SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
1
UJPH 2 (3) (2013)
Unnes Journal of Public Health
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang)
Fitri Rusydiana Tsani
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Info Artikel
________________
Sejarah Artikel:
Diterima April 2013
Disetujui April 2013
Dipublikasikan Mei 2013
________________
Keywords:
Environment at the work
place; Coronary Heart
Disease; behavior
____________________
Abstrak
___________________________________________________________________
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan kerja dan perilaku
dengan kejadian penyakit jantung koroner (studi kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang). Jenis
penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang hasil pemeriksaan EKGnya
positif PJK (Kasus) dan negatif PJK (kontrol) yang tercatat di bagian rekam medik pada bulan
November-Desember 2012 di Rumah Sakit X Kota Semarang. Sampel sebesar 42 orang (kasus)
dan 42 orang (kontrol). Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner panduan wawancara
dan kuesioner FFQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PJK
adalah kebiasaan olahraga (p value=0,002, OR=4,889) dan faktor yang tidak berhubungan
dengan PJK adalah lingkungan kerja (p value=.a), kebiasaan merokok (p value=0,091), kebiasaan
konsumsi alkohol/NAPZA (p value=0,608), dan kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung
kolesterol (p value=1,000). Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner.
Abstract
___________________________________________________________________
This research was conducted to determine the relationship between the work environment and
behavioral factors with the incidence of coronary heart disease (a case study in X Hospital
Semarang City). This research was an analytic observational case-control design. The population
in this study were all outpatients and inpatients were positive examination results EKGnya CHD
(cases) and negative CHD (controls) were recorded in the medical record in November-December
2012 in X Hospital Semarang City. The sample of 42 people (cases) and 42 individuals (controls).
Instrument in this study was a questionnaire and an interview guide questionnaire FFQ. The
results showed that the factors associated with CHD was exercise habits (p value = 0.002, OR =
4.889) and the factors that were not related to CHD was the work environment (p value =. A),
smoking (p value = 0.091), customs consumption of alcohol/drugs (p value = 0.608), and the
habit of consumption of foods containing cholesterol (p value = 1.000). There was a relationship
between smoking and the incidence of coronary heart disease.
© 2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
firusytsani@gmail.com
ISSN 2252-6528
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
2
PENDAHULUAN
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2008 diketahui bahwa jumlah kasus
kematian akibat Penyakit Sistem Sirkulasi
Darah tahun 2007 mencapai 21.830 kasus
dengan CFR (Case Fatality Rate) 11,02%. Pada
tahun 2008, jumlah kasus kematian akibat
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah meningkat
menjadi 23.163 kasus dengan CFR 11,06% dan
termasuk dalam peringkat pertama dari 10
penyakit utama penyebab kematian di rumah
sakit selama 2 tahun terakhir.
Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner
di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebanyak
29.099 kasus yang terdiri dari Angina Pektoris
20.497 kasus dan AMI (Acute Myocard Infark)
8.602 kasus. Sedangkan, pada tahun 2008
jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner
meningkat menjadi 29.933 kasus yang terdiri
dari Angina Pektoris 20.994 kasus dan AMI
8.939 kasus. Lima daerah kabupaten/ kota di
Jawa Tengah dengan jumlah kasus tertinggi
adalah Kota Semarang 6.276 kasus, Kota
Magelang 2.852 kasus, Kabupaten Klaten 2.032
kasus, Kabupaten Sukoharjo 2.019 kasus, dan
Kota Tegal 1.551 kasus (Dinkes Propinsi Jateng,
2008).
Pada tahun 2009, jumlah kasus Penyakit
Jantung Koroner sebanyak 24.031 kasus yang
terdiri dari Angina Pektoris 16.632 kasus dan
AMI 7.399 kasus. Daerah yang menempati
urutan pertama dengan jumlah kasus tertinggi
Penyakit Jantung Koroner yaitu Kota Semarang
5.379 kasus, Kabupaten Kebumen 2.345 kasus,
Kota Surakarta 2.326 kasus, Kabupaten
Magelang 2.105 kasus, dan Kota Magelang
1.410 kasus (Dinkes Propinsi Jateng, 2009).
Berdasarkan laporan dari rumah sakit
dan puskesmas, prevalensi kasus Penyakit
Jantung Koroner di Propinsi Jawa Tengah
mengalami peningkatan dari 0,09% pada tahun
2006 menjadi 0,10% pada tahun 2007, dan
0,11% pada tahun 2008. Prevalensi sebesar
0,11% berarti setiap 10.000 orang terdapat 11
orang penderita Penyakit Jantung Koroner.
Prevalensi tertinggi terjadi di Kota Pekalongan
sebesar 0,76%. Sedangkan, prevalensi terendah
sebesar 0,01% terjadi di Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Rembang,
Kabupaten Batang, dan Kabupaten Tegal
(Dinkes Propinsi Jateng, 2008).
Di Jawa Tengah, pada tahun 2011 jumlah
kasus Penyakit Jantung Koroner mengalami
kenaikan menjadi 35.707 kasus dan Kota
Semarang masih menempati urutan pertama
yaitu sebanyak 20.336 kasus (Dinkes Propinsi
Jateng, 2012).
Angka kematian akibat penyakit tidak
menular di Kota Semarang selama lima tahun
berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan
2009 terus mengalami peningkatan. Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah selalu menempati
urutan pertama baik dalam mortalitas maupun
morbiditas. Pada tahun 2005, jumlah kasus
3.290 kasus (28 kasus kematian), tahun 2006
ada 6.548 kasus (98 kasus kematian), tahun
2007 terdapat 6.432 kasus (116 kasus
kematian), tahun 2008 ada 6.685 kasus (94
orang meninggal), tahun 2009 terdapat 7.632
kasus (89 kasus kematian), tahun 2010
terdapat 6.194 kasus (108 kasus kematian).
Sementara itu, jumlah kasus pada tahun 2011
terdapat 20.336 kasus. Hal ini terlihat bahwa
jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner
kenaikannya tidak stabil (Subdin P2P Dinkes
Kota Semarang, 2012).
Pada tingkat puskesmas di Kota
Semarang, jumlah kasus tertinggi pada tahun
2008 diduduki oleh Puskesmas Srondol (419
kasus), tahun 2009 urutan pertama yaitu
Puskesmas Padangsari, dan tahun 2010
peringkat pertama dengan jumlah kasus
terbanyak adalah Puskesmas Pandanaran.
Sedangkan, pada tingkat rumah sakit di Kota
Semarang tahun 2011 jumlah kasus terbanyak
diduduki oleh RS Dr Kariadi (1484 kasus), RS
Panti Wilasa Cipto (470 kasus), RS Telogorejo
(414 kasus), RS Elisabeth (210 kasus), dan RS
Umum Daerah (161 kasus). Sedangkan, rumah
sakit di Kota Semarang yang mengalami
kenaikan jumlah kasus Penyakit Jantung
Koroner selama 2 tahun terakhir dari tahun
2009 sampai dengan 2010 adalah RS Panti
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
3
Wilasa Citarum (55%), RS Roemani (46%), dan
RS Telogorejo (33%) (Subdin P2P Dinkes Kota
Semarang, 2011).
Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner
di Rumah Sakit X Kota Semarang tahun 2009
terdapat 148 kasus (Angina Pectoris 25 kasus
dan AMI 123 kasus). Pasien rawat jalan
berjumlah 61 pasien dan pasien rawat inap
sebanyak 87 pasien. Pada tahun 2010, jumlah
kasus berjumlah 119 kasus (Angina Pectoris 15
kasus dan AMI 104 kasus). Jumlah pasien rawat
inap yaitu 60 pasien dan jumlah pasien rawat
jalan yaitu 59 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit
X Kota Semarang, 2011).
Tinggi atau rendahnya derajat kesehatan
masyarakat secara garis besar dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan, perilaku dan
kebiasaan hidup, tersedianya upaya pelayanan
dan bawaan biologik. Pengaruh yang paling
besar adalah faktor lingkungan dan perilaku
serta kebiasaan hidup masyarakat. Lingkungan
kerja dapat menimbulkan gangguan terhadap
suasana kerja dan berpengaruh terhadap
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.
Lingkungan kerja yang nyaman sangat
dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja
secara optimal dan produktif. Baik dari
lingkungan fisik dan non fisik, hal ini dapat
memicu timbulnya masalah kesehatan, salah
satunya yaitu Penyakit Jantung Koroner.
Berdasarkan hasil penelitian dari IPD Badan
Litbangkes (2009) menghasilkan bahwa adanya
hubungan dengan faktor lingkungan sosial
(pekerjaan berat) (OR=1,21), lingkungan
psikologis (emosi terganggu) (OR=5,34).
Menurut hasil penelitian dari Erlina Restu
Winarsih (2007) menyatakan bahwa Penyakit
Jantung Koroner berhubungan dengan jenis
kelamin (laki-laki 64,8% dan perempuan
35,2%) dan umur (<45 tahun 18,3%, 45-55
tahun 56,3%, dan >55 tahun 25,4%).
Berdasarkan penelitian Yusnidar (2007)
menunjukkan bahwa menopause (OR=7,2) dan
penuaan (kelompok umur ≥66 tahun)
(OR=6,0) mempunyai hubungan dengan
Penyakit Jantung Koroner.
Faktor perilaku juga memiliki kontribusi
besar terjadinya Penyakit Jantung Koroner.
Hasil penelitian dari Donal Nababan (2008)
menghasilkan bahwa Penyakit Jantung Koroner
mempunyai hubungan dengan tipe perilaku
(OR=3,05) dan stres (OR=2,86). Menurut hasil
penelitian Mamat Supriyono (2008)
menyatakan bahwa ada hubungan antara
merokok yang mempunyai risiko pada usia >45
tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan
yang tidak memiliki kebiasaan merokok
(OR=2,4) dengan Penyakit Jantung Koroner.
Hasil penelitian Retno Utami Sutjijo (2008)
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
jenis rokok (OR=3,551), jumlah rokok yang
dihisap (OR=2,681), dan lama merokok
(OR=8,813) dengan Penyakit Jantung Koroner.
Berdasarkan hasil penelitian Sutanti (2010)
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok
(OR=4,125) dan kebiasaan olahraga (OR=3,5)
berhubungan dengan Penyakit Jantung
Koroner.
Permasalahan yang diambil yaitu apakah
ada hubungan antara faktor lingkungan kerja
dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung
koroner (studi kasus di Rumah Sakit X Kota
Semarang). Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor
lingkungan dan perilaku dengan kejadian
penyakit jantung koroner (studi kasus di
Rumah Sakit X Kota Semarang).
METODE PENELITIAN
Jenis dan rancangan sampel pada
penelitian ini adalah penelitian survei analitik
dengan rancangan case control.
Populasi kasus dalam penelitian ini
adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan
yang hasil pemeriksaan EKGnya positif
menderita Penyakit Jantung Koroner di Rumah
Sakit X Kota Semarang dan populasi kontrol
dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat
inap dan rawat jalan yang hasil pemeriksaan
EKGnya negatif Penyakit Jantung Koroner di
Rumah Sakit X Kota Semarang.
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
4
Pada penelitian ini sampel yang
diperlukan untuk kasus dan kontrol adalah
masing-masing sebanyak 42 responden dengan
menggunakan teknik consecutive sampling
yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang
diperlukan terpenuhi.
Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner panduan wawancara dan kuesioner
FFQ. Analisis data yang digunakan
menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Lingkungan Kerja dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner
Diperoleh informasi bahwa dari 42
responden pada kelompok kasus, semua
responden lingkungan kerja baik. Sedangkan
dari 42 responden pada kelompok kontrol,
semua responden lingkungan kerja baik. Baik
pada kelompok kasus dan kontrol lingkungan
kerja tidak ada yang buruk.
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa hasil penelitian variabel ini tidak dapat
diuji statistiknya karena hasil pengukurannya
tidak bervariasi (homogen) sehingga tidak
dapat diketahui ada atau tidak ada hubungan
antara lingkungan kerja dengan penyakit
jantung koroner. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa semua responden
memiliki lingkungan kerja yang baik. Peneliti
menduga hal ini dikarenakan bentuk
pertanyaan pada kuesioner lingkungan kerja
bersifat kualitatif dimana tidak diberikan nilai
ambang batas yang jelas dan jawaban yang
diperoleh bersifat subyektif karena pengukuran
berdasarkan perasaan masing-masing
responden.
Secara teori terjadinya penyakit jantung
koroner yang dipengaruhi oleh lingkungan
kerja merupakan akibat dari stres, dimana stres
muncul karena lingkungan kerja yang buruk
sehingga dapat menimbulkan gangguan
suasana kerja yang kemudian berpengaruh
pada kesehatan pekerja baik fisik maupun jiwa
para pekerja. Stres yang berat dapat
mempengaruhi tekanan darah yang selanjutnya
mempengaruhi kerja jantung.
Dengan demikian, peneliti menduga
adanya keterbatasan ruang lingkup pada
lingkungan kerja yang diteliti terbatas pada
lingkup kebisingan dan suhu udara pada
lingkungan fisik. Sedangkan pada lingkungan
non fisik hanya terbatas pada hubungan antara
atasan, rekan kerja antar sesama dalam suatu
pekerjaan. Padahal lingkungan kerja yang
berpotensi menimbulkan stres yang kemudian
muncul penyakit jantung koroner tidak hanya
terbatas pada suhu, kebisingan, dan hubungan
antar atasan serta rekan kerja saja
Tabel 1. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi
bahwa dari 42 responden pada kelompok
kasus, 26 responden (61,9%) tidak memiliki
kebiasaan merokok dan 16 responden (38,1%)
memiliki kebiasaan merokok. Sedangkan, dari
42 responden pada kelompok kontrol, 34
responden (81%) tidak memiliki kebiasaan
merokok dan 8 responden (19%) memiliki
Kebiasaan
Merokok
Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Kasus Kontrol Total
P
n % n % n %
Ya 16 38,1 8 19 24 28,6
0,091
Tidak 26 61,9 34 81 60 71,4
Jumlah 42 100 42 100 84 100
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
5
kebiasaan merokok. Responden kelompok
kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak
memiliki kebiasaan merokok 60 responden
(71,4%).
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,091,
maka diperoleh hasil tidak ada hubungan
antara variabel kebiasaan merokok dengan
penyakit jantung koroner.
Berdasarkan hasil penelitian Yusnidar
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara riwayat merokok ≥15
batang/hari dengan kejadian PJK (p=1,000),
meskipun risiko meningkat hingga 2,9 kali
dibandingkan yang tidak pernah merokok
(OR=2,9). Riwayat merokok 1-14 batang/hari
juga tidak meningkatkan risiko terjadinya PJK
dibandingkan tidak pernah merokok (OR=0,5 ;
95% CI=0,1-0,2) dan tidak ada hubungan yang
bermakna antara riwayat merokok 1-14
batang/hari dengan terjadinya PJK (p=0,045).
Tidak adanya hubungan dalam penelitian
ini dikarenakan variabel kebiasaan merokok di
sini yang dapat dinilai hanya dari sisi apakah
pasien memiliki riwayat merokok, padahal
seorang perokok pasif pun memiliki 70% resiko
menderita penyakit akibat rokok tersebut.
Dimungkinkan 71,4% termasuk dalam perokok
pasif. Selain itu, jumlah responden dalam
penelitian ini jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada laki-laki yang pada umumnya
perempuan memiliki kebiasaan merokok lebih
kecil daripada laki-laki. Hal ini tentu sangat
bertolak belakang dengan teori yang
menyatakan bahwa merokok merupakan faktor
resiko utama pada penderita penyakit jantung
koroner bahkan penelitian Framingham
mendapatkan bahwa penyakit jantung koroner
pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari
pada bukan perokok dan pada perempuan
perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan
perokok.
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner
Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh informasi
bahwa dari 42 responden pada kelompok
kasus, 33 responden (78,6%) tidak memiliki
kebiasaan olahraga dan 9 responden (21,4%)
memiliki kebiasaan olahraga. Sedangkan dari
42 responden pada kelompok kontrol, 24
responden (57,1%) memiliki kebiasaan
olahraga dan 18 responden (42,9%) tidak
memiliki kebiasaan olahraga. Pada kelompok
kasus cenderung tidak memiliki kebiasaan
olahraga daripada kelompok kontrol yang
cenderung memiliki kebiasaan olahraga.
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kebiasaan
olahraga dengan kejadian penyakit jantung
koroner. Hasil ini didasarkan pada uji chi-
square yang diperoleh p value 0,002 < α 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
bahwa responden yang tidak memiliki
kebiasaan olahraga mempunyai resiko 4,889
kali terkena penyakit jantung koroner
dibandingkan responden yang memiliki
kebiasaan olahraga dengan nilai Odd Ratio
(OR)=4,889 (95% CI = 1,877–12,736).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sutanti (2010)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
kebiasaan olahraga dengan kejadian penyakit
jantung koroner (p value=0,038 dengan
OR=3,500), dimana orang yang tidak memiliki
Kebiasaan
Olahraga
Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Kasus Kontrol Total
P OR 95% CI CC
n % n % n %
Tidak 33 78,6 18 42,9 51 60,7
0,002
4,889
(1,877-
12,736)
0,343
Ya 9 21,4 24 57,1 33 39,3
Jumlah 42 100 42 100 84 100
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
6
kebiasaan olahraga mempunyai resiko 3,5 kali
terkena penyakit jantung koroner daripada
orang yang memiliki kebiasaan olahraga.
Sudah menjadi pengetahuan umum
bahwa olahraga menyehatkan badan,
sebaliknya kurang bergerak (physical
inactivity) menimbulkan berbagai macam
penyakit. Hasil dari banyak studi membuktikan
bahwa aktifitas fisik menurunkan angka
kejadian hipertensi, kegemukan, stroke,
osteoporosis, kencing manis, dan penyakit
jantung koroner.
Dalam hubungannya dengan penyakit
jantung koroner, telah dilaporkan bahwa orang
yang tidak aktif memiliki resiko 1,9 kali lebih
besar untuk menderita penyakit jantung
koroner dibandingkan mereka yang aktif
berolahraga (Peter Kabo, 2008). Banyak
penyelidikan di Amerika dan Eropa
menunjukkan bahwa olahraga secara teratur
yaitu 20 menit dan 2-3 kali seminggu berhasil
menurunkan resiko penyakit jantung koroner
(R. Christopher Davidson, 2002).
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol/NAPZA
dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Tabel 3. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol/NAPZA dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh informasi
bahwa dari 42 responden pada kelompok
kasus, 39 responden (92,9%) tidak memiliki
kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan 3
responden (7,1%) memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol/NAPZA. Sedangkan dari
42 responden pada kelompok kontrol, 41
responden (97,6%) tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan 1
responden (2,4%) memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol/NAPZA. Responden
kelompok kasus dan kelompok kontrol
cenderung tidak memiliki kebiasaan konsumsi
alkohol/NAPZA.
Uji statistik menggunakan uji fisher
karena tidak memenuhi syarat uji chi-square
dan menggunakan tabel 2x2, diperoleh p value
0,616, maka hasilnya tidak ada hubungan
antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA
dengan penyakit jantung koroner.
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan
konsumsi alkohol/NAPZA dengan kejadian
penyakit jantung koroner (p=0,616>0,005).
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan didapatkan dari 42 responden pada
kelompok kasus terdapat 3 responden (7,1%)
yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol dan
atau NAPZA. Sedangkan dari 42 responden
pada kelompok kontrol hanya ada 1 responden
(2,4%) yang memiliki kebiasaan konsumsi
alkohol dan atau NAPZA.
Tidak adanya hubungan antara kebiasaan
konsumsi alkohol/NAPZA dalam penelitian ini
diduga dikarenakan terbatasnya jumlah
responden yang mengkonsumsi alkohol/NAPZA
dan ukuran dalam mengkonsumsi
alkohol/NAPZA masih tergolong ringan sampai
sedang (<500 ml) setiap hari. Selain itu,
terdapat pula responden yang mengkonsumsi
Kebiasaan
Konsumsi Alkohol/
NAPZA
Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Kasus Kontrol Total
P
n % n % n %
Ya 3 7,1 1 2,4 4 4,8
0,616
Tidak 39 92,9 41 97,6 80 95,2
Jumlah 42 100 42 100 84 100
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
7
>500 ml, tetapi tidak dikonsumsi setiap hari.
Adapun konsumsi alkohol yang masih dalam
batas ringan dan sedang dapat menjadi terapi
dalam mencegah penyakit jantung koroner. Hal
ini dapat didukung dengan pernyataan bahwa
konsumsi alkohol yang dilakukan tiap hari dan
dalam jumlah sedang, mempunyai efek
melindungi jantung, tetapi konsumsi alkohol
yang berlebihan justru sejalan dengan
memburuknya keadaan. Karena mempunyai
efek yang menguntungkan pada HDL (High
Density Lipoprotein), kolesterol, kerja insulin,
inflamasi, minum alkohol jumlah sedikit sampai
sedang, sangat berguna pada pasien dengan
gangguan metabolisme glukosa dan atau insulin
resisten.
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan yang
Mengandung Kolesterol dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner
Tabel 4. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Mengandung Kolesterol dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh informasi
bahwa dari 42 responden pada kelompok
kasus, 42 responden (100%) tidak memiliki
kebiasaan konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol. Sedangkan dari 42
responden pada kelompok kontrol, 41
responden (97,6%) tidak memiliki kebiasaan
konsumsi makanan yang mengandung
kolesterol dan 1 responden (2,4%) memiliki
kebiasaan konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol. Responden kelompok
kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak
memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol.
Uji statistik menggunakan uji fisher
karena karena tidak memenuhi syarat uji chi-
square dan menggunakan tabel 2x2, diperoleh p
value 1,000, maka diperoleh hasil tidak ada
hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan
yang mengandung kolesterol dengan penyakit
jantung koroner.
Hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan
konsumsi makanan yang mengandung
kolesterol dengan kejadian penyakit jantung
koroner (p value=1,000>0,005). Hal ini
dikarenakan jumlah responden yang memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol hanya satu responden.
Dari 42 responden pada kelompok kasus tidak
memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang mengandung kolesterol (0%). Sedangkan
pada kelompok kontrol hanya ada satu
responden yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolesterol (2,4%), sisanya tidak memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol (97,6%).
Peneliti menduga bahwa dalam
wawancara mengenai kebiasaan konsumsi
makanan yang mengandung kolesterol terbatas
hanya pada jenis makanan yang mempunyai
kandungan kolesterol >300mg/dl yang
dikonsumsi setiap hari dan terbatas pada jenis
lauk pauk saja. Selain itu, makanan dalam daftar
yang mengandung kolesterol dalam frekuensi
konsumsinya tidak tergolong sering sekali
dikarenakan responden dalam mengkonsumsi
makanan dalam waktu satu minggu bervariasi
jenis lauk pauknya dan diimbangi dengan
konsumsi sayur dan buah-buahan sehingga
Kebiasaan Konsumsi Makanan yang
Mengandung Kolesterol
Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Kasus Kontrol Total
P
n % n % n %
Ya 0 0 1 2,4 1 1,2
1,000
Tidak 42 100 41 97,6 83 98,8
Jumlah 42 100 42 100 84 100
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
8
tidak hanya mengkonsumsi lauk pauk saja
(Sunita Almatsier, 2004 dan Erik Tapan, 2005).
SIMPULAN
Ada hubungan antara kebiasaan
olahraga dengan kejadian Penyakit Jantung
Koroner dan tidak ada hubungan antara
lingkungan kerja, kebiasaan merokok,
kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA, dan
kebiasaan konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol dengan kejadian
Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X
Kota Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2009, Profil Kesehatan
Indonesia 2008,
http://www.depkes.go.id/downloads/publik
asi/Profil Kesehatan Indonesia 2008.pdf,
diakses tanggal 11 Maret 2011
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2009, Profil
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2008
(Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat),
Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah
----------------------------------------------------, 2010, Profil
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2009,
Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah
Donal Nababan, 2008, Hubungan Faktor Risiko dan
Karakteristik Penderita dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2008,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/6673/1/08E00743.pdf, (Tesis), diakses
tanggal 28 November 2011
Erik Tapan, 2005, Penyakit Degeneratif, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Erlina Restu Winarsih, 2007, Profil Faktor Risiko
Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus Pada
Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSU
Dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang),
Skripsi: Universitas Negeri Semarang
Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit X Kota
Semarang, 2012, Data Jumlah Pasien
Pemeriksaan EKG Tahun 2012, Semarang:
Rumah Sakit X Kota Semarang
IPD Badan Litbangkes, 2009, Analisis Faktor
Lingkungan dan Perilaku Sebagai Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner pada
Masyarakat di Indonesia,
http://digilib.litbang.depkes.go.id/gdl.php?m
od=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-
2009-researcher-3205, diakses tanggal 28
Agustus 2012
Mamat Supriyono, 2008, Faktor-faktor Risiko yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit
Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤45
Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi dan
RS Telogorejo Semarang),
http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_
SUPRIYONO.pdf, (Tesis), diakses tanggal 3
Oktober 2011
Peter Kabo, 2008, Mengungkap Pengobatan Penyakit
Jantung Koroner (Kesaksian Seorang Ahli
Jantung dan Ahli Obat), Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
R. Christopher Davidson, 2003, Penyakit Jantung
Koroner, Jakarta: Dian Rakyat
Retno Utami Sutjijo, 2008, Hubungan Antara
Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat
Inap di RSUP Dr.Kariadi Semarang, Skripsi:
Universitas Negeri Semarang
Rekam Medik Rumah Sakit X Kota Semarang, 2012,
Jumlah Kasus Penyakit Jantung Koroner
Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun
2011, Semarang: Rumah Sakit X Kota
Semarang
Subdin P2P Dinkes Kota Semarang, 2011, Jumlah
Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota
Semarang Tahun 2008-2010, Semarang:
Dinas Kesehatan Kota Semarang
--------------------------------------------------, 2012, Jumlah
Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota
Semarang Tahun 2011, Semarang: Dinas
Kesehatan Kota Semarang
Subdin P2P Dinkes Propinsi Jateng, 2012, Jumlah
Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota
Semarang Tahun 2011, Semarang: Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng
Sunita Almatsier, 2004, Penuntun Diet, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Sutanti, 2010, Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Klinis Penyakit Jantung
Koroner (Studi Kasus di RSI Sultan Agung
Semarang), Skripsi: Universitas Negeri
Semarang
Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)
9
Yusnidar, 2007, Faktor-Faktor Risiko Penyakit
Jantung Koroner Pada Wanita Usia >45
Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi
Semarang),
http://eprints.undip.ac.id/17769/1/YUSNID
AR.pdf, (Tesis), diakses tanggal 28 November
2011

More Related Content

What's hot

Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1EggaRafika
 
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...Rini Wahyuni
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...Sii AQyuu
 
Jurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawanJurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawanBedainaZa
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)Muflihun24
 
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...Hendy Masjayanto
 
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsBlood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsSuci Hasairin
 
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota PariamanJurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota PariamanHelenWidaya
 
Bab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmBab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmCeria Pradana
 

What's hot (15)

Daftar pustaka dan sampulstenosis aorta
Daftar pustaka dan sampulstenosis aortaDaftar pustaka dan sampulstenosis aorta
Daftar pustaka dan sampulstenosis aorta
 
Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1Jurnal buk dewi 1
Jurnal buk dewi 1
 
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
Slide Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Peny...
 
Manuskrip
ManuskripManuskrip
Manuskrip
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
 
Jurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawanJurnal agung sudarmawan
Jurnal agung sudarmawan
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
 
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
 
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University StudentsBlood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
Blood Donation Behavior in Hasanuddin University Students
 
81 141-1-sm
81 141-1-sm81 141-1-sm
81 141-1-sm
 
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota PariamanJurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
Jurnal obat sisa pasien bpjs di puskesmas se kota Pariaman
 
4926 7682-1-pb
4926 7682-1-pb4926 7682-1-pb
4926 7682-1-pb
 
Ppt ODGJ
Ppt ODGJPpt ODGJ
Ppt ODGJ
 
Bab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmBab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmm
 

Similar to 3026 article text-5934-1-10-20140310

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...Nanang Soleh
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensinrukmana rukmana
 
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdfssuser1aaea51
 
BAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docx
BAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docxBAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docx
BAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docxAgusSupriatna52
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...deddy sagala
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...deddy sagala
 
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdfaisyahfathanhaikalai
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012humasditjenppdanpl
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Operator Warnet Vast Raha
 
Peta penyakit
Peta penyakitPeta penyakit
Peta penyakitAbiUmi31
 
PPT MUFLIZA SKRIPSI.pptx
PPT MUFLIZA SKRIPSI.pptxPPT MUFLIZA SKRIPSI.pptx
PPT MUFLIZA SKRIPSI.pptxGithaRahmadhani
 
Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)
Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)
Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)erna irawan
 
HIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfHIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfkasmi16
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxNiyaCimut
 
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdfWahyuPriambodo9
 

Similar to 3026 article text-5934-1-10-20140310 (20)

Bab i iii tesis
Bab i iii tesisBab i iii tesis
Bab i iii tesis
 
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUP PERSAHA...
 
Stroke
 Stroke  Stroke
Stroke
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensi
 
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
9+JNG+Sep+2022-+Fiorent+55-60 (1).pdf
 
Ipi186703
Ipi186703Ipi186703
Ipi186703
 
BAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docx
BAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docxBAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docx
BAB 1 Tugas Agus Supriatna BB.docx
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
 
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
Faktor yang berkorelasi terhadap mekanisme koping pasien ckd yang menjalani h...
 
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
36-Article Text-70-1-10-20190930(1).pdf
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
Jurnal Ditjen PP dan PL Kemenkes RI Tahun 2012
 
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) den...
 
Peta penyakit
Peta penyakitPeta penyakit
Peta penyakit
 
penatalaksanaan diare akut
penatalaksanaan diare akutpenatalaksanaan diare akut
penatalaksanaan diare akut
 
PPT MUFLIZA SKRIPSI.pptx
PPT MUFLIZA SKRIPSI.pptxPPT MUFLIZA SKRIPSI.pptx
PPT MUFLIZA SKRIPSI.pptx
 
Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)
Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)
Jkep 012 09 2017 fitri (review #2)
 
HIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfHIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdf
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
 
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
 
Volume2 nomor2
Volume2 nomor2Volume2 nomor2
Volume2 nomor2
 

Recently uploaded

Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriFarhanPerdanaRamaden1
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDsulistyaningsihcahyo
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakAjiFauzi8
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

3026 article text-5934-1-10-20140310

  • 1. 1 UJPH 2 (3) (2013) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang) Fitri Rusydiana Tsani Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima April 2013 Disetujui April 2013 Dipublikasikan Mei 2013 ________________ Keywords: Environment at the work place; Coronary Heart Disease; behavior ____________________ Abstrak ___________________________________________________________________ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan kerja dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung koroner (studi kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang). Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang hasil pemeriksaan EKGnya positif PJK (Kasus) dan negatif PJK (kontrol) yang tercatat di bagian rekam medik pada bulan November-Desember 2012 di Rumah Sakit X Kota Semarang. Sampel sebesar 42 orang (kasus) dan 42 orang (kontrol). Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner panduan wawancara dan kuesioner FFQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PJK adalah kebiasaan olahraga (p value=0,002, OR=4,889) dan faktor yang tidak berhubungan dengan PJK adalah lingkungan kerja (p value=.a), kebiasaan merokok (p value=0,091), kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA (p value=0,608), dan kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol (p value=1,000). Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner. Abstract ___________________________________________________________________ This research was conducted to determine the relationship between the work environment and behavioral factors with the incidence of coronary heart disease (a case study in X Hospital Semarang City). This research was an analytic observational case-control design. The population in this study were all outpatients and inpatients were positive examination results EKGnya CHD (cases) and negative CHD (controls) were recorded in the medical record in November-December 2012 in X Hospital Semarang City. The sample of 42 people (cases) and 42 individuals (controls). Instrument in this study was a questionnaire and an interview guide questionnaire FFQ. The results showed that the factors associated with CHD was exercise habits (p value = 0.002, OR = 4.889) and the factors that were not related to CHD was the work environment (p value =. A), smoking (p value = 0.091), customs consumption of alcohol/drugs (p value = 0.608), and the habit of consumption of foods containing cholesterol (p value = 1.000). There was a relationship between smoking and the incidence of coronary heart disease. © 2013 Universitas Negeri Semarang  Alamat korespondensi: Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 firusytsani@gmail.com ISSN 2252-6528
  • 2. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 2 PENDAHULUAN Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 diketahui bahwa jumlah kasus kematian akibat Penyakit Sistem Sirkulasi Darah tahun 2007 mencapai 21.830 kasus dengan CFR (Case Fatality Rate) 11,02%. Pada tahun 2008, jumlah kasus kematian akibat Penyakit Sistem Sirkulasi Darah meningkat menjadi 23.163 kasus dengan CFR 11,06% dan termasuk dalam peringkat pertama dari 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit selama 2 tahun terakhir. Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebanyak 29.099 kasus yang terdiri dari Angina Pektoris 20.497 kasus dan AMI (Acute Myocard Infark) 8.602 kasus. Sedangkan, pada tahun 2008 jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner meningkat menjadi 29.933 kasus yang terdiri dari Angina Pektoris 20.994 kasus dan AMI 8.939 kasus. Lima daerah kabupaten/ kota di Jawa Tengah dengan jumlah kasus tertinggi adalah Kota Semarang 6.276 kasus, Kota Magelang 2.852 kasus, Kabupaten Klaten 2.032 kasus, Kabupaten Sukoharjo 2.019 kasus, dan Kota Tegal 1.551 kasus (Dinkes Propinsi Jateng, 2008). Pada tahun 2009, jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner sebanyak 24.031 kasus yang terdiri dari Angina Pektoris 16.632 kasus dan AMI 7.399 kasus. Daerah yang menempati urutan pertama dengan jumlah kasus tertinggi Penyakit Jantung Koroner yaitu Kota Semarang 5.379 kasus, Kabupaten Kebumen 2.345 kasus, Kota Surakarta 2.326 kasus, Kabupaten Magelang 2.105 kasus, dan Kota Magelang 1.410 kasus (Dinkes Propinsi Jateng, 2009). Berdasarkan laporan dari rumah sakit dan puskesmas, prevalensi kasus Penyakit Jantung Koroner di Propinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 0,09% pada tahun 2006 menjadi 0,10% pada tahun 2007, dan 0,11% pada tahun 2008. Prevalensi sebesar 0,11% berarti setiap 10.000 orang terdapat 11 orang penderita Penyakit Jantung Koroner. Prevalensi tertinggi terjadi di Kota Pekalongan sebesar 0,76%. Sedangkan, prevalensi terendah sebesar 0,01% terjadi di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Tegal (Dinkes Propinsi Jateng, 2008). Di Jawa Tengah, pada tahun 2011 jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner mengalami kenaikan menjadi 35.707 kasus dan Kota Semarang masih menempati urutan pertama yaitu sebanyak 20.336 kasus (Dinkes Propinsi Jateng, 2012). Angka kematian akibat penyakit tidak menular di Kota Semarang selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan 2009 terus mengalami peningkatan. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah selalu menempati urutan pertama baik dalam mortalitas maupun morbiditas. Pada tahun 2005, jumlah kasus 3.290 kasus (28 kasus kematian), tahun 2006 ada 6.548 kasus (98 kasus kematian), tahun 2007 terdapat 6.432 kasus (116 kasus kematian), tahun 2008 ada 6.685 kasus (94 orang meninggal), tahun 2009 terdapat 7.632 kasus (89 kasus kematian), tahun 2010 terdapat 6.194 kasus (108 kasus kematian). Sementara itu, jumlah kasus pada tahun 2011 terdapat 20.336 kasus. Hal ini terlihat bahwa jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner kenaikannya tidak stabil (Subdin P2P Dinkes Kota Semarang, 2012). Pada tingkat puskesmas di Kota Semarang, jumlah kasus tertinggi pada tahun 2008 diduduki oleh Puskesmas Srondol (419 kasus), tahun 2009 urutan pertama yaitu Puskesmas Padangsari, dan tahun 2010 peringkat pertama dengan jumlah kasus terbanyak adalah Puskesmas Pandanaran. Sedangkan, pada tingkat rumah sakit di Kota Semarang tahun 2011 jumlah kasus terbanyak diduduki oleh RS Dr Kariadi (1484 kasus), RS Panti Wilasa Cipto (470 kasus), RS Telogorejo (414 kasus), RS Elisabeth (210 kasus), dan RS Umum Daerah (161 kasus). Sedangkan, rumah sakit di Kota Semarang yang mengalami kenaikan jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner selama 2 tahun terakhir dari tahun 2009 sampai dengan 2010 adalah RS Panti
  • 3. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 3 Wilasa Citarum (55%), RS Roemani (46%), dan RS Telogorejo (33%) (Subdin P2P Dinkes Kota Semarang, 2011). Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X Kota Semarang tahun 2009 terdapat 148 kasus (Angina Pectoris 25 kasus dan AMI 123 kasus). Pasien rawat jalan berjumlah 61 pasien dan pasien rawat inap sebanyak 87 pasien. Pada tahun 2010, jumlah kasus berjumlah 119 kasus (Angina Pectoris 15 kasus dan AMI 104 kasus). Jumlah pasien rawat inap yaitu 60 pasien dan jumlah pasien rawat jalan yaitu 59 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit X Kota Semarang, 2011). Tinggi atau rendahnya derajat kesehatan masyarakat secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, perilaku dan kebiasaan hidup, tersedianya upaya pelayanan dan bawaan biologik. Pengaruh yang paling besar adalah faktor lingkungan dan perilaku serta kebiasaan hidup masyarakat. Lingkungan kerja dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Baik dari lingkungan fisik dan non fisik, hal ini dapat memicu timbulnya masalah kesehatan, salah satunya yaitu Penyakit Jantung Koroner. Berdasarkan hasil penelitian dari IPD Badan Litbangkes (2009) menghasilkan bahwa adanya hubungan dengan faktor lingkungan sosial (pekerjaan berat) (OR=1,21), lingkungan psikologis (emosi terganggu) (OR=5,34). Menurut hasil penelitian dari Erlina Restu Winarsih (2007) menyatakan bahwa Penyakit Jantung Koroner berhubungan dengan jenis kelamin (laki-laki 64,8% dan perempuan 35,2%) dan umur (<45 tahun 18,3%, 45-55 tahun 56,3%, dan >55 tahun 25,4%). Berdasarkan penelitian Yusnidar (2007) menunjukkan bahwa menopause (OR=7,2) dan penuaan (kelompok umur ≥66 tahun) (OR=6,0) mempunyai hubungan dengan Penyakit Jantung Koroner. Faktor perilaku juga memiliki kontribusi besar terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Hasil penelitian dari Donal Nababan (2008) menghasilkan bahwa Penyakit Jantung Koroner mempunyai hubungan dengan tipe perilaku (OR=3,05) dan stres (OR=2,86). Menurut hasil penelitian Mamat Supriyono (2008) menyatakan bahwa ada hubungan antara merokok yang mempunyai risiko pada usia >45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok (OR=2,4) dengan Penyakit Jantung Koroner. Hasil penelitian Retno Utami Sutjijo (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis rokok (OR=3,551), jumlah rokok yang dihisap (OR=2,681), dan lama merokok (OR=8,813) dengan Penyakit Jantung Koroner. Berdasarkan hasil penelitian Sutanti (2010) menunjukkan bahwa kebiasaan merokok (OR=4,125) dan kebiasaan olahraga (OR=3,5) berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner. Permasalahan yang diambil yaitu apakah ada hubungan antara faktor lingkungan kerja dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung koroner (studi kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang). Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung koroner (studi kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang). METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan sampel pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan case control. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan yang hasil pemeriksaan EKGnya positif menderita Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X Kota Semarang dan populasi kontrol dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan yang hasil pemeriksaan EKGnya negatif Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X Kota Semarang.
  • 4. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 4 Pada penelitian ini sampel yang diperlukan untuk kasus dan kontrol adalah masing-masing sebanyak 42 responden dengan menggunakan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner panduan wawancara dan kuesioner FFQ. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Lingkungan Kerja dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Diperoleh informasi bahwa dari 42 responden pada kelompok kasus, semua responden lingkungan kerja baik. Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol, semua responden lingkungan kerja baik. Baik pada kelompok kasus dan kontrol lingkungan kerja tidak ada yang buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil penelitian variabel ini tidak dapat diuji statistiknya karena hasil pengukurannya tidak bervariasi (homogen) sehingga tidak dapat diketahui ada atau tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan penyakit jantung koroner. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semua responden memiliki lingkungan kerja yang baik. Peneliti menduga hal ini dikarenakan bentuk pertanyaan pada kuesioner lingkungan kerja bersifat kualitatif dimana tidak diberikan nilai ambang batas yang jelas dan jawaban yang diperoleh bersifat subyektif karena pengukuran berdasarkan perasaan masing-masing responden. Secara teori terjadinya penyakit jantung koroner yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja merupakan akibat dari stres, dimana stres muncul karena lingkungan kerja yang buruk sehingga dapat menimbulkan gangguan suasana kerja yang kemudian berpengaruh pada kesehatan pekerja baik fisik maupun jiwa para pekerja. Stres yang berat dapat mempengaruhi tekanan darah yang selanjutnya mempengaruhi kerja jantung. Dengan demikian, peneliti menduga adanya keterbatasan ruang lingkup pada lingkungan kerja yang diteliti terbatas pada lingkup kebisingan dan suhu udara pada lingkungan fisik. Sedangkan pada lingkungan non fisik hanya terbatas pada hubungan antara atasan, rekan kerja antar sesama dalam suatu pekerjaan. Padahal lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan stres yang kemudian muncul penyakit jantung koroner tidak hanya terbatas pada suhu, kebisingan, dan hubungan antar atasan serta rekan kerja saja Tabel 1. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa dari 42 responden pada kelompok kasus, 26 responden (61,9%) tidak memiliki kebiasaan merokok dan 16 responden (38,1%) memiliki kebiasaan merokok. Sedangkan, dari 42 responden pada kelompok kontrol, 34 responden (81%) tidak memiliki kebiasaan merokok dan 8 responden (19%) memiliki Kebiasaan Merokok Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Kasus Kontrol Total P n % n % n % Ya 16 38,1 8 19 24 28,6 0,091 Tidak 26 61,9 34 81 60 71,4 Jumlah 42 100 42 100 84 100
  • 5. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 5 kebiasaan merokok. Responden kelompok kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak memiliki kebiasaan merokok 60 responden (71,4%). Hasil uji statistik diperoleh p value 0,091, maka diperoleh hasil tidak ada hubungan antara variabel kebiasaan merokok dengan penyakit jantung koroner. Berdasarkan hasil penelitian Yusnidar menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok ≥15 batang/hari dengan kejadian PJK (p=1,000), meskipun risiko meningkat hingga 2,9 kali dibandingkan yang tidak pernah merokok (OR=2,9). Riwayat merokok 1-14 batang/hari juga tidak meningkatkan risiko terjadinya PJK dibandingkan tidak pernah merokok (OR=0,5 ; 95% CI=0,1-0,2) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok 1-14 batang/hari dengan terjadinya PJK (p=0,045). Tidak adanya hubungan dalam penelitian ini dikarenakan variabel kebiasaan merokok di sini yang dapat dinilai hanya dari sisi apakah pasien memiliki riwayat merokok, padahal seorang perokok pasif pun memiliki 70% resiko menderita penyakit akibat rokok tersebut. Dimungkinkan 71,4% termasuk dalam perokok pasif. Selain itu, jumlah responden dalam penelitian ini jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki yang pada umumnya perempuan memiliki kebiasaan merokok lebih kecil daripada laki-laki. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa merokok merupakan faktor resiko utama pada penderita penyakit jantung koroner bahkan penelitian Framingham mendapatkan bahwa penyakit jantung koroner pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tabel 2 diperoleh informasi bahwa dari 42 responden pada kelompok kasus, 33 responden (78,6%) tidak memiliki kebiasaan olahraga dan 9 responden (21,4%) memiliki kebiasaan olahraga. Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol, 24 responden (57,1%) memiliki kebiasaan olahraga dan 18 responden (42,9%) tidak memiliki kebiasaan olahraga. Pada kelompok kasus cenderung tidak memiliki kebiasaan olahraga daripada kelompok kontrol yang cenderung memiliki kebiasaan olahraga. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian penyakit jantung koroner. Hasil ini didasarkan pada uji chi- square yang diperoleh p value 0,002 < α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga mempunyai resiko 4,889 kali terkena penyakit jantung koroner dibandingkan responden yang memiliki kebiasaan olahraga dengan nilai Odd Ratio (OR)=4,889 (95% CI = 1,877–12,736). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutanti (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian penyakit jantung koroner (p value=0,038 dengan OR=3,500), dimana orang yang tidak memiliki Kebiasaan Olahraga Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Kasus Kontrol Total P OR 95% CI CC n % n % n % Tidak 33 78,6 18 42,9 51 60,7 0,002 4,889 (1,877- 12,736) 0,343 Ya 9 21,4 24 57,1 33 39,3 Jumlah 42 100 42 100 84 100
  • 6. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 6 kebiasaan olahraga mempunyai resiko 3,5 kali terkena penyakit jantung koroner daripada orang yang memiliki kebiasaan olahraga. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa olahraga menyehatkan badan, sebaliknya kurang bergerak (physical inactivity) menimbulkan berbagai macam penyakit. Hasil dari banyak studi membuktikan bahwa aktifitas fisik menurunkan angka kejadian hipertensi, kegemukan, stroke, osteoporosis, kencing manis, dan penyakit jantung koroner. Dalam hubungannya dengan penyakit jantung koroner, telah dilaporkan bahwa orang yang tidak aktif memiliki resiko 1,9 kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan mereka yang aktif berolahraga (Peter Kabo, 2008). Banyak penyelidikan di Amerika dan Eropa menunjukkan bahwa olahraga secara teratur yaitu 20 menit dan 2-3 kali seminggu berhasil menurunkan resiko penyakit jantung koroner (R. Christopher Davidson, 2002). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol/NAPZA dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Tabel 3. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol/NAPZA dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tabel 3 diperoleh informasi bahwa dari 42 responden pada kelompok kasus, 39 responden (92,9%) tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan 3 responden (7,1%) memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA. Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol, 41 responden (97,6%) tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan 1 responden (2,4%) memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA. Responden kelompok kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak memiliki kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA. Uji statistik menggunakan uji fisher karena tidak memenuhi syarat uji chi-square dan menggunakan tabel 2x2, diperoleh p value 0,616, maka hasilnya tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA dengan penyakit jantung koroner. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA dengan kejadian penyakit jantung koroner (p=0,616>0,005). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan dari 42 responden pada kelompok kasus terdapat 3 responden (7,1%) yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol dan atau NAPZA. Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol hanya ada 1 responden (2,4%) yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol dan atau NAPZA. Tidak adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA dalam penelitian ini diduga dikarenakan terbatasnya jumlah responden yang mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan ukuran dalam mengkonsumsi alkohol/NAPZA masih tergolong ringan sampai sedang (<500 ml) setiap hari. Selain itu, terdapat pula responden yang mengkonsumsi Kebiasaan Konsumsi Alkohol/ NAPZA Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Kasus Kontrol Total P n % n % n % Ya 3 7,1 1 2,4 4 4,8 0,616 Tidak 39 92,9 41 97,6 80 95,2 Jumlah 42 100 42 100 84 100
  • 7. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 7 >500 ml, tetapi tidak dikonsumsi setiap hari. Adapun konsumsi alkohol yang masih dalam batas ringan dan sedang dapat menjadi terapi dalam mencegah penyakit jantung koroner. Hal ini dapat didukung dengan pernyataan bahwa konsumsi alkohol yang dilakukan tiap hari dan dalam jumlah sedang, mempunyai efek melindungi jantung, tetapi konsumsi alkohol yang berlebihan justru sejalan dengan memburuknya keadaan. Karena mempunyai efek yang menguntungkan pada HDL (High Density Lipoprotein), kolesterol, kerja insulin, inflamasi, minum alkohol jumlah sedikit sampai sedang, sangat berguna pada pasien dengan gangguan metabolisme glukosa dan atau insulin resisten. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Mengandung Kolesterol dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Tabel 4. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Mengandung Kolesterol dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tabel 4 diperoleh informasi bahwa dari 42 responden pada kelompok kasus, 42 responden (100%) tidak memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol. Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol, 41 responden (97,6%) tidak memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan 1 responden (2,4%) memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol. Responden kelompok kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol. Uji statistik menggunakan uji fisher karena karena tidak memenuhi syarat uji chi- square dan menggunakan tabel 2x2, diperoleh p value 1,000, maka diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dengan penyakit jantung koroner. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dengan kejadian penyakit jantung koroner (p value=1,000>0,005). Hal ini dikarenakan jumlah responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol hanya satu responden. Dari 42 responden pada kelompok kasus tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol (0%). Sedangkan pada kelompok kontrol hanya ada satu responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol (2,4%), sisanya tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol (97,6%). Peneliti menduga bahwa dalam wawancara mengenai kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol terbatas hanya pada jenis makanan yang mempunyai kandungan kolesterol >300mg/dl yang dikonsumsi setiap hari dan terbatas pada jenis lauk pauk saja. Selain itu, makanan dalam daftar yang mengandung kolesterol dalam frekuensi konsumsinya tidak tergolong sering sekali dikarenakan responden dalam mengkonsumsi makanan dalam waktu satu minggu bervariasi jenis lauk pauknya dan diimbangi dengan konsumsi sayur dan buah-buahan sehingga Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Mengandung Kolesterol Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Kasus Kontrol Total P n % n % n % Ya 0 0 1 2,4 1 1,2 1,000 Tidak 42 100 41 97,6 83 98,8 Jumlah 42 100 42 100 84 100
  • 8. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 8 tidak hanya mengkonsumsi lauk pauk saja (Sunita Almatsier, 2004 dan Erik Tapan, 2005). SIMPULAN Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner dan tidak ada hubungan antara lingkungan kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA, dan kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X Kota Semarang. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, http://www.depkes.go.id/downloads/publik asi/Profil Kesehatan Indonesia 2008.pdf, diakses tanggal 11 Maret 2011 Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2009, Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2008 (Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat), Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah ----------------------------------------------------, 2010, Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2009, Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Donal Nababan, 2008, Hubungan Faktor Risiko dan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008, http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/6673/1/08E00743.pdf, (Tesis), diakses tanggal 28 November 2011 Erik Tapan, 2005, Penyakit Degeneratif, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Erlina Restu Winarsih, 2007, Profil Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang), Skripsi: Universitas Negeri Semarang Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit X Kota Semarang, 2012, Data Jumlah Pasien Pemeriksaan EKG Tahun 2012, Semarang: Rumah Sakit X Kota Semarang IPD Badan Litbangkes, 2009, Analisis Faktor Lingkungan dan Perilaku Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Masyarakat di Indonesia, http://digilib.litbang.depkes.go.id/gdl.php?m od=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res- 2009-researcher-3205, diakses tanggal 28 Agustus 2012 Mamat Supriyono, 2008, Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤45 Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang), http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_ SUPRIYONO.pdf, (Tesis), diakses tanggal 3 Oktober 2011 Peter Kabo, 2008, Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner (Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama R. Christopher Davidson, 2003, Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Dian Rakyat Retno Utami Sutjijo, 2008, Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr.Kariadi Semarang, Skripsi: Universitas Negeri Semarang Rekam Medik Rumah Sakit X Kota Semarang, 2012, Jumlah Kasus Penyakit Jantung Koroner Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Tahun 2011, Semarang: Rumah Sakit X Kota Semarang Subdin P2P Dinkes Kota Semarang, 2011, Jumlah Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota Semarang Tahun 2008-2010, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang --------------------------------------------------, 2012, Jumlah Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota Semarang Tahun 2011, Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang Subdin P2P Dinkes Propinsi Jateng, 2012, Jumlah Kasus Penyakit Jantung Koroner di Kota Semarang Tahun 2011, Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jateng Sunita Almatsier, 2004, Penuntun Diet, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sutanti, 2010, Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Klinis Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus di RSI Sultan Agung Semarang), Skripsi: Universitas Negeri Semarang
  • 9. Fitri Rusydiana Tsani / Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013) 9 Yusnidar, 2007, Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Wanita Usia >45 Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang), http://eprints.undip.ac.id/17769/1/YUSNID AR.pdf, (Tesis), diakses tanggal 28 November 2011