SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Perencanaan Struktur Baja
Bab VII
Struktur Baja
 Didasarkan atas sifat material baja yang dapat
menahan tegangan tarik maupun tekan
 Kekuatan dan daktilitas material baja relatif tinggi
 Struktur ringan sehingga menguntungkan untuk
struktur jembatan bentang panjang, bangunan tinggi,
ataupun struktur cangkang
 Waktu pengerjaan relatif singkat (tidak memerlukan
set-up time)
 Disain meliputi disain elemen dan sambungan
 Kelangsingan elemen harus diperhitungkan untuk
menghindari hilangnya kekuatan akibat tekuk
Struktur Baja
 Terbagi atas 3 kategori:
 Struktur rangka, dengan elemen-elemen
tarik, tekan, dan lentur
 Struktur cangkang (elemen tarik dominan)
 Struktur tipe suspensi (elemen tarik
dominan)
 Perencanaan dengan LRFD (Load and
Resistance Factor Design)
Arch
Suspension
Cantilever
Tower
Skyscraper
Skyscraper
Pipeline
Dome
Dome
Sistem Struktur
Struktur Baja Bangunan Industri
Bentang < 20 m -> tanpa haunch
Bentang > 20 m -> dengan haunch
Bentang 40 - 70 m
Bentang > 70 m
Rangka Batang Ruang
Sistem Struktur
Sistem Bracing Bangunan Industri
Panjang sampai (60-80) m
Panjang melebihi (60-80) m
Perencanaan Berdasarkan LRFD
(Load and Resistance Factor Design)
 Perencanaan berdasarkan kondisi-kondisi batas
 Kekuatan (keselamatan): kekuatan, stabilitas,
fatique, fracture, overturning, sliding
 Kenyamanan: lendutan, getaran, retak
 Memperhitungkan dan memisahkan probabilitas
overload dan understrength secara explisit
 Perhitungan:


 i
i
n Q
R
Rn = Kekuatan nominal
Q = Beban nominal
 = Faktor reduksi kekuatan
 = Faktor beban
Perencanaan Berdasarkan LRFD (Baja)
Faktor Keamanan
 Faktor Beban: tergantung jenis dan kombinasi
Q = 1.4 D
Q = 1.2 D + 1.6 L
Q = 1.2 D + 1.3 W
Q = 1.2 D + 1.0 E
Q = 0.9 D + 1.3 W
Q = 0.9 D + 1.0 E
 Faktor Ketahanan: tergantung jenis elemen dan
kondisi batas
 Gaya aksial tarik t = 0.9
 Gaya aksial tekan c = 0.85
 Lentur c = 0.9
 Geser balok v = 0.9
Sifat Material Baja
 Tipikal Kurva Tegangan vs Regangan Baja
Kurva Tegangan vs Regangan Baja
Penampang Elemen Tarik
Struktur Baja
Penampang Elemen Tekan
Struktur Baja
Penampang Elemen Lentur
Struktur Baja
Perencanaan Batang Tarik
Perencanaan Batang Tarik
 Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah
sebagai batang tarik, dimana seluruh kekuatan batang
dapat dimobilisasikan secara optimal hingga mencapai
keruntuhan
 Batang tarik adalah komponen struktur yang memikul/
mentransfer gaya tarik antara dua titik pada struktur
 Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tarik
jika:
 Kekakuan lenturnya dapat diabaikan, seperti pada kabel atau rod
 Kondisi sambungan dan pembebanan hanya menimbulkan gaya
aksial pada elemen, seperti pada elemen rangka batang
Kuat Tarik Rencana
Nu <  Nn
Nu : Gaya aksial tarik terfaktor
 Nn : Kuat tarik rencana
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
 Nn = 0.90 Ag fy
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
 Nn = 0.75 Ae fu
dimana :
Ag = luas penampang kotor
Ae = luas efektif penampang
fy = tegangan leleh
fu = kekuatan (batas) tarik
Koefisien reduksi :
 0.90 untuk kondisi batas leleh
 0.75 untuk kondisi batas fraktur
Kondisi fraktur lebih getas/berbahaya d
Kondisi fraktur lebih getas/berbahaya dan harus lebih dihindari
Luas Kotor dan Luas Efektif
 Penggunaan luas Ag pada kondisi batas leleh dapat digunakan
mengingat kelelehan plat pada daerah berlubang akan diikuti oleh
redistribusi tegangan di sekitarnya selama bahan masih cukup daktail
(mampu berdeformasi plastis cukup besar) sampai fraktur terjadi.
 Kondisi pasca leleh hanya diijinkan terjadi pada daerah kecil/pendek
disekitar sambungan, karena kelelehan pada seluruh batang akan
menimbulkan perpindahan relatif antara kedua ujung batang secara
berlebihan dan elemen tidak mampu lagi berfungsi.
 Batas Leleh: Pada sebagian besar batang, diperhitungkan sebagai
penampang utuh => Ag
 Batas Fraktur: Pada daerah pendek disekitar perlemahan,
diperhitungkan penampang yang efektif => Ae
Penampang Efektif, Ae
Pada daerah sambungan terjadi perlemahan:
 Shear lag => luas harus direduksi dengan koefisien U
 Pelubangan => pengurangan luas sehingga yang
dipakai pada daerah ini adalah luas bersih An
Ae = An U
Shear Lag
Tegangan tarik yang tidak merata pada daerah sambungan karena
adanya perubahan letak titik tangkap gaya P pada batang tarik :
Di tengah bentang: pada berat penampang
Di daerah sambungan: pada sisi luar penampang yang bersentuhan
dengan elemen plat yang disambung.
x
P P
Koefisien Reduksi Penampang
akibat Shear Lag
 Bagian plat siku vertikal memikul sebagian besar beban transfer dari baut.
 Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi lubang baut, barulah
seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik secara merata.
 Daerah penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban
tarik P belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur digunakan
luas penampang efektif, Ae :
Ae = A U
dimana :
U : koefisien reduksi
Koefisien Reduksi Penampang
U: koefisien reduksi
9
.
0
L
x
1
U 

 
x : eksentrisitas sambungan
L : panjang sambungan dalam arah gaya,
yaitu jarak terjauh antara dua baut pada sambungan.
Harga U dibatasi sebesar 0.9.
U dapat diambil lebih besar dari 0.9 apabila dapat dibuktikan dengan
kriteria yang dapat diterima.
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
a) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh baut :
A = An = luas penampang bersih terkecil antara potongan 1-3 dan potongan 1-2-3
U dihitung sesuai rumus diatas
1
Potongan 1-3 : - n d t
A
A g
n 
2 u
P u P
3 Potongan 1-2-3 : 

u
4
t
s
- n d t +
A
A
2
g
n
s
dimana : Ag = luas penampang kotor t = tebal penampang
d = diameter lubang n = banyaknya lubang
s = jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen struktur
u = jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh.
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen
bukan plat, atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang :
A = Ag
U dihitung sesuai rumus diatas
Potongan I - I
I
P P
I
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
A = luas penampang yang disambung las
U = 1, bila seluruh ujung penampang di las.
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang
sepanjang kedua sisi bagian ujung elemen :
A = A plat
l > 2w : U = 1.0
2w > l > 1.5 w : U = 0.87
1.5w > l > w : U = 0.75
dimana :
w: lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
Luas Penampang Efektif:
Ae = A x U
Selain uraian tersebut di atas , ketentuan di bawah ini dapat digunakan :
a. Penampang-I (W, M, S pada AISC manual) dengan b/h > 2/3
atau penampang T yang dipotong dari penampang I ini dan
Sambungan pada plat sayap dengan n baut > 3 per baris (arah gaya)
U = 0.90
b. Seperti butir a., tetapi untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun:
U = 0.85
c. Semua penampang dengan banyak baut = 2 per-baris (arah gaya) :
U = 0.75
Luas Penampang Efektif
Penentuan L untuk perhitungan U pada lubang baut zigzag
Luas Penampang Efektif
Penentuan L untuk perhitungan U pada sambungan las
Luas Penampang Efektif
Penentuan x untuk perhitungan U
untuk beberapa kasus sambungan
Kelangsingan Batang Tarik
Batasan kelangsingan yang dianjurkar dalam peraturan ditentukan berdasarkan
pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis untuk:
a. Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam
fabrikasi, transportasi dan tahap konstruksi
b. Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
c. Menghindari getaran
Batasan kelangsingan,  ditentukan sebagai berikut:
 < 240 , untuk komponen utama
 < 300 , untuk komponen sekunder
dimana :  = L/i
L = panjang batang tarik
i =
A
Imin
Untuk batang bulat, diameter dibatasi sebesar l/d < 500
Contoh:
A. Kuat Tarik Rencana
Sebuah batang tarik berupa pelat (2 x 15) cm disambungkan ke pelat
berukuran (2x30) cm dengan las memanjang sepanjang 20 cm pada
kedua sisinya, seperti terlihat pada gambar. Kedua plat yang
disambung terbuat dari bahan yang sama :
fy = 2400 kg/cm2
, fu = 4000 kg/cm2
.
Berapa beban rencana, Nu, yang dapat dipikul batang tarik ?
P P
30 cm 15 cm
2 cm
2 cm 20 cm
Contoh:
A. Kuat Tarik Rencana
Jawab:
Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban rencana
akan ditentukan oleh kuat tarik plat yang lebih kecil luas penampangnya, yaitu plat 2x15.
Kriteria disain : Nu <  Nn
Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur :
a. Plat leleh :
Nu =  Nn = 0.9 fy Ag
= 0.9 (2400 kg/cm2
) ( 2x15 cm2
) = 64.8 ton
b. Plat fraktur :
Nu =  Nn = 0.75 fu Ae
dimana : A = Ag = 2 x 15 cm2
= 30 cm2
l/w = 20/15 = 1.33, jadi U diambil 0.75
Ae = A U = (30 cm2
) (0.75) = 22.5 cm2
Nu = 0.75 (4000 kg/cm2) (22.5 cm2) = 67.5 ton
Dari kedua nilai kuat rencana, Nu, yang menentukan adalah nilai yang lebih kecil.
Nu < 64.8 ton.
Contoh:
B. Disain Penampang
Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah :
Beban mati: Pd = 50 ton
Beban hidup: Pl = 40 ton.
Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I dengan
fy = 2400 kg/cm2
fu = 4000 kg/cm2
dengan kombinasi beban:
1.4 Pd
1.2 Pd + 1.6 Pl
Jawab :
 Menghitung Beban
Beban rencana terfaktor, Nu:
Nu1 = 1.4 Pd = 1.4 (50 ton) = 70 ton
Nu2 = 1.2 Pd + 1.6 Pl = 1.2 (50 ton) + 1.6 (40 ton) = 124 ton
Nu2 menentukan.
Contoh:
B. Disain Penampang
 Menghitung Ag minimum :
1. Kondisi leleh: Nu <  fy Ag
Ag min = 41
.
57
m
ton
24000
9
.
0
ton
124
2







cm2
2. Kondisi Fraktur : Nu <  fu Ae =  fu An U
An >
9
.
0
m
ton
100
x
400
75
.
0
ton
124
2 





An > 45.93 cm2
Contoh:
B. Disain Penampang
Untuk batang - I disambung pada kedua sayapnya seperti pada gambar:
h
b
U = 0.90 untuk b/h > 2/3
Berdasarkan Ag > 57.41 cm2
, ambil IWF-200, tf = 12 mm
lubang baut: d = 2.5 cm
Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4 (2.5) (1.2) = 12 cm2
Maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 45.93 + 12 cm2
= 57.93 cm2
Contoh:
B. Disain Penampang
Dari kedua kondisi batas di atas, diambil harga terbesar :
Ag min = 57.93 cm2
Menghitung i-min untuk syarat kelangsingan:
imin = L/240 = 1000/240 cm = 4.17 cm
Ambil : IWF 200.200.8.12
Cek : b/h = 1 > 2/3 OK
Ag = 63.53 cm2
> 57.93 cm2
OK
iy = 5.02 cm > 4.17 OK (sedikit lebih boros)
Keruntuhan Geser Blok
Block shear rupture: kegagalan akibat terobeknya suatu blok pelat baja
pada daerah sambungan
s
s
s2 s1
Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir:
 tegangan tarik pada penampang tegak lurus sumbu batang
 tegangan geser pada penampang sejajar sumbu batang
Tipe Keruntuhan Geser Blok
1. Pelelehan geser – Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0.6 fu Ans :
t.Nn = t ( fu Ant + 0.6 fy Ags )
2. Fraktur geser – Pelelehan tarik
Bila : 0.6 fu Ans > fu Ant :
t.Nn = t ( fy Agt + 0.6 fu Ans )
dimana : Ags = Luas bruto yang mengalami pelelehan geser
Agt = Luas bruto yang mengalami pelelehan tarik
Ans = Luas bersih yang mengalami fraktur geser
Ant = Luas bersih yang mengalami fraktur tarik
Perencanaan Batang Tekan
Perencanaan Batang Tekan
 Kuat tekan komponen struktur yang memikul
gaya tekan ditentukan:
 Bahan:
 Tegangan leleh
 Tegangan sisa
 Modulus elastisitas
 Geometri:
 Penampang
 Panjang komponen
 Kondisi ujung dan penopang
Perencanaan Batang Tekan
 Kondisi batas:
 Tercapainya batas kekuatan
 Tercapainya batas kestabilan (kondisi tekuk)
 Kondisi tekuk/batas kestabilan yang perlu
diperhitungkan:
 Tekuk lokal elemen plat
 Tekuk lentur
 Tekuk torsi atau kombinasi lentur dan torsi
Kurva Kekuatan Kolom
 Hubungan antara Batas Kekuatan dan Batas Kestabilan
Batas Kekuatan (LRFD)
min
0.85
1 untuk 0,25
1
u n
c
y
n g cr g g y
c
y
k
c
N N
f
N A f A A f
f
L
i E



 




  
 

Kapasitas Aksial Batang Tekan:


 i
i
n Q
R
Rn = Kekuatan nominal
Q = Beban nominal
  Faktor reduksi kekuatan
  Faktor beban
Batas Kestabilan Inelastis
Kapasitas Aksial Batang Tekan:
; 0.85
0,25 1,2
1,43
1,6 0,67
u n c
y
n g cr g
c
c
N N
f
N A f A
 




 
 
 


  y
cn F
.
658
.
0
F
2


Batas Kestabilan Elastis
2
min
; 0.85
1,25 untuk 1,2
1
1,25
u n c
y
n g cr g
c c
y
k
c
g
N N
f
N A f A
f
L
i E
A
f
 

  



 
 
 


Kapasitas Aksial Batang Tekan:
Batas Kekuatan dan Kestabilan Lentur
0
50
100
150
200
250
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Kelangsingan, KL/r
Tegangan
Kritis
MPa
1.67 f-ijin/w fy/w 1.67 fa(ASD-AISC) fy/w(LRFD-AISC)
Panjang Tekuk
dan Batas Kelangsingan
 Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya
merupakan komponen pada struktur segitiga (rangka-batang)
atau merupakan komponen struktur dengan kedua ujung sendi.
Untuk kasus-kasus ini, faktor panjang tekuk ditentukan tidak
kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as sambungan
dengan komponen struktur lainnya.
 Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan,
angka perbandingan kelangsingan dibatasi:
min
200
k
L
r

k c
L k l l
 
Faktor Panjang Tekuk

Berbagai
nilai
K
Tekuk Lokal
 Tekuk lokal terjadi bila tegangan pada elemen-elemen penampang
mencapai tegangan kritis pelat.
 Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,
perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.
 Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan
tebal dan lebar elemen penampang yang menjamin tekuk lokal tidak
akan terjadi sebelum tekuk lentur. Hal ini diatur dalam peraturan
dengan membatasi kelangsingan elemen penampang komponen
struktur tekan:
Besarnya ditentukan dalam Tabel 7.5-1
(Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
https://ocw.upj.ac.id/files/Textbook-CIV-303-SNI-1729-
/ r
b t
 
 
r

Tekuk Lentur-Torsi
 Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban
aksial tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur. Efisiensi sedikit
berkurang apabila tekuk lokal terjadi sebelum tekuk lentur.
 Beberapa jenis penampang berdinding tipis seperti L, T, Z dan C
yang umumnya mempunyai kekakuan torsi kecil, mungkin
mengalami tekuk torsi atau kombinasi tekuk lentur-torsi
 Untuk kepraktisan perencanaan, peraturan tidak menyatakan
perlu memeriksa kondisi tekuk torsi/lentur-torsi apabila tekuk
lokal tidak terjadi kecuali untuk penampang L-ganda atau T
 Untuk komponen struktur dengan penampang L-ganda atau T
harus dibandingkan kemungkinan terjadinya tekuk lentur pada
kedua sumbu utama dengan tekuk torsi/lentur-torsi
Penampang Majemuk
 Kelangsingan arah sumbu bahan
x
x
x
kL
i
 
 Kelangsingan arah sumbu bebas bahan
. ky
y
y
k L
i
 
 Kelangsingan ideal
2 2
2
iy y l
m
  
 
 Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
1,2
iy
l


 1,2 50
x
l
l



 
Komponen struktur yang terdiri dari beberapa elemen yang
dihubungkan pada tempat-tempat tertentu, kekuatannya harus
dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan.
Komponen Tekan: Contoh Soal 1.
Tentukan gaya aksial terpaktor (Nu = u Nu) dari kolom yang dibebani secara
aksial pada gambar dibawah ini (fy = 250 MPa)
Profil yang digunakan IWF 450.300.10.15
dengan besaran penampang sebagai berikut:
A = 135 cm2
ix = 18,6 cm
iy = 7,04 cm
4 m
IWF
450x300
Nu
Nu
Komponen Tekan: Contoh Soal 1
a) Menentukan rasio kelangsingan
Untuk kondisi yang ujung-ujungnya jepit dan sendi: k = 0,8
Panjang tekuk: Lk = k.l = (0,8) (4 m) = 3,2 m
2
,
17
6
,
18
320
i
L
45
,
45
04
,
7
320
i
L
x
k
y
k




Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y
b) Menentukan c
y
k
y
f
1 L
i E
1 250
(45,45)
200000
0,511
c






Komponen Tekan: Contoh Soal 1
c) Menentukan daya dukung nominal tekan
Cek kelangsingan pelat
 
y
b 299
9,97
t 2 15
250
15.81
f
.
f
r
f r OK


 
  
 

Jadi tidak terjadi tekuk lokal, rumus u g cr g
fy
N = A .f = A .
 dapat digunakan
1,43
0,25 1,2 maka
1,6 - 0,67
1,137
c
c
 

  

Komponen Tekan: Contoh Soal 1
Daya dukung nominal:
  
-3
13500 250 x 10
1,137
2968,3
y
n g
f
N A
kN




e) Menentukan gaya aksial terfaktor: Nu
Nu  n Nu
n = faktor reduksi kekuatan = 0,85
Nu  (0,85) (2968.3)
Nu = 2523.0 kN
Komponen Tekan: Contoh Soal 2.
Tentukan profil IWF untuk memikul beban-beban aksial tekan berikut :
beban mati (DL) = 400 kN, beban hidup (LL) = 700 kN;
Lk = 3m, fy = 250MPa.
Solusi.
a) Hitung beban ultimate
Nu = (1,2) (400) + (1,6) (700) = 1600 kN
b) Perkirakan luas penampang yang dibutuhkan
dengan mengasumsikan kelangsingan awal
min
min
300
50 atau 6 cm
50 50
k k
L L
i
i
   
Komponen Tekan: Contoh Soal 2
 
min
3
2
1
1 250
(50)
200.000
0,563
1.43 1.43
1,6 - 0,67 1,6 - 0,67 0,563
1,168
.
1600 10
250
0,85
1,168
8795 mm 87,95 cm
c
u n n
n g cr
u
g
n cr
Lk fy
c
i E
x
N N
A f
N
A
f
x
Ag











 





 
 
 
  2
Komponen Tekan: Contoh Soal 2
c) Dari Tabel profil, pilih IWF 350.250.9.14 dengan besaran penampang:
Ag = 101,5 cm2
iy = 6 cm
ix = 14,6 cm
d) Cek kelangsingan pelat penampang:
y
f
250 250
8,93; = 15,81
2(14) f
.
f r
r
b
t
OK
 
 
   

Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi.
a) Cek kelangsingan tehadap tekuk global:
min
300
50
6
k
L
i
 
Disini kebetulan asumsi dan hasil perhitungan kelangsingan berdasarkan penampang yang
dipilih sudah sama, sehingga besaran-besaran dan
c
  tidak perlu dihitung kembali
Komponen Tekan: Contoh Soal 2
f) Cek kapasitas penampang:
  
2 3
.
101,5 10 250 10
1,168
2172,5
.
(0,85) (2172,5)
1600 1846,6 .
u g cr
N A f
x x
kN
Nu n Nn
Nu kN kN OK




 

 
Penampang yang dipilih ternyata memenhi persyaratan dan cukup efisien.
Komponen Tekan: Contoh Soal 3.
Disain profil baja kanal untuk menahan beban seperti pada gambar dibawah ini.
Gaya uplift 60 kN, dimana 55 kN adalah beban hidup. Sisanya beban mati.
Diketahui fy=400MPa.
6 m
4
1
60 kN
30 kN 30 kN
Komponen Tekan: Contoh Soal 3
Solusi.
a) Hitung beban terfaktor Nu.
Beban tekan pada struktur adalah: 120kN
5 55
1,2 (120) 1,6 (120) 188
60 60
u
N kN
   
  
   
   
b) Perkirakan ratio kelangsingan
Karena panjang bentang cukup besar, diperkirakan persyaratan kelangsingan
akan menentukan. Perkirakan ratio kelangsingan mendekati nilai maksimum
yang diijinkan untuk batang tekan utama :
min
200, asumsi 1,0
k
L
k
i
  min
600
3
200 200
k
L
i   
c) Coba profil C 40 dengan besaran-besaran penampang sebagai berikut
h = 400 mm Ag = 9150 mm
b = 100 mm ix = 149 mm
t = 14 mm iy = 30,4 mm
Komponen Tekan: Contoh Soal 3
d) Cek kelangsingan pelat penampang:
y
f
y
w
110 250
6,11; = 15,81
18 f
.
328 665
23.43; = 42.06
14 f
.
f r
r
w r
r
b
t
OK
h
t
OK
 
 
 
 
   

   

Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi.
e) Cek kelangsingan tehadap tekuk global:
min
600
197.4
3.04
k
L
i
 
Komponen Tekan: Contoh Soal 3
f) Cek kapasitas penampang:
min
2 2
1
1 400
(197.4)
200.000
2,89
1,25 1,25 2,89 10,44
400
0.85 9150 289000 289,0
10,44
188,0
0,63 1 OK.
298,0
k
c
n g cr
u
n n
L fy
c
i E
x
N A f x x N kN
N
N



 
 




  
   
  
Profil C40 memenuhi persyaratan dan ekonomis
Perencanaan Balok (Elemen
Lentur)
Penampang Baja untuk Balok
Perilaku Balok Lentur
 Batas kekuatan lentur
 Kapasitas momen
elastis
 Kapasitas momen
plastis
 Batas kekuatan geser
Perilaku Balok Lentur - Momen
 Balok mengalami momen lentur M, yang bekerja pada sumbu z,
dimana z adalah sumbu utama ( y juga sumbu utama).
 Tidak ada gaya aksial, P = 0.
 Efek geser pada deformasi balok dan kriteria leleh diabaikan.
 Penampang balok awalnya tidak mempunyai tegangan (stress-
free) atau tidak ada tegangan residual.
 Penampang balok adalah homogen (E, Fy sama), yaitu seluruh
penampang terbuat dari material yang sama.
 Tidak terjadi ketidakstabilan/tekuk pada balok.
x
M
M
Centriod (tiik berat)
y
z
Perilaku Elastik - Momen
yNA
τmax σmax
Strain Stress
NA
Untuk perilaku elastis, sumbu netral (neutral axis, yNA)
terletak pada titik berat penampang (centroid, y)
yNA = Jarak terhadap sumbu netral (NA)
y = Jarak terhadap titik berat (centroidal axis)

 NA
y


 E
 untuk perilaku elastis

 NA
Ey

Perilaku Elastik - Momen
 


A A
dA
Ey
y
da
y
M )
( 

dA
y
E
M
A

 2
 I
dA
y
A


2
terhadap titik berat.
Maka,
y
I
y
E
I
E
y
EI
EI
M



 





I
My


Tentukan, max
y
c 
I
Mc

max

Tentukan, 

c
I
s Elastic Section Modulus (mm3
, atau in3
)
s
M

max

Perilaku Elastik - Momen
Leleh pertama (first yield) terjadi jika Fy

max

Ambil My = yield momen
SFy
My 
Kondisi pada saat M = My :
y

 
max Fy

max

yNA
Strain Stress
NA
EI
My
y 





A
dA
y
My 
Perilaku Plastis - Momen
A2
A1
“Equal area axis”
Plastic Neutral Axis
Sumbu netral dari penampang yang dalam kondisi plastik sempurna disebut dengan
‘plastic neutral axis’ (PNA). Sebelum menghitung Mp, PNA perlu dicari terlebih
dahulu dengan menggunakan persyaratan, P = 0.
0



 

 Atension
tension
Acomp
comp
A
dA
dA
dA
P 


Untuk penampang yang plastis sempurna :
Fy
comp 

 Fy
tension 


Jika Fy adalah sama untuk seluruh serat pada penampang, maka :
0



 
 Atension
Acomp
dA
Fy
dA
Fy
P
tension
comp A
A 
Berarti, jika Fy nilainya sama untuk seluruh serat pada penampang, PNA dapat dicari
dengan mensyaratkan bahwa luas daerah di atas PNA harus sama dengan luas daerah
dibawah PNA (A1 = A2).
Perilaku Plastis - Momen
Sifat – sifat PNA :
1. Jika lentur terjadi pada sumbu simetri penampang, maka PNA berada pada centroid.
Contoh : W-Shape, strong-axis bending
c.g
PNA
Perilaku Plastis - Momen
Menghitung Mp
Untuk suatu penampang yang fully plastic, Fy

 (+ atau - )
 



A
dA
Fy
y
Mp 0
Jika Fy adalah sama di sepanjang penampang :


A
dA
y
Fy
Mp
Ambil 

A
dA
y
Z , dimana y dihitung dari PNA, 
Z Plastic Section Modulus
Maka, Fy
Z
Mp 

Untuk sebagian besar penampang balok, umumnya Z tidak perlu dihitung dengan
integrasi di atas. Penampang dapat dibagi menjadi bentuk-bentuk geometri sederhana,
dan integral dapat diganti dengan penjumlahan :
 
 i
y
A
Z 1

1
A Luas bagian ke-I penampang
1

y Jarak dari PNA ke centroid Ai (selalu bernilai positif)
Penampang Balok
Persegi Empat Homogen
d/2
d/2
b
d
c.g
Penampang Persegi Empat Homogen
1. Perilaku Elastis - Momen
d/2
d/2
b


y
d

 
)
2
)(
( Fy
d
E 
2

y

  
 E

d/3
d/3
8
2
)
)(
2
(
2
1 2


b
Ed
d
E
b
d

8
2
)
)(
2
(
2
1 2


b
Ed
d
E
b
d

strain stress
Stress
resultan
1. Perilaku Elastis
Dari persamaan sebelumnya, 
EI
M 
3
12
1
bd
I 
2
d
c 
6
2
bd
c
I
S 

Momen leleh : )
(
6
2
Fy
bd
Fy
S
My 


Curvature leleh :
Ed
Fy
EI
My
y
2



Penampang Persegi Empat Homogen
1. Perilaku Elastis - Momen
0
8
8
3
3





  



b
Ed
b
Ed
P
dA
P
A
i
(asumsi NA benar)
)
3
(
8
)
3
(
8
2
2
d
b
Ed
d
b
Ed
P
y
dA
y
M
A
i
i


 


  

 EI
bd
E 

12
3

EI
M  Untuk daerah elastis
Pada saat leleh pertama : Fy
d
E 

2
max 

Ed
Fy
y
2



2
]
3
[
)
)(
(
2
2
1








jarak
gaya
d
Fy
b
d
My

 

 

Fy
bd
My
6
2

Penampang Persegi Empat Homogen
2. Perilaku Plastis - Momen
2. Perilaku Plastis
d/2
d/2
b
Fy
Fy
NA
d/4
d/4
PNA
(asumsi)
b(d/2)Fy
b(d/2)Fy
Penampang Persegi Empat Homogen
2. Perilaku Plastis - Momen
Hitung Mp dari Mp = Z Fy
4
)
4
)(
2
(
)
4
)(
2
(
2
2
2
1
1
bd
Z
d
d
b
d
d
b
y
A
y
A
A
y
dA
y
Z
A
i
i
NA






  
Fy
bd
ZFy
Mp 







4
2
Perhatikan bahwa menghitung “Z” adalah sama dengan menjumlahkan momen
terhadap PNA.
d/2
d/2
b
y
1
=d/4
y
1
=d/4
y
PNA
Kapasitas Balok Lentur
dan Shape Factor
 Shape factor atau faktor bentuk merupakan fungsi dari
bentuk penampang. Shape factor dapat dihitung sebagai
berikut:
 Secara fisik, shape factor menunjukkan tingkat efisiensi
penampang ditinjau dari perbandingan kapasitas maksimum
atau plastis terhadap kapasitas lelehnya.
 Beberapa nilai Shape Factor:
 Penampang Persegi Empat K = 1.5
 Penampang I K = 1.14
My
Mp
K 
Balok Lentur -
Perencanaan Geser
Vu < v Vn v = 0.90
 Vu adalah gaya geser perlu (dari beban yang bekerja)
 Vn adalah kuat geser nominal, dihitung sebagai
Vn = 0.6 fyw Aw
 Aw adalah luas penampang yang memikul geser
 fyw adalah tegangan leleh dari penampang yang memikul geser
 Untuk penampang persegi empat, Aw adalah luas total penampang,
Aw = b x h
 Untuk penampang I, Aw dianggap disumbangkan hanya oleh plat badan (web),
Aw = h x tw ; h = d – 2 tf (h adalah tinggi bersih plat badan)
 Batas kekuatan geser umumnya tidak menentukan, tetapi tetap harus dicek,
terutama jika terdapat lubang atau gaya terpusat pada plat badan

More Related Content

What's hot

Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokLeticia Freidac
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekanIndah Rosa
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geserKetut Swandana
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanterbott
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaRafi Perdana Setyo
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonMira Pemayun
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
Laporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur bajaLaporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur bajatanchul
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalenafat civik
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012فهرودين سفي
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturKomang Satriawan
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014WSKT
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Nurul Angreliany
 

What's hot (20)

Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
 
105567761 tabel-baja-gunung-garuda
105567761 tabel-baja-gunung-garuda105567761 tabel-baja-gunung-garuda
105567761 tabel-baja-gunung-garuda
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Laporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur bajaLaporan tugas struktur baja
Laporan tugas struktur baja
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
Perencanaan Kolom
Perencanaan KolomPerencanaan Kolom
Perencanaan Kolom
 
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
183013186 contoh-perhitungan-gempa-statik-ekuivalen
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
perhitungan-atap
perhitungan-atapperhitungan-atap
perhitungan-atap
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan struktur
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
 
Analisa matriks
Analisa matriksAnalisa matriks
Analisa matriks
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
 

Similar to SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt

Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Batang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptxBatang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptxnugrahafillah1
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaAmi_Roy
 
S struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniS struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniiky
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajamoses hadun
 
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptsambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptfitryhasdanita1
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfMuhamadIlham279890
 
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptxPPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptxGentaPermata2
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxZAIDSULAIMAN5
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaasroel1995
 

Similar to SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt (20)

Bab iii perencanaan kuda
Bab iii perencanaan kudaBab iii perencanaan kuda
Bab iii perencanaan kuda
 
JALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdfJALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdf
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Batang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptxBatang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptx
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur baja
 
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdfPelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
 
Bab vijb
Bab vijbBab vijb
Bab vijb
 
173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur
 
S struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniS struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murni
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Baja i-3
Baja i-3Baja i-3
Baja i-3
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).pptsambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
sambungan-des-2005 (Sambungan baut).ppt
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptxPPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
PPT PRAPRO AZRCHKM.pptx
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-baja
 

More from darmadi ir,mm

Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptx
Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptxTransformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptx
Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptxdarmadi ir,mm
 
23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx
23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx
23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptxdarmadi ir,mm
 
studi-kelayakan-pusaha.ppt
studi-kelayakan-pusaha.pptstudi-kelayakan-pusaha.ppt
studi-kelayakan-pusaha.pptdarmadi ir,mm
 
PENGANTAR antrian halim.pptx
PENGANTAR antrian halim.pptxPENGANTAR antrian halim.pptx
PENGANTAR antrian halim.pptxdarmadi ir,mm
 
BUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdf
BUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdfBUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdf
BUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdfdarmadi ir,mm
 
05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx
05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx
05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptxdarmadi ir,mm
 
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptx
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptxMateri LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptx
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptxdarmadi ir,mm
 
iv10_linear_pose.pptx
iv10_linear_pose.pptxiv10_linear_pose.pptx
iv10_linear_pose.pptxdarmadi ir,mm
 
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdfdarmadi ir,mm
 
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdf
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdfMateri LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdf
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdfdarmadi ir,mm
 
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptmetode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptdarmadi ir,mm
 
Horizontal Alignment TOP TOP.pptx
Horizontal Alignment TOP TOP.pptxHorizontal Alignment TOP TOP.pptx
Horizontal Alignment TOP TOP.pptxdarmadi ir,mm
 
TUGAS ASESSOR RPL.pptx
TUGAS ASESSOR RPL.pptxTUGAS ASESSOR RPL.pptx
TUGAS ASESSOR RPL.pptxdarmadi ir,mm
 
Kuliah Tatacara Asesmen.ppt
Kuliah Tatacara Asesmen.pptKuliah Tatacara Asesmen.ppt
Kuliah Tatacara Asesmen.pptdarmadi ir,mm
 
vehicle calibration.ppt
vehicle calibration.pptvehicle calibration.ppt
vehicle calibration.pptdarmadi ir,mm
 
tatacara kalibrasi Kendaraan.ppt
tatacara kalibrasi Kendaraan.ppttatacara kalibrasi Kendaraan.ppt
tatacara kalibrasi Kendaraan.pptdarmadi ir,mm
 
Template seminar TA 2020.pptx
Template seminar TA 2020.pptxTemplate seminar TA 2020.pptx
Template seminar TA 2020.pptxdarmadi ir,mm
 
Laporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptx
Laporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptxLaporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptx
Laporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptxdarmadi ir,mm
 
Presentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.ppt
Presentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.pptPresentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.ppt
Presentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.pptdarmadi ir,mm
 
DARMADI Menyusun Skripsi.pptx
DARMADI Menyusun Skripsi.pptxDARMADI Menyusun Skripsi.pptx
DARMADI Menyusun Skripsi.pptxdarmadi ir,mm
 

More from darmadi ir,mm (20)

Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptx
Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptxTransformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptx
Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Dikti-06 sept 2023.pptx
 
23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx
23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx
23-8-7 Introduction of JICA Project_ind.pptx
 
studi-kelayakan-pusaha.ppt
studi-kelayakan-pusaha.pptstudi-kelayakan-pusaha.ppt
studi-kelayakan-pusaha.ppt
 
PENGANTAR antrian halim.pptx
PENGANTAR antrian halim.pptxPENGANTAR antrian halim.pptx
PENGANTAR antrian halim.pptx
 
BUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdf
BUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdfBUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdf
BUAT PPT nya spt ini Pondasi.pdf
 
05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx
05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx
05.21.2018 Paparan ULF-ULO Ciledug, Jalan Tol Kanci-Pejagan.pptx
 
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptx
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptxMateri LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptx
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pptx
 
iv10_linear_pose.pptx
iv10_linear_pose.pptxiv10_linear_pose.pptx
iv10_linear_pose.pptx
 
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
 
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdf
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdfMateri LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdf
Materi LKPS_HR_Akreditasi-UnggulI.pdf
 
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.pptmetode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
metode-xx kerja-pelaksanaan-perkerasan-kaku.ppt
 
Horizontal Alignment TOP TOP.pptx
Horizontal Alignment TOP TOP.pptxHorizontal Alignment TOP TOP.pptx
Horizontal Alignment TOP TOP.pptx
 
TUGAS ASESSOR RPL.pptx
TUGAS ASESSOR RPL.pptxTUGAS ASESSOR RPL.pptx
TUGAS ASESSOR RPL.pptx
 
Kuliah Tatacara Asesmen.ppt
Kuliah Tatacara Asesmen.pptKuliah Tatacara Asesmen.ppt
Kuliah Tatacara Asesmen.ppt
 
vehicle calibration.ppt
vehicle calibration.pptvehicle calibration.ppt
vehicle calibration.ppt
 
tatacara kalibrasi Kendaraan.ppt
tatacara kalibrasi Kendaraan.ppttatacara kalibrasi Kendaraan.ppt
tatacara kalibrasi Kendaraan.ppt
 
Template seminar TA 2020.pptx
Template seminar TA 2020.pptxTemplate seminar TA 2020.pptx
Template seminar TA 2020.pptx
 
Laporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptx
Laporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptxLaporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptx
Laporan Kerja Praktek-Latif Murdian.pptx
 
Presentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.ppt
Presentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.pptPresentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.ppt
Presentasi DED Ujian RKK Pluit 2022.ppt
 
DARMADI Menyusun Skripsi.pptx
DARMADI Menyusun Skripsi.pptxDARMADI Menyusun Skripsi.pptx
DARMADI Menyusun Skripsi.pptx
 

SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt

  • 2. Struktur Baja  Didasarkan atas sifat material baja yang dapat menahan tegangan tarik maupun tekan  Kekuatan dan daktilitas material baja relatif tinggi  Struktur ringan sehingga menguntungkan untuk struktur jembatan bentang panjang, bangunan tinggi, ataupun struktur cangkang  Waktu pengerjaan relatif singkat (tidak memerlukan set-up time)  Disain meliputi disain elemen dan sambungan  Kelangsingan elemen harus diperhitungkan untuk menghindari hilangnya kekuatan akibat tekuk
  • 3. Struktur Baja  Terbagi atas 3 kategori:  Struktur rangka, dengan elemen-elemen tarik, tekan, dan lentur  Struktur cangkang (elemen tarik dominan)  Struktur tipe suspensi (elemen tarik dominan)  Perencanaan dengan LRFD (Load and Resistance Factor Design)
  • 11. Dome
  • 12. Dome
  • 13. Sistem Struktur Struktur Baja Bangunan Industri Bentang < 20 m -> tanpa haunch Bentang > 20 m -> dengan haunch Bentang 40 - 70 m Bentang > 70 m Rangka Batang Ruang
  • 14. Sistem Struktur Sistem Bracing Bangunan Industri Panjang sampai (60-80) m Panjang melebihi (60-80) m
  • 15. Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design)  Perencanaan berdasarkan kondisi-kondisi batas  Kekuatan (keselamatan): kekuatan, stabilitas, fatique, fracture, overturning, sliding  Kenyamanan: lendutan, getaran, retak  Memperhitungkan dan memisahkan probabilitas overload dan understrength secara explisit  Perhitungan:    i i n Q R Rn = Kekuatan nominal Q = Beban nominal  = Faktor reduksi kekuatan  = Faktor beban
  • 16. Perencanaan Berdasarkan LRFD (Baja) Faktor Keamanan  Faktor Beban: tergantung jenis dan kombinasi Q = 1.4 D Q = 1.2 D + 1.6 L Q = 1.2 D + 1.3 W Q = 1.2 D + 1.0 E Q = 0.9 D + 1.3 W Q = 0.9 D + 1.0 E  Faktor Ketahanan: tergantung jenis elemen dan kondisi batas  Gaya aksial tarik t = 0.9  Gaya aksial tekan c = 0.85  Lentur c = 0.9  Geser balok v = 0.9
  • 17. Sifat Material Baja  Tipikal Kurva Tegangan vs Regangan Baja
  • 18. Kurva Tegangan vs Regangan Baja
  • 23. Perencanaan Batang Tarik  Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik, dimana seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga mencapai keruntuhan  Batang tarik adalah komponen struktur yang memikul/ mentransfer gaya tarik antara dua titik pada struktur  Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tarik jika:  Kekakuan lenturnya dapat diabaikan, seperti pada kabel atau rod  Kondisi sambungan dan pembebanan hanya menimbulkan gaya aksial pada elemen, seperti pada elemen rangka batang
  • 24. Kuat Tarik Rencana Nu <  Nn Nu : Gaya aksial tarik terfaktor  Nn : Kuat tarik rencana a. Kondisi Leleh sepanjang batang:  Nn = 0.90 Ag fy b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:  Nn = 0.75 Ae fu dimana : Ag = luas penampang kotor Ae = luas efektif penampang fy = tegangan leleh fu = kekuatan (batas) tarik Koefisien reduksi :  0.90 untuk kondisi batas leleh  0.75 untuk kondisi batas fraktur Kondisi fraktur lebih getas/berbahaya d Kondisi fraktur lebih getas/berbahaya dan harus lebih dihindari
  • 25. Luas Kotor dan Luas Efektif  Penggunaan luas Ag pada kondisi batas leleh dapat digunakan mengingat kelelehan plat pada daerah berlubang akan diikuti oleh redistribusi tegangan di sekitarnya selama bahan masih cukup daktail (mampu berdeformasi plastis cukup besar) sampai fraktur terjadi.  Kondisi pasca leleh hanya diijinkan terjadi pada daerah kecil/pendek disekitar sambungan, karena kelelehan pada seluruh batang akan menimbulkan perpindahan relatif antara kedua ujung batang secara berlebihan dan elemen tidak mampu lagi berfungsi.  Batas Leleh: Pada sebagian besar batang, diperhitungkan sebagai penampang utuh => Ag  Batas Fraktur: Pada daerah pendek disekitar perlemahan, diperhitungkan penampang yang efektif => Ae
  • 26. Penampang Efektif, Ae Pada daerah sambungan terjadi perlemahan:  Shear lag => luas harus direduksi dengan koefisien U  Pelubangan => pengurangan luas sehingga yang dipakai pada daerah ini adalah luas bersih An Ae = An U
  • 27. Shear Lag Tegangan tarik yang tidak merata pada daerah sambungan karena adanya perubahan letak titik tangkap gaya P pada batang tarik : Di tengah bentang: pada berat penampang Di daerah sambungan: pada sisi luar penampang yang bersentuhan dengan elemen plat yang disambung. x P P
  • 28. Koefisien Reduksi Penampang akibat Shear Lag  Bagian plat siku vertikal memikul sebagian besar beban transfer dari baut.  Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi lubang baut, barulah seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik secara merata.  Daerah penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban tarik P belum mencapai harga Ag.fy. Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur digunakan luas penampang efektif, Ae : Ae = A U dimana : U : koefisien reduksi
  • 29. Koefisien Reduksi Penampang U: koefisien reduksi 9 . 0 L x 1 U     x : eksentrisitas sambungan L : panjang sambungan dalam arah gaya, yaitu jarak terjauh antara dua baut pada sambungan. Harga U dibatasi sebesar 0.9. U dapat diambil lebih besar dari 0.9 apabila dapat dibuktikan dengan kriteria yang dapat diterima.
  • 30. Luas Penampang Efektif: Ae = A x U a) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh baut : A = An = luas penampang bersih terkecil antara potongan 1-3 dan potongan 1-2-3 U dihitung sesuai rumus diatas 1 Potongan 1-3 : - n d t A A g n  2 u P u P 3 Potongan 1-2-3 :   u 4 t s - n d t + A A 2 g n s dimana : Ag = luas penampang kotor t = tebal penampang d = diameter lubang n = banyaknya lubang s = jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen struktur u = jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh.
  • 31. Luas Penampang Efektif: Ae = A x U b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan plat, atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang : A = Ag U dihitung sesuai rumus diatas Potongan I - I I P P I
  • 32. Luas Penampang Efektif: Ae = A x U A = luas penampang yang disambung las U = 1, bila seluruh ujung penampang di las.
  • 33. Luas Penampang Efektif: Ae = A x U d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi bagian ujung elemen : A = A plat l > 2w : U = 1.0 2w > l > 1.5 w : U = 0.87 1.5w > l > w : U = 0.75 dimana : w: lebar plat (jarak antar garis las) l : panjang las memanjang
  • 34. Luas Penampang Efektif: Ae = A x U Selain uraian tersebut di atas , ketentuan di bawah ini dapat digunakan : a. Penampang-I (W, M, S pada AISC manual) dengan b/h > 2/3 atau penampang T yang dipotong dari penampang I ini dan Sambungan pada plat sayap dengan n baut > 3 per baris (arah gaya) U = 0.90 b. Seperti butir a., tetapi untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun: U = 0.85 c. Semua penampang dengan banyak baut = 2 per-baris (arah gaya) : U = 0.75
  • 35. Luas Penampang Efektif Penentuan L untuk perhitungan U pada lubang baut zigzag
  • 36. Luas Penampang Efektif Penentuan L untuk perhitungan U pada sambungan las
  • 37. Luas Penampang Efektif Penentuan x untuk perhitungan U untuk beberapa kasus sambungan
  • 38. Kelangsingan Batang Tarik Batasan kelangsingan yang dianjurkar dalam peraturan ditentukan berdasarkan pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis untuk: a. Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam fabrikasi, transportasi dan tahap konstruksi b. Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang c. Menghindari getaran Batasan kelangsingan,  ditentukan sebagai berikut:  < 240 , untuk komponen utama  < 300 , untuk komponen sekunder dimana :  = L/i L = panjang batang tarik i = A Imin Untuk batang bulat, diameter dibatasi sebesar l/d < 500
  • 39. Contoh: A. Kuat Tarik Rencana Sebuah batang tarik berupa pelat (2 x 15) cm disambungkan ke pelat berukuran (2x30) cm dengan las memanjang sepanjang 20 cm pada kedua sisinya, seperti terlihat pada gambar. Kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama : fy = 2400 kg/cm2 , fu = 4000 kg/cm2 . Berapa beban rencana, Nu, yang dapat dipikul batang tarik ? P P 30 cm 15 cm 2 cm 2 cm 20 cm
  • 40. Contoh: A. Kuat Tarik Rencana Jawab: Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban rencana akan ditentukan oleh kuat tarik plat yang lebih kecil luas penampangnya, yaitu plat 2x15. Kriteria disain : Nu <  Nn Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur : a. Plat leleh : Nu =  Nn = 0.9 fy Ag = 0.9 (2400 kg/cm2 ) ( 2x15 cm2 ) = 64.8 ton b. Plat fraktur : Nu =  Nn = 0.75 fu Ae dimana : A = Ag = 2 x 15 cm2 = 30 cm2 l/w = 20/15 = 1.33, jadi U diambil 0.75 Ae = A U = (30 cm2 ) (0.75) = 22.5 cm2 Nu = 0.75 (4000 kg/cm2) (22.5 cm2) = 67.5 ton Dari kedua nilai kuat rencana, Nu, yang menentukan adalah nilai yang lebih kecil. Nu < 64.8 ton.
  • 41. Contoh: B. Disain Penampang Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah : Beban mati: Pd = 50 ton Beban hidup: Pl = 40 ton. Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I dengan fy = 2400 kg/cm2 fu = 4000 kg/cm2 dengan kombinasi beban: 1.4 Pd 1.2 Pd + 1.6 Pl Jawab :  Menghitung Beban Beban rencana terfaktor, Nu: Nu1 = 1.4 Pd = 1.4 (50 ton) = 70 ton Nu2 = 1.2 Pd + 1.6 Pl = 1.2 (50 ton) + 1.6 (40 ton) = 124 ton Nu2 menentukan.
  • 42. Contoh: B. Disain Penampang  Menghitung Ag minimum : 1. Kondisi leleh: Nu <  fy Ag Ag min = 41 . 57 m ton 24000 9 . 0 ton 124 2        cm2 2. Kondisi Fraktur : Nu <  fu Ae =  fu An U An > 9 . 0 m ton 100 x 400 75 . 0 ton 124 2       An > 45.93 cm2
  • 43. Contoh: B. Disain Penampang Untuk batang - I disambung pada kedua sayapnya seperti pada gambar: h b U = 0.90 untuk b/h > 2/3 Berdasarkan Ag > 57.41 cm2 , ambil IWF-200, tf = 12 mm lubang baut: d = 2.5 cm Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang = 4 (2.5) (1.2) = 12 cm2 Maka dari kondisi fraktur diperoleh : Ag min = An min + jumlah luas lubang baut = 45.93 + 12 cm2 = 57.93 cm2
  • 44. Contoh: B. Disain Penampang Dari kedua kondisi batas di atas, diambil harga terbesar : Ag min = 57.93 cm2 Menghitung i-min untuk syarat kelangsingan: imin = L/240 = 1000/240 cm = 4.17 cm Ambil : IWF 200.200.8.12 Cek : b/h = 1 > 2/3 OK Ag = 63.53 cm2 > 57.93 cm2 OK iy = 5.02 cm > 4.17 OK (sedikit lebih boros)
  • 45. Keruntuhan Geser Blok Block shear rupture: kegagalan akibat terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan s s s2 s1 Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir:  tegangan tarik pada penampang tegak lurus sumbu batang  tegangan geser pada penampang sejajar sumbu batang
  • 46. Tipe Keruntuhan Geser Blok 1. Pelelehan geser – Fraktur tarik Bila : fu Ant > 0.6 fu Ans : t.Nn = t ( fu Ant + 0.6 fy Ags ) 2. Fraktur geser – Pelelehan tarik Bila : 0.6 fu Ans > fu Ant : t.Nn = t ( fy Agt + 0.6 fu Ans ) dimana : Ags = Luas bruto yang mengalami pelelehan geser Agt = Luas bruto yang mengalami pelelehan tarik Ans = Luas bersih yang mengalami fraktur geser Ant = Luas bersih yang mengalami fraktur tarik
  • 48. Perencanaan Batang Tekan  Kuat tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan:  Bahan:  Tegangan leleh  Tegangan sisa  Modulus elastisitas  Geometri:  Penampang  Panjang komponen  Kondisi ujung dan penopang
  • 49. Perencanaan Batang Tekan  Kondisi batas:  Tercapainya batas kekuatan  Tercapainya batas kestabilan (kondisi tekuk)  Kondisi tekuk/batas kestabilan yang perlu diperhitungkan:  Tekuk lokal elemen plat  Tekuk lentur  Tekuk torsi atau kombinasi lentur dan torsi
  • 50. Kurva Kekuatan Kolom  Hubungan antara Batas Kekuatan dan Batas Kestabilan
  • 51. Batas Kekuatan (LRFD) min 0.85 1 untuk 0,25 1 u n c y n g cr g g y c y k c N N f N A f A A f f L i E                Kapasitas Aksial Batang Tekan:    i i n Q R Rn = Kekuatan nominal Q = Beban nominal   Faktor reduksi kekuatan   Faktor beban
  • 52. Batas Kestabilan Inelastis Kapasitas Aksial Batang Tekan: ; 0.85 0,25 1,2 1,43 1,6 0,67 u n c y n g cr g c c N N f N A f A                 y cn F . 658 . 0 F 2  
  • 53. Batas Kestabilan Elastis 2 min ; 0.85 1,25 untuk 1,2 1 1,25 u n c y n g cr g c c y k c g N N f N A f A f L i E A f                  Kapasitas Aksial Batang Tekan:
  • 54. Batas Kekuatan dan Kestabilan Lentur 0 50 100 150 200 250 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Kelangsingan, KL/r Tegangan Kritis MPa 1.67 f-ijin/w fy/w 1.67 fa(ASD-AISC) fy/w(LRFD-AISC)
  • 55. Panjang Tekuk dan Batas Kelangsingan  Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya merupakan komponen pada struktur segitiga (rangka-batang) atau merupakan komponen struktur dengan kedua ujung sendi. Untuk kasus-kasus ini, faktor panjang tekuk ditentukan tidak kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as sambungan dengan komponen struktur lainnya.  Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan kelangsingan dibatasi: min 200 k L r  k c L k l l  
  • 57. Tekuk Lokal  Tekuk lokal terjadi bila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan kritis pelat.  Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar, perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.  Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan tebal dan lebar elemen penampang yang menjamin tekuk lokal tidak akan terjadi sebelum tekuk lentur. Hal ini diatur dalam peraturan dengan membatasi kelangsingan elemen penampang komponen struktur tekan: Besarnya ditentukan dalam Tabel 7.5-1 (Tata Cara Perencanaan Struktur Baja https://ocw.upj.ac.id/files/Textbook-CIV-303-SNI-1729- / r b t     r 
  • 58. Tekuk Lentur-Torsi  Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban aksial tekan murni ditentukan oleh tekuk lentur. Efisiensi sedikit berkurang apabila tekuk lokal terjadi sebelum tekuk lentur.  Beberapa jenis penampang berdinding tipis seperti L, T, Z dan C yang umumnya mempunyai kekakuan torsi kecil, mungkin mengalami tekuk torsi atau kombinasi tekuk lentur-torsi  Untuk kepraktisan perencanaan, peraturan tidak menyatakan perlu memeriksa kondisi tekuk torsi/lentur-torsi apabila tekuk lokal tidak terjadi kecuali untuk penampang L-ganda atau T  Untuk komponen struktur dengan penampang L-ganda atau T harus dibandingkan kemungkinan terjadinya tekuk lentur pada kedua sumbu utama dengan tekuk torsi/lentur-torsi
  • 59. Penampang Majemuk  Kelangsingan arah sumbu bahan x x x kL i    Kelangsingan arah sumbu bebas bahan . ky y y k L i    Kelangsingan ideal 2 2 2 iy y l m       Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk 1,2 iy l    1,2 50 x l l      Komponen struktur yang terdiri dari beberapa elemen yang dihubungkan pada tempat-tempat tertentu, kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan.
  • 60. Komponen Tekan: Contoh Soal 1. Tentukan gaya aksial terpaktor (Nu = u Nu) dari kolom yang dibebani secara aksial pada gambar dibawah ini (fy = 250 MPa) Profil yang digunakan IWF 450.300.10.15 dengan besaran penampang sebagai berikut: A = 135 cm2 ix = 18,6 cm iy = 7,04 cm 4 m IWF 450x300 Nu Nu
  • 61. Komponen Tekan: Contoh Soal 1 a) Menentukan rasio kelangsingan Untuk kondisi yang ujung-ujungnya jepit dan sendi: k = 0,8 Panjang tekuk: Lk = k.l = (0,8) (4 m) = 3,2 m 2 , 17 6 , 18 320 i L 45 , 45 04 , 7 320 i L x k y k     Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y b) Menentukan c y k y f 1 L i E 1 250 (45,45) 200000 0,511 c      
  • 62. Komponen Tekan: Contoh Soal 1 c) Menentukan daya dukung nominal tekan Cek kelangsingan pelat   y b 299 9,97 t 2 15 250 15.81 f . f r f r OK           Jadi tidak terjadi tekuk lokal, rumus u g cr g fy N = A .f = A .  dapat digunakan 1,43 0,25 1,2 maka 1,6 - 0,67 1,137 c c       
  • 63. Komponen Tekan: Contoh Soal 1 Daya dukung nominal:    -3 13500 250 x 10 1,137 2968,3 y n g f N A kN     e) Menentukan gaya aksial terfaktor: Nu Nu  n Nu n = faktor reduksi kekuatan = 0,85 Nu  (0,85) (2968.3) Nu = 2523.0 kN
  • 64. Komponen Tekan: Contoh Soal 2. Tentukan profil IWF untuk memikul beban-beban aksial tekan berikut : beban mati (DL) = 400 kN, beban hidup (LL) = 700 kN; Lk = 3m, fy = 250MPa. Solusi. a) Hitung beban ultimate Nu = (1,2) (400) + (1,6) (700) = 1600 kN b) Perkirakan luas penampang yang dibutuhkan dengan mengasumsikan kelangsingan awal min min 300 50 atau 6 cm 50 50 k k L L i i    
  • 65. Komponen Tekan: Contoh Soal 2   min 3 2 1 1 250 (50) 200.000 0,563 1.43 1.43 1,6 - 0,67 1,6 - 0,67 0,563 1,168 . 1600 10 250 0,85 1,168 8795 mm 87,95 cm c u n n n g cr u g n cr Lk fy c i E x N N A f N A f x Ag                           2
  • 66. Komponen Tekan: Contoh Soal 2 c) Dari Tabel profil, pilih IWF 350.250.9.14 dengan besaran penampang: Ag = 101,5 cm2 iy = 6 cm ix = 14,6 cm d) Cek kelangsingan pelat penampang: y f 250 250 8,93; = 15,81 2(14) f . f r r b t OK          Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi. a) Cek kelangsingan tehadap tekuk global: min 300 50 6 k L i   Disini kebetulan asumsi dan hasil perhitungan kelangsingan berdasarkan penampang yang dipilih sudah sama, sehingga besaran-besaran dan c   tidak perlu dihitung kembali
  • 67. Komponen Tekan: Contoh Soal 2 f) Cek kapasitas penampang:    2 3 . 101,5 10 250 10 1,168 2172,5 . (0,85) (2172,5) 1600 1846,6 . u g cr N A f x x kN Nu n Nn Nu kN kN OK          Penampang yang dipilih ternyata memenhi persyaratan dan cukup efisien.
  • 68. Komponen Tekan: Contoh Soal 3. Disain profil baja kanal untuk menahan beban seperti pada gambar dibawah ini. Gaya uplift 60 kN, dimana 55 kN adalah beban hidup. Sisanya beban mati. Diketahui fy=400MPa. 6 m 4 1 60 kN 30 kN 30 kN
  • 69. Komponen Tekan: Contoh Soal 3 Solusi. a) Hitung beban terfaktor Nu. Beban tekan pada struktur adalah: 120kN 5 55 1,2 (120) 1,6 (120) 188 60 60 u N kN                b) Perkirakan ratio kelangsingan Karena panjang bentang cukup besar, diperkirakan persyaratan kelangsingan akan menentukan. Perkirakan ratio kelangsingan mendekati nilai maksimum yang diijinkan untuk batang tekan utama : min 200, asumsi 1,0 k L k i   min 600 3 200 200 k L i    c) Coba profil C 40 dengan besaran-besaran penampang sebagai berikut h = 400 mm Ag = 9150 mm b = 100 mm ix = 149 mm t = 14 mm iy = 30,4 mm
  • 70. Komponen Tekan: Contoh Soal 3 d) Cek kelangsingan pelat penampang: y f y w 110 250 6,11; = 15,81 18 f . 328 665 23.43; = 42.06 14 f . f r r w r r b t OK h t OK                   Asumsi tidak terjadi tekuk lokal terpenuhi. e) Cek kelangsingan tehadap tekuk global: min 600 197.4 3.04 k L i  
  • 71. Komponen Tekan: Contoh Soal 3 f) Cek kapasitas penampang: min 2 2 1 1 400 (197.4) 200.000 2,89 1,25 1,25 2,89 10,44 400 0.85 9150 289000 289,0 10,44 188,0 0,63 1 OK. 298,0 k c n g cr u n n L fy c i E x N A f x x N kN N N                      Profil C40 memenuhi persyaratan dan ekonomis
  • 74. Perilaku Balok Lentur  Batas kekuatan lentur  Kapasitas momen elastis  Kapasitas momen plastis  Batas kekuatan geser
  • 75. Perilaku Balok Lentur - Momen  Balok mengalami momen lentur M, yang bekerja pada sumbu z, dimana z adalah sumbu utama ( y juga sumbu utama).  Tidak ada gaya aksial, P = 0.  Efek geser pada deformasi balok dan kriteria leleh diabaikan.  Penampang balok awalnya tidak mempunyai tegangan (stress- free) atau tidak ada tegangan residual.  Penampang balok adalah homogen (E, Fy sama), yaitu seluruh penampang terbuat dari material yang sama.  Tidak terjadi ketidakstabilan/tekuk pada balok. x M M Centriod (tiik berat) y z
  • 76. Perilaku Elastik - Momen yNA τmax σmax Strain Stress NA Untuk perilaku elastis, sumbu netral (neutral axis, yNA) terletak pada titik berat penampang (centroid, y) yNA = Jarak terhadap sumbu netral (NA) y = Jarak terhadap titik berat (centroidal axis)   NA y    E  untuk perilaku elastis   NA Ey 
  • 77. Perilaku Elastik - Momen     A A dA Ey y da y M ) (   dA y E M A   2  I dA y A   2 terhadap titik berat. Maka, y I y E I E y EI EI M           I My   Tentukan, max y c  I Mc  max  Tentukan,   c I s Elastic Section Modulus (mm3 , atau in3 ) s M  max 
  • 78. Perilaku Elastik - Momen Leleh pertama (first yield) terjadi jika Fy  max  Ambil My = yield momen SFy My  Kondisi pada saat M = My : y    max Fy  max  yNA Strain Stress NA EI My y       A dA y My 
  • 79. Perilaku Plastis - Momen A2 A1 “Equal area axis” Plastic Neutral Axis Sumbu netral dari penampang yang dalam kondisi plastik sempurna disebut dengan ‘plastic neutral axis’ (PNA). Sebelum menghitung Mp, PNA perlu dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persyaratan, P = 0. 0        Atension tension Acomp comp A dA dA dA P    Untuk penampang yang plastis sempurna : Fy comp    Fy tension    Jika Fy adalah sama untuk seluruh serat pada penampang, maka : 0       Atension Acomp dA Fy dA Fy P tension comp A A  Berarti, jika Fy nilainya sama untuk seluruh serat pada penampang, PNA dapat dicari dengan mensyaratkan bahwa luas daerah di atas PNA harus sama dengan luas daerah dibawah PNA (A1 = A2).
  • 80. Perilaku Plastis - Momen Sifat – sifat PNA : 1. Jika lentur terjadi pada sumbu simetri penampang, maka PNA berada pada centroid. Contoh : W-Shape, strong-axis bending c.g PNA
  • 81. Perilaku Plastis - Momen Menghitung Mp Untuk suatu penampang yang fully plastic, Fy   (+ atau - )      A dA Fy y Mp 0 Jika Fy adalah sama di sepanjang penampang :   A dA y Fy Mp Ambil   A dA y Z , dimana y dihitung dari PNA,  Z Plastic Section Modulus Maka, Fy Z Mp   Untuk sebagian besar penampang balok, umumnya Z tidak perlu dihitung dengan integrasi di atas. Penampang dapat dibagi menjadi bentuk-bentuk geometri sederhana, dan integral dapat diganti dengan penjumlahan :    i y A Z 1  1 A Luas bagian ke-I penampang 1  y Jarak dari PNA ke centroid Ai (selalu bernilai positif)
  • 82. Penampang Balok Persegi Empat Homogen d/2 d/2 b d c.g
  • 83. Penampang Persegi Empat Homogen 1. Perilaku Elastis - Momen d/2 d/2 b   y d    ) 2 )( ( Fy d E  2  y      E  d/3 d/3 8 2 ) )( 2 ( 2 1 2   b Ed d E b d  8 2 ) )( 2 ( 2 1 2   b Ed d E b d  strain stress Stress resultan 1. Perilaku Elastis Dari persamaan sebelumnya,  EI M  3 12 1 bd I  2 d c  6 2 bd c I S   Momen leleh : ) ( 6 2 Fy bd Fy S My    Curvature leleh : Ed Fy EI My y 2   
  • 84. Penampang Persegi Empat Homogen 1. Perilaku Elastis - Momen 0 8 8 3 3            b Ed b Ed P dA P A i (asumsi NA benar) ) 3 ( 8 ) 3 ( 8 2 2 d b Ed d b Ed P y dA y M A i i            EI bd E   12 3  EI M  Untuk daerah elastis Pada saat leleh pertama : Fy d E   2 max   Ed Fy y 2    2 ] 3 [ ) )( ( 2 2 1         jarak gaya d Fy b d My        Fy bd My 6 2 
  • 85. Penampang Persegi Empat Homogen 2. Perilaku Plastis - Momen 2. Perilaku Plastis d/2 d/2 b Fy Fy NA d/4 d/4 PNA (asumsi) b(d/2)Fy b(d/2)Fy
  • 86. Penampang Persegi Empat Homogen 2. Perilaku Plastis - Momen Hitung Mp dari Mp = Z Fy 4 ) 4 )( 2 ( ) 4 )( 2 ( 2 2 2 1 1 bd Z d d b d d b y A y A A y dA y Z A i i NA          Fy bd ZFy Mp         4 2 Perhatikan bahwa menghitung “Z” adalah sama dengan menjumlahkan momen terhadap PNA. d/2 d/2 b y 1 =d/4 y 1 =d/4 y PNA
  • 87. Kapasitas Balok Lentur dan Shape Factor  Shape factor atau faktor bentuk merupakan fungsi dari bentuk penampang. Shape factor dapat dihitung sebagai berikut:  Secara fisik, shape factor menunjukkan tingkat efisiensi penampang ditinjau dari perbandingan kapasitas maksimum atau plastis terhadap kapasitas lelehnya.  Beberapa nilai Shape Factor:  Penampang Persegi Empat K = 1.5  Penampang I K = 1.14 My Mp K 
  • 88. Balok Lentur - Perencanaan Geser Vu < v Vn v = 0.90  Vu adalah gaya geser perlu (dari beban yang bekerja)  Vn adalah kuat geser nominal, dihitung sebagai Vn = 0.6 fyw Aw  Aw adalah luas penampang yang memikul geser  fyw adalah tegangan leleh dari penampang yang memikul geser  Untuk penampang persegi empat, Aw adalah luas total penampang, Aw = b x h  Untuk penampang I, Aw dianggap disumbangkan hanya oleh plat badan (web), Aw = h x tw ; h = d – 2 tf (h adalah tinggi bersih plat badan)  Batas kekuatan geser umumnya tidak menentukan, tetapi tetap harus dicek, terutama jika terdapat lubang atau gaya terpusat pada plat badan