1. Oleh
Nyoman N. Suryadiputra
Disampaikan dalam
Konferensi Pers di Jakarta , Rabu 21 Oktober 2015
Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan
Kunci Mencegah Bencana Kebakaran dan Asap
2. Gambut : timbunan bahan organik dengan kandungan air sangat
besar
Thickness
Mineral Soil
Organik matterRiver River
< 1m < 1m> 3m
Peatland in Indonesia = 21 Juta Ha (1,600 ton
C/ha) or total 33.7 Gt C; peats not mining
commodity but living support’s ecosystem …
80% - 90% WATER !!
peatland
BIODIVERSITY
LANDSCAPE
UNIQUENESS
mineral forest Mangove
+ peat
Water Volume in Indonesia peatland > 1
trillion M3 (assume peat depth avg 5 m,
total area 20 Mill Ha), it feeds the rivers
3. 7.2 mill Ha = 18.8 GT C
Sebaran Lahan Gambut di Sumatera, Kalimantan, Papua
Total Lahan Gambut Indonesia 21 Juta Ha = 33.7 GT Carbon
5.8 mill Ha = 11.3 GT C
4. Air gambut < 10 cm dari permukaan
(Kerumutan, Riau Feb 2015. Foto by
Nyoman Suryadiputra)
Pintu Saluran Air tidak berfungsi
(Pelalawan, Riau Feb 2015. Foto by
Suryadiputra)
Tantangan PP 71/2014
5. Drainase -> Subsidence -> Kering -> Terbakar -> emisi GHG
Permasalahan Gambut Sangat Kompleks
Depresi /Cekungan -> genangan/Banjir
Kering
dan
terbakar
subsiden: 5.2 cm/y at 0.7 m drainage depth
Subsiden tanaman
tumbang
Akibat kebakaran berulang, lahan
gambut jadi danau
6. Sumber : Peter Lim (March 2014)
Pajang saluran 200 meter/ Ha
Kalau ada 10 juta Ha konsesi, maka panjang saluran = 2 juta km
7. 15 June 2013, WorldView 2
Kab. Rokan Hulu (Terbakar: secondary swamp forest, oil palm
plantation, forest plantation, and log over area)
Ada kanal
ada
kebakaran
Saran:
SEGERA
TUTUP/
BENDUNG
Kanal-kanal
ini
8. Kanal :
• Digunakan untuk drainase (menurunkan/
membuang muka air tanah gambut)
• Juga dipakai untuk media transportasi air
• Penyebab gambut jadi kering akhirnya
mudah terbakar
• Penyebab gambut mengalami subsiden
akhirnya kebanjiran
Jangan bangun kanal
di lahan gambut
9. Sumber : Peter Lim (March 2014)
(salah satu dampak dari subsidence)
10. Dampak Subsidence Terhadap Perkebunan Sawit
Kebun sawit
tergenang di
Pelalawan Riau.
Foto @
Suryadiputra
Feb 2015
Subsidence
menyebabkan
depresi lahan
gambut akhirnya
tergenang.
Kerumutan, Riau
Foto: Suryadiputra
Feb 2015
Sumber Suryadiputra ( Feb 2015)
Sumber Suryadiputra ( Feb 2015)
11. Indikator Subsidence : Pokok Sawit Miring
(Pelalawan, Riau & Jambi)
Sumber Suryadiputra ( Feb 2014)
Sumber Dian Afriyanti (Jambi, 2013)Sumber WII (Mamuju Sulbar Feb 2010)
Sumber Suryadiputra (Riau 2008)
12. Leaning Oil Palm Trees in Peatland area and its Productivity (4 - 19 years old trees)
measured in 2008 Leaning trees
Planted at
Year
Tree
Age
(year) Area (Ha) No. of Trees
No. of total
Leaning trees
% leaning
from total
% productive of
lean trees
% non
productive of
lean trees
Productivity ton
TBS/ha
1990 19 612 79,314 62,241 78 77 23 20.20
1991 18 489 62,143 49,343 79 78 22 21.13
1992 17 214 27,646 17,685 64 62 38 21.85
1993 16 69 8,649 6,504 75 75 25 17.80
1996 13 67 9,078 8,772 97 93 7 25.10
1997 12 127 16,947 15,160 89 86 14 22.14
1998 11 170 22,736 20,514 90 87 13 15.85
1999 10 164 21,969 19,602 89 84 16 14.15
2001 8 601 81,123 68,639 85 96 4 10.93
2002 7 670 94,076 61,699 66 97 3 8.18
2004 5 18 2,574 1,442 56 53 47 7.19
2005 4 586 82,986 2,389 3 3 97 2.70
3,787 509,241 333,989 66
No peat depth & no ground water table data available
Not yet exceed 1 planting rotation
Umur Sawit, %-tase doyong dan dampaknya terhadap produktivitas
(Lokasi : Pelalawan Riau, Luas area Tanam 4000 Ha
13. Indikator Subsidence : Bangunan Miring
(Kota Banjarmasin, Kalsel. Foto @Suryadiputra, Juni 2014)
14. Embung di lahan gambut (foto oleh
Teten Masduki 11 Oct 2015)
Embung di lahan gambut (foto oleh
Nyoman Suryadiputra 2010, Kalteng)
Manfaat Tandon/Embung:
• Cadangan air untuk pemadaman
api
• Air dikumpulkan saat musim
hujan (hindari mompa dari
sungai, mahal)
• Sebaiknya kedap / tidak leakage
(lapisi plastik/terpauline)
• Dibangun sebelum kejadian
kebakaran
• Lokasi harus strategis , dekat
lokasi yang diantisipasi rawan
terbakar (terutama pada type
gambut Fibrik)
• Dimensi ukuran disesuaikan
kebutuhan (makin tebal gambut
yang rawan terbakar, makin luas
dan dalam tandon yang
dibangun)
• Agar setiap konsesi kebun sawit
dan HTI diwajibkan punya
tandon-tandon, juga di dalam
kawasan Konservasi
Kolam penampung air untuk antisipasi
kebakaran dan timbunan kayu tua hasil galian
lahan gambut
15. Lokasi Gambut bekas
terbakar, masih menyisakan
tunggul/ batang pohon mati
yang siap terbakar kembali
saat kemarau y.a.dCagar Alam Tanjung Panjang di
bongkar untuk tambak udang/ikan
Gorontalo, Sulawesi, Oct 2013
Riau
18. Di kabupaten Indragiri Hilir, terutama di
Tembilahan kini lebih dari 100 ribu hektar
areal perkebunan kelapa dilaporkan
terkena intrusi air laut/ tergenang banjir.
http://www.segmennews.com/2014/06/ribu
an-hektare-kebun-kelapa-di-inhil-terkena-
intrusi-air-laut).
Kebon sawit di Desa Ujung Tanjung,
Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten
Rokan Hilir. Dahulunya lokasi ini
gambut dangkal, kini tanah mineral
terekspose dan sering banjir (sd 60
cm), produksi TBS 1 ton/ Ha
Banjir di Simpang
Bangko, Sepahat
Riau, selama 3
bulan, tinggi air
maks 50 cm
19. Langkah – langkah ke depan untuk mencegah
kebakaran di lahan gambut …. 1
• Petakan seluruh lahan gambut dan non gambut, baik
milik pemerintah, swasta, adat maupun individu (yang
potensial akan dialih fungsikan untuk jadi lahan
perkebunan; indikasi lokasi tidak jauh dari Mills PKS,
pertanian dan HTI). Silahkan acu peta lahan gambut
terdegradasi yang diterbitkan BPSDLP-KemTan 2013.
• Petakan titik – titik lokasi MILLS pengolahan kelapa sawit
(kordinat, nama desa, nama pemilik usaha), sebagai
indikasi akan terjadinya potensi pembukaan lahan di
sekitarnya untuk kebun sawit
20. IUP-P kapasitas 5 ton
TBS/jam (120 ton/hari).
Produksi TBS oleh kebon
sendiri (misal: 24 ton
TBS/hari, 20%). Sisanya
96 ton TBS dari Swadaya
Sawit ditanam
di atas
perbukitan
(slope > 40%)
Sawit ditanam
di tepi danau
Sawit ditanam
di tepi sungai Sawit ditanam
di lahan gambut
dalam dengan
cara bakar
Sawit ditanam
di tepi pantai
Sawit ditanam melanggar berbagai
sempadan badan perairan
Petani sawit swadaya/
plasma/mandiri/small
growers .. Ditanam
tanpa peduli kaedah
lingkungan
Kapasitas PKS Vs Keberlanjutan bisnis sawit
Lokasi pabrik PKS potensial diikuti
pembukaan lahan di sekitarnya
Siapa Pemiliknya dan Lokasinya dimana?
22. Pembongkaran hutan alam di perbukitan,
mengancam danau di bawahnya
Rawan longsor
Catatan: Lokasi PKS tidak jauh dari lokasi
pembongkaran hutan
Hutan Rusak …….. Danaupun Rusak
(lokasi di Sumatera Utara)
23. • Petakan sebaran dan lokasi titik – titik hot spot sejak
masa lalu hingga kini (sejarah hot spots).. Karena
bahan bakar (sisa sisa tanaman yang belum habis
terbakar), akan terbakar kembali saat musim kemarau
y.a.d
• Petakan lokasi jaringan kanal-kanal di lahan gambut
serta pemilik konsesi di atasnya dan monitor tinggi
muka air serta kondisi pintu-pintu air di dalam kanal
• Kumpulkan data curah hujan dan muka air tanah
gambut untuk lokasi-lokasi yang potensial terbakar.
Gunakan data ini sebagai langkah awal pencegahan
kebakaran dengan menyebarkan aparat keamanan ke
berbagai lokasi rawan kebakaran
Langkah – langkah ke depan untuk mencegah
kebakaran di lahan gambut …. 2
24. Jumlah Titik Api & Pergeseran bulan kebakaran
0
5000
10000
15000
20000
25000
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
JumlahHotspot
Tahun
Grafik Hotspot Kalimantan dan Sumatera Tahun 1997-2013
Kalimantan
sumatera
0
1000
2000
3000
4000
5000
JumlahHotspot
Bulan
Grafik Hotspot Kalimantan dan Sumatera Tahun 2004
Kalimantan
Sumatera
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
JumlahHotspot
Bulan
Grafik Hotspot Kalimantan dan Sumatera Tahun 2009
Kalimantan
Sumatera
Kebakaran bergeser dari Agustus-Okt (2004) ke Juli-Sep (2009) ke Jun-Agus (2013), lalu
ke Feb Maret pada 2014 di Riau. (sumber data NASA). Kini 2015 July – Nov. ??
Juli : Siaga Api di seluruh Sumatera dan Kalimantan
25. Gunakan data penurunan air tanah sebagai
langkah awal pencegahan kebakaran
(kasus Kalteng: July – Desember air tanah drop)
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
25-Jul-2005
2-Nov-2005
10-Feb-2006
21-M
ay-2006
29-Aug-2006
7-Dec-2006
17-M
ar-2007
25-Jun-2007
3-O
ct-2007
Date
GWL(cm)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Rainfall(mm)
A
B
C
Rainfall
Fire alert
months
Fire alert
Months
Jun/July
Up to
Jan/Feb
Fire alert
months
26. • Kampanye besar-besaran secara luas & Kerahkan aparat keamanan,
hingga ke pelosok-pelosok akan bahaya kebakaran dan sangsi yang
akan dikenakan
• Benahi & tegakkan berbagai kebijakan (PP 71/2014; Permentan
11/2015- ISPO dll).
• Segera buatkan turunan-turunan dari PP No 71/2014 (tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut)
• Tutup semua saluran/kanal yang sudah terlanjur ada di lahan gambut
(fungsikan pintu air yang ada di konsesi-konsesi HTI dan Kebun sawit)
• Tutup bagian-bagian sungai yang letaknya berdempetan dengan lahan
gambut
• Stop pembuatan saluran/kanal-kanal di lahan gambut
• Tutup saluran-saluran di lahan gambut ang langsung berdempetan
dengan kawasan konservasi
• Basahi seluruh lahan gambut menjelang kemarau
Langkah – langkah ke depan untuk mencegah
kebakaran di lahan gambut …. 3
27. 1. Membangun beberapa
bendung/dam/tabat/sekat
dalam saluran
2. Membasahi gambut dengan
air sungai di dekat/
sekitarnya
3. Membangun saluran buntu
(berukuran kecil dan
dangkal) diantara dua tabat,
menuju lahan gambut
Restorasi Hidrologi di Lahan Gambut :
Jenis - jenisnya
Sebagai upaya mitigasi bencana kebakaran & perubahan iklim
Photo : Alue Dohong
Lokasi Rewetting di eks PLG oleh Wetlands International 2003
28. Restorasi Hidrologi di Lahan Gambut :
Membangun beberapa bendung dalam saluran
Prinsip dasar pembendungan /penabatan/penyekatan saluran
Ideal
Tidak ideal
Gambar atas. Dalam
saluran terdapat banyak
bendung/sekat/dam dan
tinggi puncak bendung
(dam wall) di dalam
saluran bervariasi.
(Sumber Deltares)
29. Membasahi gambut dengan air sungai di dekatnya
Restorasi Hidrologi di Lahan Gambut:
contoh – contoh lain
Membasahi lahan gambut melalui
pemompaan air sungai
(Stoneman & Brooks, 1997)
Lahan terbuka/
berhutan
Lahan terbuka/
berhutan
Arah air
tabat
saluran
Parit
buntu
Membasahi lahan gambut dengan
membangun parit buntu di antara
bendung/tabat (Suryadiputra
dkk., 2005)
Membangun saluran buntu yang dangkal ke arah hutan/darat
30. Kanal-kanal mengancam hutan alam
gambut (gambar A) di SM Kerumutan,
Kabupaten Pelalawan- Riau
Tanaman asli gambut (doyan air
/tahan genangan)… A
Tanaman Akasia bukan
asli gambut (tidak tahan
genangan),… tumbang
sekitar 25-30% (akibat
subsiden) ….. B
2 type vegetasi ( A & B) yang berbeda
A
A
B
Saran:
Tutup seluruh saluran-saluran di lahan
gambut (panah merah) yang langsung
berdempetan dengan kawasan konservasi
31. Berapa emisi GHG dapat diturunkan jika
PP No 71/2014 diterapkan (yaitu muka air
tanah dipertahankan 0,4 m)
Emisi 35 ton CO2/Ha/th
(muka air tanah 40 cm)
Emisi 95 ton CO2/Ha/th
(muka air tanah 100 cm)
Emission saving =
60 ton CO2/Ha/th
Jika PP71/2014 diterapkan
Jika PP 71/2014 diterapkan akan terjadi penurunan emisi (Emission Savings) sekitar 60
ton CO2/Ha/tahun (asumsi dibandingkan jika air tanah dibiarkan turun hingga 1 meter,
dimana emisi pada kondisi demikian = 95 ton CO2/Ha/th)
Emisi GRK meningkat dengan semakin dalamnya muka air tanah gambut di tropis,
temperate dan boreal http://www.geog.le.ac.uk/carbopeat/media/pdf/wg3flyer.pdf ).
32. Basahi lahan gambut menjelang kemarau / akhir
musim hujan
Pompa air dari sungai meuju hamparan
lahan gambut
Tabat / tutup saluran-saluran di
lahan gambut jauh sebelum
kemarau tiba
Pintu Saluran Air agar difungsikan
(Pelalawan, Riau Feb 2015.
(Foto by Nyoman Suryadiputra)
33. Kolam Beje menyelamatkan lahan gambut dari kebakaran
dan menjadi sumber ikan saat kemarau
RIVER
PUNING
40 km length
RIVER
SIMPANG TELO
PAMANTUNGAN CANAL
SAKAHAMPALAN CANAL
HARUSAN RIVER
Genangan mirip danau
S. Bateken
S. Barito
Usulan posisi bendung/tabat
sebagai sekat bakar &
kolam beje
Beje /Pond
34. Pembangunan Berkelanjutan di Lahan Gambut
2014
34
Penabatan kanal menaikkan air tanah dan tangkapan ikan
Blocking
(Sep 2003)
Inundation
Gambut yang basah, akibat kanalnya di blok, tidak mudah terbakar
Kanal yang di blok mampu
memerangkap ikan hingga 2 ton saat
musim hujan
35. Dam in SPU-7
built in 2004
A B
A
Penabatan Kanal di SPU Eks PLG – Kalteng
7500 seedlings of 17 spp have been
planted since 2004 (mainly Dyera
lowii, Shorea belangeran,
Lophopetalum sp. And Metroxylon
sagu)
36. Tujuan utama penyekatan
saluran/ penabatan/ Blocking
canal:
Menaikkan muka air
tanah/membasahi gambut
untuk mencegah
kebakaran, subsidensi dll
1. Jumlah bendung/sekat dalam
sebuah saluran/kanal harus cukup
banyak/ memadai,
2. Di atas bendung/sekat dapat
ditanami pohon asli lahan gambut
3. Hindari penggunaan alat-alat berat
(seperti excavator),
4. Gunakan bahan alami lokal untuk
bangunan bendung
5. Masyarakat berpatisipasi dalam
membangun dan merawat
bendung
Sarat-sarat penyekatan kanal:
Penyekatan
seperti ini
tidak tepat
38. KESIMPULAN & SARAN
• Permasalahan Gambut Sangat Kompleks. Pembangunan kanal-kanal
untuk tujuan drainase, mengakibatkan gambut menjadi kering dan mudah
terbakar saat kemarau.
• Akibat lanjutan dari drainase dan kebakaran, akan terbentuk cekungan
dan subsiden di lahan gambut yang akhirnya menyebabkan lahan
kebanjiran saat musim hujan.
• Keberadaan saluran-saluran drainase di lahan gambut (terutama pada
perkebunan sawit dan HTI) sangat banyak (panjangnya diperkirakan
sekitar 2 juta km).
• Segera hentikan Pembangunan ‘saluran / kanal-kanal baru’ di lahan
gambut. Kondisi demikian akan memperparah kejadian kebakaran di
lahan gambut
• Untuk kanal-kanal yang sudah terlanjur ada, segera lakukan
penyekatan/pembendungan / penabatan. Jumah sekat/tabat dalam satu
kanal harus cukup banyak, sehingga lahan gambut disekitarnya dapat
terbasahi (re-wetting)
• Hentikan seluruh macam pembangunan (termasuk perkebunan sawit dan
akasia) di lahan gambut yang menerapkan jaringan drainase di atasnya.
• Agar dibentuk Dewan Penasehat Lahan Gambut Nasional (DPLGN)
39. National Peatland Advisory Committee /
Dewan Penasehat Lahan Gambut Nasional (DPLGN)
Usulan untuk dibentuknya
Tugas Utama DPLGN :
Mengembangkan dan Melaksanakan ‘Strategy Restorasi dan Konservasi Lahan
gambut Nasional ‘/National Peatland Conservation and Restoration Strategy
Dengan rincian tugas-tugas diantaranya sbb:
a) Mencegah kebakaran di waktu-waktu mendatang
b) Menurunkan emisi GRK sebagai komitmen RI kepada Masyarakat International
c) Mencegah peristiwa banjir dan hilangnya/berkurangnya produktivitas lahan
gambut akibat adanya subsiden
d) Menghentikan kehilangan kehati di lahan gambut
e) Mengkaji dan menyelaraskan berbagai kebijakan terkait gambut agar pro-
lingkungan
Dengan memperhatikan:
• Keterlibatan para ahli gambut nasional dan internasional
• Berbasis ilmu pengetahuan (science based)
• Ketersediaan anggaran yang memadai
Rincian terkait cara-cara rewetting dapat di baca dalam :
Suryadiputra, I N.N., Alue Dohong, Roh, S.B. Waspodo, Lili Muslihat, Irwansyah R. Lubis, Ferry Hasudungan, dan Iwan T.C. Wibisono. 2005. Panduan Penyekatan Parit dan Saluran di Lahan Gambut Bersama Masyarakat. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. ISBN: 979-99373-5-3
Pada Gambar sebelah Kanan (bagian atas-tidak ideal), jumlah bendung banyak dengan puncak bendung lebih rendah dari muka gambut, pada kondisi demikian air tanah tidak akan mencapai permukaan gambut dan disekitarnya, air dalam kanal akan limpas di atas bendung. Pada Gambar Kanan (bagian bawah- Ideal), jumlah bendung banyak dan puncak bendung tinggi, air mendekati permukaan tanah gambut dan akan membasahi gambut dalam jangkauan lebih luas (ini adalah kondisi ideal yang diharapkan). Kondisi ideal di perlihatkan pada gambar dalam Kotak sebelah kiri
Gambar di atas memperlihatkan cara lain untuk membasahi gambut dengan menggunakan (memompa) air dari sungai di dekatnya. Kegiatan demikian dapat dilakukan menjelang musim kemarau. Jika gambut menjadi basah maka kebakaran dapat dicegah dan emisi GRK dapat dihindari. Muka air di lahan gambut dapat dikendalikan melalui pipa-pipa pengendali muka air gambut.
Gambar bawah. Untuk mempercepat dan memperluas daerah genangan (rewetting) di lahan gambut, dapat dibantu dengan membangun parit buntu dengan elevasi lebih rendah dari muka air sungai ke arah lahan terbuka/berhutan. Cara demikian akan dapat mengurangi tekanan air dalam saluran dan terhadap bangunan tabat/bendung.
Sumber Stoneman & Brooks, 1997 dalam Suryadiputra dkk., 2005.
Suryadiputra, I N.N., Alue Dohong, Roh, S.B. Waspodo, Lili Muslihat, Irwansyah R. Lubis, Ferry Hasudungan, dan Iwan T.C. Wibisono. 2005. Panduan Penyekatan Parit dan Saluran di Lahan Gambut Bersama Masyarakat. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. ISBN: 979-99373-5-3
Pasal 23 (ayat 3) dari PP Gambut No 71/2014, membatasi air tanah gambut hanya boleh diturunkan maksimum sedalam 0,4 m (agar lahan tidak dikategorikan rusak). Jika kondisi demikian diterapkan pada perkebunan sawit atau akasia di lahan gambut, maka nilai emission savings dapat mencapai 60 ton CO2/Ha/tahun (dibandingkan jika air tanah gambut dibiarkan turun hingga 1 meter). Menurut IPCC 2014, faktor emisi GRK untuk perkebunan sawit di lahan gambut adalah 11 ton C-CO2/Ha/Th (atau setara 40 ton CO2/Ha/th); sedangkan untuk akasia adalah 20 ton C-CO2/ha/th (setara 73,4 ton CO2/ha/th). Nilai faktor emisi ini tentunya bersifat subjektif, karena muka air tanah gambut dalam kenyataannya sulit dipertahankan secara konstan.
Beberapa masyarakat yang tinggal di dusun Muara Puning, membangun kolam-kolam memanjang di lahan gambut (ukuran: panjang 10 – 50 m; lebar 1,5-3 m dan dalam 1 – 2 m), dan menggunakan kolam-kolam ini (nama lokalnya disebut “BEJE”) sebagai perangkap ikan alami saat air sungai di sekitar kolam meluap di musim hujan (sekitar Oktober – Februari). Selanjutnya ikan-ikan yang terperangkap di dalam kolam beje akan dibiarkan selama beberapa bulan hingga akhirnya di panen (sekalian dikeduk lumpurnya) menjelang dan selama musim kemarau (Juli – September).
Ilustrasi di atas dibuat berdasarkan kondisi di lapangan di Desa Sungai Puning- Kabupaten Barito Selatan – Kalimantan Tengah
Penyekatan parit-parit sehingga terbentuk beberapa ruas kolam di dalamnya, sebenarnya dapat di samakan seperti “BEJE”. Tapi usaha penyekatan parit juga diharapkan akan memberikan keuntungan lain, misalnya sebagai sekat bakar/pencegah menjalarnya api ke lokasi lain, memperbaiki tata air sehinga proses peremajaan vegetasi di sekitarnya dapat pulih serta mencegah kebakaran lahan dan hutan di musim kemarau. Dari hasil pemantaun selama tahun 2004, di parit-parit yang disekat menjadi Beje di Ds Muara Puning (Barito Selatan), didapatkan tidak kurang dari 16 jenis ikan yang terperangkap (diantaranya ikan Gabus Chana sp., Lele Clarias sp., Betok Anabas testudineus, Sepat Trichogaster sp., dan Tambakan Helostoma sp.) dan akhirnya dipanen masyarakat untuk menambah pendapatan mereka. Sumber Suryadiputra, dkk., 2005.