SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Prodi
Mesin dan Peralatan Pertanian
Field Machinery Management
• Pengelolaan alsintan yang baik meliputi:
1.Pemahaman prinsip mekanis dan
keterbatasan dari tiap alsintan
2.Efisiensi pengoperasian alsintan
3.Pemeliharaan alsintan yang tepat
4.Perbaikan dan penggantian alsintan yang
tepat
5.Penyeleksian alsintan
• Pengelolaan alsintan yang baik mensyaratkan
dilaksanakannya analisa ekonomis utk setiap
kegiatan pengelolaan alsintan
Field Machinery Management
• Pengelolaan yang baik dari penggunaan alsintan
di lahan menentukan keberhasilan usaha tani
Field operations
• Satu aspek manajemen alsintan adalah efisiensi
implemen dalam pengoperasian alsintan.
Field operations
• Efisiensi implemen ini ditentukan oleh:
1. Cara mengemudikan alsintan (pengemudian/steering)
2. Kecepatan pengoperasian alsintan
• Efisiensi implemen bisa berkurang disebabkan oleh:
1. Kelebihan kapasitas fungsional alsintan
2. Ketidakmampuan operator utk mengemudikan alsintan
(menempatkan implemen) secara akurat
3. Tidak berfungsi dan rusaknya mesin karena permukaan
lahan yang bergelombang
4. Tanaman/hasil pertanian yg diolah perlu diperlakukan
secara hati-hati
Steering/Pengemudian
 Pengemudian (steering) alsintan termasuk
di dalamnya adalah bagaimana melakukan
manuver2 alsintan.
 Lintasan implemen pada pengolahan tanah
biasanya ditumpangtindihkan (overlap)
untuk memastikan bahwa seluruh lahan
terolah
 Pengemudian yg dpt mengurangi
overlapping akan meningkatkan efisiensi
 Overlapping ini biasanya sekitar 7,5%, sehingga
lebar kerja efektif hanya 92,5% (akibatnya efisiensi
lapang tidak pernah > 92,5%)
Field operations (steering/pengemudian)
Pada alat panen tanaman padi-padian, biasanya
pisau pemotong akan dioperasikan overlap dengan
lintasan sebelumnya untuk memastikan tidak ada
hasil panen yg tertinggal. Dalam kasus ini, seorang
operator yg handal akan mampu mengoperasikan
alat panen dgn lebar kerja efektif 95 – 97%.
 Pemanen tanaman berbaris, alat panen harus
diarahkan tepat pada barisan yg akan dipanen
Field operations
(steering/pengemudian)
 Masalah dalam mengemudikan alsintan
adalah implement yg umumnya cukup lebar
dan letak implemen yang umumnya tidak
cukup terlihat oleh operator
 Pemberian rambu-rambu pembelokan dilakukan
untuk mengatasi masalah diatas
 Hanya saja, agar efektif operator harus memberi
perhatian khusus dan disiplin mengemudikan
alsintan sesuai dengan rambu-rambu tersebut
 Mengatasi masalah efisiensi lebar implement yg
diakibatkan oleh pengemudian yang tidak tepat,
GPS dapat diterapkan sebagai perangkat rambu-
rambu pembelokan
Alsintan harus dapat dimanuver secara mudah
baik di lahan maupun di jalan. Alsintan perlu
didesain sedemikian rupa, sehingga dpt
melakukan pembelokan yg singkat, namun
tetap dpt melakukan pengolahan/pekerjaan di
sudut2 lahan maupun di seluruh kontur lahan
Field operations (steering/pengemudian)
• Radius pembelokan implemen adalah faktor
penting yg mempengaruhi jumlah waktu yg
hilang utk pembelokan
• Industri otomatif dan alsintan umumnya
mendefenisikan radius pembelokan sbg radius
lingkaran hasil pembelokan tersingkat, hanya
saja perlu diingat bahwa radius pembelokan
yg diperhitungkan adalah radius terluar dr
lintasan efektif implemen ketika melakukan
pembelokan tajam
Speed/Kecepatan
Field operations
(kecepatan)
 Faktor lain yg menentukan efisiensi pengoperasian
alsintan adalah kecepatan maju alsintan.
 Kecepatan maju alsintan berada dibawa kontrol
operator, oleh karenanya penting menekankan
kepada operator bahwa tujuan utama
pengoperasian alsintan adalah: meminimalkan
waktu yang dibutuhkan dan memaksimalkan
efektivitas implemen
 Pengoperasian alsintan yg lambat akan membuang
waktu kerja, dan pada pekerjaan pengolahan tanah,
hal ini akan memberikan hasil pengolahan tanah yg
buruk
 Kecepatan pengolahan tanah yg lambat
akan memberikan hasil yang buruk
 Kecepatan pengolahan tanah yg tepat
ditentukan oleh kebutuhan persemaian,
dan dibatasi oleh tenaga (alsintan
dan/atau traktor) yg tersedia  hp
 Kecepatan pengolahan tanah dipilih pada
level kecepatan yg tidak mengakibatkan
hasil pengolahan tanah buruk (bongkahan
tanah buruk atau posisi tanah tidak tepat
utk penanaman)
 Kecepatan alat penanam dibatasi oleh
kemampuan implemen utk mengukur jarak
tanam dan meletakkan benih ke dlm tanah
 Kecepatan alat panen dibatasi oleh banyaknya
hasil panen yg hilang
Misal, jika angin bertiup kencang atau tanaman
yg dipanen sangat kering, maka kecepatan
alat panen dikurangi
FIELD OPERATIONS (KECEPATAN)
 Agar dapat mengefektifkan pilihan kecepatan
alsintan, maka permukaan tanah yang
diolah/dikerjakan harus rata, sehingga tidak
menimbulkan guncangan hebat terhadap
alsintan dan operatornya
Field operations
 Pengoperasian lahan yg efektif hanya dapat
dicapai dengan menggunakan operator yg
kompeten dan senantiasa siaga terhadap
segala kemungkinan yg terjadi dlm
mengoperasikan alsintan
 Kesiagaan ini harus meningkat seiring dgn
meningkatnya lebar implemen dan
kompleksitas alsintan
 Contoh: pd tanaman berbaris, lebih mudah
mengobservasi implemen 2 baris tanaman,
dibandingkan implemen 6 baris tanaman
Field Pattern
(Pola Lintasan)
Field Patterns (Pola Lintasan)
 Pola lintasan pengolahan/pekerjaan yg
efisien merupakan tanggung jawab
manajer alsintan
 Pola yg diterapkan bergantung pd
kondisi lahan dan kemampuan manuver
alsintan
 Terdapat beberapa pilihan pola lintasan.
Pola lintasan yg dipilih adalah pola yg
memiliki pembelokan produktif.
Field Patterns (Pola Lintasan)
Field Patterns (Pola Lintasan)
• Terdapat 3 pola mendasar dari pengerjaan lahan,
yaitu: continuous, circuitous, dan headland,
dimana pola2 ini mengakibatkan:
Sudut pembelokan yang berbeda.
 Pola continuous mengakibatkan pembelokan
yang sangat tajam (< 90º)
 Pola circuitous mengakibatkan pembelokan
sekitar 90º
 Pola headland (ujung lahan) memberikan
keleluasan pembelokan bagi alsintan (bisa
hingga 135º)
 Berikut adalah gbr ruang kosong akibat pembelokan
yg tetap mempertahankan implemennya bekerja
(gbr 1.11 hal 14):
Ruang kosong yang
ditinggalkan oleh
pembelokan > 135º dapat
diacuhkan.
Hanya saja pembelokan yg
lebih tajam meninggalkan
ruang kosong yg besar, shg
perlu dilewati implemen
sekali lagi. Akibatkan
efisiensi lapang berkurang
 Berikut adalah tabel lebar ruang kosong
berdasarkan sudut pembelokannya
Field Patterns (Pola Lintasan)
 Hal ini dpt diatasi dgn membagi lahan menjadi
beberapa bagian, shg waktu lintasan alsintan
di headland dpt dikurangi
Field Patterns (Pola Lintasan)
 Ketika lahan yg dikerjakan berbentuk segitiga, shg memiliki
headland yang bersudut, maka akan terjadi pengurangan
efisiensi kerja.
Impelemen dgn lebar w
mendekati headland bersudut A.
Agar lahan terkerjakan semua,
maka implemen jg hrs melewati
daerah yg diarsir, shg
mengakibatkan peningkatan wkt
kerja dan biaya
Kehilangan wkt ini semakin tinggi
jika sudut pembelokan < 30º,
sbgm terlihat pd tabel berikut:
Field Patterns (Pola Lintasan)
• Tabel kehilangan waktu akibat pembelokan
implement 4 m yg berjalan dgn kecepatan
4.8 km/jam di headland yg bersudut
 Untuk mengatasi banyaknya kehilangan waktu pada
lahan berbentuk segitiga ini, maka arah lintasan
implemen sebaiknya sejajar dengan sisi terpanjang dr
area segitiga tersebut, krn jumlah pembelokan akan
banyak berkurang
Field Patterns (Pola Lintasan)
 Jika arah lintasan mengikuti sisi segitiga yang
miring, maka efisiensi akan sangat berkurang
karena kedua headland (ujung lahan)
bersudut.
MANAJEMEN_ALSINTAN

More Related Content

What's hot

Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferNurul Aulia
 
Pemberian air-dan-efisiensi-irigasi
Pemberian air-dan-efisiensi-irigasiPemberian air-dan-efisiensi-irigasi
Pemberian air-dan-efisiensi-irigasiNayla Rahmi
 
Bab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanian
Bab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanianBab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanian
Bab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanianNanda Saragih
 
sifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil panensifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil paneniswoyo
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanamanAli Babang
 
Pengembangan alat dan mesin pertanian
Pengembangan alat dan mesin pertanianPengembangan alat dan mesin pertanian
Pengembangan alat dan mesin pertanianMuhammad Saddam
 
Budidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman panganBudidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman pangantani57
 
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxPPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxBPPSINDANGKASIH
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & airdenotsudiana
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanAndary Aindåapryl
 
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenLecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenUniversity of Brawijaya
 
Traktor pertanian
Traktor pertanianTraktor pertanian
Traktor pertanianYuwan Kilmi
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunanMemet Hakim
 

What's hot (20)

Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosferHandout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
Handout hubungan dasar tanah air-tanaman-atmosfer
 
Pemberian air-dan-efisiensi-irigasi
Pemberian air-dan-efisiensi-irigasiPemberian air-dan-efisiensi-irigasi
Pemberian air-dan-efisiensi-irigasi
 
Bab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanian
Bab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanianBab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanian
Bab 6-pengembangan-alat-dan-mesin-pertanian
 
sifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil panensifat dan perubahan hasil panen
sifat dan perubahan hasil panen
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanaman
 
Pengembangan alat dan mesin pertanian
Pengembangan alat dan mesin pertanianPengembangan alat dan mesin pertanian
Pengembangan alat dan mesin pertanian
 
Budidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman panganBudidaya tanaman pangan
Budidaya tanaman pangan
 
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptxPPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
PPT PENGOLAHAN TANAH.pptx
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 
Alsin pemupukan
Alsin pemupukanAlsin pemupukan
Alsin pemupukan
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemenLecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
Lecture 1. agroindustri, teknologi, manajemen
 
Traktor pertanian
Traktor pertanianTraktor pertanian
Traktor pertanian
 
Manajemen perkebunan
Manajemen perkebunanManajemen perkebunan
Manajemen perkebunan
 
13 irigasi curah
13   irigasi curah13   irigasi curah
13 irigasi curah
 
Tanaman pangan
Tanaman panganTanaman pangan
Tanaman pangan
 
Ekologi tanah
Ekologi tanahEkologi tanah
Ekologi tanah
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 

Similar to MANAJEMEN_ALSINTAN

Similar to MANAJEMEN_ALSINTAN (6)

Pengelolaan traktor roda dua untuk usaha tani
Pengelolaan traktor roda dua untuk usaha taniPengelolaan traktor roda dua untuk usaha tani
Pengelolaan traktor roda dua untuk usaha tani
 
PERENCANAAN LOGGING
PERENCANAAN LOGGINGPERENCANAAN LOGGING
PERENCANAAN LOGGING
 
Makalah agroekologi
Makalah agroekologiMakalah agroekologi
Makalah agroekologi
 
Tep.202 handout sistem_bahan_bakar
Tep.202 handout sistem_bahan_bakarTep.202 handout sistem_bahan_bakar
Tep.202 handout sistem_bahan_bakar
 
sss.pptx
sss.pptxsss.pptx
sss.pptx
 
Laporan alsintan2
Laporan alsintan2Laporan alsintan2
Laporan alsintan2
 

More from Iqrimha Lairung

More from Iqrimha Lairung (15)

Alat dan mesin pengolah tanah pertanian(6)
Alat dan mesin pengolah tanah pertanian(6)Alat dan mesin pengolah tanah pertanian(6)
Alat dan mesin pengolah tanah pertanian(6)
 
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
Profil memanjang dan melintang (sifat datar)
 
Dasar dasar ilmu ukur tanah
Dasar dasar ilmu ukur tanahDasar dasar ilmu ukur tanah
Dasar dasar ilmu ukur tanah
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
 
Udara Tanah
Udara TanahUdara Tanah
Udara Tanah
 
Watershed management
Watershed managementWatershed management
Watershed management
 
Agrohidrologi
AgrohidrologiAgrohidrologi
Agrohidrologi
 
Bulk_density
Bulk_densityBulk_density
Bulk_density
 
The soil color
The soil colorThe soil color
The soil color
 
The basic of computer
The basic of computerThe basic of computer
The basic of computer
 
Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)
 
Presentasi infiltrasi
Presentasi infiltrasiPresentasi infiltrasi
Presentasi infiltrasi
 
Faktor erosi topgrafi
Faktor erosi topgrafiFaktor erosi topgrafi
Faktor erosi topgrafi
 
Metode kimia
Metode kimiaMetode kimia
Metode kimia
 
Kabutuhanberas toraja
Kabutuhanberas torajaKabutuhanberas toraja
Kabutuhanberas toraja
 

Recently uploaded

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Recently uploaded (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

MANAJEMEN_ALSINTAN

  • 2. Field Machinery Management • Pengelolaan alsintan yang baik meliputi: 1.Pemahaman prinsip mekanis dan keterbatasan dari tiap alsintan 2.Efisiensi pengoperasian alsintan 3.Pemeliharaan alsintan yang tepat 4.Perbaikan dan penggantian alsintan yang tepat 5.Penyeleksian alsintan • Pengelolaan alsintan yang baik mensyaratkan dilaksanakannya analisa ekonomis utk setiap kegiatan pengelolaan alsintan
  • 3. Field Machinery Management • Pengelolaan yang baik dari penggunaan alsintan di lahan menentukan keberhasilan usaha tani
  • 4. Field operations • Satu aspek manajemen alsintan adalah efisiensi implemen dalam pengoperasian alsintan.
  • 5. Field operations • Efisiensi implemen ini ditentukan oleh: 1. Cara mengemudikan alsintan (pengemudian/steering) 2. Kecepatan pengoperasian alsintan • Efisiensi implemen bisa berkurang disebabkan oleh: 1. Kelebihan kapasitas fungsional alsintan 2. Ketidakmampuan operator utk mengemudikan alsintan (menempatkan implemen) secara akurat 3. Tidak berfungsi dan rusaknya mesin karena permukaan lahan yang bergelombang 4. Tanaman/hasil pertanian yg diolah perlu diperlakukan secara hati-hati
  • 7.  Pengemudian (steering) alsintan termasuk di dalamnya adalah bagaimana melakukan manuver2 alsintan.  Lintasan implemen pada pengolahan tanah biasanya ditumpangtindihkan (overlap) untuk memastikan bahwa seluruh lahan terolah  Pengemudian yg dpt mengurangi overlapping akan meningkatkan efisiensi
  • 8.  Overlapping ini biasanya sekitar 7,5%, sehingga lebar kerja efektif hanya 92,5% (akibatnya efisiensi lapang tidak pernah > 92,5%)
  • 9. Field operations (steering/pengemudian) Pada alat panen tanaman padi-padian, biasanya pisau pemotong akan dioperasikan overlap dengan lintasan sebelumnya untuk memastikan tidak ada hasil panen yg tertinggal. Dalam kasus ini, seorang operator yg handal akan mampu mengoperasikan alat panen dgn lebar kerja efektif 95 – 97%.
  • 10.  Pemanen tanaman berbaris, alat panen harus diarahkan tepat pada barisan yg akan dipanen
  • 11. Field operations (steering/pengemudian)  Masalah dalam mengemudikan alsintan adalah implement yg umumnya cukup lebar dan letak implemen yang umumnya tidak cukup terlihat oleh operator
  • 12.  Pemberian rambu-rambu pembelokan dilakukan untuk mengatasi masalah diatas  Hanya saja, agar efektif operator harus memberi perhatian khusus dan disiplin mengemudikan alsintan sesuai dengan rambu-rambu tersebut  Mengatasi masalah efisiensi lebar implement yg diakibatkan oleh pengemudian yang tidak tepat, GPS dapat diterapkan sebagai perangkat rambu- rambu pembelokan
  • 13. Alsintan harus dapat dimanuver secara mudah baik di lahan maupun di jalan. Alsintan perlu didesain sedemikian rupa, sehingga dpt melakukan pembelokan yg singkat, namun tetap dpt melakukan pengolahan/pekerjaan di sudut2 lahan maupun di seluruh kontur lahan
  • 14. Field operations (steering/pengemudian) • Radius pembelokan implemen adalah faktor penting yg mempengaruhi jumlah waktu yg hilang utk pembelokan • Industri otomatif dan alsintan umumnya mendefenisikan radius pembelokan sbg radius lingkaran hasil pembelokan tersingkat, hanya saja perlu diingat bahwa radius pembelokan yg diperhitungkan adalah radius terluar dr lintasan efektif implemen ketika melakukan pembelokan tajam
  • 15.
  • 17. Field operations (kecepatan)  Faktor lain yg menentukan efisiensi pengoperasian alsintan adalah kecepatan maju alsintan.  Kecepatan maju alsintan berada dibawa kontrol operator, oleh karenanya penting menekankan kepada operator bahwa tujuan utama pengoperasian alsintan adalah: meminimalkan waktu yang dibutuhkan dan memaksimalkan efektivitas implemen  Pengoperasian alsintan yg lambat akan membuang waktu kerja, dan pada pekerjaan pengolahan tanah, hal ini akan memberikan hasil pengolahan tanah yg buruk
  • 18.  Kecepatan pengolahan tanah yg lambat akan memberikan hasil yang buruk  Kecepatan pengolahan tanah yg tepat ditentukan oleh kebutuhan persemaian, dan dibatasi oleh tenaga (alsintan dan/atau traktor) yg tersedia  hp  Kecepatan pengolahan tanah dipilih pada level kecepatan yg tidak mengakibatkan hasil pengolahan tanah buruk (bongkahan tanah buruk atau posisi tanah tidak tepat utk penanaman)
  • 19.  Kecepatan alat penanam dibatasi oleh kemampuan implemen utk mengukur jarak tanam dan meletakkan benih ke dlm tanah  Kecepatan alat panen dibatasi oleh banyaknya hasil panen yg hilang Misal, jika angin bertiup kencang atau tanaman yg dipanen sangat kering, maka kecepatan alat panen dikurangi
  • 20. FIELD OPERATIONS (KECEPATAN)  Agar dapat mengefektifkan pilihan kecepatan alsintan, maka permukaan tanah yang diolah/dikerjakan harus rata, sehingga tidak menimbulkan guncangan hebat terhadap alsintan dan operatornya
  • 21. Field operations  Pengoperasian lahan yg efektif hanya dapat dicapai dengan menggunakan operator yg kompeten dan senantiasa siaga terhadap segala kemungkinan yg terjadi dlm mengoperasikan alsintan  Kesiagaan ini harus meningkat seiring dgn meningkatnya lebar implemen dan kompleksitas alsintan  Contoh: pd tanaman berbaris, lebih mudah mengobservasi implemen 2 baris tanaman, dibandingkan implemen 6 baris tanaman
  • 23. Field Patterns (Pola Lintasan)  Pola lintasan pengolahan/pekerjaan yg efisien merupakan tanggung jawab manajer alsintan  Pola yg diterapkan bergantung pd kondisi lahan dan kemampuan manuver alsintan  Terdapat beberapa pilihan pola lintasan. Pola lintasan yg dipilih adalah pola yg memiliki pembelokan produktif.
  • 24. Field Patterns (Pola Lintasan)
  • 25. Field Patterns (Pola Lintasan) • Terdapat 3 pola mendasar dari pengerjaan lahan, yaitu: continuous, circuitous, dan headland, dimana pola2 ini mengakibatkan: Sudut pembelokan yang berbeda.  Pola continuous mengakibatkan pembelokan yang sangat tajam (< 90º)  Pola circuitous mengakibatkan pembelokan sekitar 90º  Pola headland (ujung lahan) memberikan keleluasan pembelokan bagi alsintan (bisa hingga 135º)
  • 26.  Berikut adalah gbr ruang kosong akibat pembelokan yg tetap mempertahankan implemennya bekerja (gbr 1.11 hal 14): Ruang kosong yang ditinggalkan oleh pembelokan > 135º dapat diacuhkan. Hanya saja pembelokan yg lebih tajam meninggalkan ruang kosong yg besar, shg perlu dilewati implemen sekali lagi. Akibatkan efisiensi lapang berkurang
  • 27.  Berikut adalah tabel lebar ruang kosong berdasarkan sudut pembelokannya
  • 28. Field Patterns (Pola Lintasan)  Hal ini dpt diatasi dgn membagi lahan menjadi beberapa bagian, shg waktu lintasan alsintan di headland dpt dikurangi
  • 29. Field Patterns (Pola Lintasan)  Ketika lahan yg dikerjakan berbentuk segitiga, shg memiliki headland yang bersudut, maka akan terjadi pengurangan efisiensi kerja. Impelemen dgn lebar w mendekati headland bersudut A. Agar lahan terkerjakan semua, maka implemen jg hrs melewati daerah yg diarsir, shg mengakibatkan peningkatan wkt kerja dan biaya Kehilangan wkt ini semakin tinggi jika sudut pembelokan < 30º, sbgm terlihat pd tabel berikut:
  • 30. Field Patterns (Pola Lintasan) • Tabel kehilangan waktu akibat pembelokan implement 4 m yg berjalan dgn kecepatan 4.8 km/jam di headland yg bersudut
  • 31.  Untuk mengatasi banyaknya kehilangan waktu pada lahan berbentuk segitiga ini, maka arah lintasan implemen sebaiknya sejajar dengan sisi terpanjang dr area segitiga tersebut, krn jumlah pembelokan akan banyak berkurang
  • 32. Field Patterns (Pola Lintasan)  Jika arah lintasan mengikuti sisi segitiga yang miring, maka efisiensi akan sangat berkurang karena kedua headland (ujung lahan) bersudut.