3. Berkompetisi dalam Kebaikan
Hukum bacaan
mim mati
Makna dan tafsir ayat-
ayat tentang
berkompetisi dalam
kebaikan dalam kebaikan
dalam Surah al-Baqarah
ayat 148 dan Surah Fatir
ayat 32
Makna Ijmali
Tafsir Kata
Makna dan tafsir ayat-
ayat tentang menyantuni
kaum lemah dalam Surah
al Isra’ ayat 26-27 dan
Surah al-Baqarah ayat
177
Makna Ijmali
Tafsir Kata
4. A. HUKUM BACAAN MIM MATI
ATAU SUKUN
• IkhfaSyafawi
• Idgam Mimi
6. B. MAKNA DAN TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG BERKOMPETISI
DALAM KEBAIKAN
1. Surahal-BaqarahAyat148
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-
Baqarah/2: 148)
7. KANDUNGAN AYAT
SETIAP UMAT, KAUM, ATAU BANGSA MEMPUNYAI KIBLAT SENDIRI-
SENDIRI..
HENDAKNYABERLOMBA-LOMBADALAM KEBAIKANDAN MENCARI
AGAMA YANGBENAR.
PENEGASANALLAH SWTBAHWASETIAPMANUSIAAKANDIKUMPULKANPADA
HARIKIAMATKELAKDANAKANDIADILISESUAIDENGANPERBUATANDIDUNIA.
8. 1.Memperbanyak amal saleh dalam kehidupan
sehari-hari
2.Menghindarkan diri dari perbuatan yang
mungkar
3.Mengukir prestasi dengan beramal saleh
4.Belajar semaksimal mungkinuntuk mencapai
prestasi
5.Mengiringiusaha dengan selalu berdo’a
9. Jalan Menuju Amal Baik
• Niat Yang Ikhlas
• Cinta Kebaikan Dan Orang Baik
• Merasa Beruntung Bila Melakukan
• Memahami Ilmu Kebaikan
• Merasa Rugi Bila Meninggalkan
• Meneladani Generasi Yang Baik
• Kebaikan Yang Diterima
11. • ALLAH SWT MEWARISKAN AL-QUR’AN
KEPADA UMAT ISLAM
• SIKAP UMAT ISLAM TERHADAP AL-QUR’AN
:
1. KELOMPOK YANG MENGANIAYA DIRI
MEREKA SENDIRI (Dzalimun Linafsihi).
2. KELOMPOK PERTENGAHAN
(Muqtashid).
3. KELOMPOK YANG LEBIH DAHULU
BERBUAT KEBAIKAN (Sabiqun
Bilkhairat)
KANDUNGAN
AYAT
12.
13. C. MAKNA DAN TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MENYANTUNI KAUM
LEMAH
1. Surah al-Isra’ ayat 26-27
Artinya : “Danberikanlahkepadakeluarga-keluargayangdekatakan
haknya,kepadaorangmiskindanorangyangdalamperjalanan;dan
janganlahkamumenghambur-hamburkan(hartamu)secaraboros.
Sesungguhnyapemboros-pemborosituadalahsaudara-saudara
syaitandansyaitanituadalahsangatingkarkepadaTuhannya.”(Q.S.
al-Isra’/17:26-27)
14. • Suruhan Allah SWT kepada umat
manusia (umat islam) untuk
memenuhi hak kaum kerabat, fakir
miskin, dan orang-orang yang dalam
perjalanan (musafir).
• Larangan Allah SWT agar kita, umat
Islam, jangan menghambur-
hamburkan harta secara boros,
karena pemboros adalah teman atau
KANDUNGAN AYAT
17. Kesimpulan isi ataukandungansurahAl-Baqarahayat177 adalahkebijakan tidakterletakpada
menghadapkan wajahkearahtimur danbarat.Tetapi,kebijakan ialahmemiliki iman yangbenar,yakni
kepercayaanyang terhujamdalam hati,diucapkandenganlisan,dan dibuktikan melalui amalperbuatan.
Ciri-ciriiman yangbenarberdasarkanSurahAl-Baqarahayat177 antaralain sebagaiberikut:
a. Berimankepada Allah,harikemudian, paraMalaikat,Kitab-kitab(Al-Qur’andankitab-kitab
sebelumnya), paraNabi (dari semenjak Nabi Adam sampaidengan RasulterakhirMuhammad SAW).
b. Memberikan hartayangdicintainya kepada kerabatnya,anak-anakyatim,orang-orangmiskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan)
c. Mendirikan salatdan menunaikanzakat.
d. Menepati janjibila berjanji danbersabardalam kepentingan,penderitaandan dalam peperangan.
Kandungan Ayat
Editor's Notes
Perilaku Yang Sesuai Dengan Kandungan Q.S. Al Baqarah: 148
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan tentang tiga golongan tersebut bahwa:
(1). “Dzalimun linafsihi atau orang-orang yang menganiaya diri sendiri adalah orang-orang yang meninggalkan kewajiban dan melakukan banyak maksiat.”
(2). “Muqtashid atau pertengahan adalah orang-orang yang hanya melakukan perbuatan wajib saja dan menghindarkan diri dai perbuatan maksiat, mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan baik dan melakukan perbuatan-perbuatan makruh (tercela).”
(3). “Sabiqun bilkhairat atau orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan adalah orang-orang yang melaksanakan kewajiban dan kebaikan-kebaikan lainnya, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang haram dan makruh, bahkan juga meninggalkan perbuatan yang mubah.” (Tafsir Ibnu Katsir)
—
Orang-orang dalam golongan pertama tersebut adalah orang-orang yang tidak memperhatikan kewajiban yang harus mereka lakukan. Mereka meninggalkan dengan sengaja kewajiban-kewajiban seperti shalat, Puasa, dan kewajiban-kewajiban lain. Lebih parah lagi, mereka bukan hanya meninggalkan kewajiban, akan tetapi mereka justru melakukan perbuatan-perbuatan yang haram. Jadilah mereka orang-orang yang menganiaya diri sendiri karena meninggalkan kewajiban, dan pada saat yang sama mereka juga menganiaya diri sendiri dengan melakukan perbuatan yang diharamkan.
Golongan muqtashid, mereka merasa cukup hanya dengan melakukan kewajiban saja, sehingga meremehkan perbuatan-perbuatan baik lainnya (sunnah). Mereka mendirikan shalat wajib, melaksanakan puasa wajib, membayar shadaqah wajib (zakat), akan tetapi mereka meninggalkan shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, dan tidak bershadaqah selain zakat. Disamping itu, meskipun mereka telah meninggalkan perbuatan-perbuatan haram, akan tetapi meraka masih melakukan perbuatan-perbuatan makruh (tercela)
Sabiqun bilkhairat, inilah golongan tertinggi. Mereka tidak berhenti dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan. Akan tetapi mereka menambah kebaikan mereka dengan kebaikan-kebaikan lainnya (amalan-amalan sunnah). Shalat misalnya, mereka mendirikan shalat-shalat wajib dan menambah kebaikan dengan shalat-shalat sunnah rawatib, dan shalat-shalat sunnah lainnya. Begitu pula dengan puasa, mereka tidak hanya berpuasa di bulan Ramadhan, mereka juga berpuasa pada hari-hari yang di sunnahkan; Puasa ‘Arafah, ‘Asyura’, 6 hari Syawwal, shaumul bidh (tgl 13, 14, 15 bulan qamariyah), dan hari-hari lain yang disunnahkan untuk berpuasa, sampai pada puasa Daud. Demikian halnya dengan shadaqah. Orang-orang dalam golongan ini, disamping mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan haram, mereka juga menjauhkan diri dari perbuatan yang makruh, bahkan perbuatan mubah (yang sebenarnya boleh) tetapi kurang bermanfaat juga mereka tinggalkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda bagusnya islam seseorang adalah meninggalkan segala yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
—
Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah menyebutkan tentang tiga golongan tersebut bahwa: (1).Dzalimun linafsihi (orang yang mendzalimi diri sendiri) adalah ash-habul masy’amah (golongan kiri). (2). Muqtashid (pertengahan) adalah ash-habul maimanah (golongan kanan). (3). Sabiqun bilkhairat (lebih dahulu berbuat kebaikan) adalah al-muqarrabun. (Tafsir Al-Baghawi)
—
وَكُنتُمْ أَزْوَاجاً ثَلَاثَةً ◌ فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ◌ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ◌ وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ ◌ وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ ◌ أُوْلَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ ◌ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
Allah berfirman dalam surat Al-Waqi’ah: 7-12: “Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan.”