SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Matematika Diskret 2. Prinsip Inklusi dan Eksklusi 
Rate This 
Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide 
dalam Diagram Venn beserta operasi irisan dan gabungan, namun dalam pembahasan kali 
ini konsep tersebut diperluas, dan diperkaya dengan ilustrasi penerapan yang bervariasi 
dalam matematika kombinatorik. Kita awali dengan sebuah ilustrasi: 
Sebuah perkuliahan umum dihadiri oleh 20 mahasiswa yang memiliki kegemaran 
membaca dan 30 mahasiswa yang memiliki kegemaran menulis. Berapa mahasiswa di 
dalam perkuliahan tersebut yang memiliki kegemaran membaca atau menulis? 
Dari permasalahan ini terlihat bahwa informasi yang diketahui belum memadai. 
Banyaknya mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca atau menulis hanya dapat 
diketahui jika banyaknya mahasiswa yang menggemari kedua kegiatan tersebut 
diketahui. 
Prinsip Inklusi-Eksklusi 
Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan 
jumlah banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di 
dalam irisannya. Dengan demikian, 
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B) 
Contoh 1. 
Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa, 
terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 
mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang 
mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa 
mahasiswa di dalam perkuliahan itu jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah 
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya?
Penyelesaian: 
Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan 
diferensial dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis 
kompleks. Maka A B merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata 
kuliah tersebut. Banyaknya mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata kuliah 
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya adalah 
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B) 
= 175 + 225 – 50 
= 350 
Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah 
persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa 
keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat 
mahasiswa yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu. 
Contoh 2 
Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3. Dari 
sekian banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori graf 
diskrit, 73 mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata kuliah 
teori graf dan matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil 
sebuah mata kuliah baik dalam teori graf maupun dalam matematika ekonomi? 
Penyelesaian: 
Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah 
teori graf ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa yang 
mengambil mata kuliah dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan banyaknya 
mahasiswa tingkat 1. Misalkan A merupakan himpunan semua mahasiwa tingkat 3 yang 
mengambil mata kuliah teori graf, dan B adalah himpunan mahasiswa yang mengambil 
mata kuliah matematika ekonomi. Maka n(A)=87, n(B)=73, dan n(A ∩ B) = 29. 
Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf atau matematika 
ekonomi adalah 
n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B) 
= 87 + 73 – 29 
= 160-29 
= 131 
Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil 
mata kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi. 
Dalam bagian berikutnya akan diuraikan bagaimana cara-cara menentukan banyaknya 
anggota dalam gabungan antara himpunan terhingga dari sebuah himpunan. Hasil ini 
kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah prinsip yang dinamakan Prinsip Inklusi- 
Eksklusi.
Sebelum membicarakan gabungan dari n himpunan, dengan n sebagai bilangan bulat 
positif, sebuah rumusan bagi banyaknya anggota dalam gabungan 3 himpunan A, B, dan 
C akan diturunkan. Untuk menyusun rumus ini perlu diingat bahwa n(A)+n(B)+n(C) 
membilang tiap anggota tepat satu kali dari ketiga himpunan tersebut satu kali, anggota 
yang tepat 2 kali dari himpunan-himpunan itu adalah dua kali, dan anggota-anggota 
dalam 3 himpunan tersebut 3 kali. Ini diilustrasikan dalam Gambar berikut : 
Diagram Venn Tiga Himpunan 
Ekspresi final ini membilang tiap anggota satu kali, apakah itu 1, 2 atau 3 dalam 3 
himpunan. Jadi, 
n(A ∪ B ∪ C)= n(A)+n(B)+n(C)- n(A ∩ B) – n(B ∩ C) – n(A ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C) 
Teorema (Prinsip Inklusi-Eksklusi) 
Aplikasi Prinsip Inklusi-Eksklusi 
Prinsip Inklusi-Eksklusi memiliki banyak aplikasi, di antaranya dalam penyelidikan 
banyaknya bilangan prima dalam yang tidak meliebihi suatu bilangan bulat positif 
tertentu. Perhitungan ini dapat dimanfaatkan dalam menjawab permasalahan saringan
Eratosthenes. 
Dalam saringan Eratosthenes, kita membuat suatu saringan yang mampu menyaring 
bilangan-bilangan, demikian sehingga yang tersisi setelah disaring hanyalah bilangan 
prima yang dimaksud. 
Untuk memahami prinsip ini, pertama-tama kita kaji pengertian bilangan bulat komposit. 
Bilangan komposit adalah bilangan yang habis dibagi oleh bilangan prima yang tidak 
melebihi akar kuadratnya. Sebagai contoh, 50 adalah bilangan komposit. Bilangan ini 
dapat dibagi habis oleh bilangan prima yang tidak lebih dari 50 7 . Dalam hal ini 50 habis 
dibagi 2 dan 5. Untuk mencari banyaknya bilangan prima yang tidak lebih dari 100, kita 
perlu mencari bilangan komposit yang tidak melebihi 100. Karena 100 10 , maka 
bilanganbiangan prima yang kurang dari 10 adalah 2, 3, 5, 7. Dengan demikian 
banyaknya bilangan prima yang tidak lebih dari 100 adalah 4 ditambah dengan 
banyaknya bilangan bulat positif antara 100 yang habis dibagi 2, 3, 5, atau 7.Untuk 
memecahkan masalah ini akan kita gunakan prinsip Inklusi-Eksklusi 
Matematika Diskret 1. Himpunan 
Himpunan 
Pengertian Himpunan 
Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai sifat tertentu. Objek yang 
dimaksud dapat berupabilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya. 
Objek ini selanjutnya dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu. 
Notasi 
Himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf besar A, B, C, H, K dan sebagainya. Untuk 
menyatakan suatu himpunan digunakan simbol “{….}”. Sementara itu untuk
melambangkan anggota himpunan biasanya menggunakan huruf kecil a, b, c, x, y dan 
sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa penulisan anggota dalam suatu himpunan hanya 
sekali saja Jadi tidak boleh kita menuliskan himpunan sebagai {1,a,b,8,b}. Demikian pula 
kita tidak boleh menyatakan himpunan sebagai {bunga, kambing, sapi, kerbau, sapi, 
tumbuhan}. Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang “ ” 
(baca:anggota) sedangkan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan igunakan 
lambang “∉ ” (baca: bukan anggota). 
Penulisan Himpunan 
Untuk mendefinisikan himpunan digunakan 4 cara, yaitu : 
1. Mendaftarkan semua anggotanya. 
Contoh: 
- A = {a,e,i,o,u} 
- B = {2,3,5,7,11,13,17,19} 
2. Menggunakan sifat dari anggota himpunan 
Contoh: 
- P = {x | x himpunan bilangan asli antara 7 dan 15} 
(Maksudnya P = {8,9,10,11,12,13,14}) 
- Q = { t | t biangan asli} 
(Maksudnya Q = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,…} 
- R = { s | s2-1=0, s bilangan real} 
(Maksudnya R = {-1,1}) 
Himpunan Semesta 
Himpunan semesta adalah himpunan yang anggotanya semua objek pembicaraan. 
Himpunan semesta dilambangkan dengan S atau U. 
Contoh : 
Kalau kita membahas mengenai 1, ½ , -2, -½ , 3 5 ,… maka semesta pembicaraan kita 
adalah bilangan real. Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R 
saja? Jawabannya tidak. Tergantung kita mau membatasi pembicaraanya. Pada contoh di 
atas bisa saja dikatakan semestanya adalah C (himpunan bilangan kompleks). Namun kita 
tidak boleh mengambil Z (himpunan bilangan bulat) sebagai semesta pembicaraan. 
Himpunan Kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Dilambangkan 
dengan “ ” atau { } 
Contoh: 
- Himpunan bilangan bulat yang ganjil 
- Himpunan orang yang tingginya 100 meter 
Himpunan Bagian 
Diberikan himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B maka 
dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B memuat A dan 
dilambangkan dengan A B. 
Jadi A B jika dan hanya jika x A dan x B 
Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan anggota B maka A bukan bukan 
himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A ; B. 
Contoh: 
- A = {1,3,5} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka A ; B. 
- C = {a,b, c, 1,2} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka C t; B, karena ada anggota dari C 
yang bukan merupakan anggota B, yaitu a. (Pengertian “ada” berarti terdapat satu 
anggota C yang bukan merupakan anggota B, sudah cukup) 
- Suatu himpunan pasti merupakan subset dirinya sendiri. Jadi H ; H. 
Operasi Himpunan 
Gabungan (Union) 
Gabungan dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua anggota A 
atau B atau keduanya. 
A ∪ B = {x |x ; A atau x ; B} 
Notasi: A ∪ B , A + B 
Contoh: 
A = { mouse, keyboard, scanner} , 
B = { monitor,printer}, C = { mouse, keyboard, CPU } 
maka:
A ∪ B = {mouse, keyboard, scanner, monitor,printer} 
A ∪ C = { mouse, keyboard, scanner , CPU } 
Irisan (Intersection) 
Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya dimiliki bersama 
oleh himpunan A dan B 
Notasi : A ∩ B ={x| x A dan x B} 
Contoh: 
A = { mouse,keyboard,touch sreen} 
B = { monitor, touch screen, printer, scanner} 
C = { monitor,printer, scanner} 
Maka: 
A ∩ B = { touch screen } 
A ∩ C = { } 
Relative Complement/Selisih 
Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya hanya menjadi 
anggota himpunan A tetapi tidak termasuk anggota himpunan B. 
Notasi: A — B={x | x A dan x B} 
Contoh: 
A = { SQLserver,MySQL,MsAcces} 
B = { MySQL,MsAcces,Oracle} 
Maka: 
A — B = {SQL server } 
Symmetric Difference/Beda Setangkup 
Beda setangkup dua himpunan A dan B adalah himpunan yang merupakan anggota 
himpunan A atau anggota himpunan B tetapi bukan merupakan anggota kedua himpunan 
secara bersamaan. 
Notasi: A ⊕ B={x| x A dan x B tetapi x ∉ A ∩ B} 
Contoh:
A = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97 } 
B = { Win95,Win97,Win98,Win98SE, WinME,Win2000 } 
A ⊕ B = { Win3.1, Win3.11, Win98, Win98SE ,WinME, Win2000 } 
Komplemen 
Komplemen Himpunan A adalah himpunan yang anggotanya bukan anggota A 
Notasi : A’ , Ac 
Contoh: 
U = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97,Win98, 
Win98se, WinME,Win2000, WinXP,… } 
A = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97 } 
A’ = {Win98,Win98se, WinME,Win2000, WinXP,… } 
Diagram Venn 
Adalah suatu cara untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-himpunan. 
Diagram Ven 
Hukum-hukum aljabar Himpunan :
Contoh Soal Penyederhanaan Operasi Himpunan :
Real dan Kompleks mempunyai cardinalitas yang sama 
January 11, 2011 by Aria Turns 
Kita tahu bahwa himpunan bilangan real merupakan himpuan bagian dari himpuan 
bilagan kompleks . Apakah itu berarti cardinalitas (banyak elemen) pada lebih besar 
dari , ? Kita juga tahu bahwa setiap elemen di mempunyai bentuk 
untuk sebarang . Apakah itu berarti 
Tidak, tidak, mempunyai cardinalitas yang sama dengan , 
Kok bisa? 
Untuk menujukan 2 himpunan A dan B mempunyai cardinalitas yang sama, kita harus 
menjukan terdapat fungsi bijektif dari A ke B. Karena dengan adanya fungsi bijektif, itu 
berati setiap elemen A dan B dapat dipasang-pasangkan. Akan tetapi untuk 
menujukan bukan dengan cara menunjukan terdapat fungsi bijektif dari ke 
. Melainkan dengan menujukan mempunyai cardinalitas yang sama 
dengan . Diketahui bahwa , itu berarti dengan 
menunjukan , kita telah menunjukan 
Diberikan fungsi dari ke 
yang didefinsikan sebagai berikut 
Contoh 
· 
· 
· 
Nah.. selanjutnya tinggal kita buktikan bijektif. Errr… Nah.. telah kita tunjukan bahwa 
, itu berarti terbukti

More Related Content

What's hot

Matematika Diskrit part 2
Matematika Diskrit part 2Matematika Diskrit part 2
Matematika Diskrit part 2radar radius
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelradar radius
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangArif Windiargo
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...
Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...
Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...evansugianto
 
Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02
Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02
Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02KuliahKita
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
 
Tugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafatTugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafatulfah Nasution
 
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03KuliahKita
 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihMono Manullang
 
Teknik integrasi
Teknik integrasiTeknik integrasi
Teknik integrasiindirahayu
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifAyuk Wulandari
 

What's hot (20)

Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Matematika Diskrit part 2
Matematika Diskrit part 2Matematika Diskrit part 2
Matematika Diskrit part 2
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
 
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluangBab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
Bab2 peubah-acak-dan-distribusi-peluang
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Kalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsiKalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsi
 
Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...
Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...
Statistik matematika BEBERAPA TEKNIK PEMBILANG DAN ATURAN PERKALIAN PERMUTASI...
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02
Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02
Matematika Diskrit - 04 induksi matematik - 02
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Tugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafatTugas individu 3_filsafat
Tugas individu 3_filsafat
 
Stat d3 7
Stat d3 7Stat d3 7
Stat d3 7
 
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 03
 
Akt 7-asuransi-jiwa
Akt 7-asuransi-jiwaAkt 7-asuransi-jiwa
Akt 7-asuransi-jiwa
 
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebihTuruna parsial fungsi dua peubah atau lebih
Turuna parsial fungsi dua peubah atau lebih
 
Teknik integrasi
Teknik integrasiTeknik integrasi
Teknik integrasi
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 

Similar to Matematika diskret 2

Similar to Matematika diskret 2 (20)

PPT by Liza juwita
PPT by Liza juwitaPPT by Liza juwita
PPT by Liza juwita
 
Materi himpunan ok
Materi himpunan okMateri himpunan ok
Materi himpunan ok
 
Bab ii pengantar topologi
Bab ii pengantar topologiBab ii pengantar topologi
Bab ii pengantar topologi
 
HIMPUNAN MATEMATIKA
HIMPUNAN MATEMATIKAHIMPUNAN MATEMATIKA
HIMPUNAN MATEMATIKA
 
Himpunan SMP kelas 7 baru.pptx
Himpunan SMP kelas 7 baru.pptxHimpunan SMP kelas 7 baru.pptx
Himpunan SMP kelas 7 baru.pptx
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
18656771 matematika-dasar-s1-pg-paud
18656771 matematika-dasar-s1-pg-paud18656771 matematika-dasar-s1-pg-paud
18656771 matematika-dasar-s1-pg-paud
 
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika EkonomiBMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
Pertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunanPertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunan
 
Pertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunanPertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunan
 
Kalkulus 1 Himpunan
Kalkulus 1 HimpunanKalkulus 1 Himpunan
Kalkulus 1 Himpunan
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
Diskret IV Himpunan
Diskret IV HimpunanDiskret IV Himpunan
Diskret IV Himpunan
 
Chapter 1. himpunan (3)
Chapter 1. himpunan (3)Chapter 1. himpunan (3)
Chapter 1. himpunan (3)
 
Matematika diskrit adiwijaya
Matematika diskrit adiwijayaMatematika diskrit adiwijaya
Matematika diskrit adiwijaya
 
Logika dan Himpunan Matematika
Logika dan Himpunan MatematikaLogika dan Himpunan Matematika
Logika dan Himpunan Matematika
 
himpunan.pptx
himpunan.pptxhimpunan.pptx
himpunan.pptx
 

Matematika diskret 2

  • 1. Matematika Diskret 2. Prinsip Inklusi dan Eksklusi Rate This Prinsip Inklusi dan Eksklusi merupakan perluasan ide dalam Diagram Venn beserta operasi irisan dan gabungan, namun dalam pembahasan kali ini konsep tersebut diperluas, dan diperkaya dengan ilustrasi penerapan yang bervariasi dalam matematika kombinatorik. Kita awali dengan sebuah ilustrasi: Sebuah perkuliahan umum dihadiri oleh 20 mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca dan 30 mahasiswa yang memiliki kegemaran menulis. Berapa mahasiswa di dalam perkuliahan tersebut yang memiliki kegemaran membaca atau menulis? Dari permasalahan ini terlihat bahwa informasi yang diketahui belum memadai. Banyaknya mahasiswa yang memiliki kegemaran membaca atau menulis hanya dapat diketahui jika banyaknya mahasiswa yang menggemari kedua kegiatan tersebut diketahui. Prinsip Inklusi-Eksklusi Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan himpunan B merupakan jumlah banyaknya anggota dalam himpunan tersebut dikurangi banyaknya anggota di dalam irisannya. Dengan demikian, n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B) Contoh 1. Dalam sebuah program studi pendidikan matematika yang terdiri atas 350 mahasiswa, terdapat 175 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan 225 mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks, dan 50 mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan analisis kompleks. Ada berapa mahasiswa di dalam perkuliahan itu jika setiap mahasiswa mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya?
  • 2. Penyelesaian: Misalkan A adalah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial dan B menyatakan mahasiswa yang mengambil mata kuliah analisis kompleks. Maka A B merupakan himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah tersebut. Banyaknya mahasiswa di dalam kelas itu yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya adalah n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B) = 175 + 225 – 50 = 350 Ini berarti, terdapat 350 mahasiswa di dalam kelas yang mengambil mata kuliah persamaan diferensial, analisis kompleks, atau kedua-duanya. Karena banyaknya siswa keseluruhan di dalam kelas tersebut adalah 350 mahasiswa, artinya tidak terdapat mahasiswa yang tidak memilih salah satu dari kedua konsentrasi itu. Contoh 2 Di sebuah jurusan dalam suatu perguruan tinggi terdapat 134 mahasiswa tingkat 3. Dari sekian banyak mahasiswa tersebut, 87 di antaranya mengambil mata kuliah teori graf diskrit, 73 mengambil mata kuliah matematika ekonomi, dan 29 mengambil mata kuliah teori graf dan matematika ekonomi. Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil sebuah mata kuliah baik dalam teori graf maupun dalam matematika ekonomi? Penyelesaian: Untuk menentukan banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi, kurangilah banyaknya mahasiswa yang mengambil mata kuliah dari salah satu mata kuliah ini dari keseluruhan banyaknya mahasiswa tingkat 1. Misalkan A merupakan himpunan semua mahasiwa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf, dan B adalah himpunan mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika ekonomi. Maka n(A)=87, n(B)=73, dan n(A ∩ B) = 29. Banyaknya mahasiswa tingkat 3 yang mengambil mata kuliah teori graf atau matematika ekonomi adalah n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A ∩ B) = 87 + 73 – 29 = 160-29 = 131 Ini artinya terdapat sebanyak 134–131 = 3 mahasiswa tingkat 3 yang tidak mengambil mata kuliah teori graf ataupun matematika ekonomi. Dalam bagian berikutnya akan diuraikan bagaimana cara-cara menentukan banyaknya anggota dalam gabungan antara himpunan terhingga dari sebuah himpunan. Hasil ini kemudian akan dikembangkan menjadi sebuah prinsip yang dinamakan Prinsip Inklusi- Eksklusi.
  • 3. Sebelum membicarakan gabungan dari n himpunan, dengan n sebagai bilangan bulat positif, sebuah rumusan bagi banyaknya anggota dalam gabungan 3 himpunan A, B, dan C akan diturunkan. Untuk menyusun rumus ini perlu diingat bahwa n(A)+n(B)+n(C) membilang tiap anggota tepat satu kali dari ketiga himpunan tersebut satu kali, anggota yang tepat 2 kali dari himpunan-himpunan itu adalah dua kali, dan anggota-anggota dalam 3 himpunan tersebut 3 kali. Ini diilustrasikan dalam Gambar berikut : Diagram Venn Tiga Himpunan Ekspresi final ini membilang tiap anggota satu kali, apakah itu 1, 2 atau 3 dalam 3 himpunan. Jadi, n(A ∪ B ∪ C)= n(A)+n(B)+n(C)- n(A ∩ B) – n(B ∩ C) – n(A ∩ C) + n(A ∩ B ∩ C) Teorema (Prinsip Inklusi-Eksklusi) Aplikasi Prinsip Inklusi-Eksklusi Prinsip Inklusi-Eksklusi memiliki banyak aplikasi, di antaranya dalam penyelidikan banyaknya bilangan prima dalam yang tidak meliebihi suatu bilangan bulat positif tertentu. Perhitungan ini dapat dimanfaatkan dalam menjawab permasalahan saringan
  • 4. Eratosthenes. Dalam saringan Eratosthenes, kita membuat suatu saringan yang mampu menyaring bilangan-bilangan, demikian sehingga yang tersisi setelah disaring hanyalah bilangan prima yang dimaksud. Untuk memahami prinsip ini, pertama-tama kita kaji pengertian bilangan bulat komposit. Bilangan komposit adalah bilangan yang habis dibagi oleh bilangan prima yang tidak melebihi akar kuadratnya. Sebagai contoh, 50 adalah bilangan komposit. Bilangan ini dapat dibagi habis oleh bilangan prima yang tidak lebih dari 50 7 . Dalam hal ini 50 habis dibagi 2 dan 5. Untuk mencari banyaknya bilangan prima yang tidak lebih dari 100, kita perlu mencari bilangan komposit yang tidak melebihi 100. Karena 100 10 , maka bilanganbiangan prima yang kurang dari 10 adalah 2, 3, 5, 7. Dengan demikian banyaknya bilangan prima yang tidak lebih dari 100 adalah 4 ditambah dengan banyaknya bilangan bulat positif antara 100 yang habis dibagi 2, 3, 5, atau 7.Untuk memecahkan masalah ini akan kita gunakan prinsip Inklusi-Eksklusi Matematika Diskret 1. Himpunan Himpunan Pengertian Himpunan Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai sifat tertentu. Objek yang dimaksud dapat berupabilangan, manusia, hewan, tumbuhan, negara dan sebagainya. Objek ini selanjutnya dinamakan anggota atau elemen dari himpunan itu. Notasi Himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf besar A, B, C, H, K dan sebagainya. Untuk menyatakan suatu himpunan digunakan simbol “{….}”. Sementara itu untuk
  • 5. melambangkan anggota himpunan biasanya menggunakan huruf kecil a, b, c, x, y dan sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa penulisan anggota dalam suatu himpunan hanya sekali saja Jadi tidak boleh kita menuliskan himpunan sebagai {1,a,b,8,b}. Demikian pula kita tidak boleh menyatakan himpunan sebagai {bunga, kambing, sapi, kerbau, sapi, tumbuhan}. Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang “ ” (baca:anggota) sedangkan untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan igunakan lambang “∉ ” (baca: bukan anggota). Penulisan Himpunan Untuk mendefinisikan himpunan digunakan 4 cara, yaitu : 1. Mendaftarkan semua anggotanya. Contoh: - A = {a,e,i,o,u} - B = {2,3,5,7,11,13,17,19} 2. Menggunakan sifat dari anggota himpunan Contoh: - P = {x | x himpunan bilangan asli antara 7 dan 15} (Maksudnya P = {8,9,10,11,12,13,14}) - Q = { t | t biangan asli} (Maksudnya Q = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,…} - R = { s | s2-1=0, s bilangan real} (Maksudnya R = {-1,1}) Himpunan Semesta Himpunan semesta adalah himpunan yang anggotanya semua objek pembicaraan. Himpunan semesta dilambangkan dengan S atau U. Contoh : Kalau kita membahas mengenai 1, ½ , -2, -½ , 3 5 ,… maka semesta pembicaraan kita adalah bilangan real. Jadi himpunan semesta yang dimaksud adalah R. Apakah hanya R saja? Jawabannya tidak. Tergantung kita mau membatasi pembicaraanya. Pada contoh di atas bisa saja dikatakan semestanya adalah C (himpunan bilangan kompleks). Namun kita tidak boleh mengambil Z (himpunan bilangan bulat) sebagai semesta pembicaraan. Himpunan Kosong
  • 6. Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Dilambangkan dengan “ ” atau { } Contoh: - Himpunan bilangan bulat yang ganjil - Himpunan orang yang tingginya 100 meter Himpunan Bagian Diberikan himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B maka dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B memuat A dan dilambangkan dengan A B. Jadi A B jika dan hanya jika x A dan x B Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan anggota B maka A bukan bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A ; B. Contoh: - A = {1,3,5} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka A ; B. - C = {a,b, c, 1,2} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka C t; B, karena ada anggota dari C yang bukan merupakan anggota B, yaitu a. (Pengertian “ada” berarti terdapat satu anggota C yang bukan merupakan anggota B, sudah cukup) - Suatu himpunan pasti merupakan subset dirinya sendiri. Jadi H ; H. Operasi Himpunan Gabungan (Union) Gabungan dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya semua anggota A atau B atau keduanya. A ∪ B = {x |x ; A atau x ; B} Notasi: A ∪ B , A + B Contoh: A = { mouse, keyboard, scanner} , B = { monitor,printer}, C = { mouse, keyboard, CPU } maka:
  • 7. A ∪ B = {mouse, keyboard, scanner, monitor,printer} A ∪ C = { mouse, keyboard, scanner , CPU } Irisan (Intersection) Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya dimiliki bersama oleh himpunan A dan B Notasi : A ∩ B ={x| x A dan x B} Contoh: A = { mouse,keyboard,touch sreen} B = { monitor, touch screen, printer, scanner} C = { monitor,printer, scanner} Maka: A ∩ B = { touch screen } A ∩ C = { } Relative Complement/Selisih Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya hanya menjadi anggota himpunan A tetapi tidak termasuk anggota himpunan B. Notasi: A — B={x | x A dan x B} Contoh: A = { SQLserver,MySQL,MsAcces} B = { MySQL,MsAcces,Oracle} Maka: A — B = {SQL server } Symmetric Difference/Beda Setangkup Beda setangkup dua himpunan A dan B adalah himpunan yang merupakan anggota himpunan A atau anggota himpunan B tetapi bukan merupakan anggota kedua himpunan secara bersamaan. Notasi: A ⊕ B={x| x A dan x B tetapi x ∉ A ∩ B} Contoh:
  • 8. A = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97 } B = { Win95,Win97,Win98,Win98SE, WinME,Win2000 } A ⊕ B = { Win3.1, Win3.11, Win98, Win98SE ,WinME, Win2000 } Komplemen Komplemen Himpunan A adalah himpunan yang anggotanya bukan anggota A Notasi : A’ , Ac Contoh: U = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97,Win98, Win98se, WinME,Win2000, WinXP,… } A = { Win3.1, Win3.11, Win95,Win97 } A’ = {Win98,Win98se, WinME,Win2000, WinXP,… } Diagram Venn Adalah suatu cara untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-himpunan. Diagram Ven Hukum-hukum aljabar Himpunan :
  • 9. Contoh Soal Penyederhanaan Operasi Himpunan :
  • 10. Real dan Kompleks mempunyai cardinalitas yang sama January 11, 2011 by Aria Turns Kita tahu bahwa himpunan bilangan real merupakan himpuan bagian dari himpuan bilagan kompleks . Apakah itu berarti cardinalitas (banyak elemen) pada lebih besar dari , ? Kita juga tahu bahwa setiap elemen di mempunyai bentuk untuk sebarang . Apakah itu berarti Tidak, tidak, mempunyai cardinalitas yang sama dengan , Kok bisa? Untuk menujukan 2 himpunan A dan B mempunyai cardinalitas yang sama, kita harus menjukan terdapat fungsi bijektif dari A ke B. Karena dengan adanya fungsi bijektif, itu berati setiap elemen A dan B dapat dipasang-pasangkan. Akan tetapi untuk menujukan bukan dengan cara menunjukan terdapat fungsi bijektif dari ke . Melainkan dengan menujukan mempunyai cardinalitas yang sama dengan . Diketahui bahwa , itu berarti dengan menunjukan , kita telah menunjukan Diberikan fungsi dari ke yang didefinsikan sebagai berikut Contoh · · · Nah.. selanjutnya tinggal kita buktikan bijektif. Errr… Nah.. telah kita tunjukan bahwa , itu berarti terbukti