1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Public Relations
· Frank Jefkins
Public Relation adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam
maupun kelua, antara satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian’ (Public
Relations, Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin. 2002 hal 10).
· Public Relation adalah kelanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan,
dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar
individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill dari publik.
(Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si,
2007, hal.12)
· Public Relation merupakan suatu usaha yang secara sadar memotivasi agar orang-orang
terpengaruh, terutama melalui komunikasi agar timbul pikiran yang sehat
terhadap suatu organisasi, memberi rasa hormat, mendukung dan bertahan dengan
berbagai cobaan dan masalah. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S,
Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)
B. Peran Public Relations
Peran seorang Public Relations sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi / perusahaan.
Public Relations adalah sebagai Jembatan antara perusahaan dengan publik atau antara
manajemen dengan karyawannya agar tercapai Mutual Understanding (saling pengertian)
antara kedua belah pihak. Public Relations bertindak sebagai komunikator ketika manajemen
berhubungan dengan para karyawan
Adapun peran Public Relations menurut Dozier & Broom (20 : 2000) antara lain :
1) Penasehat Ahli ( Expert Prescriber )
1
2. Seorang Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan
tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan
dengan publiknya (Communicator Fasilitator ).
2) Fasilitator Komunikasi ( Communication Fasilitator )
Dalam hal ini, Public Relations bertindak sebagai komunikator atau
mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal dapat mendengar dan
memahami apa yang diinginnkan dan diharapkan oleh publiknya. Dan begitu juga
sebaliknya public juga mendengar dan memahami apa yang diharapkan oleh
manajemen.
3) Fasilitator Proses Pemecahan Masalah ( Problem Solving Process Fasilitator )
Peranan Public Relations dalam pemecahan masalah persoalan Public
Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat ( adviser ) hingga
mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis
yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
4) Teknisi Komunikasi ( Communication Technician )
Peranan communications technician ini menjadikan Public Relations
sebagai journalist in recident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi
atau dikenal dengan of communication in organizatio
C. Prinsip Public Relations
Arthur W. Page menyebutkan sejumlah prinsip yang dapat digunakan dalam praktek
dan sebagai filosofis PR dalam menjaga hubungan lembaga dengan publiknya.1
1. Tell the Truth.
Biarkan publik tahu apa yang terjadi dan sediakan gambar yang akurat dari
karakter ideal dan praktek lembaga. Segala kejadian maupun peritiwa yang terjadi di
dalam lembaga pemerintahan, merupakan obyek perhatian publik. Mengapa? Karena
1 http://reniekurniati.blogspot.com/2009/12/prinsip-prinsip-pr.html
2
3. lembaga pemerintahan merupakan lembaga yang berkedudukan di ruang publik. Artinya,
setiap kegiatan maupun pekerjaan yang dilakukan, dilakukan atas nama publik dan demi
kepentingan publik. Oleh sebab itu, publik memiliki hak tersendiri untuk mendapatkan
informasi sedalam-dalamnya terkait dengan lembaga
Dengan tersampaikannya informasi kepada publik, diharapkan publik menjadi tahu
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan lembaga, sehingga kemudian dapat sampai pada
tahap mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tersebut..
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan, melalui penyampaian informasi yang
akurat dan sebenar-benarnya terkait dengan suatu isu atau peristiwa atau kejadian, bahkan
kegiatan operasional sehari-hari. Berikan gambaran yang tepat, dan sediakan informasi
yang dibutuhkan kepada publik. Dengan demikian, publik mengetahui apa yang terjadi,
dengan sebenar-benarnya tanpa ada yang ditutupi. Kebutuhan mereka akan informasi yang
benar terpenuhi, dan hubungan baik antara lembaga dengan publiknya dapat dijaga.
Informasi yang dimaksud, dapat berupa data statistik, dokumentasi atau apapun
yang dapat berguna bagi publik luas. Informasi tersebut, kemudian disampaikan kepada
publik, tanpa ditutupi, atau dengan kata lain, sampaikan informasi dengan sejujur
mungkin. Untuk mendapatkan dukungan dari publik, karena publik dapat menangkap
apabila lembaga melakukan kebohongan. Akibatnya, akan lebih fatal bila publik dapat
menemukan kebenaran dari pihak lain, dan bukan dari lembaga itu sendiri. Kepercayaan
publik terhadap lembaga akan luntur, mengarah pada hilangnya dukungan publik kepada
lembaga. Hilangnya dukungan publik, akan menimbulkan kesulitan bagi lembaga pada
saat harus melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat publik.
2. Buktikan dengan Tindakan (Prove it with Action).
Persepsi publik dari lembaga ditentukan 90% dengan ‘melakukan,’ dan 10%
dengan ‘bicara.’ Setiap kegiatan maupun perilaku lembaga pemerintahan, selalu menjadi
perhatian publik. Perilaku lembaga, menjadi sumber informasi bagi public dalam
memberikan penilaian akan kinerja lembaga. Perilaku tersebut dapat dinilai dari cara
kerja anggota lembaga, arus informasi, dan segala peristiwa maupun kejadian yang
terjadi di dalam lembaga.
3
4. Penilaian positif, lebih mudah didapatkan melalui pembuktian dengan kerja nyata.
Publik lebih mudah menilai lembaga dari kinerjanya, dibandingkan melalui kegiatan
komunikasinya. Dengan demikian, lebih mudah bagi lembaga pemerintahan untuk
menjaga reputasinya dengan memberikan performa terbaik, dibandingkan melakukan
kegiatan komunikasi kepada public (meskipun kegiatan komunikasi itu penting). Karena,
publik lebih membutuhkan aksi nyata dibandingkan kegiatan yang sifatnya lip services.
Dengan kesadaran akan sifat publik ini, diharapkan lembaga lebih cermat dalam
menerapkan perilaku atau etos kerja di dalam lembaga tersebut. Etos kerja positif, dimana
kerja yang nyata lebih mendapat perhatian dan penilaian positif dibandingkan sekedar
berbicara.
3. Dengarkan Suara Konsumen/Masyarakat ( Listen to The Customer)
Untuk kebaikan lembaga, mengertilah pada keinginan dan kebutuhan publik.
Biarkan pembuat keputusan atas dan karyawan lainnya tetap diinformasikan tentang
reaksi publik terhadap kebijakan, dan praktek lembaga.
Salah satu aspek penting dalam menjaga hubungan baik dengan publik, adalah
mengerti keinginan konsumen. Keinginan konsumen, hanya dapat diketahui apabila ada
tindakan aktif dalam usaha mencari tahu apa saja yang menjadi kebutuhan, kesenangan,
atau apapun yang dapat mempengaruhi pendapat bahkan perilaku konsumen terkait
dengan lembaga. Kemudian pahamilah apa yang menjadi kebutuhan publik. Dengan
demikian, lembaga akan memiliki informasi penting mengenai publik. Dari informasi
tersebut, lembaga dapat membuat kerangka pemahaman akan publik, sehingga kemudian
dapat memperhitungkan reaksi publik atas kemunculan suatu produk dari lembaga.
Produk yang dimaksud, tidak hanya berupa barang atau jasa, akan tetapi dapat berupa
kebijakan.
Usaha untuk mencari tahu informasi seperti ini, perlu dilakukan, untuk kemudian
diteruskan kepada seluruh komponen lembaga pemerintahan. Sehingga, lembaga dapat
pula memformulasikan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang penerimaan publik akan
produknya. Jadi, tidak hanya pucuk pimpinan dalam lembaga yang memiliki pengetahuan
dan pemahaman tentang publik, akan tetapi seluruh komponen dalam lembaga memiliki
4
5. kerangka pengetahuan dan pemahaman yang sama. Tujuannya, untuk menjamin agar
lembaga dalam menetapkan kebijakan atau melakukan sebuah kegiatan tidak
bertentangan dengan keinginan publik sehingga dukungan publik dapat tetap dijaga.
4. Siapkan Diri untuk Esok (Manage for Tomorrow)
Antisipasi reaksi publik dan hilangkan praktek yang menciptakan kesulitan.
Ciptakan niat baik,setiap kegiatan yang dilakukan saat ini, karena hal itu akan berdampak
di masa depan. Demikian juga didalam lembaga. Penting bagi sebuah lembaga untuk
merencanakan setiap kegiatan, program maupun aktifitas sehari-hari yang akan dilakukan
dengan baik. Perencanaan untuk kegiatan di masa depan, bermanfaat dalam
menghindarkan kesulitan-kesulitan maupun kekacauan yang mungkin terjadi di masa
depan.
Dengan perencanaan yang matang, lembaga akan memiliki kemampuan untuk
memprediksi program yang dilakukan, dan hasil akhirnya. Untuk kemudian, digunakan
lembaga dalam memprediksi reaksi publik. Kemudian, lembaga dapat melakukan
antisipasi yang diperlukan guna menghindari kesulitankesulitan yang mungkin timbul di
masa depan.
5. Lakukan Tindakan PR Seakan Seluruh Lembaga/Lembaga Bergantung Padanya
(Conduct Public Relations as If The Whole Company Depends On it)
PR lembaga adalah fungsi manajemen. Tidak ada strategi lembaga yang dapat
diimplementasikan tanpa memikirkan dampaknya kepada publik. Profesional PR adalah
pembuat kebijakan yang mampu menangani aktifitas komunikasi lembaga dengan
jangkauan yang luas.
Setiap kebijakan lembaga, membutuhkan kegiatan komunikasi dalam proses
penyampaian kepada publik. Diperlukan strategi aktifitas komunikasi. Sebagai bagian
strategis dalam lembaga, maka PR memiliki fungsi-fungsi yang tidak tergantikan oleh
anggota lain dalam lembaga. Dalam setiap kegiatan komunikasi lembaga, maka
dibutuhkan kegiatan PR yang tepat dan komprehensif. Mulai dari perencanaan, eksekusi
sampai dengan evaluasi. Peran dan fungsi strategis ini, tidak dimiliki oleh setiap bagian
dalam lembaga. Kemampuan, dan peran strategis ini, memerlukan eksekutor yang cakap
5
6. dan mengerti apa yang dilakukannya. Karena kegiatan komunikasi tidak hanya
menjangkau publik dalam lembaga saja, tetapi juga menjangkau publik yang 9 luas.
Suatu lembaga, mutlak memerlukan PR dengan peran, fungsi dan kemampuannya
tersebut.
6. Remain Calm, Patient and Good Humored
Bersandarlah pada sikap yang konsisten, tenang dan berdasarkan perhatian ketika
menyampaikan informasi, atau melakukan kontak. Bila krisis muncul, ingat bahwa
komunikasi dengan kepala dingin adalah yang terbaik.
Kegiatan komunikasi pada dasarnya adalah kegiatan yang sifatnya persuasif.
Lembaga berusaha untuk mendapatkan dukungan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
memancing dukungan dari publik tanpa paksaan atau melalui sebuah tahapan konflik.
Cara atau metode dalam penyampaian sebuah materi atau isu melalui kegiatan
komunikasi, akan menentukan pandangan dan penerimaan publik. Terutama, pada saat
terjadi konflik, atau krisis. Dimana isu yang berkembang harus ditangani secepat
mungkin dengan penyelesaian yang logis dan komprehensif. Sebelum sampai pada
tahapan aksi, maka tentukan dulu pendekatan macam apa yang akan digunakan dalam
menghadapi masalah. Setelah itu, baru lakukan aksi. Dalam melakukan aksi, harap
diingat bahwa pendekatan persuasif akan lebih mendapatkan hasil positif. Tetap tenang
dalam menghadapi masalah, hadapi dengan kepala dingin. Onong Uchjana Effendy
menegaskan bahwa terdapat dua aspek hakiki yang melekat pada PR. Pertama, sasaran
PR adalah publik intern (Internal Public) dan public ekstern (External Public). Kedua,
kegiatan PR adalah komunikasi dua arah timbale balik (Reciprocal Two Way Traffic
Communication).
Pada aspek yang kedua, komunikasi dua arah timbal balik berarti, selain dalam
penyampaian informasi dari lembaga kepada publiknya, lembaga juga akan mendapatkan
informasi dari publik. Dalam komunikasi dua arah diharapkan dapat terjadi feedback,
yaitu informasi yang disampaikan oleh lembaga akan mendapatkan tanggapan positif atau
negatif dari publik. Seperti yang dikatakan oleh Onong,bahwa dalam rangka
penyampaian informasi, baik yang ditujukan kepada public intern maupun kepada publik
ekstern, harus terjadi arus balik (feedback). Ini berarti bahwa PR harus mengetahui efek
6
7. atau akibat dari penyampaian informasinya itu, apakah ditanggapi publik secara positif
atau secara negatif.
Dalam proses komunikasi, baik ke dalam maupun ke luar, PR berfungsi sebagai
penghubung yang kreatif. Bila terlibat dalam komunikasi ke luar, maka perhatian PR
harus ditujukan pada kepentingan dunia luar. Bila seseorang meminta informasi tentang
lembaga, baik ia seorang wartawan maupun seorang langganan, maka perhatian PR harus
ditujukan pada kepentingan lembaga. Di sini PR merupakan wakil atau juru bicara
lembaga. PR berbicara atas nama lembaga dan bertanggungjawab untuk menyampaikan
warta lembaga. Sehingga pada dasarnya, fungsi PR adalah menjadi penghubung antara
pimpinan lembaga dengan karyawan, atau lembaga dengan masyarakat.
PR berfungsi sebagai penghubung yang kreatif. Bila terlibat dalam komunikasi ke
luar, maka perhatian PR harus ditujukan pada kepentingan dunia luar. Bila seseorang
meminta informasi tentang lembaga, baik ia seorang wartawan maupun seorang
langganan, maka perhatian PR harus ditujukan pada kepentingan lembaga. Di sini PR
merupakan wakil atau juru bicara lembaga. PR berbicara atas nama lembaga dan
bertanggungjawab untuk menyampaikan warta lembaga. Sehingga pada dasarnya, fungsi
PR adalah menjadi penghubung antara pimpinan lembaga dengan karyawan, atau
lembaga dengan masyarakat. Arthur W. Page menyebutkan sejumlah prinsip yang dapat
digunakan dalam praktek dan sebagai filosofis PR dalam menjaga hubungan lembaga
dengan publiknya, yaitu; tell the truth; membuktikan dengan tindakan; mendengarkan
suara publik; menyiapkan diri untuk esok; melakukan tindakan seakan seluruh lembaga
bergantung pada Anda; dan remain calm, patient and good humored.
D. Proaktif dan Reaktif
7
8. Upaya PR dalam menjalankan kegiatannya tidak terlepas dari upaya menciptakan
goodwill yang ditujukan pada pihak eksternal seperti pemegang saham, pemerintah, LSM,
publik, kelompok tenaga kerja dan konsumen. Dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut tidak
hanya berkaitan dengan kegiatan pemasaran tetapi juga kegiatan yang berkaitan dengan
masalah manajemen umum.
Proactive Public Relations
Dengan sistematis berusaha mempengaruhi opini publik tanpa menunggu
datangnya serangan eksternal terhadap perusahaan
Reactive Public Relations
Merupakan respon terhadap serangan dari luar perusahaan dan upaya-upaya
menetralkan serangan tersebut.
Perbedaan proaktif dan reaktif
Public Relations menggunakan pendekatan yang mirip dengan system terbuka dan
tertutup, yaitu Pada saat mereka menggunakan istilah reaktif dan proaktif untuk
mendeskripsikan programnya. Program reaktif menggunakan pendekatan system yg
relative tertutup dalam membuat perencanaan dan manajemennya. Seperti ikan sotong yg
menyemburkan tinta, program Public Relations reaktif hanya akan aktif jika dirasa ada
gangguan. Contoh sederhana, saat kritik tidak dipedulikan, menghindari pemberitaan
media massa, menganggap tabu menyewa orang luar. Taktik defensive dan perlawanan
terhadap perubahan structural merepresentasikan system yg lambat dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan.
Program proaktif, sebaliknya, menggunakan ‘radar’ peringatan dirinya untuk
mengumpulkan informasi, membuat penyesuaian dan menghasilkan output internal dan
eksternal untk mencegah atau menghindari masalah.
Public Relation practitioner( praktisi PR) dalam mengantisipasi permasalahn yang
timbul mempunyai dua pilihan yang tergantung optimalisasi tujuan yang hendak dicapai
atau peran yang di berikan, yaitu sebagai berikut:
8
9. a. proaktif
1. Mampu mengatasi setiap kemungkinan yang timbul yang dapat
merugikan atau posisi yang tidak menguntungkan citra.
2. Bertindak sebagai pencari jalan keluar ketika menghadapi suatu
kesulitan yang terjadi.
3. Kesulitan yang timbul tersebut merupakan suatu tantangan untuk
siap dihadapi dan bukan sebaliknya, merupakan suatu ancaman
b. Reaktif
1. Tidak mampu atau bahkan menghindar untuk menghadapi suatu
kesulitan yang muncul apalagi upaya untuk menghadapinya.
2. Kalau timbul publikasi atau berita negative yang muncul
dihadapannya ,maka:
(a) Diam atau pasif karena tidak diberi wewenang
penuh untuk mengatasinnya
(b) Saling menyalahkan dan ketergantungan pada
atasan sangat tinggi.2
E. Studi Kasus
Contoh Kasus Public Relations Reaktif:
RS OMNI INTERNATIONAL VS PRITA
Public Relation RS OMNI tidak menjalankan fungsinya dengan tidak melakukan
program penanganan krisis (Crisis Plan). Management RS OMNI Nampak ingin tampil
sebagai pihak yang benar di mata hukum dengan membiarkan Lawyer-nya melakukan
pembelaan hukum lewat Pasal UU ITE ketimbang me-restrukturisasi reputasi perusahaan
di mata public.
2 Rosady ruslan, kiat dan strategi kampanye public relation, hal 87
9
10. Terbukti sepanjang kasus ini berkembang melalui media Blog, Facebook, dan
media Online besar; dalam 2 bulan pertama publik telah menguasai opini negative
mengenai RS OMNI. Suara media yang membela Prita bertepatan juga dengan masa
kampanye Pemilihan Presiden yang menjadikan Prita sebagai bahan kampanye semakin
mencoreng citra baik RS OMNI.
Pada akhirnya RS OMNI dengan sangat terlambat mengakui kesalahannya
dengan mencabut gugatan terhadap Prita di saat Koin Peduli Prita sukses berat disukung
mayoritas publik.
Sumber: http://afrilwibisono.wordpress.com/2009/12/18/online-crisis-management-seandainya-
saya-pr-rs-omni-international/
Contoh Kasus Public Relations Proaktif:
c. KASUS OREO
Dampak ditariknya produk makanan dari Cina yang mengandung melamin, adalah
ditariknya produk Oreo dikarenakan biskuit ini merupakan produksi Cina.
Pemulihan citra biskuit Oreo diimplementasikan melalui iklan baru dengan
menggunakan Ferdi Hasan sebagai endorser iklan. Iklan tersebut menceritakan tentang
seorang ayah (yang diperankan Ferdi Hasan) betapa sayangnya dia kepada 2 anaknya dan
hanya memberikan yang terbaik untuk anaknya sambil memberikan Oreo. Bahkan jalan
cerita iklan ini juga menjelaskan bahwa awalnya sang “ayah” merasa ragu, kemudian Ia
mendatangi pabrik pembuatan Oreo. Kemudian yakin bahwa produk Oreo yang dipasarkan
di Indonesia merupakan produksi dalam negeri sehingga dapat dipastikan tidak mengandung
melamin dan aman dikonsumsi.
Sumber: http://vikri-haryo-seno.blogspot.com/2009/12/perbaikan-citra-oreo-setelah-kasus.
html
d. Kasus perusahaan Johnson & Johnson’s,
Kasus yang pernah dialami oleh perusahaan Johnson & Johnson’s, yang bermula
pada meninggalnya delapan orang penduduk Chicago – AS pada tahun 1982, dan disusul
dengan kejadian serupa pada tahun 1986 yang menewaskan satu orang secara misterius,
10
11. dimana hasil otopsi yang dilakukan oleh tim forensik menunjukkan bahwa kesemua
orang tersebut meninggal diakibatkan oleh racun “sianida”, yang dimasukkan secara
sengaja oleh orang yang tidak bertanggung jawab ke dalam kapsul obat merek Tylenol
yang notabene diproduksi oleh Johnson & Johnson’s. Belakangan diketahui bahwa orang
yang memasukan racun sianida tersebut adalah mantan karyawan perusahaan yang sakit
hati karena di PHK.
Berita tewasnya penduduk Chicago itu tersebar cepat melalui media massa
sehingga mengakibatkan kepanikan di tengah masyarakat, khususnya kalangan
stakeholder seperti: pihak rumah sakit, dokter, pasien, maupun apoteker. Di sisi lain,
dalam bursa saham, harga saham Johnson & Johnson’s turun hingga 15% dalam periode
30 hari setelah berita tersebut tersebar di media massa, namun untungnya harga saham
kembali menguat selang 60 hari pasca upaya penyelesaian krisis dengan upaya
penanganan langkah yang tepat, yang dilakukan oleh pihak managemen.
Management perusahaan Johnson & Johnson’s bersama dengan departemen
public relationsnya melakukan serangkaian upaya berbasis dua hal, yaitu: tindakan dan
komunikasi, sebagai upaya respon cepat perusahaan terkait masalah yang mereka hadapi
saat itu, antara lain:
1. Memberikan peringatan dan mempublikasikan kepada masyarakat luas melalui
media massa untuk ”menghentikan” mengkonsumsi kapsul merek Tylenol hingga
diketahui secara pasti diwilayah pemasaran mana saja terdapat penyebaran kapsul
beracun itu terjadi (walaupun akhirnya diketahui wilayah penyebaran kapsul
beracun tersebut hanya terjadi di Chicago saja).
2. Menghentikan kegiatan produksi kapsul Tylenol, dan menghentikan pula iklan
produk obat tersebut di media massa.
3. Menjalin hubungan atau melakukan kontak dengan aparat keamanan, serta badan
POM (pengawas obat dan makanan).
4. Menarik seluruh kapsul Tylenol dari peredaran tanpa terkecuali, di seluruh AS dan
di 14 negara bagian lainnya, untuk kemudian dilakukan pemusnahan massal, yaitu
sebanyak 31 juta botol dengan estimasi nilai lebih dari US$ 100 juta..
11
12. 5. Merancang dan memproduksi kemasan kapsul yang baru, dimana tahan terhadap
bocor dan tidak mudah untuk ditembus oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
6. Mengembalikan kapsul Tylenol kemasan baru ke pasaran.
7. Melakukan upaya promosi kembali yang lebih intensif, guna meyakinkan
konsumen atas keamanan, keselamatan, dari kemasan baru yang kini jauh lebih
baik.
Setelah melihat ketujuh poin hal – hal yang dilakukan perusahaan Johnson &
Johnson’s diatas, kini kita dapat membagi menjadi dua hal, yaitu hal yang merupakan
tindakan (ditandai dengan poin 2, 4, 5, 6), dan hal – hal yang merupakan komunikasi
(ditandai dengan poin 1, 3, 7) Strategi komunikasi (communication strategy) harus pula
menukung program aksi / tindakan (action program), dimana meliputi serangkaian
tindakan antara lain:
1. Memberi-tahukan kepada khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal
mengenai tindakan apa yang akan / sedang dilakukan oleh perusahaan.
2. Membujuk khalayak sasaran untuk dapat menerima dan mendukung tindakan
yang akan / sedang dilakukan oleh perusahaan.
3. Mendorong khalayak sasaran yang sudah memiliki sikap mendukung atau
menerima untuk melakukan tindakan.
Terkait dengan strategi yang dilakukan oleh perusahaan Johnson & Johnson’s, terdiri atas
komponen strategi yang meliputi:
1. Strategi Khalayak : antara lain, konsumen, dokter, staf, apoteker, karyawan rumah
sakit, badan POM, pihak keamanan (kepolisian), dan media massa.
2. Strategi Pesan : dimana diawali dengan kegiatan mengumpulkan fakta mengenai
produksi kapsul Tylenol di wilayah Chicago, bekerja sama secara penuh dengan
badan POM, dan kepolisian; lalu melakukan upaya meyakinkan berbagai pihak
melalui pesan yang disebarkan, bahwa perusahaan secara sungguh – sungguh
ingin dan akan memecahkan masalah yang terjadi.
12
13. 3. Strategi Media : berusaha merespon krisis (Crisis Response) dengan cara terbuka
(openess) dan jujur terus terang dengan media massa dalam kegiatan
penyampaian fakta kepada masyarakat secepat mungkin (quick). Selain itu
perusahaan ini melakukan jumpa pers terkait kasus racun ”sianida” kapsul Tylenol
kepada media massa di 30 kota di seluruh AS melalui hubungan via satelit. Lalu
menunjuk satu juru bicara sehingga seluruh informasi hanya bersumber dari satu
orang (consistent).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
14. Diantara 2 strategi Public Relation, yang paling baik adalah strategi Proactive.
Dengan bersikap proaktif, Public Relation akan lebih siap dalam memegang kendali atas
proses pembentukan opini publik (yang bersifat negatif).
Program-program proaktif yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan monitoring perusahaan di social media (sangat penting di era Internet)
2. Melakukan lobbying dengan social media influencer.
3. Tetap meningkatkan kualitas dengan media massa konvesional maupun online
agar level lobbying dapat terjaga.
4. Tanggap apabila ada isu yang berpotensi negatif bagi reputasi perusahaan dan
segera disingkapi dengan bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Rosady ruslan, kiat dan strategi kampanye public relation
Ruslan, Rosady. 1995. Praktek dan solusi public relation dalam situasi krisis dan pemulihan citra.
Jakarta: Graha Indonesia.
14
15. Oliver, Sandra. 2001. Strategi Public Relations. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Jefkins, Frank dan Yadin, Danil. 2003. Public Relations edisi 5. Jakarta : Erlangga.
15