Vol2 no1 pengoptimalisasian kegiatan bongkar muat untuk meningkatkan produktifitas kerja, luhur prasetyo, benny a setiono
1. PENGOPTIMALISASIAN KEGIATAN BONGKAR MUAT UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA TERMINAL JAMRUD UTARA
PT. PELINDO III TANJUNG PERAK SURABAYA
Luhur Prasetyo, Benny Agus Setiono
Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga, Program Diploma Pelayaran,
Universitas Hang Tuah
Abstrak: Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan saat ini. Berbagai
jenis barang di seluruh dunia bergerak dari satu tempat ke tempat lain melalui laut. Pergerakan barang
dalam proses impor dan ekspor juga perlu berada dalam kontrol. Di sinilah pelabuhan memainkan peran
penting. Aktivitas perdagangan baik jasa dan barang merupakan salah satu pembangunan ekonomi negara
kita, tumbuh terus-menerus dalam fungsi dikembangkan. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi pergerakan
barang dan jasa untuk mendukung kegiatan perdagangan, membutuhkan suatu fasilitas transportasi yang
tepat, baik darat, laut, dan udara. Partisipasi pengusaha bongkar muat yang kegiatannya meliputi bongkar
muat; stevedoring, cargodoring, menerima (receiving) dan pengiriman (delivery) secara tidak langsung
membantu memajukan perekonomian dan membangun pelayanan publik dan keamanan untuk kelancaran
arus barang di pelabuhan. Aktivitas kerja di pelabuhan adalah kegiatan yang kompleks yang dimaksudkan
tidak hanya menjadi salah satu jenis aktivitas di sana, mulai dari yang sederhana hingga yang berskala
internasional. Sebagai contoh, antar-pulau pengiriman barang untuk ekspor dan impor barang dari luar
negeri. Khususnya di pelabuhan gerbang utama perekonomian negara kita dan sebagian besar kegiatan
ekonomi di negara kita prateknya dilakukan melalui pelabuhan laut. Tetapi dalam menangani pemuatan dan
pembongkaran tidak selalu dilakukan secara aman dan benar, tidak sedikit dari mereka mengabaikanya.
Jadi dalam hal ini fungsi dari kegiatan bongkar muat dapat melakukan tugas-tugas yang sangat besar untuk
kapal barang dan jasa bongkar muat dari kapal tiba sampai kapal berangkat. Terminal Jamrud Utara adalah
salah satu terminal di PT. PELINDO III Cabang Tanjung Perak kesempatan untuk menjalankan bisnis
utamanya sebagai penyedia layanan fasilitas pelabuhan, memiliki peran kunci menjamin kelangsungan dan
kelancaran transportasi laut, serta Terminal Jamrud Utara juga bisa sebagai perusahaan bongkar muat
(PBM). Tapi Terminal Jamrud Utara masih memiliki keterbatasan sebagai PBM yang hanya dapat melayani
bongkar muat barang seperti curah kering, curah cair dan kontainer, sehingga PBM banyak dari luar yang
mengambil bagian dalam kegiatan bongkar terjadi di Terminal Jamrud Utara, semua menyebabkan
terbatasnya sarana bongkar yang dimiliki oleh Terminal Jamrud Utara. Untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja bongkar muat, manajer terminal Jamrud membeli alat bongkar HMC tujuh unit yang
beroperasi di Terminal Jamrud Utara dan beberapa beroperasi pada Terminal Jamrud Barat. Dengan
membawa alat-alat bongkar muat perusahaan mengharapkan peningkatan hasil produktivitas tenaga kerja di
Terminal Jamrud Utara, tetapi keinginan ini tidak sepenuhnya berjalan mulus, peralatan baru yang datang
mengalami kemacetan atau mesin rusak sehingga kegiatan bongkar muat berhenti, bukan hanya kemacetan
alat, operasi kurang mahir peralatan bongkar membuat bongkar muat barang kurang stabil. Bukan hanya
itu, dengan membawa HMC atau peralatan bongkar tidak berarti kegiatan bongkar di Terminal Jamrud
Utara menjadi lancar, karena meskipun membawa HMC, HMC terletak dalam dermaga sejauh ini, karena
kekuatan dermaga tidak memungkinkan HMC yang ditempatkan dekat dermaga bongkar sehingga hasil
kegiatan tidak memenuhi target yang diinginkan oleh perusahaan.
Kata kunci: stevedoring, cargodoring, receiving, delivery.
Abstract: Transport by sea plays an important role in the trading system the present. Various kinds of
goods all over the world on the move from one place to another by sea. Movement of goods in the import
and export process also needs to be in control. This is where the port plays an important role. Trading
activities both services and goods is one of the economic development of our country's economy, growing
constantly in the developed functions. Therefore, to facilitate the movement of goods and services to
support the trading activities, in need of a proper transport facilities, whether by land, sea, and air.
Participation stevedoring employers whose activities include stevedoring, cargodoring, receiving and
delivery indirectly helped advance the economy and build public services and security for the smooth flow
of goods at the port. Work activities in the port are complex activities that are meant not only be one kind
of activity there, ranging from the simple to the international scale. For example, inter-island shipping
goods to exporting and importing goods from abroad. Particularly in the main the gateway of our country's
68
2. 69 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
economy and most of the economic activity in our country is done through the port. But in handling loading
and unloading is not always done safely and correctly, not a few of them are neglectful. So in this case the
function of the loading and unloading activities can perform enormous tasks to service boats and unloading
goods from ships arriving up until the ship departed. Jamrud Utara Terminal is one of the terminals at PT.
PELINDO III Tanjung Perak Branch a chance to run its core business as a provider of port services
facilities, has a key role ensures continuity and a smooth sea transport, as well as the Jamrud Utara
Terminal can also be as a stevedoring company (PBM). But Jamrud Utara Terminal still have limitations as
a PBM that can only serve the loading and unloading of goods such as dry bulk, liquid bulk and container,
therefore many PBM from outside who took part in unloading activities occurring in the Jamrud Utara
Terminal, all of it in caused the limited tools unloading owned by the Jamrud Utara Terminal. To increase
the labor productivity stevedoring, Jamrud terminal manager buying a tool unloading the HMC seven units
which are operating in the Jamrud Utara Terminal and some operate at Jamrud Barat Terminal by bringing
these tools unloading the company expects the increase in labor productivity results in Jamrud Utara
Terminal, but the desire is not entirely a going concern, the new equipment just have to come are
experiencing congestion or broken in the engine so it had stopped loading and unloading activities, not just
tool jams, operating equipment unloading was less adept at making loading and unloading of goods less
stable. Not only that, by bringing the HMC or unloading equipment does not mean unloading activities in
the Jamrud Utara Terminal to be smooth, because although brought HMC, HMC lies within the dock so far,
because the strength of the dock does not allow an HMC placed near the dock so unloading activity results
did not meet the desired target by the company.
Keywords : stevedoring, cargodoring, receiving, delivery.
Alamat korespondensi: Benny Agus Setiono, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah, Jalan
A. R. Hakim 150, Surabaya.
e-mail: bennyagussetiono@yahoo.co.id
PENDAHULUAN lebih optimal yang memerlukan
dukungan tidak hanya dari pemerintah
Indonesia merupakan suatu negara daerah, pemerintah pusat tetapi juga dari
yang saat ini sedang menggalakkan masyarakat dan dunia usaha (swasta).
pembangunan di segala bidang yang Sistem transportasi merupakan
bertujuan untuk meningkatkan kebutuhan yang sangat pokok dalam
perkembangan ekonomi daerah, menunjang sistem perekonomian suatu
perkembangan ekonomi nasional dan wilayah dalam memberikan layanan
perubahan-perubahan lainya. Perubahan terhadap arus manusia, barang, dan jasa.
yang terjadi akibat dari adanya Sebagai suatu alat, transportasi
pembangunan membawa beberapa bermanfaat memberikan layanan
dampak positif maupun negatif. Dampak pengangkutan sampai ke tujuan dengan
positif dari adanya pembangunan di cepat dan aman. Tentunya hal ini perlu
segala bidang adalah adanya diimbangi dengan komponen-komponen
perkembangan suatu wilayah baik di transportasi dan sarana prasarana yang
bidang ilmu, politik, teknologi dan yang memadai dan menunjang.
paling terlihat jelas adalah bidang Transportasi melalui laut
ekonomi, sedangkan dampak negatifnya memegang peranan penting dalam sistem
berupa penurunan kualitas lingkungan, perdagangan seperti ini. Berbagai macam
terjadinya kesenjangan wilayah maupun barang di seluruh penjuru dunia
kesenjangan sosial-ekonomi, dan dipindahkan dari suatu tempat ke tempat
sebagainya. Kondisi seperti ini tentunya lain melalui laut. Perpindahan barang
memerlukan suatu penanganan yang lebih dalam proses impor dan ekspor ini juga
baik melalui arahan kebijakan yang perlu dikendalikan. Di sinilah pelabuhan
mendukung pembangunan daerah secara memegang peranan sangat penting.
3. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 70
Kegiatan perdagangan baik jasa dengan kegiatan pengangkutan melalui
maupun barang merupakan salah satu laut, seperti misalnya Perusahaan
faktor pembangunan ekonomi Bongkar Muat (PBM) dan perusahaan
perekonomian negara kita, senantiasa Ekspedisi Muatan Kapal Laut
ditumbuh kembangkan fungsinya. Oleh mempunyai peranan yang sangat penting.
sebab itu untuk memperlancar gerakan Sejalan dengan berkembangnya kegiatan
arus barang dan jasa guna menunjang pengangkutan di laut maka pemerintah
kegiatan perdagangan tersebut, di mengatur kegiatan perusahaan
perlukan adanya sarana pengangkutan pengangkutan yang ada di laut melalui
yang memadai, baik dari darat, laut, penerbitan Inpres No. 4 Tahun 1985
maupun udara. Sehubungan Indonesia tentang kebijakan arus barang untuk
adalah negara kepulauan dimana yang menunjang kegiatan ekonomi tentang
mempunyai lautan yang lebih luas kegiatan bongkar muat barang dilakukan
dibanding daratannya maka sarana oleh agen, perusahaan pelayaran dan
pengangkutan melalui laut besar PBM yang kemudian diperbarui dengan
peranannya dalam menghubungkan kota- Inpres No. 3 Tahun 1991 tentang
kota pulau-pulau yang tidak bisa kebijakan kelancaran arus barang untuk
dijangkau dengan alat transportasi darat menunjang kegiatan ekonomi. Di dalam
yang ada di tanah air. Inpres tersebut antara lain mengatur
Transportasi laut sebagai bagian bahwa untuk mengurangi biaya bongkar
dari sistem transportasi nasional maka muat barang yang meliputi stevedoring,
sebab itu perlu adanya lebih cargodoring, receiving, dan delivery,
dikembangkan lagi dalam mewujudkan maka sebab itu kegiatan bongkar muat
kawasan nusantara yang mempersatukan tersebut harus dilakukan oleh instasi yang
seluruh wilayah Indonesia, termasuk diberi wewenang oleh pemerintah yaitu
lautan nusantara sebagai kesatuan Perusahaan Bongkar Muat (PBM).
wilayah nasional. Dengan hal ini Adapun pengertian PBM yang di
angkutan laut sangat memegang peranan maksud lebih lanjut di atur oleh
penting dalam sarana perhubungan yang Keputusan Menteri Perhubungan yaitu
mengangkut barang-barang dan “Perusahaan yang secara khusus bekerja
penumpang yang kira-kira 70% dari di bidang bongkar muat barang dari dan
seluruh angkutan, sisanya yang dilayani ke kapal baik dari dan ke gudang lini 1
angkutan darat dan angkutan udara. maupun langsung ke alat angkutan”.
Pengembangan transportasi laut harus Pada prinsipnya PBM ini merupakan
mampu menggerakkan pembangunan salah satu mata rantai dari kegiatan
Indonesia bagian timur, dengan pengangkutan barang melalui laut.
mengutamakan keteraturan kunjungan Dimana barang yang akan diangkut ke
kapal yang dapat menggairahkan kapal memerlukan pembongkaran untuk
tumbuhnya perdagangan dan kegiatan dipindahkan baik dari gudang lini 1
pembangunan umumnya. maupun langsung dari alat angkutannya.
Berkembangnya perdagangan dari Seperti halnya barang yang akan
transportasi laut baik itu barang atau jasa, diturunkan dari kapal juga memerlukan
maka keberadaan pelayanan yang pembongkaran dan dipindahkan ke
bergerak di bidang perusahaan jasa gudang lini 1 maupun langsung ke alat
pengangkutan maupun perusahaan jasa angkutan berikutnya.
yang memiliki keterkaitan, kaitannya
4. 71 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
Usaha bongkar muat yang kejelasan tanggung jawab dari
dilakukan oleh perusahaan bongkar muat perusahaan bongkar muat barang,
merupakan kegiatan jasa yang bergerak kejelasan resiko terhadap barang yang
dalam kegiatan bongkar muat dari dan ke dikirim oleh pengguna jasa. Kegiatan
kapal, yang terdiri dari kegiatan kerja di suatu pelabuhan adalah kegiatan
stevedoring, cargodoring, dan yang bersifat komplek artinya tidak
receiving/delivery. Perusahaan bongkar hanya satu macam saja kegiatan yang ada
muat untuk melakukan usahanya tentunya di sana, mulai dari yang sederhana
harus mempunyai ijin usaha yang di sampai yang berskala internasional.
keluarkan oleh Menteri atau Pejabat yang Sebagai contoh pengiriman barang antar
ditunjuk, ijin usaha tersebut diberikan pulau sampai dengan mengekspor dan
oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen mengimpor barang dari dan ke luar
Perhubungan atas nama Menteri atau negeri. Khususnya di pelabuhan utama
pejabat yang ditunjuk. Selain harus yang merupakan pintu gerbang
mempunyai ijin dari Menteri, PBM harus perekonomian negara kita dan sebagian
memenuhi persyaratan sebagai berikut. besar kegiatan ekonomi di negara kita
1. Berbentuk badan hukum Indonesia dilakukan melalui pelabuhan laut.
yaitu Perseroan Terbatas (PT), Badan Penanganan bongkar muat barang harus
Usaha Milik Negara, dan koperasi sesuai sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
dengan peraturan perundang-undangan telah ditetapkan, dengan adanya
yang berlaku. ketentuan-ketentuan tersebut diharapkan
2. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak semua perusahaan bongkar muat dapat
(NPWP). melaksanakan ketentuan tersebut agar
3. Berbentuk badan hukum Indonesia tercipta kelancaran arus barang dan
yaitu Perseroan Terbatas (PT). keharmonisan dalam bekerja. Tetapi
4. Memiliki modal dasar dan modal dalam praktiknya penanganan bongkar
kerja untuk menjamin kelangsungan muat tidak selalu dilakukan dengan aman
usahanya. dan benar, tidak sedikit dari mereka yang
5. Memiliki peralatan bongkar muat dan mengabaikannya. Kebanyakan dari
menguasai alat bongkar muat serta perusahaan bongkar muat tersebut hanya
memiliki tenaga ahli. mementingkan keuntungan saja tanpa
Keikutsertaan pengusaha bongkar memperhatikan dan memikirkan dampak-
muat barang yang kegiatannya antara lain dampak yang akan timbul bila
stevedoring, cargodoring, receiving dan penanganan bongkar muat dilakukan
delivery dapat tidak langsung memajukan secara tidak aman dan tidak benar atau
perekonomian dan membangun tidak sesuai dengan ketentuan. Maka
pelayanan pada masyarakat demi dalam hal ini fungsi dari kegiatan
kelancaran dan keamanan lalu lintas bongkar muat dapat menjalankan tugas-
barang di pelabuhan. Namun banyak tugas sangat besar terhadap pelayanan
pengguna jasa pengirim maupun kapal dan bongkar muat barang mulai
penerima barang yang kecewa dengan dari kapal tiba hingga sampai kapal
pelayanan jasa bongkar muat barang berangkat.
karena banyaknya resiko yang timbul Terminal Jamrud Utara merupakan salah
terhadap barang yang dikirim oleh satu Terminal di PT. PELINDO III
pengguna jasa, sehingga mengakibatkan Cabang Tanjung Perak yang kebetulan
kerugian. Maka dari itu harus ada menjalankan bisnis inti sebagai penyedia
5. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 72
fasilitas jasa kepelabuhanan, memiliki kekuatan dermaga tidak memungkinkan
peran kunci menjamin kelangsungan dan apabila HMC diletakkan di dekat
kelancaran angkutan laut, dan juga dermaga sehingga hasil kegiatan bongkar
Terminal Jamrud Utara juga dapat muat barang tidak memenuhi target yang
sebagai Perusahaan Bongkar Muat diinginkan oleh perusahaan.
(PBM). Namun Terminal Jamrud Utara Berdasarkan latar belakang, maka
masih mempunyai keterbatasan sebagai rumusan masalahnya adalah
PBM yaitu hanya dapat melayani “Bagaimanakah cara optimalisasi
bongkar muat barang berupa curah kegiatan bongkar muat barang dalam
kering, curah cair maupun kontainer, oleh meningkatkan produktivitas kerja di
sebab itu banyak PBM dari luar yang ikut Terminal Jamrud Utara PT. Pelindo III
andil dalam kegiatan bongkar muat Tanjung Perak Surabaya?”
barang yang terjadi di Terminal Jamrud Tujuan penelitian ini adalah untuk
Utara, semua itu disebabkan masih mengetahui apa yang dilakukan oleh
terbatasnya alat-alat bongkar muat yang Terminal Jamrud Utara PT. Pelindo III
dimiliki oleh Terminal Jamrud Utara. Tanjung Perak guna mengoptimalisasikan
Setiap harinya Terminal Jamrud Utara kegiatan bongkar muat barang dalam
kedatangan setidaknya lima sampai tujuh meningkatkan produktivitas kerja.
kapal yang pastinya kebanyakan Transportasi Maritim Indonesia
berbendera asing, namun guna Pada tahun 1985 diterbitkan
meningkatkan produktivitas kerja Instruksi Presiden Nomor 4 yang
bongkar muat barang, general manager bertujuan meningkatkan ekspor non
Terminal Jamrud membeli sebuah alat migas dan menekan biaya pelayaran dan
bongkar muat yaitu HMC sebanyak tujuh pelabuhan. Pelabuhan yang melayani
unit yang sebagian beroperasi di perdagangan luar negeri ditingkatkan
Terminal Jamrud Utara dan sebagian lagi jumlahnya secara drastis, dari hanya 4
beroperasi di Terminal Jamrud Barat. menjadi 127. Untuk pertamakalinya
Dengan mendatangkan alat-alat bongkar pengusaha pelayaran Indonesia harus
muat tersebut perusahaan mengharapkan berhadapan dengan pesaing seperti feeder
adanya kenaikan hasil produktivitas kerja operator yang mampu menawarkan biaya
di Terminal Jamrud Utara, namun lebih rendah. Liberasi berlanjut pada
keinginan tersebut tidak sepenuhnya tahun 1988 ketika pemerintah
berjalan mulus, peralatan yang baru saja melonggarkan proteksi pasar domestik.
didatangkan tersebut mengalami Sejak itu, pendirian perusahaan pelayaran
kemacetan atau rusak pada mesinnya tidak lagi disyaratkan memiliki kapal
sehingga terpaksa kegiatan bongkar muat berbendera Indonesia. Jenis ijin pelayaran
dihentikan, tidak hanya alat yang macet, dipangkas, dari lima menjadi hanya dua.
pengoperasi alat bongkar muat pun Perusahaan pelayaran memiliki
kurang mahir sehingga kegiatan bongkar fleksibilitas lebih besar dalam rute
muat barang kurang stabil. Tidak hanya pelayaran dan penggunaan kapal (bahkan
itu saja, dengan mendatangkan HMC atau penggunaan kapal berbendera asing untuk
alat bongkar muat tidak berarti kegiatan pelayaran domestik). Secara de facto,
bongkar muat barang di Terminal Jamrud prinsip cabotage tidak lagi diberlakukan.
Utara menjadi lancar, sebab meski Pada tahun itu pula diberlakukan
mendatangkan HMC, jarak letak HMC keharusan men-scrap kapal tua dan
dengan dermaga sangat jauh, sebab pengadaan kapal dari galangan dalam
6. 73 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
negeri. Undang-Undang Pelayaran Profil Armada Transportasi Maritim
Nomor 21 Tahun 1992, semakin di Indonesia
memperkuat pelonggaran perlindungan Dari sisi besaran DWT, kapasitas
tersebut. Berdasarkan UU 21/92 kapal konvensional dan tanker
perusahaan asing dapat melakukan usaha mendominasi armada pelayaran yang
patungan dengan perusahaan pelayaran uzur (umur rata-rata kapal Indonesia 21
nasional untuk pelayaran domestik. tahun, 2001, bandingkan dengan
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 Malaysia yang 16 tahun, 2000, atau
Tahun 1999, pemerintah berupaya Singapura yang 11 tahun, 2000).
mengubah kebijakan yang terlalu Meskipun demikian, justru pada kapasitas
longgar, dengan menetapkan kebijakan muatan dry-bulk dan liquid-bulk pangsa
sebagai berikut. pasar domestik armada nasional paling
kecil. Pada umumnya, kapal Indonesia
1. Perusahaan pelayaran nasional mengangkut kargo umum, tapi sekitar
Indonesia harus memiliki minimal satu setengah muatan dry-bulk dan liquid-bulk
kapal berbendera Indonesia, berukuran diangkut oleh kapal asing atau kapal sewa
175 GT. berbendera asing. Secara keseluruhan
2. Kapal berbendera asing armada nasional meraup 50% pangsa
diperbolehkan beroperasi pada pelayaran pasar domestik. Sekitar 80% liquid-bulk
domestik hanya dalam jangka waktu berasal dari P.T. Pertamina. Penumpang
terbatas (3 bulan). angkutan laut bukan feri terutama
3. Agen perusahaan pelayaran asing dilayani oleh PT Pelni yang
kapal harus memiliki minimal satu kapal mengoperasikan 29 kapal (dalam lima
berbendera Indonesia, berukuran 5.000 tahun terakhir, PT Pelni menambah 10
GT. kapal). Perusahaan swasta juga
4. Di dalam perusahaan patungan, membesarkan armada dari 430 (1997)
perusahaan nasional harus memiliki menjadi 521 unit (2001). Armada
minimal satu kapal berbendera Indonesia, Pelayaran Rakyat, yang terdiri dari kapal
berukuran 5.000 GT (berlipat dua dari kayu (misalnya jenis Phinisi, seperti yang
syarat deregulasi 1988 yang 2.500). banyak berlabuh di pelabuhan Sunda
Pengusaha agen kapal asing memprotes Kelapa) membentuk mekanisme industri
keras, sehingga pemberlakuan ketentuan transportasi laut yang unik. Kapal-kapal
ini diundur hingga Oktober 2003. yang berukuran relatif kecil (tapi sangat
5. Jaringan pelayaran domestik dibagi banyak) melayani pasar yang tidak
menjadi 3 jenis trayek, yaitu utama (main diakses oleh kapal berukuran besar, baik
route), pengumpan (feeder route) dan karena alasan finansial (kurang
perintis (pioneer route). Jenis ijin operasi menguntungkan) atau fisik (pelabuhan
pelayaran dibagi menurut jenis trayek dangkal). Industri pelayaran rakyat
tersebut dan jenis muatan (penumpang, berperan sangat penting dalam distribusi
kargo umum, dan kontainer). barang ke dan dari pelosok Indonesia.
Armada pelayaran rakyat mengangkut 1,6
Rangkaian regulasi dan deregulasi juta penumpang (sekitar 8% penumpang
tersebut di atas menjadi salah satu faktor bukan feri) dan 7,3 juta MetricTon
terhadap kondisi dan masalah yang barang (sekitar 16% kargo umum). Tapi
dihadapi sektor transportasi maritim kekuatan armada ini cenderung melemah,
Indonesia, dari waktu ke waktu. terlihat dari kapasitas 397.000 GRT pada
7. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 74
tahun 1997 menjadi 306.000 GRT pada Data tahun 2002 menunjukkan
tahun 2001. bahwa pelayaran armada nasional
Masalah Transportasi Maritim di Indonesia semakin terpuruk di pasar
Indonesia muatan domestik. Penguasaan pangsanya
Dalam periode 5 tahun (1996-2000) menciut 19% menjadi hanya 50% (2000:
jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia 69%). Sementara untuk muatan
meningkat, dari 1.156 menjadi 1.724 internasional tetap di kisaran 5%. Dari
buah, atau bertambah 568 perusahaan sisi finansial, Indonesia kehilangan
(peningkatan rata-rata 10,5% p.a.). kesempatan meraih devisa sebesar US$
Sementara kekuatan armada pelayaran 10,4 milyar, hanya dari transportasi laut
nasional membesar, dari 6.156 menjadi untuk muatan ekspor/impor saja. Alih-
9.195 unit (peningkatan rata-rata 11,3% alih memperoleh manfaat dari penerapan
p.a.). Tapi dari segi kapasitas daya angkut prinsip cabotage (yang tidak ketat)
hanya naik sedikit, yaitu dari 6.654.753 industri pelayaran nasional Indonesia
menjadi 7.715.438 DWT. Berarti malah sangat bergantung pada kapal sewa
kapasitas rata-rata perusahaan pelayaran asing. Armada nasional pelayaran
nasional menurun. Sepanjang periode Indonesia menghadapi banyak masalah,
tersebut, volume perdagangan laut seperti: banyak kapal, terutama jenis
tumbuh 3% p.a. Volume angkutan naik konvensional, menganggur karena waktu
dari 379.776.945 ton (1996) menjadi tunggu kargo yang berkepanjangan,
417.287.411 ton (2000), atau meningkat terjadi kelebihan kapasitas, yang kadang-
sebesar 51.653.131 ton dalam waktu lima kadang memicu perang harga yang tidak
tahun, tapi tak semua pertumbuhan itu sehat, terdapat cukup banyak kapal, tapi
dapat dipenuhi oleh kapasitas perusahaan hanya sedikit yang mampu memberikan
pelayaran nasional (kapal berbendera pelayanan memuaskan, tingkat
Indonesia), bahkan untuk pelayaran produktivitas armada dry cargo sangat
domestik (antar pelabuhan di Indonesia). rendah, hanya 7.649 ton-miles/DWT atau
Pada tahun 2000, jumlah kapal sekitar 39,7% dibandingkan armada
asing yang mencapai 1.777 unit dengan sejenis di Jepang yang 19.230 ton-
kapasitas 5.122.307 DWT meraup miles/DWT. Pada tahun 2001 perusahaan
muatan domestik sebesar 17 juta ton atau pelayaran di Indonesia mencapai jumlah
sekitar 31%. Walhasil, saat ini industri 3.078, atau berlipat 3,3 kali dari jumlah
pelayaran Indonesia sangat buruk. tahun 1998. Tapi dalam periode yang
Perusahaan pelayaran nasional kalah sama, jumlah perusahaan yang memiliki
bersaing di pasar pelayaran nasional dan kapal sendiri hanya berlipat 1,3 kali.
internasional, karena kelemahan di semua Perusahaan pemilik kapal yang
aspek, seperti ukuran, umur, teknologi, menjadi anggota INSA (Indonesia
dan kecepatan kapal. Di bidang muatan National Shipowner Association) pada
internasional (ekspor/impor) pangsa tahun 2001 tercatat 914. Dari jumlah
perusahaan pelayaran nasional hanya tersebut 82% diantaranya adalah
sekitar 3 % hingga 5%, dengan perusahaan yang mengoperasikan kurang
kecenderungan menurun. Proporsi ini dari 3 buah kapal, dan hanya 4% yang
sangat tidak seimbang dan tidak sehat mengoperasikan lebih dari 10 kapal.
bagi pertumbuhan kekuatan armada Hanya sekitar 80% anggota INSA yang
pelayaran nasional. mengoperasikan kapal milik sendiri,
sisanya mengoperasikan kapal sewaan.
8. 75 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
Hasil survai Stramindo di kalangan sewa asing terjadi bersamaan dengan
perusahaan pelayaran pada tahun 2002 kelebihan kapasitas armada domestik.
menunjukkan bahwa persepsi bahwa Situasi bagai lingkaran tak berujung itu
pengembangan perusahaan pelayaran disebabkan lingkungan investasi
terhambat karena lima faktor utama, perkapalan yang tidak kondusif. Banyak
yaitu: regulasi dan pelaksanaannya; perusahaan pelayaran ingin meremajakan
armada yang uzur, kesulitan pendanaan armadanya, tapi sulit memperoleh
untuk investasi operasi pelabuhan yang pinjaman dari pasar uang domestik. Dan
kurang baik biaya siluman yang tinggi. di sisi lain lebih mudah memperoleh
Survai Stramindo juga pinjaman dari sumber-sumber luar negeri.
menunjukkan adanya keinginan besar di Beberapa perusahaan besar cenderung
kalangan perusahaan pelayaran nasional mendaftarkan kapalnya di luar negeri
untuk meremajakan kapal dan (flagged-out). Tapi perusahaan kecil dan
memperbesar kapasitas asramanya. Dari menengah tidak mampu melakukannya,
sumber lain juga terindikasi adanya sehingga tak ada alternatif kecuali
harapan untuk memperbesar pangsa pasar menggunakan kapal berharga murah, tapi
domestik dan internasional bagi armada tua dan scrappy. Akibatnya terjadi
pelayaran nasional. Seperti terlihat dari ketergantungan yang semakin besar pada
proyeksi INSA untuk memperbesar kapal sewa asing dan pemerosotan
kapasitas armada pelayaran nasional produktivitas armada.
hingga tahun 2020 terealisasi Tapi
keinginan atau harapan tersebut tidak Pengertian Pengangkutan
mudah diwujudkan, karena berbagai Pengertian pengangkut laut secara
kendala dan persoalan yang sulit. Armada umum dapat ditelaah dari kata dasarnya,
pelayaran nasional Indonesia kurang yaitu “angkut“ yang berarti angkat dan
mampu meningkatkan daya saing dan bawa, muat dan bawa atau kirimkan,
bertumbuh karena beberapa faktor, yaitu sehingga mengangkut berarti mengangkat
pemilik kapal tidak mampu memperkuat dan membawa, memuat dan membawa
armada dengan pembiayaan sendiri atau mengirimkan. Sedangkan
tingkat bunga yang tinggi dalam sistem pengangkutan berarti pengangkatan dan
perbankan nasional dan tidak ada subsidi. pembawaan barang atau orang atau
Tidak ada kebijakan yang memihak pemuatan dan pengiriman barang atau
(seperti penerapan asas cabotage), sisa- orang. Dengan demikian, pengangkutan
sisa kebijakan yang tak menunjang, mengandung suatu kegiatan memuat
misalnya keharusan men-scrap kapal tua barang atau penumpang ke tempat lain,
(padahal secara teknis dan ekonomis dan menurunkan barang atau penumpang
masih dapat dioperasikan) dan keharusan tersebut.
membeli kapal produksi dalam negeri Berdasarkan pengertian
(padahal kapasitas pasokannya masih pengangkutan secara umum tersebut,
relatif terbatas) keterbatasan fasilitas dan maka Kadir (1991:19) merumuskan
infrastruktur pelabuhan nasional (lebih definisi sebagai berikut: “pengangkutan
pada muatan ekspor/impor) adalah proses kegiatan memuat barang
ketaktersediaan jaringan informasi yang atau penumpang ke dalam alat
memadai. pengangkutan membawa barang atau
Situasi pelayaran nasional sangat penumpang dari tempat pemuatan
pelik, karena ketergantungan pada kapal ketempat tujuan dan menurunkan barang
9. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 76
atau penumpang dari alat pengangkutan barang-barang itu rusak atau tidak, dan
ke tempat yang ditentukan “. kalau rusak sampai dimana timbul adanya
Pengertian Pengangkutan Melalui Laut kerugian.
Pengangkutan melalui laut Pengertian Produktivitas
merupakan usaha pelayaran niaga yang Banyak Negara mengakui bahwa
bergerak dalam bidang penyediaan jasa produktivitas adalah kunci menuju
angkutan muatan laut dimana kegiatan kemakmuran karena makin tinggi
usahanya sangat luas bidangnya serta produktivitas, makin banyak barang dan
memegang peranan penting untuk jasa yang akan dihasilkan. Produktivitas
memajukan perdagangan dalam dan luar mampu bersaing di pasar internasional,
negeri termasuk di dalam usahanya karena produktivitas menjadikan proses
memperlancar arus barang dari daerah produksi makin ekonomis dan biaya
produksi ke daerah konsumen. Dalam persatuan lebih murah. Produktivitas
pengertian perdagangan pengangkutan memiliki beberapa aspek seperti:
laut dapat dianggap sebagai suatu produktivitas tenaga kerja, produktivitas
kegiatan dari kesibukan yang tujuan bahan baku dan produktivitas sumber
mempertinggi arti dan kegunaan suatu daya. Dengan produktivitas perusahaan
barang dengan jalan memindahkan dapat memaksimalkan keuntungannya
barang tersebut dari suatu pulau (Negara) sehingga dapat mempertahankan
ke pulau (Negara) lain. keberadaan perusahaan. Produktivitas
Tentang Pengangkutan Barang dapat ditingkatkan jika tersedianya data
a. Pengertian barang KUHD tidak informasi serta teknologi yang memadai.
memberi penjelasan mengenai definisi Beberapa pakar mengemukakan
atau pengertian barang. Sedangkan The pendapatnya tentang definisi pengertian
Hague Rules 1924 pasal 1 memberi produktivitas seperti Sinanung (1992:7),
definisi atau pengertian barang sebagai J. Ravianto (1985:85) dan Kisdarto
berikut : “Segala macam barang dan (2000:1-2). Dengan pengertian yang
barang-barang dagangan, terkecuali sederhana produktivitas diartikan sebagai
hewan hidup serta muatan menurut hubungan antara output yang dihasilkan
perjanjian pengangkutan harus diangkut dari sistem dengan input yang digunakan
di dek dan memang dimuat di dek“. untuk menghasilkan output. Pada
Selanjutnya The Hamburg Rules 1978 hakekatnya filosofis produktivitas
pasal 1 ayat (5) member pengertian mengandung pandangan hidup dan sikap
barang (goods) dengan tambahan yang mental yang selalu berusaha untuk
lebih terperinci, yaitu: “termasuk meningkatkan mutu kehidupan. Konsep
binatang hidup, barang-barang yang produktivitas dapat diukur melalui
dimasukkan dalam tempat barang beberapa hal antara lain tenaga kerja dan
(container) atau pembungkus (packed), kemampuan manajerial. Produktivitas
barang-barang yang dimasukkan dalam dapat tercapai dengan upaya penerapan
tempat pengangkutan atau pembungkusan cara kerja yang lebih baik terorganisir,
penambahan oleh pengirim barang“. efektif, efisien, sehingga menciptakan
(Siti Utari, 1994 : 38) sesuatu hal menjadi lebih baik.
b. Keadaan barang yang diangkut Pengukuran produktivitas dapat di
tidaklah mudah menetapkan bagaimana lakukan secara langsung misalnya dengan
keadaan barang-barang pada waktu jam atau orang tiap tonnya dan biasanya
sampai di pelabuhan tujuan, yaitu apakah menggunakan rasio:
10. 77 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
Produktivitas sama dengan satuan dipengaruhi oleh banyaknya peti kemas
yang diproduksikan masukan yang yang harus dibongkar/dimuat melalui
dimanfaatkan sama dengan satuan yang pelabuhan serta kondisi layout pelabuhan
dihasilkan jam atau orang yang tersebut. Mengingat bahwa peralatan
dimanfaatkan pengukuran produktivitas tersebut mempunyai nilai yang sangat
merupakan langkah pertama dalam mahal sudah barang tentu pihak
peningkatan produktivitas. Langkah penyelenggara pelabuhan dalam
kedua adalah pemahaman terhadap menginvestasikan peralatan tersebut
faktor-faktor yang mempengaruhi harus benar-benar tepat, perbandingan
produktivitas dan memilih faktor-faktor jumlah dari masing-masing peralatan
peningkatan yang sesuai dengan situasi yang ideal agar tidak sampai terjadi
tertentu. kapasitas terpasang dari peralatan
tersebut yang idle.
Pengertian Pelabuhan Oleh karenanya peneliti berupaya
Pelabuhan adalah tempat yang mengadakan penelitian ini guna
terdiri dari daratan dan perairan di mendapatkan komposisi perbandingan
sekitarnya dengan batas-batas tertentu dari masing-masing peralatan yang ideal.
sebagai tempat kegiatan pemerintahan Mengingat kecenderungan kenaikan
dan kegiatan ekonomi yang digunakan jumlah kunjungan kapal serta arus
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, bongkar muat barang/peti kemas di
naik/turunnya penumpang dan/atau pelabuhan yang terus meningkat maka
bongkar/muat barang yang dilengkapi sebelum melakukan investasi peralatan,
dengan fasilitas keselamatan pelayaran upaya melakukan optimalisasi kinerja
dan kegiatan penunjang pelabuhan, serta pelayanan bongkar/muat peti kemas di
sebagai tempat perpindahan intra dan pelabuhan ini dipandang sebagai langkah
antar moda transportasi. Seperti kita yang tepat dan bijaksana.
ketahui bersama bahwa kecenderungan
pola angkutan barang di seluruh dunia Batas Tanggung Jawab Perum
pada saat ini sudah mulai beralih dengan Pelabuhan
menggunakan kemasan barang yang Perusahaan umum (Perum)
dimasukkan ke dalam peti kemas, Pelabuhan adalah Badan Usaha Milik
mengingat dengan kemasan cara ini Negara (BUMN) yang diberi wewenang
keselamatan barang-barangnya lebih untuk menyelenggarakan pengusahaan
dapat dijamin dari pada kemasan model pelabuhan. Dapat diketahui bahwa tugas
lama. Cabang Perum Pelabuhan meliputi,
Untuk dapat melakukan kegiatan 1. Menyiapkan rencana bongkar muat dan
bongkar/muat peti kemas di pelabuhan pelayaran kapal.
diperlukan beberapa peralatan agar 2. Menyelesaikan prosedur administrasi
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan pemakaian fasilitas pelabuhan.
cepat, aman, dan lancar. Selain dermaga 3. Mempersiapkan dan mengarahkan
sebagai tempat bersandarnya kapal maka peralatan, tenaga kerja pelaksana serta
peralatan yang terpenting adalah melaksanakan pelayanan.
Container Crane (CC), Head Truck (HT), 4. Untuk keselamatan barang, mengatur
dan Rubber Tyred Gantry (RTG). penggunaan dan ketertiban ruangan di
Beberapa kebutuhan peralatan tersebut tempat penumpukan barang yang ada di
yang harus disediakan oleh pihak pelabuhan.
penyelenggara pelabuhan tentunya sangat
11. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 78
5. Meneliti kebenaran jumlah, ukuran dari atas dek/palka kapal dan
dan jenis barang yang dibongkar/dimuat menempatkannya di atas dermaga atau ke
serta ketepatan waktu penggunaan dalam tongkang atau sebaliknya memuat
fasilitas pelabuhan. dari atas dermaga atau dari dalam
6. Memungut dan menerima uang tongkang dan menempatkannya ke atas
pemakaian jasa pelabuhan sesuai dengan dek atau ke dalam palka kapal yang
ketentuan yang berlaku. menggunakan derek kapal”.
Dari pengertian kegiatan bongkar
Batas Tanggung Jawab EMKL muat barang di pelabuhan di atas, dapat
Perusahaan Ekspedisi Muatan diketahui bahwa pada dasarnya bongkar
Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan muat barang tersebut merupakan kegiatan
yang tugasnya melakukan pengurusan pemindahan barang angkutan, baik dari
dokumen-dokumen dan pekerjaan yang kapal pengangkut ke dermaga atau ke
menyangkut menerima/menyerahkan tongkang maupun sebaliknya dari
muatan yang diangkut melalui laut untuk dermaga atau tongkang ke atas dek kapal
diserahkan kepada/diterima dari pengangkut.
perusahaan pelayaran untuk kepentingan
pemilik barang. Pengertian Perusahaan Bongkar Muat
(Keputusan Menteri Perhubungan No. (PBM)
KM.82/AL.305/Phb-85, Pasal 1:162) Adalah satu–satunya perusahaan
Berdasarkan tugas EMKL tersebut, yang diberi wewenang oleh pemerintah
maka batas tanggung jawab EMKL untuk melakukan kegiatan bongkar muat
meliputi: barang di pelabuhan. Sejalan dengan
a) Terselesaikannya pengurusan semakin meningkatnya perkembangan
dokumen-dokumen angkutan laut, yang ekonomi dewasa ini di Indonesia,
meliputi dokumen ekspor atau impor. terutama mengenai kegiatan perdagangan
b) Terlaksananya penyelesaian internasional, sehingga menghasilkan
kewajiban kepada Perum Pelabuhan frekuensi arus barang dan jasa melalui
melalui PBM berdasarkan Delivery Order pelabuhan-pelabuhan di Indonesia
(DO) yang ada. semakin meningkat pula. Untuk itu,
c) Terlaksananya pengangkutan barang perkembangan perusahaan jasa
dari gudang pemilik barang ke dermaga pengangkutan melalui laut berikut
dan atau dari dermaga ke gudang perusahaan-perusahaan yang erat
penerima barang. kaitannya dengan kegiatan pengangkutan
d) Terjaminnya keselamatan barang di tersebut, seperti perusahaan Ekspedisi
dalam gudang penyimpanan selama Muatan Kapal Laut (EMKL) maupun
pengurusan dokumen masih dalam proses Perusahaan Bongkar Muat (PBM) juga
penyelesaian. semakin banyak bermunculan.
Guna mengatur pertumbuhan
Penyelenggaraan Bongkar Muat perusahaan-perusahaan tersebut, maka
Barang di Pelabuhan Pemerintah telah menerbitkan Intruksi
Presiden (Inpres) No. 3 Tahun 1991
Kegiatan bongkar muat barang di tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus
pelabuhan dari dan ke kapal pada Barang untuk Menunjang Kegiatan
dasarnya bongkar muat barang dari dan Ekonomi.
ke kapal itu sendiri dirumuskan sebagai
berikut : “Pekerjaan membongkar barang
12. 79 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
Fungsi Perusahaan Bongkar Muat Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar
(PBM) di Pelabuhan Muat Barang di Pelabuhan
Penyelenggaraan kegiatan usaha Sebagaimana telah diterangkan di
bongkar muat barang dari dan ke kapal di atas, bahwa fungsi PBM adalah
pelabuhan, secara khusus diatur dalam memindahkan barang angkutan dari dan
Keputusan Menteri Perhubungan ke kapal baik dari dan ke Gudang Lini I
No.KM.88/AL.305/Phb-85 tentang maupun langsung ke alat angkutan.
Perusahaan Bongkar Muat Barang dari Dalam hal mana, kegiatan pemindahan
dan ke kapal. Dalam hal mana Pasal 3 barang tersebut terdiri dari kegiatan
Keputusan tersebut menetapkan: Stevedoring, Cargodoring, maupun
1. Penyelenggaraan bongkar muat Receiving/Delivery. Lebih lanjut
barang dari dan ke kapal dilakukan oleh Keputusan Menteri Perhubungan
perusahaan yang khusus didirikan untuk No.KM.88/AL.305/Phb-85 tentang
kegiatan bongkar muat tersebut. Perusahaan Bongkar Muat Barang dari
2. Perusahaan Pelayaran dilarang dan ke kapal menegaskan bahwa ruang
menyelenggarakan bongkar muat barang lingkup kegiatan bongkar muat barang di
dari dan ke kapal. pelabuhan meliputi:
1. Kegiatan Stevedoring yaitu kegiatan
Berdasarkan ketentuan di atas, jasa pelayanan membongkar dari/ke
dapat diketahui bahwa perusahaan kapal, dermaga, tongkang, truk atau
pelayaran (pengangkut) yang memuat dari/ke dermaga, tongkang, truk,
menyelenggarakan pengangkutan barang ke/dalam palka kapal dengan
melalui laut dari satu pelabuhan ke menggunakan derek kapal.
pelabuhan lainnya tidak dibolehkan 2. Kegiatan Cargodoring, yaitu kegiatan
melakukan kegiatan bongkar muat barang jasa pelayanan yang berupa pekerjaan
angkutannya sendiri, akan tetapi kegiatan mengeluarkan sling (extackle) dari
harus diserahkan pelaksanaannya kepada lambung kapal di atas dermaga, ke dan
pihak lain atau perusahaan lain yang menyusun di dalam gudang Lini I atau
bergerak di bidang bongkar muat barang lapangan penumpukan barang atau
di pelabuhan yaitu PBM. Dengan sebaliknya.
demikian pada prinsipnya kedudukan 3. Kegiatan Receiving/Delivery, yaitu
PBM terpisah dengan perusahaan jasa pelayanan yang berupa pekerjaan
pelayaran (pengangkut), sehingga mengambil dari timbunan barang/tempat
fungsinyapun berbeda dengan penumpukan barang di gudang Lini I atau
pengangkut. Perusahaan pelayaran dalam lapangan penumpukan barang dan
kedudukannya sebagai pengangkut dalam menyerahkan barang sampai tersusun di
menyelenggarakan pengangkutan barang atas kendaraan/alat angkut secara rapat di
melalui laut berfungsi untuk pintu darat lapangan penumpukan barang
meningkatkan kegunaan dan nilai barang atau sebaliknya.
yang diangkut, dalam arti bahwa adanya Berdasarkan jenis kegiatan bongkar
kegiatan pengangkutan barang tersebut muat barang di pelabuhan tersebut, dapat
dituntut untuk mampu meningkatkan diketahui bahwa pada hakekatnya ruang
kegunaan dan nilai barang pada saat lingkup kegiatan bongkar muat barang di
sebelum dan sesudah dilakukannya pelabuhan terdiri dari 3 bentuk kegiatan
pengangkutan barang yang bersangkutan. pemindahan barang dari dan ke kapal.
13. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 80
Maka lebih lanjut lampiran Inpres 1. Stevedoring
No. 3 Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan a. Stevedore adalah pelaksana penyusun
Kelancaran Arus Barang untuk rencana dan pengendalian kegiatan
Menunjang Kegiatan Ekonomi, telah bongkar muat di atas kapal.
mengatur jadwal kegiatan bongkar muat b. Chief tally clerk adalah penyusun
barang sebagai berikut : rencana pelaksana dan pengendali
A ) Giliran Kerja I : pukul 08.00-16.00 perhitungan fisik, pencatatan dan survei
B ) Giliran Kerja II : pukul 16.00-24.00 kondisi barang pada setiap pergerakan
C ) Gilian Kerja III : pukul 24.00-08.00 bongkar muat dan dokumentasi serta
Dengan adanya pembagian giliran membuat laporan secara periodik.
kerja (shift) dalam kegiatan bongkar muat c. Foremen adalah pelaksana dan
barang di pelabuhan tersebut, pengendali kegiatan operasional bongkar
menunjukkan adanya upaya pemerintah muat barang dari dan ke kapal sampai ke
(Depertemen Perhubungan) dalam rangka tempat penumpukan barang dan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas sebaliknya serta membuat laporan
penyelenggaraan bongkar muat barang di periodik hasil kegiatan bongkar muat.
pelabuhan, di samping untuk lebih d. Tally clerk adalah pelaksana yang
meningkatkan pelayanan kepada para melakukan kegiatan perhitungan
pemakai jasa bongkar muat barang. pencatatan jumlah, merek, dan kondisi
PBM yang bergerak di bidang setiap gerakan barang berdasarkan
Cargodoring, atau PBM yang bidang dokumen serta membuat laporan.
usahanya hanya menangani kegiatan e. Mistry adalah pelaksana perbaikan
usaha pelayanan jasa Receiving/Delivery kemasan barang dalam kegiatan
saja. Dengan adanya pembagian kegiatan stevedoring, cargodoring,
bidang usaha bongkar muat barang di receiving/delivery.
pelabuhan tersebut, merupakan peluang f. Wachman adalah pelaksana
bagi berkembangnya kesempatan keamanan barang pada kegiatan
berusaha bagi para investor yang stevedoring, cargodoring,
berminat untuk menanamkan modal receiving/delivery.
usahanya di sektor kegiatan bongkar 2. Cargo doring
muat barang di pelabuhan. Di sisi lain, a. Quay supervisior adalah petugas
spesialisasi penanganan bidang kegiatan pengendali kegiatan operasional bongkar
bongkar muat barang tersebut juga muat barang di dermaga dan mengawasi
memberikan peluang kesempatan yang kondisi barang sampai ke tempat
lebih luas. Namun demikian, bagi PBM penimbunan atau sebaliknya.
yang memiliki kemampuan permodalan b. Tally Clerk adalah pelaksana yang
yang cukup memadai, tidak menutup melakukan kegiatan perhitungan
kemungkinan untuk menangani semua pencatatan jumlah, merek, dan kondisi
jenis kegiatan bongkar muat barang di setiap gerakan barang berdasarkan
pelabuhan. dokumen serta membuat laporan.
Supervisi c. Wachman adalah pelaksana
Tenaga Supervisi bongkar muat keamanan barang pada kegiatan
adalah tenaga pengawas bongkar muat stevedoring, cargodoring,
yang disediakan oleh perusahaan bongkar receiving/delivery.
muat (PBM) yang terdiri dari :
14. 81 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
3. Receiving/Delivery dari dan ke kapal di pelabuhan sebaimana
a. Tally clerk adalah pelaksana yang tercantum dalam lampiran keputusan ini.
melakukan kegiatan perhitungan 2. Penetapan satuan ukuran ukuran berat
pencatatan jumlah, merek, dan kondisi atau isi dalam pengenaan tarif
setiap gerakan barang berdasarkan berdasarkan satuan ukuran manifes atau
dokumen serta membuat laporan. realisasi bongkar muat.
b. Mistry adalah pelaksana perbaikan 3. Penetapan tarif bongkar muat barang
kemasan barang dalam kegiatan dari dan ke kapal di pelabuhan
stevedoring, cargodoring, berpedoman pada pedoman dasar
receiving/delivery. perhitungan tarif bongkar muat barang di
c. Wachman adalah pelaksana pelabuhan sebaimana dimaksud dengan
keamanan barang pada kegiatan cara lain :
stevedoring, cargodoring, 1) Menghitung biaya bagian tenaga kerja
receiving/delivery. bongkar muat yang dilakukan bersama-
Alat-alat Bongkar Muat sama oleh perusahaan bongkar muat
Peralatan bongkar muat adalah alat- dengan koperasi tenaga kerja bongkar
alat pokok penunjang pekerjaan bongkar muat beserta serikat pekerja TKBM.
muat yang meliputi : 2) Hasil perhitungan biaya bagian tenaga
1. Stevedoring kerja bongkar muat tersebut pada huruf a
a. Jala-jala lambung kapal (Ship side ditambah dengan perhitungan biaya
net) bagian perusahaan bongkar muat, maka
b. Tali Baja (Wire sling) penyedia jasa dan pengguna jasa bongkar
c. Tali rami manila (Rope sling) muat menetapkan besaran tarif jasa
d. Jala-jala baja (Wire net) pelayanan bongkar muat barang dari dan
e. Jala-jala tali manila( Rope net) ke kapal di pelabuhan berdasarkan
2. Cargodoring kesepakatan.
a. Gerobak dorong A. Unsur Biaya:
b. Palet Unsur biaya TKBM berdasarkan
c. Forklift KM 25 tahun 2002, pasal 4 adalah :
3. Receiving/delivery 1. Upah harian berdasarkan gilir kerja
a. Gerobak dorong pada hari biasa dan lembur.
b. Palet 2. Upah harian pada hari Minggu/libur.
c. Forklift 3. Melebihi prestasi kerja yang tidak
Tarif bongkar muat menggunakan mekanik berdasarkan
Tarif pelaksanaan bongkar muat kesepakatan antara PBM/Serikat
barang di pelabuhan diatur dengan Kerja/TKBM.
keputusan menteri perhubungan No. KM 4. Upah borongan sesuai persetujuan
25 tahun 2002 tanggal 9 April 2002. antara PBM/Serikat kerja/TKBM.
1. Besarnya tarif pelayanan jasa bongkar 5. Tambahan upah unntuk barang
muat barang dari dan ke kapal ditetapkan berbahaya atau mengganggu.
atas dasar kesepakatan bersama antara 6. Kesejahteraan.
penyedia jasa bongkar muat dan 7. Jaminan sosial JKK, JHT, JK, JPK
pengguna jasa bongkar muat yang 8. Administrasi TKBM.
dihitung berdasarkan pedoman dasar 9. Upah biaya bagian perusahaan
perhitungan tarif bongkar muat barang bongkar muat.
10. Tenaga supervisi bongkar muat.
15. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 82
11. Alat-alat bongkar muat. 1. Stevedoring
12. Administrasi perusahaan bongkar 2. Cargodoring
muat. 3. Barang dalam gudang
4. Receiving/delivery
B. Unsur biaya bagian PBM
1. Tenaga supervisi bongkar muat. Kewajiban PBM serta Tugas dan
2. Alat-alat bongkar muat. Tanggung Jawabnya
C. Sesuai lampiran keputusan KM 25 A. Kewajiban PBM
tahun 2002, pedoman perhitungan besar Selama melakukan usahanya PBM
tarif bongkar muat dinyatakan dalam memiliki kewajiban yang harus dipenuhi.
rumus : Kewajiban tersebut sebagai berikut.
a. Melaksanakan ketentuan-ketentuan
T = F (W+H+I+K) + ( S+M+A) yang di tetapkan dalam izin usaha dalam
P keputusan ini, dan kebijaksanaan umum
Keterangan: pemerintah di bidang penyelenggaraan
T = Besarnya tarif bongkar muat kegiatan bongkar muat dari dan ke kapal.
F = Faktor koefisien b. Memenuhi batas minimal kecepatan
W = Upah TKBM bongkar muat yang telah ditetapkan pada
H = Kesejahteraan TKBM setiap pelabuhan.
I = Asuransi c. Mengenakan/memberlakukan tarif
K = Administrasi koperasi TKBM yang berlaku sesuai peraturan.
S = Supervisi d. Meningkatkan keterampilan kerja.
M = Alat-alat bongkar muat e. Bertanggung jawab terhadap barang
A = Administrasi PBM selama berada di bawah pengawasannya.
P= Produktivitas kerja bongkar muat/gilir f. Bertanggung jawab kepada kerusakan
kerja/derek kapal. alat bongkar muat barang (gear) kapal
D. Terminal Operator yang disebabkan oleh kesalahan,
Dalam pelaksanaan bongkar muat kelalaian orang-orang yang bekerja di
barang general cargo di pelabuhan maka bawah pengawasannya
ada 3 unsur yang saling terkait, yaitu : g. Menyampaikan laporan kegiatan
a. Dermaga usahanya secara berkala kepada:
b. Gudang 1. Adpel setempat berupa laporan
c. Lapangan penumpukan harian, bulanan, dan tahunan.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
E. Bila mengerjakan kapal dalam dalam hal ini adalah Kepala Direktorat
bongkar muat barang, maka PBM hanya Lalu Lintas Angkutan Laut dan
bertindak sebagai Ship Operator saja. Kakanwilhubla setempat berupa laporan
Batas tanggung jawabnya akan meliputi : bulanan dan tahunan.
1. Stevedoring h. Menaati segala peraturan
2. Cargodoring perundangan yang berlaku.
3. Receiving/delivery
B. Tugas dan Tanggung Jawab PBM
F. Bila PBM mempunyai gudang Lini 1, Dalam melakukan pelayanan, PBM
maka PBM bertindak sebagai terminal harus bekerja sama dengan berbagai
operator. Batas tanggung jawab akan pihak seperti PT. Pelindo, perusahaan
meliputi : pelayaran, EMKL, pemilik barang,
16. 83 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
penyedia tenaga buruh, Adpel, imigrasi, 8. Statement of Fact
beacukai, karantina, dsb. Masing-masing Surat pernyataan yang terkait
pihak memiliki tugas dan tanggung dengan time sheet, outturn report, loading
jawab. Sedangkan PBM mempunyai report yang dibuat dengan sebenarnya
tanggung jawab atas : ditandatangani oleh nakhoda.
a. Kelancaran kegiatan bongkar muat. 9. Damage Cargo Report
b. Keselamatan penerimaan dan Suatu surat keterangan yang
penyerahan barang. berisikan tentang kerusakan muatan, baik
c. Kebenaran laporan yang disampaikan. pada waktu pemuatan maupun pada
d. Mengatur penggunaan TKBM dan pembongkaran, yang menerangkan jenis
peralatan sesuai kebutuhan. muatan yang rusak, jumlahnya,
penyebabnya dan lain-lain yang dianggap
Dokumen–dokumen Pemuatan Barang perlu.
1. Shipping Instruction 10. Mate’s Receipt
Merupakan perintah pengapalan Dokumen tanda terima dari
dari perusahaan pelayaran yang ditujukan pengangkut untuk menyatakan bahwa
kepada PBM barang yang akan barangnya telah diterima di atas kapal
mengangkut barang itu. (muatan ekspor) dimana mate’s receipt
2. Shipping Order ini diganti dengan B/L dari carrier.
Surat perintah yang dikeluarkan 11. Letter of Indemnity
perusahaan atau agennya yang ditujukan Surat pernyataan dari shipper
kepada nakhoda atau perwira kapal untuk bahwa barang tersebut benar-benar rusak
memuat barang yang ada dalam shipping menjadi tanggungjawab oleh carrier
order. untuk membuat Bill Of Lading dalam
3. Notice of Readines clean on board.
Dokumen dari kapal yang ditujukan 12. Bill of Lading
kepada penerima barang mengenai Dokumen pengangkutan barang,
persiapan bongkar/muat sesuai dengan dimana di dalamnya dicantumkan nama
charter party (demurrage kapal). pengirim, nama kapal, data-data muatan,
4. Stowage Plan pelabuhan muat dan bongkar, freight dan
Gambar letak barang atau gambaran cara pembayaran, nama consignee
susunan muatan atau barang di dalam (penerima), jumlah B/L yang harus
palka jumlah coli/packages dan tonnage- ditandatangani dan tanggal
nya yang dibuat oleh chief officer (pihak penandatanganan.
kapal) sebagai panduan pada saat 13. Cargo Manifest
bongkar muat. Daftar semua muatan yang harus
5. Tally Sheet dimuat di kapal, lengkap dengan jumlah,
Catatan yang memuat Jumlah merk atau tanda-tanda lain yang dianggap
muatan yang dimuat/bongkar. perlu.
6. Time Sheet 14. Outturn Report
Jurnal kegiatan setiap hari yang Laporan jumlah seluruh muatan
dibuat oleh PBM. yang terbongkar.
7. Daily Working Report 15. Delivery Order (DO)
Laporan hasil bongkar muat selama Suatu perintah penyerahan barang
satu hari kerja dan balance/sisa yang diberikan oleh pengangkut kepada
bongkar/muat. penerima barang, untuk mengeluarkan
17. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 84
barang muatan yang tertera di dalam B/L f. Bicarakan setiap permasalahan
dari kapal atau dari gudang si dengan Perwira kapal yang berkaitan
pengangkut. dengan pemuatan, pemadatan dan
16. Draft Survey Report pembongkaran.
Laporan draft survey terkait dengan g. Rencanakan untuk muatan party besar
jumlah muatan yang dimuat/dibongkar. (cargo consignment) ditempatkan dan
17. Crew List dibagi dalam blok - blok tertentu.
Merupakan daftar nama dari seluruh h. Jangan tempatkan muatan dalam satu
anggota atau awak kapal, lengkap dengan konosemen (B/L) pada palka yang
umur, nomor dan jenis dokumen kelautan terpisah, kecuali dalam party yang besar
seperti ijazah/sertifikat, buku pelaut, sekali jumlahnya.
paspor, kewarganegaraan dan lain-lain i. Pastikan, cargo dalam satu
yang dianggap perlu. pengiriman dengan pelabuhan tujuan
18. Balance Sheet yang berbeda, terpisah (sparted) dengan
Kertas kerja atau laporan harian baik melalui tanda merkah yang jelas atau
jumlah tonage/kubikasi yang dihasilkan mudah dibaca.
per party barang/palka, jumlah tenaga j. Rencanakan pemadatan (stowage)
kerja bongkar muat yang digunakan dan dengan cara dapat memudahkan
kendala-kendala yang terjadi serta sisa pembongkaran di pelabuhan tujuan.
jumlah barang yang belum k. Penggunaan alat bantu bongkar muat
dibongkar/muat, untuk pembongkaran (stevedoring gear) agar disesuaikan
disebut discharging report dan pemuatan dengan jenis muatan.
disebut loading report.
19. Outtern Report Kondisi Obyektif TKBM Saat Ini
Rekapitulasi dari Daily Report yaitu Pengelolaan TKBM
jumlah barang yang dibongkar per B/L 1. TKBM dikelola oleh satu badan
per kapal. organisasi dalam bentuk koperasi
Hal-hal yang harus diperhatikan (KTKBM) selaku pengemban amanat
dalam melaksanakan kegiatan SKB 3 (tiga) Dirjen (Dirjen Perla, Dirjen
bongkar muat Binawas dan Dirjen Bina Lembaga
a. Pastikan Saudara mendapat copy Koperasi).
stowage plan pada saat yang tepat, 2. Fungsi pembinaan KTKBM berada di
pelajari sebelum kapal tiba. bawah Administrator Pelabuhan Tanjung
b. Gunakan stowage plan untuk Perak yang sedang menjadi institusi
menyiapkan hatch plan disertai dengan bernama yaitu Otoritas Pelabuhan.
data muatan yang lengkap. 3. Pola pengelolaan TKBM :
c. Gunakan hatch list dan hatch plan a. Menganut sistem pemerataan peluang
untuk menyiapkan jadwal kegiatan (work kerja bagi TKBM.
schedule) untuk setiap palka. b. Dibagi dalam kelompok-kelompok
d. Periksa data kapal yang memiliki type kerja (Gang), masing-masing diketuai
atau konstruksi tersendiri dan satu orang KRK (Ketua Regu Kerja).
diperkirakan dapat menyulitkan dalam c. Sistem pooling dibagi per-pangkalan.
pemadatan atau pembongkaran muatan. d. Jenis TKBM tertentu (Baging di
e. Distribusikan hatch list dan pastikan palka kapal) digunakan TKBM Non
mereka telah membaca atau mengetahui Anggota.
secara jelas.
18. 85 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
4. Mekanisme penggunaan TKBM: 2. PBM cenderung kurang profesional.
a. H-6 jam, PBM mengajukan 3. KTKBM kurang berperan aktif dalam
permintaan TKBM kepada KTKBM upaya peningkatan produktivitas kerja.
(membayar biaya administrasi sesuai 4. KTKBM kurang optimal (cenderung
jumlah TKBM). tidak transparan) dalam pengelolaan
b. KTKBM menerbitkan SPK, diberikan program pendidikan/pelatihan ,
kepada KRK TKBM. pembinaan, penerapan K3 serta program
c. TKBM menuju lokasi kegiatan. kesejahteraan lainnya bagi TKBM.
d. PBM menerbitkan Bukti Kerja 5. Petugas KTKBM belum sepenuhnya
(DPP.5) sebagai dasar pembayaran upah melaksanakan fungsi pengawasan
kepada TKBM. TKBM.
6. TKBM cenderung menganggap PBM
Sistem Pengupahan TKBM sebagai pesaing (bukan pemberi kerja).
1. Perhitungan besaran upah TKBM
berpedoman pada SK. Menhub No. 57 / PEMBAHASAN
1991 yang pelaksanaannya :
a. Disesuaikan secara berkala Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar
berdasarkan UMR yang berlaku di daerah Muat Dalam Meningkatkan Produktivitas
setempat. Kerja di Terminal Jamrud Utara PT.
b. Tarif upah dihitung dalam satuan per PELINDO III Tanjung Perak Surabaya.
Orang / Shift Kerja. a. Perencanaan
c. Untuk jenis barang tertentu dikenakan Sebelum kegiatan bongkar muat
Toelag, sedangkan terhadap kelebihan barang berlangsung pihak PBM dan
prestasi kerja (produktivitas) melebihi Perusahaan Pelayaran melakukan
standar diberikan Premi Linier dengan meeting atau rapat bersama, untuk
satuan Rp. / Ton / Gang. membahas persiapan – persiapan apa saja
d. Dilakukan melalui kesepakatan yang dibutuhkan pada saat kegiatan
dengan DPC APBMI Surabaya. berlangsung, seperti alat yang
2. Besaran upah dijadikan dasar dibutuhkan, TKBM atau buruh, dan
perhitungan tarif bongkar-muat pengawas.
(OPP/OPT) yang pelaksanaannya : b. Persiapan
a. Disesuaikan secara berkala Setelah proses perencanaan selesai
berdasarkan besaran upah TKBM. maka langkah berikutnya adalah baik
b. Dikonversikan terhadap Standar pihak Perusahaan Pelayaran atau
Produktivitas Kerja/jenis barang untuk Perusahaan Bongkar Muat (PBM)
ditetapkan tarif per satuan produksi melakukan persiapan menyiapkan
(Ton/m3). sebagai berikut :
c. Dilakukan melalui Kesepakatan 1. Sumber Daya Manusia (SDM)
antara DPC APBMI dengan DPC INSA, Supervisor (Pengawas)
DPC GINSI, DPW GAFEKSI/INFA, Tenaga Kerja Bongkar Muat
DPH GPEI. (TKBM)
Perilaku Organisasi dan Individu 2. Peralatan yang dibutuhkan
1. Belum tampak hubungan kerja yang Mekanis
harmonis antara PBM dengan Non mekanis
KTKBM/TKBM. Untuk memperlancar kegiatan
bongkar muat barang tersebut dan
19. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 86
mempersingkat waktu maka semua yang Peningkatan produktivitas hasil kerja
diperlukan baik Sumber Daya Manusia kegiatan bongkar muat barang, tidak
(SDM) maupun peralatan mekanis lepas dari adanya beberapa faktor yaitu
ataupun non mekanis harus disiapkan sebagai berikut.
satu jam sebelum kegiatan bongkar muat a. Komoditi yang dibongkar
barang berlangsung. Komoditi atau barang yang akan
dibongkar muat dari dan ke kapal,
c. Pelaksanaan bermacam-macam jenisnya ada yang
Pada saat kegiatan bongkar muat mempunyai bobot sangat besar adapula
barang berlangsung agar memperoleh yang bobotnya kecil sehingga
hasil yang memuaskan maka harus membutuhkan peralatan yang berbeda
dikerjakan dengan sungguh–sungguh, pula dan penanganan yang berbeda-beda.
apabila menemukan komoditi atau barang Maka untuk itu jika menemukan barang
yang mempunyai bobot yang berat maka yang bobotnya sangat besar maka pihak
dengan cepat harus menyiapkan atau Perusahaan Bongkar Muat harus
mendatangkan alat yang sesuai agar tidak menggunakan alat khusus dan menambah
memakan waktu yang lama dan pada saat tenaga kerjanya.
proses bongkar muat barang berlangsung, b. Jenis kemasan
harus selalu ada petugas yang bertugas Jenis kemasan barang yang berbeda,
untuk mengawasi selama kegiatan ada yang berupa bag, peti, bal, cair,
berlangsung. Dan pada saat kegiatan petikemas sehingga membutuhkan
bongkar muat barang berlangsung tidak penanganan yang berbeda-beda dan alat
lupa menyiapkan dokumen-dokumen yang berbeda pula agar barang tidak
yang dibutuhkan, seperti berita acara, rusak.
time sheet, dan tally sheet yang bertujuan c. Alat bongkar muat di darat
untuk membuktikan bahwa bongkar muat Alat merupakan faktor yang dapat
barang telah dilaksanakan, apabila semua dikatakan sangat mempengaruhi hasil
itu telah dibuat maka dibuatkan juga pra produktivitas kerja, sebab apabila alat
nota, dan kemudian dibawa ke dapat bekerja secara baik dan tidak sering
Perusahaan Bongkar Muat (PBM) untuk macet maka hasil produktivitas kerja pun
dijadikan nota rampung. Setelah nota menjadi maksimal namun sebaliknya
rampung jadi maka PBM menuju ke apabila alat yang digunakan sering
Perusahaan Pelayaran dengan membawa mengalami kerusakan atau mogok pada
nota rampung tersebut dengan dilampiri saat kegiatan bongkar muat, maka tidak
Surat Perintah Kerja (SPK) yang memungkinkan kegiatan dihentikan dan
bertujuan untuk menagih seluruh biaya- hasil produktivitas pun menjadi menurun.
biaya kegiatan bongkar muat, maka Maka agar alat tidak sering mengalami
apabila dalam jangka waktu 7-14 hari macet seharusnya perusahaan harus
tidak ada komplain dari pemilik barang, melakukan perawatan yang teratur dan
maka semua siap dibayar. tidak menggunakan lagi alat yang sudah
d. Penyelesaian rusak atau menambah alat-alat bongkar
Setelah semua kegiatan selesai dan muat sehingga kegiatan pembongkaran
tidak terjadi komplain dari pihak yang dapat berjalan cepat. Dan alangkah lebih
bersangkutan, maka semua siap dibayar baik lagi apabila alat-alat bongkar muat
dengan rupiah. ini disiapkan kurang lebih satu jam
sebelum kapal datang, agar apabila kapal
20. 87 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
tiba di pelabuhan, maka dapat langsung tersebut, oleh sebab itu untuk mengatasi
memulai kegiatan bongkar muat tanpa masalah tersebut agar hasil produktivitas
menunggu alat lagi. kerja Perusahaan Bongkar Muat tidak
menurun maka Perusahaan harus lebih
d. Produktivitas TKBM meningkatkan keamanan pada saat
Tenaga Kerja Bongkar Muat kegiatan pembongkaran berlangsung,
(TKBM) juga mempengaruhi hasil dengan cara perusahaan membayar
produktivitas kerja, bagaimana tidak beberapa orang untuk menjaga keamanan
apabila TKBM kurang profesional atau pada saat proses pembongkaran
kurang disiplin maka dapat berlangsung.
mempengaruhi hasil dari produktivitas
kerja bongkar muat. Oleh sebab itu untuk g. Keadaan cuaca
meningkatkan hasil produktivitas kerja Dalam keadaan hujan maka untuk
bongkar muat sebaiknya memilih Tenaga menghindari kerusakan barang dan
Kerja Bongkar Muat yang ahli, untuk keselamatan buruh maka pembongkaran
mendapatkan TKBM yang diinginkan barang terpaksa dihentikan, satu-satunya
maka Perusahaan Bongkar Muat harus cara untuk menghindari penurunan
lebih sering melakukan pembinaan dan produktivitas kerja lebih besar lagi maka
pelatihan–pelatihan terhadap Tenaga sebaiknya sementara kegiatan dihentikan
Bongkar Muat tersebut. sampai hujan berhenti.
Menurut Supervisor di Terminal
e. Alat angkutan Jamrud Utara pada saat melakukan
Dalam kegiatan pembongkaran kegiatan bongkar muat barang harus
sering terjadi keterlambatan angkutan memperhatikan Pedoman, agar
(Waiting Truk) akibat kemacetan ataupun memperoleh hasil bongkar muat barang
truk mengalami mogok di jalan, maka yang tinggi, yaitu sebagai berikut:
dengan kejadian tersebut dapat 1) Jarak antara sisi dermaga dengan
menghambat kelancaran proses bongkar lokasi penumpukan barang harus sedekat
muat dan mengakibatkan penurunan mungkin.
produktivitas kerja. Oleh sebab itu jika 2) Sepanjang jarak perjalanan (Traffic)
terjadi masalah seperti itu yang harus harus bebas dan mudah dilalui kendaraan
dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat (forklift).
adalah harus sering melakukan 3) Alat mekanis maupun non mekanis
komunikasi dengan pihak pengangkut harus dalam kondisi baik.
sehingga mendapat atau memperoleh 4) Sumber Daya Manusia (SDM) harus
informasi mengenai keberadaan truk dan mempunyai keahlian di bidangnya.
sebaiknya truk yang sudah tua atau sering 5) Lokasi penumpukan barang atau
mogok tidak digunakan lagi. lapangan penumpukan harus sudah
f. Keamanan Sekitar Pelabuhan disiapkan sebelumnya.
Sering terjadinya pencurian barang 6) Pemilihan alat mekanis yang sesuai
muatan pada saat barang dibongkar di dengan kebutuhan (tipe dan kapasitas).
pelabuhan atau barang berada di lapangan 7) Alat-alat bantu disiapkan pada saat
penumpukan sehingga Perusahaan dibutuhkan.
Bongkar Muat mendapat klaim dari 8) Pendayagunaan Tenaga Kerja
pemilik barang, sehingga terpaksa Bongkar Muat yang tepat.
mengganti rugi barang yang hilang 9) Pengawasan yang terus menerus.
21. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 88
Ruang Lingkup Kegiatan Bongkar 2. Petugas barang berbahaya yang
Muat Barang di Terminal Jamrud khusus mengawasi barang berbahaya
Utara yang dibongkar atau muat dari kapal atau
sebaliknya dari darat.
Stevedoring 3. Administrasi, yaitu petugas-petugas
Stevedoring adalah jasa bongkar yang mempersiapkan administrasi, yaitu
muat dari kapal, ke dermaga tongkang, hatch-list, stowage plan, statement of
gudang, truk atau lapangan dengan fact, labour and time sheets, daily report,
menggunakan derek kapal atau alat bantu tally sheet, dan lain-lain.
pemuatan lainnya. Kegiatan stevedoring Dalam menyusun rencana bongkar
yang terjadi di Terminal Jamrud Utara muat stevedore perlu pula mempelajari
tidak jauh beda dengan di berbagai sebagai berikut:
terminal atau pelabuhan mana saja, yaitu a. Stowage plan.
mengerjakan sebanyak 12 orang yaitu b. Muatan berat dan kapasitas dari
kepala regu kerja 1 orang, Tukang Derek barang muatan.
atau pilot 3 orang dan 8 orang untuk c. Perlu tidaknya memakai shore crane
anggota atau buruh. Untuk alat bongkar dari darat.
muat barang, menggunakan alat yang d. Cukup tidaknya jumlah gang buruh.
sesuai barangnya, seperti yang dilihat e. Ada tidaknya controlling hatch, yaitu
oleh peneliti pada saat terjun di lapangan, palka dengan muatan terberat.
terjadi pembongkaran curah kering f. Ada tidaknya muatan berbahaya.
berupa jagung, menggunakan alat yaitu g. Alat-alat apa saja yang digunakan.
motor grab. Selain membongkar curah
kering, peneliti juga melihat proses Cargodoring atau quay-transfer
stevedoring pembongkaran kontainer di Kegiatan cargodoring yang terjadi
Terminal Jamrud Utara dengan di Terminal Jamrud Utara yaitu
menggunakan alat Harbour Mobile Crane memindahkan barang yang telah
(HMC). Pada saat stevedoring diturunkan dari kapal ke kade kapal untuk
berlangsung pihak perusahaan tidak lupa dibawa menuju ke gudang atau lapangan
memberikan pengawasan yang terus penumpukan yang memperkerjakan sama
menerus hingga pekerjaan selesai yang seperti pada saat cargodoring yaitu 12
bertujuan agar buruh tidak bekerja santai orang yang terbagi kepala regu atau
dan tidak teledor. mandor 1 orang dan 11 orang anggota
Orang yang bekerja mengurus atau buruh sebanyak 11 orang dengan
bongkar muat disebut stevedore. Dalam menggunakan forklift baik yang matic
bekerjanya stevedore dibantu oleh maupun yang memakai bahan bakar,
foreman, dalam mengerjakan bongkar gerobak, dan palet. Dalam kegiatan
muat barang selain foreman ada juga cargodoring ini tidak lupa juga diberi
beberapa petugas lain yang membantu pengawasan agar pekerjaan berjalan
stevedore di Terminal Jamrud Utara yaitu dengan baik.
sebagai berikut : Menurut Dani hidayat selaku
1. Cargo Surveyor perusahaan PBM, operator bongkar muat kegiatan
yaitu petugas survey yang mencatat dan cargodoring dipengaruhi oleh faktor-
memeriksa keadaan fisik barang yang faktor sebagai berikut:
dibongkar muat dari dan ke kapal dalam 1. Apabila jarak tempuh antara dermaga
hubungannya dengan klaim. dengan gudang atau area penumpukan
cukup jauh maka akan memperlambat
22. 89 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 2, Nomor 1, September 2011
proses cargodoring, dan sebaliknya jika yaitu pembongkaran atau pemuatan dari
jarak tempuh antara dermaga dengan kendaraan darat langsung dari dan ke
gudang atau area penumpukan dekat kapal. Pada pola angkutan langsung,
maka proses cargodoring akan menjadi kegiatan receiving/delivery dilakukan
lebih cepat. dengan cara :
2. Kecepatan kendaraan pengangkut a. Kendaraan atau alat angkut langsung
dari dermaga ke gudang atau area ditempatkan di posisi sebelah lambung
penumpukan sangat mempengaruhi kapal pada palka dimana bongkar muat
proses cargodoring. dilakukan di bawah ganco kapal yang
Aktifitas cargodoring bisa berjalan bekerja.
produktif dan efisien apabila peralatan b. Muatan dimasukkan dalam palka atau
dimanfaatkan dengan baik. Agar diturunkan dari palka dengan ganco kapal
downtime rendah maka perlu dari atau ke truk atau tongkang.
pemeliharaan peralatan dengan baik dan Pola muatan angkutan tidak langsung
teratur. Downtime adalah tidak aktifnya Pola muatan angkutan tidak
kegiatan akibat tidak tersedianya atau langsung yang terjadi di Terminal Jamrud
kekurangan forklift pada saat dibutuhkan. Utara yaitu penyerahan atau penerimaan
Untuk menjaga berfungsinya peralatan, barang atau petikemas setelah melewati
juga perlu diperhatikan kemampuan gudang atau lapangan penampungan.
mengangkat dari forklift dan sifat muatan Pada pola angkutan tidak langsung,
dalam jenis dan bentuknya. Downtime kegiatan receiving/delivery dilakukan
selain karena kurang atau tidak adanya dengan cara :
forklift juga bisa akibat dari kurangnya 1. Penempatan alat angkut disebelah
peralatan lain seperti gerobak atau tempat gudang atau pintu darat.
penumpukan yang hampir penuh, atau 2. Pemindahan muatan atau penurunan
kapal hampir kosong. muatan dari atau gudang atau tempat
Receiving/Delivery Operation penumpukan.
Kegiatan bongkar muat barang yang 3. Penyelesaian dokumen.
terakhir ini yaitu Receiving/Delivery Menurut supervisor Terminal
adalah kegiatan menerima atau Jamrud Utara Langkah-langkah yang
menyerahkan barang dari dan ke wilayah harus di ambil agar barang-barang impor
pelabuhan. Kegiatan ini merupakan cepat keluar dari daerah pelabuhan adalah
kegiatan yang paling akhir dari terminal a. Informasi kepada pemilik barang
operation yang ada di Terminal Jamrud bahwa barang telah dibongkar dari kapal
Utara dengan memperkerjakan 6 orang dan juga batasan dari masa bebas
yaitu 1 orang sebagai kepala regu atau penumpukan
mandor dan 5 orang untuk anggota atau b. Waktu yang tepat untuk pengeluaran
buruh. Alat yang digunakan untuk barang. Terlambatnya operasi
kegiatan ini yaitu gerobak dorong, forklift receiving/delivery dapat disebabkan oleh
dan truk untuk mengirim muatan ke beberapa hal, yaitu :
pemilik barang. Kegiatan 1. Cuaca buruk atau hujan pada saat
receiving/delivery Terminal Jamrud Utara bongkar atau muat.
pada dasarnya ada 2 macam, yaitu: 2. Terlambatnya angkutan darat.
Pola muatan langsung 3. Terlambatnya informasi atau alur dari
barang.
Pola muatan angkutan langsung
4. Terlambatnya dokumen.
yang terjadi di Terminal Jamrud Utara 5. Adanya perubahan dari loading point.
23. Luhur dan Benny : Pengoptimalisasian Kegiatan Bongkar Muat Untuk Meningkatkan ... 90
Kesimpulan 2. Alat bongkar muat yang sering macet
Untuk meningkatkan Produktivitas Pengontrolan jarang dilakukan
kerja, Terminal Jamrud Utara melakukan terhadap alat-alat bongkar muat yang
berbagai upaya yaitu sebagai berikut; menyebabkan kemacetan pada alat pada
1. Menambah alat bongkar muat, sesuai saat terjadi pembongkaran.
barangnya. 3. Jenis kemasan yang berbeda-beda
2. Melatih SDM, agar semakin terampil. Sering ditemukannya jenis kemasan
3. Memberikan pengawasan yang terus barang yang berbeda-beda yang
menerus, agar kegiatan berjalan lancar. menyebabkan memerlukan alat-alat
4. Jarak antara sisi dermaga dengan khusus.
lokasi penumpukan (storage) harus 4. SDM yang kurang disiplin.
sekecil mungkin. Kurang disiplinnya para buruh
5. Lokasi penumpukan (storage) sudah terhadap pekerjaannya, kurang
disiapkan sebelumnya. memperhatikan keselamatan dirinya
6. Sepanjang jarak perjalanan (traffic) sendiri, yang bisa menyebabkan
harus bebas dan mudah dilalui oleh kecelakaan pada saat kerja.
kendaraan (forklift).
7. Kendaraan (forklift) dalam kondisi DAFTAR PUSTAKA
baik. 1. Herry, Gianto dan Arso Martopo.
8. Pengemudi memiliki keterampilan 2004. Pengoperasian Pelabuhan Laut.
yang baik. Semarang: BPLP.
Kegiatan yang dilakukan Terminal 2. PT. Pelabuhan Indonesia III. Laporan
Jamrud Utara sebagai terminal operator Operasional. Surabaya: PT. Pelindo
antara lain sebagai berikut : III cabang Tanjung Perak.
1. Stevedoring 3. PT. Pelabuhan Indonesia III. 2011.
Gerakan arus barang dari atas kapal Tanjung Perak Port Directory.
untuk menuju ke kade kapal, dengan Surabaya: PT. Pelindo III cabang
menggunakan alat, contoh HMC, forklift, Tanjung Perak
CC, dan lain-lain. (http://www.perakport.com).
2. Cargodoring 4. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Gerakan arus barang dari kade Divisi Terminal Jamrud Utara.
kapal untuk dibawa ke gudang atau Surabaya: PT. Pelindo III cabang
lapangan penumpukan, dengan Tanjung Perak.
menggunakan alat Forklift. 5. Suyono, R. P. 2001. Shipping
3. Receiving/Delivery Operation Pengangkutan Intermodal Ekspor
Gerakan arus barang dari lapangan Impor Melalui Laut. Jakarta: PPM.
penumpukan untuk dibawa menuju ke 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
pemilik barang atau sebaliknya. 2008 tentang Pelayaran (Lembaran
Adapun hambatan-hambatan yang Negara Republik Indonesia Tahun
sering dialami oleh Terminal Jamrud 2008 Nomor 64, Tambahan
Utara antara lain sebagai berikut : Lembaran Negara Nomor 4849).
1. Cuaca buruk
Jika cuaca buruk maka kegiatan
akan dihentikan guna menjaga
keselamatan buruh dan keamanan
komoditi.