Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi budidaya rumput laut, meliputi faktor resiko, aksesibilitas, dan ekologi seperti arus, dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, dan ketersediaan bibit.
2. Pemasaran dapat diartikan secara sosial maupun
manajerial. Pengertian secara sosial menunjukkan
peran yang dimainkan oleh pemasaran dimasyarakat.
Menurut Kotler dan Keller (2009), pemasaran secara
sosial adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain.
Untuk pengertian secara manajerial, pemasaran sering
digambarkan sebagai seni menjual produk-produk.
3. Menurut American Marketing Association dalam
Kotler dan Keller (2009), pemasaran secara manajerial
adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
memberikan niali kepada pelanggan dan untuk
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangku
kepentingannya.
Pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan usaha
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan pembeli
yang ada maupun pembeli potensioanl, juga tidak
berakhir pada waktu penjualan atau transaksi.
Semua keputusan yang diambil dalam bidang
pemasaran harus ditunjukkan untuk menentukan
produk, pasar, harga, promosi dan sistem
distribusinya (Pasaribu, 2012).
4. Menurut American Marketing Association dalam
Hasyim (2012) pemasaran adalah suatu fungsi
organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelaggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan
dengan cara menguntungkan organisasi dan pemangku
kepentingannya.
Selanjutnya Hasyim (2012) mengatakan tataniaga atau
pemasaran merupakan kegiatan penyaluran produk-
produk hasil pertanian dari pihak produsen ke
konsumen yang disertai dengan penambahan nilai
waktu, tempat, bentuk, dan pengalihan hak milik
lembaga-lembaga tataniaga.
Hasyim (2012) mengemukakan bahwa tataniga
termasuk tindakan atau usaha produktif, karena
tataniaga menciptakan atau menambahkan kegunaaan
dari suatu barang.
5. Efisiensi pemasaran adalah memaksimisasi dari ratio input
dan output. Input berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil
pertanian. Sedangkan output adalah kepuasan dari
konsumen.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi
kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi,
sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi
mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi
pemasaran (Soekartawi dkk, 1985).
Menurut Mubyarto (1989), sistem pemasaran diangap efisien
apabila memenuhi dua syarat, yaitu mempu menyampaikan
hasil-hasil dari nelayan produsen kepada konsumen dengan
biaya serendah mungkin dan mampu mengadakan
pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta di
dalam kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran komoditas
tersebut.
6. Saluran pemasaran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh
arus barang-barang dari produsen ke perantara dan
akhirnya sampai ke konsumen. Menurut Soekartawi (1993),
saluran pemasaran pada prinsipnya merupakan aliran
barang dari produsen ke konsumen dan terjadi karena
adanya lembaga pemasaran.
Peranan lembaga pemasaran sangat bergantung dari sistem
pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang
dipasarkan. Dari saluran pemasaran tersebut dapat dilihat
tingkat harga pada masing-masing lembaga
pemasaran. Menurut Hasyim (2012), saluran pemasaran
produk sampai kepada konsumen akhir dapat panjang atau
pendek, sesuai dengan tujuan dan kebijakan setiap
perusahaan.
Apabila rantai tataniaga panjang, maka produk tersebut
sebelum sampai kepada konsumen akhir melewati berbagai
macam perantara.
7. Menurut Hasyim (2012), margin pemasaran adalah
perbedaan harga pada berbagai tingkat sistem pemasaran.
Margin pemasaran adalah perbedaan harga diantara
tingkat lemabaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan
antara jumlah yang dibayakan konsumen dengan jumlah
yang diterima oleh produsen atas produk agribisnis yang
diperjual belikan.
Secara matematis perhitungan marjin pemasaran
dirumuskan sebagai :
Mji = Psi-Pbi atau mji = bti + πi
Total marjin pemasaran yang diperoleh saluran pemasaran
yang terlibat dalam pemasaran dirumuskan sebagai : Mji =
Σmji Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat
berdasarkan presentase keuntungan terhadap baiaya
pemasaran (Ratio Profit Margin/RPM) pada masing-
masing lembaga pemasaran, dirumuskan sebagai : RPM =
Dimana :
8. Kotler dan Armstrong (2003) menjelaskan bahwa
strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang
akan digunakan oleh unit bisnis untuk mencapai tujuan
pemasarannya.
Strategi tersebut berisi strategi spesifik untuk pasar
sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran, dan
besarnya pengeluaran pemasaran.
Menurut Rangkuti (2006), strategi pemasaran
merupakan sekumpulan tindakan pemasaran yang
terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada
konsumen dan menciptakan keunggulan bagi
perusahaan.
Strategi pemasaran harus bersifat disdinctive (bersifat
unik, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan spesifik)
dan didukung oleh semua potensi yang dimiliki oleh
perusahaan secara oprimal.
9. 1) Strategi Produk
Produk adalah semua yang ditawarkan kepada pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya.
Produk tidak hanya terdiri dari barang yang berwujud,
tetapi definisi produk yang lebih luas meliputi objek fisik,
jasa, kegiatan, orang, tempat, organisasi, ide, atau
campuran dari hal-hal tersebut
2) Strategi harga
Harga menurut Kotler dan Armstrong (2008) adalah jumlah
yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa. Lebih luas lagi,
harga adalah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan
untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau
menggunakan suatu produk dan jasa. Penetapan harga
barang dan jasa merupakan suatu strategi kunci bagi
perusahaan, karena harga mempengaruhi kinerja keuangan
serta persepsi pembeli dan penentuan posisi merek.
10. Menurut Soekartawi (1991:45) Dalam melakukan
usaha perikanan, seorang pengusaha atau
katakanlah seorang petani rumput laut akan selalu
berfikir bagaimana ia mengalokasikan input secara
sefisien untuk dapat memperoleh produksi yang
maksimal.
Cara pemikiran yang demikian ini adalah wajar
mengingat nelayan rumput laut melakukan konsep
bagaimana memaksimumkan keuntungan. Dalam
budidaya rumput laut petani rumput laut juga harus
memperhitungkan seberapa layak kegiatan usaha
budidaya rumput laut.
11. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui berapa
pendapatan yang akan diperoleh petani rumput
laut agar mereka yakin terhadap prospek usaha
budidaya rumput laut sehingga mereka benar-
benar yakin dan tidak ragu terhadap usaha yang
mereka lakukan.
Keraguan dalam menjalankan usaha budidaya
akan berpengaruh pada hasil produksi karena
asumsi yang mereka miliki bahwa usaha budidaya
yang mereka lakukan tidak begitu
menguntungkan. Oleh sebab itu analisis kelayakan
usaha perlu dilakukan agar petani yakin bahwa
usaha budidaya rumput laut yang mereka lakukan
memang benar-benar menguntungkan.
12. Iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari
kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk
rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso,
2003). Penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis
mengenai budidaya rumput laut yaitu:
1. Sri Astuty dan Skalalis Diana (2003), meneliti mengenai
Budidaya Makroalga Kappaphycus alvarezii (lebih dikenal
sebagai Eucheuma cottonii salah satu jenis rumput laut yang
banyak dibudidayakan) di Perairan Pulau Panjang perairan teluk
Serang kabupaten Serang serta analisis ekonominya. Dalam
penelitian tersebut dapat diketahui kelayakan usaha budidaya
makroalga, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem budidaya
yang dilakukan adalah sistem tali gantung dengan luasan area
lebih dari 40 Ha. Budidaya makroalga ini tidak dapat dilakukan
sepanjang tahun, Secara ekonomi, budidaya ini layak dilakukan,
dilihat dari nilai B/C rasio 1,35 ; BEP pada Rp. 2.378,00 per kg
berat kering atau pada tingkat produksi 4.458,75 kg berat kering
serta dari nilai ROI diketahui keuntungannya Rp. 35 dari modal
Rp. 100.
13. 2. Muh. Amin, T. P. Rumayar, Femmi N.F., D. Kemur
dan IK Suwitra (2002), meneliti tentang kajian
budidaya rumput laut (Eucheuma Cottoni) dengan
sistem dan musim tanam yang berbeda di Kabupaten
Bangkep Sulawesi Tengah, Pengkajian dilaksanakan
di Desa Apal Kabupaten Bangkep dari bulan Maret-
November 2002, bertujuan untuk mendapatkan
informasi sistem dan waktu tanam rumput laut yang
sesuai dengan perairan setempat, mudah dilakukan
dan dapat meningkatkan pendapatan petani-nelayan.
Di samping itu membuka peluang kesempatan kerja
dan berusaha yang kondusif serta dapat
memanfaatkan sumberdaya pesisir secara optimal.
14. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga
perlakuan, yaitu kontrol (T0), jalur tanam biasa (T1),
dan jalur tanam legowo tiga (T2) dengan masing-
masing lima ulangan. Penanaman dilakukan empat
kali musim tanam yang masing-masing mewakili
peralihan musim barat ke musim timur (BT), musim
timur (T), peralihan dari musim timur ke musim barat
(TB), dan musim barat (B) yang secara berurutan jatuh
pada bulan April, Juni, Agustus, dan Oktober tahun
2002.
Hasil pengamatan rata-rata bobot akhir rumput laut
selama 50 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa
sistem legowo tiga pada hampir semua musim tanam
masih memberikan hasil terbaik.
15. Dalam pemilihan lokasi ada 3 faktor yang menjadi
pertimbangan yaitu :
faktor resiko,
kemudahan (aksebilitas)
dan faktor ekologis.
16. a) Keterlindungan Untuk menghindari kerusakan fisik
sarana budidaya dan pertumbuhan rumput laut, maka
diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin
dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung
biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan
terbuka tetapi terlindung oleh adanya penghalang atau
pulau didepannya.
b) Keamanan Masalah pencurian dan perbuatan sabotase
mungkin dapat terjadi, sehingga upaya pengamanan baik
secara individual maupun bersamasama harus dilakukan.
Pemilik usaha harus menjalin hubungan baik dengan
masyarakat sekitar lokasi budidaya.
c) Konflik Kepentingan Beberapa kegiatan perikanan
(kegiatan penangkapan ikan, pengumpul ikan hias) dan
kegiatan non perikanan (pariwisata, perhubungan laut,
industri, taman nasional laut) dapat berpengaruh negatif
terhadap aktivitas usaha rumput laut.
17. Pemilik usaha budidaya rumput laut
biasanya memilih lokasi yang berdekatan
dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan
monitoring dan penjagaan keamanan
dapat dilakukan dengan mudah.
Lokasi diharapkan berdekatan dengan
sarana jalan, karena dapat mempermudah
dalam pengangkutan bahan, sarana
budidaya, bibit, dan hasil panen. Hal
tersebut akan mengurangi biaya
pengangkutan.
18. Faktor ekologis yang perlu diperhatikan antara lain:
arus,
kondisi dasar perairan,
kedalaman,
salinitas,
kecerahan,
pencemaran,
ketersediaan bibit
dan tenaga kerja yang terampil.
19. a.Arus Rumput laut merupakan organisme yang
memperoleh makanan (nutrients) melalui aliran air yang
melewatinya. Gerakan air yang cukup dapat membawa
nutrient yang cukup pula dan sekaligus mencuci kotoran
yang menempel pada thallus, membantu pengudaraan dan
mencegah adanya fluktuasi suhu air yang besar. Suhu yang
baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 20-28 ºC.
Besarnya kecepatan arus yang ideal antara 20-40 cm/detik.
Indikator suatu lokasi yang memiliki arus yang baik yaitu
adanya tumbuhan karang lunak dan dan padang lamun
yang bersih dari kotoran dan kemiringan ke satu arah.
b.Dasar Perairan Perairan yang mempunyai dasar pecahan-
pecahan karang dan pasir kasar dipandang baik untuk
budidaya rumput laut euchema spp. Kondisi dasar perairan
yang demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air
yang baik. Jenis dasar perairan dapat dijadikan indikator
gerakan air laut. Dasar perairan yang terdiri dari karang
yang keras menunjukkan dasar perairan tersebut
dipengaruhi oleh gelombang yang besar, sebaliknya bila
dasar perairan terdiri dari lumpur menunjukkan adanya
gerakan air yang kurang.
20. c. Kedalaman Air Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya
rumput laut euchema spp adalah 0,3-0,6 m pada waktu surut terendah
(lokasi yang berarus kencang) untuk metode lepas dasar, 2-15 m untuk
metode rakit apung dan 5-20 m untuk metode rawai (long line) dan
sistem jalur. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut kekeringan dan
mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
d.Salinitas Euchema spp adalah rumput laut yang bersifat stenohaline. Ia
tidak tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik
berkisar antara 28-35 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan kondisi
salinitas tersebut harus dihindari lokasi yang berdekatan dengan muara
sungai.
e.Kecerahan Cahaya matahari merupakan sumber energi dalam proses
fotosintesis. Dalam proses fotosintesis terjadi pembentukan bahan
organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang
normal. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya
matahari. Kecerahan perairan yang ideal lebih dari 1 m. Air yang keruh
(biasanya mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya cahaya
matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis terganggu. Disamping
itu kotoran dapat menutupi permukaan thallus dan menyebabkan
thallus tersebut membusuk dan patah. Secara keseluruhan kondisi ini
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan rumput laut.
21. f.Pencemaran Perairan yang telah tercemar oleh limbah
rumah tangga, limbah industri, maupun limbah kapal
laut harus dihindari. Semua bahan cemaran dapat
menghambat pertumbuhan rumput laut.
g.Ketersediaan Bibit Bibit rumput laut yang baik harus
tersedia, apabila dilokasi budidaya tidak tersedia
sumber bibit maka harus didatangkan dari lokasi lain
yang bisa mencukupi kebutuhan bibit rumput laut.
h.Tenaga kerja Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang
bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya
terutama pembudidaya lokal. Menggunakan tenaga
lokal dapat menghemat biaya produksi dan sekaligus
membuka peluang usaha (Risdiansyah, 2011).