Penelitian ini mengkaji penggunaan permainan terapeutik dengan pola gerak irama untuk meningkatkan pembelajaran siswa tunagrahita di SLB Negeri Jombang. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif untuk membantu siswa memahami materi dan mengkonstruksi pengetahuan melalui komunikasi gerak. Guru juga perlu menyesuaikan strategi pembelajaran dengan karakteristik setiap siswa.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Artikel ilmiah
1. Pembelajaran dengan Permainan Terapeutik untuk Mengkonstruk Pengetahuan pada Anak
Tunagrahita di SLB Negeri Jombang
Oleh : Eka Mei Nuraini
ekameinuraini@gmail.com
Abstrak
Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya.
Salah sat yang termasuk ABK adalah tunagrahita. Karakteristik tunagrahita dalam keterbatasan intelegensi
adalah kemampuan belajar anak sangat kurang, terutama yang bersifat abstrak, seperti membaca dan
menulis, belajar dan berhitung sangat terbatas. Berdasarkan permasalahan tersebut pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan permainan terapeutik untuk mengkonstruk pengetahuan pada anak tunagrahita di
SLB Negeri Jombang diharapkan mampu untuk memperbaiki hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi dan wawancara secara langsung proses belajar mengajar di kelas Tunagrahita
selama ini dalam proses belajar mengajar di kelas menggunakan model pembelajaran kontekstual,
kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran individual dan lainnya. Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa maka pembelajaran dengan permainan terapeutik dengan pola gerak irama dapat membantu
siswa dalam memahami materi dan dapat mengkonstruk pengtahuan siswa. Sehingga siswa dapat
mengkomunikasikan argumentasinya melalui aplikasi gerak irama. Hasil observasi yang didapatkan
menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan permainan terapeutik sangat efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa tunagrahita. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara secara
langsung diketahui bahwa kualifikasi guru kelas tunagrahita pada kategori yang baik dan fasilitas yang
didapatkan oleh siswa juga cukup baik.
Kata Kunci : Permainan Terapeutik, Pembelajaran, Tunagrahita
Abstract
Special needs children have special characteristics different from most children. One of the sat scores that
includes ABK is fiancee. The characteristics of interest in intelligence limitation are that children's learning
skills are lacking, especially those that are abstract, like reading and writing, learning and arithmetic are very
limited. Based on these issues, learning by using a therapeutic game approach to build knowledge of an
eligible child in the country of jombang is expected to improve the study of the students.
Based on direct observation and interview the teaching process of the engagement class has been in the
class's teaching process using a contextual, cooperative, problem-based learning, individual and other
learning. To increase students' learning outcomes then learning by therapeutic games with rhythmic
movement patterns can help students in understanding the material and can construct students' memories. So
that students can communicate the argument through an application of rhythmic movement. The observation
result proclaims that study with a therapeutic play approach is very effective for improving the results of
student learning. Based on data obtained from interviews it is also known that the qualification of a good
class and the facilities the student provides are also good enough.
Keywords : Therapeutic Game, Learning, Mentally Disabled
2. A. Pendahuluan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimiliki. ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka.
Menurut Aqila (2010:49) tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut
dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Keterbatasan inilah yang membuat para tunagrahita sulit
untuk mengikuti program pendidikan seperti anak pada umumnya. Oleh karena itu, anak-anak ini
membutuhkan sekolah khusus dengan pendidikan yang khusus pula.
Karakteristik tunagrahita dalam keterbatasan intelegensi adalah kemampuan belajar anak
sangat kurang, terutama yang bersifat abstrak, seperti membaca dan menulis, belajar dan
berhitung sangat terbatas. Keterbatasan sosial pada anak tunagrahita yaitu mengalami hambatan
damalam mengurus dirinya didalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan bantuan bantuan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih
muda usiannya, ketergantungan terhadap orangtua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung
jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi.
Keterbatasan fungsi mental lainnya pada anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama
dalam menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi
terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan konsisten. Anak tunagrahita tidak dapat
menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Mereka memiliki
keterbatasan dalam bahasa, bukan mengalami kerusakan artikulasi, melainkan karena pusat
pengelolaan pengindraan kurang berfungsi. Mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering
didengarnya.
Berdasarkan tinggi rendahnya kecerdasan intelegensi yang diukur dengan menggunakan tes
Stanford Binet daan skala Wescheler (WISC), tunagrahita digolongkan menjadi empat golongan
yaitu golongan dengan kategori ringan memiliki IQ 50 sampai 70, untuk golongan dengan
kategori sedang memiliki IQ 35-55, untuk kategori berat memiliki IQ 20-45, dan kategori sangat
berat memiliki IQ sangat rendah yaitu dibawah 25. Suatu pembelajaran di kelas idealnya bersifat
individual tetapi hal tersebut dianggap sulit bagi sebagian guru kelas. Kesulitan tersebut
berkaitan dengan dua hal yaitu kesulitan menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan setiap peserta didik dan kesulitan mencari bentuk-bentuk tindakan yang dianggap
cocok dengan peserta didik.
Menurut Delphie (2009:184) pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan, dan
kelemahan fungsional perserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk mampu menyusun
program kegiatan belajar mengajar bersifat individual terutama dengan memanfaatkan media
pola gerak irama sebagai inti permainan terapeutik yang sesuaikan dengan kondisi dan
karakteristik khusus pada peserta didik. Permainan terapeutik dengan media gerak irama tersebut
diharapkan dapat menyenangkan dan tidak menjemukan peserta didik. Program pembelajaran
yang berisikan tindakan khusus (dalam hal ini berupa pola gerak irama yang diramu dalam suatu
permainan yang bersifat terapeutik) diharapkan dapat memberikan penguatan atau penurunan
suatu perilaku atau kompetensi tertentu sebagai sebagai sasaran utama keluarannya. Permainan
3. terapeutik merupakan permainan yang memperbolehkan anak-anak untuk mencurahkan pikiran
dan perasaannya, memahami kenyataan, mengatasi konflik dalam dirinya dan kemampuan dalam
mengatasi secara efektif.
Pada gerak irama dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran. Alasan
utama mengapa gerak irama digunakan sebagai suatu pendekatan pembelajaran di SLB Negeri
Jombang adalah berdasarkan tujuan utama munculnya gerak irama serta asumsi yang
menyatakan bahwa gerak irama mempunyai kepentingan dalam mengembangkan potensi dan
kemampuan perkembangan kognitif dan sosial setiap peserta didik untuk mencapai komptensi
dirinya secara bulat dan utuh.
B. Metode
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode etnografi, dengan teknik
pengumpulan data berdasarkan dengan wawancara guru kelas dan hasil observasi di SLB Negeri
Jombang. Satori (2009:25) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan
penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara
benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan
yang diperoleh dari situasi yang alamiah.
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat peneliitian ini dilakukan di SLB Negeri Jombang, mengambil kelas C yaitu kelas
Tunagrahita pada semester gasal tahun ajaran 2019/2020. Waktu penelitian dilaksanakan pada
hari senin tanggal 30 Desember 2019.
Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode populasi yitu metode yang mengambil seluruh subjek
yang ada sebagai sumber data. Subjek atau responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas C
yaitu kelas Tunagrahita dan guru kelas Tunagrahita. Objek penelitian ini adalah proses belajar
mengajar dengan menggunakan pendekatan permaianan terapeutik atau permainan yang intinya
adalah menggunakan pola gerak irama.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data kualifikasi guru kelas tunagrahita dilakukan dengan wawancara secara
langsung. Pengumpulan data input fasilitas dan proses pembelajaran menggunakan dokumentasi
dan wawancara secara langsung. Data kualifikasi guru, input fasilitas dan proses pembelajaran
berupa data kualitatif.
Teknik Analisis Data
Data kualifikasi guru, input fasilitas, dan proses berupa data kualitatif sehingga dianalisis
dengan teknik deskriptif. tif
C. Pembahasan
Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual, tetapi hal tersebut masih dianggap
sulit bagi sebagian besar guru kelas. Kesulitan tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu kesulitan
menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik dan
kesulitan mencari bentuk-bentuk intervensi yang dianggap cocok dengan kebutuhan setiap
peserta didik. Kebutuhan peserta didik sebenarnya dapat dilihat melalui hasil observasi guru
kelas secara langsung dan hasil asesmen yang berkaitan dengan krakteristik khusus setiap peserta
didik. Berdasarkan data mengenai kaakteristik khusus tersebut, seorang guru dapat mencari dan
menyusun strategi pembelajaran dengan menggunakan intervensi khusus sehingga kegiatan
belajar mengajar tidak mengalami ke jenuhan dan kehilangan bentuk sasaran akhir.
4. Bentuk sasaran akhir dapat berupa sasaran antara (terminal objective) maupun sasaran
tahunan (annual goals) yang hendak dicapai dalam program pembelajaran yang disusun oleh
guru kelas.
Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan, dan kelemahan fungsional peserta
didik mengharuskan seorang guru untuk mampu menyusun program kegiatan belajar mengajar
yang bersifat individual, terutama dengan memanfaatkan media pola gerak irama sebagai inti
permainan terapeutik yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik.
permainan terapeutik dengan media gerak irama tersebut diharapkan dapat menyenangkan dan
tidak menjemuhkan peserta didiknya. Program pembelajaran semacam itu tentunya disesuaikan
pula dengan kurikulum tiap satuan pendidikan yang ditunjukan pada pemberian penyembuhan
melalui intervensi khusus dari guru sehingga dapat lebih memanipulasi alat atau media, sumber
bahan, serta situasi lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah, khususnya saat terjadi peristiwa tertentu (event) dapat memberikan
inspirasi terhadap guru untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai bentuk intervensi
pembelajaran. kesadaran guru terhadap momentum tersebut dapat dilihat saat guru memberikan
pembelajaran dengan sasarannya berupa perilaku atau kompetensi tertentu yang selalu
disesuaikan dengan tingkat kelemahan dan kekuatan yang dimiliki setiap peserta didik. Proses
pembelajaran individual yang memuat suatu sasaran perilaku tertentu memungkinkan seorang
guru mampu memberikan latihan-latihan khusus yang didalamnya berisikan bentuk pola gerak
khususnya sebagai intervensi guru. Intervensi guru umumnya selalu diikuti dengan penerapan
disiplin terhadap pesertaa didik dalamm upaya mengahasilkan sasaran perilaku (termasuk di
dalamnya adalah kompetensi peserta didik) yang diinginkan selaras dengan program
pembelajaran individual.
Program pembelajaran yang berisikan intervensi khusus (hal ini berupa pola gerak irama
yang diramu dalam suatu permainan yang bersifat terapeutik) diharapkan dapat memberikan
penguatan atau penurunan suatu perilaku atau kompetensi tertentu sebagai sasaran utama
keluarannya. Pendekatan semacam ini lebih dikenal sebagai bentuk pendekatan pembelajaran
dengan menggunakan Model Perkembangan Sosial yang Beraneka Segi (The Multifaceted Social
Development Model atau Model ABC). Model meliputi hubungan kerja sama antara antencedent
conditions, related personal characteristics, behavior target, dan concequences.
Alasan mengapa gerak irama digunakan sebagai satu pendekatan pembelajaran di sekolah
adalah berdasarkan tujuan utama munculnya gerak irama serta asumsi yang menyatakan bahwa
pola gerak irama mempunyai kepentingan dalam mengembangkan potensi dan kemampuan
perkembangan kognitif dan sosial setiap peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara
bulat dan utuh. Pernyataan-pernyataan berkaitan dengan gerak irama sebagai berikut.
a. Gerakan irama sudah dilakukan sejak seorang anak dilahirkan. Gerak yang dilakukan
secara berirama oleh seorang anak merupakan bentuk penyampaian keinginan dirinya
untuk memenuhi naluri fisik.
b. Suatu gerak dan irama merupakan media interaksi sosial. Anak-anak sangat bergantung
pada kehadiran orang lain disekitar dirinya untuk melakukan interaksi melalui gerakan-
gerakan sebagai wujud penyaluran hasrat keinginan dirinya yang terus berkembang
mengikuti usiannya.
c. Gerakan-gerakan berirama akan dapat terjadi oleh faktor-faktor interaksi sosial.
d. Gerak irama dapat dimunculkan karena faktor-faktor emosi pribadi seseorang.
e. Gerak irama melalui perkembangan sesuai kurun waktu yang dimiliki seseorang sangat
diperlukan bagi perkembangan daya nalar atau intelektual seseorang.
5. Tujuan utama gerak irama yang dilakukan dalam kehidupan seseorang disebabkan oleh
adanya empat kepentingan dalam fungsi kehidupan seseorang, antara lain sebagai berikut.
a. Adanya persamaan kepentingan yang mana setiap orang mempunyai kebutuhan dan
keinginan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
b. Asas stimulasi dalam fungsi.
c. Kehidupan seseorang berupa kemampuan dan presepsi gerak (motor and perceptual
skills), sosial, emosioanal, dan intelektual seseorang.
d. Adanya perbedaan antara pribadi seseorang dengan lingkungannya dengan kehidupan.
e. Adanya daya interaksi yang berbeda untuk setiap orang dan diperlukan masukan
pengalaman sebagai bentuk perkembangan diri seseorang.
Pola gerak irama seseorang tidak terlepas dari kepentingan untuk melakukan interaksi
dengan orang lain, tetapi perlu diketahui bahwa untuk melakukan interaksi tersebut akan banyak
mengalami kendala yang diperoleh dari faktor lingkungan yang ada dalam suatu kehidupan.
Lingkungan disekitar diri seseorang (close enviroment) adalah lingkungan yang dekat
dengan diri seseorang yang mana seseorang merupakan bagian dari suatu lingkungan kehidupan
sehari-hari. Lingkungan ini akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Kadar
pengaruh dari lingkungan ini akan bervariasi menurut dinamika komunikasi, kebiasaan dan
tradisi seperti tingkat penghargaan yang diberikan kepada seseorang atau anak, serta pandangan
yang dianut terhadap hak seseorang atau anak yang berada disekitar diri orang.
Kualifikasi Guru Kelas Tunagrahita
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara secara langsung diketahui bahwa
kualifikasi guru kelas tunagrahita pada kategori yang baik. Guru pada kelas tunagrahita
mempunyai latar belakang pendidikan dengan jurusan pendidikan luar biasa. guru juga sudah
mengikuti pelatihan-pelatihan yang akan mendukung kemampuannya dalam mengajar.
Kemudian seiring dengan lama pengalaman mengajar maka keterampilan guru akan meningkat.
Input Fasilitas Belajar
Fasilitas merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai pendukung kelancaran dan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang telah
dilakukan fasilitas di kelas Tunagrahita cukup baik dan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Di kelas tunagrahita pada jenjang SD,SMP, dan SMA masing-masing terdapat 5
siswa, sedangkan untuk jumlah keseluruhan siswa di SLB Negeri Jombang sebanyak 75 siswa
dengan tenaga pendidik sebanyak 15 orang.
Gambar 1.1 Ruang Kelas di SLB Negeri Jombang
Proses Pembelajaran
Proses didalam pembelajaran mencakup segala kegiata belajar mengajar di kelas dengan
tujuan terjadi perubahan tingkah laku dan pengetahuan. Pelaksanaan proses pembelajaran
menjadi sesuatu sangat penting dalam upaya menghasilkan output yang berkualitas.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tersebut sangat ditentukan oleh proses interaksi antara
siswa dan guru dengan lingkungan yang dapat dikelola secara utuh dan terpadu. Berdasarkan
observasi dan wawancara secara langsung proses belajar mengajar di kelas Tunagrahita selama
6. ini dalam proses belajar mengajar di kelas menggunakan model pembelajaran kontekstual,
kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran individual dan lainnya. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa maka pembelajaran dengan permainan terapeutik dengan pola
gerak irama dapat membantu siswa dalam memahami materi dan dapat mengkonstruk
pengtahuan siswa. Sehingga siswa dapat mengkomunikasikan argumentasinya melalui aplikasi
gerak irama. Dalam penyusunan program pembelajaran individual berbasis pola gerak maka
perlu mempertimbangkan faktor tenaga yang akan digunakan oleh perserta didik. Dalam
pelaksanaan program pembelajaran individual berbasis pola gerak setiap peserta didik diarahkan
untuk mampu menggunakan tenaganya secara tepat guna. Kelebihan penggunaan tenaga sewaktu
melakukan suatu gerakan akan menimbulkan kekakuan atau ketegangan sehingga berdampak
terjadinya kerusakan atau cedera pada otot tubuh. Sebaliknya, kekurangan tenaga sewaktu
melakukan suatu gerakan akan mengakibatkan tubuh lemas sehingga mempersulit gerakan dan
tidak mampu mempertahankan keseimbangan tubuh.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil obervasi, wawancara secara langsung dan pembahasan yang telah
dideskripsikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil observasi dan wawancara secara langsung disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar dikelas Tunagrahita dengan pendekatan permainan terapeutik lebih efektif
diterapkan.
2. Permainan terapeutik dengan pola gerak irama bertujuan untuk memunculkan gerak
irama serta asumsi yang menyatakan bahwa gerak irama mempunyai kepentingan dalam
mengembangkan potensi dan kemampuan perkembangan kognitif dan sosial setiap
peserta didik untuk mencapai komptensi dirinya secara bulat dan utuh.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara secara langsung diketahui bahwa
kualifikasi guru kelas tunagrahita pada kategori yang baik dan guru juga sudah
mengikuti pelatihan-pelatihan yang akan mendukung kemampuannya dalam mengajar.
Kemudian seiring dengan lama pengalaman mengajar maka keterampilan guru akan
meningkat.
7. Daftar Pustaka
Delphie, Bandi. 2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi.
Sleman: KTSP
Aqila Smart, Rose. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus. Sleman: KATAHATI
Satori, Djam’an, Komariah, Aan. 2011. Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus diakses pada tanggal 30 desember 2019
pukul 15.50
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.unisayogya.ac.id/1791/1/
NASPUB.pdf&ved=2ahUKEwiIqKXmrN3mAhXK7nMBHRqRBe0QFjABegQIDhAG&usg
=AOvVaw3-wKhv0eJ4rfxHhFLP6osD diakses pada tanggal 30 Desember pukul 19:17