Makalah ini membahas dampak risiko suku bunga terhadap perbankan dan perekonomian. Risiko suku bunga merupakan risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga yang dapat mempengaruhi pendapatan dan nilai ekonomi bank. Sumber risiko suku bunga berasal dari perbedaan jatuh tempo aset dan kewajiban bank serta opsi yang terkandung di dalam instrumen keuangan. Perubahan suku bunga dapat berdampak pada penurunan pendapatan bunga
1. DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH RESIKO SUKU BUNGA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk melengkapi persyaratan
Mengikuti ujian tengah semester mata kuliah Manajemen Keuangan
Dosen pembimbing: Ade Fauji, SE., MM
OLEH
MOH. KRISTIANDI PERMANA
11011700146
2T MA
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S-1)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BINA BANGSA
KOTA SERANG
2018
2. KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbilâalamin puji syukur penyusun persembahkan kepada
ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani,
sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen Keuangan ini .
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keuangan.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya
sangat diharapkan agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih
baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Dan
semoga makalah ini juga berguna untuk kita semua.
Pandeglang, 09 April, 2018
Moh. Kristiandi Permana
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan/Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
A. Pengertian suku bunga..............................................................................................3
B. Sumber risiko suku bunga..........................................................................................3
C. Akibat yang ditimbulkan risiko suku bunga ............................................................6
D. Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik ...................................................10
E. Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang................................................10
F. Manajemen Risiko pada suku bunga obligasi..........................................................10
G. Manajemen Risiko pada suku bunga obligasi...........................................................11
H. Risiko pada suku bunga dan saham..........................................................................11
I. Suku bunga dan jangka waktu obligasi.....................................................................11
J. Fungsi Tingkat Bunga .................................................................................................12
K. Struktur Suku Bunga.................................................................................................13
L. Risiko Suku Bunga Tinggi..........................................................................................15
BAB III PENUTUP........................................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis moneter yang yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan
merosotnya sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan yamg diakibatkan oleh
nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap nilai tukar dollar. Inflasi merupakan salah
satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu
negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan hargaharga secara
tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang
suatu negara (Tajul Kahalwaty, 2000 : 5).
Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai
tukar semakin mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit yaitu
sekitar 11,05 persen dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Hal
ini mengakibatkan jumlah hutang Negara terhadap luar negeri meningkat secara
tajam. Selain itu berpengaruh terhadap timbul Non Performing Loans (NPL) atau
kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung akan mengganggu (dalam
jumlah yang besar bahkan akan menghentikan) operasional bank. Masalh lain yang
ditimbulkan adalah perginya para investor asing dalam hal menanamkan modalnya
di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi
adalah dengan menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun arti luas
(M2) atau likuiditas perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta
maupun bank-bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga. Bunga
yang diberikan oleh bank-bank pada masyarakat merupakan daya tarik yang utama
bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya dibank, sedangkan bagi
bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan meningkatkan
kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar
5. berupa pemberian kredit pada masyarakat. Untuk itu pemerintah melakukan
kebijakan moneter dengan menekan jumlah uang beredar melalui peningkatan suku
bunga bank.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari tingkat suku bunga?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga?
3. Jelaskan peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori tingkat suku bunga.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Untuk mengetahui peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian suku bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat perubahan suku bunga
yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh pada perusahaan.
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank
terhadap pegerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut
merupakan bagian yang normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang
penting dalam menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai saham. Perubahan
dalam suku bunga berakibat berubahnya pendapatan bunga bersih dan tingkat
pendapatan dan biaya operasional suatu bank yang sensitif terhadap perubahan suku
bunga . Perubahan tingkat suku bunga juga berakibat pada underlying value
instrument assets, liability dan Off Balance Sheet (OBF) karena present value dari
future cash flow (bahkan cash flow ânya sendiri) berubah karena suku bunga
berubah. Sesuai dengan itu maka agar proses manajemen suku bunga efektif, perlu
dijaga supaya suku bunga tetap berada pada prudent level untuk keamanan dan
kesehatan (soundness)bank.
Terdapat 2 (dua) perspective paling umum untuk melakukan asesmen
terhadap risiko sukubunga bank yaitu :
- the earning perspective, yang difokuskan pada dampak perubahan suku bunga
pada pendapatan bank yang akan diterima dalam jangka pendek,
- the economic value perspective, yang difokuskan pada nilai cash flow suatu bank
B. Sumber risiko suku bunga
Sebagai âfinacial intermediaries â bank menghadapi risiko suku bunga
dengan berbagai cara. Pembahasan yang utama dan paling sering, bentuk risiko
suku bunga timbul dari perbedaan waktu dari jatuh tempo (maturity) dan repricing
7. (penetapan ulang suku bunga) terhadap suku bunga mengambang (floating rate)
dari assets, liabilities dan posisi Off Balance Sheet(OBS ). Sementara repricing
terhadap ketidak sesuaian jatuh tempo (mismatch) merupakan fundamen dari bisnis
bank, dapat meng-expose pendapatan dan underlying nilai ekonomi (economic
value) terhadap fluktuasi yang tidak diperkirakan sebagai perbedaan suku bunga.
Sebagai contoh, apabila bank mendanai suatu pinjaman jangka panjang ber- bunga
tetap, dengan suatu deposit berjangka pendek, bank bisa menghadapi suatu
penurunan baik pada future income yang berasal dari posisi pinjaman yang
diberikan serta underlying value dari pinjaman tersebut, apabila terjadi kenaikan
suku bunga . Penurunan tersebut terjadi karena cash flow dari pinjaman adalah
tetap selama masa laku kredit, sedangkan cash flow yang dibayar pada deposit
bersifat variable dan meningkat setelah jatuh temponya.
Repricing mismatches, juga dapat meng-expose perubahan slope dan bentuk
pada kurva pendapatan (yield curve) . Risiko yield curve timbul apabila terdapat
pergeseran yang tidak diperkirakan pada yield curve yang mengakibatkan dampak
yang merugikan pada pendapatan bank atau underlying economic value. Sebagai
contoh, underlying economic value dari suatu long position obligasi pemerintah
berjangka waktu 10 tahun di hedge dengan suatu short position dari Government
Notes berjangka waktu 5 tahun, dapat mengurangi secara tajam apabila yield curve
tersebut curam (steepens), bahkan apabila posisi di hedge terhadap pergerakan
parallel dari yield curve . Sumber risiko suku bunga lainnya yang penting, biasanya
disebut sebagai basis risk , timbul dari hubungan yang tidak sempurna dalam
penyesuaian tingkat bunga yang diperoleh dan dibayarkan dari instrument yang
berbeda, namun dengan karakteristik repricing yang mirip. Apabila suku bunga
berubah, maka perbedaan ini dapat menaikkan perubahan yang tidak
diperhitungkan dalam cash flow dan spread pendapatan antara instrument
instrumen asset, liabilities dan OBS dari jatuh tempo yang sama atau frekuensi-
frekuensi repricing. Sebagai contoh, suatu strategi pendanaan untuk pemberian
kredit dengan jangka waktu 1 tahun dengan deposit 1 tahun dengan variable rate
8. yang ditetapkan tiap bulan (repricing) berdasarkan LIBOR, menggambarkan bahwa
institusi tersebut menghadapi risiko bahwa spread antara 2 (dua) index suku bunga
dapat berubah tak terduga.
Tambahan dan peningkatan sumber risiko suku bunga yang penting, timbul
dari opsi (option) yang diikatkan (embedded) pada banyak portofolio asset, liability
dan OBS bank. Formalnya, sebuah opsi menyediakan kepada pemegang opsi, hak
namun bukan kewajiban, untuk membeli (buy), menjual (sell) atau dengan cara
yang sama memilih cash flow dari suatu instrument atau financial contract. Opsi
dapat berupa instrumen yang berdiri sendiri (âstand alone â) seperti âexchange
traded optionâ (opsi perdagangan/jual beli valuta) dan over the counter (OTC)
contract, atau dapat juga diikaitkan dalam instrument-instrumen standar. Sementara
bank bank menggunakan exchange traded dan opsi OTC baik dalam rekening
perdagangan maupun dalam rekening non perdagangan, instrumen-instrumen yang
terikat opsi yang umumnya lebih penting dalam kegiatan non-trading. Contoh dari
instrument yang terikat opsi meliputi berbagai tipe obligasi dan notes (surat utang)
dengan âcallâ atau âputâ provision, pinjaman dengan memberi hak kepada peminjam
untuk menyelesaikan hutangnya lebih cepat, dan berbagai tipe non maturity deposit
instruments yang memberi hak kepada depositor untuk menarik dananya setiap
waktu, sering tanpa sesuatu penalty atau denda. Apabila tidak dikelola dengan baik,
maka pembayaran instruments yang mempunyai karakteristik yang tidak saling
menopang (asymmetrical payoff) dengan syarat opsi dapat memberikan risiko yang
signifikan khususnya kepada mereka yang menjual, karena opsi yang dipegang,
secara explicit dan mengikat, umumnya dilaksanakan sepanjang menguntungkan
bagi pemegang hak opsi dan tidak menguntungkan bagi penjual. Lebih lanjut suatu
daftar yang semakin panjang dari hak opsi dapat mempengaruhi leverage
(perputaran) dan dapat memperbesar pengaruh (baik posistif maupun negatif) dari
posisi opsi pada kondisi keuangan perusahaan.
9. C. Akibat yang ditimbulkan risiko suku bunga.
Sebagaimana dikemukakan diatas, perubahan dalam suku bunga dapat
mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan baik bagi pendapatan bank
maupun nilai ekonomi nya (economic value) . Hal ini memberikan 2 (dua)
perspective yang terpisah namun saling melengkapi dalam melakukan asesmen
terhadap exposure risiko suku bunga bank.
1. Earnings perspective.
Dalam earning perspective, fokus analisa adalah pada akibat / dampak
perubahan tingkat bunga pada pendapatan yang dilaporkan (accrual). Hal ini
merupakan pendekatan tradisional terhadap asesmen risiko suku bunga yang
dilakukan berbagai bank. Gejolak dalam pendapatan adalah point penting dalam
analisa risiko suku bunga, karena pengurangan pendapatan atau kerugian dapat
mengancam stabilitas keuangan suatu institusi dengan mengikis kecukupan modal
dan mengurangi keyakinan pasar. Dalam hubungan ini, komponen dari pendapatan
yang secara tradisional diterima dan sangat mendapat perhatian adalah net interest
income (yaitu ; selisih antara total interest income dengan total interest expense) .
Fokus pada hal ini mencerminkan pentingnya net interest income dari total
pendapatan bank serta kaitannya secara langsung dengan perubahan tingkat bunga.
Namun demikian, begitu bank melakukan expansi dengan aktivitasberlandaskan
âfee-basedâ dan non interest income lainnya, maka fokus yang lebih luas pada
overall net income, menyatukan interest income dengan non interest income
menjadi suatu hal yang biasa/lazim. Non interest income timbul dari berbagai
kegiatan seperti loan servicing dan berbagai program sekuritisasi aset, dapat
menjadi sesuatu yang juga sangat sensitive, dan mempunyai hubungan yang
kompleks dengan suku bunga pasar. Sebagai contoh, beberapa bank menyediakan
jasa layanan dan fungsi administrasi kredit (loan) untuk pool kredit pemilikan
rumah (mortgage loan pools) dengan memungut suatu fee tertentu yang didasarkan
pada volume aset yang di-administrasikan. Apabila suku bunga turun (fall) maka
10. layanan bank pada jasa tersebut mungkin menurun (declined) dalam pendapatan fee
yang diperoleh, karena kredit yang bersangkutan dibayar lebih awal (prepay).
Bahkan sumber tradisional dari non interest income, seperti â transaction processing
feeâ menjadi sangat sensitive terhadap suku bunga. Peningkatan sensitifitas ini
menyebabkan manajemen bank dan supervisor (otoritas pengawasan bank)
menggunakan kajian yang lebih luas mengenai akibat potensial terhadap perubahan
tingkat suku bunga pasar pada pendapatan bank dan lebih luas lagi terhadap
penaksiran pendapatan dalam berbagai situasi suku bunga yang berbeda.
2. Economic value perspective.
Gejolak dalam suku bunga pasar dapat juga berakibat pada economic value
dari posisi, asset, liability dan Off Balance Sheet (OBF) bank.. Jadi sensitifitas
terhadap economic value bank terhadap fluktuasi dari suku bunga merupakan
pertimbangan penting bagi shareholder, direksi serta otoritas pengawasan bank.
Nilai ekonomi bagi suatu instrumen merupakan suatu asesmen terhadap present
value dari expected cash flow, didiskontokan untuk mencerminkan suku bunga
pasar. Lebih lanjut, economic value dari suatu bank dapat dipandang sebagai
present value dari expected net cash flow bank, didefinisikan sebagai â expected
cash flow dari asset, dikurangi expected cash flow dari liability,ditambah dengan
expected net cash flow dari posisi OBS â Dalam hal ini, perspective economic value
mencerminkan suatu kajian dari sensitivitas kekayaan bersih bank, terhadap
fluktuasi tingkat bunga. Karena nilai ekonomi perspektif mempertimbangkan
dampak potensial dari perubahan suku bunga pada present value dari semua future
cash flow, hal ini mengungkapkan suatu pandangan yang lebih komprehensif
tentang potensi akibat jangka panjang dari perubahan tingkat bunga dari pada yang
ditawarkan oleh earnings perspective. Pandangan yang lebih menyeluruh lebih
penting, karena perubahan dalam pendapatan dalam jangka pendek â merupakan
typical focus dalam earnings perspective â tidak dapat menggambarkan indikasi
yang akurat dari akibat pergerakan suku bunga pada posisi overall bank.
11. 3. Embedded Losses
Sejauh ini penjelasan tentang âearning perspectiveâ dan âeconomic value
perspectiveâ difokuskan pada, bagaimana perubahan suku bunga mendatang (future
change) dapat membawa akibat pada kinerja keuangan bank. Dalam melakukan
evaluasi tingkat risiko suku bunga, dapat diasumsikan bahwa suatu bank juga
mempertimbangkan dampak dari suku bunga yang lalu terhadap kinerja mendatang
(future performance). Khususnya instrument â instrument yang tidak dilakukan
âmark to marketâ, mungkin sudah mengandung keuntungan atau kerugian dari
pergerakan diwaktu lalu.. Keuntungan atau kerugian dimaksud mungkin tercermin
seterusnya dalam pendapatan bank. Sebagai contoh, suatu pemberian kredit jangka
panjang, diperhitungkan dengan suku bunga tetap ketika suku bunga rendah, dan
sekarang harus didanai dari dana bersuku bunga lebih tinggi, maka pada sisa masa
lakunya sudah tercermin bahwa bank akan merugi.
Praktik manajemen risiko suku bunga yang sehat (sound practice).
Praktek manajemen risiko suku bunga melibatkan 4 (empat) elemen dasar
dari manajemen instrument-instrumen asset, liability dan off balance sheet (OBS) :
ď§Pengawasan yang memadai oleh Dewan Komisaris dan Direksi bank
ď§Kecukupan kebijakan dan prosedur manajemen risiko
ď§Pengukuran, pemantauan dan pengendalian manajemen risiko yang memadai
ď§ Pengendalian intern dan independent audit yang komprehensif.
Hal-hal spesifik yang diaplikasikan oleh suatu bank terhadap elemen â
elemen tersebut dalam mengelola risiko suku bunga sangat tergantung pada
kompleksitas dan sifat kegiatan dan bentuk perusahaan serta tingkat exposur risiko
suku bunga . Karena itu apa yang merupakan praktek manajemen risiko suku bunga
yang memadai, sangat beragam diantara bank-bank. Sebagai contoh, suatu bank
yang tidak terlalu kompleks, dimana direksinya terlibat dalam kegiatan operasional
sehari-hari secara detil, mungkin cukup hanya mengandalkan proses manajemen
12. risiko suku bunga yang relatif masih tergolong dasar (basic). Sedangkan organisasi
bank lainnya yang lebih kompleks dan mempunyai rentang kegiatan yang luas akan
memerlukan proses manajemen risiko suku bunga yang lebih formal untuk
mengarahkan kegiatan keuangan mereka yang lebih luas dalam menyediakan bagi
direksi informasi yang dibutuhkan direksi untuk memantau dan mangarahkan
kegiatan sehari-hari. Lebih lanjut proses manajemen risiko suku bunga yang lebih
kompleks yang digunakan pada bank dimaksud, memerlukan pengendalian intern
yang memadai termasuk audit atau mekanisme pengawasan lainnya untuk meyakini
integritas dari informasi yang digunakan pejabat bank dalam mengawasi kepatuhan
terhadap kebijakan dan limit yang ditentukan. Tugas dari individu-individu yang
terlibat dalam pengukuran risiko (risk measurement), pemantauan (monitoring), dan
fungsi pengendalian (control function) harus dipisahkan secara cukup (sufficient)
dan harus independen dari pembuat keputusan bisnis (business decision makers)
dan pengambil posisi (position takers) untuk menghindari pertentangan kepentingan
(conflict of interest).
Komite Basel berkeyakinan bahwa, risiko suku bunga harus dipantau pada
basis konsolidasi, secara komprehensif, agar meliputi juga exposure pada anak-
anak perusahaan. Namun demikian, pada waktu yang sama, institusi harus
mengenal benar-benar setiap kelainan dari ketentuan dan kemungkinan hambatan
pergerakan cash flow diantara afiliasi dan menyelaraskan sesuai proses manajemen
risiko mereka. Sementara konsolidasi dapat menyediakan suatu ukuran yang
komprehensif menyangkut risiko suku bunga, namun dapat juga under estimate
terhadap risiko apabila posisi pada suatu afiliasi digunakan untuk meng-offset
posisi pada afiliasi yang lain. Hal ini dikarenakan konsolidasi accounting secara
konvensional memperbolehkan secara teori meng-offset antara posisi-posisi yang
bersangkutan dimana suatu bank mungkin tidak dapat mempraktekkan hal yang
menguntungkan karena batasan ketentuan. Manajemen hendaknya mengenali
potensi pengukuran secara konsolidasi untuk mengurangi risiko sesuai dengan
keadaan.
13. D. Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik
Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu negara :
1) Kondisi ekonomi global.
2) Stabilitas ekonomi dalam negeri.
3) Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.
E. Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang :
a) Jika suku bunga , maka publik akan membelanjakan dananya untuk membeli
aset yang menguntungkan.
b) Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan
diinvestasikan untuk usaha.
c) Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank
karena aman.
d) Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi
kredit macet.
ď Carry Trade
Resiko Carry Trade adalah bentuk perilaku investor dalam melakukan
investasi dengan cara meminjam dana dari suatu negara yang memiliki tingkat suku
bunga rendah dan selanjutnya membawa dana tersebut untuk ditanamkan pada
negara yang memiliki tingkat suku bunga tinggi. Jika suku bunga negara tujuan itu
kembali normal/rendah, maka dana ditarik kembali.
F. Manajemen Risiko pada suku bunga obligasi:
ďˇ Jika kondisi suku bunga obligasi stabil, masyarakat cenderung memilih
obligasi.
ďˇ Penerimaan bunganya tetap.
ďˇ Pemilik obligasi biasanya yang memiliki uang lebih dan menginginkan
keamanan berinvestasi.
14. Dampak Perusahaan suku bunga bagi perusahaan :
ďˇ Perubahan suku bunga bisa menyebakan perusahaan menghadapi dua tipe
risiko yaitu:
ďˇ Risiko perubahan pendapatan : pendapatan bersih ( hasil investasi dikurangi
biaya) berubah yaitu berkurang dari yang diharapkan.
ďˇ Risiko perubahan nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga, yaitu
berubah karena lebih kecil (turun nilainya).
G. Risiko pada suku bunga dan saham :
ďˇ Pada saat suku bunga mengalami kenaikan dan harga saham di pasar
mengalami penurunan, maka investor cenderung memindahkan dananya
dari saham ke deposito.
ďˇ Pada saat kondisi pasar saham sedang menghangat, maka akan terjadi
kebalikan dari hal diatas, dengan alasan keuntungan bermain saham lebih
tinggi.
ďˇ Investor adalah mereka yang memiliki karakteristik penghindar risiko dan
menyukai keuntungan yang berkelanjutan.
H. Suku bunga dan jangka waktu obligasi
ďˇ Semakin lama jangka waktu obligasi, semakin tinggi bunganya.
ďˇ Konsep nilai waktu uang.
ďˇ Adanya inflasi.
I. Teori Penentuan Suku Bunga
Dalam bagian ini, akan dibahas dua teori penentuan suku bunga yang paling
berpengaruh, yaitu: Teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory, dan
liquidity preference theory dari Keynes.
15. ďˇ Loanable Funds Theory
Teori Fisher adalah teori yang bersifat umum dan jelas mengabaikan masalah-
masalah praktis tertentu, seperti kekuasaan pemerintah (bersama-sama dengan
lembaga-lembaga depositori) untuk menciptakan uang dan permintaan pemerintah
(yang seringkali besar) terhadap dana pinjaman, yang biasanya kebal terhadap
tingkat suku bunga. Selain itu, teori Fisher jugatidak mempertimbangkan
kemungkinan bahwa individu-individu dan perusahaan-perusahaan berinvestasi
dalam saldo kas.
ďˇ Liquidity Preference Theory
Liquidity preference theory (teori hasrat liquiditas), yang awalnya dikembangkan
oleh J.M. Keynes menganalisa suku bunga ekuilibrium melalui ineteraksi
penawaran uang dengan permintaan agregat publik untuk memegang uang. Keynes
mengasumsi bahwa sebagian besar individu memegang kekayaan hanya dalam dua
bentuk: uang dan obligasi. Menurut Keynes, uang ekuivalen dengan valuta dan
rekening giro (demand deposits), yang tidak membayar bunga atau membayar
bunga sangat rendah, tetapi sangat liquid dan bisa digunakan bagi transaksi.
Secara umum, kedua teori diatas menghasilkan tingkat bunga keseimbangan
yang sama. Yang berbeda dari keduanya adalah metodologi yang melandasinya.
Liquid preference theory disusun berdasarkan permintaan dan penawaran dari
persediaan uang dan pandangan bahwa semua keputusan keuangan menekankan
pada segi uang dari liquiditas. Oleh karena itu model dana pinjaman dikembangkan
berdasarkan aliran dana pada sistem keuangan dan memandang keputusan
keuangan dibuat dengan asas likuiditas yang lebih luas.
J. Fungsi Tingkat Bunga
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi atau peranan penting dalam
perekonomian, yaitu:
16. a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna mendukung
pertumbuhan perekonomian.
b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana
kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu
negara.
d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya
terhadap jumlah tabungan dan investasi.
Tingkat bunga tidak bersifat seragam. Pada kenyataannya, dalam sistem
keuangan tidak ada suku bunga yang tertentu, akan tetapi bermacam-macam suku
bunga yang berbeda-beda. Namun dalam analisis diasumsikan adanya satu suku
bunga fundamental dalam perekonomian yang disebut suku bunga riil jangka
pendek yang bebas resiko. Yang dimaksud dengan suku bunga riil adalah suku
bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika harga rata-rata barang dan jasa
diperkirakan tetap konstan selama usia pinjam. Yang dimaksud suku bunga bebas
resiko adalah suku bunga pinjaman dimana peminjamnya tidak akan gagal
memenuhi kewajiban apapun. Sedangkan yang dimaksud jangka pendek adalah
suku bunga dari pinjaman yang akan jatuh tempo dalam satu tahun.
Selain fungsi dan peranan penting tingkat bunga dalam perekonomian yang
telah disebutkan diatas, suku bunga juga memiliki apa yang disebut dengan risiko
suku bunga, yaitu potensi kerugian karena adanya perubahan pergerakan arah suku
bunga. Risiko ini yang akan mempengaruhi semua instrumen yang menggunakan
satu atau lebih yield curves untuk menghitung satu nilai pasar.
K. Struktur Suku Bunga
Determinan Struktur Suku bunga
Tingkat bunga yang telah diuraikan diatas dapat diartikan sebagai rata-rata
dari berbagai macam jenis suku bunga, yaitu meliputi jangka pendek, jangka
17. panjang, dll. Struktur tingkat bunga dalam sistem keuangan terutama ditentukan
oleh determinan sebagai berikut:
- Jangka waktu dari klaim keuangan
- Karakteristik perpajakan dari klaim keuangan
- Derajat risiko tunggakan dari klaim keuangan
- Kemudahan pemasaran dari klaim keuangan dan faktor-faktor lainnya.
Dari keempat determinan tersebut diatas perbedaan jangka waktu dari klaim
keuangan merupakan faktor yang paling banyak dipertimbangkan. Hubungan antara
jangka waktu dan suku bunga disebut struktur masa (term structure) dari suku
bunga. Ketiga determinan lainnya juga merupakan faktor penting, akan tetapi
seringkali lebih mudah dalam menentukan pengaruhnya terhadap struktur suku
bunga.
Teori Kurva Hasil
Cara yang paling sering digunakan untuk melukiskan hubungan antara suku
bunga dan jangka waktu dari klaim keuangan adalah kurva hasil. Akan tetapi
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bentuk kurva hasil sampai saat ini belum
ditemukan suatu kesimpulan yang pasti, yang tentunya didukung dengan data
empiris. Berkaitan dengan hal itu maka dikembangkan tiga teori, yaitu; teori
harapan, teori premium likuiditas, dan teori pasar tersegmen.
Teori Harapan. Teori ini menyatakan bahwa suku bunga jangka panjang
sama dengan suku bunga jangka pendek yang berjalan plus suku bunga jangka
pendek yang diharapkan pelaku pasar yang berlangsung hingga jatu temponya
sekuritas jangka panjang. Misal suku bunga untuk obligasi sepuluh tahun harus
sama dengan penjumlahan suku bunga jangka pendek (obligasi satu tahun) yang
berjalan dengan suku bunga jangka pendek yang diantisipasi akan terjadi sepanjang
obligasi jangka panjang dibagi jangka waktu dari obligasi jangka panjang.
18. Teori Premium Likuiditas. Teori ini berlandaskan pada teori harapan, akan
tetapi menolak asumsi bahwa peserta pasar berlaku sama dalam hal obligasi jangka
pendek dan jangka panjang. Menurut teori ini tingkat bunga jangka panjang sama
dengan rata-rata dari tingkat bunga jangka pendek yang berjalan, tingkat bunga
jangka pendek yang diharapkan dan premium likuditas.
Teori Pasar Tersegmentasi. Teroi ini sangat berbeda dengan kedua teori
diatas. Teori ini beranggapan bahwa tingkat bunga jangka pendek dan tingkat
bunga jangka panjang ditentukan didalam pasar yang relatif terpisah. Pasar-pasar
ini dipisahkan karena alasan kelembagaan. Misal, banyak pembeli sekuritas dalam
pikirannya mempunyai kebutuhan tertentu yang biasanya berkaitan dengan sifat
dari utang, sehingga membatasi pembeliannya pada segmen dari spektrum jatuh
waktu.
Struktur Tingkat Bunga di Indonesia
Sturktur tingkat bunga di Indonesia yang paling umum didasarkan atas
jangka waktu. Tingkat bunga perbankan untuk deposito berjangka dibedakan atas 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, baik untuk mata uang lokal maupun valuta
asing. Deposito berjangka sebagai sumber dana, akhir-akhir ini hanya bersifat
jangka pendek saja, yaitu maksimum 1 tahun. Beberapa tahun yang lalu masih
banyak dijumpai deposito yang berjangka waktu 2 tahun, tapi sekarang tidak lagi
dijumpai.
L. Risiko Suku Bunga Tinggi
Pembahasan tentang suku bunga akan selalu merupakan pembahasan yang
serius, karena akan banyak aspek yang terpengaruh oleh perubahan suku bunga.
Kita saat ini, dan entah sampai kapan, seperti sangat susah untuk lepas dari ikatan
suku bunga. Seolah suku bunga sudah menjadi rantai yang mengikat kehidupan
kita. Setiap orang yang memiliki simpanan, investasi, dan utang, akan selalu
terpengaruh oleh suku bunga.
19. Memang ada konsep ekonomi syariah yang saat ini sudah lumayan
berkembang, yaitu dengan konsep bagi hasil berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Tetapi, tetap saja belum sepenuhnya lepas, secara tidak langsung, atas apa yang
terjadi dengan suku bunga di pasar konvensional. Perbedaannya adalah adanya
prinsip-prinsip syariah yang dimasukkan dalam perjanjian keuangan.
Jadi pembicaraan tentang suku bunga adalah pembicaraan tentang hampir
seluruh orang, dengan berbagai kepentingannya. Berikut mari kita ulas beberapa
risiko jika suku bunga kembali ke level yang tinggi.
1. Naik Biaya KPR
Ini penting dibahas, karena ada banyak masyarakat kita yang membeli rumah
dengan mengambil utang bank, berupa KPR. Dan, tidak banyak KPR yang bersifat
berbunga tetap selama masa KPR tersebut, atau, akan ada waktunya penyesuaian
tingkat suku bunga KPR. Jika suku bunga patokan naik ke level yang tinggi, maka
sudah dapat dipastikan bunga KPR juga akan ke level yang tinggi juga. Kenaikan
suku bunga KPR ke level yang tinggi, pada giliran akan menaikkan cicilan bulanan,
atau dengan kata lain akan menaikkan pengeluaran masyarakat.
2. Naiknya Beban Bunga Perusahaan
Hampir sama dengan KPR, sangat sedikit utang perusahaan yang berbunga
tetap, sebab perbankan memang tidak suka memberikan utang jangka panjang
dengan bunga tetap. Akibatnya, jika suku bunga naik ke lelvel yang tinggi, sudah
dapat kita hitung bahwa beban bunga perusahaan akan juga naik tinggi. Nah, semua
perusahaan pasti akan berusaha untuk menekan beban lainnya sebagai pengganti
kenaikan beban bunga. Dan, sudah menjadi hal yang pasti, kenaikan beban bunga
akan diganti dengan penurunan beban umum & administrasi, jika kenaikan bisnis
tidak dapat mendukung kenaikan beban bunga tersebut. Dengan kata lain,
perusahaan akan berusaha tidak menambah karyawan atau malah mengurangi
karyawan.
20. 3. Turunnya Pasar Saham dan Obligasi
Penentuan harga saham juga terkait dengan tingkat suku bunga, semakin tinggi
suku bunga maka akan semakin rendah valuasi suatu saham. Apalagi pasar obligasi,
sudah jelas bahwa pergerakan harga obligasi itu berbanding terbalik dengan
pergerakan suku bunga, atau, di saat suku bunga naik maka harga obligasi akan
turun, dan, sebaliknya. Valuasi saham yang rendah, akan membuat para emiten
keberatan untuk masuk menjual saham mereka dengan cara go public. Harga
obligasi yang rendah, dapat diartikan adalah tingkat yield yang tinggi, akan
membuat pihak yang membutuhkan dana harus membayar lebih tinggi, baik
penerbitnya korporasi maupun Pemerintah. Khusus bagi Pemerintah yang tiap
tahun harus melakukan penerbitan baru karena adanya oblgasi yang jatuh tempo,
risikonya tidak hanya harus membayar bunga yang lebih tinggi tetapi juga risiko
tidak terserapnya obligasi yang diterbitkan.
4. Naiknya Kredit Macet
Kita semua juga dapat mengetahui bahwa tidak semua bisnis dan tidak semua
orang dapat mengakomodasi kenaikan suku bunga yang tinggi. Jika kenaikan
tersebut sudah melebihi kemampuannya, maka membiarkan kredit jadi macet sudah
tidak terhindarkan lagi. Akibatnya, struktur keuangan bank menjadi tidak sehat,
akibat meningkatnya kredit macet.
5. Naiknya Beban APBN
Kita juga sudah mengetahui bahwa ada cukup besar utang Negara dalam
bentuk obligasi Rupiah, maka setiap kenaikan suku bunga sudah pasti akan
menaikkan beban pada APBN. Obligasi pemerintah yang sensitif dengan kenaikan
suku bunga adalah obligasi yang berbunga mengambang dan penerbitan baru.
Setiap penerbitan obligasi oleh pemerintah akan mengikuti suku bunga pada saaat
21. itu, sehingga jika suku bunga naik ke level yang tinggi, maka tingkat suku atau
yield obligasi juga hanya akan dibeli oleh investor selama suku bunga atau yieldnya
juga tinggi. Kenaikan bunga karena obligasi yang mengambang dan obligasi baru,
akan dibebankan ke APBN, yang pada giliran akan membuat defisit APBN akan
makin membesar.
6. Tertahannya Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi
Suku bunga yang tinggi sudah jelas akan menjadi beban bagi pertumbuhan
ekonomi. Hal itu karena ada banyak bisnis yang cukup sensitif dengan suku bunga,
ada banyak orang yang akan menyimpan uangnya di bank untuk menikmati suku
bunga tinggi, ada alokasi yang lebih besar dari APBN untuk membayar bunga
obligasi, semua itu, mungkin masih ada yang lainnya, akan menjadi penghalang
kenaikan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah akan
berdampak kepada turunnya penyerapan tenaga kerja, atau, angka pengangguran
akan naik.
Siapa yang diuntungkan dengan suku bunga tinggi? Hanya segelintir orang
yang memilki dana mengangggur. Menaikkan suku bunga bukanlah urusan yang
mudah, tidak semudah membalik telapak tangan, tapi ini urusan besar yang harus
dilakukan dengan sangat hati-hati. Kita berharap Bank Indonesia sudah
mengetahui berapa titik optimal suku bunga, yang tidak berdampak buruk bagi
banyak pihak tetapi dapat menjaga pengendalian inflasi.
22. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank
terhadap pegerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut
merupakan bagian yang normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang
penting dalam menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai saham. Perubahan
dalam suku bunga berakibat berubahnya pendapatan bunga bersih dan tingkat
pendapatan dan biaya operasional suatu bank yang sensitif terhadap perubahan suku
bunga . Perubahan tingkat suku bunga juga berakibat pada underlying value
instrument assets, liability dan Off Balance Sheet (OBF) karena present value dari
future cash flow (bahkan cash flow ânya sendiri) berubah karena suku bunga
berubah. Sesuai dengan itu maka agar proses manajemen suku bunga efektif, perlu
dijaga supaya suku bunga tetap berada pada prudent level untuk keamanan dan
kesehatan (soundness)bank.
Faktor penyebab perubahan suku bunga domestik:
Ada 3 faktor yang mempengaruhi suku bunga domestik suatu negara :
1) Kondisi ekonomi global.
2) Stabilitas ekonomi dalam negeri.
3) Stabilitas sosial dan politik dalam dan luar negeri.
Resiko perubahan suku bunga dan permintaan uang :
a) Jika suku bunga , maka publik akan membelanjakan dananya untuk membeli aset
yang menguntungkan.
b) Jika suku bunga turun, publik akan mengambil dananya di bank dan diinvestasikan
untuk usaha.
23. c) Jika suku bunga naik maka publik cenderung menyimpan uangnya di bank karena
aman.
d) Dari segi pemerintah menaikkan suku bunga kredit adalah sebagai antisipasi kredit
macet
24. DAFTAR PUSTAKA
(1) Bank for International Settlement (BIS) , BaselCommittee on Banking Supervision ,
Paper â Principles for The Management and Supervision of Interest Rate Riskâ ,
July, 2004.
(2) Bank Indonesia , Surat Edaran Bank Indonesia MNo.5/21/DPNP tanggal 29 September
2003, serta Lampiran.