Skripsi ini membahas analisis kesalahan peserta didik kelas XI dalam menyelesaikan soal-soal essay kimia pada ulangan harian materi pokok konfigurasi elektron di MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis kesalahan dan faktor penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitat
1. ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK KELAS XI
DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL ESSAI KIMIA
PADA ULANGAN HARIAN MATERI POKOK
KONFIGURASI ELEKTRON DI MA NU NURUL HUDA
MANGKANG SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh:
Riyanto
NIM: 073711017
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
2. PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Riyanto
NIM : 073711017
Jurusan / Program Studi : Tadris Kimia
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Riyanto
NIM. 073711017
3.
4. NOTA PEMBIMBING Semarang, 8 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Analisis Kesalahan Peserta Didik Kelas XI Dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Essai Kimia Pada Ulangan Harian
Materi Pokok Konfigurasi Elektron Di MA NU Nurul Huda
Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Khoirul Anwar
NIM : 073711017
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Fahrurrozi, M.Ag.
NIP: 19770816 200501 1003
5. NOTA PEMBIMBING Semarang, 8 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Analisis Kesalahan Peserta Didik Kelas XI Dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Essai Kimia Pada Ulangan Harian
Materi Pokok Konfigurasi Elektron Di MA NU Nurul Huda
Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Khoirul Anwar
NIM : 073711017
Jurusan : Tadris
Program Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Fahrurrozi, M.Ag.
NIP: 19770816 200501 1003
6. ABSTRAK
Judul : Analisis Kesalahan Peserta Didik Kelas XI Dalam Menyelesaikan
Soal-Soal Essai Kimia Pada Ulangan Harian Materi Pokok
Konfigurasi Elektron Di MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang
Tahun Pelajaran 2011/2012
Penulis : Riyanto
NIM : 073711017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Jenis kesalahan yang
dilakukan peserta didik kelas XI MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam
menyelesaikan soal-soal ulangan harian konfigurasi elektron. 2) faktor-faktor yang
menyebabkan kesalahan peserta didik kelas XI MA NU Nurul Huda Mangkang
Semarang dalam menyelesaikan soal-soal ulangan harian konfigurasi elektron.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi, metode tes, dan metode wawancara. Metode tes
digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, dan wawancara
digunakan untuk mengetahui kesalahan peserta didik serta untuk mengetahui cara
guru mengatasi kesalahan peserta didik. Sedangkan metode dokumentasi digunakan
untuk pengujian suatu peristiwa.
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa jenis kesalahan yang
dialami peserta didik kelas XI IPA MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang adalah
kesulitan dalam menentukan bilangan kuantum, kesulitan dalam menentukan
golongan dan periode, kesulitan dalam menyimpulkan soal-soal, Kesulitan dalam
menentukan langkah lanjutan dalam penyelesaian soal. Faktor-faktor yang penyebab
kesalahan ini antara lain karena kurangnya pemahaman konsep yang dimiliki peserta
didik pada materi pokok konfigurasi elektron, rendahnya keterampilan peserta didik
dalam menyimpulkan soal-soal materi pokok konfigurasi elektron terutama pada
materi kestabilan unsur serta peserta didik tidak memahami maksud soal sehingga
menyebabkan kegagalan dalam mengerjakan soal-soal materi pokok konfigurasi
elektron.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dalam mengajar
atau menyampaikan pelajaran kimia, khususnya pada materi pokok konfigurasi
elektron. Sehingga peserta didik di kemudian tidak mengalami kesulitan dan
kesalahan dalam mengerjakan soal-soal kimia.
7. TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam disertasi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor:
158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-]
disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.
ﺍ a ﻁ t
ﺐ b ﻈ z
ﺖ t ﻉ ‘
ﺚ s ﻍ g
ﺝ j ﻑ f
ﺡ h ﻕ q
ﺥ kh ﻙ k
ﺪ d ﻞ l
ﺫ z ﻡ m
ﺭ r ﻥ n
ﺯ z ﻭ w
ﺲ s ﻩ h
ﺶ sy ﺀ ’
ﺹ s ﻱ y
ﺽ d
8. KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya tulis ini
dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus
kepada semua pihak, terutama kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, DR. Suja’i, M.Ag.
2. Dosen pembimbing Ratih Rizqi Nirwana,S.Si.,M.Pd. dan Dr. Widodo Supriyono,
M.A. yang telah memberian bimbingan dan arahan selama proses penulisan
skripsi.
3. Kepala Madrasah MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang, M. Ahyar, S.Pd.
yang berkenan memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di MA
NU Nurul Huda Mangkang Semarang.
4. Guru pengampu bidang studi kimia MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang
Ibu Puji Handayani, S. Pd. yang memberikan banyak arahan dan informasi
selama proses penelitian.
5. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali banyak pengetahuan
kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Tarbiyah.
6. Segenap pegawai Fakultas Tarbiyah, pegawai perpustakaan IAIN, pegawai
perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan pegawai perpustakaan TPM yang telah
memberikan layanan yang baik bagi penulis.
7. Kedua orang tua serta kerabat yang selalu memberikan dorongan baik moril
maupun materiil dan tidak pernah bosan mendoakan dalam menempuh studi dan
mewujudkan cita-cita,
8. Teman-teman yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi,
khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
9. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi materi, metodologi dan analisisnya. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga apa yang tertulis
dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca
pada umumnya. Amin.
Semarang, 9 Desember 2011
Penulis,
Riyanto
NIM : 073711017
10. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN .................................................................................................................. iv
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
TRANSLITERASI ............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 4
E. Penegasan Istilah....................................................................................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Bentuk-bentuk Kesalahan dan Faktor-faktor Penyebab Peserta Didik
Melakukan Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal.................................... 7
B.Materi Pokok Konfigurasi Elektron .......................................................... 8
1. Model Atom Mekanika Kuantum…………………………….. .......... 9
2. Elektron dalam Atom………………………………………………… 9
3. Bilangan Kuantum……………………………………………………. 10
4. Bentuk Orbital………………………………………………………… 13
5. Menentukan Konfigurasi Elektron Berdasarkan Model Atom Mekanika
Kuantum………………………………………………………………. 13
C.Penelitian Yang Relevan…………………………………….……………. 17
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang
Semarang……………………………………………………………….... 20
1. Sejarah Berdiri ………………………………………………………. 20
2. Visi dan Misi………………...…………………………………….…. 21
11. 3. Sarana dan Prasarana ……...…………………………….................... 22
4. Keadaan Guru………………………………………………………. . 22
5. Keadaan Peserta Didik………………………………………….……. 23
B.Pemaparan Data Penelitian Tentang Kesalahan Peserta Didik Kelas XI IPA
Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang…………….….. 23
1. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 23
2. Fokus Penelitian ………………………………………………….…. 23
3. Lokasi Penelitian……………………………………………………... 23
4. Penentuan Subjek Penelitian……………………………………......... 24
5. Hasil Uji Coba Instrumen …………………………………………..... 25
6. Penentuan Instrumen Penelitian……………………………………… 27
7. Metode Pengumpulan data ……….………………………………….. 28
8. Teknik Analisis Data…………………………………………………. 29
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian …………………………………………………….... 33
2. Reduksi Data………………..……………………………………...... 36
3. Penyajian Data ………………………………………………………. 68
4. Verifikasi (Kesimpulan)……………………………………………… 72
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………..………... 77
B. Saran-saran …………………………………………………………......… 77
C. Penutup ………………………………………………………………...…. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas
mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana
yang diinginkan.1
Menurut Clifford T. Morgan Learning is any relatively permanent change in
behaviour that is a result of past experience.2
, artinya belajar sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman yang lalu.
Belajar merupakan jendela dunia, dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal,
oleh sebab itu islam amat menekankan masalah belajar.3
Allah pun bertanya dalam
al-Qur’an surat Al-Zumar: ayat 9.
“Apakah sama orang-orang yang berilmu (mengetahui) dengan orang yang
tidak berilmu (tidak mengetahui)?” Sesunguhnya yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”.4
Dalam bidang pendidikan guru merupakan salah satu unsur penting yang
harus ada. Peran dan tanggung jawab guru sangat menentukan dalam pencapaian
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Guru dalam bidang pendidikan tidak
hanya untuk mengajar siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran bidang studi
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 79.
2
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: McGraow Hill Book
Compani,1961), hlm. 219
3
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam., (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 57
4
Departemen Pendidikan Nasional, Al-Qur’an dan Terjemahannya , hlm. 459
13. 2
yang menjadi tanggung jawabnya, melainkan guru juga bertugas mendidik siswanya,
khususnya untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan disetiap lembaga
pendidikan dan umumnya untuk dapat mencapai tujuan penyelenggaraan di Negara
Republik Indonesia tercinta yang disebut Tujuan Pendidikan Nasional.
Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan kreativitas anak didik,
sebagaimana diatur dalam pasal 3 UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, yang berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara demokratis dan bertanggung jawab”.
Akan tetapi, selama ini pembelajaran menekankan hanya pada pembentukan
pengetahuan tanpa melihat kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik.
Dengan melakukan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan yang dimiliki
oleh peserta didik maka peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya. Salah
satu cara dalam mengembangkan kemampuan dasar peserta didik dalam menentukan
fakta dan konsep bisa dilakukan dalam pembelajaran kimia.
Pembelajaran kimia merupakan salah satu dari pembelajaran dalam rumpun
sains yang merupakan dasar ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi,
dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat
kimia yang berlangsung bermanfaat bagi kesejahteraan manusia belaka, akan tetapi
ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai
peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengakui hakikat
materi dan perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan
kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan dalam memupuk ketekunan serta
ketelitian kerja.
Dalam pembelajaran kimia, konsep-konsep kimia sering dianggap bersifat
abstrak, meskipun pada kenyataannya peristiwa atau kejadian kimia dapat dirasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk
mengetahui aturan-aturan yang didasarkan pada konsep-konsep dasar menyelesaikan
atau memecahkan masalah kimia. Seperti halnya yang dialami oleh peserta didik
kelas XI yang telah memperoleh materi konfigurasi elektron. Dalam kenyataannya
14. 3
peserta didik masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan konfigurasi elektron meskipun konsep dasarnya telah mereka
peroleh sejak di kelas XI semester ganjil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
konfigurasi elektron.
Materi pokok konfigurasi elektron merupakan materi pokok yang diajarkan
pada kelas XI Semester Gasal. Dalam materi pokok konfigurasi elektron siswa akan
mendalami tentang menentukan konfigurasi elektron dan tingkat energi suatu unsur.
Ketelitian dan keterampilan inilah yang sering kali membuat para siswa merasa
kesulitan dalam menempuh standar Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) yang tiap
tahunnya naik.
Peneliti memilih sekolah MA NU Nurul Huda Mangkang, sebagai fokus
penelitian karena di sekolah tersebut belum pernah diadakan analisis atau evaluasi
terhadap peserta didiknya setelah melakukan ulangan harian. Seharusnya guru
mengevaluasi/menganalisis hasil ulangan yang telah dilakukan peserta didik setelah
materi konfigurasi elektron disampaikan, sehingga peserta didik tidak hanya tahu
nilai akhirnya saja, tetapi tidak tahu letak kesalahannya.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul:”
ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK KELAS XI DALAM
MENYELESAIKAN SOAL-SOAL ESSAI KIMIA PADA ULANGAN HARIAN
MATERI POKOK KONFIGURASI ELEKTRON DI MA NU NURUL HUDA
MANGKANG SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah ini adalah:
1. Jenis kesalahan apakah yang dilakukan peserta didik kelas XI MA NU Nurul
Huda Mangkang Semarang dalam menyelesaikan soal-soal ulangan harian
konfigurasi elektron?
15. 4
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesalahan peserta didik kelas XI MA
NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam menyelesaikan soal-soal ulangan
harian konfigurasi elektron?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kesalahan pada bagian apa saja yang dilakukan peserta didik
kelas XI MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam menyelesaikan soal-
soal ulangan harian konfigurasi elektron.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik kelas XI MA
NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam menyelesaikan soal-soal ulangan
harian konfigurasi elektron.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran kimia baik guru, siswa maupun sekolah.
1. Bagi Guru
Dapat diperoleh gambaran tentang kesalahan yang dialami oleh peserta didik.
2. Bagi Peserta Didik
a. Letak kesalahan peserta didik dalam belajar kimia dapat diketahui.
b. Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar dalam memperbaiki
kesalahannya.
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam konteks ini dimaksudkan untuk mencari kesamaan
visi dan persepsi serta untuk menghindari pemahaman yang salah.Oleh karena itu,
diperlukan beberapa penjelasan tentang istilah dan pembatasan-pembatasan penting
yang ada dalam judul sekripsi ini. Berikut penjelasan istilah dari skripsi yang
berjudul “Analisis Kesalahan Peserta Didik Kelas XI Dalam Menyelesaikan Soal-
Soal Kimia Pada Ulangan Harian Materi Pokok Konfigurasi Elektron Di MA NU
Nurul Huda Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”
16. 5
1. Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab,
duduk perkaranya).5
2. Kesalahan
Kesalahan adalah perihal salah, kekeliruan, atau kealpaan.6
Jadi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penyelidikan mengenai penyebab
terjadinya kekeliruan yang dilakukan oleh peserta didik dalam menyelesaikan
soal-soal ulangan harian konfigurasi elektron.
3. Pembelajaran kimia
Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, ketrampilan dan sikap.7
Pembelajaran kimia mempunyai tujuan
pengajaran antara lain agar peserta didik menguasai konsep-konsep kimia serta
penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam teknologi, serta
mampu menerapkan berbagai konsep kimia untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi secara alamiah.
4. Ulangan Harian
Ulangan Harian adalah Ujian untuk mengetahui kemampuan peserta didik
tentang bagian pelajaran yang sudah diajarkan.8
5. Peserta Didik
Peserta Didik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI MA NU Nurul Huda Semarang.
6. Konfigurasi Elektron
Penempatan elektron dalam suatu atom menurut urutan tertentu sesuai
dengan energi elektron bersangkutan. Pengisian elektron dimulai dari tingkat
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hlm. 43
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,hlm. 983
7
Dimyati dan Mujiono,Belajar dan Pembelajarannya, (Jakarta: Depdikbud bekerjasama
dengan Rineka Cipta, 1999), hlm.157
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1239
17. 6
energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron-elektron yang
terdapat pada kulit yang sama belum tentu memiliki energi yang sama,
tergantung pada sub kulitnya.
18. 7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bentuk-bentuk Kesalahan dan Faktor-faktor Penyebab Peserta Didik
Melakukan Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal
Berdasarkan hasil penelitian Vita Nur Ismawati bentuk-bentuk kesalahan
peserta didik dalam menyelesaikan soal antara lain kesalahan konsep, simbol,
gambar, dan perhitungan.1
1. Kesalahan Konsep
Pemahaman terhadap suatu konsep dapat dilihat dari pemahaman dasar
terhadap suatu materi. Pada materi hidrolisis garam peserta didik harus
memahami konsep tentang konsep konfigurasi elektron, menentukan golongan
dan periode, dan menentukan bilangan kuantum.
2. Kesalahan Simbol
Penggunaan simbol yang besar sangat penting dalam menyelesaikan soal.
Hal ini karena penggunaan simbol berhubungan dengan persamaan yang akan
digunakan dalam menyelesaikan soal yang terdiri dari simbol-simbol.
3. Kesalahan Gambar
Ketidakmampuan peserta didik dalam menggambarkan atau mereaksikan
peristiwa kimia dapat berakibat salahnya persamaan yang dibuat. Hal ini akan
membuat hasil akhir yang diperoleh salah.
4. Kesalahan Perhitungan
Kesalahan perhitungan terjadi saat langkah dalam proses pengerjaan
benar tetapi hasil akhirnya salah. Hal ini sebenarnya dapat diketahui dengan cara
melihat satuan, karena kesalahan perhitungan juga dapat berakibat salahnya
satuan.
Secara umum kesalahan-kesalahan diatas timbul antara lain disebabkan
karena peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar atau kurang memahami soal.
1
Vita Nur Ismawati, Analisis Kesulitan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal-soal
Dinamika Gerak Lurus di SMU Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2003/2004, (Semarang: FMIPA
UNNES, 2004), hlm. 11-12, Tidak diterbitkan.
19. 8
Kesulitan belajar merupakan salah satu gejala yang sering muncul dalam kegiatan
belajar. Menurut The United State Office of Education kesulitan belajar adalah
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan gangguan bahasa ujaran dan tulisan.2
Secara garis besar kesulitan belajar dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan kesulitan belajar
akademik.3
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup
gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan
kesulitan belajar dalam menyelesaikan perilaku social. Sedangkan kesulitan belajar
akademik terlihat dari kegagalan pencapaian prestasi akademik.
Penyebab utama kesulitan belajar adalah disfungsi neurologi, sedangkan
penyebab masalah belajar antara lain pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan
belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar dan pemberian penguatan yang
tidak tepat.4
Selain itu terbatasnya SDM yang dimiliki keliru guru dan besarnya rasio
antara guru dan peserta didik juga dapat membuat peserta didik kesulitan saat belajar.
Rasio jumlah guru dan peserta didik idealnya adalah 1:25.5
Faktor-faktor yang pada
akhirnya dapat menyebabkan peserta didik melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal.
B. Materi Pokok Konfigurasi Elektron
Cara elektron tersebar di antara orbital dari suatu atom disebut struktur
elektronik atau konfigurasi elektron atom tersebut. Seperti telah dibicarakan
sebelumnya, hal ini ditunjukkan oleh ketentuan terjadinya subkulit berdasarkan
adanya kenaikan energi. Alasannya adalah bahwa dalam keadaan awal (ground state)
suatu atom, elektron dijumpai dalam keadaan tingkat energi yang paling rendah.6
2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hlm. 6
3
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar.,hlm. 11
4
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar., hlm. 13
5
Http://www.rumahilmuindonesia.net/v10/indeks.php?option:com_content,04-04-11, hlm. 1
6
James E Bradi, Kimia Universitas,Terj. Sukmariah Maun dkk, (Jakarta: Binarupa Aksara,
1999), hlm. 294.
20. 9
1. Model Atom Mekanika Kuantum
Model Atom Mekanika Kuantum merupakan penyempurnaan dari model
atom Bohr. Mekanika kuantum (mekanika gelombang) merupakan bentuk teori
kuantum yang didasarkan pada konsep dualitas gelombang partikel, prinsip
ketidakpastian dan pandangan elektron sebagai gelombang materi.
Model atom mekanika kuantum merupakan gambaran matematik mengenai
hukum-hukum gerakan yang diaplikasikan pada partikel yang sangat kecil (elektron)
yang dapat bersifat pasti, sebagai partikel atau gelombang. Dengan teori ini energi
masing-masing elektron dapat dihitung secara matematik.
Menurut model atom mekanika kuantum: Posisi elektron di dalam atom tidak
dapat ditemukan dengan pasti. Hanya dapat diperkirakan kemungkinan
ditemukannya elektron pada suatu tempat tertentu, yang disebut orbital.
Menurut teori ini elektron-elektron dalam suatu atom menempati beberapa
tingkat energi (sering disebut sebagai kulit) disekeliling inti dan setiap tingkat energi
terdiri dari beberapa subtingkat energi (atau subkulit) serta setiap subkulit energi
terdiri atas satu atau lebih orbital.
Orbital adalah suatu daerah dalam ruang berbentuk spesifik dan dalam daerah
ini besar kemungkinan ditemukannya elektron.Dengan mekanika kuantum dapat
dibuktikan bahwa elektron yang dapat menempati kulit tertentu, jumlahnya terbatas.
2. Elektron Dalam Atom
Berdasarkan teori mekanika kuantum, elektron-elektron dalam atom tersusun
dalam berbagai tingkat energi (kulit), subtingkat energi (subkulit) dan orbital. Kulit-
kulit yang terletak paling dekat ke inti memiliki energi terendah dan diberi simbol
huruf K. Dan seterusnya semakin jauh dari inti diberi simbol L, M, N, ....Q dan
energinya semakin tinggi. Dengan demikian tingkat-tingkat energi memiliki energi
yang berbeda. Setiap kulit tersusun atas subkulit-subkulit yang diberi simbol s, p, d,
dan f. Subkulit s memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan supkulit p dan
seterusnya. Dengan demikian subkulit memiliki energi yang berbeda.
Setiap subkulit terdiri atas satu atau lebih orbital. Setiap orbital dalam
subkulit mempunyai energi yang sama. Banyaknya orbital dalam subkulit tergantung
21. 10
macam kulitnya. Macam kulit, subkulit dan jumlah orbital dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Macam Kulit, Subkulit dan Jumlah Orbital pada 4 Kulit Pertama
Kulit Subkulit Jumlah Orbital
K S 1
L
S 1
P 3
M
S 1
P 3
D 5
N
S 1
P 3
D 5
F 7
3. Bilangan Kuantum
Untuk menggambarkan posisi elektron dalam suatu atom, digunakan istilah
bilangan kuantum. Ada empat jenis bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum
utama (n), bilangan kuantum azimuth (l), bilangan kuantum magnetik (m), dan
bilangan kuantum spin (s).
Dengan demikian posisi atau kedudukan elektron di dalam suatu atom
ditentukan oleh keempat bilangan kuantum.
a. Bilangan Kuantum Utama (n)
Posisi elektron dalam kulit elektron dapat ditentukan menggunakan
bilangan kuantum utama. Bilangan kuantum utama hanya mempunyai harga
positif dan bilangan bulat bukan nol, yaitu n = 1, 2, 3, 4,... angka-angka tersebut
mewakili simbol huruf (K, L, M, N,...) yang telah dikemukakan sebelumnya.
Hubungan antara bilangan kuantum utama (n), dan kulit elektron disimpulkan
dalam Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Kulit Elektron
n 1 2 3 4
Kulit elektron K L M N
22. 11
Selain menyatakan posisi elektron dalam kulit elektron, bilangan kuantum
utama juga dapat menjelaskan jarak rata-rata awan elektron dari inti atom dan
menyatakan tingkat energi atom. Semakin besar nilai n, jarak rata-rata awan
elektron-inti atom semakin jauh. Semakin besar nilain, tingkat energi atom
semakin tinggi.
b. Bilangan Kuantum Azimuth (l)
Bilangan kuantum azimuth menyatakan tentang pembagian-pembagian
dari kulit elektron yang terbagi lagi menjadi beberapa subkulit. Subkulit-subkulit
tersebut diberi nama s, p, d, dan f. Penamaan subkulit ini berasal dari kata sharp,
principal, diffuse, dan fundamental. Harga bilangan kuantum azimut bergantung
pada harga bilangan kuantum utama (n). Setiap subkulit mempunyai nilai
bilangan kuantum azimuth yang berbeda-beda. Harga yang mungkin adalah nol
atau bilangan bulat positif yaitu l = 0, 1, 2, 3, ... n-1. Hubungan antara bilangan
kuantum azimuth (l) dan sub kulit elektron dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Sub Kulit Elektron
L 0 1 2 3
Subkulit S P d f
c. Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Suatu subkulit terdiri dari atas orbital-orbital yang dinyatakan dengan
bilangan kuantum magnetik (m). Nilai bilangan kuantum magnetik (m) setiap
orbital berbeda-beda dan bergantung pada nilai l. Untuk setiap harga (l) tertentu,
nilai m adalah (l) sampai (+l). Dengan demikian nilai m adalah bilangan bulat
(negatif, nol dan positif). Setiap nilai m menunjukkan orbitalnya.
m = ± l atau –l ....+l
Jika l = 0, maka hanya ada satu m1 yaitu m1= 0, oleh sebab itu subkulit s
hanya terdiri dari satu orbital (kita sebut s orbital). Subkulit p (l = 1) mempunyai
3 orbital yang mempunyai m1sebesar -1, 0 dan +1. Dengan cara yang sama
subkulit d (l = 2) terdiri dari 5 orbital dan subkulit f (l = 3) tujuh.7
7
James E Bradi, Kimia Universitas,Terj. Sukmariah Maun dkk, hlm.291.
23. 12
Berdasarkan rumus tersebut, jumlah orbital yang dimiliki kulit dan
subkulit dapat diketahui. Orbital yang terletak dalam suatu subkulit biasanya
diberi nama sesuai dengan nama subkulit tersebut. Misal, orbital yang
menempati subkulit 1s disebut orbital 1s. Contoh ini dapat dilihat pada Tabel 2.4
berikut:
Tabel 2.4 Contoh Orbital Pada Subkulit
Kulit Subkulit Nama subkulit
K S 1s
L s,p 2s,2p
M s,p,d 3s,3p,3d
N s,p,d,f 4s,4p,4d,4f
d. Bilangan Kuantum Spin (s)
Saat model atom mekanika kuantum pertama kali diumumkan, bilangan
kuantum tidak mengikut sertakan bilangan kuantum spin. Dimasukkannya
bilangan kuantum spin berawal dari percobaan Stern-Gerlach. Ada dua nilai
bilangan kuantum spin, yaitu -
2
1
dan +
2
1
. Kedua nilai s tersebut berkaitan
dengan arah rotasi yang searah atau berlawanan dengan arah jarum jam.
Berdasarkan hal tersebut, tidak mungkin di dalam suatu atom yang sama
memiliki empat bilangan kuantum yang sama. Bila n, l, dan m nya sama, pasti s-
nya berbeda. Untuk lebih jelasnya Bilangan Kuantum dapat dilihat pada Tabel
2.5
Tabel 2.5 Bilangan Kuantum
Nama (bilangan kuantum) simbol Nilai yang diizinkan
Utama N 1, 2, 3,…
Azimut L 0, 1, 2, 3, …n – 1
Magnetik M 0, ±1, ±2,…±l
Spin S +1/2, -1/2
24. 13
4. Bentuk Orbital
Setiap jenis orbital s, p, d, dan f mempunyai bentuk geometris yang khas.
Gambar bentuk orbital dapat dilihat pada Gambar 2.1.
a. Orbital s berbentuk bola
b. Orbital p berbentuk seperti balon terpilin
c. Orbital d bentuknya agak rumit
d. Orbital f bentuknya sangat rumit sehingga sulit digambarkan
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Orbital8
5. Menuliskan Konfigurasi Elektron Berdasarkan Model Atom Mekanika Kuantum
Nomor golongan unsur-unsur yang terletak dalam golongan transisi (logam
transisi adalah sesuatu yang dapat membentuk satu atau lebih ion stabil yang
memiliki orbital d yang tidak terisi) dapat ditentukan melalui penulisan konfigurasi
elektron yang mengacu pada model atom mekanika kuantum, yaitu menyusun
8
Cotton dan Wilkinson, Kimia Anorganik Dasar, (Jakarta: UI-Press, 2007), hlm. 42.
25. 14
elektron-elektron kedalam orbital. Prinsip penulisan konfigurasi elektron ini didasari
oleh jumlah elektron dalam subkulit dan tingkat energi orbital pada keadaan stabil.
Dalam keadaan stabil, atom-atom cenderung menempati orbital yang
mempunyai energi terendah. Aturan pengurutan tingkat energi orbital dari yang
terendah dikenal dengan istilah Asas Aufbau (berasal dari bahasa Jerman yang
artinya membangun) 9
Urutan tingkat energi orbital dari yang terendah ke yang tinggi
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p
Gambar 2.2 Pengurutan Tingkat Energi Orbital10
Berdasarkan jumlah energi maksimum dalam subkulit dan urutan tingkat
energi orbital, aturan penulisan konfigurasi elektron dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pengisian elektron dalam orbital dimulai dari orbital dengan tingkat energy
paling rendah. Setelah penuh, pengisian berlanjut ke orbital yang tingkat energinya
satu tingkat lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga sama.11
9
Muchtaridi, Sandri Justiana, Kimia 2 SMA Kelas XI, (Jakarta: Yudhistira, 2006), hlm.. 11.
10
Kristian H Sugiyarto, Kimia Anorganik I, (Yogyakarta: UNY, edisi revisi, 2004), hlm. 37.
11
Kristian H Sugiyarto, Kimia Anorganik I, hlm. 37.
26. 15
Penulisan konfigurasi elektron dapat disingkat yang didasarkan pada
konfigurasi elektron gas mulia. Cara penyingkatan dapat dijelaskan dengan Gambar
2.3.
Gambar 2.3 Cara Penyingkatan Penulisan Konfigurasi Elektron
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d10
4p6
5s2
4d10
5p6
6s2
3p4
4f14
5d10
6p6
7s2
Contoh penulisan ini dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7.
Tabel 2.6 Contoh Konfigurasi Elektron Unsur Gas Mulia
Unsur Gas Mulia Konfigurasi Elektron
2He
10Ne
18Ar
36Kr
54Xe
86Rn
1s2
1s2
2s2
2p6
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d10
4s2
4p6
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d10
4s2
4p6
4d10
5s2
5p6
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d10
4s2
4p6
4d10
4f14
5s2
5p6
5d10
6s2
6p6
86[Rn]
54[Xe]
36[Kr]
18[Ar]
10[Ne]
2[He]
27. 16
Tabel 2.7 Contoh Penulisan Beberapa Unsur Dengan Cara Disingkat
Unsur Konfigurasi Elektron Penyingkatan
7N
12Mg
35Br
56Ba
87Fr
1s2
2s2
2p3
1s2
2s2
2p6
3s2
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d10
4s2
4p5
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d10
4s2
4p6
4d10
5s2
5p6
6s2
1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d10
4s2
4p6
4d10
4f14
5s2
5p6
5d10
6s2
6p6
7s1
[He] 2s2
2p3
[Ne] 3s2
[Ar] 3d10
4s2
4p5
[Xe] 6s2
[Rn] 7s1
Berdasarkan jumlah elektron yang mengisi suatu orbital, orbital dapat
dikelompokkan menjadi orbital penuh, orbital setengah penuh, dan orbital tidak
penuh. Orbital yang ditempati elektron secara maksimum disebut orbital penuh. Jika
jumlah elektron yang menempati orbital setengah dari jumlah elektron maksimum,
maka orbital tersebut dinamakan orbital setengah penuh. Dan disebut orbital tidak
penuh jika bukan orbital penuh ataupun setengah penuh.
Kestabilan suatu orbital dipengaruhi oleh sifat orbitalnya. Orbital penuh dan
setengah penuh lebih stabil daripada orbital tidak penuh. Atom-atom yang orbitalnya
tidak penuh akan berupaya mencapai kestabilannya dengan cara mengubah susunan
elektronnya sehingga menjadi orbital penuh atau setengah penuh. Hal tersebut
menyebabkan beberapa konfigurasi elektron atom tidak mengikuti aturan Aufbau.
Salah satu atom tersebut adalah 29Cu.
Konfigurasi elektron 29Cu berdasarkan aturan Aufbau:
29Cu: 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d9
Orbital 3d hanya diisi 9 elektron sehingga termasuk orbital tidak penuh (tidak
stabil). Maka agar menjadi stabil, 1 elektron dari orbital 4s berpindah ke orbital 3d,
sehingga konfigurasi menjadi:
29Cu: 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s1
3d10
Konfigurasi elektron ini bersifat stabil karena orbital 3d menjadi orbital
penuh (3d10
), sedangkan orbital 4s menjadi orbital setengah penuh (4s1
).
28. 17
Tabel 2.8 Daftar Beberapa Atom yang Penulisan Konfigurasi Elektronnya
Mengikuti Aturan Orbital Penuh dan Setengah Penuh
Atom Nomor Atom
Konfigurasi Elektron
Belum Stabil Stabil
Cr
Cu
Mo
Ag
Au
24
29
42
47
79
4s2
3d4
4s2
3d9
5s2
4d4
5s2
4d9
6s2
5d9
4s1
3d5
4s1
3d10
5s1
4d5
5s1
4d10
6s1
5d10
Ada aturan lain yang mengatur penulisan konfigurasi elektron, yang pertama
yaitu aturan Asas Larangan Pauli yang dikemukakan oleh Wolgaf Pauli yaitu “Tidak
ada 2 buah elektron dalam orbital yang sama memiliki arah spin yang sama”
Berdasarkan asas larangan Pauli ini, jumlah elektron yang menempati suatu orbital
paling banyak hanya dua elektron dengan arah rotasi yang berlawanan. Dengan
demikian, jumlah elektron yang maksimum yang menempati suatu subkulit dapat
dinyatakan dengan rumus:
Aturan yang kedua adalah aturan Hund “Elektron yang berada di suatu orbital akan
menempati orbital yang kosong dengan arah rotasi yang sejajar. Setelah itu elektron-
elektron lainnya menempati orbital tersebut dengan arah rotasi yang berlawanan.
C. Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari
berbagai sumber atau referensi yang memiliki kesamaan topik atau relevansi
terhadap penelitian ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pengulangan terhadap
penelitian sebelumnya dan mencari hal lain yang lebih penting untuk diteliti.
1. Skripsi dengan judul ”Analisis kesalahan peserta didik kelas XI dalam
menyelesaikan soal-soal fisika materi pokok kesetimbangan benda tegar di MA
Jumlah elektron maksimum: 2 x jumlah orbital dalam sub kulit
29. 18
Manbaul Ulum Karangawen Demak Tahun Ajaran 2008/2009, oleh Miftahul
Huda Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan, faktor dan cara
mengatasi peserta didik kelas XI MA Manbaul Ulum Karangawen Demak yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal kesetimbangan benda tegar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan-kesalahan tadi disebabkan oleh
rasio guru dan peserta didik yang terlalu besar, dan frekuensi belajar peserta didik
yang kurang sehingga konsep-konsep dasar tidak mereka kuasai karena untuk
dapat menguasai konsep dengan baik tidak cukup dengan belajar di sekolah.
2. Skripsi berjudul “Analisis Kesulitan Peserta didik Dalam Menyelasaikan Soal-
Soal Kesetimbangan Kimia Kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Kota Binjai” oleh Muhammad Ihsan 2006, Mahapeserta didik PENDIDIKAN
KIMIA 2006 UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang
dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal kesetimbangan kimia,
menyelidiki kesalahan dominan dan penyebab kesalahannya. Penelitian
dilakukan terhadap peserta didik kelas XI IPA sekolah menengah atas (SMA) di
kota Binjai yang telah mempelajari materi kesetimbangan kimia. Dari 26 SMA di
Kota Binjai dipilih 3 sekolah, yaitu SMA Negeri 2, SMA Negeri 6 dan SMA
Swasta Langkat Binjai yang diambil secara purposive. Dimana setiap sekolah
diambil 40 orang peserta didik sebagai sampel penelitian. Alat pengumpul data
berupa 5 butir tes dalam bentuk uraian dan wawancara.
Metode penelitian yang diterapkan berbentuk deskriptif kuantitatif. Dari
analisis data diperoleh macam kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal kesetimbangan kimia. Kesalahan dominan terletak pada
aplikasi rumus hubungan Kp dan Kc (66,67%) dan penentuan mol pereaksi
pembatas dan sisa (53,13%). Selain itu juga terdapat beberapa kesalahan yaitu
tidak dapat membuat penyelesaian soal (23,50%), perbandingan mol (17,91%),
menentukan konsentrasi zat (10,67%), aplikasi rumus konstanta kesetimbangan
(23,96%), aplikasi rumus derajat disosiasi (20,83%), kesalahan operasi hitung
(31,17%).
30. 19
Dengan disajikannya data-data kesalahan peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal kesetimbangan kimia, diharapkan dapat menjadi
masukan bagi tenaga pendidik untuk dapat memberikan terapi yang tepat
kedepannya, agar kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal
kesetimbangan kimia dapat tertanggulangi.
Dari kedua hasil penelitian diatas dengan hasil penelitian ini dapat
dibedakan, perbedaannya terletak pada metode penelitiannya, penelitian ini
menggunakan metode kualitatif meskipun menyangkut metode kuantitatif. Tetapi
penelitian ini lebih ditekankan pada metode kualitatif, metode kuantitatif hanya
untuk mencari butir soal yang valid. Akan tetapi kedua penelitian tersebut
menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
31. 20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang
1. Sejarah Berdiri
Madrasah Aliyah NU Nurul Huda merupakan lembaga pendidikan yang
dikelola oleh Pengurus Ranting NU Mangkangkulon dan secara teknis administratif
dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif Cabang Kota Semarang yang
didirikan pada tanggal 24 Januari 1987. Madrasah Aliyah yang baru didirikan ini
berlokasi di kelurahan Mangkangkulon Kecamatan Tugu Kota Semarang yang cukup
strategis, dari kota madrasah ini berjarak lebih kurang 16 km, dan hanya 100 m dari
jalan raya trans Jakarta-Semarang.
Lokasi Madrasah ini berada di lingkungan masjid dan pondok pesantren. Ide
pendirian Madrasah Aliyah ini bermula ketika SMU Hasanuddin 02 pada tahun 1985
ditutup karena kekurangan siswa dan atas usulan beberapa wali santri yang putra-
putrinya belajar di pondok pesantren dan bersekolah di Madrasah Tsanawiyah NU
Nurul Huda Mangkangkulon menginginkan ada kelanjutan belajar formal setelah
putra-putrinya tamat belajar dari MTs, dengan demikian mereka berharap anaknya
minimal berada di pondok pesantren selama enam tahun.
Nama Nurul Huda adalah nama yang pada dasarnya diambil dari nama
Madrasah Tsanawiyah yang telah berdiri sejak tahun 1968. Dengan memakai nama
tersebut diharapkan Madrasah Aliyah NU Nurul Huda tidak lepas sama sekali baik
secara moral edukatif maupun historis dengan MTs NU Nurul Huda. Untuk
merealisasikan ide pendirian madrasah ini dalam suatu musyawarah diputuskan
bahwa untuk sementara kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di gedung MTs NU
Nurul Huda dengan waktu belajar sore hari. Dan untuk sementara waktu pula sampai
madrasah ini mampu membiayai dirinya sendiri, maka Kepala Madrasah, Staf, Guru,
dan karyawan tidak mendapat honorarium.
Diantara penggagas dan pendiri Madrasah Aliyah ini adalah sebagian besar
adalah guru-guru MTs A. Hadlor Ihsan, M. Thohir Abdullah, Lukman Hakim,
Muhyiddin Subhan, Kaerun, Akhirin Bachr, Agus Nahtadi, Sobirin, Ajmain, dan
32. 21
Hasaan Fauzi. Perkembangan Madrasah Aliyah NU Nurul Huda dari awal hingga
kini tidak lepas dari jasa dan upaya dari para pendiri serta pengelolanya. Pada tahun
1995 Madrasah ini bisa masuk pagi hari dan pada tahun 1998 berhasil mendapat
status DIAKUI. Demikian sejarah singkat Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Kota
Semarang. Untuk perkembangan dan kemajuan madrasah selanjutnya semuanya
tergantung kepada upaya dan rekayasa para pengelolanya
2. Visi dan Misi
a. Visi
Sebagai bentuk pendidikan formal yang mempunyai komitmen terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan, Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang
Semarang mempunyai visi sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA ANAK DIDIK YANG TERAMPIL, CERDAS,
AKHLAKUL KARIMAH DAN AHLUSUNAH WAL JAMAAH”.
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita madrasah yang berorientasi
ke depan dengan memperhatikan potensi masakini, sesuai dengan norma dan
harapan masyarakat dengan indikator sebagai berikut :
1) Terampil dalam :
a) Pemanfaatan IPTEK
b) Penguasaan dasar bahasa arab dan inggris
c) Pengamalan nilai-nilai ajaran agama islam
d) Penguasaan dasar seni dan olah raga
e) Penguasaan dasar kepemimpinan
2) Cerdas dalam :
a) Akademik
b) Non akademik: Semangat mengikuti kegiatan keagamaan, Peduli sosial,
Peduli kebersihan lingkungan dll.
3) Akhlaqul Karimah
4) Ahlusunah Waljamaah
33. 22
b. Misi
Berdasarkan visi di atas, maka misi Madrasah Aliyah NU Nurul Huda
Mangkang Semarang adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan prestasi akademik kelulusan .
2) Menjaga komitmen bersama menjalankan program madrasah
3) Meningkatkan semangat kedisiplinan dan keteladanan
4) Meningkatkan proses KBM secara efektif, inovatif dan fariatif
5) Meningkatkan life skill, keunggulan
6) Meningkatkan semangat kompetitif
7) Menumbuhkan sikap bersih lingkungan
3. Sarana dan Prasarana
Bangunan fisik menjadi salah satu bagian penting untuk dalam suatu sekolah.
Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat peserta didik dalam proses
belajar-mengajar. Beberapa tahun ini seolah Madrasah Aliyah NU Nurul Huda
Mangkang Semarang terus berbenah. Diantara bangunan yang sudah ada yaitu, ruang
kepala sekolah, ruangan tata usaha (TU), ruangan guru, Ruang BP, Ruang
UKS/P3K/PMR, Ruang ganti Pakaian, Ruang Koperasi, Kantor OSIS, Ruang
perpustakaan, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer,
Bangsal Sepeda, Tempat ibadah, Kamar Mandi / WC, serta lapangan olah raga.
4. Keadaan guru
No Status Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Kepala Madrasah 1 - 1
2. Guru Tetap 6 1 7
3. Guru Tidak Tetap 13 12 25
4. Guru DPK Depag 6 2 8
5. Guru DPK Diknas - - -
Jumlah 26 15 41
34. 23
5. Keadaan Peserta Didik
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kelas X 35 96 131
2 Kelas XI.IPA 7 25 32
3 Kelas XI.IPS 58 50 108
4 Kelas XII.IPA 12 26 38
5 Kelas XII.IPS 66 54 120
Jumlah 178 248 429
B. Pemaparan Data Penelitian Tentang Kesalahan Peserta Didik Kelas XI IPA
Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kesalahan pada bagian apa saja yang dilakukan peserta didik
kelas XI MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam menyelesaikan soal-
soal ulangan harian konfigurasi elektron.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik kelas XI MA
NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam menyelesaikan soal-soal ulangan
harian konfigurasi elektron.
2. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada bentuk-bentuk kesalahan
peserta didik dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan peserta didik kelas XI
IPA MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA Madrasah Aliyah NU Nurul Huda
Mangkang Semarang yang berlokasi di Kecamatan Mangkang Kulon Kabupaten
Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2011/2012.
35. 24
4. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran kimia kelas
XI IPA Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang dan Peserta didik
kelas XI IPA Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang. Di Madrasah
Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang terdapat 1 kelas XI IPA yang terdiri
dari 32 peserta didik. Berhubung di Madrasah Aliyah NU Nurul Huda kelas XI IPA
sebanyak satu kelas, maka peneliti memilih kelas XII IPA sebagai kelas uji coba dan
kelas XI IPA sebagai kelas sampel. Penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol
karena penelitian ini hanya menganalisis jenis kesalahan yang dilakukan peserta
didik serta penyebab terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal kimia pada
materi pokok konfigurasi elektron, bukan membandingkan model pembelajaran,
sehingga kelas kontrol tidak diperlukan.
Soal yang telah disediakan diujicobakan di kelas uji coba. Setelah itu
dilakukan analisis untuk memperbaiki butir soal yang telah diujicobakan. Soal yang
telah diperbaiki diberikan ke pada kelas eksperimen yang selanjutnya akan diambil
sebagai subjek penelitian
Pengambilan subjek penelitian pada peserta didik didasarkan pada ranking
peserta didik yang melakukan kesalahan dari hasil tes yang telah diujikan. Subjek
penelitian terdiri dari 2 peserta didik dari kelompok atas, 2 peserta didik dari
kelompok sedang, dan 2 peserta didik dari kelompok bawah yang ditentukan dari
banyaknya kesalahan soal yang mereka kerjakan, sehingga jumlah keseluruhan
subjek penelitian ada 6 peserta didik yang selanjutnya akan dilakukan wawancara.
Dari kelompok atas diambil Rakasetya Hilmawan Faiz (S-23), Miladiah
Mufti Nur Habibah (S-13). Mereka termasuk peserta didik yang memiliki nilai
terendah pada kelompok atas. Dari kelompok sedang diambil Rizky Chintyana Dewi
(S-25), Naiz Durotul Lana (S-18). Kedua peserta didik tersebut diambil menjadi
subjek penelitian karena merupakan peserta didik dengan nilai terendah pada
kelompok sedang. Sedangkan dari kelompok bawah diambil Nahna Nailussa'adah (S-
17), Kholifatun Nur Aini (S-06). Kedua peserta didik tersebut diambil menjadi
subjek penelitian karena merupakan peserta didik dengan nilai terendah pada
kelompok bawah.
36. 25
5. Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui soal mana yang termasuk
kategori baik. Uji coba dilakukan di kelas XI IPA MA NU Nurul Huda Mangkang
Semarang sejumlah 38 peserta didik. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, soal hanya
diujicobakan pada 33 peserta didik. Hal ini dikarenakan terdapat 5 peserta didik yang
tidak hadir pada saat pelaksanaan uji coba instrumen.
Soal uji coba yang digunakan dalam penelitian berupa soal uraian sebanyak
15 soal dengan skor maksimal 10. Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil uji
coba soal yang meliputi: validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
a. Validitas
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan 33=N dan
2−= Ndb pada taraf signifikan 5% didapat 346,0=tabelr . Jadi butir soal
dikatakan valid jika 346,0>hitungr . Tabel 3.1 adalah hasil uji coba dari 15 butir
soal, yang menunjukkan bahwa terdapat 12 soal yang valid, berarti ada 3 butir
soal yang tidak valid. Tabel 3.1
Hasil Perhitungan Validitas Tahap 1
Butir Soal hitungr tabelr
Butir 1 0,073 0,347 TidakValid
Butir 2 0,3 0,347 Tidak Valid
Butir 3 0,75 0,347 Valid
Butir 4 0,761 0,347 Valid
Butir 5 0,778 0,347 Valid
Butir 6 0,778 0,347 Valid
Butir 7 0,751 0,347 Valid
Butir 8 0,825 0,347 Valid
Butir 9 0,768 0,347 Valid
Butir 10 0,874 0,347 Valid
Butir 11 0,75 0,347 Valid
Butir 12 0,794 0,347 Valid
Butir 13 0,731 0,347 Valid
Butir 14 0,136 0,347 Tidak Valid
Butir 15 0,775 0,347 Valid
Dari perhitungan analisis data pada soal yang telah diujicobakan, diperoleh
soal yang valid adalah soal nomor 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 15.
37. 26
Sedangkan soal yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 1, 2 dan 14.
Untuk itu soal nomor 1, 2 dan 14 tidak dipergunakan. Perhitungan secara lengkap
dapat dilihat di Lampiran 6.
Berdasarkan hasil uji validitas masih terdapat butir soal yang tidak valid,
untuk itu perlu dilakukan uji validitas tahap kedua. Uji validitas tahap kedua
hanya dilakukan terhadap butir soal yang valid, yaitu sebanyak 12 butir soal yang
dinyatakan valid pada uji validitas tahap pertama. Hasil perhitungan validitas
tahap kedua diperoleh sebagai berikut.
Tabel 3.2
Table 3.2. Hasil Perhitungan Validitas Tahap 2
Butir Soal hitungr tabelr Kriteria
Butir 1 0,749 0,347 Valid
Butir 2 0,772 0,347 Valid
Butir 3 0,765 0,347 Valid
Butir 4 0,759 0,347 Valid
Butir 5 0,788 0,347 Valid
Butir 6 0,840 0,347 Valid
Butir 7 0,784 0,347 Valid
Butir 8 0,878 0,347 Valid
Butir 9 0,787 0,347 Valid
Butir 10 0,779 0,347 Valid
Butir 11 0,757 0,347 Valid
Butir 12 0,766 0,347 Valid
Dari hasil uji validitas tahap kedua, ke 12 butir soal dinyatakan valid.
Untuk perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.
b. Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan
ketetapan. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus alpha
terhadap hasil uji coba tes diperoleh 940,0=hitingr , sedangkan 347,0=tabelr . Jadi
tabelhiting rr > sehingga dari hasil tersebut tes yang diujicobakan reliabel. Karena
70,0>hitungr berarti tes hasil uji coba tersebut memiliki reabilitas yang tinggi.
Perhitungan secara lengkap dapat dilihat di Lampiran 8.
38. 27
c. Tingkat Kesukaran
Menganalisis tingkat kesukaran berarti mengkaji soal tes dari segi
kesulitannya sehingga diperoleh soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Dari hasil perhitungan analisis soal yang telah diujicobakan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
1) Butir soal dengan kriteria mudah, yaitu: butir soal nomor 1, 11, dan 12.
2) Butir soal dengan kriteria sedang, yaitu: butir soal nomor 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,
dan 10.
3) Butir soal dengan kriteria sukar, yaitu: butir soal nomor 6.
d. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang sudah menguasai dengan peserta didik yang belum
menguasai. Dari hasil perhitungan analisis soal yang telah diujicobakan diperoleh
data bahwa soal yang mempunyai daya pembeda yang signifikan adalah soal
dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. Jadi semua soal dinyatakan
signifikan. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat di Lampiran 9.
Berdasarkan hasil analisis butir soal diperoleh butir soal yang baik, yaitu
butir soal yang valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran yang dapat diketahui,
dan memiliki daya beda yang signifikan. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat
di Lampiran 10.
6. Penentuan Instrumen Penelitian
Setelah dilakukan analisis data dengan hasil di atas dan mengacu pada kisi-
kisi instrumen penelitian, diperoleh soal instrumen penelitian adalah soal nomor 1,
2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 12. Jadi instrumen penelitian menggunakan 10 soal
berbentuk uraian dengan skor maksimal tiap soal adalah 10. Soal nomor 4 dan 11
tidak dipergunakan karena pada soal nomor 4 memiliki kesamaan dalam pencapaian
indikator dengan soal nomor 1 dan soal nomor 11 memiliki kesamaan pencapaian
indikator dengan soal nomor 12. Adapun kriteria panduan penilaian atau skor
terdapat pada lampiran 11.
39. 28
7. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data penelitian, metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Pada metode dokumentasi ini, peneliti memperoleh informasi dari
berbagai sumber tertulis atau dokumentasi yang ada pada responden atau lokasi
penelitian atau responden melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dokumentasi, dari
asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, dan sebagainya.1
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data
tentang kesalahan peserta didik kelas XI IPA di MA NU Nurul Huda Mangkang
Semarang yang termasuk dalam subjek penelitian.
b. Tes
Tes merupakan kumpulan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.2
Metode tes ini digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI IPA MA NU Nurul Huda Mangkang
Semarang.
c. Wawancara
Wawancara atau yang sering disebut interview adalah interaksi dengan
interview, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara tanya jawab
untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya dianggap sebagai data penelitian.3
Wawancara dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menangkap secara
langsung seluruh informasi dari subjek penelitian. Interview digunakan oleh
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 158
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek., hlm. 150
3
Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pustaka Stia, 2010),
hlm. 132-133
40. 29
peneliti untuk menilai seseorang. Interview mencari data tentang variabel latar
belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
8. Teknik Analisis Data
a. Menganalisis Karakteristik Butir Soal
Tujuan menganalisis butir soal adalah untuk memperbaiki butir soal yang
telah diujicobakan, sebab ada kemungkinan hasil tes peserta didik rendah karena
akibat butir tesnya jelek, bukan karena peserta didik tidak tahu.
1) Validitas
Untuk menentukan validitas item soal yang digunakan rumus
korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus yang digunakan yaitu:
ݎ௫௬ ୀ
ܰ ∑ ܻܺ െ ሺܺሻሺ∑ ܻሻ
ඥሼܰ ∑ ܺଶ െ ∑ ܺሺ∑ ܺሻሽଶ
Keterangan:
rxy: Koefisien korelasi product moment
N: Banyak Peserta
X; Skor Butir
Y: Skor total
Setelah diperoleh harga rxy, kemudian dikonsultasikan dengan harga
kritik r product moment dengan ketentuan, apabila rxy> rtabel, maka instrument
tersebut valid.
2) Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliable apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada
sejumlah subjek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan sama atau
relative sama. Untuk I mencari reliabilitas soal untuk digunakan rumus alpha,
adapun rumusnya adalah sebagai berikut:4
ݎଵଵୀ ቂ
݊
݊ െ 1
ቃ ቈ1 െ
∑ ܵ݅ଶ
ܵ݅ଶ
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
cet.II, hlm. 103
41. 30
Keterangan:
r11: Koefisien realibilitas tes
n: banyaknya butir item soal yang dikeluarkan dalam tes
1: bilangan konstanta
∑Si
2
: jumlah varians skor tiap-tiap item soal
Si
2
: Varians soal
Setelah diperoleh harga r11 kemudian dikonsultasikan dengan harga
r11> rtabel, maka instrument tersebut reliable.
3) Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Tingkat kesukaran tes bentuk essai dihitung dengan cara menentukan
persentase siswa yang gagal menjawab dengan benar atau berada dibawah
batas lulus. Data penelitian ini peneliti menerapkan batas ideal sebesar 60%
dari skor maksimal.5
Rumus untuk mengetahui taraf kesukaran soal adalah.6
ܲ ൌ
ܹ
ܰ
%001ݔ
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
W: Banyaknya siswa yang gagal menjawab soal dengan benar
N : Jumlah seeluruh siswa peserta tes
Tabel 1.1 Kriteria Tingkat Kesulitan
Interval Kriteria
0% - 27% Sukar
28% - 72% Sedang
73% - 100% Mudah
5
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, (Bandung: Remaja Karya, 1988), hlm.136.
6
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional.,hlm.135
42. 31
4) Daya Pembeda
Daya Pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
pandai (berkemampuan rendah), rumus mencari daya pembeda adalah sebagai
berikut:7
ݐ ൌ
ܪܯ െ ܮܯ
ඨ
∑ ܺ݅ଶ ∑ ܺ2ଶ
݊ሺషభሻ
b. Menganalisis Profil Kesulitan Belajar Peserta didik
Langkah ini dilakukan berdasarkan beberapa pendekatan Dalam
penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tujuan pengajaran,
pendekatan profil materi, dan pendekatan pengetahuan terstruktur.
c. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan angka-angka.8
Analisis data adalah proses mengorganisasi dan
menguraikan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.9
Metode analisis data yang dimaksud adalah metode yang digunakan untuk
mengolah data yang diperoleh. Pengolahan data ini merupakan cara untuk
mencari kesimpulan atau generasi tentang suatu keadaan dari subjek penelitian.
Analisis data di sini meliputi analisis deskriptif terhadap tingkat
penguasaan konsep vektor. Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase
yaitu:10
ܺሺ%ሻ ൌ ቀ
݊
ܰ
ቁ %001ݔ
7
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional.,hlm. 141
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 7
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., hlm. 103
10
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1995), hlm. 186
43. 32
Keterangan:
X(%) = Prosentase tingkat penguasaan yang dicari
n = Skor mentah yang diperoleh
N = skor maksimal yang diperoleh
Sedangkan untuk mengetahui tingkat kesalahan pemahaman konsep
vektor tiap butir soal yang diujikan digunakan persamaan sebagai berikut:
TX (%) = 100% - X(%)
Keterangan:
TX(%) = Prosentase tingkat kesalahan yang dicari
X(%) = Prosentase tingkat penguasaan
Atas dasar prinsip belajar tuntas maka kriteria pemahaman peserta didik
dikategorikan sebagai berikut:11
1) Tinggi, bila skor yang diperoleh di atas 75
2) Cukup, bila skor yang diperoleh antara 50 sampai 75
3) Rendah, bila skor yang diperoleh kurang dari 50
11
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoristis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rodakarya,
1986), hlm. 103
44. 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian
Setelah diperoleh instrumen penelitian yang baik, instrumen penelitian itu
diberikan di kelas eksperimen yaitu di kelas XI IPA Madrasah Aliyah NU Nurul
Huda Mangkang Semarang yang berjumlah 32 peserta didik.
Jawaban peserta didik yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan
kemudian dikoreksi. Berikut tabel kecenderungan kesalahan yang dilakukan peserta
didik kelas XI IPA Madrasah Aliyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang dalam
menyelesaikan soal-soal materi pokok Konfigurasi Elektron. Tabel 4.1 menunjukkan
jenis kesalahan peserta didik.
Tabel 4.1 Sebaran Jenis Kesalahan Peserta Didik XI IPA pada Materi Pokok
Konfigurasi Elektron
Kesalahan Butir Soal Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Konsep 2 9 3 12 2 2 7 7 4 3 51
Data 1 3 1 7 12
Interpretasi
bahasa
1 1
Teknis 9 7 12 10 17 12 2 4 12 9 94
Kesimpulan 3 3 6
a. Soal nomor 1
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik diperoleh hasil bahwa sejumlah 9 peserta didik melakukan
kesalahan teknis. Sedangkan 3 peserta didik melakukan kesalahan dalam
penyimpulan, 2 peserta didik melakukan kesalahan konsep dan 1 peserta didik
melakukan kesalahan dalam menggunakan data. Oleh karena itu, dapat
45. 34
disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 1 peserta didik cenderung
melakukan kesalahan teknis.
b. Soal nomor 2
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik diperoleh hasil bahwa sejumlah 9 peserta didik melakukan
kesalahan konsep, 7 peserta didik melakukan kesalahan teknis, 3 peserta didik
melakukan kesalahan dalam penyimpulan, dan 3 peserta didik melakukan
kesalahan dalam menggunakan data. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
dalam menyelesaikan soal nomor 2 peserta didik cenderung melakukan kesalahan
konsep dan kesalahan teknis.
c. Soal nomor 3
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik nomor 3, diperoleh hasil bahwa sejumlah 11 peserta didik
melakukan kesalahan teknis dan 3 peserta didik melakukan kesalahan konsep.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 3
peserta didik cenderung melakukan kesalahan teknis.
d. Soal nomor 4
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik pada soal nomor 4, diperoleh hasil bahwa sejumlah 11 peserta didik
melakukan kesalahan konsep dan 10 peserta didik melakukan kesalahan teknis.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 4
peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep dan kesalahan teknis.
e. Soal nomor 5
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik pada soal nomor 5 diperoleh hasil bahwa sejumlah 17 peserta didik
melakukan kesalahan teknis dan 2 peserta didik melakukan kesalahan konsep,.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 5
peserta didik cenderung melakukan kesalahan teknis.
f. Soal nomor 6
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik pada soal nomor 6 diperoleh hasil bahwa sejumlah 12 peserta didik
46. 35
melakukan kesalahan teknis, 4 peserta didik melakukan kesalahan konsep, dan 1
peserta didik melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan bahasa. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 6 peserta
didik cenderung melakukan kesalahan teknis.
g. Soal nomor 7
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik diperoleh hasil bahwa sejumlah 7 peserta didik melakukan
kesalahan konsep dan 2 peserta didik melakukan kesalahan teknis. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 7 peserta didik
cenderung melakukan kesalahan konsep.
h. Soal nomor 8
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik pada soal nomor 8 diperoleh hasil bahwa sejumlah 7 peserta didik
melakukan kesalahan konsep dan 4 peserta didik melakukan kesalahan teknis.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 8
peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep.
i. Soal nomor 9
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik pada soal nomor 9 diperoleh hasil bahwa sejumlah 12 peserta didik
melakukan kesalahan teknis, 4 peserta didik melakukan kesalahan konsep, dan 1
peserta didik melakukan kesalahan dalam menggunakan data. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 9 peserta didik
cenderung melakukan kesalahan konsep dan kesalahan teknis.
j. Soal nomor 10
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh jawaban
peserta didik pada soal nomor 10 diperoleh hasil bahwa sejumlah 9 peserta didik
melakukan kesalahan teknis, 3 peserta didik melakukan kesalahan konsep, dan 7
peserta didik melakukan kesalahan dalam menggunakan data. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal nomor 10 peserta didik
cenderung melakukan kesalahan teknis dan kesalahan menggunakan data.
47. 36
Dalam penelitian ini, terdapat 6 subjek penelitian yang akan diteliti lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab dari kesalahan yang telah dilakukan oleh
masing-masing subjek penelitian. Tabel 4.2 menunjukkan rekap jenis-jenis
kesalahan yang dilakukan subjek penelitian per butir soal.
Tabel 4.2
Data Jenis Kesalahan Peserta Didik Subjek Penelitian
Subjek
Penelitian
Butir Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
S-20 I III III
S-13 III I
S-08 I III I IV
S-18 III III I III IV
S-17 III III I III III
S-06 I III III III IV III
Keterangan :
I = Kesalahan konsep
II = Kesalahan interpretasi bahasa
III = Kesalahan teknis
IV = Kesalahan penyimpulan
2. Reduksi Data
a. Subjek penelitian peserta didik
1) Subjek penelitian 1 (S-23)
Peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep dan teknis.
Dari 10 soal yang diberikan, soal nomor 4 terjadi kesalahan konsep, serta soal
nomor 6 dan 9 terjadi kesalahan teknis. Oleh karena itu peneliti melakukan
wawancara pada soal nomor 4 dan 6.
a) Soal nomor 4
Tentukan golongan dan periode atom X dan Y berdasarkan
konfigurasi elektron ion-ion berikut.
48. 37
a) X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
b) Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
Jawaban peserta didik S-23
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik berusaha
menyelesaikan soal pada langkah awal yang tepat yaitu dengan
menentukan periode dan golongan. Akan tetapi terdapat kesalahan dalam
menentukan periode yang disebabkan kurang pemahaman tentang periode.
Penggalan wawancara dengan S-23 nomor 4
P: Dari soal nomor 4 apa yang kamu ketahui ?
S: Mencari golongan dan periode pak
P : Apa yang ditanyakan ?
S : golongan dan periode pak
P : Bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut?
S : Pertama-tama kita cari konfigurasi elektronnya, kemudian kita dapat
mencari golongan dan periode.
P : Mengapa jawabanmu tidak diberi konfigurasi elektronnya?
S : Lupa pak
P : Apabila disuruh mengerjakan lagi bisa tidak?
S : bisa
P : Apakah kamu mengerjakan sendiri?
S : iya, pak
P : Apakah kamu belajar di rumah?
S : belajar tho pak, tapi kadang-kadang
P : Apakah kamu suka pelajaran kimia?
S : Suka pak
P : Mengapa?
49. 38
S : Karena kimia adalah pelajaran yang menyenangkan
P : Bagaimana cara guru kimia mengajar?
S : Kemarin yang ngajar guru PPL, jadi kurang enak....
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
a. X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
X = 1s2
2s2
2p6
Golongan = VIIIA
Periode = 2
b. Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
Golongan = VIIIA
Periode = 3
Berdasarkan wawancara diperoleh data bahwa peserta didik tahu
apa yang diketahui dan ditanyakan, akan tetapi dalam mengerjakan terjadi
kesalahan konsep dalam menentukan golongan. Sebenarnya peserta didik
tahu konsep dalam mencari golongan akan tetapi peserta didik tidak
menerapkannya dalam menjawab soal. Kesalahan ini disebabkan karena
kurangnya ketelitian dalam menjawab pertanyaan. Sehingga dalam
melakukan penentuan konfigurasi, periode dan golongan serta konversi
unsur X+
ke X ataupun konversi unsur Y-
ke Y, peserta didik mengalami
kesulitan.
b) Soal nomor 6
Susunlah konfigurasi elektron dan tentukan keempat bilangan
kuantum untuk elektron terakhir dari atom:
a. 9F
b. 19K
50. 39
Jawaban peserta didik S-23
(1) Analisis I
Dari hasil pekerjaan terlihat peserta didik mengetahui apa yang
diketahui dan ditanyakan dari soal dan mengerjakan dengan langkah-
langkah yang tepat. Akan tetapi peserta didik melakukan kesalahan dalam
menentukan bilangan kuantum magnetik.
Penggalan wawancara dengan S-23 nomor 6
P: Soal nomor berapa yang menurut kamu paling sulit ?
S: Nomor 6 pak
P: Mengapa?
S: karena kurang paham dengan materi bilangan kuantumnya
P: Bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut?
S: Pertama-tama kita cari konfigurasi elektronnya terlebih dahulu,
kemudian menggambarkan orbitalnya. Setelah menggambar orbital, kita
cari bilangan kuantum atau yang n,l,m, dan s
P: Mengapa masih salah?
S : Karena kurang teliti pak
P : Apakah kamu sudah tahu dimana letak kesalahanmu?
S : tahu pak
P : di mana letak kesalahanmu?
S : di point a pak, yang menentukan m. Seharusnya nilai m=0, tapi saya
nulisnya -1
P : Apabila kamu di suruh mengerjakan soal seperti tadi apakah kamu bisa?
S : Insya’ allah bisa pak
51. 40
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Konfigurasi elektron dan keempat bilangan kuantum
a. 9F = 1s2
2s2
2p5
n = 2 m = 0
l = 1 s = -1/2
b. 19K = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s1
n = 4 m = 0
l = 0 s = +1/2
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data peserta didik mengetahui
apa yang ditanyakan dan diketahui, peserta didik mengerjakan dengan
langkah-langkah yang tepat, akan tetapi peserta didik melakukan kesalahan
dalam menentukan bilangan kuantum magnetik yang disebabkan kurang
ketelitian peserta didik.
2) Subjek penelitian 2 (S-13)
Peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep dan teknis. Dari
10 soal yang diberikan, soal nomor 4 terjadi kesalahan teknis dan pada soal
nomor 10 terjadi kesalahan konsep. Oleh karena itu peneliti melakukan
wawancara pada soal nomor 4 dan 10.
a) Soal nomor 4
Tentukan golongan dan periode atom X dan Y berdasarkan konfigurasi
elektron ion-ion berikut.
a) X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
b) Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
52. 41
Jawaban peserta didik S-13
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik berusaha
menyelesaikan soal pada level yang tepat dan dengan langkah-langkah yang
tepat. Akan tetapi terdapat kesalahan pada menentukan golongan dan
periode sehingga hasil pekerjaan menjadi salah.
Penggalan wawancara dengan S-13
P : Soal nomor berapa yang menurutmu sulit?
S : nomor 4
P : Mengapa?
S : Karena kurang paham dengan pertanyaannya pak.
P : Mengapa tidak bertanya?
S : Malu pak, karena sudah banyak yang bertanya
P : Apa yang ditanyakan dari soal ini?
S : Menentukan golongan sama periode pak
P : Mengapa tidak bisa?
S : Bukannya tidak bisa pak, tapi keburu-buru waktunya habis
P : Apabila kamu di suruh mengerjakan lagi soal seperti ini apakah kamu
bisa?
S : insya’ allah bisa
P : Coba kamu kerjakan?
S : iya pak...
a. X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
X = 1s2
2s2
2p6
Golongan = VIIIA
Periode = 2
53. 42
b. Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
Y = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
Golongan = VIIIA
Periode = 3
P : Tahu letak kesalahanmu?
S : Tahu pak
P : Dimana letak kesalahanmu?
S : tidak menentukan golongan sama periode
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
X = 1s2
2s2
2p6
3s2
Golongan = IIA
Periode = 3
Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
Y = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p4
Golongan = VIA
Periode = 3
Peserta didik melakukan kesalahan teknis, yaitu tidak menentukan
golongan dan periode. Kesalahan ini disebabkan kurangnya ketelitian serta
kurangnya konsentrasi peserta didik saat mengerjakan serta dikarenakan
siswa tidak mampu mengoptimalkan waktu yang ada.
b) Soal nomor 10
Atom A dan B mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut:
a. A = 1s2
2s2
2p6
3s5
b. B = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
Mana yang lebih stabil? Jelaskan?
54. 43
Pekerjaan peserta didik S-13
(1) Analisis I
Dari hasil pekerjaan peserta didik mengalami kesulitan saat
mencari kestabilan suatu unsur, ini disebabkan peserta didik melakukan
kesalahan konsep dan kurang ketelitian dalam mengerjakan soal tersebut.
Penggalan wawancara dengan S-13 pada nomor 10
P : Selain nomor 4, nomor berapa yang menurutmu paling sulit?
S : nomor 10
P : Mengapa?
S : karena saya tidak tahu untuk membedakan stabil tidaknya unsur
tersebut pak
P : Apakah tidak di jelaskan oleh guru kimia kamu?
S : Dijelasin tapi sekilas pak
P : Apakah kamu pernah melakukan praktek kimia?
S : Tidak pernah pak
P : Mengapa?
S : Mungkin karena bangunan laboratorium baru ada, dan bahan-bahan
dan alat-alat kimianya belum lengkap
P: Kendala apa yang kamu hadapi ketika belajar kimia?
S : Menghafal rumus
P : Apakah kamu menyukai pelajaran kimia?
S : Suka
P : Mengapa?
S : Mengasyikkan
P : Apakah kamu belajar di rumah?
S : Belajar
55. 44
P : Berapa kali dalam seminggu?
S : Tidak pasti sih pak, kadang-kadang belajar kadang-kadang tidak.
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Yang lebih stabil adalah atom B, karena 3p maksimum mempunyai
elektron valensi 6 dan atom B terisi penuh. Sedangkan atom A kelebihan
elektron, karena 3s mempunyai elektron valensi maksimum 2.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa peserta didik
tidak mampu mengerjakan soal tersebut dikarenakan kesalahan konsep
yang disebabkan ketidaktahuan peserta didik dalam menentukan kestabilan
suatu unsur yang belum diketahui.
3) Subjek penelitian 3 (S-25)
Peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep, teknis, dan
kesimpulan. Dari 10 soal yang diberikan, soal nomor 5 dan 9 terjadi
kesalahan konsep, soal nomor 6 dan 8 terjadi kesalahan teknis, dan soal
nomor 7 terjadi kesalahan dalam penyimpulan. Oleh karena itu peneliti
melakukan wawancara pada soal nomor 6 dan 7.
a) Soal nomor 6
Susunlah konfigurasi elektron dan tentukan keempat bilangan
kuantum untuk elektron terakhir dari atom:
a. 9F
b. 19K
Jawaban peserta didik S-25
56. 45
(1) Analisis 1
Dari pekerjaan peserta didik diatas terlihat peserta didik melakukan
langkah-langkah pekerjaan yang benar dalam menyelesaikannya, akan
tetapi terdapat kesalahan dalam penyimpulan. Kesalahan ini disebabkan
peserta didik kurang teliti dalam memahami soal.
Penggalan wawancara dengan S-25 pada soal nomor 6
P : menurut kamu nomor berapa yang paling sulit?
S : 6
P : mengapa?
S : seperti gambar-gambar orbitalnya kurang paham..
P : apakah kamu tidak memperhatikan penjelasan dari gurumu?
S : memperhatikan
P : kenapa masih belum paham?
S : karena gurunya menjelasin materinya terlalu cepat...
P : apakah tidak ada evaluasi lagi dari guru kimia?
S : ada pak...
P : mengapa masih saja belum paham?
S : oleh karena itu pak, gurunya terlalu cepat menjelasinnya jadi saya
tidak paham.......
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Konfigurasi elektron dan keempat bilangan kuantum
a. 9F = 1s2
2s2
2p5
n = 2 m = 0
l = 1 s = -1/2
57. 46
b. 19K = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s1
n = 4 m = 0
l = 0 s = +1/2
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil
data bahwa peserta didik memahami pertanyaan yang diberikan dan peserta
didik mengerjakan dengan menggunakan langkah yang tepat dan
mengoperasikannya dengan tepat pula. Akan tetapi untuk menggambarkan
dan menentukan pengisian orbital masih kurang paham.
b) Soal nomor 7
Diketahui atom besi mempunyai nomor atom 26
a. Tuliskan konfigurasi elektron atom besi
b. Ada berapa orbital yang terisi elektron secara penuh?
c. Ada berapa orbital yang terisi elektron tidak berpasangan (setengah
penuh)?
d. Bagaimana konfigurasi elektron dari ion Fe3+
?
Jawaban peserta didik S-25
(1) Analisis I
Dari pekerjaan diatas terlihat peserta didik mengetahui langkah-
langkah dalam mengerjakan soal dan peserta didik mampu mengerjakan
soal konfigurasi elektron. Akan tetapi peserta didik kurang teliti dalam
mengerjakan soal, sehingga menyebabkan kesalahan dalam menjawab.
58. 47
Penggalan wawancara S-25 pada soal nomor 7
P : Selain soal nomor 6, nomor berapa yang menurutmu paling sulit?
S : nomor tujuh......
P : Apa yang ditanyakan?
S : untuk menentukan konfigurasi elektron
P : Apakah yang ditanyakan cuma itu?
S : tidak pak
P : trus yang ditanyakan apalagi?
S : orbital yang terisi penuh dan orbital yang tidak terisi penuh..
P : Apakah sudah kamu kerjakan dengan benar?
S : sudah pak….
P : coba teliti lagi....
S : sudah pak...
P : Apakah sudah benar?
S : Belum pak….
P : Mana yang menurutmu salah?
S : Yang menentukan Orbital pak........
P : Kamu kok bias bilang, kalau yang salah menentukan orbital?
S : Soalnya yang menentukan orbital saya kurang paham....
P : Apakah kamu tidak bertanya sama guru kimiamu?
S : sudah pak..
P : kok masih belum paham?
S : karena jelasinnya terlalu cepat pak.....
P : apakah kamu kalau di rumah belajar kimia?
S : belajar
P : berapa kali kamu belajar kimia tiap minggunya?
S : ya, kalau mau pelajaran kimia aja pak….
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
atom besi mempunyai nomor atom 26 (26
Fe)
59. 48
a. Konfigurasi elektron 26Fe = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d6
b. Orbital yang terisi penuh adalah 11
c. Orbital yang tidak terisi penuh adalah 4
d. Konfigurasi elektron dari ion 26Fe3+
adalah 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d5
atau
[Ar]4s0
3d5
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik, diperoleh data
bahwa peserta didik tahu bagaimana cara mengerjakannya, akan tetapi
karena kesalahan dalam menggambarkan orbital yang menyebabkan
jawaban peserta didik tidak tepat.
4) Subjek penelitian 4 (S-04)
Peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep, data, teknis
dan kesimpulan. Dari 10 soal yang diberikan, soal nomor 7 terjadi kesalahan
konsep, soal nomor 5, 6, 9 terjadi kesalahan teknis, dan soal nomor 10 terjadi
kesalahan dalam penyimpulan. oleh karena itu peneliti melakukan wawancara
pada soal nomor 6, 7 dan 10.
a) Soal nomor 6
Susunlah konfigurasi elektron dan tentukan keempat bilangan
kuantum untuk elektron terakhir dari atom:
a. 9F
b. 19K
Jawaban peserta didik S-17
60. 49
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik memahami apa
yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Dan peserta didik menyelesaikan
soal dengan langkah-langkah yang tepat, akan tetapi pada penyelesaian
terdapat kesalahan perhitungan dikarenakan kurangnya keterampilan
dalam perhitungan dan kurangnya ketelitian.
Penggalan wawancara dengan S-17 pada soal nomor 6
P : menurut kamu soal mana yang paling sulit?
S : nomor 6 pak......
P : menurut kamu apakah pekerjaan nomor 6 sudah benar?
S : belum…
P : mengapa?
S : karena yang dicari bilangan kuantum, tapi saya tidak mencari bilangan
kuantumnya pak....
P : kenapa tidak dicari?
S : tidak paham dengan materi bilangan kuantum pak.......
P : kenapa kalau belum paham tidak tanya kepada gurumu?
S : sudah tanya pak............
P : kenapa belum paham juga?
S : soalnya yang diterangin cuma temen-temen yang pinter-pinter saja
pak...........
P : apakah kamu tidak berusaha tanya lagi?
S : sudah pak, tapi penjelasannya terlalu cepat...........
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Konfigurasi elektron dan keempat bilangan kuantum
a. 9F = 1s2
2s2
2p5
61. 50
n = 2 m = 0
l = 1 s = -1/2
b. 19K = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s1
n = 4 m = 0
l = 0 s = +1/2
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil
reduksi data bahwa peserta didik berusaha mengerjakan dengan langkah-
langkah yang tepat, akan tetapi peserta didik melakukan kesalahan dalam
menentukan bilangan kuantum dan kurangnya ketelitian.
b) Soal nomor 7
Diketahui atom besi mempunyai nomor atom 26
a. Tuliskan konfigurasi elektron atom besi
b. Ada berapa orbital yang terisi elektron secara penuh?
c. Ada berapa orbital yang terisi elektron tidak berpasangan (setengah
penuh)?
d. Bagaimana konfigurasi elektron dari ion Fe3+
?
Jawaban peserta didik S-17
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat peserta didik dalam mengerjakan
soal kurang menguasai konsep bilangan kuantum dan pemahaman tentang
orbital serta pasangan elektron. Peserta didik mampu mencari konfigurasi
62. 51
elektron unsure yang ditanyakan, akan tetapi tidak mampu
mengidentifikasi orbital, karena peserta didik kurang memahami konsep
bilangan kuantum.
Penggalan wawancara dengan S-17 pada soal nomor 7
P : Dari soal nomor 7 apa yang diketahui?
S : atom besi mempunyai nomor atom 26
P : Apa yang ditanyakan?
S : menentukan konfigurasi electron Fe & Fe3+
, sama berapa orbital yang
terisi dan tidak terisi..
P : bagaimana kamu mengerjakan soal tersebut?
S : menentukan konfigurasi elektron terlebih dahulu....
P : bagaimana dengan jawaban yang kamu peroleh
S : a) 26Fe= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d6
b) semuanya terisi elektron
c) semuanya berpasangan
d) 26Fe3+
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d3
= [Ar] 4s0
3d3
P : ada yang salah tidak dari jawaban kamu
S : ada pak, saya tidak menjawab yang bagian b dan c
P : Jawabanmu juga masih salah
P : kenapa? Apa menurut kamu itu sulit?
S : iya , soalnya saya tidak tahu menentukan bilangan kuantum
P : kenapa?
S: lupa pak, dan kurang paham konsepnya
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
atom besi mempunyai nomor atom 26 (26
Fe)
a. Konfigurasi elektron 26Fe = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d6
b. Orbital yang terisi penuh adalah 11
c. Orbital yang tidak terisi penuh adalah 4
63. 52
d. Konfigurasi elektron dari ion 26Fe3+
adalah 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d5
atau [Ar]4s0
3d6
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik, diperoleh data
bahwa peserta didik memahami langkah awal penyelesaian soal, akan
tetapi ketika ditanyakan tentang mengidentifikasikan orbital peserta didik
mengalami kesulitan dikarenakan peserta didik tidak mengetahui konsep
perubahan konfigurasinya sehingga peserta didik salah dalam
memberikan jawaban.
c) Soal nomor 10
Atom A dan B mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut:
a. A = 1s2
2s2
2p6
3s5
b. B = 1s2
2s2
2p6
3p6
Mana yang lebih stabil? jelaskan?
Jawaban peserta didik S-17
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik menyelesaikan
soal hampir benar. Tetapi dalam menyimpulkan suatu jawaban kurang
tepat, jadi jawaban peserta didik salah.
Penggalan wawancara dengan S-17 pada soal nomor 10
P : selain soal nomor 6 dan nomor 7, nomor berapa yang paling sulit?
S : nomor 10
P : Kenapa?
S : Karena itu pak, belum diterangin sama gurunya……..
P : apa yang ditanyakan dari soal nomor 10?
S : unsur A dan B yang stabil mana?
P : kamu jawab apa?
64. 53
S : B.............
P : kenapa?
S : karena semuanya terisi elektron
P : Apakah konfigurasi elektronmu sudah benar?
S : sudah pak
P : kulit S mempunyai elektron valensi berapa?
S : S = 2....
P : tapi jawabanmu ada berapa?
S : 6.........
P : jadi salah apa benar jawabanmu?
S : salah pak...........
P : apakah kamu tahu letak kesalahannya...?
S : Tahu...
P : Apakah kamu kalau di rumah belajar kimia?
S : Jarang-jarang pak, kalau mau ujian saja...
P : apakah kamu pernah praktek kimia?
S : Belum pernah
P : Kenapa?
S : Mungkin laboratoriumnya masih baru, dan alat-alat beserta bahan-
bahannya yang belum memadahi pak....
P : Bagaimana guru kimia menerangkan?
S : sebenarnya enak tapi kalau menjelaskan terlalu cepat.
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Yang lebih stabil adalah atom B, karena 3p mempunyai elektron
valensi maksimum 6 dan atom B terisi penuh. Sedangkan atom A
kelebihan elektron, karena 3s mempunyai elektron valensi maksimum 2.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil
reduksi data bahwa peserta didik tahu cara mengerjakan soal dengan
langkah-langkah yang benar, akan tetapi terjadi kesalahan dalam
65. 54
penyimpulan yang disebabkan materi yang kurang di pahami dan
kurangnya konsentrasi saat mengerjakan soal.
5) Subjek penelitian 5 (S-18)
Peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep, teknis dan
kesimpulan. Dari 10 soal yang diberikan, soal nomor 7 terjadi kesalahan
konsep, soal nomor 4, 6, dan 8 terjadi kesalahan teknis, dan soal nomor 10
terjadi kesalahan dalam penyimpulan. Oleh karena itu peneliti melakukan
wawancara pada soal nomor 6, 7, dan 10
a) Soal nomor 6
Susunlah konfigurasi elektron dan tentukan keempat bilangan
kuantum untuk elektron terakhir dari atom:
a. 9F
b. 19K
Jawaban peserta didik S-18
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik menyelesaikan
soal pada level yang tepat dan dengan langkah-langkah yang tepat pula.
Akan tetapi peserta didik tidak teliti dalam menyelesaikan soal ini.
Penggalan wawancara dengan S-18 pada soal nomor 6
P : Dari sepuluh soal mana yang menurut kamu paling sulit?
S : nomor 6 pak….
P : Apakah pekerjaanmu nomor 6 sudah benar?
S : Sudah pak............
66. 55
P : coba teliti lagi pekerjaanmu?
S : salah pak....
P : mana yang salah?
S : yang mencari L.......
P : selain itu?
S : tidak ada...
P : jadi kamu tahu letak kesalahanmu?
S : iya, pak
P : Apakah kamu mengerjakan sendiri?
S : iya pak.....
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Konfigurasi elektron dan keempat bilangan kuantum
a. 9F = 1s2
2s2
2p5
n = 2 m = 0
l = 1 s = -1/2
b. 19K = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s1
n = 4 m = 0
l = 0 s = +1/2
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta diperoleh hasil
reduksi data bahwa peserta didik tahu cara mengerjakan soal dengan
langkah-langkah yang benar. akan tetapi terjadi kesalahan dalam
penyimpulan yang disebabkan karena kurangnya ketelitian peserta didik.
67. 56
b) Soal nomor 7
Diketahuai atom besi mempunyai nomor atom 26
a. Tuliskan konfigurasi elektron atom besi
b. Ada berapa orbital yang terisi elektron?
c. Ada berapa orbital yang terisi elektron tidak berpasangan?
d. Bagaimana konfigurasi elektron dari ion Fe3+
?
Jawaban peserta didik S-18
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik memahami apa
yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Dan peserta didik menyelesaikan
soal dengan langkah-langkah yang tepat, akan tetapi pada penyelesaian
terdapat kesalahan konsep dikarenakan kurangnya ketelitian.
Penggalan wawancara dengan S-18 pada soal nomor 7
P : Selain nomor 6, soal nomor berapa yang menurutmu paling sulit?
S : Soal nomor 7...
P : Mengapa?
S : Karena menentukan orbitalnya yang belum paham….
P : Apakah pekerjaanmu sudah benar?
S : Belum pak...
P : kamu kok tahu kalau pekerjaanmu belum benar?
S : Karena mencari orbitalnya sangat sulit pak.
P : Kenapa point D belum dikerjakan?
S : Waktunya keburu habis pak..
68. 57
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
atom besi mempunyai nomor atom 26 (26
Fe)
a. Konfigurasi elektron 26Fe = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s2
3d6
b. Orbital yang terisi penuh adalah 11
c. Orbital yang tidak terisi penuh adalah 4
d. Konfigurasi elektron dari ion 26Fe3+
adalah 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
3d5
atau
[Ar] 4s0
3d5
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil
reduksi data bahwa peserta didik melakukan kesalahan konsep dalam
mengerjakan soal nomor 7. Sebenarnya Peserta didik dalam menyelesaikan
soal ini, sudah sedikit paham. Akan tetapi peserta didik kurang teliti dalam
menyelesaikan soal.
c) Soal nomor 10
Atom A dan B mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut:
a. A = 1s2
2s2
2p6
3s5
b. B = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
Mana yang lebih stabil? Jelaskan?
Jawaban peserta didik S-18
69. 58
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik berusaha
menyimpulkan soal tersebut, akan tetapi penyimpulan suatu jawaban
kurang belum tepat. Sehingga jawaban peserta didik menjadi salah.
Penggalan wawancara dengan S-18 pada soal nomor 10
P : Selain soal nomor 6 dan nomor 7, Soal nomor berapa yang menurut
kamu paling sulit?
S : soal nomor 10….
P : Mengapa?
S : Soalnya belum pernah diterangin pak….
P : Kenapa kamu bisa menjawab demikian?
S : Saya menjawab asal-asalan pak...
P : Dengan jawaban asal-asalan, apakah jawabanmu sudah benar?
S : nggak tau pak.
P : Orbital p dan s lebih stabil mana?
S : lebih stabil p...
P : kenapa?
S : Karena orbital p elektron valensinya lengkap, sedangkan s tidak
lengkap...
P : Jawabanmu sudah hampir benar, electron valensi p maksimum 6,
sedangkan elektron valensi s maksimum 2. Apakah kamu sudah
paham?
S : sudah pak...
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Yang lebih stabil adalah atom B, karena 3p mempunyai elektron
valensi maksimum 6 dan atom B terisi penuh. Sedangkan atom A
kelebihan elektron, karena 3s mempunyai elektron valensi maksimum 2.
70. 59
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa peserta didik beruasaha
mengerjakan dengan langkah-langkah yang tepat. Akan tetapi melakukan
kesalahan dalam menyimpulkan dan kurang teliti dalam menyelesaikan
soal.
6) Subjek penelitian 6 (S-06)
Peserta didik cenderung melakukan kesalahan konsep, data dan teknis.
Dari 10 soal yang diberikan, soal nomor 4 terjadi kesalahan konsep, soal
nomor 4, 6, dan 7 terjadi kesalahan teknis dan soal nomor 9, dan 10 terjadi
kesalahan penyimpulan. Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara pada
soal nomor 4, 6, dan 10.
a) Soal nomor 4
Tentukan golongan dan periode atom X dan Y berdasarkan
konfigurasi elektron ion-ion berikut.
a) X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
b) Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
Jawaban pesereta didik S-06
(1) Analisis I
Dari penggalan hasil pekerjan di atas, terlihat bahwa peserta didik
melakukan kesalahan dalam menentukan golongan dan perioade.
Penggalan wawancara dengan S-06 pada soal nomor 4
P : menurut kamu nomor berapa yang paling sulit?
S: Nomor 4…………
P : Mengapa?
S : karena untuk membedakan golongan sama periode sulit pak…
P : Apakah kamu tahu rumus golongan?
S : Tahu pak...
P : Kenapa masih salah?
71. 60
S : karena lupa rumusnya...
P : Apakah hasil pekerjaanmu, kamu kerjakan sendiri?
S : Ada yang mengerjakan sendiri, dan ada yang mencontek temen pak....
P : Berapa besar kamu mengerjakan sendiri?
S : Sekitar 40%
P : Kenapa kamu tidak mengerjakan sendiri?
S : Karena nggak bisa pak....
P : kenapa tidak berusaha?
S : sudah, tapi tetap nggak bisa...
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
a. X+
= 1s2
2s2
2p6
3s1
X = 1s2
2s2
2p6
3s2
Golongan = IIA
Periode = 3
b. Y-
= 1s2
2s2
2p6
3s2
3p5
Y = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p4
Golongan = VIA
Periode = 3
Peserta didik mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dari
soal, akan tetapi peserta didik tidak percaya diri dalam menyelesaikan
pekerjaannya sendiri. Sehingga dalam penentuan konfigurasi, periode dan
golongan serta konversi unsur X+
ke X ataupun konversi unsur Y-
ke Y,
peserta didik mengalami kesulitan.
b) Soal nomor 6
Susunlah konfigurasi elektron dan tentukan keempat bilangan
kuantum untuk elektron terakhir dari atom:
a.9F
b.19K
72. 61
Jawaban peserta didik S-06
(1) Analisis I
Dari pekerjaan di atas terlihat bahwa peserta didik memahami apa
yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Dan peserta didik menyelesaikan
soal dengan langkah-langkah yang kurang tepat karena terdapat
kesalahan dalam menggunakan metode.
Penggalan wawancara dengan S-06 pada soal nomor 6
P : Selain nomor 4, menurut kamu nomor berapa yang paling sulit?
S : kalau menrut saya, yang paling sulit adalah nomor 6
P : Mengapa?
S : Karena menentukan konfigurasi elektron belum begitu paham..
P : dari nomor enam, apa yang ditanyakan?
S : Menentukan konfigurasi elektron ...
P : Apakah cuma menentukan itu?
S : sama menentukan bilangan kuantum....
P : Mengapa kamu tiba-tiba bisa menjawab seperti itu?
S : Pengawuran pak...
P : Apakah kalau dengan pengawuran jawabanmu bisa benar?
S : Tidak pak..
(2) Analisis II
Jawab yang benar:
Konfigurasi elektron dan keempat bilangan kuantum
a. 9F = 1s2
2s2
2p5
73. 62
n = 2 m = 0
l = 1 s = -1/2
b. 19K = 1s2
2s2
2p6
3s2
3p6
4s1
n = 4 m = 0
l = 0 s = +1/2
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil
reduksi data bahwa peserta didik melakukan kesalahan konsep beserta
salah langkah-langkah dalam mengerjakan soal nomor 6 .
c) Soal nomor 10
Atom A dan B mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut:
a. A = 1s2
2s2
2p6
3s5
b. B = 1s2
2s2
2p6
3p6
Mana yang lebih stabil? Jelaskan?
Jawaban peserta didik S-06
(1) Analisis I
Dari hasil pekerjaan yang dikerjakan peserta didik melakukan
langkah-langkah yang tepat, akan tetapi terjadi kesalahan dalam
melakukan penyimpulan. Kurangnya ketelitian dalam melakukan
penyimpulan ini yang menyebabkan jawaban peserta didik menjadi tidak
tepat.
Penggalan wawancara dengan S-06 pada soal nomor 10
P : Selain soal nomor 4 dan nomor 6, nomor berapa yang menurutmu
paling sulit ?
S : jujur ya pak, yang agak sulit itu nomor 10..
P : Kenapa?
74. 63
S : Untuk membedakan stabil dan tidak stabil itu saya kurang paham..
P : Jawabanmu apa?
S : Yang B....
P : Mengapa?
S : Karena nilai 3p nya lebih tinggi...
P : Apakah jawabanmu sudah benar?
S : Kurang tau ya pak, soalnya yang nomor ini saya kurang paham…
P : Apakah tidak dijelasin guru kimiamu?
S : sudah pak, tapi tetap belum paham..
P : Kenapa tidak bertanya?
S : malu pak, soalnya sudah dijelasin berulang-ulang kali?
P : Apakah kamu di rumah belajar?
S : Belajar
P : Berapa kali kamu belajar dalam satu minggu?
S : kalau mau ada palajaran kimia...
P : kendala apa yang kamu hadapi dalam belajar kimia?
S: Menghafal rumus-rumus pak.......
(2) Analisis II
Jawaban yang benar:
Yang lebih stabil adalah atom B, karena 3p mempunyai elektron
valensi maksimum 6 dan atom B terisi penuh. Sedangkan atom A
kelebihan elektron, karena 3s mempunyai elektron valensi maksimal 2.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa peserta didik
berusaha mengerjakan dengan langkah-langkah yang tepat, akan tetapi
terjadi kesalahan dalam penyimpulan yang disebabkan kerena kurang
ketelitian dari peserta didik.
b. Subjek Penelitian Guru
Penggalan wawancara dengan Puji Handayani, S. Pd. guru mata pelajaran
kimia kelas XI IPA MA NU Nurul Huda Mangkang Semarang.
P : Bagian mana yang paling sulit diajarkan bu?
75. 64
G : Untuk materi mengenai struktur atom, ini termasuk materi yang agak sulit.
Karena menyangkut pemahaman konsep, terus menyangkut ketelitian anak,
ada perhitungannya. Sehingga materinya termasuk materi yang komplek
dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Sehingga kalau anak-anak tidak betul-
betul konsentrasi, misalnya menjelaskan mengenai bilangan kuantum. Itu
kan ada tahapannya, kalau satu tahap saja terlewat kan mesti bawahnya
salah? Nah itu anak-anak kadang-kadang masuk apa tidak konsentrasi gitu,
bisa saja itu menjadi suatu hambatan. Kesulitannya itu kalau memang
tingkat kesulitan untuk materi struktur atom di kelas sebelas ini memang
agak sulit karena komplek materinya, ada memahami konsep, memahami
hitungan itu? mungkin kalau ada anak-anak yang mengalami hambatan ada
P : Kendala apa yang ibu hadapi dalam mengajar kimia?
G : Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan ketika terjadinya kegiatan
belajar mengajar, penyebab dari kesalahan yang paling berpengaruh adalah
kurangnya keterampilan dalam berhitung dan tingkat pemahaman yang
heterogen. Bagaimanapun kelas XI IPA ini kelasnya heterogen jadi tingkat
pemahaman mereka pun berbeda-beda. Ada beberapa peserta didik yang
memang tingkat pemahamannya rendah, ini juga yang menyebabkan
beberapa peserta didik melakukan kesalahan. Selain itu, kalau mereka
dibatasi dengan waktu saat mengerjakan soal sangat terlihat sekali meraka
kurang konsentrasi dan terburu-buru. Misalnya saja ketika diadakan
ulangan, mereka selalu kurang konsentrasi ini terlihat ketika apa yang
ditanyakan dan apa yang diketahui kurang dipahami dengan baik padahal
sebenarnya mereka mampu mengerjakan.
P : Kendala apa yang ibu alami ketika mengajar kimia?
G : Kendala saya dalam menyampaikan materi ini, ini kan materi yang sulit?
2) Kalau anak itu konsentrasi, terus 2) punya sumber belajar untuk
dipelajari dia tidak merasa kesulitan. Tapi anak didik disini tidak punya
sumber belajar yang mencukupi, memadahi. Dia hanya bermodal buku
paket dari sekolahan pinjem di perpus, dan LKS. Tapi kalau anak-anak
yang punya sumber belajar pengayaan dan mau bertanya, dia tidak akan
76. 65
mengalami kesulitan. Jadi disini pada dasarnya anak satu sumber belajar
kurang, dua karena in put kita di sekolahan swasta itu kan tingkat
intelegensinya tidak sama, terus bagi anak-anak yang punya kapasitas
intelegensi bagus untuk bisa menangkap materi ini tentunya tidak
mengalami kesulitan. Tapi yang latar belakangnya pas-pasan, pas dapat
materi yang sulit tentu saja mengalami kesulitan.
P : Bagaimana dengan laboratorium IPAnya bu?
G : Oh nggeh, Laboratorium IPA ini mulai semester ini alhamdulillah sudah
ada ruangannya. Tapi belum intensif kita gunakan, karena sarana
penunjangnya itu belum, seperti baru dipasang instalasi untuk cuci, bak
pencuci. Ruangannya ini baru pindah, terus untuk alat-alatnya sebetulnya
sudah memenuhi, kita sudah punya untuk petunjuk praktikum materi-materi
kimia untuk tingkat SMA itu, kita sudah punya DVD. Cuma untuk saat ini
belum bisa di fungsikan karena sarana penunjuangnya belum lengkap,
biasanya untuk menyiasati Saya pakai metode demonstrasi, tak bawa ke
kelas itu ? terus saya demonstrasikan tidak dipraktekkan anak sendiri.
P : Bagaimana minat peserta didik terhadap kimia?
G : Untuk kelas XI pemilihan jurusan itu kan sesuai dengan pilihan anak
sendiri, karena sesuai sendiri itu kan kita memotivasi untuk bergantung
jawab pada pemilihan itu sendiri. Biasanya kalau yang anak-anak IPA itu
cenderung punya interes yang lebih baik ke pelajaran, dibandingkan anak-
anak yang IPS. Karena anak yang bisa masuk IPA itu kan harus ada criteria
nilai rata-rata diatas berapa itu dari kurikulum, sehingga kualitas anak yang
masuk IPA cenderung lebih bagus, sehingga untuk memotivasi belajarnya
juga cukup lumayan bagus.
P : Kalau minat peserta didik itu sendiri bagaimana bu?
G : Minat peserta didik terhadap pelajaran kimia itu kalau menurut pengamatan
saya, itu juga lumayan bagus. Tapi tidak ada yang special sekali , itu tidak
ada biasa saja. Cuma dia ini bisa saya nilai bagus itu karena biasanya
penugasan-penugasan itu anak-anak mengumpulkan, kemudian dalam
evaluasi itu juga anak-anak ikut evaluasi walaupun ada beberapa anak yang
77. 66
tidak mencapai ketuntasan itu wajar. Jadi untuk minat dalam pelajaran
kimia sudah cukup bagus, bukan merupakan pelajaran momok karena saya
sudah menanamkan bahwa sebetulnya kimia itu menarik, kimia itu
menyenangkan, kimia itu mudah kalau memang kita ada motivasi, ada
interes ke yang lebih baik lagi.
P : Metode apa yang ibu gunakan ketika menyampaikan materi kimia?
G : Saya biasanya untuk menyampaikan materi, metode yang saya pakai
metode yang bervariasi. Tergantung saya lihat dari materinya, kita
menggunakan pendekatan yang paling mudah untuk anak, pendekatan yang
paling mudah untuk anak metodenya biasanya saya sesuaikan bervariasi.
Kadang-kadang saya gunakan metode ceramah variasi dengan
menggunakan alat bantu media, kadang-kadang saya demontrasikan sesuatu
untuk menyampaikan konsep supaya dia melihatnya secara konkrit, terus
kadang-kadang diajak diskusi anak belajar sendiri mencari sumber konsep
dia temukan, kemudian di presentasikan di kelas seperti itu. Jadi ganti-ganti
metodenya, tergantung dari materi bagaimana pendekatannya supaya
gampang diterima anak.
P : Apakah metode yang digunakan sudah sesuai RPP & Silabus bu?
G : Metodenya, ya kadang-kadang saya juga melihat ke silabus metode yang
disarankan apa di situ, sedapat mungkin kalau di silabus kan sudah dipakai
banyak orang, sudah direvisi berkali-kali, biasanya metode yang di
sarankan di silabus memang cocok materi tertentu. Kadang-kadang saya
ikuti, kalau memang sarana dan prasarana yang ada di madrasah ini
mendukung. Tapi kalau tidak mendukung, ya kita memakai metode yang
lain yang mendekati.
P : Kiat-kiat apa yang ibu tempuh dan hasilnya bagaimana?
G : Ya, untuk pelajaran kimia dengan berbagai cara, pendekatan, metode dalam
kegiatan pembelajaran selama ini. Kalau saya amati dari tahun ke tahun itu
Alhamdulillah secara prestasi lumayan, itu biasanya klimaksnya anak di
kelas XII, kalau kelas XII kita lihat dari hasil ujian nasional, ujian nasional
apalagi untuk kelas XI materi kimia ini merupakan mata pelajaran wajib,