1. TUGAS KDPK
“Dasar Eliminasi”
DISUSUN OLEH:KELOMPOK 4
DEWI SARTINA
HUSNIATI
MERRY ANDRIANA
RITA FEBRIANTI
SRI WAHYUNINGSI
WD.SITTI ZUHRIA
KELAS :1A
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang kebutuhan dasar eliminasi.
Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami dengan
materieliminasi.Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah, browsing internet, diskusi
anggota, dll.Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan masalah kebutuhan dasar eliminasi
pada manusia.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya.Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi temanteman dan kami khususnya.
Penulis
Raha,6 Desember 2012
3. DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................................................. i
Daftar isi ....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... …1
B. Ruang Lingkup Penulisan ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1
D. Metode Penulisan .................................................................................................. 2
E. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian eliminasi .............................................................................................. 3
B. Fisiologi dalam eliminasi ...................................................................................... 3
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi ........................................................ 8
D. Asuhan keperawatan eliminasi .............................................................................13
E. Tindakan dalam upaya pemenuhan eliminasi .......................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................................16
B. Saran ....................................................................................................................16
4. BAB I
PENDAHULUAN
A,Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling komplek yang diciptakan tuhanYang Maha
Esa.Sebagai mahluk hidup, tentunya manusia memerlukan makan dan hasil dari proses makanan
tersebut akan dikeluarkan sebagai kotoran yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuh manusia itu
sendiri.Proses pengubahan dari makanan sampai menjadi sisa dinamakan proses pencernaan
yang dilakukan oleh organ percernaan di dalam tubuh manusia.Sedangkan proses pengeluaran
kotoran tersebut dinamakan eliminasi.
B. Ruang Lingkup Penulisan
Makalah ini menyajikan materi antara lain:
a. Pengertian eliminasi
b. Fisiologi dalam eliminasi
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
d. Asuhan keperawatan eliminasi
e. Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran tentang bagaimana proses eliminasi
dan asuhan keperawatannya demi terciptanya perawat yang sesuai dengan dasar-dasar tugas
sebagai seorang perawat.
5. D. Metode Penulisan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode studi
kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca pustaka tentang sistem pelayanan
keperawatan.Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang
B.Ruang Lingkup Penulisan
.Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Pengertian eliminasi
B. Fisiologi eliminasi
C.Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
D.Asuhan keperawatan eliminasi
E.Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B.Saran
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eliminasi
Menurut
kamus
bahasa
Indonesia,
eliminasi
adalah
pengeluaran,
penghilangan,penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.
B. Fisiologi Dalam Eliminasi
1.Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama
setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan
pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di
dalam usus terangsang, merambat ke kolon,dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu
malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak
peristaltik keras terjadidi dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intraabdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot
abdominal,sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir .
7. ELEMINASI BOWEL
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang
tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam
pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai
anus.
Anatomi dan Fisiologi
1. Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dimulut dan di lambung
dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chyme
didorong ke usus halus.
2. Saluran Gastrointesrinal Bagia Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas
Duodenum, Yeyenum, dan Ileum yana panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus
besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Penjang usus
besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah
berbentuk cyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrien dan elektrolit.
Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim.
Cyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar.
Dari kita makan samapai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon
terbagi menjadi 3 yaitu : Haustral Shuffing adalah gerakan mencapur cyme untuk membantu
absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat
sepanjang colon, Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju menuju anus.
Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan
flatus yang berasal dari saluran pencernaan melaului anus. Dalam proses Defekasi terjadi dalam
2 macam refleks yaitu :
1. Refleks Defekasi Intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum,
yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan
peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah
defekasi.
2. Reflek Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal
cord. Dari spindal cord kemudian alikan ke colon desenden, sigmoid dan rektum yang
menyebabkan intesifnya peristaltik, relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan
kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas
yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7 – 10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang
dikeluarkan adalah CO2, Metana, H2S dan Nitrogen.
Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat. Feses normalnya berwarna coklat karena
8. pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk.
Masalah Eleminasi defekasi
1. Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus
besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang
lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
2. Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi
material feses yang berkepanjangan.
3. Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya chyme melewati
usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.
4. Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui
saraf spinter anus
5. Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi intestinal, dapat
disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung gas.
6. Hemorroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut
B.Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat
diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks
saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih.
ELEMINASI URINE
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke
9. bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra.
Anatomi dan fisiologi Ginjal
Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang terletak pada sisi-sisi
abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulan belakanglumbal ketiga. Ginjal kanan terletak
lebih rendah daripada ginjal kiri karena hati menekannya kebawah. Ginjal terdiri atas kapsul
ginjal, cortex renalis (kulit luar) medulla renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah bagian
luar anteriorn kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki permukaan berbintik-bintik
kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla renalis adalah bagian pusat dan biasanya
disebut dengan pyramid ginjal. Piramid pada bagina inim meruncing dengan dasar menghadap
cortex dan puncak menghadap bagian tengah ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal terletak
pada ruang ini. Renal sinus merupakan bagian interior yang terhubungkan dengan takik ginjal
yang disebut dengan hilum.
Nephron adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1 juta nephron
(Burtucci, 1995). Nephron ikut terlibat dalam pembentukan urin. Nephron ini mengandung
Corpuscolus renalis, tubulus renalis, dan duktus kolektif renalis. Corpusculus renalis
mengandung glumerulus dan kapsul bowman. Tubulus renalis terdiri atas tubule konvolusi
proksimal, loop hense dan tubule konvolusi distal. Duktus kolektif terletak didalam nephron.
Ureter adalah kelanjutan pelvis renal pada hilum dan menghubungkan ginjal dengan kencing
kemih. Ureter melakukan gerakan renstaltis otot polos yang diaktifkan oleh sisti saraf simpatis.
Terdapat function ureterovosical dalam ureter yang mencegah agar urin tidak kembali masuk
kedalam ginjal.
Ketika darah mengalir melalui kapiler glumelrulus, pada saat yang sama terjadi filtrasi plasma
ginjal menerima sekitar 20% cardiac output, sekitar 1200 ml/mut aliran darah. Proses filtrasi ini
disebut ultrafiltrasi. Volume glumerulus melakukan filtrasi kurang lebih 180ml/hari, dan 99%
diantaranya diserap kembali oleh ginjal. Tingkat filtrasi glumerular (Gfn) adalah ukuran proses
ini, Gfn dewasa rata-rata adalah 125 ml/jam.
Ketika darah yang telah terfilter memasuki kapsul Bowman glomeluri, maka terbentuklah urin
primitive. Ketika ultrafiltrasi ini mengalir melalui nephron yang lainnya terjadi penyerapan
kembali dan sekresi untuk memproduksi urin yang kita keluarkan Tubuke konklusi proksimal
10. menyerap kembali seabagian besar air yang sudah terfilter dan juga elektrolot Loop Henle
menyerap kemabali sodium. Tubule Konvolusi distal dan duktus kolektif menbentuk urin yang
kemudian dialirkan kedaalm ureter. Ureter kemudian mengangkut urin menuju kandung kemih
dengan gelombang peristaltis otot halus.
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terletak pada dasar panggul pada
daerah retroperidontal dan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil. Kandung kemih terdiri atas
2 bagian yaitu bagian fundus / body yang merupakan otot lingkar, terdiri dari otot detrusor dan
bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat
spinter inerna. Spinter ini dikontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung kemih dapat menampung
300 sampai 400 ml urine.
Kemudian dari ureter urine dialirkan ke uretra yang merupakan saluran pembuangan yang
langsung keluar dari tubuh. Panjang uretra perempuan lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada
laki-laki panjangnya 20 cm. Sehingga perempuan lebih beresiko untuk terjadi infeksi saluran
kemih.
Refleks Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral 2 (S-2) dan sacral 3 (S-3). Saraf sensorik
dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis bagian sacral 2 sampai sacral 4 kemudian
diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pada miksi mengirimkan sinyal kepada otak
kendung kemih (detrusor) agar berkontraksi. Pada saat detrusor berkontraksi spinter interna
relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah control kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi
atau ditahan. Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung
kemih.
Pola Eleminasi Normal
Pola eleminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja,
makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
Karekteristik Urine Normal
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun
demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaa dehidrasi konsentrasinya menjadi
11. lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti multivitamin dan preparat
besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri.
Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada
orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.
Masalah-masalah Eleminasi Urine
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk
mengkosongkan kandung kemih.
2. Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
ekskesi urine.
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan
untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang
jompo.
Perubahan Pola Berkemih
1. Frekuensi
2. Urgency
3. Dysuria
4. Polyuria
5. Urinary Suppresion
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:
1. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
12. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di
antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos
colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan
tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak
pada proses defekasi.
2. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan
tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan
feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan
makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia
lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan
reabsorbsi cairan dari chyme.
4. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
13. intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot
yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau
gangguan fungsi syaraf.
5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen
psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat
meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn
depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air
besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,
seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang
ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan
akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu
ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin
menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan
tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik
dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
8.AKTIVITAS
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan
peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepnjang colon.
9. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar
14. tidak BAB kecuali setelah makan.
10. PENYAKIT
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
11. ANESTESI DAN PEMBEDAHAN
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat
menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.
12. NYERI
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan
menghalangi keinginan untuk BAB.
13. KERUSAKAN SENSORIK DAN MOTORIK
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk
defekasi.
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Miksi.
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Intake cairan dan makanan
7. Kondisi penyakit
8. Pembedahan
9. Pengobatan
10. Pemeriksaan Diagnostik
Selain itu juga di pengaruhi oleh
1. Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah urin
semakin banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan
air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih
banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila
sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah akan
15. banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih
kuning .
2. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah
Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.
3. Konsentrasi hormon insulin
Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus
ini terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
4. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah
sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam
ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat
dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air,
maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya
penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan
jumlahnya banyak.
5. Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga
suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga
darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal.
Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka
pengeluaran air kencing pun banyak.
6. Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan
meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat
orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi.
Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang
yang banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan
meningkat.
16. D. Asuhan keperawatan eliminasi
Pengkajian Eliminasi Urine
a. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang
berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih :
pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
b. Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia Jumlah / hari
1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
2. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
3. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
9. 14 tahun – dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa, maka perlu lapor.
c. Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah warna urine
seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya
penyakit.
d. Bau
Normal urine berbau aromatik yang memusingka. Bau yang merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
e. Berat jenis
17. Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume
yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling
adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis : 1010 – 1025
f. Kejernihan :
Normal urine terang dan transparan.Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau
pus.
g. pH :
Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5).Urine yang telah melewati temperatur ruangan
untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri
Vegetarian urinennya sedikit alkali.
h. Protein :
Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin,
tidak tersaring melalui ginjal —- urine
Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine.Adanya
protein didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut
albuminuria.
i. Darah :
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.Adanya darah dalam
urine disebut hematuria.
j. Glukosa :
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat
sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak menetap pada pasien
DM.Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi Sistem tubuh berperan dalam proses
eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
18. E. Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari.
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
1. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
2. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
3. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran,
buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari
4. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
5. Positioning
19. BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan
buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor
yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal
untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.
B. Saran
1. Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan alvi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine dan alvi.