Makalah ini membahas tentang keterampilan motorik dan usaha pengembangannya. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan gerakan fisik dengan koordinasi otot yang baik. Makalah ini menjelaskan pengertian, ciri-ciri, usia pencapaian, dan cara pengembangan keterampilan motorik sejak usia dini hingga remaja. Usaha pengembangan meliputi latihan berulang untuk meningkatkan ketangkasan gerakan
1. MAKALAH MOTORIK
KETERAMPILAN BELAJAR MOTORIK
Disusun oleh :
Kelompok 10
1. Agung ridho
2. Deltika anggraina
3. Rio Aprila
Dosen pembimbing :
Adhe saputra,S.pd,M.pd
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014/2015
2. KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, penyusunan makalah ini
berhasil kami selesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini di maksudkan untuk
menyajikan pokok-pokok tentang materi keterampilan belajar motorik.
Materi sajian dalam makalah ini disusun berdasarkan teori dari para ahli dan
gagasan-gagasan dari teman-teman yang mendukung isi dari makalah ini.
Kemudian sudah barang tentu, dalam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan dan kelemahan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah untuk selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat.
JAMBI, 2 Desember 2014
Penyusun
4. C.USIA MENCAPAI TINGKAT
MOTORIK………………………………………………..
D.USAHA MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN
MOTORIK………………..
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………
…………..
A.KESIMPULAN…………………………………………………………………
……………………..
B.SARAN……………………………………………………………………………
………………………
BAB IV DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
5. A.Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia, berketrampilan motorik memegang peranan yang sangat pokok.
Seorang anak kecil sudah harus menguasai berbagai ketrampilan motorik, seperti mengenakan
pakaian sendiri, mempergunakan alat-alat makan, mengucapkan bunyi-bunyi yang berarti,
sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara-saudara dan lain sebagainya. Pada waktu masuk
SD anak memperoleh ketrampilan-ketrampilan baru, sepertu menulis dengan memegang alat
tulis dan membuat gambar-gambar; ketrampilan-ketrampilan ini menjadi bekal dalam
perkembangan kognitifnya. Sewaktu anak di Sekolah Menengah, dia masih mendapat pelajaran
mengembangkan ketrampilan motorik, seperti berolah raga. Banyak pula tersedia kursus-kursus
yang mengajarkan berbagai ketrampilan motorik seperti engendarai mobil, mengetik, menjahit.
Demikian pula dengan sikap, orang yang bersikap tertentu cendrung menerima atau menolak
suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna atau berharga atau tidak baginya.
Bila obyek dinilai “baik untuk saya”, dia mempunyai sikap positif; bila obyek dinilai “jelek
untuk saya”, dia mempunyai sikap negatif. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan
sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk
bertindak. Orang yang memiliki sikap jelas, mampu untuk memilih secara tegas diantara
berbagai kemungkinan. Dalam sikap dapat dibedakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek konatif. Mengambil sikap, bertahan dalam sikap tertentu atau berubah sikap,
semuanya memagang peranan penting dalam kehidupan manusia dan merupakan sumber energi
mental.
B. Rumusan masalah
6. 1. Pengertian keterampilan motorik
2. Apa saja ciri-ciri keterampilan motorik
3. Usia mencapai tingkat motorik
4. Usaha untuk mengembangkan keterampilan motorik
Tujuan
1. Mengetahui pengertian keterampilan motorik
2. Mengetahui ciri-ciri keterampilan motorik
3. Mengetahui usia mencapai tingkat motorik
4. Mengetahui usaha mengembangkan keterampilan motorik
7. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keterampilan motorik
Ketrampilan motorik merupakan suatu ketrampilan dalam melakukan/ melaksanakan
(execute) yang menunjukkan suatu susunan ketrampilan yang tinggi dalam arti perbuatan
yang dimiliki siswa secara spesifik, lancar dan efisien seperti menyetir mobil, naik
sepeda. Adanya ketrampilan motrik ini menuntut kemampuan untuk merangkaikan
sejumlah gerak gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang dilakukan dengan
gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa yang dilakukan dan
mengapa dilakukan. Belajar keterampilan motorik ini mengutamakan gerakan-gerakan
otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namum diperlukan peralatan melalui alat-alat
indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman.
karena kompleksitas ini, belajar ketrampilan motorik oleh sejumlah ahli psikologi belajar
disebut perseptual motor skill atau psychomotor skill
B. Ciri-Ciri Ketrampilan Motorik
` Dalam teori perkembangan anak, ketrampilan motorik berkoordinasi dengan otak
sehingga sangat mempengaruhi kognitif (berpikir). Contoh , apabila mereka terampil
menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini nantinya
akan membantu ank lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku
memegang pensil dan tulisannya tak beraturan merupakan akibat kemampuan motorik
halusnya tidak terlatih dengan baik sejak kecil.
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf mem-buat pola
(pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat ba-ngun/bentuk
sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya.
Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari
balok-balok aneka warna. Di sini anak dihadapkan pada pilihan kompleks semi- sal
8. penggunaan warna dan bidang-bidang geometris. Kemudian, anak diharapkan bisa
mengomunikasikan hasil ciptaannya. Meski awalnya mungkin belum berstruk- tur atau
terpola rapi, minimal anak sudah mencoba kemampuan bahasanya dengan
mengomunikasikan hasil imajinasinya pada orang lain.
Dengan demikian, dalam patern making, anak bukan hanya dilatih keterampil-an motorik
halusnya, melainkan juga struktur kognitif dan perkembangan bahasanya. Saat ia
membangun rumah dari balok-balok aneka warna, misal, struktur kognitifnya bisa dilihat
dari caranya memadukan warna, menyesuaikan bentuk antara kanan dan kiri, dan
lainnya. Di sini ia belajar melihat segala sesuatu secara berstruktur, bahkan apa pun yang
kelihatannya abstrak.
Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu
menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti
berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan
sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Ciri khas dari keterampilan motorik ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan
banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik
tertentu.
C. Usia-Usia Mencapai Tingkat Motorik
Perkembangan motorik pada usia (0-4 TAHUN) ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam
berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk
memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melaku-kan berbagai
aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permain-an. Disamping itu,
anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah-raga yang bersifat
formal, seperti senam, berenang, dll. Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun
halus) selama periode ini, antara lain :
9. a). Anak Usia 5 Tahun
Mampu melompat dan menari
Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
Dapat menghitung jari – jarinya
Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
Mampu membedakan besar dan kecil
b). Anak Usia 6 Tahun
Ketangkasan meningkat
Melompat tali
Bermain sepeda
Mengetahui kanan dan kiri
Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c). Anak Usia 7 Tahun
Mulai membaca dengan lancar
Cemas terhadap kegagalan
Peningkatan minat pada bidang spiritual
Kadang Malu atau sedih
d). Anak Usia 8 – 9 Tahun
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
10. Ketrampilan lebih individual
Ingin terlibat dalam sesuatu
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan
dengan pubertas mulai tampak
Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian
sendiri , dll.
Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
Mulai tertarik dengan lawan jenis.
D. Usaha-Usaha Mengembangkan Ketrampilan Motorik
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-
gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ketrampilan semacam ini disebut motorik,
karena otot, urat, dan persendian terlibat secara langsung, sehngga keterampilan sungguh-
sungguh berakar dalam kejasmanian. Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan
untuk merangkainkan sejumlah gerak-gerik jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan
yang dilakukan dengan gencar dan luwes, tanpa perlu memikirkan lagi secara mendetail apa
yang dilakukan dan mengapa dilakukan begini-begitu. Walaupun belajar ketrampilan
motorik mengutamakan gerakan-gerakan otot-otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh,
namun diperlukan pengamatan melalui alat-alat indra dan pengolahan secara kognitif yang
melibatkan pengatahuan dan pemahaman.
11. Dalam belajar ketrampilan motorik, gerakan jasmani, persepsi, konsep dan kaidah,
pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun pengaturan gerakan-
gerakan jasmani dan koordinasi antara gerakan pada berbagai anggota badan, memegang
peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini sebagai suatu proses belajar tersendiri. Oleh
karena itu jalur belajar ketrampilan motorik bukanlah jalur belajar kemahiran intelektual,
belajar sikap atau belajar informasi verval, meskipun mendapat dukungan dari hasil-hasil
yang diperoleh dalam belajar bidang-bidang itu.
Sifat khas dari belajar ketrampilan motorik adalah latihan, hal ini memegang peranan
pokok untuk mendarah-dagingkan ketrampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan orang
tidak mungkin menguasai ketrampilannya sampai menjadi milik jasmani, karena berlatih itu
membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat ditangkap dalam waktu singkat, tapi tidak berlaku
dalam ketrampilan motorik. Selain latihan, perlu juga dikuasai prosedur gerak-gerik yang
harus diikuti dan prosedur koordinasi antara anggota-anggota badan. Prosedur ini menjadi
semacam “program mental”. Mempelajari prosedur dikenal dengan istilah “fase kongitif”
dan proses latihan dikenal dengan istilah “fase fiksasi”.
Suatu ketrampilan motorik terdiri atas sejumlah komponen yang merupakan
subketrampilan-subketrampilan atau ketrampilan bagian. subketrampilan-sub-ketrampilan
itu harus dikuasai, karena merupakan bagian inti dalam keseluruhan ketrampilan.
Subketrampilan itukemudian dilatih tersendiri, kemudian dihubungkan satu sama lain,
sehingga sambil berlatih keseluruhan rangkaian gerak-gerik dan terkoordinasi. Latihan-
latihan itu sebaiknya disebarkan dan tidak dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti-
henti. Hal ini penting untuk mendapatkan umpan balik, demi memungkinkan
penyempurnaan, baik dalam pengaturan waktu maupun dalam peningkatan keluwesan serta
kegencarannya. Umpan balik ini dapat berupa intrinsik maupun ekstrinsik.
Umpan balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot-otot, urat dan persendian apakah sudah
tepat atau belum, seolah-olah terdapat program motorik, yang tertanam dalam kejasmanian
seseorang yang mengadakan kontrol terhadap keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Umpan
balik ekstrinsik berbentuk konfirmasi dari lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah
tepat atau belum, misalnya suatu latihan yang diberikan oleh instruktur.
12. Sedangkan menurut konsep Bloom menjelaskan bahwa terdapat pemilahan dalam aspek
ketrampilan motorik (Ranah Psikomotorik) sebagai berikut:
a) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-
masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-
rangsangan yang ada.
b) Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan
memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk
kesiapan jasmani dan mental.c) Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, meurut contoh yang
diperlihatkan atau diperdengarkan.
d) Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-
gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh
yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh,
sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan
secara terkoordinir.
e) Gerakan yang komplek : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan,
yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutandan menggabungkan beberapa
subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
f) Penyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus
yang berlaku. Kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang
telah mencapai kemahiran
13. g) Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru,
seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan
tinggi dan berani berfikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.
Dari uraian tersebut di atas, nampak peranan dan wujud dari beberapa fase dalam belajar
ketrampilan motorik yaitu :
1) Fase motivasi : sangat berperanan, lebih-lebih bila ketrampilan yang dipelajari
membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu latihan.
2) Fase konsentrasi : berperan dalam belajar ketrampilan yang menuntut pengamat-
an terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan memperkirakan jarak
3) Fase pengolahan : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri,
baik subketrampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai koordi-
nasi. Fase ini memegang peranan pokok.
4) Fase menggali : menggali program mental yang tersimpan dalam ingatan jangka
waktu lama, dan program mental ini langsung menjadi masukan bagi fase prestasi
dan tidak disalurkan melalui ingatan jangka waktu singkat.
5) Fase umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau eks-
trinsik, yang berperan dalam penyempurnaan ketrampilan sampai semuanya ber-
jalan otomatis.
14. BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah di atas maka dapat di simpulkan bahwa ketrampilan motorik
sangat berpengaruh pada pembentukan karakter individu. Pengaruh tersebut bisa
berarti atau tidak, menguntungkan atau merugikan bergantung atas kepiawaian
keterampilan mempertahankan dirinya sendiri. Sebenarnya posisi pembentukan
karaktert berimbang kedudukannya dengan keterampilan motorik yang ada di dalam
masyarakat, hanya kadang kadang ada kepentingan tertentu yang menggoyahkan
kedudukan tersebut.
B.SARAN
Adapun dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan kata dan kalimat
mohon sekiranya teman dan terutama dosen pembimbing kami untuk mengoreksi dan
memberikan saran maupun kritikan yang bersifat membangun agar kedepannya
penyusunan makalah nanti dapat berjalan dengan baik dan benar.
15. BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmiyanto, Taufik. 2008. Menggagas Pembelajaran Aktif, http://Bloom Internet.htm
Bloom, Gardner, and Gagne, 2008. How learning occuors in the classroom, Geneva Baker,
Nothern Arizona University. http://Baker Theorist Paper.htm
Examination Project, 2008. A constructivist learning event following Gagne’s steps of
instructional design. http://counstructivist-Gagne1.htm
Matt Jarvis. 2007. Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media & Nuansa
Roestiyah. 1989. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakart: Bina Aksara.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Belajar, http://Bloom Internet.
W. S Wingkel, 2005. Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2008. Taksonomi Bloom. http://Bloom Internet.