3. • Howe (dalam Martutik 1995:52) mengatakan bahwa topic
itu merupakan syarat terbentuknya wacana percakapan.
Istilah topic wacana sering dikacaukan dengan konsep
topic dalam kalimat.
• Dalam tata kalimat, topic mempunyai kaitan dengan
struktur kalimat secara fungsional. Bahkan, topic (dan
komentar) merupakan satu deskripsi stuktur kalimat.
Dalam konteks sebuah wacana, topic merupakan suatu
ide atau hal yang dibicarakan dan dikembangkan
sehingga membentuk sebuah wacana.
Back
4. Dalam sebuah percakapan sering pula muncul
tanggapan yang salah atau yang tidak sesuai dengan topic
yang ada. Seperti contoh di bawah ini.
Konteks : Seorang ibu meminta anaknya membersihkan
halaman belakang rumah.
Ibu : “Zia, belakang disapu, Zi!”
Zia : “Ibu, berapa tangan Zia, Bu?”
Penggalan percakapan di atas menunjukkan bahwa
tanggapan seorang peserta mungkin tidak sesuai dengan
topic yang dibicarakan. Namun, bila pendengar tidak
memahami topic sebelumnya, seorang pendengar dapat
meminta penjelasan lebih lanjut. Seperti contoh di bawah ini.
5. Konteks : Sepasang suami istri sedang makan di restoran.
Suami : “Ah, ininya kurang” (sam bilm e nuang kan g aram
di piring nya).
Istri : “Apanya yang kurang?” (sam bilm akan)
Suami : “Garam.”
Dalam percakapan di atas, suami mengira bahwa istrinya
sedang memperhatikannya sehingga apa yang diacu dengan
kata ini dapat dipahami. Namun, istri tidak memperhatikannya
dan tidak dapat mengidentifikasi acuan yang dirujuk suami
tersebut. Dengan kata lain, istri dalam penggalan di atas tidak
dapat mengidentifikasikan acuannya dan skaligus tidak
memahami maksud pembicaraan suami. Namun, dengan
penjelasan suami yang ke dua, istri dapat memahaminnya,
seiring dengan diketahuinnya topik yang mendahuluinnya.
Back
7. Topik lama dalam sebuah wacana percakapan,
merupakan topic yang telah dibicarakan sebelumnya.
Para peserta percakapan biasanya tidak
mengembangkan topik yang telah dibicarakan
tersebut, melainkan mengembangkan topik tersebut
menjadi perbincangan yang fre sh sehingga tidak
menimbulkan kesan jadul bagi peserta lainnya.
Berdasarkan penilitian Keenan dan Schieffelin
(1983:67) Pada jenis topic percakapan ini, urutan yang
dianjurkan adalah lama-baru (g ive n-ne w co ntract). Hal
itu sangat penting untuk membentuk praduga
(pre supo sitio n).
8. Pada umumnya, pembicara dalam percakapan juga
berusaha menjamin agar para pendengar dapat
memahami sesuatu yang dibicarakannya. Pembicara dapat
mengetahuinya dengan berbagai cara, misalnya dengan
melihat tanggapan pendengar (uh, tidak, atau
menggelengkan kepala). Ada berbagai cara untuk
memancing tanggapan yang positif dari pendengar
sebelum memulai percakapan, misalnya menggunakan
pertanyaan sebagai penanda pancingan (try maker)
seperti: “apakah kau ingat….?” ; “apakah kau melihat….?” ;
“apakah kau pernah membaca….?” Dan sebagainya.
Back
9. Topik yang Referensinya ditunjuk
Topik yang Referensinya Dilihat,
tetapi Tidak Ditunjuk danTidak
Dipegang
Topik yang Referensinya didengar
Topik yang Referensinya Berupa
Kegiatan atau Tindakan
Topik yang Referensinya dipegang
10. Menurut Rani, Arifin, dan Martutik (2004:14) Topik nyata merupakan
topic yang referensinya seperti yang dirujuk dengan kata-kata yang
digunakan dalam ujaran. Topik nyata itu seperti contoh berikut ini.
Ayah : “Bapak pergi dulu.”
Anak : “Izah suka dipangku.”
Ayah : “Sebentar saja. Bapak segera pulang.”
Anak : “Sekarang musim gelang yang ada namanya.”
Ayah : “Biar Bapak yang beli.”
Anak : “Izah bisa nulis Pak.”
Ayah : “Bagus, tapi Bapak saja yang beli.”
Contoh di atas merupakan pertukaran yang membicarakan topic
yang nyata. Topik yang dibicarakan adalah g e lang yang ada
nam annya.
Back
11. Hal-hal yang ditunjuk merupakan bahan atau topic
pembicaraan yang menarik.
Konteks : Guru TK menunjukkan gambar gunung kepda
siswanya.
Guru : “Ini gambar apa, anak-anak?”
Siswa : “Gunung”
Guru : “Siapa yang membuat?”
Siswa : “Gusti Allah.”
Topic yang dibicarakan pada percakapan di atas adalah
g am bar g unung . Topic itu referensinya berupa barang atau hal
yang ditunjuk dengan jari.
Back
12. Dalam melakukan percakapan, hal-hal yang dipegang
sering diangkat menjadi pokok pembicaraan dalam percakapan.
Dal : “Pak Dal mengantar surat dulu, ya?”
Dul : “Ke mana Pak?”
Dal :”Ke Pusat, ke FS, terus ke fakultas lain.”
Dul :”Sekarang?”
Dal :”Sekarang ke Pusat dulu teerus kembali lagi.”
Topic yang dibicarakan adalah surat yang diantarkan
oleh Dal. Dengan demikian, topic yang mereka percakapkan
mempunyai referensi yang dipegang.
Back
13. Benda-benda yang dilihat sering diangkat menjadi pokok
pembicaraan. Hal-hal yang dilihat pada umumnya dapat menarik
unruk dipercakapkan.
Konteks : Seseorang menawarkan barang baru kepada
temannya.
Boncel : “Ada antioksidan jenis baru yang efektif, Pak Totok.”
Totok : “Kita mungkin nggak bisa bayar, lagi krisis.”
Boncel : “Lah, soal bayar kan bisa dirunding.”
Totok : “Tidak begitu. Lah wong RS ini nggak punya duit.”
Referensi topic yang dibicarakan pada contoh di atas
adalah antio ksidan je nis baru yang diketahui oleh Boncel yang
dicoba ditawarkan kepada Totok.
Back
14. Hal-hal yang didengar juga merupakan bahan pokok
pembicaraan yang menarik.
Konteks : Mendengar bunyi tokek pada malam hari
menjelang tidur.
Anak : “Itu suara apa, Bu?”
Ibu : “Itu tokek. Cepet tidur!”
Anak : “Nggigit nggak, Bu?”
Ibu : “Ndak.”
Topic yang dibicarakan pada pertukaran adalah
tokek yang suaranya didengar dari dalam kamar. Topic ini
muncul karena suara tokek itu terdengar oleh mereka.
Dengan demikian, topic pembicaraan itu bermula dari
suara tokek yang didengar.
•
Back
15. Kegiatan yang hendak, sedang, dan telah dilakukan dapat
diangkat menjadi topic pembicaraan.
Konteks : Mayu dan Cyntia memetik gitar.
Mayu : “Kamu saja nyanyi!”
Cyntia : (m e nyanyi Po to ng Be be k) “Sudah. Kamu, ayo nyanyi.”
Mayu : “Emoh.”
Topik pada contoh di atas merupakan contoh topic yang
berupa tindakan. Pada contoh diatas tindakan yang dimaksud
adalah menyanyi.
Lima topic yang dibicarakan di atas merupakan topic yang
mempunyai referensi nyata. Topic nyata pada umumnya tergolong
dalam sebuah kategori topic yang disebut topic ini dan kini.
Back