SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK
NOMOR 16 TAHUN 2012
PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK
NOMOR 16 TAHUN 2012
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KETERTIBAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DEPOK,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Pemerintah
Daerah mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
b. bahwa dalam upaya melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, Pemerintah Kota Depok telah
menetapkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Ketertiban Umum;
c. bahwa dalam pelaksanaannya Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam huruf b, perlu dilakukan penyesuaian
dengan perkembangan Peraturan Perundang-undangan dan
dinamika masyarakat saat ini;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Pembinaan dan Pengawasan
Ketertiban Umum;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3040);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
2
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah
Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3828);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4928);
10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
3
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5188);
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5145);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3527);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4276);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
4
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5094);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5230);
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2010
tentang Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan
Masyarakat Dalam Rangka Penegakan Hak Asasi Manusia;
24. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Depok
Tahun 2000 Nomor 27 Seri C);
25. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintah Kota Depok (Lembaran Daerah
Kota Depok Tahun 2008 Nomor 07);
26. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok
Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Depok
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok
Tahun 2011 Nomor 20);
5
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOK
dan
WALIKOTA DEPOK
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN KETERTIBAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Depok.
2. Kota adalah Kota Depok.
3. Walikota adalah Walikota Depok.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah DPRD Kota Depok.
5. Ketertiban Umum adalah suatu keadaan dinamis yang
memungkinkan pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram,
tertib dan teratur.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
7. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang diberikan
kewenangan untuk melaksanakan suatu urusan
pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya.
8. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah,dibawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
6
9. Jalur Hijau adalah jalur yang diatasnya terdapat tanaman
penghijauan.
10. Pengamen adalah orang yang baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama yang melakukan apresiasi seni dengan
menampilkan karya seni, yang dapat didengar oleh orang lain
dengan mengharapkan imbalan atau upah sebagai balas jasa.
11. Prostitusi adalah penjualan jasa seksual untuk mendapatkan
uang dan/atau barang.
12. Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
suara,bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan,
gerak tubuh,atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai
bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang
melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
13. Perjudian adalah kegiatan permainan bersifat untung-
untungan yang dilakukan melalui media dan/atau alat
tertentu dalam bentuk pertaruhan oleh seorang atau
sekelompok orang dengan maksud mendapatkan keuntungan
atau perbuatan yang dapat dipersamakan dengan itu.
14. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat.
15. Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS
adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Kota Depok yang diberi wewenang khusus oleh
Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap
pelanggaran Peraturan Daerah Kota Depok yang memuat
ketentuan pidana.
16. Asusila adalah suatu perbuatan dan tingkah laku yang
melanggar norma kesopanan, norma agama, dan norma
lainnya yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat.
17. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan,
promosi dan/atau penggunaan rokok.
18. Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk
kegiatan bagi masyarakat.
19. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya.
7
20. Pembinaan adalah perbuatan membina yang dilakukan secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
21. Pengendalian adalah usaha untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dan mengarahkan orang atau badan untuk
mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yang diharapkan.
22. Pengawasan adalah adalah proses untuk memastikan bahwa
segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
BAB II
KETERTIBAN UMUM
Bagian Pertama
Tertib Jalan dan Angkutan Jalan
Paragraf 1
Tertib Jalan
Pasal 2
(1) Setiap pejalan kaki harus berjalan di atas trotoar apabila jalan
dilengkapi trotoar.
(2) Setiap pejalan kaki harus menyeberang pada rambu atau
tempat penyeberangan yang disediakan.
(3) Setiap pejalan kaki dilarang menerobos atau melompat pagar
pembatas jalan.
(4) Setiap pejalan kaki dilarang berjalan di atas taman kota dan
jalur hijau.
Pasal 3
Setiap orang atau badan dilarang, kecuali atas izin pejabat yang
berwenang :
a. menutup Jalan;
b. membuat atau memasang Portal di jalan;
c. membuat atau memasang tanggul pengaman jalan;
d. membuat, memasang, memindahkan dan membuat tidak
berfungsinya rambu-rambu lalu lintas;
e. menutup terobosan atau putaran jalan;
f. membongkar jalur pemisah jalan;
g. membongkar, memotong, merusak pagar pengaman jalan;
h. melakukan perbuatan yang dapat berakibat merusak badan
jalan atau membahayakan keselamatan lalu lintas.
8
a. Pasal 4
b.Setiap orang yang tidak memiliki kewenangan dilarang melakukan
pengaturan lalu lintas kendaraan pada persimpangan jalan,
tikungan atau putaran jalan serta pada tempat-tempat tertentu
kecuali atas izin pejabat atau petugas yang berwenang.
c.
Paragraf 2
Tertib Angkutan Jalan
Pasal 5
Setiap pengemudi angkutan jalan dalam menaikkan dan
menurunkan penumpang wajib mematuhi rambu lalu lintas,
mengutamakan keselamatan penumpang dan pengguna jalan.
Pasal 6
Setiap orang atau badan dilarang:
a. mengangkut bahan berdebu, berbau busuk, dan mudah
tercecer dengan menggunakan alat angkutan yang terbuka;
b. mengangkut bahan berbahaya dan beracun, bahan yang
mudah terbakar, dan/atau bahan peledak tanpa dilengkapi
dengan perizinan yang sah; dan
c. menyelenggarakan angkutan tanah tanpa dilengkapi dengan
perizinan yang sah.
Pasal 7
(1) Setiap orang dilarang mengoperasikan angkutan penumpang
umum berupa bajaj, bemo, opelet, becak, pedati, delman, dan
sejenisnya di sepanjang jalur-jalur jalan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang sebagai daerah bebas bajaj, bemo,
opelet, becak, pedati, delman dan sejenisnya.
(2) Pada jalur jalan daerah bebas bajaj, bemo, opelet, becak,
pedati, delman dan sejenisnya dipasang rambu-rambu lalu
lintas.
d. Bagian Kedua
e. Tertib Jalur Hijau, Taman Kota dan Tempat Umum
f. Pasal 8
g.Setiap orang dilarang untuk :
h.a. melakukan perbuatan yang dapat merusak jalur hijau atau
taman kota;
i.b. melompat atau menerobos pagar yang ada di sepanjang
jalur hijau dan taman kota;
9
j.c. memanjat, menebang, memotong pohon dan tanaman
yang tumbuh di sepanjang jalur hijau dan taman kota, kecuali
dalam keadaan darurat;
k.d. memasang, menempel atau menggantungkan benda-benda/
barang-barang di sepanjang jalur hijau, taman kota dan
tempat umum kecuali atas izin pejabat yang berwenang;
l.e. menyimpan, mencuci atau memperbaiki kendaraan bermotor/
tidak bermotor di jalur hijau, taman kota dan tempat umum
kecuali atas izin pejabat yang berwenang;
m.f. menaikkan, menurunkan dan membongkar barang-barang
muatan kendaraan di sepanjang jalur hijau, taman kota dan
tempat umum, kecuali atas izin pejabat yang berwenang;
n.g. menyimpan barang-barang bangunan atau benda-benda lain
di sepanjang jalur hijau, taman kota dan tempat umum
kecuali atas izin pejabat yang berwenang;
o.h. memanfaatkan jalur hijau, taman kota dan tempat umum di
bawah jembatan atau jalan layang yang tidak sesuai dengan
fungsinya kecuali mendapat izin dari pejabat yang berwenang;
p.i. membuang air besar dan/atau air kecil di jalur hijau,
taman kota dan tempat umum kecuali di tempat yang telah
disediakan/toilet umum.
q.
Bagian Ketiga
Tertib Sungai, Situ/Danau, dan Saluran Air/Drainase
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang tinggal atau tidur di bantaran sungai,
situ/danau, dan saluran air/drainase.
(2) Setiap orang dilarang mencuci benda-benda yang dapat
menyebabkan tercemarnya air di sungai dan situ/danau.
(3) Setiap orang atau badan dilarang memanfaatkan sungai dan
situ/danau untuk kepentingan usaha kecuali atas izin dari
pejabat yang berwenang.
(4) Setiap orang atau badan dilarang memindahkan saluran
air/drainase, menyumbat, menutup secara permanen saluran
air/drainase, sehingga menyebabkan tidak berfungsinya
saluran air/drainase, tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
(5) Setiap orang atau badan dilarang menangkap ikan di sungai,
situ, saluran air/drainase dengan mempergunakan aliran
listrik, bahan peledak, atau bahan beracun.
10
Bagian Keempat
Tertib Lingkungan
Paragraf 1
Tertib Membuang Sampah
Pasal 10
(1) Setiap orang atau badan harus membuang sampah pada
tempat sampah yang telah disediakan.
(2) Setiap orang atau badan dilarang membuang dan menumpuk
sampah di jalan, jalur hijau, taman kota, sungai,
saluran/drainase, situ/danau dan tempat-tempat lain yang
dapat merusak keindahan dan kebersihan lingkungan.
(3) Setiap orang atau badan dilarang membakar sampah.
Paragraf 2
Tertib Keindahan Kota
Pasal 11
Setiap orang atau badan dilarang mencorat-coret, menulis,
melukis, menempel iklan yang bukan pada tempatnya yang dapat
mengganggu keindahan Kota, seperti :
a. sarana umum yang dapat berupa dinding atau tembok, pagar,
jembatan lintas, jembatan penyebarangan orang, halte, tiang
listrik, dan pohon;
b. bangunan milik perorangan atau badan tanpa seizin pemilik.
Paragraf 3
Tertib Pemeliharaan Hewan
Pasal 12
(1) Setiap orang atau badan wajib menjaga hewan peliharaannya.
(2) Setiap orang atau badan wajib menjamin agar hewan
peliharaannya tidak mengganggu, membahayakan, merusak,
dan mengotori lingkungan di sekitarnya.
Paragraf 4
Tertib Penggalian dan Pengurugan Tanah
Pasal 13
Setiap orang atau badan dilarang melakukan penggalian dan/atau
pengurugan tanah yang tidak sesuai dengan izin/rekomendasi
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang serta dapat
membahayakan orang lain dan lingkungan di sekitar lokasi
penggalian dan/atau pengurugan.
11
Bagian Kelima
Tertib Usaha/Berjualan
Pasal 14
(1) Setiap orang atau badan dilarang berjualan di jalan, trotoar,
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), pinggir rel kereta dan
bantaran sungai.
(2) Setiap orang atau badan dilarang berjualan di jalur hijau,
taman kota, dan tempat umum lainnya kecuali diizinkan oleh
pejabat yang berwenang.
(3) Setiap orang atau badan dilarang berjualan atau menyediakan
barang dan hal-hal yang bersifat pornografi.
(4) Setiap orang dilarang melakukan usaha sebagai calo
karcis/tiket angkutan umum, hiburan atau sejenisnya.
(5) Setiap orang atau badan dilarang melakukan usaha dengan
cara memasukan becak, bajaj, bemo, opelet dan/atau
sejenisnya ke Kota untuk dioperasionalkan secara komersial.
Bagian Keenam
Tertib Bangunan
Pasal 15
(1) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan atau
benda lain yang menjulang, di dalam kawasan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTET) dengan radius melebihi ketentuan
yang berlaku.
(2) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan pada
ruang milik jalan dan/atau saluran sungai, kecuali atas izin
pejabat yang berwenang.
(3) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan di
pinggir rel pada jarak yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(4) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan di
atas tanah milik negara atau Pemerintah Kota, fasilitas sosial
atau fasilitas umum milik Pemerintah kecuali atas izin pejabat
yang berwenang.
12
Bagian Ketujuh
Tertib Pemilik dan Penghuni Bangunan
Pasal 16
(1) Setiap pemilik dan penghuni bangunan, diwajibkan
memelihara pagar hidup maksimal 1 (satu) meter, dan bukan
pagar hidup, tinggi maksimal 1,5 (satu koma lima) meter,
dengan 1 (satu) meter diatasnya tembus pandang, kecuali
untuk bangunan Industri atau bangunan lain atas seizin
Pejabat yang berwenang.
(2) Setiap Pemilik, penghuni diwajibkan memotong pohon atau
tumbuhan yang mengganggu atau menimbulkan bahaya.
(3) Setiap pemilik, penghuni diwajibkan memberi penerangan
jalan di depan bangunannya atas biaya sendiri.
Bagian Kedelapan
Tertib Sosial
Paragraf 1
Larangan Asusila dan Prostitusi
Pasal 17
(1) Setiap orang dilarang:
a. melakukan perbuatan prostitusi;
b. menawarkan dan/atau menyediakan diri sendiri untuk
melakukan perbuatan prostitusi;
c. menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa,
menawarkan orang lain untuk melakukan perbuatan
prostitusi; dan
d. memakai jasa prostitusi.
(2) Setiap orang dilarang bertingkah laku asusila di jalan, jalur
hijau, taman dan tempat umum.
(3) Setiap orang atau badan dilarang
menyediakan/mengusahakan tempat asusila dan/atau
prostitusi.
(4) Setiap orang atau badan dilarang memberikan kesempatan,
sehingga menimbulkan perbuatan asusila dan/atau
prostitusi.
13
Paragraf 2
Tertib Memberi/Meminta Sumbangan/Mengemis
dan Mengamen
Pasal 18
(1) Setiap orang atau badan dilarang meminta sumbangan di
jalan, angkutan umum, rumah tinggal, kantor dan tempat
umum lainnya tanpa izin tertulis dari pejabat yang
berwenang.
(2) Setiap orang atau badan dilarang meminta
sumbangan/mengemis dan/atau mengamen di jalan,
persimpangan lampu merah, di dalam angkutan umum,
jembatan penyeberangan dan area perkantoran;
(3) Setiap orang atau badan dilarang menyuruh orang lain untuk
meminta sumbangan/mengemis dan/atau mengamen
di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Setiap orang atau badan dilarang memberikan sejumlah uang
atau barang kepada peminta sumbangan/pengemis dan/atau
pengamen di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
Paragraf 3
Larangan Berjudi dan Minum-Minuman Beralkohol
Pasal 19
(1) Setiap orang dilarang melakukan perjudian.
(2) Setiap orang atau badan dilarang membuka praktek
perjudian.
(3) Setiap orang dilarang minum-minuman beralkohol
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(4) Setiap orang dilarang mabuk yang mengganggu ketertiban
umum.
Paragraf 4
Tertib Sosial Lainnya
Pasal 20
Setiap orang dilarang melakukan perkelahian antar warga atau
kelompok.
14
Pasal 21
Setiap pemilik rumah kontrakan dan/atau rumah kos wajib
melaporkan setiap penghuni kontrakan dan/atau rumah kosnya
kepada Ketua RT dan Ketua RW setempat secara periodik
setiap 3 (tiga) bulan sekali.
Bagian Kesembilan
Tertib Kesehatan
Pasal 22
(1) Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan praktek
pengobatan atau yang berhubungan dengan kesehatan tanpa
izin tertulis pejabat yang berwenang.
(2) Setiap orang atau badan dilarang menawarkan dan/atau
menjual barang dan/atau jasa yang mempunyai efek
kesehatan tanpa izin pejabat yang berwenang.
Bagian Kesepuluh
Tertib Merokok
Pasal 23
(1) Setiap orang dilarang merokok di tempat yang dinyatakan
sebagai kawasan tanpa rokok.
(2) Kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
yaitu:
a. tempat umum;
b. tempat ibadah;
c. sarana pendidikan;
d. tempat kerja;
e. pelayanan kesehatan;
f. arena kegiatan anak; dan
g. kendaraan angkutan umum.
BAB III
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 24
(1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum dilakukan Walikota, dilaksanakan oleh
Organisasi Perangkat Daerah yang dalam tugas pokok dan
fungsinya bertanggung jawab dalam bidang penyelenggaraan
ketenteraman dan ketertiban umum bersama organisasi
perangkat daerah terkait lainnya.
15
(2) Pengendalian terhadap penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum dilakukan oleh Organisasi Perangkat Daerah
yang tugas pokok dan fungsinya bertanggungjawab dalam
bidang ketenteraman dan ketertiban umum bersama
Organisasi Perangkat Daerah terkait lainnya.
(3) Pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong
Praja bersama Penyidik Pegawai Negeri Sipil Organisasi
Perangkat Daerah terkait sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 25
Pengawasan dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan
Pemerintah dan Masyarakat.
Pasal 26
Sarana dan prasarana yang menjadi objek Ketertiban Umum
menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, dan masyarakat
harus dipenuhi oleh masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.
BAB IV
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 27
(1) Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan serta
dalam membantu upaya penyelenggaraan ketertiban umum
dalam makna yang seluas-luasnya.
(2) Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang
berwenang apabila mengetahui adanya pelanggaran terhadap
ketertiban umum.
(3) Pemerintah Kota wajib menindaklanjuti dan memberikan
jaminan keamanan serta perlindungan kepada pelapor
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
16
BAB V
SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administratif
Pasal 28
(1) Pelanggaran pada Pasal 13, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 (3),
Pasal 21 dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian/penutupan kegiatan, baik untuk sementara
maupun secara tetap;
c. perintah pembongkaran atau pengosongan atau
pemindahan;
(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi peringatan pertama selama 10 (sepuluh)
hari, peringatan kedua selama 7 (tujuh) hari, dan peringatan
ketiga selama 3 (tiga) hari.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 29
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2,
Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 16,
Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) dan ayat (4), Peraturan Daerah ini
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp25.000.000,- (dua
puluh lima puluh juta rupiah).
(2) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 15,
Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, ayat (2), ayat (3),
ayat (4), Pasal 23, Pasal 24 Peraturan Daerah ini diancam
dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp50.000.000,-(lima puluh juta
rupiah).
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), adalah Tindak Pidana Pelanggaran.
17
Pasal 30
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 17
ayat (1) huruf c, Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 20
dikenakan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Tindak Pidana Kejahatan.
BAB VI
PENYIDIKAN
Pasal 31
(1) Pejabat yang bertugas menyidik tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota
yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana
di bidang Peraturan Daerah dan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana pelanggaran Peraturan Daerah tersebut;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi
atau badan sehubungan dengan tindak pidana Peraturan
Daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-
dokumen serta melakukan penyitaan terhadap barang
bukti tersebut;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang
bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen
lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti
tersebut;
18
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan tindak pidana di bidang Peraturan
Daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
huruf e;
h. memotret seseorang atau yang berkaitan dengan tindak
pidana pelanggaran Peraturan Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan.
(3) Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang Peraturan Daerah
menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan
hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 32
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini,
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota dan/atau Keputusan Walikota.
Pasal 33
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan
Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Ketertiban Umum
(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2001 Nomor 58 Seri C)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
19
Pasal 34
Dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat, maka ketentuan
Peraturan Daerah ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2013.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kota Depok.
Ditetapkan di Depok
pada tanggal 24 Oktober 2012
WALIKOTA DEPOK,
ttd
H. NUR MAHMUDI ISMA’IL
Diundangkan di Depok
pada tanggal 24 Oktober 2012
SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK,
ttd
Hj. ETY SURYAHATI
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 16

More Related Content

What's hot

Lampiran perka no. 14 tahun 2012
Lampiran perka no. 14 tahun 2012Lampiran perka no. 14 tahun 2012
Lampiran perka no. 14 tahun 2012Irman Gapur
 
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukumAwal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukumgreghendy
 
Berita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuanBerita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuanpandirambo900
 
Bab 5 teori causalitet
Bab 5   teori causalitetBab 5   teori causalitet
Bab 5 teori causalitetNuelimmanuel22
 
Government Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahanGovernment Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahanYuca Siahaan
 
Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakatHukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakatAmulilikawa
 
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumDian Permata Sari
 
Overview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptxOverview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptxSainahBheYee
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public servicePutra Manurung
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusussesukakita
 
Kak kegiatan desa
Kak kegiatan desaKak kegiatan desa
Kak kegiatan desaglora sby
 
Kritik ideologis
Kritik ideologisKritik ideologis
Kritik ideologisKau Hatiku
 
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Rudi Sudirdja
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
 
Penganggaran dana kelurahan ii
Penganggaran dana kelurahan iiPenganggaran dana kelurahan ii
Penganggaran dana kelurahan iihoyin rizmu
 
Modul teknik komunikasi efektif polisi
Modul teknik komunikasi efektif polisiModul teknik komunikasi efektif polisi
Modul teknik komunikasi efektif polisiNaneth A. Ekopriyono
 

What's hot (20)

Filsafat hukum dan Teori Hukum
Filsafat hukum  dan Teori HukumFilsafat hukum  dan Teori Hukum
Filsafat hukum dan Teori Hukum
 
Lampiran perka no. 14 tahun 2012
Lampiran perka no. 14 tahun 2012Lampiran perka no. 14 tahun 2012
Lampiran perka no. 14 tahun 2012
 
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukumAwal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
Awal memahami hukum teori hukum dan filsafat hukum
 
Berita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuanBerita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuan
 
Bab 5 teori causalitet
Bab 5   teori causalitetBab 5   teori causalitet
Bab 5 teori causalitet
 
Government Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahanGovernment Ethics / Etika pemerintahan
Government Ethics / Etika pemerintahan
 
Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakatHukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
 
Filsafat hukum
Filsafat hukumFilsafat hukum
Filsafat hukum
 
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukumAliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
Aliran yg menghubungkan uu,hakim,hukum
 
Overview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptxOverview Orientasi PPPK.pptx
Overview Orientasi PPPK.pptx
 
Ringkasan hukum perdata
Ringkasan hukum perdataRingkasan hukum perdata
Ringkasan hukum perdata
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public service
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Kak kegiatan desa
Kak kegiatan desaKak kegiatan desa
Kak kegiatan desa
 
Kritik ideologis
Kritik ideologisKritik ideologis
Kritik ideologis
 
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
 
Kode administrasi surat
Kode administrasi suratKode administrasi surat
Kode administrasi surat
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Penganggaran dana kelurahan ii
Penganggaran dana kelurahan iiPenganggaran dana kelurahan ii
Penganggaran dana kelurahan ii
 
Modul teknik komunikasi efektif polisi
Modul teknik komunikasi efektif polisiModul teknik komunikasi efektif polisi
Modul teknik komunikasi efektif polisi
 

Similar to KETERTIBAN

Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imbPerda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imbAri Ri
 
Perda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umum
Perda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umumPerda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umum
Perda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umumnikenmuldiyani
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...Kota Serang
 
Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo
Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo
Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo Probolinggo Property
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PekalonganPenataan Ruang
 
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik PerkotaanPraktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik PerkotaanOswar Mungkasa
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalRencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SalatigaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SalatigaPenataan Ruang
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTUGanglumpur KUKAR
 
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...Ganglumpur KUKAR
 
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Adi T Wibowo
 
Perda rtrw kabupaten tasikmalaya
Perda rtrw kabupaten tasikmalayaPerda rtrw kabupaten tasikmalaya
Perda rtrw kabupaten tasikmalayaTrian Oktafianto
 
Raperda RTRW Jakarta 2010-2030
Raperda RTRW Jakarta 2010-2030Raperda RTRW Jakarta 2010-2030
Raperda RTRW Jakarta 2010-2030Elisa Sutanudjaja
 
2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov
2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov
2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+provPA_Klaten
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangPenataan Ruang
 
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031Selamet Edy Santoso
 
Perda no. 9 tahun 2009 rtrw sulsel
Perda no. 9 tahun 2009 rtrw sulselPerda no. 9 tahun 2009 rtrw sulsel
Perda no. 9 tahun 2009 rtrw sulselNur Hidayat Arief
 
2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampahPA_Klaten
 

Similar to KETERTIBAN (20)

Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imbPerda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
Perda kota depok thn 2013 no 13 ttg bangunan dan imb
 
Perda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umum
Perda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umumPerda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umum
Perda no 8_tahun_2007_-_tentang_ketertiban_umum
 
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDAN...
 
Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo
Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo
Perda no-5-tahun-2011-ttg-retribusi-perizinan-tertentu.docxprobolinggo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan
 
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik PerkotaanPraktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
Praktek Terbaik untuk Inovasi Pemenuhan Pelayanan Publik Perkotaan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalRencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
 
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012Perda Cianjur no 17 tahun 2012
Perda Cianjur no 17 tahun 2012
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SalatigaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
 
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTUPerda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  TERTENTU
Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
 
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG  RETRIBUSI  PERIZINAN  T...
PDF DOWNLOAD Perda kukar nomor 19 tahun 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN T...
 
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028 Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
Perda no. 2 tahun 2010 tentang rtrw kota probolinggo 2009 2028
 
Perda rtrw kabupaten tasikmalaya
Perda rtrw kabupaten tasikmalayaPerda rtrw kabupaten tasikmalaya
Perda rtrw kabupaten tasikmalaya
 
Raperda RTRW Jakarta 2010-2030
Raperda RTRW Jakarta 2010-2030Raperda RTRW Jakarta 2010-2030
Raperda RTRW Jakarta 2010-2030
 
2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov
2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov
2011 Retribusi perizinan tertentu setuju menkeu+prov
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MagelangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
 
02.Tahun 2004.pdf
02.Tahun 2004.pdf02.Tahun 2004.pdf
02.Tahun 2004.pdf
 
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
 
Perda no. 9 tahun 2009 rtrw sulsel
Perda no. 9 tahun 2009 rtrw sulselPerda no. 9 tahun 2009 rtrw sulsel
Perda no. 9 tahun 2009 rtrw sulsel
 
2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah2012 Perda pengelolaan sampah
2012 Perda pengelolaan sampah
 

More from Lesmana Putra

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...Lesmana Putra
 
Perbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian Gratifikasi
Perbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian GratifikasiPerbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian Gratifikasi
Perbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian GratifikasiLesmana Putra
 
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan PencalonanPerbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan PencalonanLesmana Putra
 
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...
Perbawaslu no. 4 tahun 2015  tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Perbawaslu no. 4 tahun 2015  tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Lesmana Putra
 
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...Lesmana Putra
 
Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...
Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...
Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...Lesmana Putra
 
Panduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data Pemilih
Panduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data PemilihPanduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data Pemilih
Panduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data PemilihLesmana Putra
 
Mari awasi Bersama I
Mari awasi Bersama IMari awasi Bersama I
Mari awasi Bersama ILesmana Putra
 
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...Lesmana Putra
 
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...Lesmana Putra
 
7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...
7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...
7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...Lesmana Putra
 
Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...
Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...
Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...Lesmana Putra
 
Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...
Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...
Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...Lesmana Putra
 
Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...
Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...
Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...Lesmana Putra
 
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...Lesmana Putra
 
Peraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih
Peraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilihPeraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih
Peraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilihLesmana Putra
 
Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...
Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...
Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...Lesmana Putra
 
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan ReklamePeraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan ReklameLesmana Putra
 
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara PemiluUndang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara PemiluLesmana Putra
 
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015  tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015  tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...Lesmana Putra
 

More from Lesmana Putra (20)

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tahapan Program, d...
 
Perbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian Gratifikasi
Perbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian GratifikasiPerbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian Gratifikasi
Perbawaslu no. 6 tahun 2015 tentang Pengendalian Gratifikasi
 
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan PencalonanPerbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan
 
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...
Perbawaslu no. 4 tahun 2015  tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Perbawaslu no. 4 tahun 2015  tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...
 
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...
Perbawaslu no. 3 tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perbawaslu Nomor 10...
 
Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...
Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...
Perbawaslu no. 2 tahun 2015 ttg perubahan perbawaslu no. 11 tahun 2014 ttg pe...
 
Panduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data Pemilih
Panduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data PemilihPanduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data Pemilih
Panduan KPU Kab/kota dalam Pemutakhiran Data Pemilih
 
Mari awasi Bersama I
Mari awasi Bersama IMari awasi Bersama I
Mari awasi Bersama I
 
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan badan p...
 
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2015 tentnag Standar Komepetensi Jabatan Pimp...
 
7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...
7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...
7. pengumuman penyerahan syarat dukungan pencalonan pemilihan gubernur dan wa...
 
Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...
Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...
Peraturan KPU Nomor 11 tahun 2015 tentang rekapitulasi penghitungan suara dan...
 
Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...
Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...
Paeraturan KPU Nomor 10 tahun 2015 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara ...
 
Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...
Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...
Peraturan KPU Nomor 9 tahun 2015 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wa...
 
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...
Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemilihan Gube...
 
Peraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih
Peraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilihPeraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih
Peraturan KPU No. 4 tahun 2015 tentang pemutakhiran data dan daftar pemilih
 
Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...
Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...
Peraturan KPU No. 2 tahun 2015 tentang tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil G...
 
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan ReklamePeraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame
 
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara PemiluUndang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
 
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015  tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015  tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...
Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor ...
 

Recently uploaded

20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 

Recently uploaded (6)

20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 

KETERTIBAN

  • 1. LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; b. bahwa dalam upaya melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Pemerintah Kota Depok telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Ketertiban Umum; c. bahwa dalam pelaksanaannya Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu dilakukan penyesuaian dengan perkembangan Peraturan Perundang-undangan dan dinamika masyarakat saat ini; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3040); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
  • 2. 2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928); 10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
  • 3. 3 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 13. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4276); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
  • 4. 4 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230); 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2010 tentang Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Dalam Rangka Penegakan Hak Asasi Manusia; 24. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 27 Tahun 2000 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2000 Nomor 27 Seri C); 25. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Depok (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 07); 26. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2011 Nomor 20);
  • 5. 5 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOK dan WALIKOTA DEPOK MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KETERTIBAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Depok. 2. Kota adalah Kota Depok. 3. Walikota adalah Walikota Depok. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kota Depok. 5. Ketertiban Umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur. 6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 7. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan suatu urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. 8. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
  • 6. 6 9. Jalur Hijau adalah jalur yang diatasnya terdapat tanaman penghijauan. 10. Pengamen adalah orang yang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang melakukan apresiasi seni dengan menampilkan karya seni, yang dapat didengar oleh orang lain dengan mengharapkan imbalan atau upah sebagai balas jasa. 11. Prostitusi adalah penjualan jasa seksual untuk mendapatkan uang dan/atau barang. 12. Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 13. Perjudian adalah kegiatan permainan bersifat untung- untungan yang dilakukan melalui media dan/atau alat tertentu dalam bentuk pertaruhan oleh seorang atau sekelompok orang dengan maksud mendapatkan keuntungan atau perbuatan yang dapat dipersamakan dengan itu. 14. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 15. Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Depok yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Kota Depok yang memuat ketentuan pidana. 16. Asusila adalah suatu perbuatan dan tingkah laku yang melanggar norma kesopanan, norma agama, dan norma lainnya yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat. 17. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau penggunaan rokok. 18. Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat. 19. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
  • 7. 7 20. Pembinaan adalah perbuatan membina yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 21. Pengendalian adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan mengarahkan orang atau badan untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yang diharapkan. 22. Pengawasan adalah adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. BAB II KETERTIBAN UMUM Bagian Pertama Tertib Jalan dan Angkutan Jalan Paragraf 1 Tertib Jalan Pasal 2 (1) Setiap pejalan kaki harus berjalan di atas trotoar apabila jalan dilengkapi trotoar. (2) Setiap pejalan kaki harus menyeberang pada rambu atau tempat penyeberangan yang disediakan. (3) Setiap pejalan kaki dilarang menerobos atau melompat pagar pembatas jalan. (4) Setiap pejalan kaki dilarang berjalan di atas taman kota dan jalur hijau. Pasal 3 Setiap orang atau badan dilarang, kecuali atas izin pejabat yang berwenang : a. menutup Jalan; b. membuat atau memasang Portal di jalan; c. membuat atau memasang tanggul pengaman jalan; d. membuat, memasang, memindahkan dan membuat tidak berfungsinya rambu-rambu lalu lintas; e. menutup terobosan atau putaran jalan; f. membongkar jalur pemisah jalan; g. membongkar, memotong, merusak pagar pengaman jalan; h. melakukan perbuatan yang dapat berakibat merusak badan jalan atau membahayakan keselamatan lalu lintas.
  • 8. 8 a. Pasal 4 b.Setiap orang yang tidak memiliki kewenangan dilarang melakukan pengaturan lalu lintas kendaraan pada persimpangan jalan, tikungan atau putaran jalan serta pada tempat-tempat tertentu kecuali atas izin pejabat atau petugas yang berwenang. c. Paragraf 2 Tertib Angkutan Jalan Pasal 5 Setiap pengemudi angkutan jalan dalam menaikkan dan menurunkan penumpang wajib mematuhi rambu lalu lintas, mengutamakan keselamatan penumpang dan pengguna jalan. Pasal 6 Setiap orang atau badan dilarang: a. mengangkut bahan berdebu, berbau busuk, dan mudah tercecer dengan menggunakan alat angkutan yang terbuka; b. mengangkut bahan berbahaya dan beracun, bahan yang mudah terbakar, dan/atau bahan peledak tanpa dilengkapi dengan perizinan yang sah; dan c. menyelenggarakan angkutan tanah tanpa dilengkapi dengan perizinan yang sah. Pasal 7 (1) Setiap orang dilarang mengoperasikan angkutan penumpang umum berupa bajaj, bemo, opelet, becak, pedati, delman, dan sejenisnya di sepanjang jalur-jalur jalan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai daerah bebas bajaj, bemo, opelet, becak, pedati, delman dan sejenisnya. (2) Pada jalur jalan daerah bebas bajaj, bemo, opelet, becak, pedati, delman dan sejenisnya dipasang rambu-rambu lalu lintas. d. Bagian Kedua e. Tertib Jalur Hijau, Taman Kota dan Tempat Umum f. Pasal 8 g.Setiap orang dilarang untuk : h.a. melakukan perbuatan yang dapat merusak jalur hijau atau taman kota; i.b. melompat atau menerobos pagar yang ada di sepanjang jalur hijau dan taman kota;
  • 9. 9 j.c. memanjat, menebang, memotong pohon dan tanaman yang tumbuh di sepanjang jalur hijau dan taman kota, kecuali dalam keadaan darurat; k.d. memasang, menempel atau menggantungkan benda-benda/ barang-barang di sepanjang jalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali atas izin pejabat yang berwenang; l.e. menyimpan, mencuci atau memperbaiki kendaraan bermotor/ tidak bermotor di jalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali atas izin pejabat yang berwenang; m.f. menaikkan, menurunkan dan membongkar barang-barang muatan kendaraan di sepanjang jalur hijau, taman kota dan tempat umum, kecuali atas izin pejabat yang berwenang; n.g. menyimpan barang-barang bangunan atau benda-benda lain di sepanjang jalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali atas izin pejabat yang berwenang; o.h. memanfaatkan jalur hijau, taman kota dan tempat umum di bawah jembatan atau jalan layang yang tidak sesuai dengan fungsinya kecuali mendapat izin dari pejabat yang berwenang; p.i. membuang air besar dan/atau air kecil di jalur hijau, taman kota dan tempat umum kecuali di tempat yang telah disediakan/toilet umum. q. Bagian Ketiga Tertib Sungai, Situ/Danau, dan Saluran Air/Drainase Pasal 9 (1) Setiap orang dilarang tinggal atau tidur di bantaran sungai, situ/danau, dan saluran air/drainase. (2) Setiap orang dilarang mencuci benda-benda yang dapat menyebabkan tercemarnya air di sungai dan situ/danau. (3) Setiap orang atau badan dilarang memanfaatkan sungai dan situ/danau untuk kepentingan usaha kecuali atas izin dari pejabat yang berwenang. (4) Setiap orang atau badan dilarang memindahkan saluran air/drainase, menyumbat, menutup secara permanen saluran air/drainase, sehingga menyebabkan tidak berfungsinya saluran air/drainase, tanpa izin dari pejabat yang berwenang. (5) Setiap orang atau badan dilarang menangkap ikan di sungai, situ, saluran air/drainase dengan mempergunakan aliran listrik, bahan peledak, atau bahan beracun.
  • 10. 10 Bagian Keempat Tertib Lingkungan Paragraf 1 Tertib Membuang Sampah Pasal 10 (1) Setiap orang atau badan harus membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan. (2) Setiap orang atau badan dilarang membuang dan menumpuk sampah di jalan, jalur hijau, taman kota, sungai, saluran/drainase, situ/danau dan tempat-tempat lain yang dapat merusak keindahan dan kebersihan lingkungan. (3) Setiap orang atau badan dilarang membakar sampah. Paragraf 2 Tertib Keindahan Kota Pasal 11 Setiap orang atau badan dilarang mencorat-coret, menulis, melukis, menempel iklan yang bukan pada tempatnya yang dapat mengganggu keindahan Kota, seperti : a. sarana umum yang dapat berupa dinding atau tembok, pagar, jembatan lintas, jembatan penyebarangan orang, halte, tiang listrik, dan pohon; b. bangunan milik perorangan atau badan tanpa seizin pemilik. Paragraf 3 Tertib Pemeliharaan Hewan Pasal 12 (1) Setiap orang atau badan wajib menjaga hewan peliharaannya. (2) Setiap orang atau badan wajib menjamin agar hewan peliharaannya tidak mengganggu, membahayakan, merusak, dan mengotori lingkungan di sekitarnya. Paragraf 4 Tertib Penggalian dan Pengurugan Tanah Pasal 13 Setiap orang atau badan dilarang melakukan penggalian dan/atau pengurugan tanah yang tidak sesuai dengan izin/rekomendasi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang serta dapat membahayakan orang lain dan lingkungan di sekitar lokasi penggalian dan/atau pengurugan.
  • 11. 11 Bagian Kelima Tertib Usaha/Berjualan Pasal 14 (1) Setiap orang atau badan dilarang berjualan di jalan, trotoar, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), pinggir rel kereta dan bantaran sungai. (2) Setiap orang atau badan dilarang berjualan di jalur hijau, taman kota, dan tempat umum lainnya kecuali diizinkan oleh pejabat yang berwenang. (3) Setiap orang atau badan dilarang berjualan atau menyediakan barang dan hal-hal yang bersifat pornografi. (4) Setiap orang dilarang melakukan usaha sebagai calo karcis/tiket angkutan umum, hiburan atau sejenisnya. (5) Setiap orang atau badan dilarang melakukan usaha dengan cara memasukan becak, bajaj, bemo, opelet dan/atau sejenisnya ke Kota untuk dioperasionalkan secara komersial. Bagian Keenam Tertib Bangunan Pasal 15 (1) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan atau benda lain yang menjulang, di dalam kawasan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTET) dengan radius melebihi ketentuan yang berlaku. (2) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan pada ruang milik jalan dan/atau saluran sungai, kecuali atas izin pejabat yang berwenang. (3) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan di pinggir rel pada jarak yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan di atas tanah milik negara atau Pemerintah Kota, fasilitas sosial atau fasilitas umum milik Pemerintah kecuali atas izin pejabat yang berwenang.
  • 12. 12 Bagian Ketujuh Tertib Pemilik dan Penghuni Bangunan Pasal 16 (1) Setiap pemilik dan penghuni bangunan, diwajibkan memelihara pagar hidup maksimal 1 (satu) meter, dan bukan pagar hidup, tinggi maksimal 1,5 (satu koma lima) meter, dengan 1 (satu) meter diatasnya tembus pandang, kecuali untuk bangunan Industri atau bangunan lain atas seizin Pejabat yang berwenang. (2) Setiap Pemilik, penghuni diwajibkan memotong pohon atau tumbuhan yang mengganggu atau menimbulkan bahaya. (3) Setiap pemilik, penghuni diwajibkan memberi penerangan jalan di depan bangunannya atas biaya sendiri. Bagian Kedelapan Tertib Sosial Paragraf 1 Larangan Asusila dan Prostitusi Pasal 17 (1) Setiap orang dilarang: a. melakukan perbuatan prostitusi; b. menawarkan dan/atau menyediakan diri sendiri untuk melakukan perbuatan prostitusi; c. menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa, menawarkan orang lain untuk melakukan perbuatan prostitusi; dan d. memakai jasa prostitusi. (2) Setiap orang dilarang bertingkah laku asusila di jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum. (3) Setiap orang atau badan dilarang menyediakan/mengusahakan tempat asusila dan/atau prostitusi. (4) Setiap orang atau badan dilarang memberikan kesempatan, sehingga menimbulkan perbuatan asusila dan/atau prostitusi.
  • 13. 13 Paragraf 2 Tertib Memberi/Meminta Sumbangan/Mengemis dan Mengamen Pasal 18 (1) Setiap orang atau badan dilarang meminta sumbangan di jalan, angkutan umum, rumah tinggal, kantor dan tempat umum lainnya tanpa izin tertulis dari pejabat yang berwenang. (2) Setiap orang atau badan dilarang meminta sumbangan/mengemis dan/atau mengamen di jalan, persimpangan lampu merah, di dalam angkutan umum, jembatan penyeberangan dan area perkantoran; (3) Setiap orang atau badan dilarang menyuruh orang lain untuk meminta sumbangan/mengemis dan/atau mengamen di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Setiap orang atau badan dilarang memberikan sejumlah uang atau barang kepada peminta sumbangan/pengemis dan/atau pengamen di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Paragraf 3 Larangan Berjudi dan Minum-Minuman Beralkohol Pasal 19 (1) Setiap orang dilarang melakukan perjudian. (2) Setiap orang atau badan dilarang membuka praktek perjudian. (3) Setiap orang dilarang minum-minuman beralkohol sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. (4) Setiap orang dilarang mabuk yang mengganggu ketertiban umum. Paragraf 4 Tertib Sosial Lainnya Pasal 20 Setiap orang dilarang melakukan perkelahian antar warga atau kelompok.
  • 14. 14 Pasal 21 Setiap pemilik rumah kontrakan dan/atau rumah kos wajib melaporkan setiap penghuni kontrakan dan/atau rumah kosnya kepada Ketua RT dan Ketua RW setempat secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali. Bagian Kesembilan Tertib Kesehatan Pasal 22 (1) Setiap orang atau badan dilarang menyelenggarakan praktek pengobatan atau yang berhubungan dengan kesehatan tanpa izin tertulis pejabat yang berwenang. (2) Setiap orang atau badan dilarang menawarkan dan/atau menjual barang dan/atau jasa yang mempunyai efek kesehatan tanpa izin pejabat yang berwenang. Bagian Kesepuluh Tertib Merokok Pasal 23 (1) Setiap orang dilarang merokok di tempat yang dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. (2) Kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: a. tempat umum; b. tempat ibadah; c. sarana pendidikan; d. tempat kerja; e. pelayanan kesehatan; f. arena kegiatan anak; dan g. kendaraan angkutan umum. BAB III PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 24 (1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum dilakukan Walikota, dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah yang dalam tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab dalam bidang penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum bersama organisasi perangkat daerah terkait lainnya.
  • 15. 15 (2) Pengendalian terhadap penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum dilakukan oleh Organisasi Perangkat Daerah yang tugas pokok dan fungsinya bertanggungjawab dalam bidang ketenteraman dan ketertiban umum bersama Organisasi Perangkat Daerah terkait lainnya. (3) Pembinaan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja bersama Penyidik Pegawai Negeri Sipil Organisasi Perangkat Daerah terkait sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 25 Pengawasan dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan Pemerintah dan Masyarakat. Pasal 26 Sarana dan prasarana yang menjadi objek Ketertiban Umum menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, dan masyarakat harus dipenuhi oleh masing-masing sesuai dengan kebutuhannya. BAB IV PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 27 (1) Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam membantu upaya penyelenggaraan ketertiban umum dalam makna yang seluas-luasnya. (2) Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila mengetahui adanya pelanggaran terhadap ketertiban umum. (3) Pemerintah Kota wajib menindaklanjuti dan memberikan jaminan keamanan serta perlindungan kepada pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
  • 16. 16 BAB V SANKSI Bagian Pertama Sanksi Administratif Pasal 28 (1) Pelanggaran pada Pasal 13, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 (3), Pasal 21 dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian/penutupan kegiatan, baik untuk sementara maupun secara tetap; c. perintah pembongkaran atau pengosongan atau pemindahan; (3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi peringatan pertama selama 10 (sepuluh) hari, peringatan kedua selama 7 (tujuh) hari, dan peringatan ketiga selama 3 (tiga) hari. Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 29 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 16, Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) dan ayat (4), Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp25.000.000,- (dua puluh lima puluh juta rupiah). (2) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, ayat (2), ayat (3), ayat (4), Pasal 23, Pasal 24 Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp50.000.000,-(lima puluh juta rupiah). (3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), adalah Tindak Pidana Pelanggaran.
  • 17. 17 Pasal 30 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 20 dikenakan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Tindak Pidana Kejahatan. BAB VI PENYIDIKAN Pasal 31 (1) Pejabat yang bertugas menyidik tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang: a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Peraturan Daerah dan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah tersebut; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana Peraturan Daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen- dokumen serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
  • 18. 18 f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Peraturan Daerah; g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang atau yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan. (3) Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Peraturan Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB VII PENUTUP Pasal 32 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota dan/atau Keputusan Walikota. Pasal 33 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2001 tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2001 Nomor 58 Seri C) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
  • 19. 19 Pasal 34 Dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat, maka ketentuan Peraturan Daerah ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2013. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Depok. Ditetapkan di Depok pada tanggal 24 Oktober 2012 WALIKOTA DEPOK, ttd H. NUR MAHMUDI ISMA’IL Diundangkan di Depok pada tanggal 24 Oktober 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK, ttd Hj. ETY SURYAHATI LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 16