Studi kasus visualisasi 3D Hotel Pantai Gapura Makassar menggunakan AutoCAD Map 3D dan ArcGIS untuk membentuk model 3D bangunan yang dapat digunakan untuk keperluan pendaftaran kadaster 3D. Hasilnya menunjukkan kedua perangkat lunak mampu membentuk visualisasi 3D bangunan hotel sesuai kriteria kadaster 3D hybrid.

1. Review Paper 19
VISUALISASI 3D OBJEK DIATAS PERMUKAAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN
AUTOCAD MAP 3D DAN ARCGIS (Studi Kasus: Hotel Pantai Gapura Makassar)
Fastimon Fesvur, Indonesia
1. Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
a. Latar Belakang
Kondisi laut yang dinamis dan bersifat 3D yang memiliki bidang horizontal dan vertikal,
sehingga memungkinkan terjadinya banyak pemakaian (multi-use) pada satu bidang
vertikal suatu persil laut. Kondisi ini apabila disajikan secara 2D seolah-olah terjadi
keadaan tumpang tindih pada suatu posisi di persil laut, oleh karena itu diperlukan
sebuah model 3D yang dapat memvisualisasikan kondisi secara vertikal.
b. Tujuan
Untuk membentuk sebuah model 3D dari data yang diperoleh yang dapat
menggambarkan batas-batas dari objek ruang perairan yang selanjutnya dapat digunakan
untuk keperluan pendaftaran objek ruang perairan.
2. Metode
a. Subjek Penelitian
Hotel Pantai Gapura Makassar
b. Teknik Pengumpulan Data
Koordinat titik detail dan data batimetri
c. Alat Pengumpul Data
Laptop, Printer, Windows 8, AutoCad Map 3D, ArcGIS 10, Microsoft Word 2013,
Microsoft Excel 2013, Microsoft Power Point 2013
d. Analisis Data yang Digunakan
Analisa perangkat lunak yang digunakan, Analisa model 3D yang diperoleh, Analisa
Model 3D yang diperoleh untuk keperluan kadaster.
3. Hasil dan Pembahasan
a. Analisa Terhadap Perangkat Lunak

2. b. Analisis Terhadap Model 3D yang Dihasilkan
Visualisasi 3D Hotel Pantai Gapura Menggunakan AutoCad 3D (kiri) dan ArcGIS
(kanan)
c. Analisis Model untuk Keperluan Kadaster
Pada konsep 3D tag linked to persil Visualisasi yang dibutuhkan tidak perlu berbentuk
digital dan gambaran situasi secara 2D tidak perlu terintegrasi dalam sistem referensi
yang sama dengan gambaran situasi secara 3D. Pada konsep hybrid diperlukan
visualisasi 3D yang terintegrasi pada sistem yang sama dengan visualisasi pada 2D
sehingga diperlukan perangkat lunak yang mampu mendefinikan referensi geografis.
Dalam kaitannya dengan kadaster 3D, model 3D dari bangunan hotel tersebut yang
dihasilkan memenuhi kriteria visualisasi kadaster 3D dalam kategori hybrid cadastre
dengan alternatif registration of 3D physical object, karena pada altifnatif ini hanya
dibutuhkan visualisasi berbentuk 2.5D. Yang berupakan visualisasi 2D dengan ditambah
nilai ketinggian.
4. Komentar
a. Kelebihan
1) Mampu membandingkan dua software pengolahan 3D kadaster serta membentuk
memvisualisasikan bentuk bangunan dengan menggunakan dua software pengolaahn
3D model
b. Kekurangan
1) Belum ada Struktur Basisdata untuk mengintegrasikan 3D bangunan dengan
keperluan kadaster
2) Belum menjelaskan aspek teknik pengukuran dan ketelitian atau skala jika
menggunakan kedua software tersebut.