Perkembangan fisik dan motorik peserta didik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan perilaku, emosional, sosial, dan kognitif mereka. Guru perlu memahami karakteristik perkembangan fisik dan motorik anak pada tingkat sekolah dasar serta menentukan pembelajaran yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik.
4. Brainstorming
Amati gambar di atas dan jawablah pertanyaan berikut ini
1. Informasi apa yang dapat Anda peroleh pada tayangan
gambar tsb.?
2. Karakter peserta didik apa sajakah yang dapat Anda lihat
pada gambar tersebut dan bagaimana tersebut dapat
terbentuk ? Bagaimana karakter anak di SD kelas tinggi?
karakter
3. Permasalahan apa sajakah yang muncul pada peserta didik
SD Kelas Tinggi ?
4. Apa yang dapat Anda lakukan sebagai guru?
6. Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan dapat memahami konsep perkembangan perilaku
dan pribadi peserta didik, tahapan perkembangan perilaku
dan pribadi peserta didik, prinsip- priperkembangan perilaku
dan pribadi peserta didik, identifikasi keragaman karakteristik
, dan menentukan kegiatan pembelajaran untuk
memfasilitasi variasi perkembangan peserta didik.
7. Indikator Pencapaian kompetensi
1. Menjelaskan konsep perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik
2. Menjelaskan tahapan perkembangan perilaku dan pribadi peserta didik
3. Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip perkembangan perilaku dan pribadi
peserta didik terhadap pendidikan
4. Menjelaskan berbagai aspek perkembangan peserta didik
5. Mengidentifikasi keragaman karakteristik peserta didik.
6. Menganalisis permasalahan perkembangan perilaku dan pribadi peserta
didik.
7. Menentukan kegiatan pembelajaran untuk memfasilitasi variasi
perkembangan peserta didik.
8. Materi
1. Pengertian individu
2. Keragaman karakteristik individu
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya keragaman individual
4. Tahapan Perkembangan Perilaku dan Pribadi Peserta Didik
5. Prinsip-prinsip Perkembangan dan Implikasinya terhadap Pendidikan
6. Tugas-tugas Perkembangan Akhir Masa Kanak-kanak
7. Identifikasi Keragaman Karakteristik Peserta Didik
8. Implementasi Keragaman Peserta Didik dalam Pembelajaran
10. Individu
Tidak dapat dibagi, dipisahkan dan bersifat unik
Harus dipandang sebagai pribadi yang utuh
Satu kesatuan sifat makhluk individu dan sosial
Satu kesatuan jasmani dan rohani
Makhluk Tuhan
12. Keragaman Karakteristik Individu
Akhir masa kanak-kanak (late childhood)
usia enam tahun sampai matang secara seksual
atau peserta didik tingkat sekolah dasar
Keragaman paling penting :
kecakapan (ability)
kepribadian
14. Faktor-faktor yang Mempengaruhi adanya keragaman individual
Pembawaan (heredity) bersifat alamiah
(nature)
Lingkungan (environmental) faktor diluar
individu yang merupakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses perkembangan
(nuture)
Waktu (time) saat tibanya kematangan
(maturation)
16. Makna Perkembangan Individu
Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan alamiah secara kuantitatif
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis
Perkembangan Libert, Paulus, dan Strauss (Sunarto, 2002: 39)
proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai
fungsi kematangan dan interaksinya dengan lingkungan
mencerminkan perubahan psikologis
Kematangan Makmun, 2009: 79
perubahan yang terjadi pada masa-masa tertentu yang
merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan
kesiapan awal dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan
fungsinya
18. Karakteristik Peserta Didik SD Kelas Awal
6/7 tahun - 9/10 tahun
Sikap tunduk kepada peraturan permainan tradisional
Cenderung memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri)
Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain
Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.
Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (nilai rapor)
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik atau
tidak.
19. Karakteristik Peserta Didik SD Kelas Tinggi
9/10 tahun - 12/13 tahun
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar
Ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus/ mulai menonjolnya faktor-
faktor (bakat-bakat khusus)
Sampai sekitar umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya
Nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar di sekolah.
Suka membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
Tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada)
24. Tahap Perkembangan Implementasi dalam Pembelajaran
Memahami tahap perkembangan dan tugas perkembangan peserta didik
Mencatat mengenai perkembangan kemampuan, keterampilan dan
perilaku peserta didik
Membimbing peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tugas dan tahap perkembangannya
Memberi motivasi kepada setiap peserta didik untuk melakukan apa yang
diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia sekolah dasar
Bekerja sama dengan rekan sejawat, orangtua dan tenaga ahli (bila
diperlukan)
26. Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan dapat memahami konsep potensi peserta didik
dan pengembangannya serta menentukan pembelajaran
yang memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
27. Indikator Pencapaian kompetensi
1. Menjelaskan jenis-jenis potensi
2. Mengidentifikasi potensi peserta didik
3. Menentukan kegiatan pembelajaran yang
memfasilitasi pengembangan potensi
28. Potensi
Kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik herediter
(pembawaan)
Modal dan batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil
belajar
Potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil belajar atau
kecakapan nyata
Potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau yang masih
terkandung dalam diri peserta didik
Guru harus mau dan mampu mengidentifikasi potensi peserta didik
Guru membantu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal
29. Jenis-jenis Potensi
• Fisik kondisi dan kesehatan tubuh
• Psikologis kecerdasan atau inteligensi (intelligence) dan bakat (aptitude)
Kecerdasan umum kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif
Kecerdasan majemuk
Bahasa
Matematika
Visual
Kinestetis
Musik
Sosial
Intrapersonal
Naturalis
Eksistensial
30. Identifikasi Potensi
Pengamatan: membandingkan peserta didik
Analisis ulangan dan tes: bakat khusus dalam
suatu mapel
Analisis hasil karya: cara bertindak dan hasil
perbuatan
Wawancara: peserta didik dan orang tua
Bekerjasama dengan rekan guru: nilai rapor, sikap
perilaku, hasil psikotes
31. Implementasi Pembelajaran untuk Potensi Kreatif
Menganggap peserta didik memiliki potensi kreativitas.
Bersikap demokratis, permisif, mendorong, menghindari kritik
dan ejekan
Berikan kesempatan berpikir divergen dan lateral selain pola
berpikir yang lain
Topik pembelajaran berkaitan dengan pembuatan karya kreatif
dan inovatif
Memanfaatkan sarana yang tersedia untuk bereksperimen dan
eksplorasi.
Berikan motivasi untuk membuat suatu karya kreatif dan inovatif.
32. Implementasi Pembelajaran untuk
Pengembangan Potensi
Identifikasi potensi yang dilakukan saat KBM atau di luar KBM
Merancang pembelajaran sesuai keragaman potensi
Bersikap demokratis, hangat, bersahabat menimbulkan rasa senang dan
rasa aman dll
Memberikan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
dan mengamati respon peserta didik.
Membantu dan membimbing peserta didik yang memiliki potensinya
kecerdasan umum yang rendah
Membantu dan membimbing peserta didik agar mencapai prestasi sesuai
dengan potensinya,
Memberi tugas perhatikan keragaman potensi peserta didik.
33. Latihan
1. Menurut Howard Gardner penggagas konsep kecerdasan majemuk, tidak ada
peserta didik yang bodoh, jelaskan!
2. Kreativitas sangat penting dalam mencapai keberhasilan atau suatu prestasi,
jelaskan!
3. Kerjakanlah kasus di kelas awal yang diasuh pak Umar berikut, apa yang harus
dilakukan pak Umar untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk dari anak
asuhnya dan apa yang bisa dilakukan untuk menghantarkan mereka mencapai
prestasi terbaiknya sesuai dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak
4. Tentukanlah kasus pengembangan potensi peserta didik di kelas Anda,
35. Tujuan
ciri-ciri perkembangan fisik anak dan ciri-ciri anak yang sehat
secara fisik serta mengidentifikasi kondisi kesehatan fisik
peserta didik dan menentukan pembelajaran yang
memfasilitasi peserta didik yang memiliki karakteristik fisik
tertentu.
36. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mendeskripsikan ciri-ciri perkembangan fisik anak-anak
2. Mendeskripsikan ciri-ciri anak-anak yang sehat secara fisik
3. Mengidentifikasi kondisi kesehatan fisik peserta didik
4. Menentukan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik dengan kesehatan fisik yang khas atau
kurang sesuai.
37. Pendahuluan
Pemahaman terhadap kondisi fisik sangat penting
Proses pembelajaran mental dan fisik
Pengaruh perkembangan fisik
Intelektual
Emosional
Sosial
Moral
Kepribadian
38. Karakteristik Perkembangan Fisik
Sampai umur 6 tahun badan bagian bawah lebih cepat
dibanding bagian atas
Anggota-anggota badan relatif masih pendek
Kepala dan perut relatih masih besar
Tinggi badan bertambah kurang lebih 5 sampai 6 %
Berat badan bertambah kurang lebih 10 % setiap tahun
Tinggi rata-rata 46 inci dan berat 22.5 kg 6 tahun
Tinggi rata-rata 60 inci dan berat 42.5 kg 12 tahun
Laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan
40. Fungsi Perkembangan Keterampilan Motorik
Sosial dan Pribadi Anak
Menghibur dirinya sendiri dan mendapatkan perasaan senang
Bergerak dari kondisi tidak berdaya menjadi independen
percaya diri
Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah
Bergaul/ bermain dengan teman sebaya
Sangat penting untuk perkembangan self-concept (konsep diri)
atau kepribadian anak
41. Kategori Keterampilan
Akhir Masa Kanak-kanak
Keterampilan menolong diri sendiri
Keterampilan menolong orang lain
Keterampilan sekolah
Keterampilan bermain
42. Karakteristik Perkembangan Motorik
Usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (visio motorik) sudah
berkembang: membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat : menggunakan pensil daripada
krayon untuk melukis.
Usia 8 – tahun, menggunakan tangan secara bebas, mudah dan tepat:
anak dapat menulis dengan baik, ukuran huruf menjadi lebih kecil dan
rata.
Usia 10 - 12 tahun, menampilkan keterampilan-keterampilan
manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa
43. Pengaruh Perkembangan Fisik Terhadap Perilaku
Memandang dirinya sendiri dan orang lain
Konsep diri kesadaran terhadap bentuk tubuh
Negatif bisa berdampak buruk
Positif membantu anak agar selalu positif
45. Implementasi dalam Pembelajaran
Identifikasi keadaan fisik dan kesehatan peserta didik
Miliki data kondisi fisik dan kesehatan setiap peserta didik
Awal KBM: memperhatikan dan menanyakan kesehatan peserta didik
Selama KBM: tetap memperhatikan dan mengamati kondisi fisik
peserta didik
Berikan bimbingan dan latihan
kelas rendah: keterampilan menulis
kelas tinggi: keseimbangan tumbuh
Berikan perhatian khusus bagi yg mengalami gangguan panca indera
Memiliki pemahaman empatik
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan permainan
46. Latihan
1. Kondisi fisik atau perubahan fisik berpengaruh terhadap sikap dan perilaku peserta
didik. Jelaskan bagaimana kondisi fisik berpengaruh terhadap konsep diri anak!
2. Perkembangan motorik penting dipahami oleh guru karena memiliki fungsi
penyesuaian sosial dan pribadi peserta didik, jelaskan!
3. Kerjakanlah kasus berikut, identifikasi masalahnya, dan usulkan alternatif solusi
untuk itu. Bekerjalah dalam kelompok dan presentasikan hasilnya.
Bu Salsabila adalah guru kelas 1 SD dan sedang berupaya untuk merancang
pembelajaran yang sekaligus dapat memfasilitasi beberapa peserta didik yang
memiliki gangguan dalam penglihatan dan pendengaran, serta dalam penyelesaian
tugas yang menggunakan koordinasi/ gerakan halus seperti menulis dan menggunting
karena seringkali memerlukan waktu lebih lama dari teman-temannya. Peserta didik
yang mengalami gangguan penglihatan sudah mengunakan kaca mata walaupun
minusnya masih rendah namun kadang mendekati papan tulis saat acuan kegiatan
ditulis di papan tulis. Sebagian siswa merasa terganggu dengan hal tersebut.
Bagaimana cara bu Salsabila merancang dan menangani kasus tersebut agar
pembelajaran dapat berjalan secara optimal?
48. Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan dapat memahami konsep intelegensi, ciri-ciri dan
tahapan perkembangan intelektual; cara mengidentifikasi
perkembangan kemampuan intelektual; dan menentukan
pembelajaran yang memfasilitasi perkembangan kemampuan
intelektual peserta didik
49. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan perkembangan kemampuan
intelektual peserta didik.
2. Mengidentifikasi kecerdasan intelektual peserta
didik.
3. Menentukan kegiatan pembelajaran yang
memfasilitasi perbedaan kecerdasan intelektual
peserta didik
50. Konsep Intelegensi
Kemampuan mental umum yang mendasari kemampuan untuk mengatasi
kerumitan kognitif
Berkaitan dengan kemampuan untuk
pemecahan masalah
berpikir abstrak
keahlian dalam pembelajaran
Tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor),
tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik (Spearman dalam,
Sukmadinata,2007:257)
Potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan keberhasilan
peserta didik dalam bidang akademik di sekolah
51. Pengaruh Lingkungan terhadap Intelektual
Pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan inteligensi: (Wellman:
1945 dan Sunarto: 2002:107)
Anak-anak yang memiliki pengalaman pendidikan prasekolah sebelum
memasuki SD , menunjukkan kemajuan yang lebih besar dalam rata-rata IQ
mereka daripada anak-anak yang tidak mengikuti prasekolah
Eksperimen terhadap anak kembar identik yang dibesarkan di lingkungan
keluarga dan sekolah yang berbeda ternyata IQ yang tadinya identik
menunjukkan adanya perbedaan sekitar 15 butir (Woodworth dalam
Makmun, 2006:62)
Semakin baik tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung semakin tinggi pula
IQ anak (Ware, 1970 dan Sunarto, 2000:103)
52. Tahapan Perkembangan Berpikir
Sensorimotor (0 – 2 tahun): aktivitas kognitif berpusat pada
sensori (alat indra) dan gerak (motor)
Pre operasional (2 – 7 tahun): mampu menunjukkan aktivitas
kognitif dalam menghadapi berbagai hal
Operasional konkrit (7 – 12 tahun): menguasai konsep konservasi
untuk memanipulasi logis lainnya
Formal operasional: kemampuan untuk mengoperasikan kaedah-
kaedah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek
yang bersifat kongkrit
54. Karakteristik Perkembangan Kognitif
Teori kognitif Piaget: usia SD umumnya berada pada tahap
perkembangan kognitif operasional konkret (7 – 11 tahun)
meliputi penggunaan operasi: memiliki penalaran logika yang
bersifat konkrit
mampu menggolongkan namun belum mampu memecahkan
masalah
operasi konkret: aktivitas mental yang dapat diputar balikan
berkaitan dengan objek-objek nyata atau konkret
Peserta didik kelas tinggi (10 – 12 tahun) memiliki kemampuan
yang semakin baik dalam menggunakan logika
55. Penerapan Teori Perkembangan Kognitif
Komunikasi
Gagasan peserta didik perlu dipahami
Membiarkan peserta didik untuk spontan
berinteraksi dengan lingkungan
56. Identifikasi Kemampuan Intelektual
Tes psikologi: psikolog
Pengamatan secara teliti dan sistematik: guru
Analisis hasil ulangan dan tes
Analisis hasil karya
Wawancara
Bekerjasama dengan rekan sejawat
57. Implikasi terhadap Pembelajaran
Identifikasi kemampuan intelektual peserta didik
Pahami tingkat perkembangan kognitif peserta didik
Rancang pembelajaran sesuai dengan kecerdasan dan
tingkat perkembangan berpikir peserta didik
Terima peserta didik apa adanya (acceptance)
Berikan kesempatan kepada semua peserta didik
pengalaman keberhasilan dalam kegiatan belajar untuk
pembentukan konsep diri yang positif dan memiliki sikap
positif terhadap pelajaran
Perhatikan kemampuan peserta didik saat pembelajaran
58. Latihan
1. Kemampuan intelektual merupakan potensi yang diperoleh melalui keturunan, namun
perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Semakin berkualitas lingkungan keluarga cenderung
semakin tinggi juga IQ anak, jelaskan !
2. Kerjakanlah kasus di kelas yang diasuh Bu Khalila, identifikasi masalahnya, dan usulkan alternatif
tindakan untuk membimbing anak tersebut. Bekerjalah dalam kelompok dan presentasikan hasilnya.
Bu Khalila sedang merencanakan program untuk membantu beberapa peserta didik asuhannya yang
bermasalah dalam mencapai KKM. Pencapaian KKM sebagian besar muatan pelajaran diperoleh
melalui bantuan remedial. Penyelesaian tugas-tugas di kelas hampir selalu paling akhir dan dengan
bantuan guru atau teman. IQ dari anak-anak ini berkisar pada rentang normal bawah. Yang
menggembirakan peserta didik menunjukkan semangat yang tinggi untuk belajar dan tidak mudah
menyerah saat belum memahami materi, melaksanakan tugas, atau melihat teman-temannya sudah
menyelesaikan tugas. Mereka juga berani bertanya saat belum memahami materi yang dijelaskan.
Karakteristik peserta didik tersebut menggembirakan dan membuat Bu Khalila sangat memperhatikan
mereka.
4. Identifikasi kemampuan intelektual untuk peserta didik di kelas Anda, identifikasi peserta didik yang
mengalami kendala, dan rancang apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk membantu mereka!
60. Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan dapat memahami konsep perkembangan
aspek sosial dan kecerdasan emosi; identifikasi
perkembangan kecerdasan emosi dan keterampilan
perilaku sosial; serta implementasinya dalam
61. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan perkembangan emosi peserta didik
2. Mendeskripsikan ciri-ciri perilaku kecerdasan emosi
peserta didik
3. Mengidentifikasi kecerdasan emosi peserta didik
4. Mendeskripsikan proses perkembangan aspek sosial
peserta didik
62. Perkembangan Emosi
a. Pengertian Emosi
• suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang
menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku
(Makmun, 2009:114).
• Dua hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan emosi:
1. bagaimana cara menangani rangsangan yang
membangkitkan emosi, dan
2. bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai
emosi tersebut.
63. Hubungan emosi dengan penyesuaian pribadi dan
sosial
Emosi:
1) menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari
2) menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
3) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
4) bentuk suatu komunikasi
5) mengganggu aktivitas mental
6) sumber penilaian diri dan sosial
7) mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
8) mempengaruhi interaksi sosial.
9) memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah
10) mempengaruhi suasana psikologis
11) Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi
kebiasaan (Hurlock, 1991:211)
64. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi dipengaruhi:
1) faktor kematangan
2) faktor belajar
tetapi faktor belajar lebih penting, karena belajar
merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan
(Hurlock,1991:213).
65. Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi
Perkembangan Emosi
1) Kondisi Kesehataan
2) Suasana rumah
3) Cara mendidik anak
4) Hubungan kurang harmonis dgn orangtua dan saudara kemarahan dan
kecemburuan emosi ini akan cenderung menguasai kehidupan anak.
5) Hubungan dengan teman sebaya
6) Perlindungan berlebih orangtua rasa takut pada anak menjadi dominan
7) Aspirasi orangtua yang berlebihan dan tidak realistis canggung, malu, dan
merasa bersalah tidak bisa memenuhi harapan orangtua.
8) Berikan bimbingan disertai pengertian: frustasi diperlukan sekali-kali
mencegah kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang dominan.
66. Pengendalian Emosi
Untuk penyesuaian sosial yang baik: emosi anak harus
seimbang
Keseimbangan emosi yang ideal:
1) lebih didominasi oleh emosi yang menyenangkan bisa
melawan emosi yang tidak menyenangkan.
2) diperoleh melalui pengendalian lingkungan dan
membantu anak untuk mengembangkan toleransi
terhadap emosi.
67. Bentuk perilaku yang paling umum pada masa
kanak-kanak akhir
1) Rentan terhadap penerimaan sosial.
2) Kepekaan yang berlebihan.
3) Sikap sportif
4) Tanggung jawab
5) Diskriminasi sosial
6) Prasangka
7) Antagonisme jenis kelamin
8) Mudah dipengaruhi dan tidak mudah dipengaruhi
9) Wawasan sosial
68. Ciri-ciri Perilaku Yang Memiliki Keterampilan Sosial
Rendah
1) Ciri-ciri Perilaku Peserta Didik yang Diabaikan
(Neglected Children)
2) Ciri-ciri Perilaku Peserta Didik yang Ditolak
(Rejected Children)
69. Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial
• membentuk karakter
• hasil penelitian: kecerdasan emosi dan keterampilan sosial
lebih penting dari inteligensi (IQ) dalam mencapai
keberhasilan hidup.
• Kecerdasan emosi (EQ): anak bersemangat tinggi dalam
belajar atau disukai oleh teman-temannya dalam kegiatan
bermain membawa keberhasilan ketika memasuki
dunia kerja atau berkeluarga.
70. Identifikasi Kecerdasan Emosi dan Keterampilan
Sosial Peserta Didik
1) Pengamatan
2) Wawancara
3) Bekerja sama dengan wali kelas
4) Informasi dari rekan guru dan teman-temannya
5) Menggunakan angket atau skala sikap
6) Untuk mengetahui hubungan sosial (peserta didik kelas tinggi)
dapat melakukan sosiometri
7) Berkolaborasi dengan konselor pendidikan atau psikolog.
71. Implementasi dalam Pembelajaran
1) Pahami siapa yang menjadi peserta didiknya.
2) Identifikasi kecerdasan emosi atau kondisi emosi peserta
didik pada saat PBM (terencana/ pedoman pengamatan atau
insidental via catatan anekdot)
3) Sadari keragaman kecerdasan emosi peserta didik: a) tingkat
kecerdasan emosi (tinggi, rendah), b) aspek-aspek sikap dan
perilakunya
4) Sadari: a) tidak semua memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi, b) tidak semua peserta didik memiliki lingkungan
keluarga yang harmonis
72. 4) Ciptakan iklim belajar yang kondusif untuk mengembangkan
kecerdasan emosional peserta didik.
5) Jadilah figur dan tunjukan sikap dan perilaku yang cerdas
secara emosional.
6) Tampilkan sikap tanggungjawab terhadap tugas: mengajar,
rajin, disiplin, memiliki motivasi yang tinggi untuk membantu
peserta didik mencapai kematangan emosi.
73. Mengembangkan Kecerdasan Emosi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Kecerdasan emosi dipengaruhi lingkungan, untuk
meningkatkan, rancang pembelajaran dengan memasukan aspek
kecerdasan emosi, jadi terintegrasi dalam pembelajaran.
a. Lakukan melalui pembiasaan dan disiplin yang disertai
konsekuensi.
b. Guru membantu peserta didik untuk belajar mengekspresikan
reaksi emosi yang bisa diterima secara sosial melalui katarsis
fisik, menyalurkan energi emosi kepada kegiatan fisik
74. C. Bagi peserta didik yang mau berkomunikasi dengan guru
dapat dilakukan katarsis
d. Di antara suasana hati yang ingin dijauhi orang dan yang
paling sulit dikendalikan adalah amarah.
e. Mengatasi sikap siswa yang pesimis, mudah putus asa, dan
kurang mampu menghadapi stress
f. Mengatasi peserta didik yang kurang memiliki motivasi
belajar, malas belajar, kurang tekun, selalu ingin dibantu.
g. Bekerja sama dengan rekan guru khususnya guru agama
untuk membantu meningkatkan kecerdasan emosi di luar
KBM.
75. Mengembangkan Keterampilan Sosial dalam Pembelajaran
a. Anak belajar berperilaku sosial melalui proses imitasi dan
identifikasi
b. Guru harus mampu mengidentifikasi keterampilan sosial
peserta didik
c. Untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik guru
dapat merancang pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada semua peserta didik aktif berpartisipasi dalam KBM
d. Memberikan informasi kepada peserta bagaimana cara
berinteraksi dengan orang lain
76. e. bimbing anak yang diabaikan (neglected children)
f. Bimbing anak-anak populer untuk lebih menerima teman
sebaya yang diabaikan atau ditolak.
g. Peserta didik yang ditolak: mengalami masalah penyesuaian
diri yang serius dibanding peserta didik yang diabaikan
membantu peserta didik yang ditolak untuk belajar
mendengarkan temannya dengan penuh perhatian dan
hangat, bukan mendominasinya.
77. Latihan
1. Mengapa anak harus diajarkan cara mengendalikan emosi, jelaskan?
2. Masalah sosial pada anak lebih menonjol dibandingkan masalah kesulitan dalam pelajaran
di sekolah, jelaskan implikasinya terhadap pendidikan?
3. Kerjakanlah kasus di kelas bu Nabila berikut, identifikasi masalahnya, dan usulkan alternatif
solusi untuk itu. Bekerjalah dalam kelompok dan presentasikan hasilnya
Bu Nabila sedang merancang program dan pembelajaran untuk mendampingi beberapa
peserta didiknya yang mudah marah, cengeng, kurang tekun saat mengerjakan tugas, dan
mau menang sendiri. Dari hasil pengumpulan data sementara diketahui anak-anak ini
berasal dari keluarga yang terlalu memanjakan anak dan selalu mengikuti semua kemauan
anak.
4. Tentukanlah kasus perkembangan kecerdasan dan aspek sosial dari peserta didik di kelas
Anda, identifikasi masalahnya, dan rancang apa yang sebaiknya Anda lakukan sebagai
alternatif solusi!
79. Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan dapat memahami konsep perkembangan
aspek moral dan kecerdasan spiritual; identifikasi
ciri-ciri moral dan kecerdasan spiritual peserta didik;
dan implementasinya dalam pembelajaran.
80. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mendeskripsikan tahapan perkembangan aspek moral peserta
didik
2. Mendeskripsikan ciri-ciri perilaku moral peserta didik
3. Mengidentifikasi perilaku moral peserta didik
81. 1. Perkembangan Moral
Empat pokok utama dalam mempelajari sikap moral
1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya
sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan dan peraturan.
2) Mengembangkan hati nurani atau suara hati merupakan salah satu tugas
perkembangan yang penting pada akhir masa kanak-kanak. Suara hati
juga dikenal sebagai “cahaya dari dalam” atau super ego dan polisi
internal yang mendorong anak untuk melakukan yang benar dan
menghindari hukuman.
3) Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilakunya tidak
sesuai dengan harapan kelompok.
4) Mempunyai kesempatan berinteraksi sosial dengan anggota kelompok
sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan
moral. (Hurlock, 2013: 75)
82. Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional
o Teori perkembangan moral Kohlberg: tingkat yang paling rendah
o Belum ada internalisasi nilai-nilai moral tetapi dikendalikan oleh
hadiah dan hukuman eksternal.
Tahap 1. Orientasi hukuman dan ketaatan.
• penalaran moral didasarkan pada hukuman.
• anak taat karena menghindari hukuman, menaruh hormat karena
melihat sifat yang memberi aturan
Tahap 2. Orientasi ganjaran (the instrumental relativist orientat).
• penalaran moral didasarkan atas hadiah dan kepentingan sendiri.
• Anak taat karena akan mendapat hadiah, mendapat balasan budi.
83. Tingkat Dua : Penalaran Konvensional
o individu memandang apa yang diharapkan keluarga, kelompok atau bangsa.
o Setia dan mendukung aturan sosial bukan sekedar konformitas, melainkan berharga.
Tahap 3. Norma-norma interpersonal.
• seseorang menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan kepada orang lain
sebagai landasan pertimbangan moral.
• anak taat untuk menghindari rasa tidak setuju dari orang lain.
• anak sering mengambil standar moral orangtuanya untuk mengharapkan
penghargaan sebagai anak yang baik.
Tahap 4. Orientasi otoritas (authority and social order maintaining orientation).
• pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
keadilan dan kewajiban.
• Perilaku yang benar adalah melaksanakan tugas dan kewajiban, menghargai
kewibawaan, dan mempertahankan peraturan yang berlaku.
84. Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional
o Teori perkembangan moral Kohlberg: tingkat tertinggi.
o Terjadi internalisasi moral pada individu dan tidak didasarkan pada standar moral orang
lain.
o Seseorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan, kemudian
memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial.
• memahami bahwa nilai dan aturan bersifat relatif dan standar nilai dapat berbeda antar
orang.
• Tindakan seseorang dibimbing oleh asas yang biasa disetujui sebagai hal yang penting
bagi kesejahteraan umum
• asas yang dijunjung tinggi untuk mempertahankan penghargaan dari teman sebaya
merupakan penghargaan diri.
• perbuatan baik: sesuai dengan peraturan yang berlaku
Tahap 6 : Prinsip-prinsip etis universal.
• seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak
manusia yang bersifat universal.
• Tindakan dibimbing oleh asas-asas atas pilihan sendiri atau kata hati, asas-asas yang
dijunjung tinggi untuk menghindari penyesalan diri.
85. Perkembangan Emosi
a. Pengertian Emosi
• suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang
menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku
(Makmun, 2009:114).
• Dua hal yang dapat dilakukan dalam mengendalikan emosi:
• bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan
emosi, dan
• bagaimana cara mengatasi reaksi yang biasanya menyertai
emosi tersebut.
86. Cara Mengidentifikasi Moral Peserta Didik
1) Pengamatan: perilaku peserta didik pada saat PBM dengan
menggunakan pedoman pengamatan.
2) Wawancara: pada situasi tertentu jika diperlukan, kepada
peserta didik tertentu, untuk memperdalam pemahaman sikap
dan perilaku moralitas di rumah sikap orangtua terhadap
peserta didik.
3) Informasi dari rekan guru terutama guru agama dan orangtua
4) Informasi dari teman-teman peserta didik yang bersangkutan
5) Angket atau inventori untuk mengungkap sikap dan perilaku
moral (jika ada)
87. Implikasi dalam Pembelajaran
1) Sadari bahwa guru merupakan unsur terpenting dari pendidikan
2) Ciptakan iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan moral
3) Sadari tidak semua peserta didik memiliki moral yang baik, tidak semua peserta
didik memiliki lingkungan keluarga yang menjunjung moral yang tinggi, dan
memiliki hubungan yang harmonis dengan orangtuanya
4) Moral dipengaruhi oleh lingkungan ciptakan lingkungan kondusif
5) Berikan dorongan dan penghargaan kepada perilaku yang positif dan konsekuensi
yang bersifat edukatif terhadap perilaku negatif.
6) Bekerja sama dengan rekan sejawat khususnya guru agama untuk membantu
meningkatkan akhlak mulia atau perilaku moral peserta didik di luar pembelajaran
7) Bekerja sama dengan orangtua peserta didik untuk mengembangkan moral
peserta didik.
88. Kecerdasan Spiritual
a. Tahap Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun), ditandai a.l:
1) Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian
2) Pandangan dan paham ke-Tuhan-an diterangkan secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber pada
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan
keagungan-Nya;
3) Penghayatan secara rohaniah makin mendalam, melaksanakan
kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
89. Proses Perkembangan Kecerdasan Spiritual
• Danah Zohar dan Ian Marshall: kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan tertinggi (the ultimate inteligence)
• paling berperan dalam kehidupan manusia.
• Potensi kecerdasan spiritual bersifat dinamis, responsive
terhadap pengaruh lingkungan sekitar, dalam
perkembangannya akan terjadi interaksi (saling
mempengaruhi) antara fitrah dan lingkungan sekitar
sampai akhir hayatnya.
90. c. Cara Identifikasi Kecerdasan Spiritual Peserta
Didik
Guru dapat mengidentifikasi kecerdasan spiritual peserta didik
melalui:
1) Pengamatan,
2) Wawancara,
3) Bekerja sama dengan guru BK,
4) Informasi dari rekan guru terutama guru agama dan orangtua
5) Informasi dari teman-teman peserta didik yang bersangkutan
6) Menggunakan angket atau inventori untuk mengungkap
kecerdasan spiritual peserta didik.
91. Implikasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran.
1) Tunjukan kepribadian yang religius karena hal itu merupakan faktor penting
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual
2) Saat pembelajaran:
• kaitkan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta mensyukuri nikmat Tuhan
sehingga akan bertambah iman dan takwanya
• tampilkan perilaku religius atau kecerdasan spiritual dalam berinteraksi
dengan peserta didik
• Hadapi perilaku dan sikap peserta didik dengan lembut
• Berikan latihan dan pembiasaan yang disertai pengertian kepada peserta
didik untuk saling mengasihi, menyayangi, saling membantu, jujur, iklas
rendah hati, tidak mudah putus asa, tanggungjawab, taat terhadap
aturan, mengasihi orang lain, menghargai hak dan milik orang lain, taat
beribadah, dsb.
• Biasakan berdoa sebelum dan setelah pembelajaran
92. Latihan
1. Mengajarkan anak untuk membedakan yang baik dan salah secara konsisten
adalah hal yang sangat penting bagi perkembangan moral, jelaskan!
2. Menurut Zakiah Daradjat penghayatan keagamaan berkaitan dengan
kematangan intelektual, jelaskan implikasinya terhadap pendidikan!
3. Menurut Bandura dan Mc.Donald perkembangan pertimbangan moral tidak
hanya merupakan
4. Tentukanlah kasus dalam pengembangan moral dan kecerdasan spiritual yang
terjadi di kelas Anda, identifikasi masalahnya, dan rancang
94. Tujuan
Setelah melaksanakan pembelajaran, peserta diklat
diharapkan dapat memahami konsep kemampuan
awal dan kesulitan belajar; cara mengidentifikasinya,
faktor kesulitan belajar; dan menggunakan hasilnya
untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih baik.
95. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik
2. Mengidentifikasi kesulitan belajar .
3. Menjelaskan faktor-faktor kesulitan belajar.
4. Menentukan kegiatan pembelajaran yang kondusif
berdasarkan hasil identifikasi kemampuan awal peserta didik
5. Menentukan kegiatan pembelajaran yang kondusif
berdasarkan hasil identifikasi kesulitan belajar peserta didik
96. Entering Behaviour
Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah
dimiliki sebelum pembelajaran
Kesiapan, kematangan, serta tingkat penguasaan dari
pengetahuan dan keterampilan dasar
• Digunakan untuk:
pertimbangan dalam memilih bahan, prosedur, metode,
teknik dan alat bantu PBM
membandingkan nilai pre-tes dengan post-tes perubahan
perilaku yang telah terjadi
97. Identifikasi Kemampuan Awal
• Untuk mengetahui:
Jenis dan ruang lingkup pengetahuan yang telah diketahui
dan dikuasai
Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan (kognitif, afektif
dan psikomotor) yang telah dicapai a.l.:
98. Implementasi Pembelajaran
Indentifikasi perilaku awal atau kemampuan awal
aspek kognitif
aspek afektif
aspek konatif
aspek sensori-motorik
Tentukan aspek terpenting
Berikan pertanyaan lisan atau tes awal secara tertulis
Gunakan perbedaan karakteristik sebagai dasar pertimbangan perencanaan dan
pengelolaan pembelajaran
Sesuaikan pembelajaran dengan tingkat kecerdasan
Gunakan metode dan media pembelajaran sesuai minat dan motivasi belajar
99. IDENTIFIKASI
KESULITAN BELAJAR (KB)
Pengertian
• Tidak semua peserta didik berhasil
mencapai tujuan-tujuan belajar sesuai
dengan taraf kualifikasi yang diharapkan.
• Kesulitan belajar: jika peserta didik
menunjukkan kegagalan tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya
100. 1. Ciri- Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
• Dalam batas waktu tertentu tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau penguasaan minimal yg telah ditetapkan
• Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang
semestinya (berdasarkan intelegensinya).
• Tidak mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk
penyesuaian sosial sesuai dengan pola organisme pada fase
perkembangan tertentu.
• Tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang
diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat
pelajaran berikutnya.
101. 2. Diagnostik Kesulitan Belajar
a. Pengertian
• proses untuk memahami jenis dan karakteristik KB
serta latar belakang KB
• dengan cara menghimpun dan menggunakan data
selengkap dan seobjektif mungkin membuat
kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
pemecahan
102. b. Prosedur dan Teknik Diagnostik KB
Identifikasi:
• siswa yang mengalami kesulitan belajar,
• letak kesulitan,
• latar belakang kesulitan
• alternatif pemecahan masalah
• pencegahan agar kesulitan belajar tidak terjadi?
103. c. Penyebab Kesulitan Belajar
Diagnostik KB berdasarkan teknik dan instrumen:
• Diagnosis Umum: tes baku (mis. evaluasi & pengukuran psikologi
dan hasil belajar) tentukan siapa yang mengalami kesulitan
• Diagnostik Analitik: tes diagnosis tentukan letak kesulitan
• Diagnostik Psikologi: 1) Observasi; 2) Analisis karya tulis; 3) Analisi
proses dan respon lisan; 4) Analisis berbagai catatan objektif; 5)
Analisi berbagai catatan objektif; 6) Wawancara; 7) pendekatan
laboratories dan klinis; 8) Studi kasus.
(Burton dalam Makmun, 2009:310)
104. 3. Mengidentifikasi Kesulitan Belajar
a. Menandai dan Menemukan Kesulitan Belajar
• Tentukan siapa yg alami KB: analisis catatan observasi atau
laporan proses PBM
• Catatan belajar siswa : kecepatan siswa selesaikan tugas
• Catatan kehadiran
• Catatan partisipasi: pasif alami KB; sangat penting untuk
mapel yg utamakan komunikasi dan interaksi sosial dalam
berpendapat/ menyanggah/ berargumentasi
• Catatan sosiometri: untuk mapel tertentu yg menuntut
kerjasama mengetahui anak yg terisolir
105. b. Melokalisasi Letak KB
• Tujuan: 1) KB pada mapel apa? 2) karakteristik KB
• Identifikasi KB pada mapel apa?: bandingkan nilai anak dgn
KKM dan rata-rata mapel; di bawah KKM KB
Ranking yg alami KB skala prioritas bantuan makin jauh
di bawah KKM makin besar KB
Sebagian besar siswa KB: kasus kelompok
Sebagian kecil siswa KB: kasus individu
• Identifikasi kawasan tujuan belajar dan ruang lingkup mapel
yang bermasalah: mapel yang alami KB via analisis lembar
jawaban UAS/UTS, evaluasi reflektif, formatif, pre-post test bila
106. c. Analisis Catatan Proses Pembelajaran
• Tujuan: tentukan aspek proses belajar yg alami KB
• Analisis:
waktu penyelesaian tugas atau soal
kehadiran
partisipasi dalam PBM
penyesuaian sosial
• Hasil analisis: jelas tunjukkan posisi dari kasus ybs.
107. 4. Mengidentifikasi Faktor KB
a.Jika kasus kelompok
• Jika kasus kelompok (mayoritas peserta didik memiliki KB) faktor
penyebab KB berasal luar diri peserta didik.
• Kemungkinanbesar faktor penyebabnya kondisi sekolah:
kualifikasi guru,
pembelajaran,
materi,
sistem penilaian,
strategi/metode/teknik PBM yang tidak sesuai dgn keragaman PD, dsb.)
108. b. Jika kasus individual
• Jika kasus individual faktor penyebab KB berasal dari diri peserta didik.
• Kemungkinan besar faktor penyebabnya bersumber dari :
kemampuan dasar atau potensi: intelegensi dan bakat;
bukan yg bersifat potensial: kurang memiliki keterampilan dan
pengetahuan dasar yang diperlukan dari suatu bidang studi,
aspek fisik: kesehatan, gangguan panca indra, kecacatan dsb.
Emosional: kecemasan, phobia, penyesuaian yang salah),
kurang minat dan motivasi belajar,
sikap dan kebiasaan belajar yang negatif,
kurang konsentrasi,
kurang mampu menyesuaikan diri, dsb.
109. 5. Membuat Alternatif Bantuan
• Hasil diagnosis:
dasar keputusan memberikan bantuan bagi PD
yg alami KB
• Dibuat program dan penetapan alternatif bantuan yang harus
diberikan kpd PD yg alami KB
• Komponen program a.l.:
Siapa yg alami KB?
Apa materinya?
Siapa yg akan membantu?
Bagaimana caranya?
110. 6. Melakukan Tindak Remedial atau Membuat
Referal
• Oleh guru:
Jika masalah tekait dengan PBM
Melalui PBM remedial
• Oleh pihak lain:
aspek kepribadian dan medis
guru hanya membuat rekomendasi atau
rujukan.
111. 7. Evaluasi
• Tujuan: mengetahui keberhasilan dari bantuan
yang diberikan.
• Artinya:
Kemajuan: anak dapat dibantu keluar dari
masalah KB
belum berhasil
112. 8. Implementasi dalam Pembelajaran
• Pahami gejala-gejala anak yang mengalami KB
• Identifikasi KB dan bantulah PD untuk mengatasi
KB
• Berikan PBM remedial: jika masalahnya pada PBM
dan guru masih sanggup.
• Buat rujukan untuk tenaga ahli (konselor
pendidikan, dokter, psikolog) bila
permasalahannya di luar kemampuan guru.
113. • Bantu PD yg alami KB untuk:
optimalkan prestasi belajar,
meningkatkan kepercayaan diri dan minat
sikap positif terhadap pelajaran.
• Bekerja sama dengan rekan sejawat dan orangtua
untuk lebih memahami faktor penyebab KB.
• Cegahlah KB: rancang PBM yang sesuai dgn keragaman
PD
114. Latihan
Kemampuan Awal
1. Jelaskan mengapa guru harus memahami kemampuan awal peserta didik, sebelum
memasuki kegiatan belajar-mengajar!
2. Kerjakanlah kasus berikut ini, tentukan dengan cermat apa yang harus dilakukan
untuk melengkapi data kemampuan awal peserta didik. Bekerjasamalah dalam
kelompok dan presentasikan hasilnya secara kreatif.
• Pada tahun pelajaran ini Bu Anisa ditugasi mengajar di kelas baru sesuai giliran dari
kebijakan rotasi di sekolahnya. Untuk lebih mengenal peserta didik asuhannya dan
sebagai bekal untuk mengajar Bu Anisa akan melakukan identifikasi kemampuan
awal dari peserta didiknya. Sayang sekali data dari guru kelas yang mengajar
peserta didik yang akan diasuhnya tidak lengkap sehingga Bu Anisa perlu
melakukan beberapa hal untuk memastikan informasi yang diperolehnya lengkap,
bagaimana cara agar bu Anisa agar mendapatkan informasi mengenai kemampuan
awal peserta didik di kelas baru nya? Tes diagnostic seperti apakah yang dilakukan
oleh bu Anisa