SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
1
KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS
PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI
PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA
Oleh:
Ni Kadek Lisna Adnyani Dewi*
I Ketut Rai Setiabudhi**
Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum
Universitas Udayana
ABSTRAK
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
menjadi dana desa sejak tahun 2015 mencapai puluhan triliun rupiah,
sehingga memerlukan pengawasan ekstra untuk menghindari
penyalahgunaan dana. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
menyatakan fungsi pengawasan pemerintahan desa terletak pada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pengawasan tersebut, perlu diperkuat
karena dana desa merupakan bagian dari ruang lingkup keuangan negara
yang seharusnya diawasi oleh pengawas keuangan negara. Berdasarkan hal
tersebut, maka jurnal ini akan membahas mengenai peraturan perundang-
undangan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia
dan kewenangan lembaga pengawas pengelolaan keuangan negara dalam
mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan
negara. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lembaga
pengawas Pengelolaan Keuangan Negara yang berwenang mengawasi
pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum
normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Berdasarkan hasil
penelitian, peraturan perundang-undangan terkait lembaga pengawas
pengelolaan dana desa di Indonesia juga diatur pada Peraturan Pemerintah
dan Peraturan Presiden, namun menitikberatkan pengawasan pada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), serta pengawasan yang dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota. Lembaga pengawas pengelolaan
keuangan negara yang berwenang mengawasi pengelolaan dana desa
ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai supreme audit, didasarkan pada ketentuan Pasal 2
dan pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara.
Kata Kunci: Lembaga Pengawas, Dana Desa, Hukum Keuangan Negara
*
Ni Kadek Lisna Adnyani Dewi, adalah Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Udayana, lisnadewi206@gmail.com.
**
I Ketut Rai Setiabudhi, adalah Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Udayana, raisetiabudhi_fhunud@yahoo.com
2
ABSTRACT
The State Budget (APBN) allocated to village funds since 2015 reaches
tens of trilions rupiah, therefore requires extra supervision to avoid abuse.
Law No. 6 of 2014 on Village states that, the supervisory of Village’s
Government is the Village Consultative Board (BPD). The supervision need to
be strengthened because village funds are parts of the state finances scope,
that should be supervise by the state finance supervisory institution. Based on
this matter, the journal will discuss regulatory legislation concerning the
supervisory institution in the village funds management in Indonesia and the
authority of the state financial management supervisory institution in oversee
the management of village funds reviewed from the perspective of State
Finance Law. This writing aims to know and understand the state financial
management supervisory institution authorized to oversee the management of
village funds in the perspective of State Finance Law. The research method
used normative legal research based on statute approach. Based on the
results of research, legislation related to village fund management supervisory
institution in Indonesia also regulated in the Government Regulation and the
Precident Regulation but emphasize the supervision on the BPD beside the
supervision of Regional Inspectorate. The state financial management
supervisory institutions authorized to oversee the management of village funds
reviewed from the perspective of State Finance Law is the Supreme Audit
Board (BPK) as supreme audit, reinforced by the provisions of Article 2 and
Article 3 Paragraph (1) Law No. 15 of 2004 on Audit of Management and
Responsibility of State Finance.
Keywords: Supervisory Institution, Village Fund, State Finance Law
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa adalah organisasi pemerintah yang berhadapan
langsung dengan masyarakat. Keberadaan desa diakui dengan
dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan daerah, sebagaimana
dinyatakan dalam ketentuan pasal 1 angka (1) Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyatakan bahwa desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan
Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3
Desa mempunyai peranan yang sangat strategis khususnya
di bidang pelayanan publik karena dapat membantu pemerintah
dalam memberikan pelayanan yang lebih maksimal bagi
masyarakat, seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat,
pembangunan infrastruktur, serta berbagai hal yang dapat
menunjang perkembangan dan kemajuan desa. Sehingga untuk
mengoptimalkan berjalannya roda pemerintahan desa diperlukan
guliran dana dari negara. Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
dijelaskan mengenai pengertian dana desa yaitu dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (yang
selanjutnya disingkat APBN) yang diperuntukan bagi desa yang
ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (yang
selanjutnya disingkat APBD) Kabupaten/Kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
Dana Desa ditransfer puluhan triliun sejak Tahun 2015.
Diketahui total anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk
dana desa mencapai Rp 127,74 triliun bagi 74.910 desa yang
menerima bantuan. Dengan rincian per tahun yaitu, pada tahun
2015 sebesar Rp. 20,76 triliun, tahun 2016 sebesar Rp. 49,98
triliun, dan pada tahun 2017 sebesar Rp. 60 triliun.1
Dan pada
tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp. 80-120 triliun. Besarnya
dana desa tersebut memerlukan lembaga pengawas yang
wewenangnya dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan
1
Jumadil Awwal, 2018, “Presiden Akui Ada 900 Kades Tersangkut Kasus
Dana Desa”, Republika.co.id,
URL: http://m.republika.co.id/amp_version/oy00if409 diakses tanggal 10
Januari 2018
4
untuk memberikan kepastian hukum dalam mengawasinya.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (yang
selanjutnya disingkat Undang-undang Desa) menyebutkan bahwa
Badan Permusyawaratan Desa (yang selanjutnya disingkat BPD)
mempunyai fungsi pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa baik
menyangkut administrasi maupun keuangan desa, namun
pengawasan tersebut perlu diperkuat karena pada tahun 2017
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (yang selanjutnya disingkat Kementerian Desa PDTT)
mencatat 900 kasus penyalahgunaan dana desa yang dilakukan
oleh Kepala Desa. Sehingga pengawasan oleh BPD perlu diperkuat
dengan lembaga pengawas yang memang mempunyai wewenang
untuk mengawasi pengelolaan dana desa. Bila ditelaah, dana desa
merupakan bagian dari keuangan negara karena berasal dari
APBN, dimana APBN merupakan ruang lingkup dari keuangan
negara sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara. Oleh karena itu, pengawasan
terhadap pengelolaan dana desa haruslah kuat, sehingga lembaga
yang mengawasi pengelolaan keuangan negara seharusnya juga
berperan dalam mengawasi pengelolaan dana desa. Berdasarkan
hal diatas, maka penulis membuat karya ilmiah yang berjudul
“KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA
DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN
NEGARA”.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas,
rumusan masalah yang diangkat yaitu :
1. Bagaimanakah pengaturan terkait lembaga pengawas
pengelolaan dana desa di Indonesia ?
5
2. Bagaimanakah kewenangan lembaga pengawas pengelolaan
keuangan negara dalam mengawasi pengelolaan dana desa
ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaturan terkait
lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia dan untuk
mengetahui kewenangan lembaga pengawas pengelolaan keuangan
negara dalam mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari
perspektif hukum keuangan negara.
II. ISI MAKALAH
2.1 Metode Penelitian
2.1.1 Jenis Penelitian
Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah diatas,
maka jenis penulisan jurnal ilmiah ini adalah penelitian hukum
normatif, karena yang diteliti adalah bahan pustaka atau data
sekunder.2
2.1.2 Jenis Pendekatan
Pendekatan yang diterapkan dalam penulisan ini adalah
Pendekatan perundang-undangan (the statute approach) yaitu
pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-
undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum
yang sedang ditangani.3
2
Soerjono Soekanto, 2015, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III,
Universitas Indonesia Press, Jakarta, h. 52
3
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, h.93.
6
2.1.3 Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum adalah subjek darimana bahan
hukum dapat diperoleh.4
Penulisan ini dilakukan dengan meneliti
bahan pustaka yang merupakan data dasar dalam penelitian
digolongkan sebagai jenis data sekunder.5
Kemudian sumber data
sekunder yang penulis gunakan yaitu bahan hukum primer dan
sekunder. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat yang terdiri dari UUD NRI 1945, Undang-undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa dan peraturan perundang-undangan lain yang
terkait dengan obyek pembahasan. Bahan hukum sekunder yaitu
bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer yakni rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian
seperti jurnal hukum dan buku-buku hukum.
2.1.4 Teknik Pengumpulan Data
Penulisan ini merupakan penelitian hukum normatif sehingga
penulis memilih menggunakan studi kepustakaan sebagai alat
pengumpul data dengan mengumpulkan berbagai bahan yang
relevan dengan permasalahan yang dikaji dalam jurnal ilmiah ini.
2.1.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik Analisis dalam penulisan ini yaitu teknik deksripsi,
dan teknik argumentasi. Yang dimaksud teknik deskripsi yaitu
uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari
4
Suharismi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, h. 107.
5
Soerjono Soekanto, 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, h. 23-24.
7
berbagai proposisi hukum bahkan non hukum. Sedangkan teknik
argumentasi berkaitan dengan teknik evaluasi karena didasarkan
pada alasan yang bersifat penalaran hukum.
2.2 Hasil dan Analisis
2.2.1 Pengaturan terkait Lembaga Pengawas Pengelolaan
Dana Desa di Indonesia
Pengawasan dari segi hukum administrasi negara dimaknai
sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang
dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa
yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.6
Pengawasan terhadap Pengelolaan dana desa sangat penting
untuk mencegah adanya penyalahgunaan dana dari oknum-
oknum tertentu. Pengaturan terkait lembaga Pengawasan
Pengelolaan Dana Desa di Indonesia terutama terdapat dalam
Pasal 55 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
memuat mengenai fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan
Desa terhadap kinerja Kepala Desa. Pengawasan dimaknai sebagai
pengawasan dalam hal penggunaan anggaran yakni pengelolaan
dana desa. Pengaturan terkait Lembaga Pengawas Pengelolaan
Dana Desa di Indonesia, selain Pasal 55 Undang-undang Desa
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Ditinjau dari Pasal 48 huruf c juncto Pasal 51 Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa yang menyatakan bahwa, kepala Desa wajib
menyampaikan laporan keterangan penyelengaraan
pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan
6
Adrian Sutedi, 2010, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, h.
771-772.
8
Desa setiap akhir tahun anggaran yang paling tidak memuat
pelaksanaan peraturan Desa, dimana laporan tersebut akan
digunakan oleh BPD dalam melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap kinerja Kepala Desa.
2. Ditinjau dari Pasal 2 dan 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, yang
menyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan desa meliputi administrasi pemerintahan desa
yang salah satunya dilakukan terhadap keuangan desa
(meliputi dana desa) dimana pengawasan tersebut dilakukan
oleh Pejabat Pengawas Pemerintah pada Inspektorat
Kabupaten/Kota.
3. Ditinjau dari Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa. Pasal 44 ayat (1) menyebutkan bahwa,
Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian
dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi hasil
Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa,
serta pasal 44 ayat (2) menyatakan bahwa, Pemerintah
Kabupaten / Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa. Namun, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota yang dinyatakan dalam
ketentuan pasal tersebut tidaklah spesifik dan masih
mengandung makna yang luas, karena tidak menyebutkan
lembaga atau institusi mana dalam Pemerintah Provinsi
maupun Kabupaten/Kota yang berwenang mengawasi
pengelolaan dana desa.
Berdasarkan paparan diatas, lembaga pengawas yang lebih
dominan disebutkan dalam peraturan perundang-undangan
9
untuk mengawasi pengelolaan dana desa adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa dengan ditetapkan secara demokratis
yang disebut Badan Permusyawaratan Desa (BPD), disamping
pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten/Kota. Peraturan perundang-undangan di Indonesia
terkait lembaga pengawasan pengelolaan dana Desa terbilang
minim, karena menitikberatkan pengawasan pada BPD. Hal ini
akan disinyalir membuka peluang terjadinya penyalahgunaan
dana desa yang berujung pada tindak pidana korupsi.
Berdasarkan hal tersebut Penulis berpandangan bahwa,
pengawasan dana desa perlu diperkuat dan dikoordinir oleh
lembaga pengawas yang mempunyai wewenang untuk
memperkuat pengawasan yang dilakukan oleh BPD.
2.2.2. Kewenangan Lembaga Pengawas Pengelolaan Keuangan
Negara Dalam Mengawasi Pengelolaan Dana Desa
Ditinjau Dari Perspektif Hukum Keuangan Negara
Pengawasan memegang peranan penting dalam memastikan
agar pengelolaan dana desa berjalan dengan akuntabel,
transparan, dan partisipatif demi kemaslahatan umum
masyarakat desa. Pengawasan yang ketat, terkontrol, profesional
dan berintegritas menjadi prasyarat penting, Pengawasan
pengelolaan keuangan desa sesungguhnya diawasi secara berlapis
oleh banyak pihak.7
Apabila ditelaah dari perspektif hukum
keuangan negara, dana desa merupakan bagian dari keuangan
negara karena berasal dari APBN yang ditransfer ke APBD
7
Reflay Ade Sagita dan Widayati, 2017, “Pengawasan Penggunaan Dana
Transfer Untuk Menjamin Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di
Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas UNISULLA,
Semarang, h. 299-300.
10
kemudian dialokasikan ke Desa menjadi APBDes. Sehingga
lembaga pengawas pengelolaan dana desa seharusnya adalah
lembaga yang mengawasi pengelolaan keuangan negara. Hukum
keuangan negara mengenal dua jenis pengawasan dalam
pengelolaan keuangan negara menurut ruang lingkupnya yaitu
pengawasan intern (internal control) dan pengawasan ekstern
(extern control). Pengawasan Intern adalah pengawasan yang
dilakukan oleh unit pengawas intern organisasi yang diawasi,
dimana tugasnya adalah membantu fungsi pengawasan pimpinan
organisasi serta membantu menyusun laporan pelaksanaan
kegiatan organisasi, dengan membentuk suatu organisasi khusus
yang menangani secara menyeluruh pengawasan terhadap
pelaksanaan anggaran negara.8
Pengawasan intern pengelolaan
keuangan negara dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional
yang terdiri dari:
1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang
merupakan aparat pengawasan internal pemerintah;
2. Inspektorat Jenderal Departemen yang merupakan aparat
pengawasan internal departemen yang bersangkutan;
3. Inspektorat Daerah Provinsi yang merupakan aparat
pengawasan internal pemerintah daerah tingkat I yang
bersangkutan;
4. Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota yang merupakan aparat
pengawasan internal pemerintah daerah tingkat II/ kotamadya
yang bersangkutan.9
Penekanan pengawasan intern ditekankan pada BPKP
karena merupakan koordinator dari pengawas internal
8
Adrian Sutedi, op.cit, h. 176.
9
Arifin P. Soeria Atmadja, 2010, Keuangan Publik Dalam Persfektif
Hukum: Teori, Praktik dan Kritik, Cetakan II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
h.234.
11
dibawahnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (APIP) yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden dan berwenang
melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: kegiatan yang bersifat
lintas sekoral, kegiatan kebendaharaan umum negara
berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara dan kegiatan lain berdasarkan penugasan lain dari
Presiden. Kemudian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menyatakan bahwa BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan
keuangan negara/daerah dan pembangunan Nasional. Terkait
dengan kewenangan dalam mengawasi dana desa, belum ada
aturan secara spesifik yang mengatur mengenai wewenang BPKP,
karena peraturan yang menyangkut BPKP masih sebatas
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. BPKP dibentuk
Pemerintah Orde Baru dengan struktur organisasi yang
menjangkau ke seluruh daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia, namun BPKP melakukan pengawasan hanya
dari segi kegiatan pemerintahan dan pembangunan.10
Pengawasan eksternal yaitu pengawasan yang dilakukan
oleh badan yang terdapat di luar lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan. Pengawasan ini dilakukan oleh suatu badan yang
ditetapkan dalam Pasal 23 ayat (5) UUD NRI 1945 yang
menyatakan bahwa, “untuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-undang, hasil
10
Riawan Tjandra, 2009, Hukum Keuangan Negara, PT. Grasindo,
Jakarta, h.23
12
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.”
Dengan ketentuan tersebut, secara filosofis tugas yang diatur UUD
NRI 1945 kepada Badan Pemeriksa Keuangan (yangs elanjutnya
dissingkat BPK), yaitu sebagai salah satu lembaga tinggi negara
yang ditekankan pada supreme audit. Serta Komisi Pemberantas
Korupsi (KPK) sebagai suatu lembaga ekstrastruktural (state
auxiliary agency) dalam hal terdapat indikasi kuat dilakukannya
tindak pidana korupsi.11
Dalam hukum keuangan negara,
penekanan pengawasan eksternal yaitu terletak pada Badan
Pemeiksa Keuangan (BPK). Wewenang BPK terdapat pada
ketentuan Pasal 2 dan pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara, menyatakan bahwa BPK diberikan
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan
negara yang meliputi seluruh unsur keuangan negara,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dimana salah satu ruang
lingkupnya adalah APBN yang merupakan sumber dari dana desa.
Sehingga dana desa merupakan bagian dari keuangan negara yang
wajib diawasi dan diaudit oleh BPK, sebagai lembaga yang
membantu pengawasan yang dilakukan oleh BPD, namun untuk
mengefisiensikan dana dan waktu, pengawasan dilakukan secara
sampling audit berbasis resiko dengan mempertimbangkan tingkat
resiko dan rawannya penyalahgunaan dana desa yang ada di
setiap daerah di Indonesia. Dengan kedudukannya tersebut, BPK
sebagai lembaga pengawas yang “makro strategis”, yang secara
filosofis BPK seharusnya memandang keuangan negara dari
persfektif “hutannya” keuangan negara, bukan “jenis kayunya”
11
Ibid, h. 145.
13
keuangan negara. Dengan demikian, tujuan utama untuk
memeriksa tanggungjawab keuangan negara secara agregat dapat
terpenuhi, disamping menilai kinerja berdasarkan kebijakan mikro
maupun makro ekonomi.12
Dalam menjalankan fungsinya BPK
dapat menjalin kerjasama dengan aparat pengawas intern, yakni
BPD melalui mekanisme koordinasi.
III. Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Pengaturan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa
di Indonesia, selain diatur dalam Undang-undang Desa, juga
diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014, Permendagri Nomor 7 Tahun 2008
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta Permendagri Nomor
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang
menitikberatkan pengawasan dana desa pada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), disamping pengawasan yang
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota.
2. Dana desa bersumber dari APBN yang merupakan unsur dari
keuangan negara, sehingga wajib diawasi oleh pengawas
pengelolaan keuangan negara. Dalam Hukum Keuangan
Negara dikenal dua jenis pengawasan menurut ruang
lingkupnya yaitu internal (BPKP) dan eksternal (BPK). Dari
kedua lembaga tersebut yang berwenang mengawasi dana desa
adalah Badan pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai supreme
audit, didasarkan pada ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1)
12
Ibid, h. 270.
14
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara,
menyatakan bahwa BPK diberikan kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara yang
meliputi seluruh unsur keuangan negara. Dari ketentuan
tersebut, dana desa juga merupakan bagian dari “seluruh
keuangan negara” yang dimaksud. Namun untuk
mengefisiensikan dana dan waktu, pengawasan yang
dilakukan BPK, secara sampling audit berbasis resiko dengan
mempertimbangkan tingkat resiko dan kerawanan
penyalahgunaan dana desa melalui mekanisme koordinasi
dengan BPD sebagai lembaga pengawas intern desa.
3.2 Saran
Pemerintah selaku penyusun peraturan perundang-
undangan perlu menyusun peraturan tentang pengawasan terkait
alokasi dana dari APBN ke desa, yang mengamanatkan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga yang membantu BPD
dalam mengawasi dan mengaudit pengelolaan dana desa melalui
mekanisme koordinasi dengan BPD.
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Arikunto, Suharismi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Marzuki, Peter Mahmud, 2009, Penelitian Hukum, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Soekanto, Soerjono 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
, 2015, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Atmadja, Arifin P. Soeria 2010, Keuangan Publik Dalam Persfektif
Hukum: Teori, Praktik dan Kritik, Cet. II, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
15
Sutedi, Adrian, 2010, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika,
Jakarta.
Tjandra, Riawan, 2009, Hukum Keuangan Negara, PT Grasindo,
Jakarta.
2. Artikel
Reflay Ade Sagita dan Widayati, 2017, “Pengawasan Penggunaan
Dana Transfer Untuk Menjamin Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa Di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas UNISULLA, Semarang.
3. Internet
Jumadil Awwal, 2018, “Presiden Akui Ada 900 Kades Tersangkut
Kasus Dana Desa”, Republika.co.id, URL:
http://m.republika.co.id/amp_version/oy00if409 diakses
tanggal 10 Januari 2018.
4. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495).
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286).
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717).
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
16
Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5694).
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890).
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 400)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Negara.

More Related Content

What's hot

Penj uu ri_3_2004
Penj uu ri_3_2004Penj uu ri_3_2004
Penj uu ri_3_2004kpwbi
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogorPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogorNurAlliviaShalsaOcta
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik MiaJauhariah
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliYohannes Halawa
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiTiaApriani3
 
Perimbangan kekuasaan
Perimbangan kekuasaanPerimbangan kekuasaan
Perimbangan kekuasaanLana Karyatna
 
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...ginasyarifah2
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahIyens Syeikhbu
 
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaPerimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaHIA Class.
 
naskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkapnaskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkapImam Mukhlasin
 
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdfKelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdfAdindaMaharani14
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerahbarita
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...Arifuddin Ali
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
 

What's hot (20)

Penj uu ri_3_2004
Penj uu ri_3_2004Penj uu ri_3_2004
Penj uu ri_3_2004
 
Paper apem (kelompok)
Paper apem (kelompok)Paper apem (kelompok)
Paper apem (kelompok)
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogorPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
 
Perimbangan kekuasaan
Perimbangan kekuasaanPerimbangan kekuasaan
Perimbangan kekuasaan
 
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
Analisis penyajian dan penerapat laporan keuangan kab. bogor berdasarkan stan...
 
Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)
 
Perimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerahPerimbangan pusat dan daerah
Perimbangan pusat dan daerah
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaPerimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
 
naskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkapnaskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkap
 
Uu 03 2001
Uu 03 2001Uu 03 2001
Uu 03 2001
 
Jejak-Jejak Nawacita
Jejak-Jejak NawacitaJejak-Jejak Nawacita
Jejak-Jejak Nawacita
 
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdfKelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
Kelompok(1) 4B-Akuntansi_TugasASP2. pdf
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerah
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 

Similar to Garuda1336190

Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...Syukriy Abdullah
 
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Blk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkBlk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkRisa Martia
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2eli priyatna laidan
 
Presentasi uu otoritas jasa keuangan
Presentasi uu otoritas jasa keuanganPresentasi uu otoritas jasa keuangan
Presentasi uu otoritas jasa keuanganArif Kurniawan
 
Resume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraResume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraNaufal Adzkieyha
 
1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdf1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdfNurItrayani
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaYadhi Muqsith
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraMuhammad Rafi Kambara
 
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...Andy Susanto
 
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optBuku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optwedusputih
 
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdfPenjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdfHIRONIMUSATOK1
 
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Researcher Syndicate68
 

Similar to Garuda1336190 (20)

Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
Analisis kesiapan perangkat kampung dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan ka...
 
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
 
Dimana Peran BUMN ?
Dimana Peran BUMN ?Dimana Peran BUMN ?
Dimana Peran BUMN ?
 
Materi pkn kls xii bab 2
Materi pkn kls xii bab 2Materi pkn kls xii bab 2
Materi pkn kls xii bab 2
 
Blk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkBlk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojk
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2
Rencana pelaksanaan pembelajaran pkn xii kur 2013 bab 2
 
Presentasi uu otoritas jasa keuangan
Presentasi uu otoritas jasa keuanganPresentasi uu otoritas jasa keuangan
Presentasi uu otoritas jasa keuangan
 
Resume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraResume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negara
 
1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdf1023-3450-1-SM.pdf
1023-3450-1-SM.pdf
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Kajian RUU Desa
Kajian RUU DesaKajian RUU Desa
Kajian RUU Desa
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
Peran Bhabinkamtibmas dalam pencegahan, pengawasan & penanganan korupsi dana ...
 
Coba-Coba Dana Desa
Coba-Coba Dana DesaCoba-Coba Dana Desa
Coba-Coba Dana Desa
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_optBuku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
Buku pintar-dana-desa-221117 1630-web_opt
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa
 
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdfPenjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
Penjelasan 3 Ranperda Sidang III 2021 ok.pdf
 
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
 

Recently uploaded

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

Garuda1336190

  • 1. 1 KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA Oleh: Ni Kadek Lisna Adnyani Dewi* I Ketut Rai Setiabudhi** Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan menjadi dana desa sejak tahun 2015 mencapai puluhan triliun rupiah, sehingga memerlukan pengawasan ekstra untuk menghindari penyalahgunaan dana. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan fungsi pengawasan pemerintahan desa terletak pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pengawasan tersebut, perlu diperkuat karena dana desa merupakan bagian dari ruang lingkup keuangan negara yang seharusnya diawasi oleh pengawas keuangan negara. Berdasarkan hal tersebut, maka jurnal ini akan membahas mengenai peraturan perundang- undangan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia dan kewenangan lembaga pengawas pengelolaan keuangan negara dalam mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lembaga pengawas Pengelolaan Keuangan Negara yang berwenang mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Berdasarkan hasil penelitian, peraturan perundang-undangan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia juga diatur pada Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, namun menitikberatkan pengawasan pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota. Lembaga pengawas pengelolaan keuangan negara yang berwenang mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai supreme audit, didasarkan pada ketentuan Pasal 2 dan pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Kata Kunci: Lembaga Pengawas, Dana Desa, Hukum Keuangan Negara * Ni Kadek Lisna Adnyani Dewi, adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana, lisnadewi206@gmail.com. ** I Ketut Rai Setiabudhi, adalah Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana, raisetiabudhi_fhunud@yahoo.com
  • 2. 2 ABSTRACT The State Budget (APBN) allocated to village funds since 2015 reaches tens of trilions rupiah, therefore requires extra supervision to avoid abuse. Law No. 6 of 2014 on Village states that, the supervisory of Village’s Government is the Village Consultative Board (BPD). The supervision need to be strengthened because village funds are parts of the state finances scope, that should be supervise by the state finance supervisory institution. Based on this matter, the journal will discuss regulatory legislation concerning the supervisory institution in the village funds management in Indonesia and the authority of the state financial management supervisory institution in oversee the management of village funds reviewed from the perspective of State Finance Law. This writing aims to know and understand the state financial management supervisory institution authorized to oversee the management of village funds in the perspective of State Finance Law. The research method used normative legal research based on statute approach. Based on the results of research, legislation related to village fund management supervisory institution in Indonesia also regulated in the Government Regulation and the Precident Regulation but emphasize the supervision on the BPD beside the supervision of Regional Inspectorate. The state financial management supervisory institutions authorized to oversee the management of village funds reviewed from the perspective of State Finance Law is the Supreme Audit Board (BPK) as supreme audit, reinforced by the provisions of Article 2 and Article 3 Paragraph (1) Law No. 15 of 2004 on Audit of Management and Responsibility of State Finance. Keywords: Supervisory Institution, Village Fund, State Finance Law 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa adalah organisasi pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Keberadaan desa diakui dengan dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan daerah, sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyatakan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • 3. 3 Desa mempunyai peranan yang sangat strategis khususnya di bidang pelayanan publik karena dapat membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan yang lebih maksimal bagi masyarakat, seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan infrastruktur, serta berbagai hal yang dapat menunjang perkembangan dan kemajuan desa. Sehingga untuk mengoptimalkan berjalannya roda pemerintahan desa diperlukan guliran dana dari negara. Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dijelaskan mengenai pengertian dana desa yaitu dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (yang selanjutnya disingkat APBN) yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (yang selanjutnya disingkat APBD) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana Desa ditransfer puluhan triliun sejak Tahun 2015. Diketahui total anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk dana desa mencapai Rp 127,74 triliun bagi 74.910 desa yang menerima bantuan. Dengan rincian per tahun yaitu, pada tahun 2015 sebesar Rp. 20,76 triliun, tahun 2016 sebesar Rp. 49,98 triliun, dan pada tahun 2017 sebesar Rp. 60 triliun.1 Dan pada tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp. 80-120 triliun. Besarnya dana desa tersebut memerlukan lembaga pengawas yang wewenangnya dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan 1 Jumadil Awwal, 2018, “Presiden Akui Ada 900 Kades Tersangkut Kasus Dana Desa”, Republika.co.id, URL: http://m.republika.co.id/amp_version/oy00if409 diakses tanggal 10 Januari 2018
  • 4. 4 untuk memberikan kepastian hukum dalam mengawasinya. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (yang selanjutnya disingkat Undang-undang Desa) menyebutkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa (yang selanjutnya disingkat BPD) mempunyai fungsi pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa baik menyangkut administrasi maupun keuangan desa, namun pengawasan tersebut perlu diperkuat karena pada tahun 2017 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (yang selanjutnya disingkat Kementerian Desa PDTT) mencatat 900 kasus penyalahgunaan dana desa yang dilakukan oleh Kepala Desa. Sehingga pengawasan oleh BPD perlu diperkuat dengan lembaga pengawas yang memang mempunyai wewenang untuk mengawasi pengelolaan dana desa. Bila ditelaah, dana desa merupakan bagian dari keuangan negara karena berasal dari APBN, dimana APBN merupakan ruang lingkup dari keuangan negara sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Oleh karena itu, pengawasan terhadap pengelolaan dana desa haruslah kuat, sehingga lembaga yang mengawasi pengelolaan keuangan negara seharusnya juga berperan dalam mengawasi pengelolaan dana desa. Berdasarkan hal diatas, maka penulis membuat karya ilmiah yang berjudul “KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA”. 1.2 Rumusan Masalah Dengan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, rumusan masalah yang diangkat yaitu : 1. Bagaimanakah pengaturan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia ?
  • 5. 5 2. Bagaimanakah kewenangan lembaga pengawas pengelolaan keuangan negara dalam mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaturan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia dan untuk mengetahui kewenangan lembaga pengawas pengelolaan keuangan negara dalam mengawasi pengelolaan dana desa ditinjau dari perspektif hukum keuangan negara. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian 2.1.1 Jenis Penelitian Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka jenis penulisan jurnal ilmiah ini adalah penelitian hukum normatif, karena yang diteliti adalah bahan pustaka atau data sekunder.2 2.1.2 Jenis Pendekatan Pendekatan yang diterapkan dalam penulisan ini adalah Pendekatan perundang-undangan (the statute approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang- undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.3 2 Soerjono Soekanto, 2015, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, Universitas Indonesia Press, Jakarta, h. 52 3 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h.93.
  • 6. 6 2.1.3 Sumber Bahan Hukum Sumber bahan hukum adalah subjek darimana bahan hukum dapat diperoleh.4 Penulisan ini dilakukan dengan meneliti bahan pustaka yang merupakan data dasar dalam penelitian digolongkan sebagai jenis data sekunder.5 Kemudian sumber data sekunder yang penulis gunakan yaitu bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari UUD NRI 1945, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan obyek pembahasan. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yakni rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian seperti jurnal hukum dan buku-buku hukum. 2.1.4 Teknik Pengumpulan Data Penulisan ini merupakan penelitian hukum normatif sehingga penulis memilih menggunakan studi kepustakaan sebagai alat pengumpul data dengan mengumpulkan berbagai bahan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dalam jurnal ilmiah ini. 2.1.5 Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik Analisis dalam penulisan ini yaitu teknik deksripsi, dan teknik argumentasi. Yang dimaksud teknik deskripsi yaitu uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari 4 Suharismi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, h. 107. 5 Soerjono Soekanto, 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, h. 23-24.
  • 7. 7 berbagai proposisi hukum bahkan non hukum. Sedangkan teknik argumentasi berkaitan dengan teknik evaluasi karena didasarkan pada alasan yang bersifat penalaran hukum. 2.2 Hasil dan Analisis 2.2.1 Pengaturan terkait Lembaga Pengawas Pengelolaan Dana Desa di Indonesia Pengawasan dari segi hukum administrasi negara dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.6 Pengawasan terhadap Pengelolaan dana desa sangat penting untuk mencegah adanya penyalahgunaan dana dari oknum- oknum tertentu. Pengaturan terkait lembaga Pengawasan Pengelolaan Dana Desa di Indonesia terutama terdapat dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang memuat mengenai fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa terhadap kinerja Kepala Desa. Pengawasan dimaknai sebagai pengawasan dalam hal penggunaan anggaran yakni pengelolaan dana desa. Pengaturan terkait Lembaga Pengawas Pengelolaan Dana Desa di Indonesia, selain Pasal 55 Undang-undang Desa tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Ditinjau dari Pasal 48 huruf c juncto Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa, kepala Desa wajib menyampaikan laporan keterangan penyelengaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan 6 Adrian Sutedi, 2010, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, h. 771-772.
  • 8. 8 Desa setiap akhir tahun anggaran yang paling tidak memuat pelaksanaan peraturan Desa, dimana laporan tersebut akan digunakan oleh BPD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa. 2. Ditinjau dari Pasal 2 dan 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, yang menyatakan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa meliputi administrasi pemerintahan desa yang salah satunya dilakukan terhadap keuangan desa (meliputi dana desa) dimana pengawasan tersebut dilakukan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah pada Inspektorat Kabupaten/Kota. 3. Ditinjau dari Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Pasal 44 ayat (1) menyebutkan bahwa, Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa, serta pasal 44 ayat (2) menyatakan bahwa, Pemerintah Kabupaten / Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Namun, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dinyatakan dalam ketentuan pasal tersebut tidaklah spesifik dan masih mengandung makna yang luas, karena tidak menyebutkan lembaga atau institusi mana dalam Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang berwenang mengawasi pengelolaan dana desa. Berdasarkan paparan diatas, lembaga pengawas yang lebih dominan disebutkan dalam peraturan perundang-undangan
  • 9. 9 untuk mengawasi pengelolaan dana desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa dengan ditetapkan secara demokratis yang disebut Badan Permusyawaratan Desa (BPD), disamping pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan perundang-undangan di Indonesia terkait lembaga pengawasan pengelolaan dana Desa terbilang minim, karena menitikberatkan pengawasan pada BPD. Hal ini akan disinyalir membuka peluang terjadinya penyalahgunaan dana desa yang berujung pada tindak pidana korupsi. Berdasarkan hal tersebut Penulis berpandangan bahwa, pengawasan dana desa perlu diperkuat dan dikoordinir oleh lembaga pengawas yang mempunyai wewenang untuk memperkuat pengawasan yang dilakukan oleh BPD. 2.2.2. Kewenangan Lembaga Pengawas Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Mengawasi Pengelolaan Dana Desa Ditinjau Dari Perspektif Hukum Keuangan Negara Pengawasan memegang peranan penting dalam memastikan agar pengelolaan dana desa berjalan dengan akuntabel, transparan, dan partisipatif demi kemaslahatan umum masyarakat desa. Pengawasan yang ketat, terkontrol, profesional dan berintegritas menjadi prasyarat penting, Pengawasan pengelolaan keuangan desa sesungguhnya diawasi secara berlapis oleh banyak pihak.7 Apabila ditelaah dari perspektif hukum keuangan negara, dana desa merupakan bagian dari keuangan negara karena berasal dari APBN yang ditransfer ke APBD 7 Reflay Ade Sagita dan Widayati, 2017, “Pengawasan Penggunaan Dana Transfer Untuk Menjamin Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas UNISULLA, Semarang, h. 299-300.
  • 10. 10 kemudian dialokasikan ke Desa menjadi APBDes. Sehingga lembaga pengawas pengelolaan dana desa seharusnya adalah lembaga yang mengawasi pengelolaan keuangan negara. Hukum keuangan negara mengenal dua jenis pengawasan dalam pengelolaan keuangan negara menurut ruang lingkupnya yaitu pengawasan intern (internal control) dan pengawasan ekstern (extern control). Pengawasan Intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh unit pengawas intern organisasi yang diawasi, dimana tugasnya adalah membantu fungsi pengawasan pimpinan organisasi serta membantu menyusun laporan pelaksanaan kegiatan organisasi, dengan membentuk suatu organisasi khusus yang menangani secara menyeluruh pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran negara.8 Pengawasan intern pengelolaan keuangan negara dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional yang terdiri dari: 1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan aparat pengawasan internal pemerintah; 2. Inspektorat Jenderal Departemen yang merupakan aparat pengawasan internal departemen yang bersangkutan; 3. Inspektorat Daerah Provinsi yang merupakan aparat pengawasan internal pemerintah daerah tingkat I yang bersangkutan; 4. Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota yang merupakan aparat pengawasan internal pemerintah daerah tingkat II/ kotamadya yang bersangkutan.9 Penekanan pengawasan intern ditekankan pada BPKP karena merupakan koordinator dari pengawas internal 8 Adrian Sutedi, op.cit, h. 176. 9 Arifin P. Soeria Atmadja, 2010, Keuangan Publik Dalam Persfektif Hukum: Teori, Praktik dan Kritik, Cetakan II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.234.
  • 11. 11 dibawahnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (APIP) yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden dan berwenang melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: kegiatan yang bersifat lintas sekoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan kegiatan lain berdasarkan penugasan lain dari Presiden. Kemudian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan menyatakan bahwa BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan Nasional. Terkait dengan kewenangan dalam mengawasi dana desa, belum ada aturan secara spesifik yang mengatur mengenai wewenang BPKP, karena peraturan yang menyangkut BPKP masih sebatas Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. BPKP dibentuk Pemerintah Orde Baru dengan struktur organisasi yang menjangkau ke seluruh daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, namun BPKP melakukan pengawasan hanya dari segi kegiatan pemerintahan dan pembangunan.10 Pengawasan eksternal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh badan yang terdapat di luar lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan ini dilakukan oleh suatu badan yang ditetapkan dalam Pasal 23 ayat (5) UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa, “untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-undang, hasil 10 Riawan Tjandra, 2009, Hukum Keuangan Negara, PT. Grasindo, Jakarta, h.23
  • 12. 12 pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.” Dengan ketentuan tersebut, secara filosofis tugas yang diatur UUD NRI 1945 kepada Badan Pemeriksa Keuangan (yangs elanjutnya dissingkat BPK), yaitu sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang ditekankan pada supreme audit. Serta Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) sebagai suatu lembaga ekstrastruktural (state auxiliary agency) dalam hal terdapat indikasi kuat dilakukannya tindak pidana korupsi.11 Dalam hukum keuangan negara, penekanan pengawasan eksternal yaitu terletak pada Badan Pemeiksa Keuangan (BPK). Wewenang BPK terdapat pada ketentuan Pasal 2 dan pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara, menyatakan bahwa BPK diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara yang meliputi seluruh unsur keuangan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dimana salah satu ruang lingkupnya adalah APBN yang merupakan sumber dari dana desa. Sehingga dana desa merupakan bagian dari keuangan negara yang wajib diawasi dan diaudit oleh BPK, sebagai lembaga yang membantu pengawasan yang dilakukan oleh BPD, namun untuk mengefisiensikan dana dan waktu, pengawasan dilakukan secara sampling audit berbasis resiko dengan mempertimbangkan tingkat resiko dan rawannya penyalahgunaan dana desa yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dengan kedudukannya tersebut, BPK sebagai lembaga pengawas yang “makro strategis”, yang secara filosofis BPK seharusnya memandang keuangan negara dari persfektif “hutannya” keuangan negara, bukan “jenis kayunya” 11 Ibid, h. 145.
  • 13. 13 keuangan negara. Dengan demikian, tujuan utama untuk memeriksa tanggungjawab keuangan negara secara agregat dapat terpenuhi, disamping menilai kinerja berdasarkan kebijakan mikro maupun makro ekonomi.12 Dalam menjalankan fungsinya BPK dapat menjalin kerjasama dengan aparat pengawas intern, yakni BPD melalui mekanisme koordinasi. III. Penutup 3.1 Kesimpulan 1. Pengaturan terkait lembaga pengawas pengelolaan dana desa di Indonesia, selain diatur dalam Undang-undang Desa, juga diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Permendagri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang menitikberatkan pengawasan dana desa pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD), disamping pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota. 2. Dana desa bersumber dari APBN yang merupakan unsur dari keuangan negara, sehingga wajib diawasi oleh pengawas pengelolaan keuangan negara. Dalam Hukum Keuangan Negara dikenal dua jenis pengawasan menurut ruang lingkupnya yaitu internal (BPKP) dan eksternal (BPK). Dari kedua lembaga tersebut yang berwenang mengawasi dana desa adalah Badan pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai supreme audit, didasarkan pada ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) 12 Ibid, h. 270.
  • 14. 14 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara, menyatakan bahwa BPK diberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara yang meliputi seluruh unsur keuangan negara. Dari ketentuan tersebut, dana desa juga merupakan bagian dari “seluruh keuangan negara” yang dimaksud. Namun untuk mengefisiensikan dana dan waktu, pengawasan yang dilakukan BPK, secara sampling audit berbasis resiko dengan mempertimbangkan tingkat resiko dan kerawanan penyalahgunaan dana desa melalui mekanisme koordinasi dengan BPD sebagai lembaga pengawas intern desa. 3.2 Saran Pemerintah selaku penyusun peraturan perundang- undangan perlu menyusun peraturan tentang pengawasan terkait alokasi dana dari APBN ke desa, yang mengamanatkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga yang membantu BPD dalam mengawasi dan mengaudit pengelolaan dana desa melalui mekanisme koordinasi dengan BPD. IV. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Arikunto, Suharismi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Marzuki, Peter Mahmud, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Soekanto, Soerjono 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. , 2015, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Atmadja, Arifin P. Soeria 2010, Keuangan Publik Dalam Persfektif Hukum: Teori, Praktik dan Kritik, Cet. II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
  • 15. 15 Sutedi, Adrian, 2010, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta. Tjandra, Riawan, 2009, Hukum Keuangan Negara, PT Grasindo, Jakarta. 2. Artikel Reflay Ade Sagita dan Widayati, 2017, “Pengawasan Penggunaan Dana Transfer Untuk Menjamin Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa Di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas UNISULLA, Semarang. 3. Internet Jumadil Awwal, 2018, “Presiden Akui Ada 900 Kades Tersangkut Kasus Dana Desa”, Republika.co.id, URL: http://m.republika.co.id/amp_version/oy00if409 diakses tanggal 10 Januari 2018. 4. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495). Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400). Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
  • 16. 16 Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890). Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 400) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Negara.