk menerapkan inovasi
tersebut dengan catatan tidak menyimpang dari adat atau tradisi yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA
Anton Charliyandan Elis Suryani, NS. 2010. Menguak Tabir Kampung Naga. Garut:
Kapolwil.
Mahpudi. 2008. Pesona Wisata
ParamediaKomunikatama.

Kabupaten

Tasikmalaya.

Bandung:

CV.

H. M. Ahman Sya dan Awan Mutakin. 2004. Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya.
Gajah Poleng. Tasikmalaya.
Soekartawi. 1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajawali. Jakarta.

17

More Related Content

What's hot

Pemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaanPemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaanAnriPenielAngkat
 
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...AlkautsarAvizena
 
Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6
Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6
Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6MuhamadHusni7
 
Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.
Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.
Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.andi kurniawan
 
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BPemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BMkhairulIhsan
 

What's hot (6)

Pemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaanPemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaan
 
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
Analisis Pentagon Aset Komunitas Pertanian Kelurahan Tunjung, Kabupaten Bangk...
 
Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6
Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6
Praktikum bmi 2 rk ccr 2.09 kelompok 6
 
Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.
Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.
Andikurniawan universitas mulawarman_pkmm.
 
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BPemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
 
Pola tanam juring ganda pada tebu
Pola tanam juring ganda pada tebuPola tanam juring ganda pada tebu
Pola tanam juring ganda pada tebu
 

Similar to 085009018

C:\fakepath\tesis toga
C:\fakepath\tesis togaC:\fakepath\tesis toga
C:\fakepath\tesis togackreasi
 
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...Ana Puja Prihatin
 
Presentasi proposal skripsi
Presentasi proposal skripsiPresentasi proposal skripsi
Presentasi proposal skripsiErick Syaputra
 
Manajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptx
Manajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptxManajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptx
Manajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptxdadiimadudin1
 
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptxGANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptxLanlanBoystoyz1
 
Proposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpane
Proposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpaneProposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpane
Proposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpaneFajar Sukmaya
 
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdfMuhammad Ihsan
 
SEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptx
SEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptxSEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptx
SEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptxAzharKurnianto
 
Power point contoh makalah Perkebunan.pptx
Power point contoh makalah Perkebunan.pptxPower point contoh makalah Perkebunan.pptx
Power point contoh makalah Perkebunan.pptxfatmawatipakaya
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawafitriza SA
 
Tugas PIP Observasi desa (kembaran)
Tugas PIP Observasi desa (kembaran)Tugas PIP Observasi desa (kembaran)
Tugas PIP Observasi desa (kembaran)Dino Rhamza
 
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016 Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016 Ana Puja Prihatin
 
Makalah pkm m
Makalah pkm mMakalah pkm m
Makalah pkm mEkiarifan
 
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...BBPP_Batu
 
408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe
408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe
408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafeMuhammadRobby22
 
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptxppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptxtatiukk
 
Proposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapangProposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapangirwandeni
 
KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...
KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...
KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...MochamadNurIhsan
 

Similar to 085009018 (20)

C:\fakepath\tesis toga
C:\fakepath\tesis togaC:\fakepath\tesis toga
C:\fakepath\tesis toga
 
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...
PPT SIDANG SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA P...
 
Presentasi proposal skripsi
Presentasi proposal skripsiPresentasi proposal skripsi
Presentasi proposal skripsi
 
Manajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptx
Manajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptxManajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptx
Manajemen_Usahatani_Padi_Sawah.pptx
 
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptxGANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
GANGGA. BAHAN PERSENTSI UP.pptx
 
Proposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpane
Proposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpaneProposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpane
Proposal revisi-kkn-alternatif-gelombang-b-tahap-ii-kedungpane
 
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
1. MAKALAH SEMPRO TASSYA AURIA ZAHRA (05011281823085).pdf
 
SEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptx
SEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptxSEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptx
SEMINAR PROPOSAL IRWANTO.pptx
 
Power point contoh makalah Perkebunan.pptx
Power point contoh makalah Perkebunan.pptxPower point contoh makalah Perkebunan.pptx
Power point contoh makalah Perkebunan.pptx
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
 
Tugas PIP Observasi desa (kembaran)
Tugas PIP Observasi desa (kembaran)Tugas PIP Observasi desa (kembaran)
Tugas PIP Observasi desa (kembaran)
 
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016 Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016
Proposal skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2016
 
Proposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawaProposal ternak kambing etawa
Proposal ternak kambing etawa
 
Makalah pkm m
Makalah pkm mMakalah pkm m
Makalah pkm m
 
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Cam...
 
408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe
408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe
408169837-contoh-IPW.pdfssefsesdfsdfsdswafe
 
22 35-1-sm
22 35-1-sm22 35-1-sm
22 35-1-sm
 
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptxppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
ppt sempro Farhan Alamsyah S.P.pptx
 
Proposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapangProposal padi organik srimukti desa atapang
Proposal padi organik srimukti desa atapang
 
KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...
KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...
KAJIAN KECAMATAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN T...
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

085009018

  • 1. KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENDEKATAN SISTEM AGRIBISNIS DALAM BUDAYA KAMPUNG NAGA Marlina1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Linamarlina249@Gmail.com Suyudi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Hj. Enok Sumarsih3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi enoksumarsih@yahoo.com ABSTRACT The aim of this research is to find out the variation of the rice field agriculture through agribussiness system approach in the culture of Kampung Naga. This research uses the case methode and purposive respondent that consists of ten rice farmers. The location of this research was in the village of Kampung Naga the district of Salawu the regency of Tasikmalaya. The kind of data that are gathered in this research are the primary and secundary data. The technique of the collection of primary data is direct interview. And the technique of the collection of secundary data is gained from the office of agriculture and some relevant literatures. The variation of rice field agribussiness and the financial aspect, which is to discribe cost, profit and R-C ratio is analized in descriptive manner. The system of rice field agribussiness which are conducted by the people of Kampung Naga is still very traditional so that the five sub-system indicated are not visible. The yield that are gained from rice farming are mostly consumed by themselves, to fulfill the need of the family. The economic institution of the village that can support the activity of rice field agribusiness is “Lumbung Padi”. So it enables Kampung Naga to be self-suffient in rice production. The process of rice field agribusiness still involves the strong tradition so that the rice farmers believe that by embracing to the traditional beliefs and growing rice based on the tradition they can increse the yield and prevent them from the failure of the harvest. 1
  • 2. Even though the rice farmers of kampung Naga still preserves the local wisdom and hold to their old tradition but their rice field agribussiness still can be improved by the R-C ratio of 1,39. Key word: farming system, agribussiness system, Rice, Kampung Naga, culture, Income. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan usahatani padi sawah melalui pendekatan sistem agribisnis dalam budaya Kampung Naga. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan penetapan responden secara purposive terhadap 10 orang petani padi sawah dengan mengambil lokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait serta beberapa literatur. Keragaan agribisnis usahatani padi sawah dan aspek finansial yang meliputi biaya pendapatan, penerimaan dan R-C ratio dianalisis secara deskriptif. Sistem agribisnis usahatani padi sawah yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga masih terikat oleh adat sehingga kelima subsistem yang ada tidak terlihat secara jelas. Hasil usahatani padi sawah pada umumnya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan beras keluarga. Kelembagaan ekonomi adat yang dapat mendukung kegiatan usahatani adalah lumbung padi. Sehingga Kampung Naga merupakan daerah yang termasuk ke dalam swasembada pangan. Proses usahatani padi masyarakat masih terikat oleh adat istiadat yang masih kuat, sehingga masyarakat beranggapan bahwa dengan percaya dan melaksanakan tradisi tersebut dapat meningkatkan hasil yang maksimal dan jarang terjadinya kegagalan panen. Meskipun masyarakat masih tetap mempertahankan kearifan lokal dan masih tetap memegang teguh tradisi dan budaya leluhur, tetapi dalam melaksanakan usahatani padi masih tetap layak untuk diusahakan dengan R-C yang diperoleh sebesar 1,39. Kata Kunci: Sistem Usahatani, Sistem Agribisnis, Padi Sawah, Kampung Naga, Budaya, Pendapatan. 2
  • 3. I. Pendahuluan Kampung Naga merupakan sebuah perkampungan adat yang masih tetap memegang teguh adat istiadat leluhur, meskipun berada ditengah-tengah kehidupan masyarakat modern. Berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Disebelah timur Kampung Naga terdapat hutan kramat yang di kelilingi sungai Ciwulan. Masyarakat Kampung Naga adalah sebuah komunitas yang tradisional yang masih kuat mempertahankan adat dan budaya leluhur.Ini tercermin dari kehidupan mereka yang bersahaja, membatasi diri dari pengaruh-pengaruh luar, serta taat menjalankan berbagai ritual dan keyakinan dari generasi kegenerasi (Mahpudi, 2008). Sistem pertanian yang digunakan masyarakat Kampung Naga masih sangat sederhana dan tradisional. Ketergantungannya pada komoditas andalan yang menjadi sumber bahan makanan pokoknya menjadi sangat kuat.Maka dari itu, peran tanaman padi menjadi sangat dominan dibandingkan dengan jenis tanaman pertanian lainnya. Mereka akan merasa tenang dan nyaman, apabila memiliki padi dan beras dengan cukup, karena padi dan beras merupakan ukuran penghasilan mereka. Padi atau beras dalam masyarakat petani tradisional memiliki nilai ekonomis. Oleh sebab itu, tanaman padi dianggap sebagai titisan Dewi Sri/Nyi Pohaci, sebagai lambang kesuburan petani (Anton Charliyandan Elis Suryani NS, 2010) Terdapat kendala yang mereka hadapi sehubungan dengan areal lahan pertanian, baik lahan basah (sawah) maupun kering, karena di Kampung Naga hanya sekitar 1,5 hektar dengan jumlah penduduk 112 kepala keluarga (KK), maka rata-rata pemilikan lahan pertanian hanya sekitar 297 m2 per kepala keluarga (Suganda, 2006) dalam Anton Charliyandan Elis Suryati NS (2010). Selain keterbatasan lahan pertanian, ada satu faktor lain yang secara langsung berpengaruh pada tingkat kesejahteraan mereka. Mereka tidak pernah melakukan intensifikasi, karena selain tradisi sistem pertanian tradisional dinilai lebih ekonomis. Pengolahan tanah cukup dengan menggunakan peralatan sederhana, tidak memerlukan traktor, tetapi hanya menggunakan cangkul,dan melibatkan tenaga kerja keluarga atau lingkungan terdekat. Terkadang saling bantu dengan anggota masyarakat lainnya tanpa memperhitungkan upah sebagai imbalannya. Pada dasarnya sistem pertanian yang ada di Kampung Naga dengan yang ada di luar Kampung Naga masih sama yaitu sederhana dan tradisional. Namun yang 3
  • 4. membedakan antara sistem pertanian di Kampung Naga dengan Kampung yang lainnya yaitu adat istiadat yang masih kuat, sedangkan masyarakat yang berada di luar Kampung Naga dalam melakukan usahataninya tidak tergantung pada adat itu sendiri dan adat tersebut sudah mulai luntur. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, bahwa tradisi atau adat yang mereka lakukan dalam pelaksanaan usahatani padi dipercaya dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui keragaan dan kelayakan usahatani padi sawah di Kampung Naga. II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan pertimbangan bahwa Kampung Naga merupakan daerah yang mempunyai ciri yang khas kearifan lokal dalam melaksanakan usahatani padi sawahnya dan masih terikat oleh adat istiadat nenek moyang leluhurnya. Responden ditetapkan secara Purposive atau berdasarkan pertimbangan tertentu dan dipilih 10 petani di Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya yang sudah distratifikasi berdasarkan kedudukan dan status sosial responden. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan tentang keragaan usahatani padi sawah di Kampung Naga melalui pendekatan system agribisnis. Analisis finansial digunakan untuk menghitung besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, serta kelayakan usaha padi sawah di Kampung Naga dengan perhitungan sebagai berikut: 1) Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel dengan rumus sebagai berikut: TC=TFC + TVC Keterangan : TC TFC : Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) TVC 2) : Total Cost( Biaya Total) : Total Variable Cost( TotalBiaya Variabel) Secara umum total penerimaan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: TR = TP. HP 4
  • 5. Keterangan : TR TP = Total Produksi HP 3) = Total Revenue (Total Penerimaan) = Harga satuan produksi Pendapatan π= TR –TC Keterangan : π TR = Total Penerimaan TC 4) = Pendapatan = Total Biaya Analisis kelayakan usaha menggunakan analisis R/C R/C = Total Penerimaan Biaya Total R/C ini menunjukkan penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi. Adapun kriteria penilaian kelayakan tersebut yaitu: a) Apabila R/C> 1, maka usahatani padiyang dilakukan memperoleh keuntungan dan layak diusahakan. b) Apabila R/C < 1, maka usahatani padi yang dilakukan mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan. c) Apabila R/C = 1, maka usahatani padi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas). III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Keragaan Usahatani Padi dalam Budaya Kampung Naga 1) Subsistem Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi Subsistem penyediaan sarana dan prasarana produksi dalam usahatani padi di Kampung Naga pada umumnya dalam penyediaan benih padi menggunakan varietas lokal yaitu pare gede meliputi padi jamlang, lokcan, peuteuy, sari kuning, cere dan jidah nangka. Sebagian besar benih tersebut diperoleh dari hasil panen sebelumnya.Sedangkan untuk memperoleh pupuk, dan sarana produksi lainnya diperoleh dari kios saprodi terdekat. Mereka tidak pernah kesulitan dalam memperoleh sarana produksi baik dalam pengadaan pupuk maupun dalam sarana produksi lainnya. 5
  • 6. 2) Usahatani Adapun sistem usahatani yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga terdiri dari; pengolahan lahan, pembenihan, pengairan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan. a) Pengolahan Lahan Ketersediaan air bagi masyarakat Kampung Naga tercukupi sepanjang tahun meskipun pada musim kemarau, hal ini disebabkan oleh adanya hukum adat masyarakat Kampung Naga yang selalu harus melestarikan lingkungan alam sekitarnya.Masyarakat Kampung Naga mempunyai prinsip “Leuweung lain ruksakkeun, tapi rawateun jeung rumateun” yang artinya “hutan itu tidak boleh dirusak tetapi harus dirawat, dijaga dan dilindungi”.Masyarakat Kampung Naga pada musimkemaraumasih tetap dapat melakukan kegiatan bercocok tanam. Pengolahan tanah sawah yang dilakukan oleh petani di Kampung Naga melikputi; perbaikan pematang, pencangkulan, perataan dan membuat garisan untuk penanaman padi (nyaplak). Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani di Kampung Naga harus disesuaikan dengan “hari baik”, yang dimaksud hari baik adalah hari kelahiran petani yang dalam sistem Gambar 1. Mengolah Sawah dengan Mencangkul pengolahannya disesuaikan dengan hari baik tersebut. Sebagai contoh petani yang lahir pada hari Jum‟at maka petani tersebut harus memulai mengolah lahan pertama dengan menghadap ke arah Timur.Mereka beranggapan kalau mengikuti adat tersebut akan memberikan hasil yang baik. Setelah ditentukan “hari baik” mereka akan segera turun kesawah untuk mengatur pengaliran air, sehingga permukaan tanah sawah tetap tergenang untuk beberapa hari, dengan begitu tanah menjadi lembek serta mudah dicangkul, setelah diratakan, pada salah satu sudut sawah disiapkan tempat pembenihan padi. Tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan tanah sebagian besar merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Meskipun ada sebagian kecil yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dan berasal dari luar Kampung Naga. 6
  • 7. b) Persemaian (Pabinihan) Gambar 2.PersemaianBenih Padi Sebelum melakukan persemaian, masyarakat Kampung Naga pada umumnya melakukan upacara ritual yang disebut ngukusan. Upacara tersebut merupakan ritual yang selalu dilakukan sebelum persemaian, sebelum menanam padidan sebelum panen. Ngukusan adalah upacara bakar kemenyan di lahan yang sudah disiapkan untuk melakukan persemaian, penanaman padi dan pemanenan. Bahan-bahan yang digunakan untuk ngukusan (Gambar 3) tersebut diantaranya ketupat, pisang, opak, wajit, daun sirih, apu sirih, gambir, rujak (pisang dan kelapa), kemenyan, minyak kelapa, bakau, buah pinang, ani-ani, empos (dupa dari kelapa), cermin, sisir. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Naga percaya dengan melakukan ritual seperti itu, maka hasil panen mereka nanti akanmendapatkan hasil yang maksilmal. Lahan untuk persemaian yang dilakukan petani padi di Kampung Naga dahulu, sebelumnya pengolahan diolah lahan terlebih untuk persemaian ini dilakukan dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak lagi terdapat bongkahan tanah Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian dipetak- Gambar 3. Proses Ngukusan petak dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air. Persemaian yang dilakukan petani padi di Kampung Naga dilakukan dengan menggunakan benih padi dari hasil sendiri dengan cara menyisihkan benih dari hasil panen sebelumnya. 7
  • 8. Gambar 4. Mencabut bibit dan bibit siap tanam Rata-rata benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 15 kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam (2 hari 2 malam), dalam ember atau wadah lainnya. Tempat persemaian benih jangan sampai terdapat banyak genangan air, karena pada saat penaburan benih ditempat persemaian benih yang disebar dan masuk ke genangan air akan busuk. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah. Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Hal ini dilakukan agar benih yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akanditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka benih yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati. c) Pengairan Kebutuhan air untuk kegiatan usahatani padi pada umumnya tercukupi dengan adanya irigasi.Air irigasi diperoleh dari sungai Ciwulan yang kemudian di alirkan dan dibagikan sesuai kebutuhan ke irigasi-irigasi, tiap irigasi mempunyai pegawai yang bertugas membuka atau menutup saluran irigasi supaya aliran air tetap terkontrol. Pengairan yang dilakukan oleh petani Gambar 5.Saluran Air Irigasi padi adalah pada pengairan sawah sebelum dibajak bertujuan untuk mempermudah 8
  • 9. pembajakan karena saat basah tanah menjadi lembek dan saat penanaman (tandur) lahan dalam kondisi tidak terlalu tergenang (macak-macak).Hal ini berguna dalam mengoptimalkan pertumbuhan akar. Kemudian padi pada umur 7 – 10 hari hingga umur 45 – 50 kondisi lahan tetap macak-macak terkecuali jika akan dilakukan penyiangan kondisi lahan harus tergenang, hal ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan agar tanah lebih berstruktur dan munculnya tunas-tunas baru tiap rumpunnya. Karena apabila dibiarkan tetap tergenang air mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal karena pertumbuhan tunas baru terhalang oleh air. Pada umur padi 45 – 50 ialah fase generatif yaitu pada saat padi akan berbunga, keadaan lahan pada kondisi ini dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga tunas atau anakan agar tidak terus menerus menumbuhkan anakan yang tidak produktif. Setelah itu pada saat umur padi 60 hari kondisi lahan kembali macak – macak hingga dalam waktu seminggu menjelang panen kondisi air dikeringkan, hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak tumbuh tunas tersier yang akan mengganggu pemasakan bulir. d) Penanaman Penanaman atau tandur yang di lakukan petani di Kampung Naga dilakukan ketika bibit berumur 25-30 hari, ini dikarenakan bibit yang siap ditanam ialah bibit yang telah mencapai umur yang optimal untuk dipindahkan ke lahan. Bibit ditanam dengan cara dipindahkan dari bedengan persemaian ke petakan sawah, Gambar 6. Proses Penanaman dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu benih dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. (Gambar 4 hal 7) Sebelum benih ditanam, lahan dibuat pola jarak tanam dengan menggunakan alat caplakan.Mencaplak lahan dilakukan dua kali dengan arah yang berlawanan (vertikal – horizontal) sehingga terbentuk pola tanam dengan jarak tanam yang ukurannya telah ditentukan pada Gambar 7. Membuat Caplakan untuk Penanaman Padi caplakan. 9 Hal ini untuk mempermudah
  • 10. pemeliharaan, baik penyiangan maupun pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat – zat makanan secara merata.Benih ditanam dengan posisi tegak dengan jarak tanam padi 30 x 30 cm e) Penyiangan Setiap hari setelah penanaman, tanaman padi harus selalu dilihat, apabila kelihatan ada tanaman yang mati harus segera diganti dengan bibit yang baru (disulam).Penyiangan dalam usahatani padi di Kampung Naga dilakukan dengan melihat terlebih dahulu kondisi tanaman, apakah tumbuh dengan baik atau tidak. Jika tanaman ada yang roboh, mati atau kerusakan akibat adanya gangguan hama seperti tikus dan gang, maka dilakukan bibit harus penggantian dengan cara menyulam dengan benih yang sama, penyulaman dilakukan 10 hari setelah Gambar 8. Proses Penyiangan tanam (hari setelah tanam). Penyiangan dilakukan disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan kelumpur atau dibuang ke pematang sawah.Rata-rata penyiangan dilkukan sebanyak dua kali dalam satu kali musim tanam, penyiangan pertama dilakukan ketika padi berumur tiga minggu dan yang ke dua setelah padi ber umur enam minggu. f) Pemupukan Pemupukan yang dilakukan oleh petani di Kampung Naga keseluruhannya menggunakan pupuk kimia buatan pabrik yaitu phonska berfungsi sebagai ketahanan tanaman terhadap penyakit dan mempercepat pembuatan zat pati dan TSP berfungsi mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan dan Gambar 9. Proses Pemupukan pembentukan buah dan mempercepat pemanenan, pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali musim tanam diantaranya 13 persen ketika padi di semai berumur 15 hari atau dua minggu setelah tanam dan 97 persen ketika benih telah di tanam umur 35 10
  • 11. hari.Namun ada juga yang menggunakan pupuk kandang (organik). Karena masyarakat Kampung Naga sebagian ada yang memelihara ternak seperti ayam, itik, domba, dan kambing.Kotoran dari hewan btersebut mereka gunakan untuk pupuk. g) Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan, suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi produksi padi. Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan dalam usahatani padi agar hasil produksi tidak menurun. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani padi di Kampung Naga umumnya tidak menggunakan pestisida kimia, tetapi menggunakan abu yang bertujuan untuk menangkal hama yang mengganggu tanaman padi.Hal ini dilakukan pada saat padi berumur 10 hari atau lebih (pada saat padi terserang oleh hama putih). Selain menggunakan abu, ada juga tanaman yang bisa di jadikan pestisida yaitu tanaman sulangkar, daun gadog, pucuk kawung dan pacing. Tanaman tersebut berfungsi untuk mencegah semua jenis hama padi. h) Panen dan Pasca Panen Sebelum dipanen, padi mengalami dua kali penyiangan rumput dan gulma lainnya, yang tumbuh disela-sela tanaman padi, yang merupakan saat paling penting, sehingga ketika memasuki masa berbunga, petani berusaha semaksimal mungkin agar hasil panennya memuaskan. Salah satu usaha yang mereka tempuh adalah dengan menyediakan sesajen yang disebut ngarujakan, yang artinya sama dengan menyediakan sesajen rujak. Menurut mereka, padi yang sedang berbunga, diibaratkan Dewi Sri/Nyi Pohaci yang sedang hamil muda.Hal ini dilakukan ketika padi berumur 3 bulan. Penyediaan sesajen ini terus berlanjut setiap tahap hingga panen dan menyimpannya kedalam leuit/lumbung padi.Penyimpanan padi kini lebih praktis, setelah dipanen padi dijadikan gabah lalu dijemur. Gabah tersebut disimpan didalam karung, kemudian disimpan di Goah yang dianggap sebagai tempat persemayaman Dewi Sri/Nyi Pohaci, sekaligus sebagai wilayah kekuasaan perempuan. Peranan perempuan dalam menyimpan kebutuhan bahan makanan pokok, disamakan dengan padaringan atau pabeasan „tempat menyimpan béas atau beras‟. 11
  • 12. Kegiatan pemanenan di Kampung Naga masih dilakukan secara manual yaitu dengan cara memotong padi menggunakan ani-ani (etem) atau pisau khusus untuk pemanenan (sabit/arit). Gambar 10 . Proses Pemanenan dan Penjemuran Padi Pelaksanaan pemungutan hasil pada saat pemanenan ada beberapa cara diantaranya sistem bawon dan sistem tebasan. Sistem bawon adalah upah dari hasil kerja menuai padi yang diberikan oleh pemilik sawah kepada penuai padi berupa padi setelah pemanenan selesai dan sistem tebasan atau taksiran yaitu pemilik sawah menjual padinya yang masih berada di sawah ke tukang tebas dan petani langsung mendapatkan hasil panennya tanpa harus memanen padinya, karena pemanenan seluruhnya di serahkan ke tukang tebas. 3) Subsistem Pengolahan Hasil Berdasarkan penelitian, masyarakat Kampung Naga dalam pengolahan hasil pertaniannya dikonsumsi untuk sendiri, tetapi ada juga sebagian yang dijual ke luar. Mereka mengolah hasil taninya menjadi tepung beras dimana tepung beras tersebut digunakan untuk membuat rempeyek, rangining, wajit (angléng), nagasari dan lain-lain yang akan disajikan pada waktu upacara-upacara tertentu.Seperti pada waktu panen, 12
  • 13. hajat sasih(numpeng) dan lain-lain.Hal tersebut dijadikan untuk menambah lauk pauk atau makanan ringan pada saat upacara tertentu. 4) Subsistem Pemasaran Sebagian besar masyarakat Kampung Naga tidak melaksanakan aktivitas pemasaran. Masyarakat Kampung Naga melaksanakan budidaya padi sawah hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan anggota keluarganya. Walaupun begitu, ada sebagian masyarakat Kampung Naga yang melaksanakan pemasaran, dan menjual hasil usahataninya itu kepada pedagang pengumpul yang datang ke Kampung Naga, hanya saja aktivitas pemasaran tersebut tidak berjalan secara kontinyu. 5) Jasa Penunjang Masyarakat Kampung Naga mempunyai lembaga ekonomi adat yang disebut lumbung padi (leuit).Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang terpisah dari rumah.Setiap panen mereka menyisihkan (menyumbangkan) hasil panennya itu ke dalam lumbung padi, tetapi tidak diwajibkan bagi masyarakat Kampung Naga untuk menyumbangkan hasil taninya tersebut setiap panen, namun bersifat suka rela.Padi tersebut digunakan untuk keperluan adat (upacara ritual), merenovasi bangunan mesjid dan bale pertemuan.Selain itu padi tersebut diberikan kepada orang yang tidak mampu, tetapi masyarakat di Kampung Naga tidak ada yang kekurangan dalam hal itu.Jika ada orang yang meminjam padi tersebut, maka dibayarnya pada waktu panen yang akan datang. 3.2 Aspek Finansial Usahatani Padi Sawah di Kampung Naga Aspek finansial usahatani padi sawah di Kampung Naga pada umumnya bersifat subsisten tetapi untuk mengetahui kelayakan padi tersebut maka komponen biaya tetap, biaya variabel, penerimaan, pendapatan, dan R–C Ratio dicoba untuk diperhitungkan. Analisis biaya dalam penelitian ini dihitung per satu kali produksi, dimulai dari persiapan pengolahan lahan sampai dengan proses pemanenan. 1. Biaya Tetap (fixed cost) Berdasarkan Tabel 1. Karena petani responden memiliki lahan sendiri maka yang dihitung pada biaya tetap ini adalah biaya pajak lahan dan penyusutan alat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alat-alat yang digunakan dalam usahatani padi di Kampung Naga terdiri dari cangkul, sabit, parang dan ani-ani (étém) dengan rata-rata kepemilikan 1 sampai 4 buah dengan umur ekonomis 3 sampai 5 tahun. 13
  • 14. Tabel 1. Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada rata-rata 4.060 m² Jumlah Biaya No. Komponen Biaya (Rp) 1 Pajak Lahan 62.831,62 2 Penyusutan Alat 93.666,67 3 P3A 20.000,00 4 Biaya Ngukusan 60.300,00 Jumlah 236.789,29 Sumber: Data primer yang diolah 2. Biaya Variabel (Variable Cost) Berdasarkan Tabel 2. Jumlah biaya variabel rata – rata yang dikelurkan petani responden pada usahatani padi per satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar Rp 2.314.266,11. Bagian terbesar biaya variabel berasal dari tenaga kerja dimana pada biaya tenaga kerja ini biaya yang dikeluarkan berdasarkan upah untuk mencangkul, menanam, pemupukan, penyiangan, dan pemanenan yaitu sebesar Rp 18.374.145,00 dengan rata-rata sebesar Rp 2.04.572,00. Kemudian dari pupuk dimana biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.236.250,00 dengan rata – rata Rp 249.281,25. Sisanya dari komponen biaya benih sebesar Rp 361.999,00 dengan rata – rata Rp 40.222,11.Pada komponen benih ini tidak dihitung secara ekonomi karena masyarakat Kampung Naga pada umumnya dalam pengadaan benih tidak membeli dari luar tetapi mereka menyisihkan dari panen sebelumnya. Table 2. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada rata-rata 4.060 m² Jumlah Biaya No. Komponen Biaya (Rp) 1 Benih 40.222,11 2 Pupuk: Kandang 11.000,00 Phonska 47.656,25 TSP 190.625,00 3 Tenaga Kerja 2.04.572,00 Jumlah 2.314.266,11 Sumber: Data primer yang diolah 3. Biaya Total Berdasarkan Tabel 3. Biaya total rata – rata yang dikeluarkan petani untuk satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar Rp 2.551.064,40. Bagian terbesar biaya total berasal dari biaya variabel dimana pada biaya variabel ini biaya yang dikeluarkan berdasarkan biaya yang besar kecilnya tergantung pada aktivitas produksi padi yaitu sebesar Rp 2.314.266,11. Sisanya merupakan kontribusi dari biaya 14
  • 15. tetap yang terdiri dari biaya pajak lahan, penyusutan alat dan P3A sebesar Rp 236.798,29. Tabel 3. Biaya Total Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6bulan) pada rata-rata 4.060 m² Jumlah Biaya No. Komponen Biaya (Rp) 1 Biaya Tetap 236.798,29 2 Biaya Variabel 2.314.266,11 Jumlah Biaya Total 2.551.064,40 Sumber: Data primer yang diolah 4. Penerimaan Berdasarkan Tabel 4. Total penerimaan rata-rata yang dihasilkan pada usahatani padi untuk satu kali proses produksi (6 bulan) di Kampung Naga adalah sebesar Rp. 3.551.111,00. Masyarakat Kampung Naga dapat dikatakan untung, karena produksi yang di hasilkan mencapai maksimal. Tabel 4. Penerimaan Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada rata-rata 4.060 m² Total Gabah Kering Padi Harga Jual Penerimaan (kg) (Rp/kg) (Rp) 2400 4.000,00 9.600.000,00 1200 4.000,00 4.800.000,00 700 4.000,00 2.800.000,00 840 4.000,00 3.360.000,00 750 4.000,00 3.000.000,00 450 4.000,00 1.800.000,00 600 4.000,00 2.400.000,00 1800 4.000,00 7.200.000,00 500 (organik) 6.000,00 3.000.000,00 900 4.000,00 3.600.000,00 7.740 38.000,00 31.960.000,00 Rata-rata 3.551.111,00 Sumber: Data primer yang diolah 5. Pendapatan Table 5. Pendapatan Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada rata-rata 4.060 m² Jumlah Total Uraian (Rp) Penerimaan 3.551.111,00 Biaya Total 2,551,064.40 Pendapatan 1.000.046,60 Sumber: Data primer yang diolah 15
  • 16. Pendapatan yang diterima petani yaitu sebesar pada satu periode produksi dengan luas lahan rata-rata 4.040 m² adalah sebesar Rp 1.000.046,60. Dimana pada pendapatan ini usahatani padi yang dijalankan petani mendapatkan keuntungan. 6. R-C Ratio R-C yang diperoleh petani responden pada usahatani padi per satu kali proses produksi di Kampung Naga adalah sebesar 1,39. Artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar 1,39. Karena R-C Ratio yang diperoleh ini lebih dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi di Kampung Naga layak untuk diusahakan. Table 6. R-C Usahatani Padi Sawah dalam Satu Periode Produksi (6 bulan) pada rata-rata 4.060 m² No. Uraian Nilai 1 Penerimaan 3.551.111,00 2 Biaya 2,551,064.40 3 R-C 1,39 Sumber: Data primer yang diolah IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Sistem agribisnis usahatani padi sawah yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga masih terikat oleh adat sehingga kelima subsistem yang ada tidak terlihat secara jelas. Usahatani padi sawah di Kampung Naga dilaksanakan setiap tahun dua kali karena menggunakan varietas lokal. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik, pengendalian hama dan penyakit bersifat insidentil tergantung pada serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dengan menggunakan pestisida alami. Hasil usahatani padi sawah pada umumnya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan beras keluarga. Kelembagaan ekonomi adat yang dapat mendukung kegiatan usahatani adalah lumbung padi. Sehingga Kampung Naga merupakan daerah yang termasuk ke dalam swasembada pangan. Proses produksi usahatani padi masyarakat Kampung Naga masih terikat oleh adat istiadat yang masih kuat, sehingga 16
  • 17. masyarakat beranggapan bahwa dengan percaya dan melaksanakan tradisi tersebut dapat meningkatkan hasil yang maksimal dan jarang terjadinya kegagalan panen. 2) Meskipun masyarakat masih tetap mempertahankan kearifan lokal dan masih tetap memegang teguh tradisi dan budaya leluhur, tetapi dalam melaksanakan usahatani padi masih tetap layak untuk diusahakan dengan R-C yang diperoleh sebesar 1,39 Saran Setelah menganalisis usahatani padi di Kampung Naga dapat disarankan untuk tetap melakukan budidaya padi yang sudah biasa dilaksanakan dengan mempertahankan adat istiadat sebagai kearifan lokal. Namun apabila ada inovasi baru alangkah baiknya kalau masyarakat Kampung Naga biasa membuka diri untuk menerapkan inovasi tersebut dengan catatan tidak menyimpang dari adat atau tradisi yang berlaku DAFTAR PUSTAKA Anton Charliyandan Elis Suryani, NS. 2010. Menguak Tabir Kampung Naga. Garut: Kapolwil. Mahpudi. 2008. Pesona Wisata ParamediaKomunikatama. Kabupaten Tasikmalaya. Bandung: CV. H. M. Ahman Sya dan Awan Mutakin. 2004. Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya. Gajah Poleng. Tasikmalaya. Soekartawi. 1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajawali. Jakarta. 17