SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
ATMOSPHERIC
INFLUENCE
KELOMPOK 9
1. BAYU ARISTIWIJAYA (3511100036)
2. MEIKA SUMARSONO (3512100023)
3. LATIFATUL ZAHROH (3512100027)
4. ASWALDIASWAN (3512100049)
5. DIAN PRATAMA E. P. (3512100081)
1. Pengantar
Matahari dan atmosfer mengendalikan hampir semua proses
dinamik di laut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Angin mengendalikan sirkulasi permukaan laut sampai
kedalaman sekitar satu kilometer. Angin dan pasang surut
bercampur mengendalikan arus lebih dalam di laut.
2. The Earth in Space
Orbit Bumi terhadap matahari adalah ellips
dengan jarak rata-rata 1,5 × 108 km.
Eksentrisitas terkecil orbit yaitu 0,0168. Di
Aphelion, jarak bumi ke matahari 3,4% lebih jauh
daripada di Perihelion. Perihelion merupakan
jarak terdekat bumi dengan matahari. Perihelion
terjadi setiap tahun pada bulan Januari, dan
waktu pasti berubahnya sekitar 20 menit per
tahun.
Jika panas matahari dengan cepat didistribusikan kembali ke bumi, suhu
maksimum akan terjadi pada bulan Januari. Sebaliknya, jika panas yang
didistribusikan sedikit, maksimum suhu di belahan bumi utara akan terjadi di
musim panas. Jadi sudah jelas bahwa panas yang tidak cepat didistribusikan
oleh angin dan arus.
2. The Earth in Space
3. Atmospheric Wind System
Gambar disamping menunjukkan
distribusi angin di permukaan laut
dan tekanan rata-rata selama tahun
1989. Peta menunjukkan angin
kencang dari barat antara lintang 40◦
untuk 60◦, angin lemah di daerah
subtropis dekat 30◦ lintang, angin
bertiup dari timur di daerah tropis,
dan angin timur lemah di sepanjang
Khatulistiwa.
Sel-sel Meridional di atmosfer dan pengaruh rotasi bumi pada angin
Gambar 4.3 Sketsa sirkulasi atmosfer bumi didorong oleh pemanasan matahari di
daerah tropis dan pendinginan di lintang atas. U10 = 7,4 m / s
Gambar 4.4 Angin permukaan laut selama bulan Juli dan Januari dihitung dari
Trenberth et al. (1990) set data, yang didasarkan pada data cuaca reanalyses
ECMWF 1980-1989. Angin dekat 140◦ Barat di Pasifik khatulistiwa sekitar 8 m /s.
4. The Planetary Boundary Layer
Atmosfer pada ketinggian 100 m
dari permukaan laut dipengaruhi
oleh Turbulent Drag dari angin di
laut dan fluks panas melalui
permukaan. Pada variasi ketebalan
Zi dari beberapa puluh meter
selama angin bertiup lemah di atas
air yang lebih dingin dari udara
untuk sekitar satu kilometer selama
angin kuat bertiup di atas air yang
lebih hangat daripada udara.
5. Measurement of Wind
Skala pada tahun 1946 didasarkan pada persamaan U10 = 0.836B3/2, Dimana B =
Beaufort Number dan U10 adalah kecepatan angin dalam satuan meter per detik pada
ketinggian 10 meter (List, 1966). Skala ini awalnya diusulkan oleh Laksamana Sir F.
Beaufort pada tahun 1806 untuk memberikan kekuatan angin pada layar kapal. Hal ini
diadopsi oleh British Admiralty pada tahun 1838 dan digunakan untuk umum.
• Scatterometers
Scatterometer adalah instrumen
yang sangat mirip dengan sebuah radar
yang mengukur persebaran dari sentimeter-
panjang gelombang radio yaitu gelombang
yang kecil, gelombang sentimeter-panjang
gelombang di permukaan laut.
• Windsat
Windsat adalah eksperimental, polarimetrik, microwave
radiometer yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat yang mengukur jumlah dan polarisasi radiasi microwave
yang dipancarkan dari laut pada sudut relatif antara 50◦ sampai
55◦ terhadap vertikal dan lima frekuensi radio.
• Special Sensor Microwave SSM / I
Instrumen ini mengukur radiasi gelombang
mikro yang dipancarkan dari laut pada
sudut mendekati 60◦ dari vertikal.
• Anemometers on Ships
Pengamatan satelit yang dilengkapi oleh
laporan angin ke lembaga meteorologi oleh
pengamat yang membaca anemometers di
kapal. Anemometer dibaca empat kali
sehari pada Standard Greenwich Time dan
dilaporkan melalui radio kepada badan-
badan meteorologi.
• Calibrated Anemometers on Weather Buoys
Pengukuran angin paling akurat di laut yang dibuat oleh anemometers yang
telah dikalibrasi pada Weather Buoys Data dari pelampung pesisir dirata-rata
selama delapan menit sebelum jam, dan pengamatan ditransmisikan ke
pantai melalui link satelit. Akurasi terbaik dari anemometer pada
pelampung yang dioperasikan the US national Data Buoy Center adalah lebih
besar dari ± 1 m/s atau 10% untuk kecepatan angin dan ± 10◦ untuk arah
angin (Beardsley et al. 1997).
6. Calculations of Wind
• Surface Analysis from Numerical Weather Models
Model cuaca yang paling banyak digunakan adalah yang dijalankan oleh
European Centre for Medium-range Weather Forecasts ECMWF. Ini menghitung
analisis permukaan, termasuk permukaan angin dan fluks panas setiap enam
jam pada grid 1◦ × 1◦ dari model batas-lapisan eksplisit. Nilai yg telah dihitung
diarsipkan pada grid 2,5◦. Dengan demikian peta angin dari model cuaca
numerik terlihat kurang rinci dalam peta dari data Scatterometer, yang
memiliki grid 1/4◦.
Perhitungan angin memiliki akurasi yang relatif baik. Freilich dan Dunbar (1999)
memperkirakan bahwa akurasi untuk kecepatan angin pada 10 meter adalah ±
1,5 m / s, dan ± 18◦ untuk arahnya.
6. Calculations of Wind
• Reanalyzed Data from Numerical Weather Models
Analisa permukaan dari cuaca untuk beberapa daerah telah dihasilkan selama
lebih dari seratus tahun, dan seluruh bumi sejak sekitar tahun 1950. Analisis
permukaan dihitung dengan model numerik dari sirkulasi atmosfer yang telah
tersedia selama beberapa dekade.
• Source of Reanalyzed Data
Reanalisis menggunakan sebagian besar data permukaan dan kapal yang sama
dengan yang digunakan oleh reanalysis NCEP/NCAR ditambah data dari ERS-1
dan ERS-2 satelit dan SSM/I. Era-40 produk resolusi dasar tersedia setiap
enam jam pada grid N80 memiliki 160 × 320 poin grid dengan resolusi spasial
1,125◦ dan 60 tingkat vertikal. Produk era-40 resolusi dasar tersedia setiap
enam jam dengan resolusi spasial 2,5◦ dan 23 tingkat vertikal. Reanalisis
meliputi model gelombang laut yang menghitung ketinggian gelombang laut
dan gelombang spektrum setiap enam jam pada grid 1,5◦.
7. Wind Stress
Tegangan angin ( T ) dihitung dari:
T = ρa CDU2
10
dimana ρ = 1,3 kg / m3 adalah densitas udara, U10 adalah kecepatan angin pada
10 meter, dan CD adalah koefisien hambatan. Dengan respon yang cepat,
instrumen mengukur fluktuasi angin dalam 10-20 m dari permukaan laut,
dimana T secara langsung dihitung. Korelasi T dengan U2
10 memberikan
CD(Gambar 4.6).
Trenberth et al. (1989) dan Harrison (1989) mendiskusikan keakuratan sebuah
koefisien hambatan angin yang efektif terkait tegangan untuk kecepatan angin
pada skala global. Mungkin nilai yang terbaik dari yang diterbitkan terbaru
adalah dari Yelland dan Taylor (1996) dan Yelland et al. (1998) yang
menyebutkan bahwa:
8. Studi Kasus
KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIK DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TIMUR
PADA SAAT FENOMENA INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD)
FASE POSITIF TAHUN 1994/1995, 1997/1998 DAN 2006/2007
Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomana yang terjadi karena adanya interaksi
antara atmosfer dan laut yang terjadi setiap tahunnya dan merupakan berupa struktur 2 kutub
yang ditandai dengan adanya perubahan suhu muka laut terhadap normalnya.
Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus 2010 hingga April 2011.
Lokasi penelitian di perairan Samudera Hindia timur pada koordinat 10oLU-15oLS dan 90oBT-
125oBT.
Data suhu permukaan laut diperoleh dari Geophysical Fluid Dynamic Laboratory (GFDL)
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dengan data rata – rata bulanan dan
resolusi spasial 1o x 1o, memiliki 50 tingkat kedalaman
Tujuan Penetlitian :
1. Untuk mengetahui karakter oseanografi fisik di perairan Samudera Hindia timur pada saat fase
pembentukan, pematangan dan peluruhan di tahun yang berbeda. Menggunakan analisis Empirical
Orthogonal Function (EOF) untuk menganalisis SPL secara spasial dan temporal.
2. Untuk mengetahui perbandingan karakter oseanografi fisik di perairan Samudera Hindia Timur antara
fenomena IOD positif pada tahun yang berbeda
Tahap-tahapnya :
1. Data spasial dari suhu permukaan laut untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat
menentukan fase-fase fenomena IOD
2.. pengolahan untuk data suhu perkolom hingga kedalaman 500 m
3. melakukan analisis Empirical Orthogonal Function (EOF) untuk data suhu permukaan.
Kesimpulan
- Pola SPL di Samudera Hindia timur saat fenomena IOD menunjukan bahwa fase pembentukan fenomena
IOD terjadi pada bulan Juni, fase pematangan umumnya mencapai puncaknya pada bulan September dan
untuk fase peluruhan terjadi pada bulan November. Dari hasil analisis EOF menunjukan bahwa fenomena
IOD merupakan proses dominan yang membentuk pola variasi SPL di Samudera Hindia timur.
- Mode-2 dari analisis EOF menunjukan fenomena IOD dengan menggunakan 28,4% dari total varians SPL
dengan variabilitas tertinggi berada di perairan selatan Jawa Barat hingga barat Sumatera.
8. Important Concepts
• Sinar matahari adalah sumber energi utama yang mengendalikan atmosfer dan
lautan.
• Ada boundary layer di bagian bawah atmosfer di mana kecepatan angin
menurun mendekati batas, dan di mana fluks panas dan momentum konstan di
bawah 10-20 meter.
• Angin diukur dengan berbagai cara. Yang paling umum sampai tahun 1995 dari
pengamatan yang dilakukan di laut adalah kekuatan Beaufort dari angina.
• Sejak tahun 1995, sumber yang paling penting dari pengukuran angin adalah
dari scatterometers pada satelit. Mereka menghasilkan peta global setiap hari
dengan resolusi 25 km.
• Analisis permukaan dari model numerik dari atmosfer adalah sumber global
yang paling berguna, peta grid dari kecepatan angin sebelum tahun 1995. Ini
juga merupakan sumber yang berguna untuk peta 6 jam-an. Resolusinya
adalah 100-250 km.
• Fluks momentum dari atmosfer ke laut, tegangan angin, dihitung dari
kecepatan angin menggunakan koefisien drag.

More Related Content

What's hot

2 pengenalan peta
2 pengenalan peta2 pengenalan peta
2 pengenalan petaaiiniR
 
Kerangka Kontrol Horisontal
Kerangka Kontrol HorisontalKerangka Kontrol Horisontal
Kerangka Kontrol HorisontalBayu Aristi
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luasKharistya Amaru
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSbramantiyo marjuki
 
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan BasicTutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basicbramantiyo marjuki
 
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangTutus Kusuma
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialFaisal Widodo Bancin
 
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Wachidatin N C
 
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baruNora Abner
 
Metode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiMetode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiRidwan Tedjokusumo
 
Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1niwan21
 

What's hot (20)

2 pengenalan peta
2 pengenalan peta2 pengenalan peta
2 pengenalan peta
 
Kerangka Kontrol Horisontal
Kerangka Kontrol HorisontalKerangka Kontrol Horisontal
Kerangka Kontrol Horisontal
 
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
 
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan BasicTutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
 
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakang
 
Metode Seismik
Metode Seismik Metode Seismik
Metode Seismik
 
PROYEKSI PETA
PROYEKSI PETAPROYEKSI PETA
PROYEKSI PETA
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
127679922 penentuan-lokasi-gempa-baru
 
Makalah geomatika
Makalah geomatika Makalah geomatika
Makalah geomatika
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
 
Metode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasiMetode eksplorasi dengan gravitasi
Metode eksplorasi dengan gravitasi
 
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur TanahPengenalan Ilmu Ukur Tanah
Pengenalan Ilmu Ukur Tanah
 
Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1
 
Garis kontur
Garis konturGaris kontur
Garis kontur
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 

Similar to AtmosferikPengaruh

Laporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiLaporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiJanatun Rahmilah
 
Kelompok 11 (cuaca dan iklim)
Kelompok 11 (cuaca dan iklim)Kelompok 11 (cuaca dan iklim)
Kelompok 11 (cuaca dan iklim)Nanda Reda
 
Geografi all materi
Geografi all materiGeografi all materi
Geografi all materiRio Rivaldi
 
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosperTugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosperdasriyanti
 
Geografi bab 6 atmosfer
Geografi bab 6 atmosferGeografi bab 6 atmosfer
Geografi bab 6 atmosferSelvie Lokito
 
Istiqamah dan helda
Istiqamah dan heldaIstiqamah dan helda
Istiqamah dan heldaPaarief Udin
 
Istiqamah dan helda
Istiqamah dan heldaIstiqamah dan helda
Istiqamah dan heldaPaarief Udin
 
bahan kuliah metklim bahasan Atmosfer
bahan kuliah metklim bahasan Atmosferbahan kuliah metklim bahasan Atmosfer
bahan kuliah metklim bahasan Atmosfersabah16
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginLaporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginFerli Dian SAputra
 
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaPengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaariesmoela
 
Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Walter Malau
 
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunAgroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunRiski Lubis
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferliLaporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferliFerli Dian SAputra
 
DATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptx
DATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptxDATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptx
DATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptxslamet adi
 
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptxPengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptxfadillahdila7
 

Similar to AtmosferikPengaruh (20)

Laporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan GeografiLaporan Metklim Pendidikan Geografi
Laporan Metklim Pendidikan Geografi
 
Kelompok 11 (cuaca dan iklim)
Kelompok 11 (cuaca dan iklim)Kelompok 11 (cuaca dan iklim)
Kelompok 11 (cuaca dan iklim)
 
Geografi all materi
Geografi all materiGeografi all materi
Geografi all materi
 
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosperTugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
Tugas kuliah ilmu alamiah dasar atmosper
 
Geografi bab 6 atmosfer
Geografi bab 6 atmosferGeografi bab 6 atmosfer
Geografi bab 6 atmosfer
 
Istiqamah dan helda
Istiqamah dan heldaIstiqamah dan helda
Istiqamah dan helda
 
Istiqamah dan helda
Istiqamah dan heldaIstiqamah dan helda
Istiqamah dan helda
 
bahan kuliah metklim bahasan Atmosfer
bahan kuliah metklim bahasan Atmosferbahan kuliah metklim bahasan Atmosfer
bahan kuliah metklim bahasan Atmosfer
 
Makalah meteo
Makalah meteoMakalah meteo
Makalah meteo
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginLaporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi angin
 
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusiaPengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
Pengaruh cuaca dan iklim terhadap kehidupan manusia
 
Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7Cuaca dan iklim kelas 7
Cuaca dan iklim kelas 7
 
Atmosfer
AtmosferAtmosfer
Atmosfer
 
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiunAgroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
Agroklimat acara 1 pengenalan stasiun dan peralatan stasiun
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferliLaporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
 
Modul kelas x atmosfer
Modul kelas x   atmosferModul kelas x   atmosfer
Modul kelas x atmosfer
 
DATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptx
DATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptxDATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptx
DATA METEOROLOGI UNTUK AKTIVITA PELAYARAN.pptx
 
Agroklimatologi
AgroklimatologiAgroklimatologi
Agroklimatologi
 
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptxPengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
Pengertian Atmosfer dalam pembelajaran geografi .pptx
 
Iklim
IklimIklim
Iklim
 

More from National Cheng Kung University

Accuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical Camera
Accuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical CameraAccuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical Camera
Accuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical CameraNational Cheng Kung University
 
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...National Cheng Kung University
 
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...National Cheng Kung University
 
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical CameraNational Cheng Kung University
 
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical CameraNational Cheng Kung University
 
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest NeighborSatellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest NeighborNational Cheng Kung University
 
Optimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU Data
Optimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU DataOptimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU Data
Optimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU DataNational Cheng Kung University
 
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest NeighborSatellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest NeighborNational Cheng Kung University
 
A Method of Mining Association Rules for Geographical Points of Interest
A Method of Mining Association Rules for Geographical Points of InterestA Method of Mining Association Rules for Geographical Points of Interest
A Method of Mining Association Rules for Geographical Points of InterestNational Cheng Kung University
 
Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...
Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...
Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...National Cheng Kung University
 
Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...
Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...
Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...National Cheng Kung University
 
Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...
Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...
Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...National Cheng Kung University
 
The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...
The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...
The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...National Cheng Kung University
 
SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...
SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...
SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...National Cheng Kung University
 

More from National Cheng Kung University (20)

Accuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical Camera
Accuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical CameraAccuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical Camera
Accuracy assessment and 3D Mapping by Consumer Grade Spherical Camera
 
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
 
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
3D Rekonstruksi Bangunan Menggunakan Gambar Panorama Sebagai Upaya Untuk Miti...
 
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
 
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
3D Indoor and Outdoor Mapping from Point Cloud Generated by Spherical Camera
 
Handbook PPI Tainan Taiwan 2018
Handbook PPI Tainan Taiwan 2018Handbook PPI Tainan Taiwan 2018
Handbook PPI Tainan Taiwan 2018
 
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest NeighborSatellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
 
Optimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU Data
Optimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU DataOptimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU Data
Optimal Filtering with Kalman Filters and Smoothers Using AndroSensor IMU Data
 
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest NeighborSatellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
Satellite Image Classification using Decision Tree, SVM and k-Nearest Neighbor
 
EKF and RTS smoother toolbox
EKF and RTS smoother toolboxEKF and RTS smoother toolbox
EKF and RTS smoother toolbox
 
Kalman Filter Basic
Kalman Filter BasicKalman Filter Basic
Kalman Filter Basic
 
A Method of Mining Association Rules for Geographical Points of Interest
A Method of Mining Association Rules for Geographical Points of InterestA Method of Mining Association Rules for Geographical Points of Interest
A Method of Mining Association Rules for Geographical Points of Interest
 
DSM Extraction from Pleiades Images Using RSP
DSM Extraction from Pleiades Images Using RSPDSM Extraction from Pleiades Images Using RSP
DSM Extraction from Pleiades Images Using RSP
 
Calibration of Inertial Sensor within Smartphone
Calibration of Inertial Sensor within SmartphoneCalibration of Inertial Sensor within Smartphone
Calibration of Inertial Sensor within Smartphone
 
Pengukuran GPS Menggunakan Trimble Secara Manual
Pengukuran GPS Menggunakan Trimble Secara ManualPengukuran GPS Menggunakan Trimble Secara Manual
Pengukuran GPS Menggunakan Trimble Secara Manual
 
Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...
Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...
Building classification model, tree model, confusion matrix and prediction ac...
 
Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...
Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...
Accuracy Analysis of Three-Dimensional Model Reconstructed by Spherical Video...
 
Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...
Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...
Association Rule (Data Mining) - Frequent Itemset Generation, Closed Frequent...
 
The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...
The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...
The rotation matrix (DCM) and quaternion in Inertial Survey and Navigation Sy...
 
SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...
SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...
SIFT/SURF can achieve scale, rotation and illumination invariant during image...
 

AtmosferikPengaruh

  • 1. ATMOSPHERIC INFLUENCE KELOMPOK 9 1. BAYU ARISTIWIJAYA (3511100036) 2. MEIKA SUMARSONO (3512100023) 3. LATIFATUL ZAHROH (3512100027) 4. ASWALDIASWAN (3512100049) 5. DIAN PRATAMA E. P. (3512100081)
  • 2. 1. Pengantar Matahari dan atmosfer mengendalikan hampir semua proses dinamik di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Angin mengendalikan sirkulasi permukaan laut sampai kedalaman sekitar satu kilometer. Angin dan pasang surut bercampur mengendalikan arus lebih dalam di laut.
  • 3. 2. The Earth in Space Orbit Bumi terhadap matahari adalah ellips dengan jarak rata-rata 1,5 × 108 km. Eksentrisitas terkecil orbit yaitu 0,0168. Di Aphelion, jarak bumi ke matahari 3,4% lebih jauh daripada di Perihelion. Perihelion merupakan jarak terdekat bumi dengan matahari. Perihelion terjadi setiap tahun pada bulan Januari, dan waktu pasti berubahnya sekitar 20 menit per tahun.
  • 4. Jika panas matahari dengan cepat didistribusikan kembali ke bumi, suhu maksimum akan terjadi pada bulan Januari. Sebaliknya, jika panas yang didistribusikan sedikit, maksimum suhu di belahan bumi utara akan terjadi di musim panas. Jadi sudah jelas bahwa panas yang tidak cepat didistribusikan oleh angin dan arus. 2. The Earth in Space
  • 5. 3. Atmospheric Wind System Gambar disamping menunjukkan distribusi angin di permukaan laut dan tekanan rata-rata selama tahun 1989. Peta menunjukkan angin kencang dari barat antara lintang 40◦ untuk 60◦, angin lemah di daerah subtropis dekat 30◦ lintang, angin bertiup dari timur di daerah tropis, dan angin timur lemah di sepanjang Khatulistiwa.
  • 6. Sel-sel Meridional di atmosfer dan pengaruh rotasi bumi pada angin Gambar 4.3 Sketsa sirkulasi atmosfer bumi didorong oleh pemanasan matahari di daerah tropis dan pendinginan di lintang atas. U10 = 7,4 m / s
  • 7. Gambar 4.4 Angin permukaan laut selama bulan Juli dan Januari dihitung dari Trenberth et al. (1990) set data, yang didasarkan pada data cuaca reanalyses ECMWF 1980-1989. Angin dekat 140◦ Barat di Pasifik khatulistiwa sekitar 8 m /s.
  • 8. 4. The Planetary Boundary Layer Atmosfer pada ketinggian 100 m dari permukaan laut dipengaruhi oleh Turbulent Drag dari angin di laut dan fluks panas melalui permukaan. Pada variasi ketebalan Zi dari beberapa puluh meter selama angin bertiup lemah di atas air yang lebih dingin dari udara untuk sekitar satu kilometer selama angin kuat bertiup di atas air yang lebih hangat daripada udara.
  • 9. 5. Measurement of Wind Skala pada tahun 1946 didasarkan pada persamaan U10 = 0.836B3/2, Dimana B = Beaufort Number dan U10 adalah kecepatan angin dalam satuan meter per detik pada ketinggian 10 meter (List, 1966). Skala ini awalnya diusulkan oleh Laksamana Sir F. Beaufort pada tahun 1806 untuk memberikan kekuatan angin pada layar kapal. Hal ini diadopsi oleh British Admiralty pada tahun 1838 dan digunakan untuk umum.
  • 10. • Scatterometers Scatterometer adalah instrumen yang sangat mirip dengan sebuah radar yang mengukur persebaran dari sentimeter- panjang gelombang radio yaitu gelombang yang kecil, gelombang sentimeter-panjang gelombang di permukaan laut.
  • 11. • Windsat Windsat adalah eksperimental, polarimetrik, microwave radiometer yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat yang mengukur jumlah dan polarisasi radiasi microwave yang dipancarkan dari laut pada sudut relatif antara 50◦ sampai 55◦ terhadap vertikal dan lima frekuensi radio.
  • 12. • Special Sensor Microwave SSM / I Instrumen ini mengukur radiasi gelombang mikro yang dipancarkan dari laut pada sudut mendekati 60◦ dari vertikal. • Anemometers on Ships Pengamatan satelit yang dilengkapi oleh laporan angin ke lembaga meteorologi oleh pengamat yang membaca anemometers di kapal. Anemometer dibaca empat kali sehari pada Standard Greenwich Time dan dilaporkan melalui radio kepada badan- badan meteorologi.
  • 13. • Calibrated Anemometers on Weather Buoys Pengukuran angin paling akurat di laut yang dibuat oleh anemometers yang telah dikalibrasi pada Weather Buoys Data dari pelampung pesisir dirata-rata selama delapan menit sebelum jam, dan pengamatan ditransmisikan ke pantai melalui link satelit. Akurasi terbaik dari anemometer pada pelampung yang dioperasikan the US national Data Buoy Center adalah lebih besar dari ± 1 m/s atau 10% untuk kecepatan angin dan ± 10◦ untuk arah angin (Beardsley et al. 1997).
  • 14. 6. Calculations of Wind • Surface Analysis from Numerical Weather Models Model cuaca yang paling banyak digunakan adalah yang dijalankan oleh European Centre for Medium-range Weather Forecasts ECMWF. Ini menghitung analisis permukaan, termasuk permukaan angin dan fluks panas setiap enam jam pada grid 1◦ × 1◦ dari model batas-lapisan eksplisit. Nilai yg telah dihitung diarsipkan pada grid 2,5◦. Dengan demikian peta angin dari model cuaca numerik terlihat kurang rinci dalam peta dari data Scatterometer, yang memiliki grid 1/4◦. Perhitungan angin memiliki akurasi yang relatif baik. Freilich dan Dunbar (1999) memperkirakan bahwa akurasi untuk kecepatan angin pada 10 meter adalah ± 1,5 m / s, dan ± 18◦ untuk arahnya.
  • 15. 6. Calculations of Wind • Reanalyzed Data from Numerical Weather Models Analisa permukaan dari cuaca untuk beberapa daerah telah dihasilkan selama lebih dari seratus tahun, dan seluruh bumi sejak sekitar tahun 1950. Analisis permukaan dihitung dengan model numerik dari sirkulasi atmosfer yang telah tersedia selama beberapa dekade.
  • 16. • Source of Reanalyzed Data Reanalisis menggunakan sebagian besar data permukaan dan kapal yang sama dengan yang digunakan oleh reanalysis NCEP/NCAR ditambah data dari ERS-1 dan ERS-2 satelit dan SSM/I. Era-40 produk resolusi dasar tersedia setiap enam jam pada grid N80 memiliki 160 × 320 poin grid dengan resolusi spasial 1,125◦ dan 60 tingkat vertikal. Produk era-40 resolusi dasar tersedia setiap enam jam dengan resolusi spasial 2,5◦ dan 23 tingkat vertikal. Reanalisis meliputi model gelombang laut yang menghitung ketinggian gelombang laut dan gelombang spektrum setiap enam jam pada grid 1,5◦.
  • 17. 7. Wind Stress Tegangan angin ( T ) dihitung dari: T = ρa CDU2 10 dimana ρ = 1,3 kg / m3 adalah densitas udara, U10 adalah kecepatan angin pada 10 meter, dan CD adalah koefisien hambatan. Dengan respon yang cepat, instrumen mengukur fluktuasi angin dalam 10-20 m dari permukaan laut, dimana T secara langsung dihitung. Korelasi T dengan U2 10 memberikan CD(Gambar 4.6).
  • 18. Trenberth et al. (1989) dan Harrison (1989) mendiskusikan keakuratan sebuah koefisien hambatan angin yang efektif terkait tegangan untuk kecepatan angin pada skala global. Mungkin nilai yang terbaik dari yang diterbitkan terbaru adalah dari Yelland dan Taylor (1996) dan Yelland et al. (1998) yang menyebutkan bahwa:
  • 19. 8. Studi Kasus KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIK DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TIMUR PADA SAAT FENOMENA INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) FASE POSITIF TAHUN 1994/1995, 1997/1998 DAN 2006/2007 Fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomana yang terjadi karena adanya interaksi antara atmosfer dan laut yang terjadi setiap tahunnya dan merupakan berupa struktur 2 kutub yang ditandai dengan adanya perubahan suhu muka laut terhadap normalnya. Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus 2010 hingga April 2011. Lokasi penelitian di perairan Samudera Hindia timur pada koordinat 10oLU-15oLS dan 90oBT- 125oBT. Data suhu permukaan laut diperoleh dari Geophysical Fluid Dynamic Laboratory (GFDL) National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dengan data rata – rata bulanan dan resolusi spasial 1o x 1o, memiliki 50 tingkat kedalaman
  • 20. Tujuan Penetlitian : 1. Untuk mengetahui karakter oseanografi fisik di perairan Samudera Hindia timur pada saat fase pembentukan, pematangan dan peluruhan di tahun yang berbeda. Menggunakan analisis Empirical Orthogonal Function (EOF) untuk menganalisis SPL secara spasial dan temporal. 2. Untuk mengetahui perbandingan karakter oseanografi fisik di perairan Samudera Hindia Timur antara fenomena IOD positif pada tahun yang berbeda Tahap-tahapnya : 1. Data spasial dari suhu permukaan laut untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat menentukan fase-fase fenomena IOD 2.. pengolahan untuk data suhu perkolom hingga kedalaman 500 m 3. melakukan analisis Empirical Orthogonal Function (EOF) untuk data suhu permukaan. Kesimpulan - Pola SPL di Samudera Hindia timur saat fenomena IOD menunjukan bahwa fase pembentukan fenomena IOD terjadi pada bulan Juni, fase pematangan umumnya mencapai puncaknya pada bulan September dan untuk fase peluruhan terjadi pada bulan November. Dari hasil analisis EOF menunjukan bahwa fenomena IOD merupakan proses dominan yang membentuk pola variasi SPL di Samudera Hindia timur. - Mode-2 dari analisis EOF menunjukan fenomena IOD dengan menggunakan 28,4% dari total varians SPL dengan variabilitas tertinggi berada di perairan selatan Jawa Barat hingga barat Sumatera.
  • 21. 8. Important Concepts • Sinar matahari adalah sumber energi utama yang mengendalikan atmosfer dan lautan. • Ada boundary layer di bagian bawah atmosfer di mana kecepatan angin menurun mendekati batas, dan di mana fluks panas dan momentum konstan di bawah 10-20 meter. • Angin diukur dengan berbagai cara. Yang paling umum sampai tahun 1995 dari pengamatan yang dilakukan di laut adalah kekuatan Beaufort dari angina. • Sejak tahun 1995, sumber yang paling penting dari pengukuran angin adalah dari scatterometers pada satelit. Mereka menghasilkan peta global setiap hari dengan resolusi 25 km. • Analisis permukaan dari model numerik dari atmosfer adalah sumber global yang paling berguna, peta grid dari kecepatan angin sebelum tahun 1995. Ini juga merupakan sumber yang berguna untuk peta 6 jam-an. Resolusinya adalah 100-250 km. • Fluks momentum dari atmosfer ke laut, tegangan angin, dihitung dari kecepatan angin menggunakan koefisien drag.