SlideShare a Scribd company logo
1 of 96
1
BAB I
Q.S. Al-Baqarah, 2: 148 , Fatir , 32. Al Isra 26-27 dan Al Baqoroh
177
A. Q.S. Al-Baqarah, 2: 148
‫ا‬َ‫ہ‬‫ي‬ِِّ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ٌ‫ة‬َ‫ه‬ ۡ‫ج‬ِ‫و‬ ٍِّّ۬‫ل‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ِِ‫ت‬ََۡ‫َي‬َۡ‫لل‬ ْ‫و‬ََُُِِۡۡ‫س‬ََ‫ا‬‫ا‬ً‫ي‬َِِ‫ج‬ ُ ‫لَّله‬ ُُُ‫ك‬ِِ َِِۡۡۡ ْ‫و‬ُُ‫و‬ُ‫ك‬ََ ‫ا‬َ‫م‬ ٌٍَََََََِِّۡۡ۬ۡ ٍٍّ۬۬  ََٰۡ ِِّ‫ل‬ُُ ََََٰ َ ‫لَّله‬ ‫ه‬َّ ِِ “
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” •
Kesimpulan 1. Setiap umat mempunyai kiblatnya masing-masing. 2. Perintah
agar kaum muslim bersatu, terus bekerja dengan giat, beramal, bertaubat, dan
berlomba-lomba dalam kebaikan. 3. Berlomba-lomba dalam kebaikan berarti menaati
segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan semangat yang tinggi. 4.
Allah akan membalas segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia,. Penjelasan:
Qur’an Surat Al Baqarah terdiri dari 286 ayat diturunkan di Madinah yang sebagian
besar diturunkan pada permulaan tahun Hijriyah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina
pada Haji Wada’ (haji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir).
Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk ayat Madaniyah, merupakan surat
yang terpanjang diantara surat-surat Al qur’an yang di dalamnya terdapat pula ayat
yang terpanjang, yakni ayat 282. Surat ini dinamai surat “Al Baqarah” karena di
dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi yang diperintahkan Allah kepada
Bani Israil ( lihat : ayat 67 – 74 ), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada
umumnya. Surat Al Baqarah dinamai pula surat Fusthaatul Qur’an artinya puncak Al
Qur’an karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.
Pada surat Al Baqarah 148 dijelaskan bahwa manusia di alam ini telah terjadi
golongan-golongan dimana mereka telah meyakini kebenaran aturan dan syare’atnya
masing-masing seperti : golongan Islam, Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu dan umat
lainnya. Namun bagi umat Islam haruslah yakin bahwa syare’at Islam adalah syare’at
yang benar karena kebenaran syare’at Islam itu telah ditetapkan kebenarannya oleh
Allah dan dinyatakan agama yang paling benar pula sebagaimana firman-Nya dalam
2
Q.S. Ali Imran : 19 yang artinya :”Sesungguhnya agama (yang diridoi ) di sisi Allah
hanyalah Islam”. Pada ayat lain Q.S. Ali Imran ayat 85 juga dijelaskan yang artinya
:”Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang
rugi”. Kata kiblat berarti arah yang dituju umat Islam dalam melaksanakan ibadah
salat. Namun kiblat bisa diartikan sebagai syari’at, agama, undang-undang atau
peraturan yang dijalani oleh manusia.
Ada sejarah umat Islam yang dahulunya menghadap kiblat ke Baitul Maqdis
di Yerussalem ketika melaksanakan ibadah salat. Kemudian beralih ke Baitullah
Ka’bah di Makkah setelah mendapatkan perintah Allah yang tercantum dalam Q.S. Al
Baqarah ayat 144 yang artinya : “Sungguh kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit (berdo’a dan menunggu-nunggu turunnya wahyu), maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palinglah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palinglah mukamu
ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu
adalah benar dari Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan”. Umat Islam dan umat manusia pada umumnya diperintahkan untuk
berlomba- lomba berbuat kebajikan yaitu melakukan perbuatan-perbuatan yang
bermanfaat untuk kesejahteraan umat manusia baik lahiriyah maupun bathiniah,
seperti berlomba-lomba mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran hidup di
dunia, bukan sebaliknya yang digunakan untuk menyengsarakan atau mengancam
kelangsungan kehidupan manusia.
B. Al Fatir : 32.
ٌ۬‫د‬ ِ‫ص‬َ‫ت‬ۡ‫ق‬ُّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ہ‬ۡ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬ ‫ۦ‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ۡ‫ف‬َ‫ن‬ِِّ‫ل‬ ٌ۬‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ ۡ‫ُم‬‫ه‬ۡ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ف‬ ۖ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ۡ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫ف‬َ‫ط‬ ۡ‫ٱص‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ب‬ٰ‫ـ‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ۡ‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ن‬ۡ‫ث‬َ‫ر‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬‫ٱ‬ ِ‫ن‬ۡ‫ذ‬ِ‫إ‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬‫ٲ‬ َ‫ر‬ۡ‫ي‬َ‫خ‬ۡ‫ٱل‬ِ‫ب‬ ُُۢ‫ق‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫س‬ ۡ‫م‬ُ‫ہ‬ۡ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ٲ‬َ‫ذ‬ ِِۚ َّ‫َلل‬
ُ‫ير‬ِ‫ب‬َ‫ڪ‬ ۡ‫ٱل‬ ُ‫ل‬ ۡ‫ض‬َ‫ف‬ۡ‫“ٱل‬
Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih
di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah.
3
yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” [1260] yang dimaksud
dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak
kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang
kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan
orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang
kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan.
• Kesimpulan dan penjelasan. 1. Al-Qur’an merupakan pedoman dan
petunjuk bagi orang-orang yang betakwa. 2. Ada sebagian orang yang tidak
mau memiliki kemampuan untuk membaca, memahami dan melaksanakan isi
kandungan Al-Qur’an, sehingga mereka termasuk orang yang menganiaya diri
mereka sendiri. 3. Tingkatan umat Islam dalam memahami Al-Qur’an ada tiga:
a. Orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak
kesalahannya daripada kebaikannya. b. Orang pertengahan ialah orang-orang
yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya. c. Orang yang lebih dahulu
dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan
amat jarang berbuat kesalahan. 4. Orang yang berbuat kebaikan akan
dimasukan ke dalam surga ‘adn, yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan.
Penjelasan: Qu’an surat Faatir terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat-
surat Makiyah, diturunkan sesudah surat Al Furqan.
Kata Faatir berarti “ pencipta “ ada hubungannya dengan perkataan “
Faatir “ yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pada ayat tersebut bahwa
Allah adalah Pencipta langit dan bumi. Pencipta malaikat-malaikat, Pencipta
semesta alam yang semuanya itu adalah bukti atas kekuasaan dan kebesaran-
Nya. Maksud kelompok dholimun linafsihi atau kelompok yang menganiaya diri
itu adalah kelompok yang mengaku beragama Islam tetapi lebih banyak
melakukan perbuatan kejahatan dan dosa dari pada kebaikannya. Kelompok ini
adalah termasuk golongan yang merugi, nanti di akherat akan ditempatkan di
neraka dan akan memperoleh siksa karena perbuatan dosanya. Namun setelah
mereka disiksa sesuai dengan kesalahan dan dosanya, mereka akan
mendapatkan ampunan dari Allah karena keimanannya sehingga dikeluarkan
dari api neraka. Hal ini berdasarkan hadis Rosulullah yang artinya :” akan
keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan LAAILAAHA ILLALLAH,
4
sedangkan dalam hatinya (hanya) ada kebaikan sebesar debu” (H.R. Buchori –
Muslim, dan Tirmidzi)
Maksud kelompok muqtashid yakni, kelompok yang ada dipertengahan
adalah kelompok umat Islam yang perbuatan baiknya sebanding dengan
perbuatan jahatnya. Kelompok ini akan ditempatkan di A’raf yaitu tempat
antara surga dan neraka. Kemudian beberapa waktu yang telah ditetapkan
Allah golongan ini lalu dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan kelompok
saabiqun bil khoirooti adalah kelompok umat Islam yang lebih dahulu berbuat
kebajikan, mereka gemar berbuat kebaikan, tidak mau berbuat kejahatan atau
dosa. Kelompok ini akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat. Di
akherat akan ditempatkan di surga Adn dengan segala fasilitas-fasilitasnya,
seperti yang diterangkan dalam Q.S. Al Fathir ayat 33 yang artinya : “(Bagi
mereka) surga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi
perhiyasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian
mereka di dalamnya dari sutera” KEGIATAN SISWA  Diskusikan dengan
teman-temanmu bagaimana sikap dan perilaku orang yang tergolong kelompok
sabiqun bilkhairat itu.  Coba identifikasi perilaku golongan orang yang zalim
terhadap dirinya sendiri.  Coba renungkan apa manfaat dan hikmah yang
dapat dipetik bagi kelompok orang yang dapat beramal saleh lebih banyak dari
pada kejahatan/dosanya.
RANGKUMAN • Surah Al Baqarah,2 : 148 berisi bahwa setiap umat itu
mempunyai kiblat, aturan dan syari’ah masing-masing. Allah SWT menyuruh
kepada semua manusia untuk memilih agama yang paling benar ( Islam ) dan
disuruh beribadah, beramal, bekerja dan berlomba-lomba dalam berbuat
kebajikan. • Kandungan Q.S. Faatir, 35 : 32 adalah menerangkan tentang
adanya tiga golongan umat Islam sebagai pewaris Kitab Al Qur’an yaitu
golongan yang menganiaya dirinya sendiri, golongan yang ada dalam
pertengahan, golongan yang lebih dahulu berbuat kebajikan. Kelompok yang
lebih dahulu berbuat kebaikan tentu akan mendapat karunia dari Allah baik di
dunia maupun di akherat.
5
C. Surat Al-Isra 26-27
tentang ajuran membantu Kaum Duafa
• Terjemahan ayat 26-27 :
“dan berikan lah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan hak nya kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hambur
(hartamu) secara pemboros-pemboros itu adalah sodara-sodara setan dan itu adalah
ingkar kepada tuhannya” (Q.S. Al-Isra, 17;26-27)
Isi atau kandungan ayat Al Qur’an tersebut adalah
• Suruhan Allah SWT kepada umat manusia (umat Islam) untuk memenuhi hak kaum
kerabat,fakir miskin,dan orang-orang dalam per jalanan.
• Larangan Alah SWT agar kita, umat islam jangan menghambur-hamburkan harta
secara boros,karna pemborosan adalah teman atau saudaranya setan
Kesimpulan Ayat Al-Isra 26-27
Hak merupakan suatu yang harus diterima oleh seseorang.sesuatu tersebut bisa berupa
materi atau non materi.misal kaum kerabat berhak memperoleh kasih sayang, rasa
hormat, dan memperoleh pertolongan baik materi maupun non materi bila di
perlukan.
Pemberian bantuan berupa harta benda kepada kaum kerabat,para fakirmiskin (kaum
duafa) dan orang-orang dalam perjalanan, berupa sedekah atau berderma di jalannya,
yang isyaallah tentu akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Allah SWT berfirman
: “perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan allah adalah serupa dengan sebutir benih yang membutuhkan tujuan
butir pada tiap-tiap butir seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang dia kehendaki dan alah maha luas (karunianya)lagi maha mengetahui (Q.S. Al-
Baqarah,261)
Setiap muslim/muslimah dilarang besikap boros dalam hidupnya,sebaiknya ia di
suruh untuk hidup sederhana.
D. Suarat Al-Baqarah 177
tentang anjuran menyantuni Kaum Duafa
Terjemahan ayat 177 (Q.S Al-Baqarah)
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan akan
tetapi sesungguhnya kebijakan itu ialah beriman kepada Allah,hari kemudian,maikay-
6
malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi,dan memberikan harta yang di cintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim,orang-orang miskin,musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang memintai dan
(memerdekakan)hambanya,mendirikan sholat,dan menunaikan zakat, dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan,penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar
(imannya) dan merekalah orang-orang yang bertaqwa”(Q.S.Al-Baqarah :177)
Kesimpulan Suarat Al Baqarah 177
Adalah kebajikan tidak terletak pada mengahadapkan wajah ke arah timur dan
barat.tetapi kebajikan adalah memiliki iman yang benar. Yakni kepercayaan yang
tertuju dalam hati, di ucapkan dengan lisan dan di buktikan melalui amal perbuatan
Ciri-ciri iman yang benar berdasarkan surat Al Baqarah Ayat 177 antara lain sebagai
berikut :
a. beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat,kitab-kitab (Al Qur’an dan
kitab-kitab sebelumnya) para nabi (dari semenjak nabi adam sampai dengan Rosul
terakhir Muhammad SAW)
b. memberikan harta yang di cintainya kepada kerabatnya, anak yatim orang-orang
miskin, musafir, orang-orang yang meminta-minta,memerdekakan hamba sahanya.
c. Mendirikan sholat dan menunaikan zakat.
d. Menepati janji bila berjanji dan bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan.
Penyelesaian
Surat Al baqarah ayat 177 memberikan penyelesaian dengan cara bijaksana bahwa
tujuan pengertian kitab itu tiada lain agar orang-orang beriman menaati segala apa
yang di perintahkan allah.termasuk menaati arah kiblat shalat yakitu menghadap ke
kabah ke mekah.
Suarat Al Baqarah ayat 177 berisi suruhan Allah agar orang-orang memiliki iman
yang benar yakni bertaqwa kepada Allah SWT.
Perintah-perintah allah SWT dan menjauhi segala laranganya:
1. Menjalin hubungan baik dengan Allah SWT hal ini dilakukan dengan cara beriman
kepada kebenaran rukun iman yang ke enam.selain itu jaga disiplin akan
melaksanakan rukun islam yang lima.
2. Menjalin hubungan baik dengan sesama manusia misalnya, memberikan sebagian
7
harta yang di cintainya kepada kaum kerabat, pakir, musafir, dll
3. menjalin hubungan baik dengan diri sendiri selalu menepati janji bila berjanjii dan
bersifat sadar dalam kesepitan, penderitaan dan peperangan.
Kamus istilah
- Ujub :Bermegah diri atau berbangga diri, yaitu sifat yang di celah
allah SWT karna orang-orang yang ujub hatinya mengingkari segala kuasa allah.atas
keberhasilan yang di peroleh nya
- Takabur :sombong, yaitu sifat yang menyombongkan diri karna merasa dirinya
mempunyai kelebihan dan menganggap orang lain banyak kekurangan takabur
termasuk sifat tercela.
- Gibah : mengumpat atau menyebut aib orang lain di belakangnya bermaksud untuk
menodainya gibah termasuk perbuatan haram.
- Namimah :yaitu suka mengadu domba antara seseorang dengan orang lain, antara
satu kelompok dengan kelompok lain sehingga kelompok yang tadinya bersahabat
menjadi bermusuhan namimah termasuk perbuatan haram.
8
BAB II
Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
a) Pengertian
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun
yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul
ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah
dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at
yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang
diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya.
Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun
hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau
membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin
ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad)
melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.”
(Q.S. al Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak
Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat,
melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah,
diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang
berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah
swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin
perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya
sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-
Quran dan ada yang tidak.
9
‫ل‬َْ ََّ ‫و‬َُ‫ش‬َِ َ‫و‬ ٌ‫ة‬ًََِ‫ر‬َْ َ‫و‬ ‫ف‬‫ل‬َْ ُ‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬ : َ‫ل‬‫ا‬ََ ‫؟‬ ٍِ۬ ‫ا‬َ‫ي‬َُِِ‫ال‬ْ ُ‫ة‬‫ه‬َِِ َُُ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ ‫ا‬َۡ : َ‫ل‬‫ا‬ََ ‫ر‬َ‫ذ‬ ََِِٰ ََََ‫ل‬َ‫ث‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َْ‫ذ‬ َِ‫م‬ ُ‫ل‬ُۡ َُّ‫ل‬َْ ‫ا‬‫ا‬‫ف‬‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬ ُ‫ة‬َ‫ث‬
َِِ‫ح‬ََ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ْ‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫غ‬ ‫ا‬ًَِّ‫ج‬ َََ‫ش‬ََ َ‫ة‬َ‫س‬َِ‫خ‬ َ‫)و‬
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para
nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara
mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R.
Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang,
diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315
orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al
Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama
yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun
Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai
1000 tahun.
2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul
setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama
Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950
tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir
yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena
naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati
daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan
Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud,
menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam
(Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad.
6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu
daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak.
Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang
sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah
swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak
cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh
10
Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk
khitan.
7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari
nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah
Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu
bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku
mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun
(merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak
yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah
Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan
nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan
yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi
Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran
sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa
tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir
(bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti
paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi
Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji
oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam
beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus
sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan
ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu
perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth.
Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf
putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya
beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian
11
diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil.
Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di
kalangan Bani Israil di Mesir.
18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi
nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya
kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama.
Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang
kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di
wilayah seputar sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya
tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya
saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani Israil.
22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti
Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa
AS.
23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena
terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang
secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak.
24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia
lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt.
kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap
sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah
masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran
yang merupakan kitab suci terakhir pula.
b) Tugas Para Rasul
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima
dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka
mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena
12
begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar
biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau
rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya,
dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau
menerima ajaran yang dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia
bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah
(tauhid ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta
mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid
uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah
kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para
rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah
mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau
menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,”
dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang
dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-
sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada
sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan
yang digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat
kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan
surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa
kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt,
terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan
13
neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam
sabdanya sebagai berikut:
َََِ‫ق‬َ‫ل‬‫خ‬َ‫أل‬ْ َ‫ح‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ص‬ َََُِِِّ ُِِ‫أل‬ ُ‫ت‬‫ث‬ًُِِ ‫ا‬َِ‫ه‬ُِِ : ‫م‬ ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬ََ : َ‫ل‬‫ا‬ََ ُ‫ه‬‫ن‬ََ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ‫ض‬ َ‫ر‬ َ‫ة‬ ََََُۡ‫ه‬ َِِْٰ
(‫ل‬َِ‫ن‬َ‫ح‬ َِ َِِ‫ح‬ََ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫)ر‬
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)
c) Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
d) Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai
berikut:
1. Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat
pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti
keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah
swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh
taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah
An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim
untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan
keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para
rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang
dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa
Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah
yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu
Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia
beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang
yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal
dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
14
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para
rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi
Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan
antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk
meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas
sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau
beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang
mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah
ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-
rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-
Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-
orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka
adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi
acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah
menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu
mendapat bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al
Ahzab ayat 21).
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau
diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
15
(Q.S. Al Hasyr ayat 7).
Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai
berikut:
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan
dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa.
Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh
Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul
surah ‘Abasa).
b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut:
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan
bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu)
kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang
diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko
yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang
dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin)
mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena
akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan
sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al
Qalam: 4)
5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya.
Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang
(rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh
manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul
tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke
dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah
Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)
6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
16
Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke
muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini
merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh
seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil
naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak
dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para
nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab:
40)
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah
khatamannabiyin (penutup para nabi).
b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari
Anas
bin Malik sebagai berikut:
َْ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ‫ى‬ًَِِِ ‫ا‬‫ال‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫ال‬ َ‫و‬ ‫ه‬‫ي‬َُِِ َ‫ل‬ََ ‫ت‬َ‫ض‬َُُْ َََِِ‫ة‬ ‫ه‬‫ُو‬ُِّ‫ن‬‫ْل‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ل‬‫ا‬َۡ َِِّ‫ْل‬ ‫ه‬َّ ِْ‫ل‬َِ‫ن‬َ‫ح‬ َِ َِِ‫ح‬ )
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul
sesudahku.( H.R. Ahmad bin Hambal)
c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah
sebagai berikut:
َُ‫ْأل‬ ُ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ َ‫و‬ ‫ي‬ََِ‫ث‬َ‫م‬ِ‫م‬ ‫ة‬َِۡ‫و‬َْ‫ز‬ َِ‫م‬ ‫َة‬‫ن‬َِِ‫ل‬ َ‫ع‬ ِ‫ض‬‫و‬َ‫م‬ ‫ه‬‫ال‬ِِ ُ‫ه‬َََِ‫ج‬ََ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫س‬‫ح‬َ‫ا‬ََ ‫ا‬ٍ۬ ‫َا‬‫ن‬ِِ ْ‫ا‬‫ْر‬َ‫د‬ َٰ‫ن‬َِ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ِ‫ل‬َ‫ث‬ََُِ ‫ي‬َََِِ َِ‫م‬ ٍِ۬ ‫ا‬َ‫ي‬َِِ‫و‬َ‫ز‬ ََ‫ل‬ًَََََ ُ‫ه‬‫ا‬َْۡ
ََََُۡ َ‫ل‬‫ا‬ََ ‫؟‬ ُ‫ة‬َ‫ن‬ِِ‫ه‬َ‫ْل‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ت‬ًَ‫ض‬ َ‫و‬ ‫ه‬‫َل‬‫ه‬ : ََّ ‫و‬ُ‫ل‬‫و‬َُُۡ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ََّ ‫ُو‬ًَََِۡ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِِ ََّ ‫و‬َُ‫و‬ُ‫ط‬َۡ ُ‫اس‬‫ه‬‫ن‬‫ْل‬ٍِ۬ ‫ا‬َ‫ي‬َُِِ‫أل‬ْ َُُِ‫َا‬‫خ‬ ‫َا‬ََُ َ‫و‬ ُ‫ة‬َ‫ن‬ِِ‫ه‬َ‫ْل‬ ‫ا‬ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬
‫ى‬ ِ‫َار‬َُِ‫)ْل‬
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan
seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta
diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu
bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya,
tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata:
“ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para
nabi.” (H.R. Bukhari)
d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai
17
berikut:
َ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ ُ‫ه‬‫ه‬َُْ ََُُ‫ز‬َۡ ُُ‫ه‬َُُُّ ََ‫ي‬ِ‫ث‬َ‫ل‬َ‫ث‬ َِ‫م‬ ٌ‫ب‬ۡ َََِ ََّ ‫ُو‬ِْ‫ه‬‫ذ‬َُ ََّ ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ‫ر‬ َ‫ث‬ًََِۡ ٰ‫ه‬ََ‫ح‬ ُ‫ة‬ََ‫ا‬‫ه‬‫س‬‫ْل‬ ُ‫م‬‫و‬ََُُ َ‫ال‬ِ‫هللا‬ ( َََ َُِ‫س‬ُ‫م‬ َ‫و‬ ‫ى‬ ِ‫َار‬َُِ‫ْل‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫ر‬
َِِْٰ‫ة‬ ََََُۡ‫ه‬ )
Artinya:
Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para
penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu
agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi
agama buat kamu.”
Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama
yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak
perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan
ketidaksempurnaannya.
f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik
ُ‫ت‬ََََُ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫ة‬‫ه‬‫ن‬ُۡ َ‫و‬ ِ‫هللا‬ َ‫اب‬ََُِ ْ‫ا‬ََِِْ ْ‫و‬َُّ ِ‫ض‬ََ ََ‫ل‬ ‫ا‬َِِ‫ه‬ِِ َُُ‫ك‬‫ه‬‫س‬َََِ َّ ِْ ‫ا‬َ‫م‬ َََِۡ‫م‬َْ ُُ‫ك‬‫ي‬َِ )
Artinya:
“Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada
keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al
Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al-
Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap
konsisten dengan keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat.
Sebab Al-Quran merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada
seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya:
“Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi Muhammad
18
saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya merupakan
rujukan bagi kita.
Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu
Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru
tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak
validan Al Quran, dan ketidak lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat
mustahil dan sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al
Maidah ayat 3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap
Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita
simak pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “
Lisanul Arab” sebagai berikut:
“Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang yang
mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau ada orang yang
mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan kafir.”
7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat
yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan
kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh
mencintai Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di
bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam
Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum
keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada
Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-
Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah
ayat 24)
Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan
seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia
telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam
kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
ٌ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ل‬َ‫ث‬ُۡ َّ َْ َ‫و‬ ‫ا‬َُِ‫ه‬ْ َ‫و‬ِۡ ‫ا‬‫ه‬ِِ‫م‬ ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِْ ‫ه‬‫ب‬َ‫ح‬َْ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫و‬ ُ‫هللا‬ ََّ ‫و‬ُ‫ك‬َۡ َّ َْ : َِّ ‫ا‬َِِۡ‫ْإل‬َ‫ة‬ َ‫و‬َ‫ل‬َ‫ح‬ ََِ‫ج‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬َِ ََّ ‫ا‬َُ ََ‫م‬ِْ ُ‫ه‬ُِّ ِ‫ُِح‬ۡ َ‫ال‬ ٍَ۬ ََِ‫ْل‬ ‫ه‬‫ب‬ ِ‫ِح‬ِ‫ل‬ِ ‫ه‬‫ال‬
ََُِ ُ‫ه‬‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫هللا‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬ََُُْ ‫ِذ‬ْ ًََِِ َِ‫ف‬ُ‫ك‬‫ْل‬ ‫ى‬ ِِ ِ‫ف‬ َ‫د‬‫و‬ًَُۡ َّ َْ َ‫ه‬ ََ‫ك‬َۡ َّ َْ َ‫و‬ََ َُِ‫س‬ُ‫م‬ َ‫و‬ ‫ى‬ ِ‫َار‬َُِ‫ْل‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ار‬‫ه‬‫ن‬‫ْل‬ َِٰ ََُُٰۡ َّ َْ ُ‫ه‬ ََ‫ك‬َۡ ‫ا‬ََُْ َ )
19
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1)
orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang
yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali
kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih )
Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta seorang hamba
kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan
Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga
berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta
meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.”
Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan
semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita.
e) Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
f) Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah,
misalnya:
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan
memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
ََْ‫ر‬ ‫ا‬ََُِ ْ‫و‬ََُّ‫ص‬ََِِّٰ‫ص‬ُْ ُِٰ‫و‬َُُِۡ
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan
makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan
kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi,
mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
َ‫ل‬‫ه‬‫ص‬‫ْل‬ َِٰ ِٰ‫ن‬‫ي‬ََُ‫ة‬ ‫ه‬ََُ ‫ت‬ًََُِ‫ج‬ َ‫و‬ ٍُ۬ ‫ا‬َ‫س‬ِِّ‫ن‬‫ْل‬ َ‫و‬ ُ‫ب‬‫ي‬ِِّ‫لط‬َْ : ٌ‫ث‬َ‫ل‬َ‫ث‬ ُُُ‫ا‬َ‫ي‬ُُ‫د‬ َِ‫م‬ ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِْ َ‫ِّب‬ُِِ‫ح‬ِ ‫ا‬َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ْل‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ة‬ )
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita,
wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya
daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang
hanya memikirkan dirinya sendiri.
20
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di
rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi
dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para
sahabatnya.
g) Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan
h) Mengenal lebih dekat pribadi nabi Muhammad saw.
Adalah keistimewaan Nabi saw. bahwa apabila beliau mendirikan salat, ia
dapat memandang orang yang dibelakangnya seperti halnya beliau memandang orang
yang di depannya. Aisyah berkata : “ Adalah Nabi saw. dapat melihat di dalam gelap
seperti halnya beliau melihat di waktu terang .”
Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat jalannya
daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat baginya, kami telah
mengeluarkan banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan berjalan biasa tanpa
mengeluarkan tenaga.”
Tentang tertawanya saw. bahwa beliau menunjukkan kegirangan hatinya dengan
senyum. Bila ia berpaling, maka ia berpaling dengan keseluruhan badannya. Bila ia
berjalan, ia begerak dengan gerak tangkas.
Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat sempurna. Kata-katanya
singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar tanpa dibikin-bikin.
Ia mengetahui berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan setiap umat
dengan mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya masing-masing.
Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang terpuji, adab susila
dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka itu merupakan hal yang tidak bisa
21
dipisahkan dengan kehidupan Nabi saw. dalam wujudnya yang paling sempurna
sebagaimana disanjungkan Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai
akhlaq yang agung.” Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran .
Dia rela dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi
bersabda:” Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau berdakwah di Thaif.
Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis kepadanya.
Tentang kemurahan hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau, Ibnu Abbas,
bahwa pernah ada orang mengantarkan uang kepada beliau saw. Sebagai hadiah
sebanyak 70.000 dinar. Uang itu diletakkan beliau di atas tikar. Sambil duduk bersila,
uang itu dibagi-bagikan kepada kaum fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri
sebelum uang itu habis. Setelah uang itu habis, ternyata masih ada orang fakir miskin
yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka beliau saw. berkata kepada orang
tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi silahkan kamu berutang atas
nama saya, nanti saya bayar !” Melihat yang demikian, berkatalah Umar bin Khattab
kepada beliau saw :”Allah tidak akan memberati engkau apa yang engkau tidak
mampu melakukannya.” Umar berkata demikian demi karena sayangnya kepada
Rasulullah saw. Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi
permintaan orang lain.
Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau dikultuskan
(disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat berdiri menghormati
kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk dan beliau berkata : “ Jangan
kamu berdiri menghormati kedatanganku seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri
menghormati pembesar-pembesar mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya
kaum nasrani menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan
karena itu panggillah aku “ Abdullah warasuluhu.”
22
BAB III
Taubat dan Raja
A. TOBAT
Pengertian Tobat Kata taubat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kata
kerjanya taaba, yatuubu yang berarti rujuk atau kembali. Menurut istilah yang
dikemukakan ulama, pengertian taubat ialah : 1). Kembali dari kemaksiatan kepada
ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat
kepada Allah. 2). Membersihkan hati dari segala dosa 3). Meninggalkan keinginan
untuk melakukan kejahatan, seperti yang pernah dilakukan dengan mengagungkan
nama Allah dan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya. Hukum bertaubat adalah wajib
bagi setiap muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Allah
SWT berfirman : “ ... dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur ; 31)
B. Syarat Bertaubat
Taubat baru dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT, maka ayat taubatnya
ada tiga macam, yaitu: 1) Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat
(nadam). 2) Meninggalkan perbuatan maksiat itu. 3) Bertekad dan berjanji dengan
sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu Namun, bila
dosanya terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya selain yang tiga macam
tersebut ditambah dengan dua syarat lagi yaitu: 1) Meminta maaf terhadap orang yang
telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan. 2) Mengganti kerugian setimbang dengan
kerugian yang dialaminya, akibat perbuatan zalim itu atau minta kerelaannya. Dosa
terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya diselesaikan di dunia
ini juga. Karena kalau tidak, pelaku dosanya di akhirat termasuk orang yang merugi
bahkan celaka. Apabila seseorang telah terlanjur bertaubat dosa, kemudian bertaubat
dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat.
Tentu saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat-syarat taubat seperti
tersebut. Adapun hikmah dan manfaat yang di peroleh dari pertaubatan itu antara lain:
dosanya diampuni, memperoleh rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga.
Terkait dengan taubat ini Allah SWT berfirman: Artinya : “wahai orang-orang yang
beriman, bertubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya. Mudah-
23
mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu
kedalam surga.” (Q.S.At-Tahrim,66: 8) Perlu pula diketahui dan disadari oleh setiap
orang yang telah terlanjur berbuat dosa, bahwa seorang yang membaca istigfar
(mohon ampunan dosa kepada Alloh), tetapi terus menerus berbuat doasa, maka ia
akan dianggap telah mengolok-olok Tuhannya. Demikian juga seorang yang berbuat
dosa, dan baru bertaubat ketika “sakratul maut” (nyawanya yang sudah berada di
tenggorokan) maka taubatnya tidak akan diterima Allah. Selain pelaku dosa itu harus
betul-betul meninggalkan perbuatan dosanya (taubt nasuha), hendaknya ia juga terus-
menerus melakukan perbuatan baik yang diridai Allah SWT. Allah berfirman: Artinya
: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan yang
buruk (dosa) “ (Q.S. Huud, 11:114) II.
C. RAJA’
Pengertian Raja’ Kata Raja () berasal dari bahasa arab yang artinya harapan.
Yang dimaksud raja’ pada pembahasan ini ialah mengharapkan keridaan Allah SWT
dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia Allah SWT yang mendatangkan
manfaat dan nikmat. Raja’ termasuk akhlakul karimah terhadap Allah SWT, yang
manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Muslim (muslimah) yang mengharapkan ampunan Allah, berarti ia mengakui bahwa
Allah itu Maha Pengampun. Muslim (Muslimah) yang mengharapkan agar Allah
melimpahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, berarti ia menyakini bahwa Allah
itu Maha pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap
muslim (muslimah) senantiasa berharap memperoleh rida dan rahmat Allah, sebagai
bukti penghambaan kepada-Nya. Allah SWT telah memerintahkan kepada orang-
orang yang beriman agar banyak berdoa kepada Allah SWT, dengan berharap Allah
SWT akan mengabulkan doanya. Allah SWT berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu... (Q.S.Al-Mu’min, 40:60)
Kebalikan dari sifat raja’ ialah berputus harapan terhadap rida dan rahmat
Allah SWT. Orang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk
kepada Allah SWT. Yang hukumanya haram dan merupakan ciri dari orang kafir.
Allah SWT berfirman: Artinya: “Dan jangan kamu berputus harapan terhadap rahmat
Allah, sesungguhnya tidak berputus harapan terhadap rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir.” (Q.S.Yusuf, 12: 87) Seseorang yang berharap memperoleh rida dan
rahmat Allah SWT, bahagia di dunia dan akhirat tentu harus berusaha dengan
melakukan perbuatan-perbutan yang menyebabkan apa yang diharapkannya itu
24
terwujud. Jika ia hanya berharap saja dan tidak mau berusaha itu namanya berangan-
angan kosong atau berkhayal yang dalam bahasa arabnya disebut tamanni. Seseorang
muslim yang mengharapkan rida Allah SWT, tentu harus berusaha dengan jalan betul-
betul bertakwa pada Allah, sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Allah berfirman yang artinya: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S.Al-Ahzab, 33:
21) Muslim/muslimah yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap
Optimis,dinamis,berfikir kritis, dan mengenal diri dalam mengharap keridaan Allah
SWT, berikut adalah penjelasan ringkas tentang hal tesebut: 1. Optimis Dalam kamus
besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan optimis adalah orang
yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal atau
persoalan. Optimis termasuk sifat terpuji. Sifat optimis seharusnya dimiliki oleh setiap
muslim (muslimah). Seorang muslim (muslimah) yang optimis tentu akan
berprasangka baik terhadap Allah. Ia kan selalu berusaha agar kualitas hidupnya
meningkat. Kebalikan dari sifat optimis ialah sifat pesimistis. Sifat pesimistis ini
seharusnya dijauhi, karena termasuk dalam sifat tercela. Seseorang yang pesimis
dapat di artikan berprasangka buruk kepada Allah. Ia dalam hidupnya kemungkinan
besar tidak akan memperoleh kemajuan. Seseorang yang pesimis biasanya selalu
khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia
tidak mau berusaha untuk mencobanya. Muslim (muslimah) yang bersifat optimistis
hendaknya bertawakkal kepada Allah SWT yaitu berusaha sekuat tenaga untuk
meraih apa yang dicita-citakannya, sedangkan hasilnya diserahkan kapada Allah
SWT. Orang yang tawakkal tentu akan memperoleh pertolongan dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman : Artinya: “Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Q.S.Ath-Thalaq, 65: 3) 2.
Dinamis Kata dinamis berasal dari bahasa belanda dynamisch yang berarti giat
bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, terus tumbuh. Seseorang yang
berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan
terus berusaha secara sungguh-sungguh, untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah
yang lebih baik dan lebih maju. Misalnya : · Seorang petani akan berusaha agar hasil
pertaniannya meningkat. · Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha
dagangnya berkembang. · Seorang pelajar akan meningkatkan kegiatan belajaranya
supaya ilmuanya betambah. Sikap pelaku dinamis seperti itu sebenarnya sesuai
25
dengan fitrah (pembawaan) manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat
ke arah yang lebih baik. Allah SWT berfirman: Artinya : “Sesungguhnya kamu
melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),” (Q.S.Al-Insyiqaq, 84:19) Mengacu
kepada pengertian dinamis tersebut, jelas bahwa sikap dinamis termasuk akhlakul
karimah, yang seyogyanya dimiliki dan di amalkan oleh setiap muslim (muslimah).
Seorang muslim (muslimah) yang sudah meraih prestasi baik dalam bidang positif
seperti dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang pertanian dan
perdagangan serta dalam bidang ekonomi dan industri, hendaknya berusaha terus
meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik lagi. Hal itu sesuai dengan suruhan
Allah SWT dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah SAW dalam haditsnya. Allah
SWT berfirman. Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S.Al-Insyirah, 94: 7-8) Juga Rasulullah
SAW bersabda yang artinya:” barang siapa yang amal usahanya lebih baik dari
kemarin maka orang itu termasuk orang yang beruntung, dan jika amal usahanya
sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk
dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela”. (H.R. Tabrany) Kebalikan
dari sifat dinamis adalah sifat statis. Sifat statis seharusnya dijauhi karena termasuk
akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatngkan kerugian. Seorang
siswa/siswi yang berperilaku statis biasanya malas belajar dan tidak bergairah untuk
menuntut ilmu yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan siswa/siswi tersebut kuallitas
ilmunya tidak meningkat, sehingga ia tergolong orang yang merugi bahkan tercela. 3
Berpikir Kritis Dalam kamus bersar bahasa indonesia di jelaskan, bahwa perpikir
krtitis itu artinya tajam dalam penganalisaan. Bersifat tidak lekas percaya, dan sifat
terlalu berusaha menemukan kelasalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang
ahli memberi kjritik atau memperikan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau
salah, tepat atau keliru, sudah lngkap atau masih kurang disebut seorang kritikus.
Kritik itu ada dua macam yaitu, yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Kritik
yang termasuk akhlak terpuji adalah kritik yang sehat, yang didasari dengan niat
ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati,
dan dengan maksud untuk memberi pertolongan kepada orang yang dikritik agar
menyadari kesalahannya, kekeliruannya, dan kekurangan, disertai dengan
memberikan petinjuk tantang jalur keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangan
tersebut. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “yang dinamakan orang Islam
26
adalah orang yang menyelamatkan orang-orang muslim lainnya dari gangguan lidah
dan tangannya, sedang yang dinamakan orang yang hijrah itu adalah orang yang
meninggalkan semua larangan Allah” (H.R.Bukhari,Abu Dawud dan Nasa’iy) Kritik
yang sehat, seperti tersebut sebenarnya termasuk ke dalam tolong menolong yang di
perintahkan Allah SWT untuk dilaksenakan. Allah SWT berfirman yang artinya : “
dan bertolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)kebijakan dan takwa dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S. Al-Maa-idah,
5:2) Kritik yang termasuk akhlak tercela adalah kritik yang merusak, yang tidak
didasari niat ikhlas karena Allah SWT, dengan menggunakan kata-kata keji yang
menyakitkan hati dan tidak disertai memberi petunjuk tentang jalur keluar dari
kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan. Kritik mcam ini termasuk akhlak tercela
karena dapat merusak hubungan antara yang mengkritik dan yang dikritik, sehingga
antara mereka saling bermusuhan dan saling dengki, yang sangat dilarang oleh Allah
SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ janganlah kamu berdengki-dengkian,
jangan putus memutuskan persaudaraan, jangan benci-membenci, jangan pula
belakang membelakangi, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara,
sebagaimana telah di perintahkan Allah kepadamu.” (H.R.Bukhari dan Muslim) 4.
Mengenali Diri Dengan Mengharap Keridaan Allah SWT Salah satu cara dalam
mengharap keridaan Allah SWT ialah berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai
dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf: “Barang siapa yang mengenal
dirinya tentu akan mengenal Tuhannya.” Mukmin yang mengenali dirinya, tentu akan
menyadari bahwa dirinya adalah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada
ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Termasuk ke dalam sunatullah antara lain ia
pernah berada di dalam kandungan ibunya, selama kurang lebih 9 bulan, lalu ia lahir
ke dunia dalam keadaan bayi, kemudian berproses menjadi balita, kanak-kanak,
remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal dunia. Apakah setelah meninggal dunia
kehidupan seorang manusia berakhir? Seorang mukmin akan menjawab mantap
penuh keyakinian bahwa meninggal dunia bukan akhir kehidupan, karena setelah itu
manusia akan terus hidup di alam Barzah (Kubur) dan alalu di dalam akhirat. Mukmin
yang mengenali dirinya akan menyadari bahwa ia hidup karena Allah dan bertujuan
untuk memperoleh keridaan Allah. Mukmin yang ketika di dunianya memperoleh
kerdiaan Allah, tentu di alam kubur dan alam akhiratpun akan memperoleh rida Allah
SWT, ia akan terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dan akan mendapatkan
nikmat kubur serta pahala surga. Seorang mukmin akan memperoleh rida Allah SWT,
27
apabila semasa hidupnya di alam dunia betul-betul berada di jalan yang diridai Allah
SWT, yakni betul-betul menghambakan dirinya hanya kepada-Nya dengan cara
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Hal
ini sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakannya umat manusia yakni semata-mata
untuk menghambakan diri pada Allah SWT. Allah SWT berfirman: Artinya : “Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat,51: 56) Mukmin yang mengenali dirinya di mana pun dan
kapan pun, tentu akan selalu mengadakan instropeksi apakah dirinya sudah betul-
betul menghambakan dirinya kepada AllahSWT? Kalau sudah, bersyukurlah dan
tingkatkan kualitasnya. Kalau belum, kembalilah ke jalan yang diridai Allah SWT
dengan jalan beul-betul bertakwa kepada-Nya. Mukmin yang selama hidupnya selalu
berada di jalan yang diridhoi Allah SWT dan tatkala meninggal dunia dalam keadaan
bertakwa tentu nyawanya akan di cabut oleh malaikat Izrail dengan sikap ramah dan
tidak menyakitan bahkan akan dipersilahkan pindah hidupnya dari alam dunia ke
alam Barzah dan dimasukan ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang diridai-Nya
serta memperoleh pahala surga. Allah SWT berfirman yang artinya : “Hai jiwa yang
tenang (nafsu mutamainnah) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridai-Nya, maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam suraga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr, 89:27-30
28
BAB IV
Transaksi Ekonomi dalam Islam
A. Pengertian Mu’āmalah
Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Sementara dalam fiqh Islam berarti tukarmenukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli,
sewamenyewa, upah-mengupah, pinjammeminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan
usaha lainnya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang,
dan pinjam-meminjam, Islam melarang beberapa hal di antaranya seperti berikut:
1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.
2. Tidak boleh melakukan kegiatan riba.
3. Tidak boleh dengan cara-cara ẓālim (aniaya).
4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan.
5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.
B. Macam-Macam Mu’āmalah
1. Jual-Beli
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk
memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan firman
Allah Swt. berikut ini:
Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....” (Q.S. al-
Baqarah: 275).
Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nilainya, dan agar
tidak terjadi kekurangan di belakang hari, al-Qur’ãn menyarankan agar dicatat, dan ada saksi.
a. Syarat-Syarat Jual-Beli
Syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah sebagai
berikut.
1) Penjual dan pembelinya haruslah:
a) Ballig.
29
b) Berakal sehat.
c) Atas kehendak sendiri.
2) Uang dan barangnya haruslah:
a) Halal dan suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala, termasuk
lemak bangkai tersebut.
b) Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan
harta atau pemboros.
c) Keadaan barang dapat diserahterimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat
diserahterimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau barang yang sedang dijadikan
jaminan sebab semua itu mengandung tipu daya.
d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli.
e) Milik sendiri.
3) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.”Pembeli
menjawab, “Baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka
sama suka. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama
suka.” (HR. Ibnu Hibban)
b. Khiyār
1) Pengertian Khiyār
Khiyār adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya.
Islam memperbolehkan melakukan khiyār karena jual-beli haruslah berdasarkan suka sama
suka, tanpa ada unsur paksaan sedikit pun. Penjual berhak mempertahankan harga barang
dagangannya, sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang
diyakininya. Rasulullah saw. bersabda, “Penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama
keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku benar dan suka menerangkan keadaan
(barang)nya, maka jual-belinya akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya
menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual-
belinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Macam-Macam Khiyār
a) Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya
transaksi/tawar-menawar, keduanya berhak memutuskan meneruskan atau membatalkan jual-
beli. Rasulullah saw. bersabda, “Dua orang yang berjual-beli, boleh memilih akan
meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
30
b) Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual
mengatakan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga hari.”
Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli untuk memutuskan jadi tidaknya
pembelian tersebut dalam waktu tiga hari. Apabila pembeli mengiyakan, status barang
tersebut sementara waktu (dalam masa khiyār) tidak ada pemiliknya. Artinya, si penjual tidak
berhak menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli memutuskan tidak
jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali. Rasulullah saw. bersabda kepada seorang
lelaki, “Engkau boleh khiyār pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari tiga
malam.” (HR. Baihaqi dan Ibnu Majah).
c) Khiyār Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika
terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun hendaknya
dilakukan sesegera mungkin.
c. Ribā
1) Pengertian Ribā
Ribā adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi
dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.
Ribā, apa pun bentuknya, dalam syariat Islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya
juga sangat berat. Diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan bahwa, "Rasulullah mengutuk
orang yang mengambil ribā, orang yang mewakilkan,orang yang mencatat, dan orang yang
menyaksikannya.” (HR. Muslim). Dengan demikian, semua orang yang terlibat dalam riba
sekalipun hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga.
Guna menghindari riba, apabila mengadakan jual-beli barang sejenis seperti emas
dengan emas atau perak dengan perak ditetapkan syarat:
a) sama timbangan ukurannya.
b) dilakukan serah terima saat itu juga.
c) secara tunai.
Namun tetap harus secara tunai dan diserahterimakan saat itu juga. Kecuali barang
yang berlainan jenis dengan perbedaan seperti perak dan beras, dapat berlaku ketentuan jual-
beli sebagaimana barang-barang yang lain.
2) Macam-Macam Ribā
a) Ribā Faḍli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya. Misalnya,
cincin emas 22 karat seberat 10 gram ditukar dengan emas 22 karat namun seberat 11 gram.
Kelebihannya itulah yang termasuk riba.
31
b) Ribā Qorḍi, adalah pinjammeminjam dengan syarat harus memberi kelebihan saat
mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar Rp100.000,00 asal si
B bersedia mengembalikannya sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut
riba.
c) Ribā Yādi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun penjual
dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima. Seperti penjualan kacang, ketela yang
masih di dalam tanah.
d) Ribā Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian.
Misalnya, membeli buah-buahan yang masih kecil-kecil di pohonnya, kemudian diserahkan
setelah besar-besar atau setelah layak dipetik. Atau, membeli padi di musim kemarau, tetapi
diserahkan setelah panen.
2. Utang-piutang
a. Pengertian Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan
akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah keadaannya.
Misalnya utang Rp100.000,00 di kemudian hari harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi
utang kepada seseorang berarti menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama.
b. Rukun Utang-piutang
Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:
1) yang berpiutang dan yang berutang
2) ada harta atau barang
3) Lafadz kesepakatan. Misal: “Saya utangkan ini kepadamu.” Yang berutang menjawab,
“Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas) atau jika sudah punya akan
saya lunasi.”
Untuk menghindari keributan di belakang hari, Allah Swt. menyarankan agar kita
mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan,
Allah Swt. menganjurkan memberinya kelonggaran. “Dan jika (orang berutang itu) dalam
kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu
menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S. al-Baqarah: 280).
Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya
sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan tersebut halal bagi yang berpiutang, dan
merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
32
sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya ketika membayar utang.” (sepakat ahli hadis).
Abu Hurairah ra. berkata, ”Rasulullah saw. telah berutang hewan, kemudian beliau bayar
dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan Rasulullah saw.
Bersabda ,”Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang dapat membayar
utangnya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang
melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh. Tambahan
pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. berkata “Tiap-tiap
piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam ribā.” (HR.
Baihaqi).
3. Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-menyewa
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima
oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan
pikiran, tempat tinggal, atau hewan.
Dasar hukum ijārah dalam firman Allah Swt.:
Artinya: “...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-Baqarah:
233).
Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya
kepada mereka...”(Q.S. aṭ-Ṭalāq: 6)
b. Syarat dan Rukun Sewa-menyewa
1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat.
2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua
belah pihak. Misalnya, ada orang akan menyewa sebuah rumah. Si penyewa harus
menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah rumah tersebut mau
ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan
33
mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah antara dipakai
sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang. Demikian pula jika
barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan dipergunakan untuk apa saja.
6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
7) Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan jelas serta disepakati
bersama.
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas
dan disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
1) Jenis pekerjaan dan jam kerjanya.
2) Berapa lama masa kerja.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan ataukah
borongan?
4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan, dan lain-lain, kalau ada.
C. Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih
sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
a. Rukun dan Syarat Syirkah
Adapun rukun syirkah secara garis besar ada tiga, yaitu seperti berikut:
1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang yang melakukan akad adalah harus
memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taṡarruf (pengelolaan harta).
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun
syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam
agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau yang disebut juga dengan istilah ṡigat. Adapun syarat sah akad harus berupa
taṡarruf, yaitu adanya aktivitas pengelolaan.
b. Macam-Macam Syirkah
Syirkah dibagi menjadi beberapa macam, yaitu syirkah `inān, syirkah ‘abdān, syirkah wujūh,
dan syirkah mufāwaḍah.
1) Syirkah ‘Inān
Syirkah ‘inān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing- masing
memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan
dalil sunah dan ijma’ sahabat.
34
Contoh syirkah ‘inān: A dan B sarjana teknik komputer. A dan B sepakat
menjalankan bisnis perakitan komputer dengan membuka pusat service dan penjualan
komponen komputer. Masing-masing memberikan kontribusi modal sebesar Rp10 juta dan
keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut. Dalam syirkah jenis ini, modalnya
disyaratkan harus berupa uang. Sementara barang seperti rumah atau mobil yang menjadi
fasilitas tidak boleh dijadikan modal, kecuali jika barang tersebut dihitung nilainya pada saat
akad. Keuntungan didasarkan pada kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh masing-
masing syārik (mitra usaha) berdasarkan porsi modal. Jika masing-masing modalnya 50%,
masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%.
2) Syirkah ‘Abdān
Syirkah ‘abdān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (amal). Konstribusi kerja itu
dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperti tukang batu).
Syirkah ini juga disebut syirkah ‘amal.
Contohnya: A dan B samasama nelayan dan bersepakat melaut bersama untuk
mencari ikan. Mereka juga sepakat apabila memperoleh ikan akan dijual dan hasilnya akan
dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%. Dalam syirkah ini
tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh
saja syirkah ‘abdān terdiri atas beberapa tukang kayu dan tukang batu. Namun, disyaratkan
bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal dan tidak boleh berupa
pekerjaan haram, misalnya berburu anjing. Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan
kesepakatan, porsinya boleh sama atau tidak sama di antara syarik (mitra usaha).
3) Syirkah Wujūh
Syirkah wujūh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujūh adalah syirkah antara dua
pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang
memberikan konstribusi modal (mal).
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B bersyirkah
wujuh dengan cara membeli barang dari seorang pedagang secara kredit. A dan B bersepakat
bahwa masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu, keduanya menjual barang
tersebut dan keuntungannya dibagi dua. Sementara harga pokoknya dikembalikan kepada
pedagang. Syirkah wujūh ini hakikatnya termasuk dalam syirkah ‘abdān
4) Syirkah Mufāwaḍah
35
Syirkah mufāwaḍah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah di atas. Syirkah mufāwaḍah dalam pengertian ini boleh dipraktikkan.
Sebab setiap jenis syirkah yang sah berarti boleh digabungkan menjadi satu. Keuntungan
yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai
dengan jenis syirkahnya, yaitu ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal jika berupa
syirkah ‘inān, atau ditanggung pemodal saja jika berupa mufāwaḍah, atau ditanggung mitra-
mitra usaha berdasarkan persentase barang dagangan yang dimiliki jika berupa syirkah
wujūh.
Contohnya: A adalah pemodal, berkontribusi modal kepada B dan C. Kemudian, B
dan C juga sepakat untuk berkontribusi modal untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C. Dalam hal ini, pada awalnya yang terjadi adalah
syirkah ‘abdān, yaitu ketika B dan C sepakat masing-masing bersyirkah dengan memberikan
kontribusi kerja saja. Namun, ketika A memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara
mereka bertiga terwujud muḍārabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai
pengelola. Ketika B dan C sepakat bahwa masing-masing memberikan kontribusi modal, di
samping kontribusi kerja, berarti terwujud syirkah ‘inān di antara B dan C. Ketika B dan C
membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti
terwujud syirkah wujūh antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telah
menggabungkan semua jenis syirkah dan disebut syirkah mufāwaḍah.
5) Muḍārabah
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), pihak lainnya menjadi pengelola atau pengusaha
(muḍarrib). Keuntungan usaha secara muḍārabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, namun apabila mengalami kerugian, ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.
Kontrak bagi hasil disepakati di depan sehingga bila terjadi keuntungan,
pembagiannya akan mengikuti kontrak bagi hasil tersebut. Misalkan, kontrak bagi hasilnya
adalah 60:40, di mana pengelola mendapatkan 60% dari keuntungan, pemilik modal
mendapat 40% dari keuntungan.
Muḍārabah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu muḍārabah muṭlaqah dan muḍārabah
muqayyadah. Muḍārabah muṭlaqah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik modal dan
pengelola yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
36
dan daerah bisnis. Muḍārabah muqayyadah adalah kebalikan dari muḍārabah muṭlaqah,
yakni usaha yang akan dijalankan dengan dibatasi oleh jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
6) Musāqah, Muzāra’ah, dan Mukhābarah
a) Musāqah
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik
kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan dibagi dua
menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Konsep musāqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara
kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak memiliki
waktu luang untuk merawat perkebunannya, sementara di pihak lain ada petani yang
memiliki banyak waktu luang namun tidak memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya
sistem kerja sama musāqah, setiap pihak akan sama-sama mendapatkan manfaat.
b) Muzāra’ah dan Mukhābarah
Muzāra’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap di mana benih tanamannya berasal dari petani. Sementara mukhābarah ialah kerja
sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap di mana benih
tanamannya berasal dari pemilik lahan. Muzāra’ah memang sering kali diidentikkan dengan
mukhābarah. Namun demikian, keduanya sebenarnya memiliki sedikit perbedaan. Apabila
muzāra’ah, benihnya berasal dari petani penggarap, sedangkan mukhābarah benihnya berasal
dari pemilik lahan.
Muzāra’ah dan mukhābarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw. Dalam
hal ini, pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan pembagian persentase tertentu dari hasil panen. Di Indonesia, khususnya di
kawasan pedesaan, kedua model penggarapan tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh
masyarakat petani. Landasan syariahnya terdapat dalam hadis dan ijma’ ulama.
D. Perbankan
1. Pengertian Perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana
masyarakat dan disalurkannya kembali dengan menggunakan sistem bunga. Dengan
demikian, hakikat dan tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan, baik
dalam menyimpan maupun meminjamkan, baik berupa uang atau barang berharga lainnya
dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh masyarakat pengguna jasa bank.
37
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
seperti berikut:
a. Bank Konvensional
Bank konvensional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk
disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha, guna
mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
b. Bank Islam atau Bank Syari’ah
Bank Islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut
syariat Islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak ada dalam bank Islam.
Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya seperti berikut:
1) Muḍārabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan perjanjian
bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian. Dalam
sistem muḍārabah, pihak bank sama sekali tidak mengintervensi manajemen perusahaan.
2) Musyārakah, yakni kerja sama antara pihak bank dan pengusaha di mana masing-masing
sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengelola usahanya secara
bersama-sama dan menanggung untung ruginya secara bersama-sama pula.
3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga. Amanah dari
pihak nasabah berupa uang atau barang titipan yang telah disebutkan di atas dipelihara
dengan baik oleh pihak bank. Pihak bank juga memiliki hak untuk menggunakan dana yang
dititipkan dan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut sewaktuwaktu pemiliknya
memerlukan.
4) Qarḍul hasān, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik dalam
keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh
tempo. Biasanya layanan ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di bank
tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank kepada nasabahnya.
5) Murābahah, yaitu suatu istilah dalam fiqh Islam yang menggambarkan suatu jenis
penjualan di mana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan
ditambah jumlah keuntungan tertentu di atas biaya produksi. Di sini, penjual mengungkapkan
biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dan berapa keuntungan yang hendak diambilnya.
Pembayaran dapat dilakukan saat penyerahan barang atau ditetapkan pada tanggal tertentu
yang disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan atau menyediakan barang yang diperlukan
pengusaha untuk dijual lagi dan bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya.
Namun demikian, pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga pembelian yang
sebenarnya.
38
E. Asuransi Syari’ah
1. Prinsip-Prinsip Asuransi Syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang artinya pertanggungan. Dalam
bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’m³n yang berarti pertanggungan, perlindungan, keamanan,
ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung (assuradeur) disebut mu’ammin
dan tertanggung (geasrurrerde) disebut musta’min.
Dalam Islam, asuransi merupakan bagian dari muāmalah. Kaitan dengan dasar
hukum asuransi menurut fiqh Islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk
asuransi tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Pada umumnya, para ulama
berpendapat asuransi yang berdasarkan syari’ah dibolehkan dan asuransi konvensional haram
hukumnya.
Asuransi dalam ajaran Islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang
didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak
memiliki daya apa pun ketika menerima musibah dari Allah Swt., baik berupa kematian,
kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk yang lain. Untuk menghadapi berbagai
musibah tersebut, ada beberapa cara untuk menghadapinya. Pertama, menanggungnya
sendiri. Kedua, mengalihkan risiko ke pihak lain. Ketiga, mengelolanya bersama-sama.
Dalam ajaran Islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan masalah
kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi jika musibah itu
mengenai masyarakat luas seperti gempa bumi atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan
asuransi sangat sesuai dengan semangat ajaran tersebut.
Allah Swt. menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, di antaranya berikut ini:
Artinya: “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...” (Q.S. al-Māidah: 2).
Banyak pula hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan umat Islam untuk saling
melindungi saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat al-Qur’ān dan
riwayat hadis, dapat dipahami bahwa musibah ataupun risiko kerugian akibat musibah wajib
ditanggung bersama. Bukan setiap individu menanggungnya sendiri-sendiri dan tidak pula
dialihkan ke pihak lain. Prinsip menanggung musibah secara bersama-sama inilah yang
sesungguhnya esensi dari asuransi syari’ah.
2. Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional
39
Tentu saja prinsip tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem asuransi
konvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko. Seseorang membayar sejumlah
premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu dia pikul kepada perusahaan asuransi.
Dengan kata lain, telah terjadi ‘jual-beli’ atas risiko kerugian yang belum pasti terjadi. Di
sinilah cacat perjanjian asuransi konvensional. Sebab akad dalam Islam mensyaratkan adanya
sesuatu yang bersifat pasti, apakah itu berbentuk barang ataupun jasa.
Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensional dikenal dana hangus, di mana
peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri sebelum
masa jatuh tempo. Dalam konsep asuransi syari’ah, mekanismenya tidak mengenal dana
hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun, lantas karena satu dan lain hal ingin
mengundurkan diri, dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil
kembali, kecuali sebagian kecil saja yang sudah diniatkan untuk dana tabarru’ (sumbangan)
yang tidak dapat diambil.
Setidaknya, ada manfaat yang bisa diambil kaum muslimin dengan terlibat dalam
asuransi syari’ah, di antaranya bisa menjadi alternatif perlindungan yang sesuai dengan
hukum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan bagi pemeluk agama lain yang
memandang konsep syariah lebih adil bagi mereka karena syariah merupakan sebuah prinsip
yang bersifat universal.
Untuk pengaturan asuransi di Indonesia dapat dipedomani Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
40
BAB V
Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan
A. Sekilas tentang Dunia Islam pada Abad Pertengahan
Dalam buku Ensiklopedi Islam, Jilid 2 (Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve) dijelaskan
bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode
pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Topik bahasan dalam
bab ini akan difokuskan pada perkembangan Islam pada periode pertengahan.
Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai
dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antarwilavah Islam, dan
adanya kemajuan di bidang ilmu dan sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak
adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan terpecahnya
Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
1. Kerajaan Ottoman di Turki
Kerajaan Ottoman didirikan dan diproklamasikan kemerdekaannya oleh Utsman I dari
bangsa Turki Utsmani, setelah Sultan Alauddin dari Dinasti Saljuk meninggal dunia tahun
1300 M.
Utsman I dinobatkan sebagai raja (sultan) pertama dan kerajaan Ottoman, yang disusul
dengan raia-raja berikutnya. Kerajaan Ottoman mengalami kemajuan pada masa
pemerintahan Sultan Muhammad II (1451-1481 M). Sultan ini berjasa besar, karena telah
menyebarluaskan Islam ke Benua Eropa, melalui penaklukan kota Benteng Konstantinopel
ibukota Romawi Timur pada tahun 1453 M. Karena keberhasilan ini, kemudian Sultan
Muhammad II mendapat julukan Al-Fatih yang artinya Sang Penakluk.
Kerajaan Ottoman mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan
Sulaeman I (1521-1566 M), yang bergelar Sulaeman Agung dan Sulaeman Al-Qanuni. Pada
masa pemerintahannva kerajaan Ottoman memiliki wilavah kekuasaan yang cukup luas, yaitu
: Afrika Utara, Mesir, Hedzjaz, Irak, Armenia, Asia kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria,
Bosnia, Hongaria, Rumania, sumpai ke batas Sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu Laut
Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam.
Namun, setelah Sulaeman Agung meninggal dunia, kerajaan Ottoman Turki mengalami
kemunduran sehingga satu demi satu wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
41
Biografi Sulaiman Al-Qanuni
(6 November 1494 - 5 September 1566 M)
Sulaeman Al-Qanuni, yang disebut juga Sulaeman adalah putra pasangan Sultan Salim I
(yang wafat pada tahun 1520 M) dan Aisya Sultan. Perkataan Al-Qanuni merupakan julukan
yang diberikan oleh masyarakat Turki Utsmani kepada Sulaeman I, yang berarti “Si Pembuat
Undang-Undang”.
Sulaeman Al-Qanuni, menjadi Sultan Ottoman Turki dari tahun 1520 M sampai dengan
1566 M. Beliau merupakan Sultan Turki Utsmani terbesar dan paling berhasil dalam
menjalankan roda pemerintahan. Keberhasilan-keberhasilan tersebut antara lain dalam hal :
o Perluasan wilayah kekuasaan seperti berhasil menguasai Beograd, yang sekarang menjadi
ibukota Serbia, Yugoslavia (dulu) pada tahun 1521 M; menguasai Budapest, ibukota
Hongaria pada tahun 1524 M; menguasai Pulau Rhodos tahun 1522 M; merebut pangkalan
angkatan laut di bagian tenggara Prancis yaitu kota Nicea, memperoleh kemenangan dalam
berperang melawan Austria pada tahun 1531 M. Karena demikian kuat dan luasnya wilayah
kekuasaan Sulaeman Al-Qanuni. orang-orang Eropa memberi julukan kepadanya dengan
nama Solomon the Magnificent atau Solomon the Great (Sulaeman yang Agung).
o Membangun armada laut pertama pada tahun 1534 M. yang diperkuat oleh admiral laut yang
cakap Khairuddin Barbarossa. Armada laut ini dibentuk untuk menghadapi perlawanan
pasukan Kaisar Karel V dari Spanyol.
o Mendirikan Universitas As-Sulaemaniyyah pada tahun 1550, membangun istana, hotel,
rumah sakit, lembaga pendidikan Al-Qur’an, dan masjid. Sedangkan arsitekturnya bernama
Sinan.
o Menulis salinan Al-Qur’an dengan tangannya sendiri, yang kini disimpan dengan baik di
Masjid Agung Sulaeman yang dibangun tahun 1550-1556 M.
2. Kerajaan Mogul di India
Peranan umat Islam India dalam penyebarluasan agama Islam dapat dilihat dalam
empat periode, yaitu periode sebelum kerajaan Mogul (705-1526 M). periode Mogul (1526-
1858 M). periode masa penjajahan lnggris (1858-1947 M), dan periode negara India Sekuler
(1947-sekarang).
Kerajaan Mogul didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, keturunan Jengiz Khan
bangsa Mongol, pada tahun 1526 M. Kerajaan Mogul berpusat di Delhi (India).
42
Kerajaan Mogul diperintah secara silih berganti oleh 15 orang raja (sultan). Sultan
pertama Kerajaan Mogul bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) dan sultan
terakhirny brnarna Sultan Bahadur Syh II (1837-1858 M). Kerajaan Mogul mencapai puncak
kejayaannva tatkala diperintah oleh Akbar Syah I (1556-1605 M), Jahangir atau Nuruddin
Muhammad Jahangir (1605-1627 M), Syah Jihan (1627-1658 M), dan Aurangzeh atau
Alamgir I (1658-1707 M).
Wilayah kejuasaan Mogul meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud,
Allahabad. Ajmer, Guzarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmad Nagar, Ousra.
Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli.
3. Kerajaan Safawi di Persia (sekarang Iran)
Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia yang
semula beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk Islam. Dinasti atau kerajaan Islam
silih berganti memerintah Persia, sampai dengan bangsa Mongol merebutnya pada abad ke-
12 M. Selama tiga abad bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1501 M muncul
dinasti baru, yaitu dinasti atau Kerajaau Safawi.
Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail Syafawi (Ismail I) pada tahun 907 H (1501
M) di Tabriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501 M-1524 M, yang wilayah kekuasaannya di
sebelah barat berbatasan dengan kerajaan Utsmani (Ottoman) di Turki dan di sebelah timur
berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di lndia.. Kerajaan Safawi Mogul dan Turki
Utsmani merupakan tiga kerajaan besar pada ahad pertengahan.
Setelah pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti sultan- sultan Dinasti
Safawi melanjutkan pemerintahannya hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhir Kerajaan
Safawi bernama Sultan Muhammad.
Kerajaan Safawi mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas
(1585 - 1628 M). Beliau berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir Portugis dan
kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah menjadi Bandar Abbas (sampai
sekarang). Syah Abbas juga memindahkan ibukota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan.
Setelah pemerintahan Syah Abbas berakhir dan digantikan oleh sultan- sultan
berikutnya, kedudukan Kerajaan Safawi menjadi lemah. Kelemahan Kerajaan Safawi ini
antara lain disebabkan adanya perebutan kekuasaan.
Selanjutnya Persia diperintah oleh Dinasti Zand (1759-1794), Dinasti Qajar (1794-
1925), Dinasti Pahlevi (1925-1979). Kemudian sejak tanggal 11 Februari 1979 melalui
revolusi Islam yang dipimpin oleh ulama terkenal Ayatullah Komeini (1900-1989 M), sistem
43
kerajaan yang telah ribuan tahun berkuasa. dihapus dan diganti dengan sistem republik
(demokrasi) dengan nama “Jumhuri-ye Eslami-ye Iran” (Republik Islam Iran) dan dengan
presiden pertamanva Abalhassan Bani Sadr.
Pada waktu kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilavah dan benua
Asia dan Afrika berada dalam keadaan lemah, sebaliknya di wilavah Eropa justru dalam
keadaan kuat. Keadaan bangsa Eropa seperti Spanyol, Prancis, Portugis, Inggris, dan Belanda
berada dalam keadaan kuat dan maju, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
baru.
Salah satu penyebab bangsa Eropa kuat dan maju adalah pengaruh dari dunia Islam.
Pada awalnya bangsa Eropa mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dari umat Islam
pada periode klasik (periode kejayaan dan keemasan umat Islam) seperti ilmu kedokteran,
ilmu sejarah, ilmu pertambangan, dan ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut kemudian mereka
dalami dan kembangkan sendiri, sehingga setahap demi setahap mereka berhasil memperoleh
kemajuan dan kekuatan serta berhasil melaksanakan revolusi di bidang industri.
Selanjutnya, bangsa Eropa berusaha menjajah negara-negara lemah. khususnya
kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam yang ada di wilayah benua Asia dan Afrika. Mereka
melakukan penjajahan untuk mencapai tiga tujuan yaitu:
Gold yang maksudnya agar memperoleh keuntungan besar, khususnya di bidang
perdagangan bangsa Eropa, membeli bahan-bahan industri dari wilayah jajahannya dengan
harga murah, kemudian menjual hasil industrinya ke wilayah jajahannya dengan harga mahal.
Glory yang maksudnya untuk mencapai kejayaan di bidang kekuasaan.
Gospel yang artinya usaha menyebarluaskan agama Kristen.
Agar meraih keuntungan besar, bangsa Eropa melakukan usaha monopoli di bidang
perdagangan, antara lain dengan cara merebut dan menguasai pusat-pusat perdagangan yang
semula dikuasai umat Islam. Pusat-pusat perdaganga itu misalnya :
Kota Goa di pantai barat India direbut pada tahun 1510 M dan dijadikannya benteng
pangkalan, untuk menyaingi perdagangan umat Islam dengan Afrika Timur.
Pelabuhan Malaka pada tahun 1511 M dikuasai dan dijadikan sebagai benteng pangkalan
untuk menyaingi perdagangan umat Islam di luar Indonesia dengan Indonesia.
Akhirnya, setelah bangsa Eropa bertambah kuat, sedangkan kerajaan-kerajaan Islam
dan umat Islam semakin lemah terutama di bidang ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan,
maka kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah Asia-Afrika dijadikan
negara jajahan oleh bangsa Eropa. Negara-negara jajahan itu antara lain :
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi
[8] materi pai sma xi

More Related Content

What's hot

What's hot (16)

3.4 al adillatu 'ala wujudillah
3.4 al adillatu 'ala wujudillah3.4 al adillatu 'ala wujudillah
3.4 al adillatu 'ala wujudillah
 
HIA 3013 Tauhid
HIA 3013 TauhidHIA 3013 Tauhid
HIA 3013 Tauhid
 
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
2.9 2 tahqiqu ma'nasy syahadatain
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Bab 3 tambahan
Bab 3 tambahanBab 3 tambahan
Bab 3 tambahan
 
5.7 amal islami
5.7 amal islami5.7 amal islami
5.7 amal islami
 
Konsep Tarbiyah dalam Al-qur`an
Konsep Tarbiyah dalam Al-qur`anKonsep Tarbiyah dalam Al-qur`an
Konsep Tarbiyah dalam Al-qur`an
 
materi fiqih kelas X semester ganjil
materi fiqih kelas X semester ganjilmateri fiqih kelas X semester ganjil
materi fiqih kelas X semester ganjil
 
Prinsip Ibadah
Prinsip IbadahPrinsip Ibadah
Prinsip Ibadah
 
Maqamat wa Ahwal
Maqamat wa AhwalMaqamat wa Ahwal
Maqamat wa Ahwal
 
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
 
Makalah jihad
Makalah jihadMakalah jihad
Makalah jihad
 
HIA 3013 Hakikat Keimanan
HIA 3013 Hakikat KeimananHIA 3013 Hakikat Keimanan
HIA 3013 Hakikat Keimanan
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
 
Konsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islamKonsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islam
 
Beberapa Prasangka Negatif terhadap Islam
Beberapa Prasangka Negatif terhadap IslamBeberapa Prasangka Negatif terhadap Islam
Beberapa Prasangka Negatif terhadap Islam
 

Similar to [8] materi pai sma xi (20)

Toleransi
ToleransiToleransi
Toleransi
 
Al baqarah148 dan al-fatir32
Al baqarah148 dan al-fatir32Al baqarah148 dan al-fatir32
Al baqarah148 dan al-fatir32
 
Tafsir kontekstual
Tafsir kontekstualTafsir kontekstual
Tafsir kontekstual
 
PAI_2.pptx
PAI_2.pptxPAI_2.pptx
PAI_2.pptx
 
Berlomba dalam Kebaikan
Berlomba dalam KebaikanBerlomba dalam Kebaikan
Berlomba dalam Kebaikan
 
Manfaat pengislaman
Manfaat pengislamanManfaat pengislaman
Manfaat pengislaman
 
Iman kepada kitab
Iman kepada kitabIman kepada kitab
Iman kepada kitab
 
SUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAMSUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAM
 
1. Kompetisi dlm kebaikan dan menyantuni dua'fa.ppt
1. Kompetisi dlm kebaikan dan menyantuni dua'fa.ppt1. Kompetisi dlm kebaikan dan menyantuni dua'fa.ppt
1. Kompetisi dlm kebaikan dan menyantuni dua'fa.ppt
 
2021-Kepentingan al-Qur'an dalam Kehidupan - dr mohd adib abd muin
2021-Kepentingan al-Qur'an dalam Kehidupan - dr mohd adib abd muin2021-Kepentingan al-Qur'an dalam Kehidupan - dr mohd adib abd muin
2021-Kepentingan al-Qur'an dalam Kehidupan - dr mohd adib abd muin
 
Quranik
QuranikQuranik
Quranik
 
Pai lomba dalam kebaikan
Pai lomba dalam kebaikanPai lomba dalam kebaikan
Pai lomba dalam kebaikan
 
Kajian_Al_qur_an_Mengenai_Kompetisi_Dala.pptx
Kajian_Al_qur_an_Mengenai_Kompetisi_Dala.pptxKajian_Al_qur_an_Mengenai_Kompetisi_Dala.pptx
Kajian_Al_qur_an_Mengenai_Kompetisi_Dala.pptx
 
Ayat
AyatAyat
Ayat
 
Adab Interaksi dengan Qur'an.ppt
Adab Interaksi dengan Qur'an.pptAdab Interaksi dengan Qur'an.ppt
Adab Interaksi dengan Qur'an.ppt
 
Sumber Hukum Dalam Islam
Sumber Hukum Dalam IslamSumber Hukum Dalam Islam
Sumber Hukum Dalam Islam
 
Natalan bagi islam
Natalan bagi islamNatalan bagi islam
Natalan bagi islam
 
Ms islam religi all
Ms islam religi allMs islam religi all
Ms islam religi all
 
Iman kpd kitab allah
Iman kpd kitab allahIman kpd kitab allah
Iman kpd kitab allah
 
4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam
 

More from awalsepta84

Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3
Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3
Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3awalsepta84
 
PPt Perkembangan isam abad petengahan
PPt Perkembangan isam abad petengahanPPt Perkembangan isam abad petengahan
PPt Perkembangan isam abad petengahanawalsepta84
 
Pengurusan jenazah
Pengurusan jenazahPengurusan jenazah
Pengurusan jenazahawalsepta84
 
Khutbah tabligh dan_dakwah
Khutbah tabligh dan_dakwahKhutbah tabligh dan_dakwah
Khutbah tabligh dan_dakwahawalsepta84
 
Materi aqidah ahlak
Materi aqidah ahlakMateri aqidah ahlak
Materi aqidah ahlakawalsepta84
 
[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xi[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xiawalsepta84
 
[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xi[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xiawalsepta84
 
[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xi[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xiawalsepta84
 
[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xi[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xiawalsepta84
 
[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xi[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xiawalsepta84
 
[2] pemetaan sk kd pai sma xi
[2] pemetaan sk kd pai sma xi[2] pemetaan sk kd pai sma xi
[2] pemetaan sk kd pai sma xiawalsepta84
 
[1] sk kd pai sma xi
[1] sk kd pai sma xi[1] sk kd pai sma xi
[1] sk kd pai sma xiawalsepta84
 
[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xi[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xiawalsepta84
 
[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xi[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xiawalsepta84
 
[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xi[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xiawalsepta84
 
[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xi[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xiawalsepta84
 
[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xi[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xiawalsepta84
 

More from awalsepta84 (20)

Kisi kisi uts
Kisi kisi utsKisi kisi uts
Kisi kisi uts
 
Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3
Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3
Raja dan-taubat-group-3-class-xia-3
 
PPt Perkembangan isam abad petengahan
PPt Perkembangan isam abad petengahanPPt Perkembangan isam abad petengahan
PPt Perkembangan isam abad petengahan
 
Pengurusan jenazah
Pengurusan jenazahPengurusan jenazah
Pengurusan jenazah
 
Khutbah tabligh dan_dakwah
Khutbah tabligh dan_dakwahKhutbah tabligh dan_dakwah
Khutbah tabligh dan_dakwah
 
Dosa dosa besar
Dosa dosa  besarDosa dosa  besar
Dosa dosa besar
 
Materi aqidah ahlak
Materi aqidah ahlakMateri aqidah ahlak
Materi aqidah ahlak
 
Ppt uts penkom
Ppt uts penkomPpt uts penkom
Ppt uts penkom
 
[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xi[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xi
 
[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xi[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xi
 
[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xi[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xi
 
[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xi[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xi
 
[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xi[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xi
 
[2] pemetaan sk kd pai sma xi
[2] pemetaan sk kd pai sma xi[2] pemetaan sk kd pai sma xi
[2] pemetaan sk kd pai sma xi
 
[1] sk kd pai sma xi
[1] sk kd pai sma xi[1] sk kd pai sma xi
[1] sk kd pai sma xi
 
[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xi[7] kkm pai sma xi
[7] kkm pai sma xi
 
[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xi[6] program tahunan pai sma xi
[6] program tahunan pai sma xi
 
[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xi[5] program semester pai sma xi
[5] program semester pai sma xi
 
[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xi[4] rpp pai sma xi
[4] rpp pai sma xi
 
[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xi[3] silabus pai sma xi
[3] silabus pai sma xi
 

Recently uploaded

Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHerman022
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.MeidarLamskingBoangm
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 

Recently uploaded (7)

Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 

[8] materi pai sma xi

  • 1. 1 BAB I Q.S. Al-Baqarah, 2: 148 , Fatir , 32. Al Isra 26-27 dan Al Baqoroh 177 A. Q.S. Al-Baqarah, 2: 148 ‫ا‬َ‫ہ‬‫ي‬ِِّ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ٌ‫ة‬َ‫ه‬ ۡ‫ج‬ِ‫و‬ ٍِّّ۬‫ل‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ َ‫و‬ِِ‫ت‬ََۡ‫َي‬َۡ‫لل‬ ْ‫و‬ََُُِِۡۡ‫س‬ََ‫ا‬‫ا‬ً‫ي‬َِِ‫ج‬ ُ ‫لَّله‬ ُُُ‫ك‬ِِ َِِۡۡۡ ْ‫و‬ُُ‫و‬ُ‫ك‬ََ ‫ا‬َ‫م‬ ٌٍَََََََِِّۡۡ۬ۡ ٍٍّ۬۬ ََٰۡ ِِّ‫ل‬ُُ ََََٰ َ ‫لَّله‬ ‫ه‬َّ ِِ “ Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” • Kesimpulan 1. Setiap umat mempunyai kiblatnya masing-masing. 2. Perintah agar kaum muslim bersatu, terus bekerja dengan giat, beramal, bertaubat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan. 3. Berlomba-lomba dalam kebaikan berarti menaati segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan semangat yang tinggi. 4. Allah akan membalas segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia,. Penjelasan: Qur’an Surat Al Baqarah terdiri dari 286 ayat diturunkan di Madinah yang sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijriyah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji Wada’ (haji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk ayat Madaniyah, merupakan surat yang terpanjang diantara surat-surat Al qur’an yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpanjang, yakni ayat 282. Surat ini dinamai surat “Al Baqarah” karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil ( lihat : ayat 67 – 74 ), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Surat Al Baqarah dinamai pula surat Fusthaatul Qur’an artinya puncak Al Qur’an karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Pada surat Al Baqarah 148 dijelaskan bahwa manusia di alam ini telah terjadi golongan-golongan dimana mereka telah meyakini kebenaran aturan dan syare’atnya masing-masing seperti : golongan Islam, Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu dan umat lainnya. Namun bagi umat Islam haruslah yakin bahwa syare’at Islam adalah syare’at yang benar karena kebenaran syare’at Islam itu telah ditetapkan kebenarannya oleh Allah dan dinyatakan agama yang paling benar pula sebagaimana firman-Nya dalam
  • 2. 2 Q.S. Ali Imran : 19 yang artinya :”Sesungguhnya agama (yang diridoi ) di sisi Allah hanyalah Islam”. Pada ayat lain Q.S. Ali Imran ayat 85 juga dijelaskan yang artinya :”Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang rugi”. Kata kiblat berarti arah yang dituju umat Islam dalam melaksanakan ibadah salat. Namun kiblat bisa diartikan sebagai syari’at, agama, undang-undang atau peraturan yang dijalani oleh manusia. Ada sejarah umat Islam yang dahulunya menghadap kiblat ke Baitul Maqdis di Yerussalem ketika melaksanakan ibadah salat. Kemudian beralih ke Baitullah Ka’bah di Makkah setelah mendapatkan perintah Allah yang tercantum dalam Q.S. Al Baqarah ayat 144 yang artinya : “Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (berdo’a dan menunggu-nunggu turunnya wahyu), maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palinglah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palinglah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. Umat Islam dan umat manusia pada umumnya diperintahkan untuk berlomba- lomba berbuat kebajikan yaitu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat untuk kesejahteraan umat manusia baik lahiriyah maupun bathiniah, seperti berlomba-lomba mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran hidup di dunia, bukan sebaliknya yang digunakan untuk menyengsarakan atau mengancam kelangsungan kehidupan manusia. B. Al Fatir : 32. ٌ۬‫د‬ ِ‫ص‬َ‫ت‬ۡ‫ق‬ُّ‫م‬ ‫م‬ُ‫ہ‬ۡ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬ ‫ۦ‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ۡ‫ف‬َ‫ن‬ِِّ‫ل‬ ٌ۬‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ ۡ‫ُم‬‫ه‬ۡ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ف‬ ۖ‫ا‬َ‫ن‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬ ۡ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫ف‬َ‫ط‬ ۡ‫ٱص‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ٱ‬ َ‫ب‬ٰ‫ـ‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ۡ‫ٱل‬ ‫ا‬َ‫ن‬ۡ‫ث‬َ‫ر‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬‫ٱ‬ ِ‫ن‬ۡ‫ذ‬ِ‫إ‬ِ‫ب‬ ِ‫ت‬‫ٲ‬ َ‫ر‬ۡ‫ي‬َ‫خ‬ۡ‫ٱل‬ِ‫ب‬ ُُۢ‫ق‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫س‬ ۡ‫م‬ُ‫ہ‬ۡ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ٲ‬َ‫ذ‬ ِِۚ َّ‫َلل‬ ُ‫ير‬ِ‫ب‬َ‫ڪ‬ ۡ‫ٱل‬ ُ‫ل‬ ۡ‫ض‬َ‫ف‬ۡ‫“ٱل‬ Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah.
  • 3. 3 yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” [1260] yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan. • Kesimpulan dan penjelasan. 1. Al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi orang-orang yang betakwa. 2. Ada sebagian orang yang tidak mau memiliki kemampuan untuk membaca, memahami dan melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an, sehingga mereka termasuk orang yang menganiaya diri mereka sendiri. 3. Tingkatan umat Islam dalam memahami Al-Qur’an ada tiga: a. Orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. b. Orang pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya. c. Orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan. 4. Orang yang berbuat kebaikan akan dimasukan ke dalam surga ‘adn, yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan. Penjelasan: Qu’an surat Faatir terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat- surat Makiyah, diturunkan sesudah surat Al Furqan. Kata Faatir berarti “ pencipta “ ada hubungannya dengan perkataan “ Faatir “ yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pada ayat tersebut bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi. Pencipta malaikat-malaikat, Pencipta semesta alam yang semuanya itu adalah bukti atas kekuasaan dan kebesaran- Nya. Maksud kelompok dholimun linafsihi atau kelompok yang menganiaya diri itu adalah kelompok yang mengaku beragama Islam tetapi lebih banyak melakukan perbuatan kejahatan dan dosa dari pada kebaikannya. Kelompok ini adalah termasuk golongan yang merugi, nanti di akherat akan ditempatkan di neraka dan akan memperoleh siksa karena perbuatan dosanya. Namun setelah mereka disiksa sesuai dengan kesalahan dan dosanya, mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah karena keimanannya sehingga dikeluarkan dari api neraka. Hal ini berdasarkan hadis Rosulullah yang artinya :” akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan LAAILAAHA ILLALLAH,
  • 4. 4 sedangkan dalam hatinya (hanya) ada kebaikan sebesar debu” (H.R. Buchori – Muslim, dan Tirmidzi) Maksud kelompok muqtashid yakni, kelompok yang ada dipertengahan adalah kelompok umat Islam yang perbuatan baiknya sebanding dengan perbuatan jahatnya. Kelompok ini akan ditempatkan di A’raf yaitu tempat antara surga dan neraka. Kemudian beberapa waktu yang telah ditetapkan Allah golongan ini lalu dimasukkan ke dalam surga. Sedangkan kelompok saabiqun bil khoirooti adalah kelompok umat Islam yang lebih dahulu berbuat kebajikan, mereka gemar berbuat kebaikan, tidak mau berbuat kejahatan atau dosa. Kelompok ini akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat. Di akherat akan ditempatkan di surga Adn dengan segala fasilitas-fasilitasnya, seperti yang diterangkan dalam Q.S. Al Fathir ayat 33 yang artinya : “(Bagi mereka) surga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiyasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya dari sutera” KEGIATAN SISWA  Diskusikan dengan teman-temanmu bagaimana sikap dan perilaku orang yang tergolong kelompok sabiqun bilkhairat itu.  Coba identifikasi perilaku golongan orang yang zalim terhadap dirinya sendiri.  Coba renungkan apa manfaat dan hikmah yang dapat dipetik bagi kelompok orang yang dapat beramal saleh lebih banyak dari pada kejahatan/dosanya. RANGKUMAN • Surah Al Baqarah,2 : 148 berisi bahwa setiap umat itu mempunyai kiblat, aturan dan syari’ah masing-masing. Allah SWT menyuruh kepada semua manusia untuk memilih agama yang paling benar ( Islam ) dan disuruh beribadah, beramal, bekerja dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. • Kandungan Q.S. Faatir, 35 : 32 adalah menerangkan tentang adanya tiga golongan umat Islam sebagai pewaris Kitab Al Qur’an yaitu golongan yang menganiaya dirinya sendiri, golongan yang ada dalam pertengahan, golongan yang lebih dahulu berbuat kebajikan. Kelompok yang lebih dahulu berbuat kebaikan tentu akan mendapat karunia dari Allah baik di dunia maupun di akherat.
  • 5. 5 C. Surat Al-Isra 26-27 tentang ajuran membantu Kaum Duafa • Terjemahan ayat 26-27 : “dan berikan lah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan hak nya kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hambur (hartamu) secara pemboros-pemboros itu adalah sodara-sodara setan dan itu adalah ingkar kepada tuhannya” (Q.S. Al-Isra, 17;26-27) Isi atau kandungan ayat Al Qur’an tersebut adalah • Suruhan Allah SWT kepada umat manusia (umat Islam) untuk memenuhi hak kaum kerabat,fakir miskin,dan orang-orang dalam per jalanan. • Larangan Alah SWT agar kita, umat islam jangan menghambur-hamburkan harta secara boros,karna pemborosan adalah teman atau saudaranya setan Kesimpulan Ayat Al-Isra 26-27 Hak merupakan suatu yang harus diterima oleh seseorang.sesuatu tersebut bisa berupa materi atau non materi.misal kaum kerabat berhak memperoleh kasih sayang, rasa hormat, dan memperoleh pertolongan baik materi maupun non materi bila di perlukan. Pemberian bantuan berupa harta benda kepada kaum kerabat,para fakirmiskin (kaum duafa) dan orang-orang dalam perjalanan, berupa sedekah atau berderma di jalannya, yang isyaallah tentu akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Allah SWT berfirman : “perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan allah adalah serupa dengan sebutir benih yang membutuhkan tujuan butir pada tiap-tiap butir seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan alah maha luas (karunianya)lagi maha mengetahui (Q.S. Al- Baqarah,261) Setiap muslim/muslimah dilarang besikap boros dalam hidupnya,sebaiknya ia di suruh untuk hidup sederhana. D. Suarat Al-Baqarah 177 tentang anjuran menyantuni Kaum Duafa Terjemahan ayat 177 (Q.S Al-Baqarah) Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebijakan itu ialah beriman kepada Allah,hari kemudian,maikay-
  • 6. 6 malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi,dan memberikan harta yang di cintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,orang-orang miskin,musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang memintai dan (memerdekakan)hambanya,mendirikan sholat,dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya) dan merekalah orang-orang yang bertaqwa”(Q.S.Al-Baqarah :177) Kesimpulan Suarat Al Baqarah 177 Adalah kebajikan tidak terletak pada mengahadapkan wajah ke arah timur dan barat.tetapi kebajikan adalah memiliki iman yang benar. Yakni kepercayaan yang tertuju dalam hati, di ucapkan dengan lisan dan di buktikan melalui amal perbuatan Ciri-ciri iman yang benar berdasarkan surat Al Baqarah Ayat 177 antara lain sebagai berikut : a. beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat,kitab-kitab (Al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya) para nabi (dari semenjak nabi adam sampai dengan Rosul terakhir Muhammad SAW) b. memberikan harta yang di cintainya kepada kerabatnya, anak yatim orang-orang miskin, musafir, orang-orang yang meminta-minta,memerdekakan hamba sahanya. c. Mendirikan sholat dan menunaikan zakat. d. Menepati janji bila berjanji dan bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Penyelesaian Surat Al baqarah ayat 177 memberikan penyelesaian dengan cara bijaksana bahwa tujuan pengertian kitab itu tiada lain agar orang-orang beriman menaati segala apa yang di perintahkan allah.termasuk menaati arah kiblat shalat yakitu menghadap ke kabah ke mekah. Suarat Al Baqarah ayat 177 berisi suruhan Allah agar orang-orang memiliki iman yang benar yakni bertaqwa kepada Allah SWT. Perintah-perintah allah SWT dan menjauhi segala laranganya: 1. Menjalin hubungan baik dengan Allah SWT hal ini dilakukan dengan cara beriman kepada kebenaran rukun iman yang ke enam.selain itu jaga disiplin akan melaksanakan rukun islam yang lima. 2. Menjalin hubungan baik dengan sesama manusia misalnya, memberikan sebagian
  • 7. 7 harta yang di cintainya kepada kaum kerabat, pakir, musafir, dll 3. menjalin hubungan baik dengan diri sendiri selalu menepati janji bila berjanjii dan bersifat sadar dalam kesepitan, penderitaan dan peperangan. Kamus istilah - Ujub :Bermegah diri atau berbangga diri, yaitu sifat yang di celah allah SWT karna orang-orang yang ujub hatinya mengingkari segala kuasa allah.atas keberhasilan yang di peroleh nya - Takabur :sombong, yaitu sifat yang menyombongkan diri karna merasa dirinya mempunyai kelebihan dan menganggap orang lain banyak kekurangan takabur termasuk sifat tercela. - Gibah : mengumpat atau menyebut aib orang lain di belakangnya bermaksud untuk menodainya gibah termasuk perbuatan haram. - Namimah :yaitu suka mengadu domba antara seseorang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompok lain sehingga kelompok yang tadinya bersahabat menjadi bermusuhan namimah termasuk perbuatan haram.
  • 8. 8 BAB II Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah a) Pengertian Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS. Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7) "Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78) Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al- Quran dan ada yang tidak.
  • 9. 9 ‫ل‬َْ ََّ ‫و‬َُ‫ش‬َِ َ‫و‬ ٌ‫ة‬ًََِ‫ر‬َْ َ‫و‬ ‫ف‬‫ل‬َْ ُ‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬ : َ‫ل‬‫ا‬ََ ‫؟‬ ٍِ۬ ‫ا‬َ‫ي‬َُِِ‫ال‬ْ ُ‫ة‬‫ه‬َِِ َُُ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ ‫ا‬َۡ : َ‫ل‬‫ا‬ََ ‫ر‬َ‫ذ‬ ََِِٰ ََََ‫ل‬َ‫ث‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َْ‫ذ‬ َِ‫م‬ ُ‫ل‬ُۡ َُّ‫ل‬َْ ‫ا‬‫ا‬‫ف‬‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬ ُ‫ة‬َ‫ث‬ َِِ‫ح‬ََ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ْ‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫غ‬ ‫ا‬ًَِّ‫ج‬ َََ‫ش‬ََ َ‫ة‬َ‫س‬َِ‫خ‬ َ‫)و‬ "Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad) Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu: 1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun. 2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS. 3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt. 4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia. 5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad. 6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh
  • 10. 10 Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan. 7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki. 8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam. 9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu. 10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt. 11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf). 12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya) 13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan 14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s. 15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian
  • 11. 11 diselamatkan oleh Allah swt. 16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt. 17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir. 18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak. 19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang). 20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan. 21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani Israil. 22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS. 23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak. 24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen. 25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula. b) Tugas Para Rasul Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena
  • 12. 12 begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat. Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya. Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut: 1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa: a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah). b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah) c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah) d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah) 2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan. 3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt. 4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat- sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya. 5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt. 6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan
  • 13. 13 neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8) Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut: َََِ‫ق‬َ‫ل‬‫خ‬َ‫أل‬ْ َ‫ح‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ص‬ َََُِِِّ ُِِ‫أل‬ ُ‫ت‬‫ث‬ًُِِ ‫ا‬َِ‫ه‬ُِِ : ‫م‬ ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬ََ : َ‫ل‬‫ا‬ََ ُ‫ه‬‫ن‬ََ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ‫ض‬ َ‫ر‬ َ‫ة‬ ََََُۡ‫ه‬ َِِْٰ (‫ل‬َِ‫ن‬َ‫ح‬ َِ َِِ‫ح‬ََ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫)ر‬ Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal) c) Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah d) Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut: 1. Teguh keimanannya kepada Allah swt Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya. Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt. 2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
  • 14. 14 Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285) Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. 3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut: "...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul- rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al- Baqarah : 285) 4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang- orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt. Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut: “Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21). Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
  • 15. 15 (Q.S. Al Hasyr ayat 7). Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai berikut: a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa). b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut: 1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib). 2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat. 3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar. 4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah). c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4) 5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107) 6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
  • 16. 16 Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut: a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40) Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi). b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik sebagai berikut: َْ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ‫ى‬ًَِِِ ‫ا‬‫ال‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫ال‬ َ‫و‬ ‫ه‬‫ي‬َُِِ َ‫ل‬ََ ‫ت‬َ‫ض‬َُُْ َََِِ‫ة‬ ‫ه‬‫ُو‬ُِّ‫ن‬‫ْل‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ل‬‫ا‬َۡ َِِّ‫ْل‬ ‫ه‬َّ ِْ‫ل‬َِ‫ن‬َ‫ح‬ َِ َِِ‫ح‬ ) Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku.( H.R. Ahmad bin Hambal) c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah sebagai berikut: َُ‫ْأل‬ ُ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ َ‫و‬ ‫ي‬ََِ‫ث‬َ‫م‬ِ‫م‬ ‫ة‬َِۡ‫و‬َْ‫ز‬ َِ‫م‬ ‫َة‬‫ن‬َِِ‫ل‬ َ‫ع‬ ِ‫ض‬‫و‬َ‫م‬ ‫ه‬‫ال‬ِِ ُ‫ه‬َََِ‫ج‬ََ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫س‬‫ح‬َ‫ا‬ََ ‫ا‬ٍ۬ ‫َا‬‫ن‬ِِ ْ‫ا‬‫ْر‬َ‫د‬ َٰ‫ن‬َِ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ِ‫ل‬َ‫ث‬ََُِ ‫ي‬َََِِ َِ‫م‬ ٍِ۬ ‫ا‬َ‫ي‬َِِ‫و‬َ‫ز‬ ََ‫ل‬ًَََََ ُ‫ه‬‫ا‬َْۡ ََََُۡ َ‫ل‬‫ا‬ََ ‫؟‬ ُ‫ة‬َ‫ن‬ِِ‫ه‬َ‫ْل‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ت‬ًَ‫ض‬ َ‫و‬ ‫ه‬‫َل‬‫ه‬ : ََّ ‫و‬ُ‫ل‬‫و‬َُُۡ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ََّ ‫ُو‬ًَََِۡ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِِ ََّ ‫و‬َُ‫و‬ُ‫ط‬َۡ ُ‫اس‬‫ه‬‫ن‬‫ْل‬ٍِ۬ ‫ا‬َ‫ي‬َُِِ‫أل‬ْ َُُِ‫َا‬‫خ‬ ‫َا‬ََُ َ‫و‬ ُ‫ة‬َ‫ن‬ِِ‫ه‬َ‫ْل‬ ‫ا‬ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ‫ى‬ ِ‫َار‬َُِ‫)ْل‬ Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para nabi.” (H.R. Bukhari) d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai
  • 17. 17 berikut: َ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ ُ‫ه‬‫ه‬َُْ ََُُ‫ز‬َۡ ُُ‫ه‬َُُُّ ََ‫ي‬ِ‫ث‬َ‫ل‬َ‫ث‬ َِ‫م‬ ٌ‫ب‬ۡ َََِ ََّ ‫ُو‬ِْ‫ه‬‫ذ‬َُ ََّ ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ج‬ ِ‫ر‬ َ‫ث‬ًََِۡ ٰ‫ه‬ََ‫ح‬ ُ‫ة‬ََ‫ا‬‫ه‬‫س‬‫ْل‬ ُ‫م‬‫و‬ََُُ َ‫ال‬ِ‫هللا‬ ( َََ َُِ‫س‬ُ‫م‬ َ‫و‬ ‫ى‬ ِ‫َار‬َُِ‫ْل‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫ر‬ َِِْٰ‫ة‬ ََََُۡ‫ه‬ ) Artinya: Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah). e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.” Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya. f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik ُ‫ت‬ََََُ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫ة‬‫ه‬‫ن‬ُۡ َ‫و‬ ِ‫هللا‬ َ‫اب‬ََُِ ْ‫ا‬ََِِْ ْ‫و‬َُّ ِ‫ض‬ََ ََ‫ل‬ ‫ا‬َِِ‫ه‬ِِ َُُ‫ك‬‫ه‬‫س‬َََِ َّ ِْ ‫ا‬َ‫م‬ َََِۡ‫م‬َْ ُُ‫ك‬‫ي‬َِ ) Artinya: “Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik) Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al- Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap konsisten dengan keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi Muhammad
  • 18. 18 saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya merupakan rujukan bagi kita. Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al Quran, dan ketidak lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat 3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “ Lisanul Arab” sebagai berikut: “Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan kafir.” 7. Mencintai Nabi Muhammad saw. Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut: “ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)- Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24) Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda: ٌ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ل‬َ‫ث‬ُۡ َّ َْ َ‫و‬ ‫ا‬َُِ‫ه‬ْ َ‫و‬ِۡ ‫ا‬‫ه‬ِِ‫م‬ ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِْ ‫ه‬‫ب‬َ‫ح‬َْ ُ‫ه‬ُ‫ل‬‫و‬ُۡ َ‫ر‬ َ‫و‬ ُ‫هللا‬ ََّ ‫و‬ُ‫ك‬َۡ َّ َْ : َِّ ‫ا‬َِِۡ‫ْإل‬َ‫ة‬ َ‫و‬َ‫ل‬َ‫ح‬ ََِ‫ج‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬َِ ََّ ‫ا‬َُ ََ‫م‬ِْ ُ‫ه‬ُِّ ِ‫ُِح‬ۡ َ‫ال‬ ٍَ۬ ََِ‫ْل‬ ‫ه‬‫ب‬ ِ‫ِح‬ِ‫ل‬ِ ‫ه‬‫ال‬ ََُِ ُ‫ه‬‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫هللا‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬ََُُْ ‫ِذ‬ْ ًََِِ َِ‫ف‬ُ‫ك‬‫ْل‬ ‫ى‬ ِِ ِ‫ف‬ َ‫د‬‫و‬ًَُۡ َّ َْ َ‫ه‬ ََ‫ك‬َۡ َّ َْ َ‫و‬ََ َُِ‫س‬ُ‫م‬ َ‫و‬ ‫ى‬ ِ‫َار‬َُِ‫ْل‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ار‬‫ه‬‫ن‬‫ْل‬ َِٰ ََُُٰۡ َّ َْ ُ‫ه‬ ََ‫ك‬َۡ ‫ا‬ََُْ َ )
  • 19. 19 Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka. (H.R. Muttafaq alaih ) Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.” Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita. e) Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul f) Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya: 1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda: ََْ‫ر‬ ‫ا‬ََُِ ْ‫و‬ََُّ‫ص‬ََِِّٰ‫ص‬ُْ ُِٰ‫و‬َُُِۡ Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari) 2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar. 3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda: َ‫ل‬‫ه‬‫ص‬‫ْل‬ َِٰ ِٰ‫ن‬‫ي‬ََُ‫ة‬ ‫ه‬ََُ ‫ت‬ًََُِ‫ج‬ َ‫و‬ ٍُ۬ ‫ا‬َ‫س‬ِِّ‫ن‬‫ْل‬ َ‫و‬ ُ‫ب‬‫ي‬ِِّ‫لط‬َْ : ٌ‫ث‬َ‫ل‬َ‫ث‬ ُُُ‫ا‬َ‫ي‬ُُ‫د‬ َِ‫م‬ ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬ِْ َ‫ِّب‬ُِِ‫ح‬ِ ‫ا‬َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ْل‬ ُ‫ه‬ْ َ‫و‬َ‫(ر‬ ِ‫ة‬ ) Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai) 4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
  • 20. 20 5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya. g) Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama 2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah 3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa 4. Peduli terhadap kaum dhu’afa 5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah 6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah 7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul 8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji 9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan h) Mengenal lebih dekat pribadi nabi Muhammad saw. Adalah keistimewaan Nabi saw. bahwa apabila beliau mendirikan salat, ia dapat memandang orang yang dibelakangnya seperti halnya beliau memandang orang yang di depannya. Aisyah berkata : “ Adalah Nabi saw. dapat melihat di dalam gelap seperti halnya beliau melihat di waktu terang .” Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat jalannya daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat baginya, kami telah mengeluarkan banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan berjalan biasa tanpa mengeluarkan tenaga.” Tentang tertawanya saw. bahwa beliau menunjukkan kegirangan hatinya dengan senyum. Bila ia berpaling, maka ia berpaling dengan keseluruhan badannya. Bila ia berjalan, ia begerak dengan gerak tangkas. Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat sempurna. Kata-katanya singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar tanpa dibikin-bikin. Ia mengetahui berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan setiap umat dengan mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya masing-masing. Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang terpuji, adab susila dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka itu merupakan hal yang tidak bisa
  • 21. 21 dipisahkan dengan kehidupan Nabi saw. dalam wujudnya yang paling sempurna sebagaimana disanjungkan Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq yang agung.” Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran . Dia rela dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi bersabda:” Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau berdakwah di Thaif. Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis kepadanya. Tentang kemurahan hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau, Ibnu Abbas, bahwa pernah ada orang mengantarkan uang kepada beliau saw. Sebagai hadiah sebanyak 70.000 dinar. Uang itu diletakkan beliau di atas tikar. Sambil duduk bersila, uang itu dibagi-bagikan kepada kaum fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri sebelum uang itu habis. Setelah uang itu habis, ternyata masih ada orang fakir miskin yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka beliau saw. berkata kepada orang tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi silahkan kamu berutang atas nama saya, nanti saya bayar !” Melihat yang demikian, berkatalah Umar bin Khattab kepada beliau saw :”Allah tidak akan memberati engkau apa yang engkau tidak mampu melakukannya.” Umar berkata demikian demi karena sayangnya kepada Rasulullah saw. Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi permintaan orang lain. Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau dikultuskan (disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat berdiri menghormati kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk dan beliau berkata : “ Jangan kamu berdiri menghormati kedatanganku seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri menghormati pembesar-pembesar mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya kaum nasrani menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan karena itu panggillah aku “ Abdullah warasuluhu.”
  • 22. 22 BAB III Taubat dan Raja A. TOBAT Pengertian Tobat Kata taubat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kata kerjanya taaba, yatuubu yang berarti rujuk atau kembali. Menurut istilah yang dikemukakan ulama, pengertian taubat ialah : 1). Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah. 2). Membersihkan hati dari segala dosa 3). Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang pernah dilakukan dengan mengagungkan nama Allah dan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya. Hukum bertaubat adalah wajib bagi setiap muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Allah SWT berfirman : “ ... dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur ; 31) B. Syarat Bertaubat Taubat baru dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT, maka ayat taubatnya ada tiga macam, yaitu: 1) Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam). 2) Meninggalkan perbuatan maksiat itu. 3) Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu Namun, bila dosanya terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya selain yang tiga macam tersebut ditambah dengan dua syarat lagi yaitu: 1) Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan. 2) Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, akibat perbuatan zalim itu atau minta kerelaannya. Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya diselesaikan di dunia ini juga. Karena kalau tidak, pelaku dosanya di akhirat termasuk orang yang merugi bahkan celaka. Apabila seseorang telah terlanjur bertaubat dosa, kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat-syarat taubat seperti tersebut. Adapun hikmah dan manfaat yang di peroleh dari pertaubatan itu antara lain: dosanya diampuni, memperoleh rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Terkait dengan taubat ini Allah SWT berfirman: Artinya : “wahai orang-orang yang beriman, bertubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya. Mudah-
  • 23. 23 mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga.” (Q.S.At-Tahrim,66: 8) Perlu pula diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah terlanjur berbuat dosa, bahwa seorang yang membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Alloh), tetapi terus menerus berbuat doasa, maka ia akan dianggap telah mengolok-olok Tuhannya. Demikian juga seorang yang berbuat dosa, dan baru bertaubat ketika “sakratul maut” (nyawanya yang sudah berada di tenggorokan) maka taubatnya tidak akan diterima Allah. Selain pelaku dosa itu harus betul-betul meninggalkan perbuatan dosanya (taubt nasuha), hendaknya ia juga terus- menerus melakukan perbuatan baik yang diridai Allah SWT. Allah berfirman: Artinya : “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan yang buruk (dosa) “ (Q.S. Huud, 11:114) II. C. RAJA’ Pengertian Raja’ Kata Raja () berasal dari bahasa arab yang artinya harapan. Yang dimaksud raja’ pada pembahasan ini ialah mengharapkan keridaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Raja’ termasuk akhlakul karimah terhadap Allah SWT, yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Muslim (muslimah) yang mengharapkan ampunan Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu Maha Pengampun. Muslim (Muslimah) yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, berarti ia menyakini bahwa Allah itu Maha pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap muslim (muslimah) senantiasa berharap memperoleh rida dan rahmat Allah, sebagai bukti penghambaan kepada-Nya. Allah SWT telah memerintahkan kepada orang- orang yang beriman agar banyak berdoa kepada Allah SWT, dengan berharap Allah SWT akan mengabulkan doanya. Allah SWT berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu... (Q.S.Al-Mu’min, 40:60) Kebalikan dari sifat raja’ ialah berputus harapan terhadap rida dan rahmat Allah SWT. Orang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah SWT. Yang hukumanya haram dan merupakan ciri dari orang kafir. Allah SWT berfirman: Artinya: “Dan jangan kamu berputus harapan terhadap rahmat Allah, sesungguhnya tidak berputus harapan terhadap rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Q.S.Yusuf, 12: 87) Seseorang yang berharap memperoleh rida dan rahmat Allah SWT, bahagia di dunia dan akhirat tentu harus berusaha dengan melakukan perbuatan-perbutan yang menyebabkan apa yang diharapkannya itu
  • 24. 24 terwujud. Jika ia hanya berharap saja dan tidak mau berusaha itu namanya berangan- angan kosong atau berkhayal yang dalam bahasa arabnya disebut tamanni. Seseorang muslim yang mengharapkan rida Allah SWT, tentu harus berusaha dengan jalan betul- betul bertakwa pada Allah, sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Allah berfirman yang artinya: “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S.Al-Ahzab, 33: 21) Muslim/muslimah yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap Optimis,dinamis,berfikir kritis, dan mengenal diri dalam mengharap keridaan Allah SWT, berikut adalah penjelasan ringkas tentang hal tesebut: 1. Optimis Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Optimis termasuk sifat terpuji. Sifat optimis seharusnya dimiliki oleh setiap muslim (muslimah). Seorang muslim (muslimah) yang optimis tentu akan berprasangka baik terhadap Allah. Ia kan selalu berusaha agar kualitas hidupnya meningkat. Kebalikan dari sifat optimis ialah sifat pesimistis. Sifat pesimistis ini seharusnya dijauhi, karena termasuk dalam sifat tercela. Seseorang yang pesimis dapat di artikan berprasangka buruk kepada Allah. Ia dalam hidupnya kemungkinan besar tidak akan memperoleh kemajuan. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencobanya. Muslim (muslimah) yang bersifat optimistis hendaknya bertawakkal kepada Allah SWT yaitu berusaha sekuat tenaga untuk meraih apa yang dicita-citakannya, sedangkan hasilnya diserahkan kapada Allah SWT. Orang yang tawakkal tentu akan memperoleh pertolongan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : Artinya: “Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Q.S.Ath-Thalaq, 65: 3) 2. Dinamis Kata dinamis berasal dari bahasa belanda dynamisch yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, terus tumbuh. Seseorang yang berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh, untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Misalnya : · Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat. · Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang. · Seorang pelajar akan meningkatkan kegiatan belajaranya supaya ilmuanya betambah. Sikap pelaku dinamis seperti itu sebenarnya sesuai
  • 25. 25 dengan fitrah (pembawaan) manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Allah SWT berfirman: Artinya : “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),” (Q.S.Al-Insyiqaq, 84:19) Mengacu kepada pengertian dinamis tersebut, jelas bahwa sikap dinamis termasuk akhlakul karimah, yang seyogyanya dimiliki dan di amalkan oleh setiap muslim (muslimah). Seorang muslim (muslimah) yang sudah meraih prestasi baik dalam bidang positif seperti dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang pertanian dan perdagangan serta dalam bidang ekonomi dan industri, hendaknya berusaha terus meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik lagi. Hal itu sesuai dengan suruhan Allah SWT dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah SAW dalam haditsnya. Allah SWT berfirman. Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S.Al-Insyirah, 94: 7-8) Juga Rasulullah SAW bersabda yang artinya:” barang siapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk orang yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela”. (H.R. Tabrany) Kebalikan dari sifat dinamis adalah sifat statis. Sifat statis seharusnya dijauhi karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatngkan kerugian. Seorang siswa/siswi yang berperilaku statis biasanya malas belajar dan tidak bergairah untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan siswa/siswi tersebut kuallitas ilmunya tidak meningkat, sehingga ia tergolong orang yang merugi bahkan tercela. 3 Berpikir Kritis Dalam kamus bersar bahasa indonesia di jelaskan, bahwa perpikir krtitis itu artinya tajam dalam penganalisaan. Bersifat tidak lekas percaya, dan sifat terlalu berusaha menemukan kelasalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang ahli memberi kjritik atau memperikan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lngkap atau masih kurang disebut seorang kritikus. Kritik itu ada dua macam yaitu, yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Kritik yang termasuk akhlak terpuji adalah kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk memberi pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahannya, kekeliruannya, dan kekurangan, disertai dengan memberikan petinjuk tantang jalur keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “yang dinamakan orang Islam
  • 26. 26 adalah orang yang menyelamatkan orang-orang muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya, sedang yang dinamakan orang yang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah” (H.R.Bukhari,Abu Dawud dan Nasa’iy) Kritik yang sehat, seperti tersebut sebenarnya termasuk ke dalam tolong menolong yang di perintahkan Allah SWT untuk dilaksenakan. Allah SWT berfirman yang artinya : “ dan bertolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)kebijakan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S. Al-Maa-idah, 5:2) Kritik yang termasuk akhlak tercela adalah kritik yang merusak, yang tidak didasari niat ikhlas karena Allah SWT, dengan menggunakan kata-kata keji yang menyakitkan hati dan tidak disertai memberi petunjuk tentang jalur keluar dari kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan. Kritik mcam ini termasuk akhlak tercela karena dapat merusak hubungan antara yang mengkritik dan yang dikritik, sehingga antara mereka saling bermusuhan dan saling dengki, yang sangat dilarang oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ janganlah kamu berdengki-dengkian, jangan putus memutuskan persaudaraan, jangan benci-membenci, jangan pula belakang membelakangi, dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana telah di perintahkan Allah kepadamu.” (H.R.Bukhari dan Muslim) 4. Mengenali Diri Dengan Mengharap Keridaan Allah SWT Salah satu cara dalam mengharap keridaan Allah SWT ialah berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf: “Barang siapa yang mengenal dirinya tentu akan mengenal Tuhannya.” Mukmin yang mengenali dirinya, tentu akan menyadari bahwa dirinya adalah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Termasuk ke dalam sunatullah antara lain ia pernah berada di dalam kandungan ibunya, selama kurang lebih 9 bulan, lalu ia lahir ke dunia dalam keadaan bayi, kemudian berproses menjadi balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal dunia. Apakah setelah meninggal dunia kehidupan seorang manusia berakhir? Seorang mukmin akan menjawab mantap penuh keyakinian bahwa meninggal dunia bukan akhir kehidupan, karena setelah itu manusia akan terus hidup di alam Barzah (Kubur) dan alalu di dalam akhirat. Mukmin yang mengenali dirinya akan menyadari bahwa ia hidup karena Allah dan bertujuan untuk memperoleh keridaan Allah. Mukmin yang ketika di dunianya memperoleh kerdiaan Allah, tentu di alam kubur dan alam akhiratpun akan memperoleh rida Allah SWT, ia akan terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dan akan mendapatkan nikmat kubur serta pahala surga. Seorang mukmin akan memperoleh rida Allah SWT,
  • 27. 27 apabila semasa hidupnya di alam dunia betul-betul berada di jalan yang diridai Allah SWT, yakni betul-betul menghambakan dirinya hanya kepada-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakannya umat manusia yakni semata-mata untuk menghambakan diri pada Allah SWT. Allah SWT berfirman: Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat,51: 56) Mukmin yang mengenali dirinya di mana pun dan kapan pun, tentu akan selalu mengadakan instropeksi apakah dirinya sudah betul- betul menghambakan dirinya kepada AllahSWT? Kalau sudah, bersyukurlah dan tingkatkan kualitasnya. Kalau belum, kembalilah ke jalan yang diridai Allah SWT dengan jalan beul-betul bertakwa kepada-Nya. Mukmin yang selama hidupnya selalu berada di jalan yang diridhoi Allah SWT dan tatkala meninggal dunia dalam keadaan bertakwa tentu nyawanya akan di cabut oleh malaikat Izrail dengan sikap ramah dan tidak menyakitan bahkan akan dipersilahkan pindah hidupnya dari alam dunia ke alam Barzah dan dimasukan ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang diridai-Nya serta memperoleh pahala surga. Allah SWT berfirman yang artinya : “Hai jiwa yang tenang (nafsu mutamainnah) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya, maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam suraga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr, 89:27-30
  • 28. 28 BAB IV Transaksi Ekonomi dalam Islam A. Pengertian Mu’āmalah Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Sementara dalam fiqh Islam berarti tukarmenukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewamenyewa, upah-mengupah, pinjammeminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya. Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, dan pinjam-meminjam, Islam melarang beberapa hal di antaranya seperti berikut: 1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil. 2. Tidak boleh melakukan kegiatan riba. 3. Tidak boleh dengan cara-cara ẓālim (aniaya). 4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan. 5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi. 6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram. B. Macam-Macam Mu’āmalah 1. Jual-Beli Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini: Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....” (Q.S. al- Baqarah: 275). Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nilainya, dan agar tidak terjadi kekurangan di belakang hari, al-Qur’ãn menyarankan agar dicatat, dan ada saksi. a. Syarat-Syarat Jual-Beli Syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah sebagai berikut. 1) Penjual dan pembelinya haruslah: a) Ballig.
  • 29. 29 b) Berakal sehat. c) Atas kehendak sendiri. 2) Uang dan barangnya haruslah: a) Halal dan suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala, termasuk lemak bangkai tersebut. b) Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan harta atau pemboros. c) Keadaan barang dapat diserahterimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserahterimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau barang yang sedang dijadikan jaminan sebab semua itu mengandung tipu daya. d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli. e) Milik sendiri. 3) Ijab Qobul Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.”Pembeli menjawab, “Baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (HR. Ibnu Hibban) b. Khiyār 1) Pengertian Khiyār Khiyār adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyār karena jual-beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikit pun. Penjual berhak mempertahankan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah saw. bersabda, “Penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku benar dan suka menerangkan keadaan (barang)nya, maka jual-belinya akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual- belinya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 2) Macam-Macam Khiyār a) Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya transaksi/tawar-menawar, keduanya berhak memutuskan meneruskan atau membatalkan jual- beli. Rasulullah saw. bersabda, “Dua orang yang berjual-beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • 30. 30 b) Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual mengatakan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli untuk memutuskan jadi tidaknya pembelian tersebut dalam waktu tiga hari. Apabila pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam masa khiyār) tidak ada pemiliknya. Artinya, si penjual tidak berhak menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali. Rasulullah saw. bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyār pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari tiga malam.” (HR. Baihaqi dan Ibnu Majah). c) Khiyār Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin. c. Ribā 1) Pengertian Ribā Ribā adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam. Ribā, apa pun bentuknya, dalam syariat Islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya juga sangat berat. Diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan bahwa, "Rasulullah mengutuk orang yang mengambil ribā, orang yang mewakilkan,orang yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya.” (HR. Muslim). Dengan demikian, semua orang yang terlibat dalam riba sekalipun hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga. Guna menghindari riba, apabila mengadakan jual-beli barang sejenis seperti emas dengan emas atau perak dengan perak ditetapkan syarat: a) sama timbangan ukurannya. b) dilakukan serah terima saat itu juga. c) secara tunai. Namun tetap harus secara tunai dan diserahterimakan saat itu juga. Kecuali barang yang berlainan jenis dengan perbedaan seperti perak dan beras, dapat berlaku ketentuan jual- beli sebagaimana barang-barang yang lain. 2) Macam-Macam Ribā a) Ribā Faḍli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya. Misalnya, cincin emas 22 karat seberat 10 gram ditukar dengan emas 22 karat namun seberat 11 gram. Kelebihannya itulah yang termasuk riba.
  • 31. 31 b) Ribā Qorḍi, adalah pinjammeminjam dengan syarat harus memberi kelebihan saat mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar Rp100.000,00 asal si B bersedia mengembalikannya sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut riba. c) Ribā Yādi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima. Seperti penjualan kacang, ketela yang masih di dalam tanah. d) Ribā Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian. Misalnya, membeli buah-buahan yang masih kecil-kecil di pohonnya, kemudian diserahkan setelah besar-besar atau setelah layak dipetik. Atau, membeli padi di musim kemarau, tetapi diserahkan setelah panen. 2. Utang-piutang a. Pengertian Utang-piutang Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah keadaannya. Misalnya utang Rp100.000,00 di kemudian hari harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi utang kepada seseorang berarti menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama. b. Rukun Utang-piutang Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu: 1) yang berpiutang dan yang berutang 2) ada harta atau barang 3) Lafadz kesepakatan. Misal: “Saya utangkan ini kepadamu.” Yang berutang menjawab, “Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas) atau jika sudah punya akan saya lunasi.” Untuk menghindari keributan di belakang hari, Allah Swt. menyarankan agar kita mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan. Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan, Allah Swt. menganjurkan memberinya kelonggaran. “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S. al-Baqarah: 280). Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan tersebut halal bagi yang berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
  • 32. 32 sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya ketika membayar utang.” (sepakat ahli hadis). Abu Hurairah ra. berkata, ”Rasulullah saw. telah berutang hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan Rasulullah saw. Bersabda ,”Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh. Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. berkata “Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam ribā.” (HR. Baihaqi). 3. Sewa-menyewa a. Pengertian Sewa-menyewa Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan. Dasar hukum ijārah dalam firman Allah Swt.: Artinya: “...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-Baqarah: 233). Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka...”(Q.S. aṭ-Ṭalāq: 6) b. Syarat dan Rukun Sewa-menyewa 1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat. 2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa. 3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya. 4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya. 5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak. Misalnya, ada orang akan menyewa sebuah rumah. Si penyewa harus menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah rumah tersebut mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan
  • 33. 33 mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah antara dipakai sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang. Demikian pula jika barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan dipergunakan untuk apa saja. 6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas. 7) Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan jelas serta disepakati bersama. Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas dan disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut. 1) Jenis pekerjaan dan jam kerjanya. 2) Berapa lama masa kerja. 3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan ataukah borongan? 4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan, dan lain-lain, kalau ada. C. Syirkah Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. a. Rukun dan Syarat Syirkah Adapun rukun syirkah secara garis besar ada tiga, yaitu seperti berikut: 1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang yang melakukan akad adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taṡarruf (pengelolaan harta). 2) Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan. 3) Akad atau yang disebut juga dengan istilah ṡigat. Adapun syarat sah akad harus berupa taṡarruf, yaitu adanya aktivitas pengelolaan. b. Macam-Macam Syirkah Syirkah dibagi menjadi beberapa macam, yaitu syirkah `inān, syirkah ‘abdān, syirkah wujūh, dan syirkah mufāwaḍah. 1) Syirkah ‘Inān Syirkah ‘inān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing- masing memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.
  • 34. 34 Contoh syirkah ‘inān: A dan B sarjana teknik komputer. A dan B sepakat menjalankan bisnis perakitan komputer dengan membuka pusat service dan penjualan komponen komputer. Masing-masing memberikan kontribusi modal sebesar Rp10 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut. Dalam syirkah jenis ini, modalnya disyaratkan harus berupa uang. Sementara barang seperti rumah atau mobil yang menjadi fasilitas tidak boleh dijadikan modal, kecuali jika barang tersebut dihitung nilainya pada saat akad. Keuntungan didasarkan pada kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh masing- masing syārik (mitra usaha) berdasarkan porsi modal. Jika masing-masing modalnya 50%, masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%. 2) Syirkah ‘Abdān Syirkah ‘abdān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (amal). Konstribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperti tukang batu). Syirkah ini juga disebut syirkah ‘amal. Contohnya: A dan B samasama nelayan dan bersepakat melaut bersama untuk mencari ikan. Mereka juga sepakat apabila memperoleh ikan akan dijual dan hasilnya akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%. Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah ‘abdān terdiri atas beberapa tukang kayu dan tukang batu. Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal dan tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya berburu anjing. Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan, porsinya boleh sama atau tidak sama di antara syarik (mitra usaha). 3) Syirkah Wujūh Syirkah wujūh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujūh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal). Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B bersyirkah wujuh dengan cara membeli barang dari seorang pedagang secara kredit. A dan B bersepakat bahwa masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu, keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua. Sementara harga pokoknya dikembalikan kepada pedagang. Syirkah wujūh ini hakikatnya termasuk dalam syirkah ‘abdān 4) Syirkah Mufāwaḍah
  • 35. 35 Syirkah mufāwaḍah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah di atas. Syirkah mufāwaḍah dalam pengertian ini boleh dipraktikkan. Sebab setiap jenis syirkah yang sah berarti boleh digabungkan menjadi satu. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya, yaitu ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal jika berupa syirkah ‘inān, atau ditanggung pemodal saja jika berupa mufāwaḍah, atau ditanggung mitra- mitra usaha berdasarkan persentase barang dagangan yang dimiliki jika berupa syirkah wujūh. Contohnya: A adalah pemodal, berkontribusi modal kepada B dan C. Kemudian, B dan C juga sepakat untuk berkontribusi modal untuk membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada B dan C. Dalam hal ini, pada awalnya yang terjadi adalah syirkah ‘abdān, yaitu ketika B dan C sepakat masing-masing bersyirkah dengan memberikan kontribusi kerja saja. Namun, ketika A memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga terwujud muḍārabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai pengelola. Ketika B dan C sepakat bahwa masing-masing memberikan kontribusi modal, di samping kontribusi kerja, berarti terwujud syirkah ‘inān di antara B dan C. Ketika B dan C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujūh antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan semua jenis syirkah dan disebut syirkah mufāwaḍah. 5) Muḍārabah Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), pihak lainnya menjadi pengelola atau pengusaha (muḍarrib). Keuntungan usaha secara muḍārabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, namun apabila mengalami kerugian, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Kontrak bagi hasil disepakati di depan sehingga bila terjadi keuntungan, pembagiannya akan mengikuti kontrak bagi hasil tersebut. Misalkan, kontrak bagi hasilnya adalah 60:40, di mana pengelola mendapatkan 60% dari keuntungan, pemilik modal mendapat 40% dari keuntungan. Muḍārabah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu muḍārabah muṭlaqah dan muḍārabah muqayyadah. Muḍārabah muṭlaqah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengelola yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
  • 36. 36 dan daerah bisnis. Muḍārabah muqayyadah adalah kebalikan dari muḍārabah muṭlaqah, yakni usaha yang akan dijalankan dengan dibatasi oleh jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. 6) Musāqah, Muzāra’ah, dan Mukhābarah a) Musāqah Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan dibagi dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad. Konsep musāqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak memiliki waktu luang untuk merawat perkebunannya, sementara di pihak lain ada petani yang memiliki banyak waktu luang namun tidak memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya sistem kerja sama musāqah, setiap pihak akan sama-sama mendapatkan manfaat. b) Muzāra’ah dan Mukhābarah Muzāra’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap di mana benih tanamannya berasal dari petani. Sementara mukhābarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap di mana benih tanamannya berasal dari pemilik lahan. Muzāra’ah memang sering kali diidentikkan dengan mukhābarah. Namun demikian, keduanya sebenarnya memiliki sedikit perbedaan. Apabila muzāra’ah, benihnya berasal dari petani penggarap, sedangkan mukhābarah benihnya berasal dari pemilik lahan. Muzāra’ah dan mukhābarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw. Dalam hal ini, pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan pembagian persentase tertentu dari hasil panen. Di Indonesia, khususnya di kawasan pedesaan, kedua model penggarapan tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh masyarakat petani. Landasan syariahnya terdapat dalam hadis dan ijma’ ulama. D. Perbankan 1. Pengertian Perbankan Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana masyarakat dan disalurkannya kembali dengan menggunakan sistem bunga. Dengan demikian, hakikat dan tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan, baik dalam menyimpan maupun meminjamkan, baik berupa uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh masyarakat pengguna jasa bank.
  • 37. 37 Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seperti berikut: a. Bank Konvensional Bank konvensional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha, guna mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga. b. Bank Islam atau Bank Syari’ah Bank Islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut syariat Islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak ada dalam bank Islam. Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya seperti berikut: 1) Muḍārabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian. Dalam sistem muḍārabah, pihak bank sama sekali tidak mengintervensi manajemen perusahaan. 2) Musyārakah, yakni kerja sama antara pihak bank dan pengusaha di mana masing-masing sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengelola usahanya secara bersama-sama dan menanggung untung ruginya secara bersama-sama pula. 3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga. Amanah dari pihak nasabah berupa uang atau barang titipan yang telah disebutkan di atas dipelihara dengan baik oleh pihak bank. Pihak bank juga memiliki hak untuk menggunakan dana yang dititipkan dan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut sewaktuwaktu pemiliknya memerlukan. 4) Qarḍul hasān, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik dalam keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh tempo. Biasanya layanan ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di bank tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank kepada nasabahnya. 5) Murābahah, yaitu suatu istilah dalam fiqh Islam yang menggambarkan suatu jenis penjualan di mana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumlah keuntungan tertentu di atas biaya produksi. Di sini, penjual mengungkapkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dan berapa keuntungan yang hendak diambilnya. Pembayaran dapat dilakukan saat penyerahan barang atau ditetapkan pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan atau menyediakan barang yang diperlukan pengusaha untuk dijual lagi dan bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya. Namun demikian, pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga pembelian yang sebenarnya.
  • 38. 38 E. Asuransi Syari’ah 1. Prinsip-Prinsip Asuransi Syari’ah Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang artinya pertanggungan. Dalam bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’m³n yang berarti pertanggungan, perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung (assuradeur) disebut mu’ammin dan tertanggung (geasrurrerde) disebut musta’min. Dalam Islam, asuransi merupakan bagian dari muāmalah. Kaitan dengan dasar hukum asuransi menurut fiqh Islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Pada umumnya, para ulama berpendapat asuransi yang berdasarkan syari’ah dibolehkan dan asuransi konvensional haram hukumnya. Asuransi dalam ajaran Islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak memiliki daya apa pun ketika menerima musibah dari Allah Swt., baik berupa kematian, kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk yang lain. Untuk menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara untuk menghadapinya. Pertama, menanggungnya sendiri. Kedua, mengalihkan risiko ke pihak lain. Ketiga, mengelolanya bersama-sama. Dalam ajaran Islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan masalah kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi jika musibah itu mengenai masyarakat luas seperti gempa bumi atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan asuransi sangat sesuai dengan semangat ajaran tersebut. Allah Swt. menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, di antaranya berikut ini: Artinya: “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...” (Q.S. al-Māidah: 2). Banyak pula hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan umat Islam untuk saling melindungi saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat al-Qur’ān dan riwayat hadis, dapat dipahami bahwa musibah ataupun risiko kerugian akibat musibah wajib ditanggung bersama. Bukan setiap individu menanggungnya sendiri-sendiri dan tidak pula dialihkan ke pihak lain. Prinsip menanggung musibah secara bersama-sama inilah yang sesungguhnya esensi dari asuransi syari’ah. 2. Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional
  • 39. 39 Tentu saja prinsip tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem asuransi konvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko. Seseorang membayar sejumlah premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu dia pikul kepada perusahaan asuransi. Dengan kata lain, telah terjadi ‘jual-beli’ atas risiko kerugian yang belum pasti terjadi. Di sinilah cacat perjanjian asuransi konvensional. Sebab akad dalam Islam mensyaratkan adanya sesuatu yang bersifat pasti, apakah itu berbentuk barang ataupun jasa. Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensional dikenal dana hangus, di mana peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo. Dalam konsep asuransi syari’ah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun, lantas karena satu dan lain hal ingin mengundurkan diri, dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil kembali, kecuali sebagian kecil saja yang sudah diniatkan untuk dana tabarru’ (sumbangan) yang tidak dapat diambil. Setidaknya, ada manfaat yang bisa diambil kaum muslimin dengan terlibat dalam asuransi syari’ah, di antaranya bisa menjadi alternatif perlindungan yang sesuai dengan hukum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah lebih adil bagi mereka karena syariah merupakan sebuah prinsip yang bersifat universal. Untuk pengaturan asuransi di Indonesia dapat dipedomani Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
  • 40. 40 BAB V Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan A. Sekilas tentang Dunia Islam pada Abad Pertengahan Dalam buku Ensiklopedi Islam, Jilid 2 (Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve) dijelaskan bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Topik bahasan dalam bab ini akan difokuskan pada perkembangan Islam pada periode pertengahan. Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antarwilavah Islam, dan adanya kemajuan di bidang ilmu dan sains. Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan terpecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : 1. Kerajaan Ottoman di Turki Kerajaan Ottoman didirikan dan diproklamasikan kemerdekaannya oleh Utsman I dari bangsa Turki Utsmani, setelah Sultan Alauddin dari Dinasti Saljuk meninggal dunia tahun 1300 M. Utsman I dinobatkan sebagai raja (sultan) pertama dan kerajaan Ottoman, yang disusul dengan raia-raja berikutnya. Kerajaan Ottoman mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II (1451-1481 M). Sultan ini berjasa besar, karena telah menyebarluaskan Islam ke Benua Eropa, melalui penaklukan kota Benteng Konstantinopel ibukota Romawi Timur pada tahun 1453 M. Karena keberhasilan ini, kemudian Sultan Muhammad II mendapat julukan Al-Fatih yang artinya Sang Penakluk. Kerajaan Ottoman mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Sulaeman I (1521-1566 M), yang bergelar Sulaeman Agung dan Sulaeman Al-Qanuni. Pada masa pemerintahannva kerajaan Ottoman memiliki wilavah kekuasaan yang cukup luas, yaitu : Afrika Utara, Mesir, Hedzjaz, Irak, Armenia, Asia kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania, sumpai ke batas Sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam. Namun, setelah Sulaeman Agung meninggal dunia, kerajaan Ottoman Turki mengalami kemunduran sehingga satu demi satu wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
  • 41. 41 Biografi Sulaiman Al-Qanuni (6 November 1494 - 5 September 1566 M) Sulaeman Al-Qanuni, yang disebut juga Sulaeman adalah putra pasangan Sultan Salim I (yang wafat pada tahun 1520 M) dan Aisya Sultan. Perkataan Al-Qanuni merupakan julukan yang diberikan oleh masyarakat Turki Utsmani kepada Sulaeman I, yang berarti “Si Pembuat Undang-Undang”. Sulaeman Al-Qanuni, menjadi Sultan Ottoman Turki dari tahun 1520 M sampai dengan 1566 M. Beliau merupakan Sultan Turki Utsmani terbesar dan paling berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Keberhasilan-keberhasilan tersebut antara lain dalam hal : o Perluasan wilayah kekuasaan seperti berhasil menguasai Beograd, yang sekarang menjadi ibukota Serbia, Yugoslavia (dulu) pada tahun 1521 M; menguasai Budapest, ibukota Hongaria pada tahun 1524 M; menguasai Pulau Rhodos tahun 1522 M; merebut pangkalan angkatan laut di bagian tenggara Prancis yaitu kota Nicea, memperoleh kemenangan dalam berperang melawan Austria pada tahun 1531 M. Karena demikian kuat dan luasnya wilayah kekuasaan Sulaeman Al-Qanuni. orang-orang Eropa memberi julukan kepadanya dengan nama Solomon the Magnificent atau Solomon the Great (Sulaeman yang Agung). o Membangun armada laut pertama pada tahun 1534 M. yang diperkuat oleh admiral laut yang cakap Khairuddin Barbarossa. Armada laut ini dibentuk untuk menghadapi perlawanan pasukan Kaisar Karel V dari Spanyol. o Mendirikan Universitas As-Sulaemaniyyah pada tahun 1550, membangun istana, hotel, rumah sakit, lembaga pendidikan Al-Qur’an, dan masjid. Sedangkan arsitekturnya bernama Sinan. o Menulis salinan Al-Qur’an dengan tangannya sendiri, yang kini disimpan dengan baik di Masjid Agung Sulaeman yang dibangun tahun 1550-1556 M. 2. Kerajaan Mogul di India Peranan umat Islam India dalam penyebarluasan agama Islam dapat dilihat dalam empat periode, yaitu periode sebelum kerajaan Mogul (705-1526 M). periode Mogul (1526- 1858 M). periode masa penjajahan lnggris (1858-1947 M), dan periode negara India Sekuler (1947-sekarang). Kerajaan Mogul didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, keturunan Jengiz Khan bangsa Mongol, pada tahun 1526 M. Kerajaan Mogul berpusat di Delhi (India).
  • 42. 42 Kerajaan Mogul diperintah secara silih berganti oleh 15 orang raja (sultan). Sultan pertama Kerajaan Mogul bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) dan sultan terakhirny brnarna Sultan Bahadur Syh II (1837-1858 M). Kerajaan Mogul mencapai puncak kejayaannva tatkala diperintah oleh Akbar Syah I (1556-1605 M), Jahangir atau Nuruddin Muhammad Jahangir (1605-1627 M), Syah Jihan (1627-1658 M), dan Aurangzeh atau Alamgir I (1658-1707 M). Wilayah kejuasaan Mogul meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad. Ajmer, Guzarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmad Nagar, Ousra. Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli. 3. Kerajaan Safawi di Persia (sekarang Iran) Umat Islam menguasai Persia sejak tahun 641 M. Setelah itu, bangsa Persia yang semula beragama Zoroaster berbondong-bondong masuk Islam. Dinasti atau kerajaan Islam silih berganti memerintah Persia, sampai dengan bangsa Mongol merebutnya pada abad ke- 12 M. Selama tiga abad bangsa Mongol menguasai Persia, hingga pada tahun 1501 M muncul dinasti baru, yaitu dinasti atau Kerajaau Safawi. Kerajaan Safawi didirikan oleh Syah Ismail Syafawi (Ismail I) pada tahun 907 H (1501 M) di Tabriz. Beliau berkuasa pada tahun 1501 M-1524 M, yang wilayah kekuasaannya di sebelah barat berbatasan dengan kerajaan Utsmani (Ottoman) di Turki dan di sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Islam Mogul di lndia.. Kerajaan Safawi Mogul dan Turki Utsmani merupakan tiga kerajaan besar pada ahad pertengahan. Setelah pemerintahan Syah Ismail Safawi berakhir, silih berganti sultan- sultan Dinasti Safawi melanjutkan pemerintahannya hingga sebanyak 17 sultan. Sultan terakhir Kerajaan Safawi bernama Sultan Muhammad. Kerajaan Safawi mencapai puncak kejayaannya tatkala diperintah oleh Syah Abbas (1585 - 1628 M). Beliau berjasa mempersatukan seluruh Persia, mengusir Portugis dan kepulauan Hormuz, dan nama pelabuhan Gumran diubah menjadi Bandar Abbas (sampai sekarang). Syah Abbas juga memindahkan ibukota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan. Setelah pemerintahan Syah Abbas berakhir dan digantikan oleh sultan- sultan berikutnya, kedudukan Kerajaan Safawi menjadi lemah. Kelemahan Kerajaan Safawi ini antara lain disebabkan adanya perebutan kekuasaan. Selanjutnya Persia diperintah oleh Dinasti Zand (1759-1794), Dinasti Qajar (1794- 1925), Dinasti Pahlevi (1925-1979). Kemudian sejak tanggal 11 Februari 1979 melalui revolusi Islam yang dipimpin oleh ulama terkenal Ayatullah Komeini (1900-1989 M), sistem
  • 43. 43 kerajaan yang telah ribuan tahun berkuasa. dihapus dan diganti dengan sistem republik (demokrasi) dengan nama “Jumhuri-ye Eslami-ye Iran” (Republik Islam Iran) dan dengan presiden pertamanva Abalhassan Bani Sadr. Pada waktu kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilavah dan benua Asia dan Afrika berada dalam keadaan lemah, sebaliknya di wilavah Eropa justru dalam keadaan kuat. Keadaan bangsa Eropa seperti Spanyol, Prancis, Portugis, Inggris, dan Belanda berada dalam keadaan kuat dan maju, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Salah satu penyebab bangsa Eropa kuat dan maju adalah pengaruh dari dunia Islam. Pada awalnya bangsa Eropa mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dari umat Islam pada periode klasik (periode kejayaan dan keemasan umat Islam) seperti ilmu kedokteran, ilmu sejarah, ilmu pertambangan, dan ilmu kimia. Ilmu-ilmu tersebut kemudian mereka dalami dan kembangkan sendiri, sehingga setahap demi setahap mereka berhasil memperoleh kemajuan dan kekuatan serta berhasil melaksanakan revolusi di bidang industri. Selanjutnya, bangsa Eropa berusaha menjajah negara-negara lemah. khususnya kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam yang ada di wilayah benua Asia dan Afrika. Mereka melakukan penjajahan untuk mencapai tiga tujuan yaitu: Gold yang maksudnya agar memperoleh keuntungan besar, khususnya di bidang perdagangan bangsa Eropa, membeli bahan-bahan industri dari wilayah jajahannya dengan harga murah, kemudian menjual hasil industrinya ke wilayah jajahannya dengan harga mahal. Glory yang maksudnya untuk mencapai kejayaan di bidang kekuasaan. Gospel yang artinya usaha menyebarluaskan agama Kristen. Agar meraih keuntungan besar, bangsa Eropa melakukan usaha monopoli di bidang perdagangan, antara lain dengan cara merebut dan menguasai pusat-pusat perdagangan yang semula dikuasai umat Islam. Pusat-pusat perdaganga itu misalnya : Kota Goa di pantai barat India direbut pada tahun 1510 M dan dijadikannya benteng pangkalan, untuk menyaingi perdagangan umat Islam dengan Afrika Timur. Pelabuhan Malaka pada tahun 1511 M dikuasai dan dijadikan sebagai benteng pangkalan untuk menyaingi perdagangan umat Islam di luar Indonesia dengan Indonesia. Akhirnya, setelah bangsa Eropa bertambah kuat, sedangkan kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam semakin lemah terutama di bidang ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan, maka kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam di berbagai wilayah Asia-Afrika dijadikan negara jajahan oleh bangsa Eropa. Negara-negara jajahan itu antara lain :