SlideShare a Scribd company logo
1 of 126
KONSEP PELAYANAN
KONSEPSI PELAYANAN
 Crosby (1997:448)
Pelayanan menurut Ivancevich, Lorenzy, Skinner dan
Crosby (1997:448) adalah produk-produk yang tidak kasat
mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha
manusia dengan menggunakan peralatan.
 (Gronroos, 1990:27)
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas
yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang
terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan
Ciri Pelayanan
 Tidak kasat mata
 Melibatkan upaya manusia (karyawan) atau peralatan
lain yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara
pelayanan.
Karakteristik produk (barang) dan pelayanan
 Produk (Barang)
1. Konsumen memiliki objeknya
2. Tujuan pembuatan barang
adalah keseragaman, semua
barang adalah sama
3. Suatu produk atau baranmg
dapat disimpan di gudang,
sampelnya dapat dikirim ke
konsumen
4. Konsumen adalah pengguna
akhir yang tidak terlibat
dalam proses produksi
 Jasa Pelayanan
1. Konsumen memiliki
kenangan
2. Tujuan penyelenggaraan
pelayanan adalah keunikan.
3. Suatu pelayanan terjadi saat
tertentu, ini tidak dapat
disimpan digudang atau
dikirimkan contohnya.
4. Konsumen adalah rekanan
yang terlibat dalam proses
produksi.
5. Kontrol kualitas
dilakukan dengan cara
membandingkan output
dengan spesifikasinya.
6. Jika terjadi kesalahan
produksi, produk
(barang) dapat ditarik
kembali dari pasar.
7. Modal karyawan sangat
penting
5. Konsumen melakukan
kontrol kualitas dengan
cara membandingkan
harapannya dengan
pengalamannya.
6. Jika terjadi kesalahan,
satu-satunya cara yang
bisa dilakukan untuk
memperbaiki adalah
meminta maaf.
7. Moral karyawan
berperan sangat
menentukan.
Klasifikasi Pelayanan
 Pelayanan Kebutuhan
Dasar
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Bahan Kebutuhan
Pokok Masyaarkat
 Pelayanan Umum
1. Pelayanan
administratif
2. Pelayanan barang
3. Pelayanan jasa
Pelayanan Umum/Publik
 Kepmenpan No.63/2003)
Pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat,
di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam
bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan
perundang-undangan.
Bentuk-Bentuk Layanan
Macam-macam produk
1. Barang tidak tahan lama (non-durable goods)
adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi
dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Umur
ekonomisnya maksimum satu tahun. Contoh: pasta gigi,
buku tulis dsb.
2. Barang tahan lama (durable goods)
adalah barang berwujud yang biasanya bertahan lama atau
berumur ekonomis lebih dari satu tahun. Contohnya antara
lain lemari es, TV, mobil, dan lain-lain.
3. Jasa (services)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi
kendaraan bermotor, salon kecantikan, kursus
5 Kategori Penawaran
1. Barang fisik murni
Penawaran pada kategori ini semata-mata hanya berupa barang fisik, tanpa
ada jasa atau layanan yang menyertai produk bersangkutan.
2. Barang fisik dengan jasa pendukung
Penawaran terdiri atass barang fisik yang disertai dengan satu atau beberapa
bentuk layanan guna meningkatkan daya tarik pada konsumen.
3. Produk Hybrid
Penawaran pada kategori ini terdiri atas komponen barang dan layanan yang
relatif seimbang porsinya.
4. Jasa utama yang didukung dengan barang minor
Penawaran terdiri atas jasa pokok tertentu bersama-sama dengan barang
pendukung.
5. Jasa murrni
Penawaran yang hampir seluruhnya berupa jasa.
Tipe-Tipe Klasifikasi Jasa
BASIS KLASIFIKASI DESKRIPSI CONTOH
1. Segmen
Pasar
Layanan bagi konsumen
akhir
Layanan yang
ditujukan bagi
konsumen akhir
(mereka yang
membeli untuk
keperluan
dikonsumsi sendiri
dan/atau bersama
anggota keluarga
lainnya
Salon kecantikan,
Warnet, wartel.
Layanan bagi konsumen
organisasional
Layanan yang
ditujukan bagi
konsumen
organisasional, baik
bisnis maupun
nirlaba.
Konsultan hukum,
biro periklanan
2. Tingkat
keberwujudan
Rented good services Konsumen menyewa
dan memakai produk
tertentu milik
penyedia layanan
berdasarkan tarif
tertentu selama
periode waktu
tertentu
Persewaan mobil,
Rental DVD
Owned goods services Produk milik
konsumen direparasi,
dikembangkan atau
ditingkatkan unjuk
kerjanya, atau
dipelihara/dirawat oleh
penyedia layanan
Reparasi computer,
Pencucian mobil
Non-goods services Layanan personal
bersifat intangible
(tidak berbentuk
produk fisik)
ditawarkan kepada
pelanggan.
Pemandu wisata,
dosen, pelatih renang
3.
Keterampilan
Penyedia
layanan
Jasa
professional
Layanan
spesifik yang
biasanya
menuntut
tingkat
pendidikan
formal
tertentu dari
para penyedia
layanan
Dokter,
Psikolo,
Notaris
Jasa non-
profesional
Layanan yang
tidak
membutuhkan
kualifikasi
akademik atau
Tukang parker,
pengangkut
sampah
4. Tujuan
Organisasi
Jasa
Profit
services
Jasa yang
mengejar
laba sebagai
salah satu
tujuan
utamanya
Hotel, bank
swasta
Non profit
services
Jasa yang
tujuan
utamanya
bukanlah
mengejar
laba
Yayasan
social, kantor
pelayanan
pajak
5. Regulasi Regulated
services
Jasa yang
diatur
secara
secara ketat
oleh
peraturan
perundang-
undangan
Jasa
penerbanga
n, Stasiun
TV
Non
Regulated
Services
Jasa yang
relattif lebih
longgar
regulasinya
Catering,
pondokan
6.
Tingkat
Intensit
as
Karyawa
n
Equipment
based
services
Layanan yang
mengandalka
n peralatan
atau mesin
semi otomatis
maupun
otomatis
Mesin ATM,
Cuci mobil
otomatis
People based
services
Layanan yang
mengandalkan
tenaga manusia
Konsultan
manajemen,
Dokter gigi
7. Tingkat
Kontak
Penyedia
Layanan dan
Pelanggan
High contact
services
Layanan yang
tingkat kontak
antara
penyedia
layanan dan
pelanggan
tergolong
tinggi
Universitas,
Rumah sakit
Low contact
services
Layanan yang
tingkat interaksi
antara penyedia
layanan dan
pelanggan
tergolong
minim
Bioskop, Jasa
8. Manfaat
Bagi
Konsumen
For
consumer
services
Layanan yang
dimanfaatkan
sebagai sarana
mencapai
tujuan tertentu
Pegadaian,
Restoran
To
consumer
services
Layanan yang
ditujukan
kepada
konsumen
Universitas,
tempat
ibadah
Budaya Pelayanan
4 Tipe Budaya Pelayanan
Perhatian
Terhadap
Hubungan
Antar
Manusia
Caring Integrative
Apathetic exacting
Perhatian Terhadap Kinerja
Apathetic Culture
Dalam tipe ini perhatian anggota organisasi terhadap
hubungan antar manusia maupun perhatian terhadap
kinerja pelaksanaan tugas, dua-duanya rendah. Disini
penghargaan diberikan terutama berdasarkan
permainan politik dan pemanipulasian orang-orang
lain.
Caring Culture
Budaya organisasi seperti ini dicirikan oleh rendahnya
budayua perhatian yterhadap kinerja dan tingginya
perhatian terhadap hubungan antar manusia.
Penghargaan lebih didasarkan atas kepaduan tim dan
harmoni, dan bukan didasarkan atas kinerja
pelaksanaan tugas.
Exacting Culture
Perhatian terhadap orang sangat rendah, tetapi
perhatian terhadap kinerja sangat tinggi. Disini secara
ekonomis, penghargaan sangat memuaskan tetapi
hukuman atas kegagalan yang dilakukan juga sangat
berat. Dengan demikian tingkat keamanan pekerjaan
menjadi sangat rendah.
Integrative Culture
Perhatian terhadap orang maupun perhatian terhadap
kinerja keduanya sangat tinggi.
Budaya organisasi publik di
Indonesia
 Lebih mementingkan kepentingan pimpinan ketimbang
kepentingan klien atau pengguna jasa.
 Lebih merasa sebagai abdi negara daripada abdi
masyarakat.
 Meminimalkan resiko dengan cara menghindari inisiatif.
 Menghindari tanggung jawab.
 Menolak tantangan.
 Tidak suka berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
organisasi pelayanan
 Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:460)
mendefinisikan budaya kinerja sebagai suatu situasi
kerja yang memungkinkan semua karyawan dapat
melaksanakan semua pekerjaan dengan cara terbaik
yang dapat dilakukannya.
10 semangat kewirausahaan disampaikan oleh Osborne dan
Gaebler (1993: 14) yaitu:
 Mengarahkan ketimbang mengayuh
 Memberi wewenang kepada masyarakat
 Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan
 Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi
ketimbang oleh peraturan
 Lebih berorientasi pada hasil, bukan input
 Berorientasi pelanggan, bukan birokrasi
 Berorientasi wirausaha
 Bersifat antisipatif
 Menciptakan desentralisasi
 Berorientasi pada pasar
Nilai-nilai dasar budaya kerja menurut Kepmenpan No 25 Tahun
2002 terdiri dari:
 Komitmen dan konsistensi.
 Wewenang dan Tanggungjawab.
 Keikhlasan dan kejujuran.
 Integritas dan profesionalisme.
 Kreativitas dan kepekaan.
 Kepemimpinan dan keteladanan.
 Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja.
 Ketepatan dan kecepatan.
 Rasionalitas dan kecerdasan emosi.
 Keteguhan dan ketegasan.
 Disiplin dan keteraturan kerja
 Keberanian dan kearifan.
 Dedikasi dan loyalitas.
 Semangat dan motivasi.
 Ketekunan dan Kesabaran.
 Keadilan dan Keterbukaan.
 Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
yang dikembangkan oleh BPKP
 Profesionalisme, meliputi:
 Komitmen dan konsistensi (terhadap visi, misi, dan
tujuan organisasi)
 Wewenang dan tanggung jawab
 Integritas dan profesionali
 Ketepatan/keakurasian dan kecepatan
 Disiplin dan keteraturan kerja
 Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Kerjasama, meliputi:
 Kepemimpinan dan keteladanan
 Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja
 Keteguhan dan ketegasan
 Semangat dan motivasi
 Keserasian keselarasan dan keseimbangan, meliputi:
 Keikhlasan dan kejujuran
 Kreativitas dan kepekaan/sensitivitas (terhadap
lingkungan tugas)
 Rasionalitas dan kecerdasan emosi
 Ketekunan dan kesabaran
 Keberanian dan kearifan (dalam mengambil keputusan
dan menangani konflik)
 Dedikasi dan loyalitas
Pengembangan Sistem Pelayanan Yang Berorientasi
Pada Kepentingan Pelanggan
Konsep dan Teori
Manajemen
Pelayanan
Perspektif
Providers Customers
Momen kritis dari
Albrecht dan
Bradford (1990)
*
Lingkaran pelayanan
dari Albrecht dan
Bradford (1990)
*
Model segitiga
pelayanan dari
Albert dan Zemke
(1990)
*
Perbandingan Dua Perspektif Teori
Manajemen Pelayanan
Konsep dan
Teori
Manajemen
Pelayanan
Perspektif
Providers Customers
Kepmenpan No.
63 tahun 2004
 Asas pelayanan
 Prinsip
pelayanan
 Standar
pelayanan
 Pola pelayanan
* *
Konsep dan Teori
Manajemen Pelayanan
Perspektif
Providers Customers
Sebelas prinsip dari Viljoen
(1997)
 Identifikasi kebutuhan
konsumen
 Pelayanan terpadu
 System yang
mendukung
 Semua karyawan
bertanggungjawab atas
pelayanan
 Tangani keluhan
 Terus berinovasi
 Karyawan sama
pentingnya dengan
konsumen
 Tegas dan ramah
terhadap konsumen
 Interaksi khusus dengan
pelanggan
 Kontrol kualitas
*
Konsep dan Teori
Manajemen
Pelayanan
Perspektif
Providers Customers
Gap model dari
Zeithaml, Parasuman
dan Berry (1990:46)
 Gap persepsi
manajemen
 Gap persepsi kualitas
 Gap penyelenggaraan
pelayanan
 Gap komunikasi
pasar
 Gap kualitas
pelayanan
*
Teori “Exit” dan “Voive”
dari Albert Hirrschman
(dikutip Jones, 1994)
*
Citizen’s Charter * *
 Albrecht dan Bradford (1990:30) mendefinisikan Momen
kritis pelayanan (moment of truth) sebagai kontak yang
terjadi antara konsumen dengan setiap aspek organisasi
yang akan membentuk opini konsumen tentang kualitas
pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.
 Selanjutnya Albrecht dan Bradford (1990) menyatakan
bahwa harus ada kesesuaian atau kompatibilitas antara
tiga factor dalam pengelolaan moment of truth.yaitu:
Konteks pelayanan
Referensi yang dimiliki oleh konsumen
Referensi yang dimiliki oleh anggota organisasi
penyelenggara pelayanan
Momen Kritis Pelayanan
 Lingkaran pelayanan adalah serangkaian momewn
kritis pelayanan yang dialami oleh konsumen ketika
memanfaatkan jasa layanan. Konsep lingkaran
pelayanan ini akan membantu kita
mengidentifikasikan momen-momen kritis pelayanan
yang harus dikelola secara professional.
 Penerapan konsep lingkaran pelayanan ini dapat
dilakukan untuk kepentingan survey sederhana atas
kepuasan pelanggan dan metode untuk
mengidentifikasikan sumber-sumber ketidakpuasan
pelanggan.
Lingkaran Pelayanan (The Cycles of
Services)
 Teori “Exit” dan “Voice” menyatakan bahwa kinerja
pelayanan publik dapat ditingkatkan apabila ada
mekanisme “exit” dan “voice”.
 Mekanisme “exit” berarti bahwa jika pelayanan publik
tidak berkualitas maka konsumen/klien harus memiliki
kesempatan untuk memilih lembaga penyelenggara
pelayanan publik yang disukainya.
 Mekanisme “voice” berarti adanya kesempatan untuk
mengungkapkan ketidakpuasan kepada lembaga
penyelenggara pelayanan publik.
Teori Exit dan Voice
 Mekanisme “Exit” biasanya terhambat oleh beberapa factor
seperti:
 Kekuatan pemaksa dari negara
 Tidak adanya lembaga penyelenggara pelayanan publik
alternatif
 Tidak adanya biaya untuk menciptakan lembaga
penyelenggara pelayanan publik alternatif
 Mekanisme “Voice” tidak efektif karena;
 Pengetahuan dan kepercayaan terhadap mekanisme yang ada
 Aksesibilitas serta biaya untuk mempergunakan mekanisme
tersebut.
 Teori “Exit” dan “Voice” ini sejalan dengan teori
politik klasik yang menyatakan bahwa kekuasaan
cenderung untuk korup atau disalahgunakan,
sedangkan kekuasaan yang absolut sudah pasti akan
disalahgunakan (Lord Acton dalam Budiardjo,
1983:99). Dengan demikian untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik diperlukan
adanya kesetaraan posisi tawar antara
konsumen/klien dengan lembaga penyelenggara
pelayanan.
 Secara teoritis kesetaraan posisi tawar ini akan
dapat dicapai dengan cara:
 Meningkatkan posisi tawar klien/konsumen, atau
memberdayakan klien.
 Mengontrol kewenangan/kekuasaan lembaga
penyelenggara pelayanan publik.
 Customer’s charter
Merupakan suatu dokumen yang didalamnya diatur
tentang hak-hak dan kewajiban yang melekat baik
dalam diri providers, maupun yang melekat di dalam
diri customers, serta sangsi bagi kedua pihak tersebut
apabila tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah
ditetapkan.
 Customer’s service standard
Merupakan standar pelayanan yang melekat dalam
suatu jenis pelayanan umum tertentu.
 Customer redress
Merupakan pemberian ganti rugi kepada customers,
apabila pelayanan umum yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan tidak sesuai dengan
ketentuan yang ada baik dalam customers charter
maupun dalam customers service standard.
 Quality guarantees
Merupakan suatu jaminan yang diberikan oleh
instansi pemerintah atau penyelenggara pelayanan
umum bahwa pelayanan umum yang
diselenggarakannya pasti memenihi standar tertentu.
 Quality inspectors
Merupakan suatu jabatan dimana tugas, kewenangan,
dan tanggung jawabnya adalah memeriksa dan
memastikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh
instansi pemerintah atau penyelenggara pelayanan
yang diberikan oleh instansi pemerintah atau
penyelenggara pelayanan benar-benar telah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
 Customer complaint system
Merupakan system penanganan keluahan yang
efektif. Sehingga customers tidak merasa segan untuk
menyampaikan keluhannya karena customers tahu
pasti bahwa pengaduan itu pasti akan ditindaklanjuti.
 Ombudsmen
Merupakan lembaga pengawas independen, yaitu suatu
lembaga yang tugas, kewenangan, dan tanggungjawabnya
adalah untuk melakukan pengawasan dan penilaian
terhadap pelaksanaan pelayanan umum dan melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap tindakan yang
dilakukan oleh seorang pejabat pemerintah dalam
kaitannya dengan penyelenggara pelayanan umum.
 Competitive public choice systems
Customers diberikan kesempatan untuk memilih
providers yang disukainya, karena ada beberapa providers
yang memberikan pelayanan umum yang sejenis yang
saling bersaing dalam penyelenggara pelayanan umum
yang berkualitas.
 Vouchers and reimbursement programs
Dimaksudkan untuk memberikan pilihan kepada
customers dalam memilih providers yang disukainya.
Voucher adalah semacam kupon yang diberikan
kepada warga masyarakat yang dianggap berhak atau
memenuhi persyaratan tertentu untuk ditukar
dengan jenis pelayanan umum tertentu di salah satu
penyelenggara pelayanan umum yang dipilih oleh
customers. Reimbursement adalah program
penggantian sejumlah uang, dimana customers
terlebih dahulu membayar pelayanan umum yang
dipakainya, kemudian kuitansi pembayarannya
dimintakan ganti kepada pihak tertentu yang
seharusnya bertanggungjawab untuk membayar biaya
pelayanan tersebut.
 Customer information system and brokers
Suatu lembaga yang dibentuk dengan tugas,
kewenangan, dan tanggung jawab untuk
menghimpun dan menyediakan informasi kepada
masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pelayanan umum.
 Competitive bidding
Ketentuan bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan
tertentu yang terkait dengan penerimaan sejumlah
uang, para providers harus bersaing karena adanya
system pelelangan.
 Competitive benchmarking
Agar didapatkan pelayanan umum yang berkualitas,
setiap providers harus melakukan perbandingan
dengan providers lain yang menyelenggarakan
pelayanan umum yang sejenis, sehingga diketahui
kelebihan dan kekurangan yang melekat dalam
dirinya, dan dapat dilakukan perbaikan dengan
segera.
 Privatization
Sebagian dari proses penyelenggara pelayanan umum
diserahkan kepada pihak swasta, sehingga customers
memiliki beberapa pilihan.
 Sistem penggajian berdasarkan prestasi
Dalam system ini gaji yang diberikan kepada pegawai
dikaitkan dengan prestasi kerjanya, khususnya dalam
hal penyelenggaraan pelayanan umum.
 Sistem kerja berdasarkan kontrak
Pegawai dipekerjakan dengan system kontrak
sehingga dapat dilakukan evaluasi secara periodic.
 Sistem evaluasi prestasi kerja 360o
Dalam system penilaian 360o ini masyarakat
pengguna jasa pelayanan umum juga dilibatkan
sebagai penilai prestasi pegawai.
 Albert dan Zemke mengemukakan bahwa organisasi
yang bergerak di bidang pelayanan yang sangat
berhasil memiliki tiga kesamaan, yaitu:
disusunnya strategi pelayanan yang baik
orang di garis depan yang berorientasi pada
pelanggan/ konsumen
system pelanggan yang ramah.
Model Segitiga pelayanan
Zeithaml, Prasuraman, dan Berry mengemukakan
bahwa manajemen pelayanan yang baik tidak bias
diwujudkan karena adanya lima gap yaitu:
 Gap 1 (gap persepsi manajemen). Ini terjadi apabila
terdapat perbedaan antara harapan-harapan
konsumen dengan persepsi manajemen terhadap
harapan-harapan konsumen, terjadi karena factor-
faktor sbb:
◦ kurangnya riset pemasaran dan tidak dimanfaatkannya riset
pemasaran.
◦ Kurang efektifnya komunikasi ke atas dio dalam organisasi
penyelenggara pelayanan.
◦ Terlalu banyaknya tingkatan manajemen.
Gap Model
Gap 2 (gap persepsi kualitas). Ini akan
terjadi apabila terdapat perbedaan antara
persepsi manajemen tentang harapan-
harapa konsumen dengan spesifikasi
kualitas pelayanan yang dirumuskan,
disebabkan oleh factor-faktor sbb:
◦ Lemahnya komitmen manajemen
terhadap kualitas pelayanan.
◦ Tidak tepatnya persepsi terhadap
feasibilitas.
◦ Tidak tepatnya standarisasi tugas
◦ Kurang tepatnya perumusan tujuan
Gap 3 (gap penyelenggaraan pelayanan). Ini
terjadi jika pelayanan yang diberikan
berbeda dengan spesifikasi kualitas
pelayanan yang telah dirumuskan, timbul
karena:
◦ Adanya ketidakjelasan peran.
◦ Adanya konflik peran
◦ Tidak cocoknya karakteristik pekerja
dengan pekerjaan
◦ Tidak tepatnya system pengawasan
◦ Lemahnya kontrol
◦ Lemahnya kekompakan tim
 Gap 4 (gap komunikasi pasar). Ini terjadi akibat
adanya perbedaan antara pelayanan yang
diberikan dengan komunikasi eksternal terhadap
konsumen, terjadi karena:
◦ Kurangnya komunikasi horizontal
◦ Adanya kecenderungan untuk mengobral janji
 Gap 5 (gap kualitas pelayanan). Ini terjadi karena
pelayanan yang diharapkan oleh konsumen tidak
sama dengan pelayanan yang senyatanya diterima
atau dirasakan oleh konsumen, terjadi sebagai
akibat dari akumulasi empat macam gap tersebut
di atas.
 Strategi pelayanan
 Petugas/pejabat yang berorientasi kepada klien
 Sistem pelayanan yang berorientasi pada klien
 Komitmen manajemen
 Perumusan tujuan organisasi
 Standarisasi tugas
 Kepaduan tim
 Kesesuaian orang-pekerjaan
 Kesesuaian teknologi-pekerjaan
 Realitas kontrol
 Kejelasan peran
 Konflik peran
 Tingkatan manajemen
factor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pelayanan
Pengukuran Kinerja Pelayanan
Indikator Kinerja pelayanan
• McDonald & Lawton (1977): Output oriented measures
throughput, efficiency, effectiveness.
– Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara
masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan
pelayanan publik.
– Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target,
sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
• Salim & Woodward (1992): Economy, Efficiency,
Effectiveness.Equity
– Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang
sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan
publik.
– Efficiensy atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran
dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
– Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi.
– equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan
dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.
• Levinne (1990): Responsiveness, Responsibility,
Accountability
– Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya
tanggap providersb terhadap harapan, keinginan dan aspirasi
serta tuntutan customers.
– Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan
publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
– Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal
yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders,
seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
• Zeithaml, Parasuman & Berry (1990): Tangibles, Reliability,
Responsiveness, Assurance, Emphaty
– Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari
gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki
oleh providers.
– Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat,
– Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong
customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
– Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para
pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan
kepada customers.
– Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan
oleh providers kepada customers.
UU No 25/2009 : Asas pelayanan publik
 Kepentingan Umum
 Kepastian Hukum
 Kesamaan Hak
 Keseimbangan Hak dan Kewajiban
 Keprofesionalan
 Partisipatif
 Persamaan Perlakuan/Tidak diskriminatif
 Keterbukaan
 Akuntabilitas
 Fasilitas danPerlakuan Khusus Bagi Kelompok Rentan
 Ketepatan waktu
 Kecepatan,Kemudahan dan Keterjangkauan
• Kepmenpan No. 63 tahun 2004: Prinsip Pelayanan Publik
– Kesederhanaan
– Kejelasan
– Kepastian waktu
– Akurasi
– Keamanan
– Tanggungjawab
– Kelengkapan sarana dan prasarana
– Kemudahan akses
– Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
– Kenyamanan
 Kepmenpan No. 63 tahun 2004: standar pelayanan
publik
 Prosedur pelayanan
 Waktu penyelesaian
 Biaya pelayanan
 Produk pelayanan
 Sarana dan prasarana
 Kompetensi petugas pemberi pelayanan
• Gibson, Ivancevich & Donnelly (1990):
– Kepuasan, artinya seberapa jauh organisasi dapat memenuhi
kebutuhan anggotanya.
– Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan
masukan.
– Produksi adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan
organisasi untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan
oleh lingkungan.
– Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya
tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi
di lingkungannya.
– Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan
kemampuan dan tanggungjawab organisasi dalam
memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang.
Tabel Perbandingan Indikator Pelayanan Publik
Pakar Indikator
Berorientasi hasil Berorientasi
proses
McDonald &
Lawton (1977)
 Efficiency
 Effectiveness
Salim &
Woodward (1992)
 Economy
 Efficiency
 Effectiveness
 Equity
Levinne (1990)  Responsiveness
 Responsibility
 Accountability
Pakar Indikator
Berorientasi hasil Berorientasi
proses
Kepmenpan No.
63 tahun 2004:
standar pelayanan
publik
 Waktu
penyelesaian
 Biaya
pelayanan
 Produk
pelayanan
 Prosedur
pelayanan
 Sarana dan
prasarana
 Kompetensi
petugas
pemberi
pelayanan
Zeithaml,
Parasuman &
Berry (1990):
 Tangibles  Reliability
 Responsiveness
 Assurance
 Emphaty
Pakar Indikator
Berorientasi hasil Berorientasi proses
Kepmenpan No. 63
tahun 2004
 Kepastian waktu
 Akurasi
 Kesederhanaan
 Kejelasan
 Keamanan
 Keterbukaan
 Tanggungjawab
 Kelengkapan sarana
prasarana
 Kenyamanan
 Kedisiplinan,
kesopanan dan
keramahan
 Kemudahan akses
a. Gibson, Ivancevich &
Donnelly (1990):
 Kepuasaan
 Efisiensi
 Produksi
 Perkembangan
 Keadaptasian
 Kelangsungan hidup
By.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si.
Pengertian
 Roger (1995:157) mendefinisikan kualitas
sebagai kecocokan penggunaan yang artinya
barang atau jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan.
 Crosby dalam Nasution (2004:41) kualitas
adalah conformance to requirement yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan,
bila suatu produk memiliki kualitas apabila
sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan dengan meliputi bahan baku,
proses produksi, dan produk jadi.
 Garvin dan davis dalam Nasution (2004:41)
menyatakan, bahwa kualitas adalah kondisi
dinamis lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan.
 Kotler (1985:352) menyatakan pelayanan
yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat
diberikan dari satu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya tidak berwjud
(intangible) dan tidak berakibat pemilikan
sesuatu.
 Sugiarto (2002:216) pelayanan adalah upaya
maskimal yang diberikan oleh perygas pelayanan
dari sebuah perusahaan industri untuk memenuhi
harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga
tercapai kepuasan.
 Kep/25M.PAN/2/2004 pelayanan publik adalah
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan publik
sehingga upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Nasution (2004:47), kualitas pelayanan adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan pelanggan.
 Kesimpulannya bahwa kualitas pelayanan yaitu
segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara
maksimal yang diberikan perusahaan dengan
segala keunggulan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan demi memenuhi harapan
pelanggan.
4 Hal Yang Harus Diperhatikan
dalam TQS
1. Berfokus pada pelanggan
Mengidentifikasi pelanggan
Mengidentifikasi keinginan,
kebutuhan dan harapan pelanggan.
2. Keterlibatan Total
3. Keterukuran
4. Perbaikan berkesinambungan
5 Elemen Kunci
Excellent Cuctomer Service
1. Reliabilitas
aspek ini mencerminkan kemampuan untuk
memberikan apa yang dijanjikan dengan andal dan
tepat serta akurat.
untuk memberikan reliabilitas, maka langkah yang
harus dilakukan adalah:
 Identifikasi kebutuhan pelanggan dengan benar.
 Janjikan hanya yang dapat diberikan.
 Tindaklanjuti untuk memastikan bahwa produk
dan service telah diberikan sesuai dengan janji.
2. Assurance
Aspek ini mencerminkan kemampuan untuk
memberikan sesuatu yang dapat dipercaya
(terjamin keandalannya).
Strategi untuk mengembangkan assurance
adalah memberikan layanan yang asertif
dengan menggunakan teknik komunikasi
yang positif dan menjelaskan produk dan
service secara cepat.
3. Tangibel
Aspek ini berkaitan dengan fasilitas
fisik/peralatan serta penampilan personal
dari penyedia layanan.
Strategi tindakan yang dilakukan adalah
menjaga ruang kerja (apalagi yang langsung
berhubungan dengan pelanggan) agar tetap
rapi, susun barang-barang dengan teratur dan
berpakaian secara profesional.
4. Empati
Aspek ini berkaitan dengan tingkat kepedulian
dan perhatian individu yang diberikan kepada
pelanggan.
Strategi tindakan ini adalah
 Mendengarkan secara aktif pesan yang
disampaikan pelanggan.
 Menempatkan diri kita dalam posisi mereka.
 Merespon secara tepat guna menjawab
keinginan yang menjadi perhatian mereka.
5. Responsif
Aspek ini mencerminkan kemampuan
untuk membantu pelanggan dan
memberikan layanan yang
cepat/responsif.
Agar mampu bersikap responsif, maka kita
perlu menampilkan sikap positif atau “can
do attitude”. Serta mengambil langkah
dengan segera untuk membantu
pelanggan, dan memenuhi kebutuhan
By.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si.
Matrik Penilaian Pelayanan
Tingkat Kesulitan
Produsen di dalam
mengevaluasi
kualitas
Tingkat kesullitan
pengguna didalam
mengevaluasi kualitas
Rendah Tinggi
Rendah Mutual
Knowledge
Producer
Knowledge
Tinggi Consumer
Knowledge
Mutual
Ignorance
Hakekat Pelayanan Umum
1. Meningkatkan mutu produktivitas pelaksanaan
tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang
pelayanan umum.
2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata
laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat
diselenggarakan secara berdayaguna dan
berhasilguna.
3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan
peran serta masyarakat dalam pembangunan serta
dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
luas.
Unsur-Unsur Dasar
Pelayanan Publik
1. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun
pelayanan umum harus jelas dan diketahui
secara pasti oleh masing-masing pihak.
2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum
harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan
dan kemampuan masyarakat untuk membayar
berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku dengan tetap berpegang teguh
pada efisiensi dan efektivitas.
3. Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum
harus diupayakan agar dapat memberi keamanan
, kenyamanan, kepastian hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan
oleh pemerintah terpaksa harus mahal, maka
instansi pemerintah yang bersangkutan
berkewajiban memberi peluang kepada
masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya.
Kendala Dalam Pelayanan
Publik
1. Tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh
masyarakat.
2. Pemberian ukuran yang salah dalam pelayanan
masyarakat.
3. Keliru penampilan diri dalam pelayanan publik itu
sendiri.
4. Ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan atau
pengobralan.
7 Hal yang harus dihindari oleh
pemerintah dalam pelayanan
publik
1. Apatis
2. Menolak berurusan
3. Bersikap dingin
4. Memandang rendah
5. Bekerja bagaikan robot
6. Terlalu ketat pada prosedur
7. Seringnya melempar urusan kepada pihak lain.
Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan
Pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang
berlarut-larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai
akuntabilitas dan
integritas institusi penyelenggara;
i.tidak membocorkan informasi atau
dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang
tepat untuk
menghindari benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan
prasarana
serta fasilitas pelayanan publik;
Penyebab buruknya kualitas pelayanan publik
pada birokrasi pemerintah
 Gaji rendah
 Sikap mental aparat pemerintah
 Kondisi ekonomi buruk pada umumnya.
1. tidak memberikan informasi yang
salah atau
menyesatkan dalam menanggapi
permintaan
informasi serta proaktif dalam
memenuhi
kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi,
jabatan,
dan/atau kewe~langany ang dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. tidak menyimpang dari prosedur.
 Kualitas layanan publik dapat diketahui
dengan cara membandingkan persepsi para
pelanggan (masyarakat) atas pelayanan
yang sesungguhnya mereka inginkan.
Apabila pelayanan dalam prakteknya yang
diterima oleh masyarakat sama dengan
harapan atau keinginan mereka, maka
pelayanan tersebut sudah dikatakan
memuaskan.
Terciptanya kepuasan pelanggan dapat
memberikan berbagai manfaat,
diantaranya hubungan antara
pelanggan dan pemberi layanan
menjadi harmonis, sehingga
memberikan dasar yang baik bagi
terciptanya loyalitas pelanggan,
membentuk suatu rekomendasi dari
mulut ke mulut (word of mouth).
Transparansi dan Akuntabilitas Pelayanan
Kebijakan pemerintah untuk
mengembangkan transparansi dan
akuntabilitas pelayanan diatur dalam
Kepmenpan
No.KEP/26/M.PAN/2/2004 tanggal 24
Februari 2004 tentang petunjuk teknis
transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Latar belakang kebijakan ini karena
buruknya budaya kinerja pelayanan
publik yang antara lain belum
dilaksanakannya transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
Transparansi penyelenggaraan
pelayanan publik merupakan
pelaksanaan tugas dan kegiatan yang
bersifat terbuka bagi masyarakat dari
proses kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan dan
pengawasan/pengendaliannya, serta
mudah diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan informasi.
penyelenggaraan
pelayanan publik meliputi:
a. Manajemen dan penyelenggaraan
pelayanan publik
Transparansi terhadap manajemen dan
penyelenggaraan pelayanan publik
meliputi kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan dan
pengawasan/pengendalian oleh
masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat
diinformasikan dan mudah diakses oleh
masyarakat.
b. Prosedur pelayanan
Merupakan rangkaian proses atau tata kerja
yang berkaitan satu sama lain, sehingga
menunjukkan adanya tahapan secara jelas
dan pasti serta cara-cara yang harus
ditempuh dalam rangka penyelesaian
sesuatu pelayanan, serta diwujudkan dalam
bentuk bagan alir (flow chart) yang
dipampang dalam ruangan pelayanan.
Bagan alir berfungsi sebagai:
• Petunjuk kerja bagi pemberi pelayanan
• Informasi bagi penerima pelayanan
• Media publikasi secara terbuka pada semua unit kerja
pelayanan mengenai prosedur pelayanan kepada
penerima pelayanan.
• Pendorong terwujudnya system dan mekanisme kerja
yang efektif dan efisien.
• Pengendali (control) dan acuan bagi masyarakat dan
aparat pengawasan untuk melakukan
penilaian/pemeriksaan terhadap konsistensi
pelaksanaan kerja.
Bagan alir berisi:
Persyaratan teknis dan administrative
pelayanan
Rincian biaya pelayanan
Waktu penyelesaian pelayanan
Pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab
Yang harus diperhatikan oleh
pejabat pemberi layanan:
– Aspek psikologi dan komunikasi, serta prilaku melayani
– Kemampuan melaksanakan empati terhadap penerima
pelayanan, dan dapat menerima keluhan penerima
pelayanan menjadi senyuman
– Menyeleraskan cara penyampaian layanan melalui nada,
tekanan, kecepatan suara, sikap tubuh, mimik dan
pandangan mata.
– Mengenal siapa dan apa yang menjadi kebutuhan
penerima pelayanan.
c. Lokasi pelayanan
d. Janji pelayanan
e. Standar pelayanan public
f. Informasi pelayanan
Akuntabilitas pelayanan public
• Akuntabilitas kinerja pelayanan
public
• Akuntabilitas biaya pelayanan
public
• Akuntabilitas produk pelayanan
public
Akuntabilitas kinerja pelayanan public
– Dapat dilihat berdasarkan proses yang meliputi tingkat
ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan
sarana dan prasarana, kejelasan aturan dan kedisiplinan.
– Harus sesuai dengan standar atau janji/pelayanan yang
ditetapkan.
– Harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka baik
kepada publik maupun atasan atau pimpinan unit
pelayanan instansi pemerintah.
– Diberikan kompensasi apabila terjadi penyimpangan
terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan.
– Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi
kerugian dalam pelayanan publik.
Akuntabilitas biaya pelayanan public
Biaya pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Pengaduan masyarakat yang terkait
dengan biaya pelayanan harus
ditangani oleh petugas yang
berwenang.
Akuntabilitas produk pelayanan public
 Persyaratan teknis dan administratif harus
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari
segi kualitas dan keabsahan produk
pelayanan.
 Prosedur dan mekanisme kerja harus
sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
 Produk pelayanan diterima dengan benar,
tepat, dan sah.
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
Indeks kepuasan masyarakat
• Untuk mengukur tingkat transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik,
digunakan pengukuran melalui indeks kepuasan
masyarakat.
• IKM adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas
pendapat masyarakat dalam memperoleh
pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan
publik dengan membandingkan antara harapan
dan kebutuhannya.
Dasar Hukum
 Kebijakan pemerintah untuk
mengembangkan Indeks Kepuasan
Masyarakat dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pelayanan diatur di dalam
Kepmenpan No. KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang pedoman umum penyusunan
indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan
instansi pemerintah.
Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik,
sebagaimana diamanatkan dalam UU
RI no. 25 tahun 2000 tentang
PROPENAS perlu disusun IKM sebagai
tolak ukur untuk menilai tingkat
kualitas pelayanan.
IKM sebagai bahan penilaian terhadap
Maksud dan Tujuan
Pedoman penyusunan IKM sebagai
acuan bagi unit pelayanan instansi
pemerintah dalam menyusun IKM,
dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat kinerja unit pelayanan secara
berkala sebagai bahan untuk
menetapkan kebijakan dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan publik
selanjutnya.
Ruang Lingkup
Pesoman umum ini diterapkan
terhadap seluruh unit pelayanan
instansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
sebagai instrumen penilaian dan
evaluasi kinerja pelayanan publik di
lingkungan instansi masing-masing.
Manfaat
 Diketahui kelemahan dari masing-masing
unsur dalan penyelenggaraan pelayanan
publik
 Diketahui kinerja penyelenggaraan
pelayanan yang telah dilaksanakan oleh unit
pelayanan publik secara periodik
 Sebagai bahan penetapan kebijakan yang
perlu diambil dan upaya yang perlu
dilakukan
 Diketahui IKM secara menyeluruh terhadap
hasil pelaksanaan pelayanan publik pada
lingkup pemerintah pusat dan daerah.
 Memacu persaingan positif, antar unit
penyelenggara pelayanan pada pemerintah
pusat dan daerah dalam upaya peningkatan
kinerja pelayanan.
 Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran
tentang kinerja unit pelayanan.
Langkah-Langkah Persiapan
Penyusunan IKM
Penetapan Pelaksana
Penyiapan Bahan
Penetapan responden, Lokasi dan
Waktu Pengumpulan Data
Penyusunan Jadwal
Unsur minimal IKM:
– Prosedur pelayanan
– Persyaratan pelayanan
– Kejelasan petugas pelayanan
– Kedisiplinan petugas pelayanan
– tanggungjawab petugas pelayanan
– Kemampuan petugas pelayanan
– Kecepatan pelayanan
– Keadilan mendapatkan pelayanan
– Kesopanan dan keramahan petugas
– Kewajaran biaya pelayanan
– Kepastian biaya pelayanan
– Kepastian jadwal pelayanan
– Kenyamanan lingkungan
– Keamanan pelayanan
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Dasar Hukum
 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
100/757/OTDA Tahun 2002, kemudian diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2005.
Definisi
 Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal.
Indikator SPM
Tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran
yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM
tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau
manfaat pelayanan.
Prinsip-Prinsip SPM
 SPM disusun sebagai alat pemerintah dan
pemerintahan daerah untuk menjamin akses dan
mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
 SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan
untuk seluruh pemerintah daerah propinsi dan
pemerintah daerah kab/kota.
Penerapan SPM oleh pemerintah daerah merupakan
bagian dari penyelenggaraan dasar nasional.
SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur,
terbuka, terjangkau dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu
pencapaian.
SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan,
prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan
daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil
daerah dalam bidang yang bersangkutan.
SPM Nasional Bidang Kesehatan
(Indonesia Sehat 2010)
1. Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil
akhir, yang terdiri atas indikator-indikator
mortalitas, morbiditas dan status gizi.
2. Indikator hasil antara yang terdiri atas indikator-
indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup
masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan.
 Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas
indikator-indikator pelayanan kesehatan, sumber daya
kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi
sektor-sektor terkait.
SPM RSUD
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
2. Manajemen Rumah Sakit (SDM, Keuangan, sarana
prasarana/alat untuk mendukung pelayanan,
perencanaan administrasi, mutu, manajemen sistem
informasi rumah sakit.
3. Pelayanan medik (rawat jalan, rawat inap, pelayanan
penunjang)

More Related Content

Similar to Pelayanan publik 1-14.ppt

Pola pikir asn1
Pola pikir asn1Pola pikir asn1
Pola pikir asn1hadiarnowo
 
Customer relationship management
Customer relationship managementCustomer relationship management
Customer relationship managementNurcahyani Dewi
 
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxMateri Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxmatys1395
 
Definisi kualitas
Definisi kualitasDefinisi kualitas
Definisi kualitasantokcmk
 
konsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasakonsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasabrooks44
 
PELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptx
PELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptxPELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptx
PELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptxalweiuw
 
manajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasa
manajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasamanajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasa
manajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasaCn Beng
 
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & BudayaSilahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budayamatys1395
 
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki    AKPER PEMKAB MUNA Mutu asuhan keperawatan rangki    AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Produk jasa || pemasaran_jasa_.pptx
Produk jasa || pemasaran_jasa_.pptxProduk jasa || pemasaran_jasa_.pptx
Produk jasa || pemasaran_jasa_.pptxNitaAzkiya1
 
MANAJEMEN OPERASI.pptx
MANAJEMEN OPERASI.pptxMANAJEMEN OPERASI.pptx
MANAJEMEN OPERASI.pptxPasaribuCan
 
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki  AKPER PEMKAB MUNAMutu asuhan keperawatan rangki  AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 
Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...
Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...
Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...Rizhul Ramadhan
 
MATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.ppt
MATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.pptMATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.ppt
MATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.pptnurinurjanah
 

Similar to Pelayanan publik 1-14.ppt (20)

Pola pikir asn1
Pola pikir asn1Pola pikir asn1
Pola pikir asn1
 
Pengantar Bisnis 8.ppt
Pengantar Bisnis 8.pptPengantar Bisnis 8.ppt
Pengantar Bisnis 8.ppt
 
Customer relationship management
Customer relationship managementCustomer relationship management
Customer relationship management
 
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxMateri Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
 
Tm 1,2
Tm 1,2Tm 1,2
Tm 1,2
 
MODUL 5.pptx
MODUL 5.pptxMODUL 5.pptx
MODUL 5.pptx
 
Riset pemasaran
Riset pemasaran Riset pemasaran
Riset pemasaran
 
Definisi kualitas
Definisi kualitasDefinisi kualitas
Definisi kualitas
 
konsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasakonsep pemasaran jasa
konsep pemasaran jasa
 
PELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptx
PELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptxPELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptx
PELAYANAN PUBLIK COMPLETE.pptx
 
manajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasa
manajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasamanajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasa
manajemen pemasaran Chapter 13 merancang dan mengelola jasa
 
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & BudayaSilahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
 
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki    AKPER PEMKAB MUNA Mutu asuhan keperawatan rangki    AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA
 
Produk jasa || pemasaran_jasa_.pptx
Produk jasa || pemasaran_jasa_.pptxProduk jasa || pemasaran_jasa_.pptx
Produk jasa || pemasaran_jasa_.pptx
 
MANAJEMEN OPERASI.pptx
MANAJEMEN OPERASI.pptxMANAJEMEN OPERASI.pptx
MANAJEMEN OPERASI.pptx
 
Mutu asuhan keperawatan rangki
Mutu asuhan keperawatan rangkiMutu asuhan keperawatan rangki
Mutu asuhan keperawatan rangki
 
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki  AKPER PEMKAB MUNAMutu asuhan keperawatan rangki  AKPER PEMKAB MUNA
Mutu asuhan keperawatan rangki AKPER PEMKAB MUNA
 
Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...
Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...
Sim p10, rizhul januar ramadhan, prof hapzi ali mm, kualitas produk dan jasa,...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
MATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.ppt
MATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.pptMATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.ppt
MATERI-PELAYANAN-PRIMA-ppt.ppt
 

Recently uploaded

Materi Pengelolaan Keuangan desa dan aset
Materi Pengelolaan Keuangan desa dan asetMateri Pengelolaan Keuangan desa dan aset
Materi Pengelolaan Keuangan desa dan asetMbahSantowaanCikeruh
 
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan BaratMasterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan BaratRyadhi EthniCitizen
 
permendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barang
permendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barangpermendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barang
permendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barangAli saepudin
 
Dashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptx
Dashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptxDashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptx
Dashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptxPututJokoWibowo
 
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi PublikInovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahPerencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahVinaDawatulAropah
 

Recently uploaded (6)

Materi Pengelolaan Keuangan desa dan aset
Materi Pengelolaan Keuangan desa dan asetMateri Pengelolaan Keuangan desa dan aset
Materi Pengelolaan Keuangan desa dan aset
 
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan BaratMasterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat
 
permendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barang
permendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barangpermendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barang
permendag-no-7-tahun-2024, terkait pembatasan impor barang
 
Dashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptx
Dashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptxDashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptx
Dashboard UPT 4.0 kolaborasi dengan pemda.pptx
 
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi PublikInovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
Inovasi Kebijakan dalam Administrasi Publik
 
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahPerencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 

Pelayanan publik 1-14.ppt

  • 2. KONSEPSI PELAYANAN  Crosby (1997:448) Pelayanan menurut Ivancevich, Lorenzy, Skinner dan Crosby (1997:448) adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dengan menggunakan peralatan.  (Gronroos, 1990:27) Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan
  • 3. Ciri Pelayanan  Tidak kasat mata  Melibatkan upaya manusia (karyawan) atau peralatan lain yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara pelayanan.
  • 4. Karakteristik produk (barang) dan pelayanan  Produk (Barang) 1. Konsumen memiliki objeknya 2. Tujuan pembuatan barang adalah keseragaman, semua barang adalah sama 3. Suatu produk atau baranmg dapat disimpan di gudang, sampelnya dapat dikirim ke konsumen 4. Konsumen adalah pengguna akhir yang tidak terlibat dalam proses produksi  Jasa Pelayanan 1. Konsumen memiliki kenangan 2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan adalah keunikan. 3. Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, ini tidak dapat disimpan digudang atau dikirimkan contohnya. 4. Konsumen adalah rekanan yang terlibat dalam proses produksi.
  • 5. 5. Kontrol kualitas dilakukan dengan cara membandingkan output dengan spesifikasinya. 6. Jika terjadi kesalahan produksi, produk (barang) dapat ditarik kembali dari pasar. 7. Modal karyawan sangat penting 5. Konsumen melakukan kontrol kualitas dengan cara membandingkan harapannya dengan pengalamannya. 6. Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki adalah meminta maaf. 7. Moral karyawan berperan sangat menentukan.
  • 6. Klasifikasi Pelayanan  Pelayanan Kebutuhan Dasar 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Bahan Kebutuhan Pokok Masyaarkat  Pelayanan Umum 1. Pelayanan administratif 2. Pelayanan barang 3. Pelayanan jasa
  • 7. Pelayanan Umum/Publik  Kepmenpan No.63/2003) Pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
  • 9. Macam-macam produk 1. Barang tidak tahan lama (non-durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Umur ekonomisnya maksimum satu tahun. Contoh: pasta gigi, buku tulis dsb. 2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya bertahan lama atau berumur ekonomis lebih dari satu tahun. Contohnya antara lain lemari es, TV, mobil, dan lain-lain. 3. Jasa (services) Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi kendaraan bermotor, salon kecantikan, kursus
  • 10. 5 Kategori Penawaran 1. Barang fisik murni Penawaran pada kategori ini semata-mata hanya berupa barang fisik, tanpa ada jasa atau layanan yang menyertai produk bersangkutan. 2. Barang fisik dengan jasa pendukung Penawaran terdiri atass barang fisik yang disertai dengan satu atau beberapa bentuk layanan guna meningkatkan daya tarik pada konsumen. 3. Produk Hybrid Penawaran pada kategori ini terdiri atas komponen barang dan layanan yang relatif seimbang porsinya. 4. Jasa utama yang didukung dengan barang minor Penawaran terdiri atas jasa pokok tertentu bersama-sama dengan barang pendukung. 5. Jasa murrni Penawaran yang hampir seluruhnya berupa jasa.
  • 11. Tipe-Tipe Klasifikasi Jasa BASIS KLASIFIKASI DESKRIPSI CONTOH 1. Segmen Pasar Layanan bagi konsumen akhir Layanan yang ditujukan bagi konsumen akhir (mereka yang membeli untuk keperluan dikonsumsi sendiri dan/atau bersama anggota keluarga lainnya Salon kecantikan, Warnet, wartel. Layanan bagi konsumen organisasional Layanan yang ditujukan bagi konsumen organisasional, baik bisnis maupun nirlaba. Konsultan hukum, biro periklanan
  • 12. 2. Tingkat keberwujudan Rented good services Konsumen menyewa dan memakai produk tertentu milik penyedia layanan berdasarkan tarif tertentu selama periode waktu tertentu Persewaan mobil, Rental DVD Owned goods services Produk milik konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara/dirawat oleh penyedia layanan Reparasi computer, Pencucian mobil Non-goods services Layanan personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada pelanggan. Pemandu wisata, dosen, pelatih renang
  • 13. 3. Keterampilan Penyedia layanan Jasa professional Layanan spesifik yang biasanya menuntut tingkat pendidikan formal tertentu dari para penyedia layanan Dokter, Psikolo, Notaris Jasa non- profesional Layanan yang tidak membutuhkan kualifikasi akademik atau Tukang parker, pengangkut sampah
  • 14. 4. Tujuan Organisasi Jasa Profit services Jasa yang mengejar laba sebagai salah satu tujuan utamanya Hotel, bank swasta Non profit services Jasa yang tujuan utamanya bukanlah mengejar laba Yayasan social, kantor pelayanan pajak
  • 15. 5. Regulasi Regulated services Jasa yang diatur secara secara ketat oleh peraturan perundang- undangan Jasa penerbanga n, Stasiun TV Non Regulated Services Jasa yang relattif lebih longgar regulasinya Catering, pondokan
  • 16. 6. Tingkat Intensit as Karyawa n Equipment based services Layanan yang mengandalka n peralatan atau mesin semi otomatis maupun otomatis Mesin ATM, Cuci mobil otomatis People based services Layanan yang mengandalkan tenaga manusia Konsultan manajemen, Dokter gigi
  • 17. 7. Tingkat Kontak Penyedia Layanan dan Pelanggan High contact services Layanan yang tingkat kontak antara penyedia layanan dan pelanggan tergolong tinggi Universitas, Rumah sakit Low contact services Layanan yang tingkat interaksi antara penyedia layanan dan pelanggan tergolong minim Bioskop, Jasa
  • 18. 8. Manfaat Bagi Konsumen For consumer services Layanan yang dimanfaatkan sebagai sarana mencapai tujuan tertentu Pegadaian, Restoran To consumer services Layanan yang ditujukan kepada konsumen Universitas, tempat ibadah
  • 20. 4 Tipe Budaya Pelayanan Perhatian Terhadap Hubungan Antar Manusia Caring Integrative Apathetic exacting Perhatian Terhadap Kinerja
  • 21. Apathetic Culture Dalam tipe ini perhatian anggota organisasi terhadap hubungan antar manusia maupun perhatian terhadap kinerja pelaksanaan tugas, dua-duanya rendah. Disini penghargaan diberikan terutama berdasarkan permainan politik dan pemanipulasian orang-orang lain.
  • 22. Caring Culture Budaya organisasi seperti ini dicirikan oleh rendahnya budayua perhatian yterhadap kinerja dan tingginya perhatian terhadap hubungan antar manusia. Penghargaan lebih didasarkan atas kepaduan tim dan harmoni, dan bukan didasarkan atas kinerja pelaksanaan tugas.
  • 23. Exacting Culture Perhatian terhadap orang sangat rendah, tetapi perhatian terhadap kinerja sangat tinggi. Disini secara ekonomis, penghargaan sangat memuaskan tetapi hukuman atas kegagalan yang dilakukan juga sangat berat. Dengan demikian tingkat keamanan pekerjaan menjadi sangat rendah.
  • 24. Integrative Culture Perhatian terhadap orang maupun perhatian terhadap kinerja keduanya sangat tinggi.
  • 25. Budaya organisasi publik di Indonesia  Lebih mementingkan kepentingan pimpinan ketimbang kepentingan klien atau pengguna jasa.  Lebih merasa sebagai abdi negara daripada abdi masyarakat.  Meminimalkan resiko dengan cara menghindari inisiatif.  Menghindari tanggung jawab.  Menolak tantangan.  Tidak suka berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
  • 26. organisasi pelayanan  Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:460) mendefinisikan budaya kinerja sebagai suatu situasi kerja yang memungkinkan semua karyawan dapat melaksanakan semua pekerjaan dengan cara terbaik yang dapat dilakukannya.
  • 27. 10 semangat kewirausahaan disampaikan oleh Osborne dan Gaebler (1993: 14) yaitu:  Mengarahkan ketimbang mengayuh  Memberi wewenang kepada masyarakat  Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan  Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi ketimbang oleh peraturan  Lebih berorientasi pada hasil, bukan input  Berorientasi pelanggan, bukan birokrasi  Berorientasi wirausaha  Bersifat antisipatif  Menciptakan desentralisasi  Berorientasi pada pasar
  • 28. Nilai-nilai dasar budaya kerja menurut Kepmenpan No 25 Tahun 2002 terdiri dari:  Komitmen dan konsistensi.  Wewenang dan Tanggungjawab.  Keikhlasan dan kejujuran.  Integritas dan profesionalisme.  Kreativitas dan kepekaan.  Kepemimpinan dan keteladanan.  Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja.  Ketepatan dan kecepatan.
  • 29.  Rasionalitas dan kecerdasan emosi.  Keteguhan dan ketegasan.  Disiplin dan keteraturan kerja  Keberanian dan kearifan.  Dedikasi dan loyalitas.  Semangat dan motivasi.  Ketekunan dan Kesabaran.  Keadilan dan Keterbukaan.  Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • 30. yang dikembangkan oleh BPKP  Profesionalisme, meliputi:  Komitmen dan konsistensi (terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi)  Wewenang dan tanggung jawab  Integritas dan profesionali  Ketepatan/keakurasian dan kecepatan  Disiplin dan keteraturan kerja  Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
  • 31.  Kerjasama, meliputi:  Kepemimpinan dan keteladanan  Kebersamaan dan dinamika kelompok kerja  Keteguhan dan ketegasan  Semangat dan motivasi
  • 32.  Keserasian keselarasan dan keseimbangan, meliputi:  Keikhlasan dan kejujuran  Kreativitas dan kepekaan/sensitivitas (terhadap lingkungan tugas)  Rasionalitas dan kecerdasan emosi  Ketekunan dan kesabaran  Keberanian dan kearifan (dalam mengambil keputusan dan menangani konflik)  Dedikasi dan loyalitas
  • 33. Pengembangan Sistem Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kepentingan Pelanggan
  • 34. Konsep dan Teori Manajemen Pelayanan Perspektif Providers Customers Momen kritis dari Albrecht dan Bradford (1990) * Lingkaran pelayanan dari Albrecht dan Bradford (1990) * Model segitiga pelayanan dari Albert dan Zemke (1990) * Perbandingan Dua Perspektif Teori Manajemen Pelayanan
  • 35. Konsep dan Teori Manajemen Pelayanan Perspektif Providers Customers Kepmenpan No. 63 tahun 2004  Asas pelayanan  Prinsip pelayanan  Standar pelayanan  Pola pelayanan * *
  • 36. Konsep dan Teori Manajemen Pelayanan Perspektif Providers Customers Sebelas prinsip dari Viljoen (1997)  Identifikasi kebutuhan konsumen  Pelayanan terpadu  System yang mendukung  Semua karyawan bertanggungjawab atas pelayanan  Tangani keluhan  Terus berinovasi  Karyawan sama pentingnya dengan konsumen  Tegas dan ramah terhadap konsumen  Interaksi khusus dengan pelanggan  Kontrol kualitas *
  • 37. Konsep dan Teori Manajemen Pelayanan Perspektif Providers Customers Gap model dari Zeithaml, Parasuman dan Berry (1990:46)  Gap persepsi manajemen  Gap persepsi kualitas  Gap penyelenggaraan pelayanan  Gap komunikasi pasar  Gap kualitas pelayanan * Teori “Exit” dan “Voive” dari Albert Hirrschman (dikutip Jones, 1994) * Citizen’s Charter * *
  • 38.  Albrecht dan Bradford (1990:30) mendefinisikan Momen kritis pelayanan (moment of truth) sebagai kontak yang terjadi antara konsumen dengan setiap aspek organisasi yang akan membentuk opini konsumen tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.  Selanjutnya Albrecht dan Bradford (1990) menyatakan bahwa harus ada kesesuaian atau kompatibilitas antara tiga factor dalam pengelolaan moment of truth.yaitu: Konteks pelayanan Referensi yang dimiliki oleh konsumen Referensi yang dimiliki oleh anggota organisasi penyelenggara pelayanan Momen Kritis Pelayanan
  • 39.  Lingkaran pelayanan adalah serangkaian momewn kritis pelayanan yang dialami oleh konsumen ketika memanfaatkan jasa layanan. Konsep lingkaran pelayanan ini akan membantu kita mengidentifikasikan momen-momen kritis pelayanan yang harus dikelola secara professional.  Penerapan konsep lingkaran pelayanan ini dapat dilakukan untuk kepentingan survey sederhana atas kepuasan pelanggan dan metode untuk mengidentifikasikan sumber-sumber ketidakpuasan pelanggan. Lingkaran Pelayanan (The Cycles of Services)
  • 40.  Teori “Exit” dan “Voice” menyatakan bahwa kinerja pelayanan publik dapat ditingkatkan apabila ada mekanisme “exit” dan “voice”.  Mekanisme “exit” berarti bahwa jika pelayanan publik tidak berkualitas maka konsumen/klien harus memiliki kesempatan untuk memilih lembaga penyelenggara pelayanan publik yang disukainya.  Mekanisme “voice” berarti adanya kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan kepada lembaga penyelenggara pelayanan publik. Teori Exit dan Voice
  • 41.  Mekanisme “Exit” biasanya terhambat oleh beberapa factor seperti:  Kekuatan pemaksa dari negara  Tidak adanya lembaga penyelenggara pelayanan publik alternatif  Tidak adanya biaya untuk menciptakan lembaga penyelenggara pelayanan publik alternatif  Mekanisme “Voice” tidak efektif karena;  Pengetahuan dan kepercayaan terhadap mekanisme yang ada  Aksesibilitas serta biaya untuk mempergunakan mekanisme tersebut.
  • 42.  Teori “Exit” dan “Voice” ini sejalan dengan teori politik klasik yang menyatakan bahwa kekuasaan cenderung untuk korup atau disalahgunakan, sedangkan kekuasaan yang absolut sudah pasti akan disalahgunakan (Lord Acton dalam Budiardjo, 1983:99). Dengan demikian untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik diperlukan adanya kesetaraan posisi tawar antara konsumen/klien dengan lembaga penyelenggara pelayanan.
  • 43.  Secara teoritis kesetaraan posisi tawar ini akan dapat dicapai dengan cara:  Meningkatkan posisi tawar klien/konsumen, atau memberdayakan klien.  Mengontrol kewenangan/kekuasaan lembaga penyelenggara pelayanan publik.
  • 44.  Customer’s charter Merupakan suatu dokumen yang didalamnya diatur tentang hak-hak dan kewajiban yang melekat baik dalam diri providers, maupun yang melekat di dalam diri customers, serta sangsi bagi kedua pihak tersebut apabila tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan.  Customer’s service standard Merupakan standar pelayanan yang melekat dalam suatu jenis pelayanan umum tertentu.
  • 45.  Customer redress Merupakan pemberian ganti rugi kepada customers, apabila pelayanan umum yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada baik dalam customers charter maupun dalam customers service standard.  Quality guarantees Merupakan suatu jaminan yang diberikan oleh instansi pemerintah atau penyelenggara pelayanan umum bahwa pelayanan umum yang diselenggarakannya pasti memenihi standar tertentu.
  • 46.  Quality inspectors Merupakan suatu jabatan dimana tugas, kewenangan, dan tanggung jawabnya adalah memeriksa dan memastikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah atau penyelenggara pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah atau penyelenggara pelayanan benar-benar telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.  Customer complaint system Merupakan system penanganan keluahan yang efektif. Sehingga customers tidak merasa segan untuk menyampaikan keluhannya karena customers tahu pasti bahwa pengaduan itu pasti akan ditindaklanjuti.
  • 47.  Ombudsmen Merupakan lembaga pengawas independen, yaitu suatu lembaga yang tugas, kewenangan, dan tanggungjawabnya adalah untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan umum dan melakukan pengawasan dan penilaian terhadap tindakan yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintah dalam kaitannya dengan penyelenggara pelayanan umum.  Competitive public choice systems Customers diberikan kesempatan untuk memilih providers yang disukainya, karena ada beberapa providers yang memberikan pelayanan umum yang sejenis yang saling bersaing dalam penyelenggara pelayanan umum yang berkualitas.
  • 48.  Vouchers and reimbursement programs Dimaksudkan untuk memberikan pilihan kepada customers dalam memilih providers yang disukainya. Voucher adalah semacam kupon yang diberikan kepada warga masyarakat yang dianggap berhak atau memenuhi persyaratan tertentu untuk ditukar dengan jenis pelayanan umum tertentu di salah satu penyelenggara pelayanan umum yang dipilih oleh customers. Reimbursement adalah program penggantian sejumlah uang, dimana customers terlebih dahulu membayar pelayanan umum yang dipakainya, kemudian kuitansi pembayarannya dimintakan ganti kepada pihak tertentu yang seharusnya bertanggungjawab untuk membayar biaya pelayanan tersebut.
  • 49.  Customer information system and brokers Suatu lembaga yang dibentuk dengan tugas, kewenangan, dan tanggung jawab untuk menghimpun dan menyediakan informasi kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan umum.  Competitive bidding Ketentuan bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu yang terkait dengan penerimaan sejumlah uang, para providers harus bersaing karena adanya system pelelangan.
  • 50.  Competitive benchmarking Agar didapatkan pelayanan umum yang berkualitas, setiap providers harus melakukan perbandingan dengan providers lain yang menyelenggarakan pelayanan umum yang sejenis, sehingga diketahui kelebihan dan kekurangan yang melekat dalam dirinya, dan dapat dilakukan perbaikan dengan segera.  Privatization Sebagian dari proses penyelenggara pelayanan umum diserahkan kepada pihak swasta, sehingga customers memiliki beberapa pilihan.
  • 51.  Sistem penggajian berdasarkan prestasi Dalam system ini gaji yang diberikan kepada pegawai dikaitkan dengan prestasi kerjanya, khususnya dalam hal penyelenggaraan pelayanan umum.  Sistem kerja berdasarkan kontrak Pegawai dipekerjakan dengan system kontrak sehingga dapat dilakukan evaluasi secara periodic.  Sistem evaluasi prestasi kerja 360o Dalam system penilaian 360o ini masyarakat pengguna jasa pelayanan umum juga dilibatkan sebagai penilai prestasi pegawai.
  • 52.  Albert dan Zemke mengemukakan bahwa organisasi yang bergerak di bidang pelayanan yang sangat berhasil memiliki tiga kesamaan, yaitu: disusunnya strategi pelayanan yang baik orang di garis depan yang berorientasi pada pelanggan/ konsumen system pelanggan yang ramah. Model Segitiga pelayanan
  • 53. Zeithaml, Prasuraman, dan Berry mengemukakan bahwa manajemen pelayanan yang baik tidak bias diwujudkan karena adanya lima gap yaitu:  Gap 1 (gap persepsi manajemen). Ini terjadi apabila terdapat perbedaan antara harapan-harapan konsumen dengan persepsi manajemen terhadap harapan-harapan konsumen, terjadi karena factor- faktor sbb: ◦ kurangnya riset pemasaran dan tidak dimanfaatkannya riset pemasaran. ◦ Kurang efektifnya komunikasi ke atas dio dalam organisasi penyelenggara pelayanan. ◦ Terlalu banyaknya tingkatan manajemen. Gap Model
  • 54. Gap 2 (gap persepsi kualitas). Ini akan terjadi apabila terdapat perbedaan antara persepsi manajemen tentang harapan- harapa konsumen dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang dirumuskan, disebabkan oleh factor-faktor sbb: ◦ Lemahnya komitmen manajemen terhadap kualitas pelayanan. ◦ Tidak tepatnya persepsi terhadap feasibilitas. ◦ Tidak tepatnya standarisasi tugas ◦ Kurang tepatnya perumusan tujuan
  • 55. Gap 3 (gap penyelenggaraan pelayanan). Ini terjadi jika pelayanan yang diberikan berbeda dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang telah dirumuskan, timbul karena: ◦ Adanya ketidakjelasan peran. ◦ Adanya konflik peran ◦ Tidak cocoknya karakteristik pekerja dengan pekerjaan ◦ Tidak tepatnya system pengawasan ◦ Lemahnya kontrol ◦ Lemahnya kekompakan tim
  • 56.  Gap 4 (gap komunikasi pasar). Ini terjadi akibat adanya perbedaan antara pelayanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal terhadap konsumen, terjadi karena: ◦ Kurangnya komunikasi horizontal ◦ Adanya kecenderungan untuk mengobral janji  Gap 5 (gap kualitas pelayanan). Ini terjadi karena pelayanan yang diharapkan oleh konsumen tidak sama dengan pelayanan yang senyatanya diterima atau dirasakan oleh konsumen, terjadi sebagai akibat dari akumulasi empat macam gap tersebut di atas.
  • 57.  Strategi pelayanan  Petugas/pejabat yang berorientasi kepada klien  Sistem pelayanan yang berorientasi pada klien  Komitmen manajemen  Perumusan tujuan organisasi  Standarisasi tugas  Kepaduan tim  Kesesuaian orang-pekerjaan  Kesesuaian teknologi-pekerjaan  Realitas kontrol  Kejelasan peran  Konflik peran  Tingkatan manajemen factor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan
  • 59. Indikator Kinerja pelayanan • McDonald & Lawton (1977): Output oriented measures throughput, efficiency, effectiveness. – Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. – Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.
  • 60. • Salim & Woodward (1992): Economy, Efficiency, Effectiveness.Equity – Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumberdaya yang sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. – Efficiensy atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. – Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. – equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.
  • 61. • Levinne (1990): Responsiveness, Responsibility, Accountability – Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providersb terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers. – Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan. – Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
  • 62. • Zeithaml, Parasuman & Berry (1990): Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty – Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers. – Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat, – Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. – Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers. – Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers kepada customers.
  • 63. UU No 25/2009 : Asas pelayanan publik  Kepentingan Umum  Kepastian Hukum  Kesamaan Hak  Keseimbangan Hak dan Kewajiban  Keprofesionalan  Partisipatif  Persamaan Perlakuan/Tidak diskriminatif  Keterbukaan  Akuntabilitas  Fasilitas danPerlakuan Khusus Bagi Kelompok Rentan  Ketepatan waktu  Kecepatan,Kemudahan dan Keterjangkauan
  • 64. • Kepmenpan No. 63 tahun 2004: Prinsip Pelayanan Publik – Kesederhanaan – Kejelasan – Kepastian waktu – Akurasi – Keamanan – Tanggungjawab – Kelengkapan sarana dan prasarana – Kemudahan akses – Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan – Kenyamanan
  • 65.  Kepmenpan No. 63 tahun 2004: standar pelayanan publik  Prosedur pelayanan  Waktu penyelesaian  Biaya pelayanan  Produk pelayanan  Sarana dan prasarana  Kompetensi petugas pemberi pelayanan
  • 66. • Gibson, Ivancevich & Donnelly (1990): – Kepuasan, artinya seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. – Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. – Produksi adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungan. – Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya. – Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan kemampuan dan tanggungjawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang.
  • 67. Tabel Perbandingan Indikator Pelayanan Publik Pakar Indikator Berorientasi hasil Berorientasi proses McDonald & Lawton (1977)  Efficiency  Effectiveness Salim & Woodward (1992)  Economy  Efficiency  Effectiveness  Equity Levinne (1990)  Responsiveness  Responsibility  Accountability
  • 68. Pakar Indikator Berorientasi hasil Berorientasi proses Kepmenpan No. 63 tahun 2004: standar pelayanan publik  Waktu penyelesaian  Biaya pelayanan  Produk pelayanan  Prosedur pelayanan  Sarana dan prasarana  Kompetensi petugas pemberi pelayanan Zeithaml, Parasuman & Berry (1990):  Tangibles  Reliability  Responsiveness  Assurance  Emphaty
  • 69. Pakar Indikator Berorientasi hasil Berorientasi proses Kepmenpan No. 63 tahun 2004  Kepastian waktu  Akurasi  Kesederhanaan  Kejelasan  Keamanan  Keterbukaan  Tanggungjawab  Kelengkapan sarana prasarana  Kenyamanan  Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan  Kemudahan akses a. Gibson, Ivancevich & Donnelly (1990):  Kepuasaan  Efisiensi  Produksi  Perkembangan  Keadaptasian  Kelangsungan hidup
  • 71. Pengertian  Roger (1995:157) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan penggunaan yang artinya barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan.  Crosby dalam Nasution (2004:41) kualitas adalah conformance to requirement yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan, bila suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan dengan meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
  • 72.  Garvin dan davis dalam Nasution (2004:41) menyatakan, bahwa kualitas adalah kondisi dinamis lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.  Kotler (1985:352) menyatakan pelayanan yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwjud (intangible) dan tidak berakibat pemilikan sesuatu.
  • 73.  Sugiarto (2002:216) pelayanan adalah upaya maskimal yang diberikan oleh perygas pelayanan dari sebuah perusahaan industri untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga tercapai kepuasan.  Kep/25M.PAN/2/2004 pelayanan publik adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan publik sehingga upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 74.  Nasution (2004:47), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.  Kesimpulannya bahwa kualitas pelayanan yaitu segala bentuk penyelenggaraan pelayanan secara maksimal yang diberikan perusahaan dengan segala keunggulan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan demi memenuhi harapan pelanggan.
  • 75. 4 Hal Yang Harus Diperhatikan dalam TQS 1. Berfokus pada pelanggan Mengidentifikasi pelanggan Mengidentifikasi keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan. 2. Keterlibatan Total 3. Keterukuran 4. Perbaikan berkesinambungan
  • 76. 5 Elemen Kunci Excellent Cuctomer Service 1. Reliabilitas aspek ini mencerminkan kemampuan untuk memberikan apa yang dijanjikan dengan andal dan tepat serta akurat. untuk memberikan reliabilitas, maka langkah yang harus dilakukan adalah:  Identifikasi kebutuhan pelanggan dengan benar.  Janjikan hanya yang dapat diberikan.  Tindaklanjuti untuk memastikan bahwa produk dan service telah diberikan sesuai dengan janji.
  • 77. 2. Assurance Aspek ini mencerminkan kemampuan untuk memberikan sesuatu yang dapat dipercaya (terjamin keandalannya). Strategi untuk mengembangkan assurance adalah memberikan layanan yang asertif dengan menggunakan teknik komunikasi yang positif dan menjelaskan produk dan service secara cepat.
  • 78. 3. Tangibel Aspek ini berkaitan dengan fasilitas fisik/peralatan serta penampilan personal dari penyedia layanan. Strategi tindakan yang dilakukan adalah menjaga ruang kerja (apalagi yang langsung berhubungan dengan pelanggan) agar tetap rapi, susun barang-barang dengan teratur dan berpakaian secara profesional.
  • 79. 4. Empati Aspek ini berkaitan dengan tingkat kepedulian dan perhatian individu yang diberikan kepada pelanggan. Strategi tindakan ini adalah  Mendengarkan secara aktif pesan yang disampaikan pelanggan.  Menempatkan diri kita dalam posisi mereka.  Merespon secara tepat guna menjawab keinginan yang menjadi perhatian mereka.
  • 80. 5. Responsif Aspek ini mencerminkan kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat/responsif. Agar mampu bersikap responsif, maka kita perlu menampilkan sikap positif atau “can do attitude”. Serta mengambil langkah dengan segera untuk membantu pelanggan, dan memenuhi kebutuhan
  • 82. Matrik Penilaian Pelayanan Tingkat Kesulitan Produsen di dalam mengevaluasi kualitas Tingkat kesullitan pengguna didalam mengevaluasi kualitas Rendah Tinggi Rendah Mutual Knowledge Producer Knowledge Tinggi Consumer Knowledge Mutual Ignorance
  • 83. Hakekat Pelayanan Umum 1. Meningkatkan mutu produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum. 2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdayaguna dan berhasilguna. 3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
  • 84. Unsur-Unsur Dasar Pelayanan Publik 1. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak. 2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitas.
  • 85. 3. Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan , kenyamanan, kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya.
  • 86. Kendala Dalam Pelayanan Publik 1. Tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat. 2. Pemberian ukuran yang salah dalam pelayanan masyarakat. 3. Keliru penampilan diri dalam pelayanan publik itu sendiri. 4. Ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan atau pengobralan.
  • 87. 7 Hal yang harus dihindari oleh pemerintah dalam pelayanan publik 1. Apatis 2. Menolak berurusan 3. Bersikap dingin 4. Memandang rendah 5. Bekerja bagaikan robot 6. Terlalu ketat pada prosedur 7. Seringnya melempar urusan kepada pihak lain.
  • 88. Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan Pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik a. adil dan tidak diskriminatif; b. cermat; c. santun dan ramah; d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut; e. profesional; f. tidak mempersulit; g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
  • 89. h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara; i.tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan; k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
  • 90. Penyebab buruknya kualitas pelayanan publik pada birokrasi pemerintah  Gaji rendah  Sikap mental aparat pemerintah  Kondisi ekonomi buruk pada umumnya.
  • 91. 1. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat; m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewe~langany ang dimiliki; n. sesuai dengan kepantasan; dan o. tidak menyimpang dari prosedur.
  • 92.  Kualitas layanan publik dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para pelanggan (masyarakat) atas pelayanan yang sesungguhnya mereka inginkan. Apabila pelayanan dalam prakteknya yang diterima oleh masyarakat sama dengan harapan atau keinginan mereka, maka pelayanan tersebut sudah dikatakan memuaskan.
  • 93. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya hubungan antara pelanggan dan pemberi layanan menjadi harmonis, sehingga memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan, membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth).
  • 95. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan diatur dalam Kepmenpan No.KEP/26/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang petunjuk teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
  • 96. Latar belakang kebijakan ini karena buruknya budaya kinerja pelayanan publik yang antara lain belum dilaksanakannya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
  • 97. Transparansi penyelenggaraan pelayanan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.
  • 98. penyelenggaraan pelayanan publik meliputi: a. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendalian oleh masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat diinformasikan dan mudah diakses oleh masyarakat.
  • 99. b. Prosedur pelayanan Merupakan rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan, serta diwujudkan dalam bentuk bagan alir (flow chart) yang dipampang dalam ruangan pelayanan.
  • 100. Bagan alir berfungsi sebagai: • Petunjuk kerja bagi pemberi pelayanan • Informasi bagi penerima pelayanan • Media publikasi secara terbuka pada semua unit kerja pelayanan mengenai prosedur pelayanan kepada penerima pelayanan. • Pendorong terwujudnya system dan mekanisme kerja yang efektif dan efisien. • Pengendali (control) dan acuan bagi masyarakat dan aparat pengawasan untuk melakukan penilaian/pemeriksaan terhadap konsistensi pelaksanaan kerja.
  • 101. Bagan alir berisi: Persyaratan teknis dan administrative pelayanan Rincian biaya pelayanan Waktu penyelesaian pelayanan Pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
  • 102. Yang harus diperhatikan oleh pejabat pemberi layanan: – Aspek psikologi dan komunikasi, serta prilaku melayani – Kemampuan melaksanakan empati terhadap penerima pelayanan, dan dapat menerima keluhan penerima pelayanan menjadi senyuman – Menyeleraskan cara penyampaian layanan melalui nada, tekanan, kecepatan suara, sikap tubuh, mimik dan pandangan mata. – Mengenal siapa dan apa yang menjadi kebutuhan penerima pelayanan.
  • 103. c. Lokasi pelayanan d. Janji pelayanan e. Standar pelayanan public f. Informasi pelayanan
  • 104. Akuntabilitas pelayanan public • Akuntabilitas kinerja pelayanan public • Akuntabilitas biaya pelayanan public • Akuntabilitas produk pelayanan public
  • 105. Akuntabilitas kinerja pelayanan public – Dapat dilihat berdasarkan proses yang meliputi tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan dan kedisiplinan. – Harus sesuai dengan standar atau janji/pelayanan yang ditetapkan. – Harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka baik kepada publik maupun atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. – Diberikan kompensasi apabila terjadi penyimpangan terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan. – Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik.
  • 106. Akuntabilitas biaya pelayanan public Biaya pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pengaduan masyarakat yang terkait dengan biaya pelayanan harus ditangani oleh petugas yang berwenang.
  • 107. Akuntabilitas produk pelayanan public  Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.  Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.  Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah.
  • 109. Indeks kepuasan masyarakat • Untuk mengukur tingkat transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik, digunakan pengukuran melalui indeks kepuasan masyarakat. • IKM adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.
  • 110. Dasar Hukum  Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan Indeks Kepuasan Masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan diatur di dalam Kepmenpan No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah.
  • 111. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam UU RI no. 25 tahun 2000 tentang PROPENAS perlu disusun IKM sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. IKM sebagai bahan penilaian terhadap
  • 112. Maksud dan Tujuan Pedoman penyusunan IKM sebagai acuan bagi unit pelayanan instansi pemerintah dalam menyusun IKM, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya.
  • 113. Ruang Lingkup Pesoman umum ini diterapkan terhadap seluruh unit pelayanan instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, sebagai instrumen penilaian dan evaluasi kinerja pelayanan publik di lingkungan instansi masing-masing.
  • 114. Manfaat  Diketahui kelemahan dari masing-masing unsur dalan penyelenggaraan pelayanan publik  Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara periodik  Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu dilakukan
  • 115.  Diketahui IKM secara menyeluruh terhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup pemerintah pusat dan daerah.  Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan.  Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan.
  • 116. Langkah-Langkah Persiapan Penyusunan IKM Penetapan Pelaksana Penyiapan Bahan Penetapan responden, Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Penyusunan Jadwal
  • 117. Unsur minimal IKM: – Prosedur pelayanan – Persyaratan pelayanan – Kejelasan petugas pelayanan – Kedisiplinan petugas pelayanan – tanggungjawab petugas pelayanan – Kemampuan petugas pelayanan – Kecepatan pelayanan – Keadilan mendapatkan pelayanan – Kesopanan dan keramahan petugas – Kewajaran biaya pelayanan – Kepastian biaya pelayanan – Kepastian jadwal pelayanan – Kenyamanan lingkungan – Keamanan pelayanan
  • 119. Dasar Hukum  Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA Tahun 2002, kemudian diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005.
  • 120. Definisi  Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
  • 121. Indikator SPM Tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
  • 122. Prinsip-Prinsip SPM  SPM disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintahan daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.  SPM ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kab/kota.
  • 123. Penerapan SPM oleh pemerintah daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan dasar nasional. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.
  • 124. SPM Nasional Bidang Kesehatan (Indonesia Sehat 2010) 1. Indikator derajat kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi. 2. Indikator hasil antara yang terdiri atas indikator- indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan.
  • 125.  Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor-sektor terkait.
  • 126. SPM RSUD 1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan 2. Manajemen Rumah Sakit (SDM, Keuangan, sarana prasarana/alat untuk mendukung pelayanan, perencanaan administrasi, mutu, manajemen sistem informasi rumah sakit. 3. Pelayanan medik (rawat jalan, rawat inap, pelayanan penunjang)