1. PEMERINTAH PROVINSI RIAU
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jl. Gajah Mada No. 7, Pekanbaru – Riau – Indonesia
www.bappeda.riau.go.id
KLHSEvaluasi RPJPD Provinsi Riau 2005-2025
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
2. 1
Sudah ada
RPJPD
2
Sudah ada KLHS
RPJMD 2014-2019
Pendahuluan
Akomodir
Dinamika global, regional,
nasional, dan lokal
Evaluasi
pembangunan
Evaluasi
RPJMD
Dilaksanakan
penyusunan KLHS
Evaluasi RPJMD-
RPJPD
KLHS memastikan bahwa program
pembangunan mengacu kepada
prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan
3. PEMANGKU
KEPENTINGAN
Kerja POKJA PL Persiapan
Workshop Pelingkupan (Verifikasi dan
Klarifikasi Hasil Pra Pelingkupan)
Kerja POKJA PL (Analisis Baseline,
Keterkaitan, Keseimbangan, Keadilan, Kajian
Pengaruh (D3TLH), Perumusan Mitigasi,
Alternatif dan Rekomendasi)
Workshop Kajian Pengaruh, Perumusan
Mitigasi, Alternatif dan Rekomendasi
Mengintegrasikan hasil pengambilan
keputusan Kepala Daerah ke dalam Draf
raperda RPJMD Provinsi Riau 2014-2019
Panel Pakar
DIGABUNG
SKPD membuat
isu panjang dan
menyiapkan data
pendukung
Pengajuan rekomendasi ke Menteri LHK
Ruang Lingkup
4. 01
02
03
04
05
POKJA PL melakukan curah pendapat
isu-isu dengan cara mind mapping
dan metaplan process
POKJA PL melakukan studi literatur
POKJA PL mengidentifikasi informasi
dan data yang masih diperlukan
POKJA PL menginventarisasi pemangku
kepentingan yang akan dilibatkan dalam
proses KLHS
Persiapan untuk pelingkupan
Pra-pelingkupan KLHS
Pra-pelingkupan KLHS
5. 1
2 Pengelompokan isu
Penyusunan daftar
isu panjang
Penyusunan daftar
isu strategis
Konfirmasi isu3
4
Berdasarkan Status Lingkungan
Hidup, isu KRP, serta masukan dan
kesepakatan pemangku
kepentingan
Ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup
Berdasarkan data dan
informasi ilmiah
Isu paling strategis sebagai
dasar kajian KRP
Tahap Perumusan Isu
4 kriteria isu
strategis
Perumusan Isu
6. 6
TEMA ISU PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
ISU STRATEGIS
Lingkungan
Menurunnya keanekaragaman hayati dan kinerja layanan jasa ekosistem
Peningkatan intensitas dan wilayah bencana serta kerentanan terhadap perubahan iklim
Sosial Rendahnya kualitas pendidikan serta pelestarian nilai budaya melayu
Ekonomi Meningkatnya pengangguran, kemiskinan, kesenjangan dan konflik
Tata Kelola Rendahnya kinerja kelembagaan dan tata kelola pemerintahan
Pengkajian
Isu strategis
“Isu strategis
diinteraksikan dengan
Arah Kebijakan
Rancangan Evaluasi
RPJPD Provinsi Riau
2005-2025 untuk melihat
arah kebijakan yang
paling berdampak
terhadap isu”
124 arah kebijakan
8 arah kebijakan
Penapisan
Penapisan
menggunakan expert
judgement untuk
menilai pengaruh atau
tidak berpengaruh
No. Arah Kebijakan
1 Mendorong pembangunan sektor ekonomi unggulan seperti pertanian, industri yang berbasis
pertanian, untuk menggantikan kedudukan migas sebagai sektor utama penghasilan daerah.
2 Membangun pusat-pusat aglomerasi industri dan terminal regional yang berfungsi distribusi dan
koleksi komoditi pada kota-kota pelabuhan utama.
3 Membangun jaringan jalan provinsi dan kabupaten yang kokoh yang dapat memperlancar lalu
lintas produk pertanian dan industri.
4 Membangun jalur kereta api sebagai bagian dari Trans Sumatera Railway terutama bagi
angkutan barang jarak jauh dan massal.
5 Membangun bandar udara baru berfungsi sebagai Pusat Penyebaran Primer sebagai pengganti
Bandara Sultan Syarif Kasim II.
6 Mendorong pertumbuhan sektor ekonomi unggulan, yakni industri pengolahan, pertanian,
pertambangan, dan jasa untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
dengan dukungan sektor-sektor prospektif yang secara agregatif akan memberikan kontribusi
terhadap laju pertumbuhan ekonomi, yaitu sektor perikanan, peternakan, dan pariwisata.
7 Membangun obyek dan destinasi pariwisata, menyediakan prasarana dan sarana penunjang, dan
meningkatkan pelayanan jasa kepariwisataan, termasuk pengembangan wisata minat khusus dan
agrowisata yang terintegrasi dengan perlindungan plasma nutfah dan spesies dilindungi.
8 Meningkatkan upaya eksplorasi dan penerapan teknologi eksploitasi migas untuk peningkatan
produksi; pelibatan pemangku kepentingan di daerah dalam produksi migas; perkuatan aspek
hukum; dan kelembagaan bagi hasil yang lebih adil.
7. No Arah Kebijakan Dampak Rekomendasi
1 Mendorong pembangunan
sektor ekonomi unggulan
seperti pertanian, industri
yang berbasis pertanian,
untuk menggantikan
kedudukan migas sebagai
sektor utama penghasilan
daerah.
Pembangunan sektor ekonomi unggulan
menimbulkan ekstraksi sumber daya
alam yang berdampak pada penurunan
keanekaragaman hayati dan industri
berdampak pada kinerja layanan jasa
ekosistem
Pembangunan sektor ekonomi unggulan dengan
mempertahankan nilai konservasi tinggi ekosistem dan
sesuai RTRWP
Meningkatnya beban pencemar (polutan)
yang menghasilkan emisi GRK
Implementasi pembangunan sektor ekonomi rendah
emisi (Low Emission Development/LED) sesuai bussines
as ussual (BAU)
Peningkatan risiko bencana Pembangunan sektor ekonomi unggulan menghindari
kawasan rawan bencana
Masuknya tenaga kerja luar dan migrasi
(imigrasi) berdampak pada kesenjangan
dan konflik sosial dengan masyarakat
lokal
Mengakomodir tenaga kerja tempatan (lokal) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Inisiasi dan implementasi kebijakan satu peta (one map
policy)
Audit investigatif dan resolusi konflik pada izin usaha
berbasis lahan
Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum pada
izin usaha berbasis lahan
Rendahnya kualitas pendidikan Peningkatan kualitas sarana prasarana yang
berhubungan langsung dalam proses pembelajaran
Penerapan kebijakan sekolah unggul pada seluruh
jenjang pendidikan dasar dan menengah
Masuknya tenaga kerja luar dan migrasi
(imigrasi) berdampak pada pergeseran
nilai-nilai budaya lokal
Sosialisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat
pendatang akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya
melayu
Pembangunan sektor ekonomi unggulan
bersifat multisektor dan koordinasi
pusat-daerah, sehingga berdampak pada
perubahan regulasi dan berimplikasi
pada perubahan kebijakan yang
mempengaruhi tata kelola pemerintahan
Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi antara
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota melalui
pembentukan gugus kerja
8. No Arah Kebijakan Dampak Rekomendasi
2 Membangun pusat-pusat
aglomerasi industri dan
terminal regional yang
berfungsi distribusi dan
koleksi komoditi pada kota-
kota pelabuhan utama.
Peningkatan beban pencemar (polutan)
serta menurunnya layanan jasa
ekosistem
Mengoptimalkan pengembangan kawasan industri
eksisting dan IPAL terpadu
Penigkatan emisi CO2 limbah dari pusat
aglomerasi industri
Penerapan clean production
Penerapan kebijakan ecogreen
Meningkatnya kesenjangan pendapatan
penduduk lokal dan pendatang
Mengakomodir tenaga kerja tempatan (lokal) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Meningkatnya konflik berbasis lahan Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum
dalam pembebasan lahan
Meningkatnya jumlah pendatang
(pekerja luar) menyebabkan lunturnya
penerapan nilai-nilai budaya melayu
Melakukan sosialisasi nilai-nilai budaya melayu
terhadap pekerja pendatang melalui integrasi dengan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Penurunan mutu pelayanan dan
realisasi aglomerasi kawasan industri
Implementasi perizinan terintegrasi dan percepatan
terbitnya Peraturan Daerah RTRW Provinsi Riau
3 Membangun jaringan jalan
provinsi dan kabupaten
yang kokoh yang dapat
memperlancar lalu lintas
produk pertanian dan
industri.
Meningkatnya perambahan/illegal
logging pada kawasan konservasi
Pembangunan jaringan jalan provinsi dan kabupaten
memperhatikan peruntukan kawasan serta
peningkatan pengawasan dan penegakan hukum
Peningkatan degradasi kawasan yang
menyebabkan erosi dan sedimentasi
serta hilangnya tutupan lahan
Pembangunan jaringan jalan provinsi dan kabupaten
memperhatikan peruntukan kawasan
Peningkatan nilai ekonomis lahan
menyebabkan munculnya spekulan
tanah dan alih fungsi lahan
Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum serta
pembebasan lahan mengikuti ketentuan yang berlaku
Peningkatan lalu lintas barang dan jasa
serta manusia antar daerah yang
menyebabkan terabaikannya nilai-nilai
budaya melayu
Sosialisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat
pendatang akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya
melayu
Lambatnya realisasi pembangunan
jaringan jalan provinsi dan kabupaten
Pembentukan tim terpadu lintas K/L, SKPD dalam
percepatan perizinan
9. No Arah Kebijakan Dampak Rekomendasi
4 Membangun jalur kereta
api sebagai bagian dari
Trans Sumatera Railway
terutama bagi angkutan
barang jarak jauh dan
massal.
Meningkatnya perambahan/illegal
logging pada kawasan hutan yang dilalui
jalur kereta api
Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum pada
kawasan konservasi yang dilalui jalur kereta api
Peningkatan degradasi kawasan yang
menyebabkan erosi dan sedimentasi
serta hilangnya tutupan lahan
Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum pada
kawasan konservasi yang dilalui jalur kereta api
Peningkatan nilai ekonomis lahan
menyebabkan munculnya spekulan
tanah dan alih fungsi lahan
Sosialisasi dan pemberdayaan melalui partisipasi
masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan hutan
Implementasi kebijakan satu peta (one map policy)
Peningkatan lalu lintas barang dan jasa
serta manusia antar daerah yang
menyebabkan terabaikannya nilai-nilai
budaya melayu
Sosialisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat
pendatang akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya
melayu
Lambatnya realisasi pembangunan jalur
kereta api
Pembentukan tim terpadu lintas K/L, SKPD dalam
percepatan perizinan jaringan kereta api
5 Membangun bandar udara
baru berfungsi sebagai
Pusat Penyebaran Primer
sebagai pengganti Bandara
Sultan Syarif Kasim II.
Meningkatnya perambahan/illegal
logging pada kawasan hutan yang
berada pada areal bandar udara baru
Pengawasan dan penegakan hukum pada kawasan
konservasi yang berbatasan langsung dengan bandar
udara baru
Peningkatan degradasi kawasan yang
menyebabkan erosi dan sedimentasi
serta hilangnya tutupan lahan
Pengawasan dan penegakan hukum pada kawasan
konservasi yang berbatasan langsung dengan bandar
udara baru
Peningkatan nilai ekonomis lahan
menyebabkan munculnya spekulan
tanah dan alih fungsi lahan
Sosialisasi dan pemberdayaan melalui partisipasi
masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan hutan
Implementasi kebijakan satu peta (one map policy)
Peningkatan lalu lintas barang dan jasa
serta manusia antar daerah yang
menyebabkan terabaikannya nilai-nilai
budaya melayu
Sosialisasi dan peningkatan partisipasi masyarakat
pendatang akan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya
melayu
Lambatnya realisasi pembangunan
bandar udara baru
Pembentukan tim terpadu lintas K/L, SKPD dalam
percepatan perizinan bandar udara baru
10. No Arah Kebijakan Dampak Rekomendasi
6 Mendorong pertumbuhan
sektor ekonomi unggulan,
yakni industri pengolahan,
pertanian, pertambangan, dan
jasa untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang dengan
dukungan sektor-sektor
prospektif yang secara
agregatif akan memberikan
kontribusi terhadap laju
pertumbuhan ekonomi, yaitu
sektor perikanan, peternakan,
dan pariwisata.
Peningkatan beban pencemar (polutan)
serta menurunnya layanan jasa ekosistem
Mengimplementasikan IPAL terpadu pada kawasan
industri
Penigkatan emisi CO2 limbah dari pusat
pertumbuhan industri
Pembangunan pelabuhan dengan mempertimbangkan
daya dukung dan daya tampung kawasan pertumbuhan
industri
Penerapan kebijakan ecogreen pusat pertumbuhan
industri
Meningkatnya kesenjangan pendapatan
penduduk lokal dan pendatang
Melakukan pemberdayaan masyarakat lokal dengan
pelatihan sesuai kebutuhan pada pusat pertumbuhan
industri
Meningkatnya konflik berbasis lahan Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum dalam
pembebasan lahan
Meningkatnya jumlah pendatang (pekerja
luar) menyebabkan lunturnya penerapan
nilai-nilai budaya melayu
Memberikan pemahaman nilai-nilai budaya melayu yang
terintegrasi dengan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Penurunan mutu pelayanan dan realisasi
pusat pertumbuhan industri
Percepatan terbitnya Peraturan Daerah RTRW Provinsi
Riau
7 Membangun obyek dan
destinasi pariwisata,
menyediakan prasarana dan
sarana penunjang, dan
meningkatkan pelayanan jasa
kepariwisataan, termasuk
pengembangan wisata minat
khusus dan agrowisata yang
terintegrasi dengan
perlindungan plasma nutfah
dan spesies dilindungi.
Peningkatan beban pencemar (polutan)
serta menurunnya layanan jasa ekosistem
Pelibatan dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam
pembangunan obyek dan destinasi pariwisata
Penigkatan emisi CO2 limbah dari
pembangunan obyek dan destinasi
pariwisata
Pembangunan obyek dan destinasi pariwisata
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung
ekosistem
Penerapan kebijakan ekowisata berbasis kearifan lokal dan
partisipasi masyarakat
Meningkatnya kesenjangan pendapatan
penduduk lokal dan pendatang
Melakukan pemberdayaan masyarakat lokal dengan
pelatihan sesuai kebutuhan pada pembangunan obyek dan
destinasi pariwisata
Meningkatnya konflik berbasis lahan Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum dalam
pembebasan lahan
Meningkatnya jumlah pendatang (pekerja
luar) menyebabkan lunturnya penerapan
nilai-nilai budaya melayu
Melakukan sosialisasi nilai-nilai budaya melayu terhadap
pendatang
Penurunan mutu pelayanan dan realisasi
pembangunan obyek dan destinasi
pariwisata
Percepatan terbitnya Peraturan Daerah RTRW Provinsi
Riau
11. No Arah Kebijakan Dampak Rekomendasi
8 Meningkatkan upaya
eksplorasi dan penerapan
teknologi eksploitasi
migas untuk peningkatan
produksi; pelibatan
pemangku kepentingan di
daerah dalam produksi
migas; perkuatan aspek
hukum; dan kelembagaan
bagi hasil yang lebih adil.
Peningkatan beban pencemar
(polutan) serta menurunnya layanan
jasa ekosistem
Penerapan 3R (reduce, reuse, recycle) pada
industri migas
Penigkatan emisi CO2 limbah Penerapan kebijakan ecogreen pembangunan
industri migas
Meningkatnya kesenjangan
pendapatan penduduk lokal dan
pendatang
Melakukan pemberdayaan masyarakat lokal
dengan pelatihan sesuai kebutuhan industri migas
Meningkatnya konflik berbasis lahan Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum
dalam pembebasan lahan
Meningkatnya jumlah pendatang
(pekerja luar) menyebabkan
lunturnya penerapan nilai-nilai
budaya melayu
Memberikan pemahaman yang terintegrasi dengan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Penurunan mutu pelayanan dan
realisasi industri migas
Percepatan terbitnya Peraturan Daerah RTRW
Provinsi Riau
12. 1. Pentingnya pelibatan dan komitmen pemangku kepentingan -> komunikasi
dan koordinasi
2. Ketersediaan data dan “pembangkitan” data -> kuantifikasi data
3. Pemahaman terhadap program dengan pendekatan spasial (lokus)
4. Regulasi teknis pelaporan dan administrasi KLHS
5. Keseimbangan antara proses analisis dan konsultasi
Pembelajaran Bersama