SlideShare a Scribd company logo
1 of 97
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
15Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
BAB II
PERENCANAAN BADAN BENDUNG
2.1 Data Perencanaan
a. Lebar dasar sungai pada lokasi bendung = 30 m
b. Tinggi/elevasi dasar sungai pada dasar bendung = + 165 m
c. Tinggi/elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh = + 166,70 m
d. Tinggi/elevasi muka tanah pada tepi sungai = + 183 m
e. Debit banjir rencana (Qd) = 250 m3
/dt
f. Kemiringan / slope dasar sungai = 0,0020
g. Tegangan tanah dasar yang diizinkan (σt) = 2,2 kg/cm2
h. Pengambilan satu sisi (Q1) = 2,0 m3/dt
2.2 Perhitungan Hidrolika Air Sungai
a. Menentukan Tinggi Air Maksimum pada Sungai
Data sungai :
Kemiringan/slope dasar sungai (I) = 0,0020
Lebar dasar sungai (b) = 30 m
Debit banjir rencana (Qd) = 250 m3
/dt
Persamaan :
Q = A . V3
V3 = IRC .
C =
)
R
γ
+1(
87
dimana :
Q = debit (m3
/dt)
A = luas penampang (m2)
v3 = kecepatan aliran sungai di hilir (m/dt)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
16Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
R = jari – jari basah (m)
I = kemiringan dasar sungai
γ = 1,3 (untuk dinding saluran yang terbuat dari tanah biasa)
C = koef. Chezy
1
1
b
B n
B
d3
1/2 d3
Gambar 2.1 Penampang Sungai
Kedalaman maksimum air sungai dicari dengan cara coba – coba
sampai didapat Q = Qdesign. Kemiringan tepi sungai dianggap 1 : 1
Tabel 2.1 Perhitungan tinggi air maksimum di hilir bendung
Bagian
Perkiraan Tinggi Air ( d3 ) – meter ( m )
2.600 2.450 2.505 2.750
A = b.d3 + d3
2
71.7600 72.0621 81.425 72.3644
P = b + 2 2 .d3 32.3538 32.3821 37.085 32.4104
R = A/P 2.2180 2.2254 2.196 2.2328
C =
R
3,11
87
 46.4520 46.4880 46.342 46.5239
I 0,0020 0,0020 0.0020 0,0020
V3 = C RI 3.4590 3.4675 3.071 3.4579
Q = V3.A 248.2191 249.8726 250.051 251.5307
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
17Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Dari perhitungan tersebut, maka didapat tinggi air sungai maksimum di
hilir bending, d3 = 2,505 meter.
 Cek jenis aliran air dengan Bilangan Froude ( Fr )
Fr = 1 ......................aliran kritis
Fr > 1 ......................aliran super kritis
Fr < 1 ......................aliran sub kritis
Fr =
3.dg
V
= 619477,0
505.281.9
0709.3

x
< 1  aliran sub kritis
b. Menentukan Lebar Bendung
Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal – pangkalnya
(abutment). Agar tidak mengganggu sifat pengaliran setelah dibangun
bendung dan untuk menjaga agar tinggi air di depan bendung tidak terlalu
tinggi, maka dapat dibesarkan sampai B  1,2 Bn.
Untuk menentukan besarnya tinggi jagaan (freeboard) maka dapat
dipergunakan tabel berikut :
Tabel 2.2 : Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah
Q (m3
/dt) Tinggi Jagaan (m)
< 0,5 0,40
0,5 – 1,5 0,50
1,5 – 5,0 0,60
5,0 – 10,0 0,75
10,0 – 15,0 0,85
>15,0 1,00
 Lebar sungai rata – rata/lebar air normal (Bn)
Bn = b + 2 (1/2 d3)
= b + d3
Sumber : Kriteria perencanaan KP-03-hal 26
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
18Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= 30 + 2,505 m
= 32,505 m
 Lebar maksimum/panjang bendung (B)
B = 6/5 Bn = 1,2 Bn
= 1,2 . 32,505
= 39,006 m
 Tinggi jagaan (freeboard) = 1 m
c. Menentukan Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat
untuk melewatkan debit. Pada saat banjir, pintu pembilas ditutup, ujung
atas pintu bilas tidak boleh lebih tinggi dari mercu bendung, sehingga air
bisa lewat diantaranya. Kemampuan pintu bilas untuk mengalirkan air
dianggap hanya 80% saja, maka disimpulkan besar lebar efektif bendung :
Beff = L’ = B – Σb – Σt + 0,80. Σb
= B – Σt – 0,20. Σb
Dimana :
Beff = lebar efektif bendung (m)
B = lebar seluruh bendung (m)
Σt = jumlah tebal pilar (m)
Σb = jumlah lebar pintu bilas (m)
 Lebar pintu pembilas (b1)
Σb1 =
10
B
=
10
006,39
= 3,9006 m
Lebar maksimum pintu = 2,0 m
n = 21,9503
2
9006,3
 buah
b1 = 1,9503
2
9006,3
 m
;dimana :
Bn = lebar air normal (m)
B = lebar bendung (m)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
19Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Lebar pintu pembilas (b1) = 1,9503 m
 Tebal pilar (t) diambil = 1,5 m
 Pengambilan air dari satu sisi, maka
Beff = L’ = B – Σt – 0,20. Σb
= 39,006 – ( 2 . 1,5 ) – 0,20 ( 2 . 1,9503)
= 35,23 m
Direncanakan 2 pintu pembilas dan 2 pilar.
Gambar 2.2 Pintu Bendung
d. Menentukan Tinggi Bendung
Kehilangan Energi Air :
1) Elevasi sawah yang tertinggi dan terjauh = +166,70 m
2) Ketinggian air di sawah = 0,10 m
3) Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah = 0,10 m
4) Kehilangan tekanan dari sekunder ke tersier = 0,10 m
5) Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder = 0,10 m
6) Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0,15 m
7) Kehilangan tekanan pada alat-alat ukur = 0,40 m
8) Kehilangan tekanan dari sungai ke primer = 0,20 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
20Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
9) Kehilangan tekanan karena eksploitasi = 0,10 m
10) Kehilangan tekanan karena bangunan - bangunan = 0,25 m +
 Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (x) JUMLAH = +168,20 m
 Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (y) = +165 m
 Tinggi Mercu Bendung ( P) = x – y
= 168,20 m – 165 m
= 3,20 m
2.3 Perhitungan Tinggi Air Maksimum di Atas Mercu Bendung
Gambar 2.3
a. Menentukan Tinggi Total Air di atas Mercu (Peil) Bendung
Tinggi mercu bendung (P) = 3,20 m
Lebar efektif bendung (Beff) = 35,23 m
Dipakai Bendung type Ogee :
Q = C . Beff . He2/3
He3/2 =
ef
d
C
Q
Bx
He =
3
2
efBxC 




 dQ
dimana :
Qd = debit banjir rencana (m3/dt)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
21Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Beff = lebar efektif bendung (m)
He = tinggi total air di atas bendung (m)
C = koefisien pelimpasan (discharge coefficient)
C1 = dipengaruhi sisi depan bendung
C2 = dipengaruhi lantai depan
C3 = dipengaruhi air di belakang bendung
Nilai C, C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge
coefficient (pada lampiran)
Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara coba
– coba (Trial and Error) dengan menentukan tinggi perkiraan He
terlebih dulu.
Dicoba He = 2,3 m maka :
He
P
=
3,2
3,2
= 1,39
Dari grafik DC 12 (pada lampiran) didapatkan C1 = 2,08 (dengan
upstream face 3 : 1)
hd = P + He – d3 = 3,2 + 2,3 – 2,505 = 2,995 m
He
dhd 3
=
3,2
2,5052,995 
= 2,39
Dari grafik DC 13A didapatkan C2 = 1
He
hd
=
3,2
2,995
= 1,3021
 Dari grafik DC 13B didapatkan C3 = 1
 Didapat C = C1 x C2 x C3 = 2,08
 He` =
3
2
efBxC 




 dQ
=
3
2
35,23x2,08
250






= 2,266 m `HeHe 
Perhitungan selanjutnya ditabelkan
Tabel 2.3 Perhitungan tinggi air di atas mercu bendung
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
22Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Bagian
Tinggi perkiraan He (m)
2,02 2,04 2,03 2,632
Qd
225 225 225 250
P/He
1,6336634 1,6176 1,6256 1,026
hd = P + He – d3
3,1882 3,2082 3,1982 2,721
(hd + d3)/He
2,6336634 2,6176 2,6256 2,026
hd/He
1,5783416 1,5727 1,5755 1,034
C1
2,145 2,15 2,155 2,056
C2
1 1 1
1
C3
1 1 1
1
C = C1 x C2 x C3
2,145 2,15 2,155 2,056
Beff
34,79 34,79 34,79 28,470
He’ =
2,0872 2,0839 2,0807 2,632
Maka didapat tinggi total air di atas puncak/mercu bendung (He) = 2,266 m
b. Tinggi Air Maksimum di Atas Mercu Bendung
Tabel 2.4 Tinggi air maksimum di atas mercu bendung
Bagian Tinggi perkiraan hv0 (m)
0.200 0.150 0.050 0.088
H = He – hv0 2.066 2.116 2.216 2.178
d0 = H + P 5.266 5.316 5.416 5.378
A = Beff . d0 185.4995 187.2608 190.7834 189.4448
v0 = Qd/A 1.3477 1.3350 1.3104 1.3196
hv’ = 0.0926 0.0908 0.0875 0.0888
3
2








ef
d
BxC
Q
g
v
2
2
0
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
23Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
hv0 ≈ hv’
Maka didapat :
hv0 = hv’ = 0,088 m
H = 2,178 m
d0 = 5,378 m
A = 189,4448 m2
vo = 1,3196 m/dt
dimana :
hv0 = tinggi kecepatan di hulu sungai (m)
H = tinggi air maksimum di atas mercu (m)
d0 = tinggi muka air banjir di hulu bendung (m)
v0 = kecepatan aliran di hulu bendung (m/dt)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
2.4 Perhitungan Ketinggian Energi pada Tiap Titik
a. Tinggi Energi pada Aliran Kritis
 Menentukan hidrolic pressure of the weir (dc)
q =
`L
Q
=
efB
Q
= 7,0971
23,35
250
 m4/dt
dc =
  3
1
2








g
q
=
  1,7252
81,9
0971,7 3
1
2








m
 Menentukan harga Ec
vc =
cd
q
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
24Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= m/dt4,1139
7252,1
0971.7

hvc =
 
g
vc
2
2
=
  m0,8626
9,81x2
4,1139
2

Ec = dc + hvc + P
= 1,7252 + 0, 8626 + 3,2
= 5,787 m
dimana :
dc = tinggi air kritis di atas mercu (m)
vc = kecepatan air kritis (m/dt)
hvc = tinggi kecepatan kritis (m)
Ec = tinggi energi kritis (m)
b. Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan
Tabel 2.5 Kecepatan aliran pada punggung bendung
Bagian
Perkiraan kecepatan (
v1 )
10 9.8 9.95 9.98
d1 = 0.7097 0.7242 0.7133 0.7111
hv1 = 5.0968 4.8950 5.0460 5.0765
E1 = d1 + hv1 5.806 5.619 5.759 5.787
E1≈EC
Maka didapat :
v1 = 9,98 m/dt
d1 = 0,7111 m
1v
q
g
v
2
2
1
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
25Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
hv1 = 5,0765 m
E1 = Ec = 5,787 m
dimana :
d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m)
v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/dt)
hv1 = tinggi kecepatan (m)
E1 = tinggi energi (m)
c. Tinggi Energi (Air Tertinggi) pada Kolam Olakan
Fr =
1
1
d.g
v
= 3,7785
7111,081,9
9,98

x
d2 =   1-81
2
21
Fr
d

=   1-7785,31
2
7111,0 2

= 3,4610 m
v2 =
2d
q
= m/dt2,0506
4610,3
0971,7

hv2 =
 
g
v
2
2
2
= m0,2143
9,81x2
)0506,2( 2

E2 = d2 + hv2
= 3,4610 + 0,2143 = 3,6754 m
dimana :
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
26Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Fr = bilangan Froude
d2 = tinggi air tertinggi pada kolam olakan (m)
v2 = kecepatan aliran ( m/dt )
hv2 = tinggi kecepatan (m)
E2 = tinggi energi (m)
d. Tinggi Energi di Hilir Bendung
Pada perhitungan sebelumnya, telah didapat
d3 = 2,5050 m
v3 = 3,0709 m/dt.
hv3 =
 
g
v
2
2
3
=
  m0,4807
9,81.2
3,0709
2

E3 = d3 + hv3
= 2,5050 + 0,4807 = 2,9857 m
dimana :
v3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/dt)
d3 = tinggi air di hilir bendung (m)
hv3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m)
E3 = tinggi energi di hilir bendung (m)
e. Perhitungan Panjang dan Dalam Penggerusan
 Dalam penggerusan ( Scouring Depth )
d0 = 5,378 m; d3 = 2,5050 m.
h = d0 – d3
= 5,378 – 2,5050 = 2,873 m
q = 7,0971 m4/dt
d = diameter terbesar yang hanyut waktu banjir, diambil d = 300 mm
Schoklish Formula :
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
27Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
T = 0,570,2
32,0
q.h.
75,4
d
=     m2,88937,0971.2,873.
300
75.4 0,570,2
32,0

dimana :
h = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir (m)
d = diameter terbesar yang hanyut waktu banjir (d = 300 mm)
T = dalam penggerusan (m)
 Panjang penggerusan ( Scouring Length )
v1 = 9,98 m/dt
H = 2,178 m
P = 3,2 m
Angerholzer Formula :
L =   H
g
P
Hgv 








2
..21
=   178,2
81,9
2,3.2
178,2.81,9.298,9 








= 15,5189 m
dimana :
v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/dt)
H = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m)
P = tinggi mercu bendung (m)
L= panjang penggerusan (m)
Elevasi Masing – Masing Titik :
 Elev. dasar sungai = + 165,000 m
 Elev. muka air normal (MAN) = 165,000 + P = 165,000 + 3,2
= + 168,200 m
 Elev. muka air banjir (MAB) = 165 + do = 215 + 5,378
= + 170,3780 m
 Elev. energi kritis = 215 + Ec = 215 + 5,7877
= + 170,7877 m
 Elev. energi di hilir bendung = 215 + E3 = 165 + 2,9857
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
28Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= + 167,9857
 Elev. dasar kolam olakan = 165,000 – (T – d3)
= 165,000 – (2,8893– 2,505)
= + 164,6157 m
 Elev. sungai maksimum di hilir = 165 + d3 = 165 + 2,505
= + 167,505 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
29Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
2.5 Perencanaan Bentuk Mercu Bendung
a. Tahap I : Menentukan bagian up stream (muka) bendung
Untuk menentukan bentuk penampang kemiringan bendung bagian
hulu, ditetapkan berdasarkan parameter seperti H dan P, sehingga akan
diketahui kemiringan bendung bagian up stream seperti ketentuan Tabel 2.6.
Data :
H = 2,178 m
P = 3,2 m
H
P
= 1,4692 m
Tabel 2.6 Nilai P/H terhadap kemiringan muka bendung.
P/H Kemiringan
< 0,40 1 : 1
0,40 – 1,00 3 : 2
1,00 – 1,50 3 : 1
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
30Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
> 1,50 Vertikal
Dari tabel, untuk P/H = 1,4692 diperoleh kemiringan muka
bendung adalah up stream face 3:1.
Bentuk mercu Ogee tidak akan memberikan tekanan subatmosfer
pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencana, karena mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Untuk debit yang rendah, air akan memberikan
tekanan ke bawah pada mercu.
Dari buku Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 48 Gambar 4.9,
untuk bendung mercu Ogee dengan kemiringan vertikal, pada bagian up
stream diperoleh nilai :
X0 = 0,139 H = 0,139 . 2,178 = 0,302742 m
X1 = 0,237 H = 0,237 . 2,178 = 0,516186 m
R0 = 0,68 H =0,68 . 2,178 = 1,48104 m
R1 = 0,21 H =0,21 . 2,178 = 0,45738 m
b. Tahap II : Menentukan bagian down stream (belakang) bendung
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S.Army
Corps of Engineers mengembangkan persamaan sebagai berikut :
y.)1n(H.knx  ..................................................(1)
Dimana :
- k dan n tergantung kemiringan up stream bendung
Harga k dan n adalah parameter yang ditetapkan dalam Tabel 2.7.
- x dan y adalah koordinat – koordinat permukaan down stream
- H adalah tinggi air di atas mercu bendung
Tabel 2.7 Nilai k dan n untuk berbagai kemiringan
Kemiringan permukaan K n
1 : 1 1,873 1,776
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
31Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
3 : 2 1,939 1,810
3 : 1 1,936 1,836
Vertikal 2,000 1,850
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 47
Bagian up stream : 3:1, dari Tabel 2.6 diperoleh : k = 1,936
n = 1,836
Nilai k dan n disubstitusi ke dalam persamaan (1)
Persamaan down stream
y.)1n(H.knx 
yxx .2,178936,1 )1836,1(836,1 

836,1
3,711
1
xy 
836,1
0,269 xy 
Menentukan koordinat titik singgung antara garis lengkung dengan
garis lurus sebagian hilir spillway
 Kemiringan bendung bagian down stream (kemiringan garis lurus)
1
dx
dy
 (1 : 1)
 Persamaan parabola : 836,1
0,269 xy 
Turunan pertama persamaan tersebut :
836,1
0,269 xy 
836,0
0,4947x
dx
dy

836,0
0,49471 x
0,4947
1836,0
x
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
32Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
021,2836,0
x
2,3201x
2,3201cx m
836,1
0,269 xy 
= 836,1
)3201,2.(0,269
= 1,2634
1,2634cy m
Diperoleh koordinat titik singgung ),( cc yx = (2,3201 ; 1,2634) m
Jadi perpotongan garis lengkung dan garis lurus terletak pada jarak :
y = 1,2634 m dari puncak spillway
x = 2,3201 m dari sumbu spillway
 Lengkung Mercu Spillway Bagian Hilir
Persamaan : 836,1
0,269 xy 
Elevasi muka air normal = + 168,2 m
Elevasi dasar kolam olakan = + 164,6157 m
),( cc yx = (2,3201 ; 1,2634) m
Tabel 2.8 Lengkung mercu bagian hilir (interval 0,2)
x (m) y (m)
Elevasi
(m)
0 0 168.200
0.2 0.0140 168.186
0.4 0.0501 168.150
0.6 0.1055 168.095
0.8 0.1789 168.021
1 0.2695 167.931
1.2 0.3766 167.823
1.4 0.4998 167.700
1.6 0.6386 167.561
1.8 0.7928 167.407
2 0.9620 167.238
2.2 1.1460 167.054
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
33Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
2.3201 1.2634 166.937
 Bagian Hilir Spillway dengan Kemiringan 1 : 1
tgn = 1 ; o
45
persamaan xytgn
x
y
 1
Elev. dasar kolam olakan = 164,6157 m
Tabel 2.9 Bagian hilir dengan kemiringan 1 : 1 (interval 0,2)
x (m) y (m)
Elevasi
(m)
0 0 166.937
0.2 0.2 166.737
0.4 0.4 166.537
0.6 0.6 166.337
0.8 0.8 166.137
1 1 165.937
1.2 1.2 165.737
1.4 1.4 165.537
1.6 1.6 165.337
1.8 1.8 165.137
2 2 164.937
2.2 2.2 164.737
2.4 2.4 164.537
2.6 2.6 164.337
2.8 2.8 164.137
3 3 163.937
3.2 3.2 163.737
3.4 3.4 163.537
3.6 3.6 163.337
3.8 3.8 163.137
4 4 162.937
4.2 4.2 162.737
4.4 4.4 162.537
4.6 4.6 162.337
2.321 2.321 164.616
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
34Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
2.6 Perencanaan Lantai Depan ( Apron )
Untuk mencari panjang lantai muka, maka yang menentukan adalah ΔH
terbesar. ΔH terbesar ini biasanya terjadi pada saat air muka setinggi mercu
bendung, sedangkan di belakang bendung adalah kosong. Seberapa jauh lantai
muka ini diperlukan, sangat ditentukan oleh garis hidraulik gradien yang
digambar kearah upstream dengan titik ujung belakang bendung sebagai titik
permulaan dengan tekanan sebesar nol. Miring garis hidraulik gradien
disesuaikan dengan kemiringan yang diijinkan untuk suatu tanah dasar
tertentu, yaitu dengan menggunakan Creep Ratio (c)
Fungsi lantai muka adalah menjaga jangan sampai pada ujung belakang
bendung terjadi tekanan yang bisa membawa butir – butir tanah.
Gambar 2.5
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
35Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Gambar 2.6
a. Menentukan panjang lantai muka dengan rumus Bligh
ΔH =
c
L
L = c . ΔH
dimana : ΔH = Beda tekanan
L = Panjang creep line
cbligh = Creep ratio (diambil c = 5, untuk pasir kasar)
ΔH ab = 50,0
5
5,2

ΔH bc = 30,0
5
5,1

ΔH cd = 216,0
5
08,1

ΔH de = 30,0
5
5,1

ΔH ef = 20,0
5
0,1

ΔH fg = 30,0
5
5,1

ΔH gh = 20,0
5
0,1

ΔH hi = 6,0
5
0,3

ΔH ij = 2,0
5
0,1

 ΔH = 2,816 m
8.5015.00
M.A.N + 168,20 m
+ 165,00 m
+ 164,6157 m
1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00
1.001.001.001.00
1.80
3.20
2.00
A
BC
D
E
FG
HI
J
3.58
2.00
1.00
1.00
1.38
1.50
1.80
4.00
1.00 1.00
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
36Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
L = 2,816 x 5 = 14,08 m
Faktor keamanan = 20% . 14,08 m = 2,816 m
Jadi Ltotal = 14,08 m + 2,816 m = 16,896 m
b. Menentukan Panjang Creep Line (Creep Length)
Panjang horizontal ( Lh ) = 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 3,0
= 9,0 m
Panjang vertikal ( Lv ) = 3,0 + 1,08 + 1,0 + 1,0 + 1,0
= 6,580 m
Panjang Total Creep Line ( ΣL ) = Lh + Lv
= 9,0 + 6,580
= 15,580 m
Cek :
 L  H . c
15,580  2,816 . 5
15,580  14,08............. (konstruksi aman terhadap tekanan air)
c. Pengujian Creep Line ada dua cara yaitu:
1) Bligh’s theory
L = Cc . Hb
dimana, L = Panjang creep line yang diijinkan
Cc = Koefisien Bligh (tergantung bahan yang dilewati, Cc
diambil 5)
Hb = beda tinggi muka air banjir dengan tinggi air di hilir (m)
= P + H – d3
= 2,5 + 2,178– 2,505
= 2,8730 m
Maka, L = Cc . Hb
= 5 . 2,8730
= 14,365 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
37Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Syarat : L < ΣL
14,365 m < 15,580 m …………………. (OK !)
2) Lane’s theory
L = Cw . Hb
dimana, Cw adalah koefisien lane (tergantung bahan yang dilewati,
Cw diambil 3)
maka, L = Cw . Hb
= 3 . 2,8730
= 8,619 m
Ld = Lv +
3
1
Lh
= 6,580 + 





9,0
3
1
= 9,580 m
Syarat : L < Ld
8,619 m < 9,580 m ………………....... (OK !)
Tabel 2.10 Data Hasil Perhitungan
d3 2.5050 v1 9.98
v3 3.0709 d1 0.7111
L’=Beff 35.23 hv1 5.0765
P 3.2 E1 5.7876
He 2.266 d2 3.4610
hv0 0.088 v2 2.0506
d0 5.378 hv2 0.2143
H 2.178 E2 3.6754
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
38Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
v0 1.3196 T 2.8893
dc 1.7252 L 15.5189
vc 4.1139 hv3 0.4807
hvc 0.8626 E3 2.9857
Ec 5.7877 ΣL 37.480
BAB III
ANALISA STABILITAS BENDUNG
Gaya–gaya yang bekerja pada tubuh bendung, akibat:
1. Tekanan air.
2. Tekanan lumpur.
3. Tekanan berat sendiri bendung.
4. Gaya gempa.
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
39Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
5. Gaya angkat (uplift pressure).
III.1. Tekanan Air
III.1.1.Tekanan Air Normal
airγ = 1 ton/m3
Pa = ..hγ.
2
1 2
air
Gambar 3.1 Tekanan akibat air normal
airγ = 1 ton/m3
Pa1 = 2
air.hγ.
2
1
=   2
3.20.1.
2
1
= 5.12 ton
Pa2 = b . h . airγ = (1.32).(3.20).(1) = 4.224 ton
Pa3 = .h.bγ.
2
1
air =    )07.1.(3.20.1.
2
1
= 1.712 ton
Tabel. 3.1 Perhitungan Tekanan Air Normal
Bagian b H
Koef.
Berat
Air
berat (ton) lengan momen
V H x y Mr Mo
Pa1 3.2 3.2 1 - 5.12 - 3.95 - 20.224
Pa2 2.32 3.2 1 7.424 - 7.34 - 54.492 -
Pa3 1.07 3.2 1 1.712 - 5.82 - 9.964 -
jumlah 9.136 5.12 64.456 20.224
3.20
2.00
A
BC
D
E
FG
HI
J
3.58
2.00
1.00
1.00
1.38
1.50
1.80
4.00
1.00 1.00
1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00
1.001.001.001.00
1.80
8.5015.00
M.A.N + 168,20 m
+ 165,00 m
+ 164,6157 m
Pa2
Pa3
Pa1
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
40Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
III.1.2.Tekanan Air Banjir (Flood)
Gambar 3.2 Tekanan akibat air banjir
Pf1 = 2
air h.γ.
2
1
=   2
3.20.1.
2
1
= 5.12 ton
Pf2 = b . h . airγ = (2.18).(3.20).(1) = 6.976 ton
Pf3 = b . h . airγ = (1.32).(3.20).(1) = 4.224 ton
Pf4 = h.b.γ.
2
1
air =    )2.3.(1.54.1.
2
1
= 2.464 ton
Pf5 = b . h . airγ = (2.86).(2.18).(1) = 6.2348 ton
Pf6 = 2
air h.γ.
2
1
=   2
2,89.1.
2
1
= 4.17 ton
Pf7 = 2
air h.γ.
2
1
 =   2
2,89.1.
2
1
 = - 4.17 ton
Tabel.3.2 Perhitungan Tekanan Air Banjir
Bagian b h
Koef.
Berat
Air
berat (ton) lengan momen
V H x y Mr Mo
Pf1 3.2 3.2 1 5.120 3.950 20.224
Pf2 2.18 3.2 1 6.976 4.480 31.252
Pf3 2.32 3.2 1 7.424 7.340 54.492
Pf4 1.54 3.2 1 2.464 5.820 14.340
Pf5 3.86 2.18 1 8.415 6.570 55.285
Pf6 2.89 2.89 1 4.176 0.990 4.134
1.00 1.00
1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00
1.001.001.001.00
1.80
8.5015.00
M.A.N + 168,20 m
+ 165,00 m
+ 164,6157 m
Pf1
3.20
2.00
A
BC
D
E
FG
HI
J
3.58
2.00
1.00
1.00
1.38
1.50
1.80
4.00
Pf2
M.A.B + 170,378 m
Pf3
Pf4
Pf5
Pf7
Pf6
+ 167,505 m
2.32 1.542.18
2.89
2.89
3.86
3.20
2.18
2.97
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
41Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Pf7 2.89 2.89 1 -4.176 3.460 -14.449
jumlah 22.479 7.920 128.252 37.027
III.2. Tekanan Lumpur
lumpur = 0,6 ton/m3
θ = 300
Ka = tan2 (450 – θ/2)
= tan2 (450 – 30o/2)
= 0,333
Keterangan :
γlumpur = berat volume lumpur (t/m3)
θ = sudut gesek dalam
Ka = tekanan lumpur aktif
PL =
2
1
. Ka . lumpur .b.h
Gambar 3.3 Tekanan akibat lumpur
PL1 =
2
1
.Ka.h2. lumpur
=
2
1
.(0.333). (3.20)2.(0,6).
= 1.022 ton
PL2 = b.h. lumpur
= (1.32).(3.20). 0,6
= 2.5344 ton
1.001.001.001.00
1.80
8.5015.00
M.A.N + 168,20 m
+ 165,00 m
+ 164,6157 m
PL2
PL3
PL1
3.20
2.00
A
BC
D
E
FG
HI
J
3.58
2.00
1.00
1.00
1.38
1.50
1.80
4.00
1.00 1.00
1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00
2.32 1.073.20
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
42Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
PL3 =
2
1
.Ka.h.b. lumpur
=
2
1
.(0,333). (3.2).(1.07).(0,6).
= 0,342 ton
Tabel.3.3 Perhitungan Tekanan Lumpur
Bagian b H
Koef.
Berat
lumpur
berat (ton) lengan momen
V H X y Mr Mo
PL1 3.2 3.2 0.6 - 1.023 - 3.950 - 4.041
PL2 2.32 3.2 0.6 4.454 - 7.340 - 32.695 -
PL3 1.07 3.2 0.6 1.027 - 5.820 - 5.978 -
jumlah 5.482 1.023 38.674 4.041
III.3. Tekanan Berat Sendiri Bendung
Berat volume pasangan batu pasangan = 2,2 t/m2
Pada badan bendung yang berbentuk parabola, luas penampang digunakan
pendekatan :
A = 2/3 . L .
2.32 1.02 0.66
3.20
2.53
0.66
0.13
3.06
0.91
2.00
2.00
1.80
A
BC
D
E
FG
HI
J
3.58
2.00
1.00
1.00
1.38
1.50
1.80
4.00
W1
W2
W3
W4
W5
W6
W7
W8
W9
W10
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
43Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
W1 = b . h . pasangan = 3,0 . 1,8 . 2,2 = 11,88 ton
W2 = b . h . pasangan = 0,66 . 3,06. 2,2 = 4,44 ton
W3 = b . h . pasangan = 1,50 . 1,41 . 2,2 = 4,653 ton
W4 = b . h . pasangan = 1,50 . 1,92 . 2,2 = 6,336 ton
W5 = b . h . pasangan = 1,50 . 2,92 . 2,2 = 9,63 ton
W6 = b . h . pasangan = 2,50 . 1,5 . 2,2 = 8,25 ton
W7 = 1/2 . b. h . pasangan = 1/2 . 1,50 . 1,50 . 2,2 = 2,475 ton
W8 = 1/2 . b. h . pasangan = 1/2 . 1,50 . 1,41 . 2,2 = 2,32 ton
W9 = 2/3 . b. h . pasangan = 2/3 . 0,66 . 1,50 . 2,2 = 1,452 ton
W10 = 2/3 . b. h . pasangan = 2/3 . 0,66 . 0,13 . 2,2 = 0,125 ton
W11 = 1/2 . b. h . pasangan = 1/2 . 1, 02 . 3,06 . 2,2 = 3,43 ton
Tabel 3.4 Perhitungan Tekanan Berat Sendiri Bendung
Segmen b h
berat
jenis
beton
berat
(ton)
Lengan momen
x y Mr Mo
W1 4 1.8 2.2 15.840 6.500 1.480 102.960 23.443
W2 0.66 3.06 2.2 4.443 4.830 3.910 21.460 17.373
W3 1.5 2.53 2.2 8.349 3.750 3.650 31.309 30.474
W4 1 3 2.2 6.600 2.490 2.460 16.434 16.236
W5 2 2 2.2 8.800 1.000 1.000 8.800 8.800
W6 2 2 2.2 4.400 1.330 2.670 5.852 11.748
W7 1 0.91 2.2 1.001 2.670 4.300 2.673 4.304
W8 1.5 0.66 2.2 1.452 4.000 5.140 5.808 7.463
W9 0.66 0.13 2.2 0.126 4.720 5.490 0.594 0.691
W10 1.02 3.06 2.2 3.433 5.500 3.400 18.883 11.673
jumlah 54.444 214.773 132.205
III.4. Gaya Gempa
III.4.1. Gempa Horizontal
 Gaya Horizontal (H) = Kh . ΣV1
= 0,1 . 54.991
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
44Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= 5,4991 ton
 Momen akibat gempa horizontal :
M0 = Mr = Kh . ΣM1
= 0,1 . 194,726
= 19,4726 tm
Keterangan :
H = gaya gempa horizontal (t)
Kh = koefisien gempa horizontal, (Pondasi batu : Kh = 0,1)
V1 = berat sendiri bendung (t)
M01 = momen guling akibat berat sendiri (tm)
III.4.2. Gempa Vertikal
 Gaya Vertikal (V) = Kv . ΣW
= 0,05 . 54.991
= 2,74 ton
Momen akibat gempa vertikal :
Mr = Kv . ΣMr1
= 0,05. 159,154
= 7,95 tm
Keterangan :
V = gaya gempa vertikal (t)
Kv = koefisien gempa vertikal, (Pondasi batu : Kv = 0,05)
Mr1 = momen tahanan akibat berat sendiri (tm)
III.5. Gaya Angkat (Uplift Pressure)
III.5.1. Air Normal
ΣL = Lh + Lv
= 15,580 m
ΔH = 3,2 m
Ux = Hx –
L
Lx

. ΔH
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
45Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Ux = Hx –
15.58
Lx
.(3,2)
Ux = Hx – 0,20539 Lx
Keterangan :
Hx = tinggi muka air dari titik yang dicari (m)
Lx = panjang rayapan (m)
ΣL = total rayapan (m)
ΔH = tinggi muka air normal (m)
Ux = uplift pressure di titik x (t/m2)
Tabel 3.5 Perhitungan Tinggi air normal terhadap muka bendung
Titik Hx (m) Lx (m) Ux (t/m2)
a 3.580 37.480 0.380
b 5.580 35.480 2.551
c 5.580 33.480 2.722
d 4.580 32.480 1.807
e 4.580 31.480 1.892
f 3.200 30.100 0.630
g 3.200 28.600 0.758
h 5.000 26.800 2.712
i 5.000 22.800 3.053
j 4.000 21.800 2.139
Tabel 3.6 Perhitungan Gaya Angkat Akibat Air Normal
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
46Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Bagian Gambar Gaya angkat per 1 m panjang (t)
a-b
H = xH
UU
2
21
= - 5,2
2
393,3380,0
x

= -4,716 t
y =
ba
bah







 2
3
= 







393,3380,0
393,3)380,02(
3
5,2 x
= 0,917 m
Ytotal = 0,917 m
b-c
V = xH
UU
2
21
V = 5,1
2
702,3393,3
x

= 1,612 t
x =
cb
cbh







 2
3
= 







702,3393,3
702,3)393,32(
3
5,1 x
= 0,739 m
X total = 0,739 = 0,739 m
c-d
H = xH
UU
2
21
H = 08,1
2
843,2702,3
x

= 3,53 t
y =
dc
dch







 2
3
= 







843,2702,3
843,2)702,32(
3
08,1 x
= 0,563
m
Ytotal = 0,563 m
A
B
0.380
2.551
2.000
BC
2.722 2.551
2.000
C
D
1.807
2.722
1.000
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
47Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
d-e
V = xH
UU
2
21
V = 5,1
2
151,3843,2
x

= 4,495 t
x =
ed
edh







 2
3
= 







151,3843,2
151,3)843,22(
3
5,1 x
= 0,737 m
X total = 0,737 + 1,5 = 2,237m
e-f
H = xH
UU
2
21
H = 0,1
2
357,2151,3
x

= 2,754 t
y =
fe
feh







 2
3
= 







363,1262,2
363,1)262,22(
3
1 x
= 0,541 m
Ytotal = 0,541 + 1,08 = 1,621 m
f-g
V = xH
UU
2
21
V = 5,1
2
665,2357,2
x

= 3,7665 t
x =
gf
gfh







 2
3
= 







665,2357,2
665,2)357,22(
3
5,1 x
= 0,734 m
X total = 0,734+1,5+1,5 = 3.734 m
DE
1.892 1.807
1.500
E
F
0.630
1.892
1.380
FG
0.758 0.630
1.500
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
48Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
g-h
H = xH
UU
2
21
H = - 0,1
2
870,3665,2
x

= -3,26 t
y =
hg
hgh







 2
3
= 







870,3665,2
870,3)665,22(
3
0,1 x
= 0,299 m
Ytotal = 0,299 + 1,08 = 1,379 m
h-i
V = xH
UU
2
21
V = 3
2
487,4870,3
x

= 12,535 t
x =
hg
hgh







 2
3
= 







487,4870,3
487,4)870,32(
3
3 x
= 1,55 m
Xtotal =1,55+1,5+1,5+1,5=6,05 m
i-j
H = xH
UU
2
21
H = 0,1
2
056,3487,4
x

= 3,7715 t
y =
hg
hgh







 2
3
= 







056,3487,4
056,3)487,42(
3
8,1 x
= 0,956 m
Ytotal = 0,956 + 1,08 = 2,03 m
G
H
0.758
2.712
1.800
HI
3.053
2.712
4.000
3.053
I
J
2.139
1.000
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
49Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 3.7 Gaya Angkat Akibat Air Normal
Titik
Hx
(m)
Lx (m)
Ux
(t/m2)
Uplift Force (t) Lengan (m) Lengan (m) Momen
V H x y
x
(total)
y
(total)
Mr Mo
a 3.580 37.480 0.380
-2.931 0.753 0.753 2.207
b 5.580 35.480 2.551
5.272 0.989 1.011 5.329
c 5.580 33.480 2.722
2.264 0.534 0.534 1.208
d 4.580 32.480 1.807
1.850 0.496 2.504 4.631
e 4.580 31.480 1.892
1.740 0.805 1.805 3.142
f 3.200 30.100 0.630
1.041 0.727 3.773 3.928
g 3.200 28.600 0.758
-3.123 0.731 0.731 2.283
h 5.000 26.800 2.712
11.530 1.961 6.539 75.403
i 5.000 22.800 3.053
2.596 0.529 1.529 3.970
j 4.000 21.800 2.139
Σ (JUMLAH) 19.693 0.547 4.490 97.612
Gaya Angkat:
V = fu . ΣV = 0,50 . (22,409)= 11,2 t
H = fu . ΣH = 0,50 . (2,080) = 1,04 t
M0 = fu . ΣM0 = 0,50 . (115,278) = 57,639 tm
Mr = fu . ΣMr = 0,50 . (-8.82) = -4.41 tm
Dimana : fu = koefisien reduksi untuk jenis tanah keras (50 %)
III.5.2. Air Banjir
Ux = Hx -
L
Lx

. ΔH
ΔH = Hb = 5,38 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
50Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Ux = Hx -
15,58
Lx
. 5,38
Ux = Hx - 0,3453 Lx
Keterangan :
Hx = tinggi muka air banjir dari titik yang dicari (m)
Lx = panjang rayapan (m)
ΣL = total rayapan (m)
ΔH = beda tinggi M.A.B dengan muka air di hilir (m)
Ux = uplift pressure di titik x (t/m2)
Tabel 3.8 Perhitungan Tinggi Air Banjir Terhadap Muka Bendung
Titik Hx (m) Lx (m) Ux (t/m2)
a 5.76 37.480 0.380
b 8.26 35.480 2.667
c 8.26 33.480 2.954
d 7.18 32.480 2.098
e 7.18 31.480 2.241
f 6.18 30.100 1.059
g 6.18 28.600 1.275
h 7.18 26.800 3.333
i 7.18 22.800 3.907
j 5.38 21.800 3.051
Tabel 3.9 Perhitungan Gaya Angkat Akibat Air Banjir
Bagian Gambar Gaya angkat per 1 m panjang (t)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
51Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
a-b
H = xH
UU
2
21
= - 5,2
2
743,338,0
x

= -5,15 t
y =
ba
bah







 2
3
= 







743,338,0
743,3)38,02(
3
5,2 x
= 0,91 m
Ytotal = 0,91 m
b-c
V = xH
UU
2
21
V = 5,1
2
261,4743,3
x

= 6,003 t
x =
cb
cbh







 2
3
= 







261,4743,3
261,4)743,32(
3
5,1 x
= 0,733 m
X total = 0,733 = 0,733 m
c-d
H = xH
UU
2
21
H = 08,1
2
261,4554,3
x

= 4,22 t
y =
dc
dch







 2
3
= 







261,4554,3
261,4)554,32(
3
08,1 x
= 0,523
m
Ytotal = 0,523 m
A
B
0.380
2.667
2.000
BC
2.954
2.667
2.000
C
D
2.098
2.954
1.000
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
52Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
d-e
V = xH
UU
2
21
V = 5,1
2
072,4554,3
x

= 5,71 t
x =
ed
edh







 2
3
= 







072,4554,3
072,4)554,32(
3
5,1 x
= 0,733 m
X total = 0,733 + 1,5 = 2,233 m
e-f
H = xH
UU
2
21
H = 1
2
417,3072,4
x

= 3,7445 t
y =
fe
feh







 2
3
= 







417,3072,4
417,3)072,42(
3
1 x
= 0,514 m
Ytotal = 0,514 + 1,08 = 1,594 m
f-g
V = xH
UU
2
21
V = 5,1
2
935,3417,3
x

= 5,514 t
x =
gf
gfh







 2
3
= 







935,3417,3
935,3)417,32(
3
5,1 x
= 0,732 m
X total = 0,732+1,5+1,5 = 3,732 m
DE
2.241 2.098
1.500
E
F
1.059
2.241
1.380
FG
1.275 1.059
1.500
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
53Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
g-h
H = xH
UU
2
21
H = - 0,1
2
281,5935,3
x

= -4,608 t
y =
hg
hgh







 2
3
= 







281,5395,3
281,5)395,32(
3
0,1 x
= 0,463 m
Ytotal = 0,463 + 1,08 = 1,543 m
h-i
V = xH
UU
2
21
V = 3
2
317,6281,5
x

= 17,397 t
x =
hg
hgh







 2
3
= 







317,6281,5
317,6)281,52(
3
3 x
= 1,455 m
Xtotal =1,455+1,5+1,5+1,5=5.955 m
i-j
H = xH
UU
2
21
H = 0,1
2
138,5317,6
x

= 5,725 t
y =
hg
hgh







 2
3
= 







138,5317,6
138,5)317,62(
3
8,1 x
= 0,93 m
Ytotal = 0,93 + 1,08 = 2,01 m
G
H
1.275
3.333
1.800
HI
3.907
3.333
4.000
I
J
3.051
1.000
3.907
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
54Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 3.10 Gaya Angkat Akibat Air Banjir
Titik
Hx
(m)
Lx (m)
Ux
(t/m2)
Uplift Force (t) Lengan (m) Lengan (m) Momen
V H x y
x
(total)
y
(total)
Mr Mo
a 5.76 37.480 0.380
-3.047 0.750 0.750 2.285
b 8.26 35.480 2.667
5.621 0.983 1.017 5.717
c 8.26 33.480 2.954
2.526 0.528 0.528 1.334
d 7.18 32.480 2.098
2.169 0.494 2.506 5.436
e 7.18 31.480 2.241
2.277 0.772 1.772 4.036
f 6.18 30.100 1.059
1.751 0.727 3.773 6.605
g 6.18 28.600 1.275
-4.147 0.766 0.766 3.176
h 7.18 26.800 3.333
14.481 1.947 6.553 94.889
i 7.18 22.800 3.907
3.479 0.521 1.521 5.290
j 5.38 21.800 3.051
Σ (JUMLAH) 24.022 1.088 5.461 123.307
Gaya angkat :
H = fu . ΣH = 0,50 . (3,832) = 1,916 t
V = fu . ΣV = 0,50 . (34,624) = 17,312 t
M0= fu . ΣM0 = 0,50 . (160,918) = 80,489 tm
Mr= fu . ΣMr = 0,50 . (-11,797) = -5,89 tm
Tabel 3.11 Akumulasi Beban-Beban pada Bendung
No Bagian
Gaya (t) Momen (tm)
Vertikal Horisontal Mr Mo
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
55Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
1 2 3 4 5 6
Tekanan Air
a Air Normal 9.136 5.120 64.456 20.224
b Air Banjir 22.479 7.920 128.252 37.027
c Tekanan Lumpur 5.482 1.023 38.674 4.041
d
Berat Sendiri
Bendung
54.444 214.773
Gaya Gempa
e Gempa Horisontal - 5.444 13.221 13.221
f Gempa Vertikal 2.722 - 10.739 10.739
Gaya Angkat
g Air Normal 9.847 0.273 2.245 48.806
h Air Banjir 12.011 0.544 2.731 61.653
III.6. Kontrol Stabilitas Bendung
Kombinasi gaya-gaya yang bekerja pada bendung:
III.6.1. Tanpa Gempa
Tegangan ijin tanah σ’= 20 t/m2
1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + g(4)
= 6,832 + 1,364 + 1,03 = 9,226 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + g(3)
= 4,224 + 2,534 + 54,991 + 11,2 = 72,949 t
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + g(5)
= 18,923 + 11,35 + 159,154 + 1,61 = 191,037 tm
ΣM0 = a(6) + c(6) + g(6)
= 51,228 + 10,227 + 52,843 = 114,298 tm
Kontrol :
a) Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 671,1
114,298
191,037
 .............. ≥ 1,50 (OK!)
b) Terhadap geser (sliding)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
56Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
SF =
H
Vf


=
  534,5
9,226
72,949.70,0
 .......≥ 1,20 (OK!)
keterangan : f = koefisien geser
c) Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MMr

 0
= m05,1
72,949
298,114037,191


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m577,005,1
2
5,7

 Jarak e masih terletak di dalam ‘ Bidang Kern’
e = 577,0 m <
6
5,7
6

B
e < 1,25 m
 Tegangan yang terjadi pada tanah akibat beban–beban pada bendung :
σ =
yI
x.M
A
V


=
y
3
x
x
yx b.b.
12
1
b.0,5.e.V
b.b
V 


8.50
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
57Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
=
y
2
xyx b.b
e.V.6
b.b
V 


= 







xy b
e.6
1
b.xb
V
Tegangan izin tanah dasar (σ’) =2,0 kg/cm2 = 20 t/m2
 Tegangan tanah dikontrol per 1 meter panjang bendung :
σmax=
 
 







7,5
0,577.6
1
17,5.
72,949
= 14,2 t/m2< σ’= 20 t/m2 (OK!)
σmin=
 
 







7,5
0,577.6
1
17,5.
72,949
= 5,23 t/m2 > 0 (OK!)
2. Keadaan Banjir dengan Uplift Pressure
ΣH = b(4) + c(4) + h(4)
= 7,926 + 1,364 – 1,915 = 7,375 t
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + h(3)
= 17,09 + 2,534 + 54,991+ 17,312 = 91,927 t
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5)
= 90,962+ 11,35+ 159,154+ 2,512 = 263,978 tm
ΣM0 = b(6) + c(6) + h(6)
= 102,25+ 10,227+ 71,55 = 184,02 tm
Kontrol :
a) Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 43,2
184,02
263,978
 ≥ 1,50 (OK !)
b) Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  72,8
7,375
91,927.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c) Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
58Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
a =
V
MM 0r


= m2,86
91,927
02,184978,263


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m0,4986,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
 Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xy b
e.6
1
b.xb
V
σmax =
 
 







7,5
0,49.6
1
1.7,5
91,927
= 17,06 t/m2 < σ’= 20 t/m2 (OK !)
σmin =
 
 







7,5
0,49.6
1
1.7,5
91,927
= 7,45 t/m2 > 0 (OK !)
III.6.2. Dengan Gempa Horizontal
Tegangan ijin tanah (dengan gempa) σ’= 20 t/m2 x 1,3 = 26 t/m2
1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + e(4) + g(4)
= 6,832+ 1,364 + 5,4991+ 1,03 = 14,72 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + g(3)
= 4,224+ 2,534+ 54,991+ 11,2 = 72,94 t
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) +g(5)
= 18,923+ 11,35+ 159,154+ 1,61 = 191,03 tm
ΣM0 = a(6) + c(6) + e(6) + g(6)
= 51,228+ 10,227+ 19,4726+ 52,843 = 133,7 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 42,2
133,7
191,03
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
59Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
SF =
H
Vf


=
  46,3
14,72
72,94.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MMr

 0
= m2,42
133,7
7,133191,03


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m45,042,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xy b
e.6
1
b.xb
V
σmax =
 
 







7,5
0,45.6
1
1.7,5
133,7
= 24,2 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !)
σmin =
 
 







7,5
0,45.6
1
1.7,5
133,7
= 11,4 t/m2 > 0 (OK !)
2. Keadaan Air Normal tanpa Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + e(4)
= 6,832+ 1,364+ 5,4991 = 13,695 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3)
= 4,224+ 2,534+ 54,991 = 61,749 t
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5)
= 18,923+ 11,352 + 159,154 = 189,42 tm
ΣM0 = a(6) + c(6) + e(6)
= 51,228 + 10,227 + 19,4726 = 80,92 tm
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
60Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 34,2
92,80
42,189
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  15,3
695,13
61,749.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MM 0r


= m75,2
749,61
92,8042,189


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m175,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 
 







7,5
1.6
1
1.7,5
749,61
= 14,8 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !)
σmin =
 
 







7,5
1.6
1
1.7,5
749,61
= 1,64 t/m2 > 0 (OK !)
3. Keadaan Air Banjir dengan Uplift Pressure
ΣH = b(4) + c(4) + e(4) + h(4)
= 7,926+ 1,364 + 5,4991- 1,915 = 12,87 t
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) - h(3)
= 17,09 + 2,534 + 54,991 – 17,312 = 57,3 t
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5)
= 90,962+ 11,35 + 159,154+ 2,512 = 263,978 tm
ΣM0 = b(6) + c(6) + e(6) + h(6)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
61Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= 102,25 + 10,227 + 19,4726 + 71,55 = 203,49 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 29,2
49,203
978,263
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  11,3
87,12
57,3.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MM 0r


= m63,2
3,57
49,203978,263


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m12,163,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 
 







7,5
1,12.6
1
1.7,5
3,57
= 14,48 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !)
σmin =
 







7,5
(1,12).6
1
17,5.
3,57
= 0,79 t/m2 > 0 (OK !)
4. Keadaan Air Banjir tanpa Uplift Pressure
ΣH = b(4) + c(4) + e(4)
= 7,926 + 1,364 + 5,4991 = 14,789 t
ΣV = b(3) + c(3) + d(3)
= 17,09+ 2,534 + 54,991 = 74,615 t
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + e(5)
= 90,962+ 11,35+ 159,154 + 0 = 261,466 tm
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
62Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
ΣM0 = b(6) + c(6) + e(6)
= 102,25+ 10,227+ 19,4726 = 131,94 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 98,1
94,131
466,261
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  53,3
789,14
74,615.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MM 0r


= m85,2
615,74
94,131466,261


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m9,085,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 
 







7,5
0,9.6
1
1.7,5
615,74
= 17,11 t/m2 < σ’= 26 t/m2(OK !)
σmin =
 
 







7,5
0,9.6
1
1.7,5
615,74
= 2,78 > 0 (OK !)
III.6.3. Dengan Gempa Vertikal
Tegangan ijin tanah (dengan gempa) σ’= 20 t/m2 x 1,3 = 26 t/m2
1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + g(4)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
63Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= 6,832 + 1,364 + 1,03 = 9,226 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3) – g(3)
= 4,224 + 2,534 + 54,991 + 2,74 – 11,2 = 53,289 t
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + f(5) + g(5)
= 18,923 + 11,35 + 159,154+ 7,95 + 1,61 = 198,987 tm
ΣM0 = a(6) +c(6) + f(6) + g(6)
= 51,228 + 10,227 + 0 + 52,843 = 114,298 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 74,1
298,114
987,198
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  04,4
226,9
53,289.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MMr

 0
= m58,2
289,53
298,114987,198


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m17,158,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 
 







7,5
1,17.6
1
1.7,5
289,53
= 13,75 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !)
σmin =
 
 







7,5
1,17.6
1
1.7,5
289,53
= 0,454 t/m2 > 0 (OK !)
2. Keadaan Air Normal tanpa Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
64Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= 6,832 + 7,926 = 14,75 t
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3)
= 4,224 + 17,09 + 2,534 + 2,74 = 26,588 t
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + f(5)
= 18,923 + 11,35 + 159,154 + 7,95 = 197,377 tm
ΣM0 = a(6) + c(6)
= 51,228 + 10,227 = 61,455 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 21,3
455,61
377,197
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  26,1
75,14
26,588.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MM 0r


= m11,3
588,26
455,61377,197


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m64,011,3
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 
 







7,5
0,64.6
1
1.7,5
588,26
= 5,36 t/m2 < σ’=26 t/m2 (OK !)
σmin =
 
 







7,5
0,64.6
1
1.7,5
588,26
= 1,72 t/m2 > 0 (OK !)
3. Keadaan Air Banjir dengan Uplift Pressure
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
65Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
ΣH = b(4) + c(4) + h(4)
= 7,926+ 1,364 - 1,915 = 7,375 t
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + f(3) – h(3)
= 17,09 + 2,534 + 54,991+ 2,74– 17,312 = 60,043 t
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5)
= 90,962 + 11,35 + 159,154 + 2,512 = 263,978 tm
ΣM0 = b(6) + c(6) + f(6) + h(6)
= 102,25 + 10,227 + 0 + 71,55 = 184,027 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 43,2
027,184
978,263
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  69,5
375,7
60,043.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MM 0r


= m53,2
043,60
027,184978,263


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m22,153,2
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
 Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 







7,5
.(1,22)6
1
1.7,5
043,60
= 15,8 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !)
σmin =
 







7,5
.(1,22)6
1
1.7,5
043,60
= 0,192 t/m2 > 0 (OK !)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
66Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
4. Keadaan Air Banjir tanpa Uplift Pressure
ΣH = b(4) + c(4)
= 7,926 + 1,364 = 9,29 t
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + f(3)
= 17,09 + 2,534 + 54,991+ 2,74 = 77,355 t
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + f(5)
= 90,962 + 11,35 + 159,154 + 7,95 = 269,416 tm
ΣM0 = b(6) + c(6)
= 102,25 + 10,227 = 112,477 tm
Kontrol :
a).Terhadap guling (over turning)
SF =
0
r
M
M


= 39,2
477,112
416,269
 ≥ 1,50 (OK !)
b).Terhadap geser (sliding)
SF =
H
Vf


=
  82,5
29,9
77,355.7,0
 ≥ 1,20 (OK !)
keterangan : f = koefisien geser
c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
 Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
a =
V
MM 0r


= m02,3
355,77
477,112416,269


 Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.
e = a
2
B
 = m73,002,3
2
5,7
 <
6
B
= 1,25 m
Tegangan pada tanah dasar
σ = 







xyx b
e.6
1
b.b
V
σmax =
 
 






7,5
0,73.6
1
1.7,5
355,77
= 16,337 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !!)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
67Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
σmin =
 







7,5
(0,73).6
1
1.7,5
355,77
= 4,29 t/m2 > 0 (OK !!)
Tabel 3.11 Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya yang Bekerja pada Tubuh Bendung
Kombinasi gaya – gaya
pada tubuh bendung
SF
Tegangan Tanah
Tanpa Gempa Dengan Gempa
Guling Geser Max Min Max Min
≥1,5 ≥1,2 < 22 t/m2
> 0 < 28.6 t/m2
> 0
1
Tanpa gempa
a.
Air normal +
gaya angkat
4.38 8.61 16.61 1.95 - -
b.
Air banjir +
gaya angkat
3.74 6.97 21.04 1.18 - -
2
Dengan gempa
horizontal
a.
Air normal +
gaya angkat
3.71 4.66 - - 17.71 0.85
b. Air normal 8.48 4.17 - - 9.21 7.04
c.
Air banjir +
gaya angkat
3.32 4.43 - - 22.13 0.08
d. Air banjir 7.03 4.01 - - 11.59 7.80
3
Dengan gempa
vertikal
a.
Air normal +
gaya angkat
3.95 6.76 - - 8.63 5.95
b. Air normal 13.54 8.18 - - 8.50 8.39
c.
Air banjir +
gaya angkat
3.39 5.39 - - 11.90 5.30
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
68Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
0.5a
dasar sungai
Q
M . A . N
M . A . B
pintu intake
z
h
d. Air banjir 9.56 6.66 - - 10.88 9.15
BAB IV
BANGUNAN PENGAMBILAN DAN PEMBILAS
IV.1. Bangunan Pengambilan (Intake Gate)
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil air dari sungai dalam
jumlah yang diinginkan. Pengambilan dibuat dekat dengan pembilas dan as
bendung. Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya
terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan
pintu bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang dizinkan. Kecepatan ini
bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar
sungai. Tinggi Ambang (p) intake tergantung jenis endapannya, dan direncanakan
diatas dasar dengan ketentuan sebagai berikut:
p = 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau atau lumpur
p = 0,50 ~ 1,00 m jika sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
p = 1,00 ~ 1,50 m jika sungai juga menangkut batu-batuan dan bongkahan.
Hal tersebut di atas dimaksudkan agar sedimen-sedimen seperti lanau, pasir,
kerikil, dan batu tidak ikut terbawa ke dalam saluran pengambilan.
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
69Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Gambar 4.1 Skema Bentuk Bangunan Pengambilan (Intake)
Ketentuan:
 Kecepatan aliran adalah 0,6 m/dtk sampai 1 m/dtk
 c = 0,6 untuk b < 1 m…………………………..….(1)
 c = 0,7 – 0,72 untuk 1,5 < b < 2,0 ………………...(2)
 Ukuran penampang
b : h = 1 : 1
b : h = 1,5 : 1
b : h = 2 : 1
Dipilih perbandingan 1,5 : 1
 Tinggi ambang intake tergantung jenis endapannya, yaitu untuk
endapan lumpur (t = 0,5 m), pasir + kerikil (t = 0,5 ~ 1 m) dan
bebatuan ( t = 1~1,5 m)
Debit pengambilan rencana (Qpr) = 2,0 m3/dt
Kecepatan air diambil = 1 m/dt
A =
v
Q
=
1
0,2
= 2,0 m2
A = b . h
= (1,5.h).h
= 1,5 h2
h = (A/1,5)0,5
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
70Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
0.5a
+ 650,50
1 m
Q
M . A . N
M . A . B
h
+ 651,50
+ 657,05
+ 658,567
= 1,53 m
= (2,0/1,5) 0,5
= 1,154701 m = 1,20 m
b = 1,5. h = 1,5 . (1,20) = 1,8 m (memenuhi persyaratan (2))
Yang lebih menentukan disini adalah lebar pintu.
Diambil lebar pintu 2 m
Koefisien debit (c) = 0,7 untuk b > 1 m.
v = c zg..2
z =
.2gc
v
2
2
z =
.2(9,81)0,7
1
2
2
= 0,104 m
Kontrol :
Q’ = zg..2.c.A
= zg..2.c.(bh)
= 0,1049,81..2.1,2).0,7.(2
= 2,16 m3/dt > Q. (OK !)
Keterangan :
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)
b = lebar bukaan (m)
h = tinggi bukaan (m)
Q = debit pengambilan (m3/dt)
+170,378
+168,2
+166
1,2 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
71Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
a ab
Gambar 4.2 Perencanaan Pintu Pengambilan
Elevasi dasar bendung : + 165 m
Elevasi ambang : + 166 m
Elevasi muka air normal : + 168,2 m
Elevasi muka air banjir : + 170,378 m
IV.1.1. Perencanaan Pintu Pengambilan
Tinggi M.A.B dari elevasi dasar bendung = 5,378 m.
 Tinggi ambang di bawah pintu pengambilan diambil = 1,0 m.
h2 = 5,378 – 1 = 4,378 m
 Pintu sekat balok digunakan papan kayu jati dengan lebar papan adalah
25 cm = 0,25 m
h1 = 4,378 – 0,25 = 4,128 m
Tekanan yang diterima papan masing - masing papan :
P = h).hw.(h.
2
1
21 
= 25,0).378,4.(4,1281.
2
1

= 1,063 t/m
L = b + a
2
1
a
2
1
 = b + a ; a = 0,15 m
= 1,8+ 0,15
= 1,95 m
+165
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
72Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
+ 658,567
+ 650,50
7,067 m
6,817 m
0.25
0.15
1,3 m
m
m
P
1,2 m
Gambar 4.3 Perencanaan Pintu Pengambil
M = .
.8
1
P . L 2 = .
.8
1
1,063. 1,95 2 = 0,505 tm
Kayu jati dengan = 1300 t/m2 ( PPKI 1961 hal 6)
Kayu terendam air = 2/3 . 1300 t/m2 = 866,67 t/m2 (PKKI pasal 6 ayat 1)
=
w
M
=
Iy
xM.
= 3
th..1/12
t)(1/2M.
= 2
t.h.1/6
M.
t 2 =
.h
M6
t =
866,67.0,25
0,505.6
t = 0,11 m = 11 cm
Keterangan :
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pengambilan (m)
M = momen lendutan pada pintu (tm)
t = tebal pintu pengambilan (cm)



4,378 m
13 cm+170,378
4,128 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
73Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
6.537
1.530
2.300
MAB
Perencanaan pintu air (baja) dengan data :
 Lebar pintu = 1,8 m
 Tinggi pintu = 1,2 m
 Tinggi Muka air banjir = 4,378 m
 Muka air di atas pintu = 4,378 – 1,2 = 3,178 m
Direncanakan :
 2 kerangka horizontal
 2 kerangka vertikal
3,178 m
1,20 m
1,8 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
74Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
5.3780
1.7927
1.7927
1.7927
h1=1.7927
h2=3.1028
h3=4.3911
L1=1.3101
L2=1.2883
L3=0.9869
p2
p3
p1
p4
k2
k3
k1
p2'
p3'
p1'
p4'
k2'
k3'
k1'
0.6551
1.2992
1.1376
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
75Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
L1
K1
P2
a1
b1
P1
 Akibat Tekanan Air )t/m1a( 2

P1 = a .h1 = 1,7927 t/m2
P2 = a .h2 = 3,1028 t/m2
P3 = a .h3 = 4,3991 t/m2
P4 = a .h4 = 5,378 t/m2
 Gaya – gaya yang bekerja (K)
Ki =  ij
ji
h-h
2
PP 
K1 =  1,7927-3,0128
2
3,10281,7927
= 3,2 t/m
K2 =  3,1028-4,3991
2
3991,41028,3 
= 4,86 t/m
K3 = )3991,4378,5(
2
378,53991,4


= 4,785 t/m
 Lengan Kerja K
Tinjau segmen yang berupa trpesium
Rumus :
)P(P3
L)PP(2
1a
21
121



)P(P3
L)PP(2
1b
21
112



Sehingga :
713,0
3,1028)(1,79273
1,31011,7927).3,1028(2
1b 


 m
y1 = h1 + b1 = 1,7927 + 0,714 = 2,506 m
m681,0
3,1028)(4,39913
1,28833,1028)4,3991.(2
2b 



Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
76Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
y2 = h2 + b2 = 3,1028 + 0,681 = 3,784 m
m0,51
5,378)(4,39913
0,9869)4,39915,378.(2
3b 



y3 = h3 + b3 = 5,378+0,51 = 5,888 m
 Akibat Tekanan Sedimen
Diambil gaya gesek dalam   = 30o
Ka =
3
1
2
30
45tg2







P1’= 0
P2’= L1..ka s
= 1/3 . 1,75 . 1,3101 = 0,764 t/m
P3’= L2..ka s
= 1/3 . 1,75 . (1,3101+1,2883) = 1,515 t/m
P4’= L3..ka s
= 1/3 . 1,75 . (1,3101+1,2883+ 0,9869) = 2,09 t/m
Gaya yang bekerja :
K1’ = 1L
2
'P'P 21 
= ,31011
2
,76400 
= 0,5 t/m
K2’ = 2L
2
'P'P 32 
= 1,2883
2
515,10,764 
= 1,468 t/m
K3’ = 3L
2
'P'P 43 
= 0,9869
2
2,091,515 
= 1,778 t/m
 Kombinasi Beban
Kt1 = K1 + K1’= 3,2 + 0,5 = 3,7 t/m
Kt2 = K2 + K2’= 4,86 + 1,468 = 6,328 t/m
Kt3 = K3 + K3’= 4,785 + 1,778 = 6,563 t/m
Diambil nilai yang terbesar yaitu Kt3 = 6,563 t/m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
77Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
11,561 t/m'
2.330
Mmax
Beban tersebut dianggap beban merata yang bekerja pada lebar pintu
dengan perletakan dianggap sendi roll.
Mmax = .
.8
1
q . L 2
= .
.8
1
6,563. 2,102
= 3,617 tm = 3,617 x 105 kg cm
=
W
Mmax
W propil = 76,212
1700
10x3,617 5
 cm3
Dari tabel profil baja, dipakai Wf = 150 x 150 didapat data sebagai
berikut :
Wx = 219cm3
Berat = 31,5 kg/m
h = 150 mm
b = 150 mm

2,10 m
6,563 t/m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
78Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Kerangka Vertikal
d0 = 1,7927 + (0,6551/2) = 2,12 m
d1 = 1,7927 + 0,6551 + (1,292/2) = 3,09 m
d2 = 1,7927 + 0,6551 + 1,2992 + (1,1376/2) = 4,31 m
d3 = 1,7927 + 0,6551 + 1,2992 + 1,1376 + (0,49/2) = 5,12 m
▫ Akibat Tekanan Hidrostatis dan Sedimen
Qo = Po + Po’
=  1,7927-do..Kado.a s 
= 1 . 2,12 + 1/3 . 1.75 . (2,12 – 1,7927) = 2,31 t/m2
Q1 = P1 + P1’
=  1,7927-d1..Kad1.a s 
= 1 . 3,09+ 1/3 . 1,75 . (3,09– 1,7927) = 3,84 t/m2
Q2 = P2 + P2’
=  1,7927-d2..Kad2.a s 
= 1 . 4,31 + 1/3 . 1,75 . (4,31 – 1,7927) = 5,77 t/m2
Q3 = P3 + P3’
=  1,7927-d3..Kad3.a s 
= 1 . 5,12 + 1/3 . 1,75 (5,12 – 1,7927) = 7,06 t/m2
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
79Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
▫ Perataan Beban
Mmax = ½ . q . l . ½ .l – ½ q l . ¼ l
= 1/8 q l2 .........................(1)
Beban = 2 L q
= 2 . ½ . l . h .q
= l . h .q
Reaksi = ½ . q . l .h
Mmax = ½ . q . l . ½ .l – ½ q l .1/3. l/2
= 1/4. q . l 2.h – 1/12 . q .l2 h
= 1/6 . q . l2 . h .................(2)
Dari persamaan 1 dan 2, diperoleh :
1/8 . q . l2 = 1/6 .q .l2 . h ; dimana q = tekanan hidrostatis + sedimen
q = 8/6 q . h h = ½ b = ½ . 0,6 = 0,3 m
= 4/3 . q . h
Maka,
qo = 4/3 . Qo . 0,3 = 4/3 . 2,31. 0,3 = 0,924 t/m’
q1 = 4/3 . Q1 . 0,3 = 4/3 . 3,84. 0,3 = 1,536 t/m’
q2 = 4/3 . Q2 . 0,3 = 4/3 . 5,77. 0,3 = 2,308 t/m’
q3 = 4/3 . Q3 . 0,3 = 4/3 . 7,06. 0,3 = 2,824 t/m’
dipakai nilai qmax yaitu 2,824 t/m’
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
80Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Mmax = 1/6 . q . l2
= 1/6 . 2,824. 1,82
= 1,52496 tm = 152496 kg cm
=
w
Mmax
W propil = 7,89
1700
152496
 cm3
Dari tabel profil baja, didapat data sebagai berikut :
Wx = 138 cm3
Berat = 21,1 kg/m
h = 148 mm
b = 100 mm
▫ Perhitungan Tebal Pelat
Dipakai Q terbesar = 7,06 t/m2 = 0,706 kg/cm2
Rumus Bach :
Q
t
b
ba
ak
f
2
22
2
2







 ; dimana f a' = 1700 kg/cm2, k = 0,8
Q
t
b
ba
ak
ult
2
22
2
2








706,0
100
100148
148
2
8,0
1700
2
22
2








t
2
84,1938
1700
t

t = 1,06 cm = 10,6 mm ≈ 11 mm
Untuk antisipasi karat, tebal pelat ditambah 1 mm, maka t = 12 mm
IV.1.2. Dimensi Saluran Primer
Q = 2,5 m3/dtk
b = 1,8 m

Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
81Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
v = 1 m/dtk
Kemiringan talud = 1 : 1
A = ½ (b + b + 2.h).h
= ½ (1,8 + 1,8 + 2.h).h
= 1,8.h + h2
Q = A.v
2,5 m3/dtk = (1,8 h + h2).1
h2 + 1,8h – 2,5 = 0
Dengan menggunakan rumus ABC : ,
maka didapatkan :
h = 0,78 m ≈ 1 m
Tinggi jagaan diambil = 0,60 m (diambil dari tabel )
Tinggi saluran : H = 1+ 0,60 = 1,30 m
Keterangan :
Q = debit pengambilan (m3/dt)
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air (m)
A = luas saluran (m2)
V = kecepatan pengambilan (m/dt)
Gambar 4.4 Sketsa Rencana Dimensi Saluran
2a
4acbb 2

1,8 m
0,78 m
0,60 m
0,78 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
82Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
IV.2. Bangunan Pembilas (Flushing Gate)
Bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak mungkin benda
– benda terapung dan fraksi – fraksi sedimen kasar yang yang masuk ke jaringan
saluran irigasi. Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan
– bahan kasar di depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat
dibilas dengan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran
terkonsentrasi tepat di depan pengambilan.
Lebar sekat balok (b) = 1,95 m. (data dari Bab II Perencanaan Badan
Bendung)
Rumus kecepatan yang dipakai pada pintu pembilas :
dimana :
vc = Kecepatan kritis yang diperlukan untuk pengurasan ( m/dt)
c = Koefisien (tergantung dari bentuk endapan). Harga koefisien 3,2
~ 5,5
d = Diameter butir / endapan maksimum
Jadi, kecepatan pembilasan sangat ditentukan oleh diameter butir maksimum yang
lewat, di mana dianggap diameter material (d) adalah 0,3 m dan c yang diambil
adalah 4,5.
Maka :
vc = dc 5,1
= 0,30.4,5.5,1
= 3,697 m/dt
IV.2.1. Pintu Terbuka Sebagian
Rumus:
vc = z.g.2.c = )y1/2-(H.g.2.c
vc = dc 5.1
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
83Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
dimana :
c = koefisien (tergantung dari lebar pintu) = 0,7
y = tinggi bukaan pintu
z = H – ½ y
=
g2.c
Vc
2
2
z =
)81,92(7,0
3,697
2
2

= 1,42 m
½ y = H – z
= 3,2 – 1,42
= 1,78 m
y = 3,56 m
 karena tinggi pintu terbuka y > H, maka tinggi pintu pembilas
tidak bisa terbuka sebagian.
Gambar. 4.5. Pintu Pembilas Terbuka Sebagian
M.A.N. +168,2 m
H = 3,2 m
Elev. Dasar Sungai +165 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
84Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Keterangan :
vc = kecepatan pembilasan (m/dt)
c = koefisien pengaliran (0,7)
y = tinggi bukaan pintu (m)
H = M.A.N = minimum head, tinggi minimum bukaan untuk
pengurasan (m)
IV.2.2. Pintu Terbuka Penuh
Bukaan penuh (tinggi bukaan untuk pengurasan)
Rumus :
Q = z.g.2db 
Dimana :
A = b . d
µ = 0,75
Q = zgμdb  2
=
3
2
H
gμdb 
=
3
81,9275,0
H
)(A 
= HA 918,1
Vc =
A
Q
3,697 =
A
HA 918,1
H =3,7 m (tinggi minimum untuk pengurasan/pembilasan)
z = m
H
23,1
3
7,3
3

d = H – z = 3,7 – 1,23 =2,47 m
g = 9,81 m2/dt
z =
3
H
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
85Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Gambar 4.6. Pintu Pembilas Terbuka penuh
 Pembebanan dan Perencanaan Dimensi Pintu Pembilas
Tinggi balok yang menerima beban paling besar diambil, h = 0,25 m
γw = 1 t/m3
γs = 0,6 t/m3
Ø = 30o
Ka = tan2 (45o - Ø/2) = 1/3
 Akibat tekanan air
h1 = M.A.B = 5,378 m
h2 = 5,378 – 0,25 = 5,128 m
Pw = h
2
)h(hair 21


= 0,25
2
)128,5(5,3781


= 1,313 t/m
 Akibat tekanan lumpur
h3 = 3,2 m (tinggi bendung)
h4 = 3,2 – 0,25 = 2,95 m
MAN +168,2 m
+165,2 m
+168,7 m
H= 3,7 m
d= 2,47 m
z= 1,23 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
86Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
 lumpur = 0.6 t/m3
Ps =
 
h
hhγs


2
43
= 0,25
2
2,95)(3,2.,60


= 0,461 t/m
 Tekanan total yang terjadi pada pintu
Ptotal = Pw + Ps
= 1,313 + 0,461
= 1,774 t/m
 Momen Lentur
Lebar sekat balok (b) = 1,95 m
L =a+ b + a = 0,15+1,95 + 0,15 = 2,25 m
M = 2
8
1
LPtot  = 2
25,21,774
8
1
 = 0,66 tm
Dipakai Kayu Kelas I, = 1500 t/m2 ( PKKI’61 hal 6)
Kayu terendam air, =
3
2
x 1500 = 1000 t/m2
=
w
M
=
2
6
1
th
M

1000 =
2
t0,25
6
1
0,66

t =







6
1
25,01000
66,0
t = 0,125 m = 12,5 cm




Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
87Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Keterangan :
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pembilas (m)
M = momen lentur pada pintu (tm)
t = tebal pintu pembilas (cm)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
88Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
BAB V
PERENCANAAN KANTUNG LUMPUR
Pengambilan satu sisi :
Debit pengambilan (Q) = 2,5 m3/dt
Lebar saluran (b) = 2 m
Tinggi air di saluran (h) = 1 m
Kecepatan pengambilan (v) = 1 m/dt
Menurut Stoke :
ψ = 0,00856
T0,00022T0,03771
0,0178
2
cc


w =
  g
ψ
γwγs
D 

 2
18
1
=
  9,8
0,00856
1-2,7
0,01
18
1 2

= 0,011 m/dt
Keterangan :
D = diameter sedimen = 0,01 m
γs = berat jenis sedimen = 2,7 t/m3
γw = berat jenis air = 1,0 t/m3
w = kecepatan jatuh (m/dt)
ψ = koefisien viskositas (t/m3)
Lebar kantong lumpur = 2 x 5 = 10 m
Kemiringan melintang saluran 1 : 1
 Luas penampang basah
A = (b + m . h) h
= (10 + 1 . 1) 1 = 11 m2
v =
A
Q
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
89Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
=
11
2,5
= 0,227 m/dt
 Panjang kantong lumpur
L = h
w
v
 = m20,66111
0,011
0,227
 20 m
 Menentukan Aliran Kritis
Luas aliran kritis (Ac) = (b + m . Yc) . Yc
Permukaan Kritis (Tc) = b + 2m . Yc
Kedalaman hidrolis (dc) =
cT
Ac
vc =  cdg 
=
 
c
cc
Ymb
YYmb
g



2
...............(1)
vc =
Ac
Qc
=
Ac
Q0,75
........................(2)
Persamaan (1) dan (2)
   2
75.0
2 









Ac
Q
Ycmb
YcYcmb
g
Syarat Kritis FR = 1
  
 YcmbQ
YcYcmbg


25625.0 2
3
Tinggi aliran kritis :
Bagian
Perkiraan Yc (m)
0,300 0,400 0,416
(b + m Yc) Yc 0,690 0,960 1,005
g ((b + m Yc) Yc)3 3,223 8,679 9,960
0,5625 Q2 (b + 2mYc) 9,141 9,844 9,956
0,353 0,882 1,000

  
)mY2b(Q5625,0
YmYbg
c
2
3
cc


Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
90Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tinggi aliran kritis (Yc) = 1 m
 Kecepatan aliran kritis
Vc =
 
c
cc
Ymb
YYmb
g



2
= .
00,1121
00,1)00,11(28.9


= 2,712 m/dt
 Luas penampang basah pada aliran kritis
Ac = (b + m . Yc) . Yc
= (2 + 1 × 1) . 1 = 3 m2
 Keliling basah penampang pada aliran kritis
Pc = (b + 2 . Yc) . 12
m
= (2 + 2 × 1) . 112
 = 4 m
 Jari – jari hidrolis pada aliran kritis :
Rc =
Pc
Ac
=
4
3
= 0,75 m
 Kemiringan Memanjang
Rumus Strickler
Untuk kondisi menurut gambar :
Kc = 1/n dimana n = 0,02
= 1/0,02 = 50
n = 0,02
tanah asli
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
91Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
5 m
1 m
Kemiringan kritis (Ic)
Ic =
2
3
2








 cc
c
RK
v
=
2
3
2
57,050
712,2







= 0,0043
Kedalaman kantong :
Dc = Ic . L
= 0,0043 . 20 = 0,086 m
Gambar 5.1. Potongan memanjang kantong lumpur
Gambar 5.2. Potongan I - I
46 m
w
v 0,38 m
1 m
I
I
21 m
0,086 m
10 m
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
92Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
93Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
BAB VI
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH (DPT)
VI.1. Data Umum Perencanaan
Elevasi muka tanah di tepi sungai = + 235,2 m
Elevasi dasar sungai = + 215 m
Tinggi muka air banjir = 5,5504 m
Elevasi muka air banjir = + 220,5504 m
Tegangan ijin tanah (σ’t) = 15 t/m2
Berat volume tanah di tepi sungai (γt) = 1,6 t/m3
Sudut gesek dalam tanah (Ø) = 30o
Berat volume pasangan batu kali (γps) = 2,2 t/m3
Tegangan lentur pasangan batu kali (σ’) = 100 t/m2
Tegangan geser pasangan batu kali (τ’) = 20 t/m2
VI.2. Perencanaan Umum
Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut :
h = h1 + h2
 Direncanakan tinggi pondasi (h1) : 3,0 m
 Direncanakan tinggi jagaan : 1,0 m
 Tinggi air banjir + tinggi jagaan (h2) : 5,5504 + 1 = 6,5504 m
 Tinggi rencana DPT (h) : 3 + 6,5504 = 9,5504 m
 Tegangan ijin untuk pasangan batu kali :
 Tegangan tekan = 100 t/m2
 Tegangan tarik = 0 t/m2
 Tegangan geser = 20 t/m2
 Berat volume :
 Pasangan batu kali = 2,2 t/m3
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
94Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
 Tanah = 1,6 t/m3
Tinjauan berat (w) lurus gambar 1 m
Berat volume pasangan batu pasangan = 2,2 t/m3. 1 m = 2,2 t/m2
ahtan = 1,6 t/m3 .1 m = 1,6 t/m2
 Kuat geser tanah dasar :
 Tanah dasar kondisi normal = 35 t/m2
 Tanah dasar kondisi tertentu= 70 t/m2
VI.2.1. Pada Hulu Bendung
Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut :
Gambar 6.1 Dimensi Dinding Penahan Tanah
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
95Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 6.1 Gaya Vertikal Akibat Berat Sendiri Bendung dan Tanah di atas
DPT
Bagian V (t) x (m) Mr (tm)
1 2,2 . 12,5 . 3 = 82,5 6,25 515,625
2 2,2 . 1. 6,5504 = 14,4108 3 43,23
3 2,2 . 1 . 6,0504 = 13,310 4 53,243
4 2,2 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 53,243 7,17 381,756
5 1,6 . 9 . 0,5 = 7,2 8 57,6
6 1,6 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 38,72 8,948 346,489
Σ V Σ V = 209,383 t Σ Mr = 1397,94 tm
Momen ditinjau terhadap titik A
Tekanan tanah aktif pada dinding :
Ka = tan2 (45o – Ø/2)
= tan2 (45o – 30o/2)
= 0,333
Pa = Ka .
2
1
. γt . h2
= 0,333 .
2
1
. 1,6 . 9,55042 = 24,298 ton
Titik tangkap tekanan tanah aktif = 9,5504/3 = 3,183 m
Momen guling akibat tekanan tanah aktif :
M01 = 24,298. 3,183 = 77,351 tm
Dalam hal ini tekanan tanah pasif pada DPT diabaikan karena tekanan
tanah pasif diyakini tidak akan selalu bekerja mengingat adanya
kemungkinan tanah akan tergerus air.
A. Akibat Gempa Horizontal:
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
96Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Kh = 0,1
H = kh . Σ H
= 0,1 . 0
= 0 ton
M02 = kh .Σ M0
= 0,1 . 0
= 0 ton m
B. Akibat Gempa Vertikal :
Kv = 0,05
V = kv . Σ V
= 0,05 . 209,383
= 10,469 ton
M03 = kv . Σ Mr
= 0,05 . 1397,94
= 69,897 ton m
VI.2.2. Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah (DPT)
A. Tanpa Gempa
1. Terhadap Guling
Σ Mr = 1397,94 tm
Σ M0 = M01 = 77,351 tm
SF =
0
r
M
M


=
77,351
94,1397
= 18,003 > 1,50 (OK !)
2. Terhadap Geser
Σ V = 209,383 t
Σ H = Pa = 24,298 t
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
97Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
SF =
H
tanV


=
298,24
30tan.209,383 o
= 4,975 > 1,20 (OK!)
3. Terhadap Tegangan Tanah
a =
V
MM 0r


=
383,209
351,771397,94 
= 6,302 m
e = b/2 – a
= 12,5/2 – 6,302 = - 0,052 m <
6
b
=
6
5,12
= 2,083 m
σ = 







b
e.6
1
b
V
σmax = 






12,5
(-0,052).6
1
5,12
383,209
14,3 t/m2 < σ’=15 t/m2 (OK !)
σmin = 





12,5
(-0,052).6
-1
5,12
383,209
15,2 t/m2 > 0 (OK !)
4. Terhadap Retak
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
98Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Gambar 6.2 Asumsi dinding penahan tanah mengalami retak
 Retak pada D – E
Tekanan tanah aktif yang bekerja :
Ka = 0,333
Pa = Ka . ½ . γt . h2
= 0,333 . ½ . 1,6 . 9,55042 = 24,298 t
titik tangkap Pa = h/3 = 3,183 m
 Momen guling (terhadap titik D) :
M0 = Pa . y
= 24,298. 3,183 = 77,351 tm
Tabel 6.2 : Gaya vertikal berat sendiri dinding + tanah di atas tumit
dinding
V (t) x (m) Mr (tm)
2,2 . 6,5504 . 1 = 14,4 0,5 7,2
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
99Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
2,2 . 6,0504 . 1 = 13,31 1,5 19,97
2,2 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 53,243 4,67 248,647
1,6 . 9 . 0,5 = 6,4 7,2 32
1,6 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 38,722 6,448 249,683
Σ V = 126,075 t Σ Mr = 557,5 tm
Momen ditinjau terhadap titik D
Tegangan lentur pasangan batu kali :
a =
V
MM 0r


=
075,126
351,775,557 
= 3,808 m
e = b/2 – a
= 10/2 – 3,808 = 1,19 m < b/6 = 10/6 = 1,67
σmax = 







b
e.6
1
b
V
= 






10
1,19.6
1
10
075,126
= 21,6 t/m2 < σ’ = 100 t/m2 (OK !)
σmin = 







b
e.6
1
b
V
= 






10
1,19.6
1
10
075,126
= 3,605 t/m2 > 0 (OK!)
Tegangan geser pasangan batu kali :
H = 24,298 t
D = Σ V tan Ø – H
= 126,075 tan 30o – 24,298 = 48,49 t
τ = 3/2 .
L.b
D
= 3/2 .
1.10
49,48
= 7,2735 t/m2 < τ’ = 22 t/m2
(OK !)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
100Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tidak terjadi retak pada D – E.
B. Dengan Gempa Vertikal
1. Terhadap Guling
Σ Mr = 1397,94 tm
Σ M0 = M01 + M03
= 77,351 + 69,897
= 147,548 tm
SF =
0
rM
M

= 474,9
548,147
1397,94
 > 1,50 (OK !)
2. Terhadap Geser
Σ V = 209,383 + 10,469
= 219,852 t
Σ H = Pa = 24,298 t
SF =
H
tanV


=
24,298
30tan.383,209 o
= 4,975 > 1,20 (OK !)
3. Terhadap Tegangan Tanah
a =
V
MM 0r


=
383,209
147,548-1397,94
= 5,97 m
e = b/2 – a
= 10/2 – 5,97 = -0,97m < b/6 = 10/6 = 1,67 m
σ = 







b
e.6
1
b
V
σmax = 




 

10
97,0.6
1
10
383,209
=8,75 t/m2 < σ’= 24,7 t/m2 (OK!)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
101Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
σmin = 




 

10
97,0.6
1
10
383,209
= 33,124 t/m2 > 0 (OK !)
4. Terhadap Retak
Retak pada D – E
Σ V = 126,075 t
V1 = kv . Σ V
= 0,05 . 126,075 t = 6,3 t
Σ V1= Σ V - V1
= 126,075 – 6,3 = 119,775 t
Σ H = Pa = 24,298 t
Σ Mr = 557,5 tm
Σ M0 = M01 + M02
= 77,351 + (0,05 . 557,5) = 105,226 tm
Tegangan lentur pasangan batu kali :
a =
1
0r
V
MM


=
775,119
226,1055,557 
= 3,776 m
e = b/2 – a
= 10/2 – 3,776 = 1,224 m < b/6 = 10/6 = 1,67 m
σ = 







b
e.6
1
b
V1
σmax = 






10
224,1.6
1
10
775,119
= 20,8 t/m2 < σ’ = 100 t/m2 (OK !)
σmin = 






10
224,1.6
1
10
775,119
= 3,1812 t/m2 > 0 (OK !)
Tegangan geser pasangan batu kali :
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
102Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
D = Σ V1 tan Ø – Σ H
= 126,075 tan 30o – 24,298 = 48,49 t
τ = 3/2 .
L.b
D
= 3/2 .
1.10
48,49
= 7,273 t/m2 < τ’ = 22 t/m2 (OK !)
Tidak terjadi retak pada D – E.
Tabel 6.3 : Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya yang Bekerja pada Dinding
Penahan Tanah (DPT)
Kombinasi gaya – gaya
pada dinding penahan
tanah
SF Tegangan tanah Tegangan tanah
guling
> 1,50
geser
> 1,20
max
(19 t/m2)
min
> 0
max
(24,7 t/m2)
min
> 0
Tanpa gempa 14,378 4,48 17,25 11,15 - -
Dengan gempa
horizontal
14,378 4,48 - - 17,25 11,15
Dengan gempa vertical 8,36 4,70 - - 10,92 9,08
Karena pada perhitungan stabilitas DPT, terdapat nilai σmax yang memenuhi nilai
σ’tanah, maka pada DPT tersebut tidak perlu dibantu dengan menambahkan
pondasi tiang.
VI.2.3. Pada Hilir Bendung
Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut :
h = h1 + h2
 Direncanakan tinggi pondasi (h1) : 1,0 m
 Direncanakan tinggi jagaan : 1,0 m
 Tinggi air banjir + tinggi jagaan (h2) : 3,3228 + 1 = 4,3228 m
 Tinggi rencana DPT (h) : 1 + 4,3228 = 5,3228 m
 Tegangan ijin untuk pasangan batu kali :
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
103Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
 Tegangan tekan = 100 t/m2
 Tegangan tarik = 0 t/m2
 Tegangan geser = 20 t/m2
 Berat volume :
 Pasangan batu kali = 2,2 t/m3
 Tanah = 1,6 t/m3
Tinjauan berat (w) lurus gambar 1 m
Berat volume pasangan batu pasangan = 2,2 t/m3. 1 m = 2,2 t/m2
ahtan = 1,6 t/m3. 1 m = 1,6 t/m2
 Kuat geser tanah dasar :
 Tanah dasar kondisi normal = 35 t/m2
 Tanah dasar kondisi tertentu = 70 t/m2
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
104Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 6.4 Gaya Vertikal Akibat Berat Sendiri Bendung dan Tanah di atas
DPT
Bagian V (t) x (m) Mr (tm)
1 2,2 . 6,5 . 1 = 14,3 3,375 48,2625
2 2,2 . 0,5 . 4,32 = 5,852 1,75 10,241
3 2,2 . 0,5 . 3,32 = 3,652 2,25 8,217
4 2,2 . 0,5 .4. 3,32 = 14,608 3,83 55,99
5 1,6 . 4,5 . 0,5 = 3,6 4,25 15,3
6 1,6 . 0,5 . 4 . 3,32 = 10,62 5,17 54,926
Σ V = 52,272 t Σ Mr = 192,936 tm
Momen ditinjau terhadap titik A
Tekanan tanah aktif pada dinding :
Ka = tan2 (45o – Ø/2)
= tan2 (45o – 30o/2)
= 0,333
Pa = Ka .
2
1
. γt . h2
= 0,333 .
2
1
. 1,6 4,322 = 4,971 ton
Titik tangkap tekanan tanah aktif
4,32/1 = 4,32 m
Momen guling akibat tekanan tanah aktif :
M01 = 4,971. 4,32 = 21,477 tm
Dalam hal ini tekanan tanah pasif pada DPT diabaikan karena tekanan
tanah pasif diyakini tidak akan selalu bekerja mengingat adanya
kemungkinan tanah akan tergerus air.
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
105Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Akibat Gempa Horizontal :
Kh = 0,1
H = kh . Σ H
= 0,1 . 0
= 0 ton
M02 = kh .Σ M0
= 0,1 . 0
= 0 ton m
Akibat Gempa Vertikal :
Kv = 0,05
V = kv . Σ V
= 0,05 . 52,272
= 2,6136 ton
M03 = kv . Σ Mr
= 0,05 . 192,936
= 9,6468 tm
VI.2.4. Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah (DPT)
A. Tanpa Gempa
1. Terhadap Guling
Σ Mr = 192,936 tm
Σ M0 = M01 = 21,477 tm
SF =
0
r
M
M


=
21,477
192,936
= 8,98 > 1,50 (OK !)
2. Terhadap Geser
Σ V = 52,272 t
Σ H = Pa = 4,971 t
SF =
H
tanV


Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
106Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
=
971,4
30tan.52,272 o
= 6,07 > 1,20 (OK!)
3. Terhadap Tegangan Tanah
a =
V
MM 0r


=
272,52
471,21192,936 
= 3,69 m
e = b/2 – a
= 6,5/2 – 3,69 = -0,44 m < b/6 = 6,5/6 = 1,083 m
σ = 







b
e.6
1
b
V
σmax = 






6,5
0,44-.6
1
5,6
272,52
4,774 t/m2 < σ’ = 15 t/m2 (OK !)
σmin = 





6,5
0,44-.6
-1
5,6
272,52
11,308 t/m2 > 0 (OK !)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
107Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Gambar 6.3 Asumsi dinding penahan tanah mengalami retak
 Retak pada D – E
Tekanan tanah aktif yang bekerja :
Ka = 0,333
Pa = Ka . ½ . γt . h2
= 0,333 . ½ . 1,6 . 4,32 = 4,976 t
titik tangkap Pa = h/1 = 4,32 m
Momen guling (terhadap titik D) :
M0 = Pa . y
= 4,976. 4,32 = 21,496 tm
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
108Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
Tabel 6.5 : Gaya vertikal berat sendiri dinding + tanah di atas tumit dinding
V (t) x (m) Mr (tm)
2,2 . 0,5 . 4,32 = 4,752 0,25 1,188
2,2 . 0,5 . 3,82 = 4,18 0,75 3,135
2,2 . 0,5 . 4. 3,82 = 16,808 2,3 39,21
1,6 . 4,5 . 0,5 = 3,6 2,75 9,9
1,6 . 0,5 . 4 . 3,82 = 12,24 3,67 44,92
Σ V = 41,564 t Σ Mr = 101,38 tm
Momen ditinjau terhadap titik D
Tegangan lentur pasangan batu kali :
a =
V
MM 0r


=
564,41
471,2138,101 
= 1,922 m
e = 5/2 – a
= 5/2 – 1,922 = 0,578 m < b/6 = 5/6 = 0,883
σmax = 







b
e.6
1
b
V
= 






5
0,578.6
1
5
564,41
= 14,08 t/m2 < σ =100 t/m2 (OK !)
σmin = 







b
e.6
1
b
V
= 






5
0,578.6
1
5
564,41
= 2,547t/m2 > 0 (OK!)
Tegangan geser pasangan batu kali :
H = 4,971 t
D = Σ V tan Ø – H
= 41,564 tan 30o – 4,971 = 19,025 t
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
109Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
τ = 3/2 .
L.b
D
= 3/2 .
1.5
19,025
= 5,707 t/m2 < τ’ = 22 t/m2
(OK !)
Tidak terjadi retak pada D – E.
B. Dengan Gempa Vertikal
1. Terhadap Guling
Σ Mr = 101,38 tm
Σ M0 = M01 + M03
= 21,477 + 9,6468
= 31,123 tm
SF =
0
r
M
M


= 275,3
31,123
101,38
 > 1,50 (OK !)
2. Terhadap Geser
Σ V = 41,564 + 2,6136
= 44,177
Σ H = Pa = 4,976 t
SF =
H
tanV


=
4,976
30tan.44,177 o
= 5,124 > 1,20 (OK !)
3. Terhadap Tegangan Tanah
a =
V
MM 0r


=
564,41
471,2138,101 
= 2,439 m
e = b/2 – a
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
110Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
= 6,5/2 – 2,439 = 0,81 m < b/6 = 6,5/6 = 1,083 m
σ = 







b
e.6
1
b
V
σmax = 






5,6
0,81.6
1
5,6
654,41
= 11,19 t/m2 < σ’=19/m2 (OK !)
σmin = 






5,6
0,81.6
1
5,6
654,41
= 1,616 t/m2 > 0 (OK !)
4. Terhadap Retak
Retak pada D – E
Σ V = 44,177 t
V1 = kv . Σ V
= 0,05 . 44,177 t = 2,208 t
Σ V1= Σ V - V1
= 44,177 – 2,208 = 41,96 t
Σ H = Pa = 4,976 t
Σ Mr = 101,38 tm
Σ M0 = 21,477
Tegangan lentur pasangan batu kali :
a =
1
0r
V
MM


=
96,41
477,21101,38 
= 1,904 m
e = b/2 – a
= 5/2 – 1,904 = 0,596 m > b/6 = 5/6 = 0,83 m
σ = 







b
e.6
1
b
V1
σmax = 






5
0,596.6
1
5
96,41
= 14,393 t/m2 < σ’= 100 t/m2 (OK !)
Jurusan TeknikSipil
Fakultas Teknik
Universitas Udayana
111Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
σmin = 






5
0,596.6
1
5
96,41
= 3,18 t/m2 > 0 (OK !)
Tegangan geser pasangan batu kali :
D = Σ V1 tan Ø – Σ H
= 41,96 tan 30o – 4,976 = 19,24 t
τ = 3/2 .
L.b
D
= 3/2 .
1.5
19,24
= 5,77 t/m2 < τ’ = 22 t/m2 (OK !)
Tidak terjadi retak pada D – E.
Tabel 6.6 : Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya yang Bekerja pada Dinding
Penahan Tanah (DPT)
Kombinasi gaya – gaya
pada dinding penahan
tanah
SF Tegangan tanah Tegangan tanah
guling
> 1,50
geser
> 1,20
max
(15 t/m2
)
min
> 0
max
(19 t/m2
)
min
> 0
Tanpa gempa 8,98 6,07 4,774 11,308 - -
Dengan gempa horizontal - - - - - -
Dengan gempa vertical 3,275 5,124 - - 11,19 1,616
Karena pada perhitungan stabilitas DPT, terdapat nilai σmax yang memenuhi nilai
σ’tanah, maka pada DPT tersebut tidak perlu dibantu dengan menambahkan
pondasi tiang.

More Related Content

What's hot

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4MOSES HADUN
 
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiKp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiArizki_Hidayat
 
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...Ali Hasimi Pane
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
 
bukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfbukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfKevinKharisma
 
Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)
Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)
Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)TriskaSombokanan
 
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013Irene Baria
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiMOSES HADUN
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencanavieta_ressang
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRPPGHybrid1
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranBahar Saing
 
05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluap05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluapVian Andreas
 
Ppt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPONPpt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPONDita Aldisa
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseinfosanitasi
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aceh Engineering State
 

What's hot (20)

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
bangunan air
bangunan air bangunan air
bangunan air
 
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasiKp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
Kp 01 2010 perencanaan jaringan irigasi
 
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
Studi kasus jaringan pipa untuk distribusi air bersih menggunakan metode hard...
 
9 contoh desain turap
9 contoh desain turap9 contoh desain turap
9 contoh desain turap
 
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
 
bukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdfbukuajar drainase perkotaan.pdf
bukuajar drainase perkotaan.pdf
 
Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)
Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)
Perenc. bendungan tipe urugan 01 02 (1)
 
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluranPertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
Pertemuan iv. hidrolika dan jenis aliran dalam saluran
 
Debit banjir
Debit banjirDebit banjir
Debit banjir
 
05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluap05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluap
 
Ppt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPONPpt BENDUNG SAPON
Ppt BENDUNG SAPON
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
 

Similar to Irbang dije bab 2&amp;3 bab 4 oke

jurnal bendungan ok
jurnal bendungan okjurnal bendungan ok
jurnal bendungan okalam luas
 
Desain rinci pltm
Desain rinci pltmDesain rinci pltm
Desain rinci pltmDimas Aji
 
Menggambar bangunan air
Menggambar bangunan airMenggambar bangunan air
Menggambar bangunan airAgam Agam
 
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...MuhammadAzkaBintangA
 
Contoh wingwall
Contoh wingwallContoh wingwall
Contoh wingwalltanchul
 
Soal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamisSoal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamisRenny Aniwarna
 
Hidrolis bendung
Hidrolis bendungHidrolis bendung
Hidrolis bendungijum kanedi
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfAswar Amiruddin
 
Choirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptx
Choirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptxChoirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptx
Choirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptxChoirin3
 
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlmTop sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlmNur Huda
 
3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
3-perencanaan-jaringan-irigasi.pptFitriHariyanti4
 
dokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
dokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.pptdokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
dokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.pptfrenkytanzil5
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)afifsalim
 

Similar to Irbang dije bab 2&amp;3 bab 4 oke (20)

Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2
Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2
Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2
 
2124 3757-1-sm
2124 3757-1-sm2124 3757-1-sm
2124 3757-1-sm
 
jurnal bendungan ok
jurnal bendungan okjurnal bendungan ok
jurnal bendungan ok
 
Desain rinci pltm
Desain rinci pltmDesain rinci pltm
Desain rinci pltm
 
Menggambar bangunan air
Menggambar bangunan airMenggambar bangunan air
Menggambar bangunan air
 
Data teknis
Data teknisData teknis
Data teknis
 
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
 
Contoh wingwall
Contoh wingwallContoh wingwall
Contoh wingwall
 
Soal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamisSoal dan pembahasan fluida dinamis
Soal dan pembahasan fluida dinamis
 
PPT Perencanaan Waduk
PPT Perencanaan WadukPPT Perencanaan Waduk
PPT Perencanaan Waduk
 
Hidrolis bendung
Hidrolis bendungHidrolis bendung
Hidrolis bendung
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Voided slab
Voided slabVoided slab
Voided slab
 
Choirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptx
Choirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptxChoirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptx
Choirin Nisa_Tugas 2 Hidraulika_Kelas 14.pptx
 
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlmTop sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
Top sukses fisika pemb cd (c) 112 hlm
 
Bab 7-current-meter-2
Bab 7-current-meter-2Bab 7-current-meter-2
Bab 7-current-meter-2
 
3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
 
dokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
dokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.pptdokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
dokumen.tips_3-perencanaan-jaringan-irigasi.ppt
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 

Recently uploaded

LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 

Recently uploaded (20)

LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 

Irbang dije bab 2&amp;3 bab 4 oke

  • 1. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 15Perancangan Irigasi dan Bangunan Air BAB II PERENCANAAN BADAN BENDUNG 2.1 Data Perencanaan a. Lebar dasar sungai pada lokasi bendung = 30 m b. Tinggi/elevasi dasar sungai pada dasar bendung = + 165 m c. Tinggi/elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh = + 166,70 m d. Tinggi/elevasi muka tanah pada tepi sungai = + 183 m e. Debit banjir rencana (Qd) = 250 m3 /dt f. Kemiringan / slope dasar sungai = 0,0020 g. Tegangan tanah dasar yang diizinkan (σt) = 2,2 kg/cm2 h. Pengambilan satu sisi (Q1) = 2,0 m3/dt 2.2 Perhitungan Hidrolika Air Sungai a. Menentukan Tinggi Air Maksimum pada Sungai Data sungai : Kemiringan/slope dasar sungai (I) = 0,0020 Lebar dasar sungai (b) = 30 m Debit banjir rencana (Qd) = 250 m3 /dt Persamaan : Q = A . V3 V3 = IRC . C = ) R γ +1( 87 dimana : Q = debit (m3 /dt) A = luas penampang (m2) v3 = kecepatan aliran sungai di hilir (m/dt)
  • 2. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 16Perancangan Irigasi dan Bangunan Air R = jari – jari basah (m) I = kemiringan dasar sungai γ = 1,3 (untuk dinding saluran yang terbuat dari tanah biasa) C = koef. Chezy 1 1 b B n B d3 1/2 d3 Gambar 2.1 Penampang Sungai Kedalaman maksimum air sungai dicari dengan cara coba – coba sampai didapat Q = Qdesign. Kemiringan tepi sungai dianggap 1 : 1 Tabel 2.1 Perhitungan tinggi air maksimum di hilir bendung Bagian Perkiraan Tinggi Air ( d3 ) – meter ( m ) 2.600 2.450 2.505 2.750 A = b.d3 + d3 2 71.7600 72.0621 81.425 72.3644 P = b + 2 2 .d3 32.3538 32.3821 37.085 32.4104 R = A/P 2.2180 2.2254 2.196 2.2328 C = R 3,11 87  46.4520 46.4880 46.342 46.5239 I 0,0020 0,0020 0.0020 0,0020 V3 = C RI 3.4590 3.4675 3.071 3.4579 Q = V3.A 248.2191 249.8726 250.051 251.5307
  • 3. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 17Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Dari perhitungan tersebut, maka didapat tinggi air sungai maksimum di hilir bending, d3 = 2,505 meter.  Cek jenis aliran air dengan Bilangan Froude ( Fr ) Fr = 1 ......................aliran kritis Fr > 1 ......................aliran super kritis Fr < 1 ......................aliran sub kritis Fr = 3.dg V = 619477,0 505.281.9 0709.3  x < 1  aliran sub kritis b. Menentukan Lebar Bendung Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal – pangkalnya (abutment). Agar tidak mengganggu sifat pengaliran setelah dibangun bendung dan untuk menjaga agar tinggi air di depan bendung tidak terlalu tinggi, maka dapat dibesarkan sampai B  1,2 Bn. Untuk menentukan besarnya tinggi jagaan (freeboard) maka dapat dipergunakan tabel berikut : Tabel 2.2 : Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah Q (m3 /dt) Tinggi Jagaan (m) < 0,5 0,40 0,5 – 1,5 0,50 1,5 – 5,0 0,60 5,0 – 10,0 0,75 10,0 – 15,0 0,85 >15,0 1,00  Lebar sungai rata – rata/lebar air normal (Bn) Bn = b + 2 (1/2 d3) = b + d3 Sumber : Kriteria perencanaan KP-03-hal 26
  • 4. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 18Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 30 + 2,505 m = 32,505 m  Lebar maksimum/panjang bendung (B) B = 6/5 Bn = 1,2 Bn = 1,2 . 32,505 = 39,006 m  Tinggi jagaan (freeboard) = 1 m c. Menentukan Lebar Efektif Bendung Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit. Pada saat banjir, pintu pembilas ditutup, ujung atas pintu bilas tidak boleh lebih tinggi dari mercu bendung, sehingga air bisa lewat diantaranya. Kemampuan pintu bilas untuk mengalirkan air dianggap hanya 80% saja, maka disimpulkan besar lebar efektif bendung : Beff = L’ = B – Σb – Σt + 0,80. Σb = B – Σt – 0,20. Σb Dimana : Beff = lebar efektif bendung (m) B = lebar seluruh bendung (m) Σt = jumlah tebal pilar (m) Σb = jumlah lebar pintu bilas (m)  Lebar pintu pembilas (b1) Σb1 = 10 B = 10 006,39 = 3,9006 m Lebar maksimum pintu = 2,0 m n = 21,9503 2 9006,3  buah b1 = 1,9503 2 9006,3  m ;dimana : Bn = lebar air normal (m) B = lebar bendung (m)
  • 5. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 19Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Lebar pintu pembilas (b1) = 1,9503 m  Tebal pilar (t) diambil = 1,5 m  Pengambilan air dari satu sisi, maka Beff = L’ = B – Σt – 0,20. Σb = 39,006 – ( 2 . 1,5 ) – 0,20 ( 2 . 1,9503) = 35,23 m Direncanakan 2 pintu pembilas dan 2 pilar. Gambar 2.2 Pintu Bendung d. Menentukan Tinggi Bendung Kehilangan Energi Air : 1) Elevasi sawah yang tertinggi dan terjauh = +166,70 m 2) Ketinggian air di sawah = 0,10 m 3) Kehilangan tekanan dari tersier ke sawah = 0,10 m 4) Kehilangan tekanan dari sekunder ke tersier = 0,10 m 5) Kehilangan tekanan dari primer ke sekunder = 0,10 m 6) Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0,15 m 7) Kehilangan tekanan pada alat-alat ukur = 0,40 m 8) Kehilangan tekanan dari sungai ke primer = 0,20 m
  • 6. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 20Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 9) Kehilangan tekanan karena eksploitasi = 0,10 m 10) Kehilangan tekanan karena bangunan - bangunan = 0,25 m +  Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (x) JUMLAH = +168,20 m  Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (y) = +165 m  Tinggi Mercu Bendung ( P) = x – y = 168,20 m – 165 m = 3,20 m 2.3 Perhitungan Tinggi Air Maksimum di Atas Mercu Bendung Gambar 2.3 a. Menentukan Tinggi Total Air di atas Mercu (Peil) Bendung Tinggi mercu bendung (P) = 3,20 m Lebar efektif bendung (Beff) = 35,23 m Dipakai Bendung type Ogee : Q = C . Beff . He2/3 He3/2 = ef d C Q Bx He = 3 2 efBxC       dQ dimana : Qd = debit banjir rencana (m3/dt)
  • 7. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 21Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Beff = lebar efektif bendung (m) He = tinggi total air di atas bendung (m) C = koefisien pelimpasan (discharge coefficient) C1 = dipengaruhi sisi depan bendung C2 = dipengaruhi lantai depan C3 = dipengaruhi air di belakang bendung Nilai C, C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge coefficient (pada lampiran) Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara coba – coba (Trial and Error) dengan menentukan tinggi perkiraan He terlebih dulu. Dicoba He = 2,3 m maka : He P = 3,2 3,2 = 1,39 Dari grafik DC 12 (pada lampiran) didapatkan C1 = 2,08 (dengan upstream face 3 : 1) hd = P + He – d3 = 3,2 + 2,3 – 2,505 = 2,995 m He dhd 3 = 3,2 2,5052,995  = 2,39 Dari grafik DC 13A didapatkan C2 = 1 He hd = 3,2 2,995 = 1,3021  Dari grafik DC 13B didapatkan C3 = 1  Didapat C = C1 x C2 x C3 = 2,08  He` = 3 2 efBxC       dQ = 3 2 35,23x2,08 250       = 2,266 m `HeHe  Perhitungan selanjutnya ditabelkan Tabel 2.3 Perhitungan tinggi air di atas mercu bendung
  • 8. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 22Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Bagian Tinggi perkiraan He (m) 2,02 2,04 2,03 2,632 Qd 225 225 225 250 P/He 1,6336634 1,6176 1,6256 1,026 hd = P + He – d3 3,1882 3,2082 3,1982 2,721 (hd + d3)/He 2,6336634 2,6176 2,6256 2,026 hd/He 1,5783416 1,5727 1,5755 1,034 C1 2,145 2,15 2,155 2,056 C2 1 1 1 1 C3 1 1 1 1 C = C1 x C2 x C3 2,145 2,15 2,155 2,056 Beff 34,79 34,79 34,79 28,470 He’ = 2,0872 2,0839 2,0807 2,632 Maka didapat tinggi total air di atas puncak/mercu bendung (He) = 2,266 m b. Tinggi Air Maksimum di Atas Mercu Bendung Tabel 2.4 Tinggi air maksimum di atas mercu bendung Bagian Tinggi perkiraan hv0 (m) 0.200 0.150 0.050 0.088 H = He – hv0 2.066 2.116 2.216 2.178 d0 = H + P 5.266 5.316 5.416 5.378 A = Beff . d0 185.4995 187.2608 190.7834 189.4448 v0 = Qd/A 1.3477 1.3350 1.3104 1.3196 hv’ = 0.0926 0.0908 0.0875 0.0888 3 2         ef d BxC Q g v 2 2 0
  • 9. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 23Perancangan Irigasi dan Bangunan Air hv0 ≈ hv’ Maka didapat : hv0 = hv’ = 0,088 m H = 2,178 m d0 = 5,378 m A = 189,4448 m2 vo = 1,3196 m/dt dimana : hv0 = tinggi kecepatan di hulu sungai (m) H = tinggi air maksimum di atas mercu (m) d0 = tinggi muka air banjir di hulu bendung (m) v0 = kecepatan aliran di hulu bendung (m/dt) g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2) 2.4 Perhitungan Ketinggian Energi pada Tiap Titik a. Tinggi Energi pada Aliran Kritis  Menentukan hidrolic pressure of the weir (dc) q = `L Q = efB Q = 7,0971 23,35 250  m4/dt dc =   3 1 2         g q =   1,7252 81,9 0971,7 3 1 2         m  Menentukan harga Ec vc = cd q
  • 10. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 24Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = m/dt4,1139 7252,1 0971.7  hvc =   g vc 2 2 =   m0,8626 9,81x2 4,1139 2  Ec = dc + hvc + P = 1,7252 + 0, 8626 + 3,2 = 5,787 m dimana : dc = tinggi air kritis di atas mercu (m) vc = kecepatan air kritis (m/dt) hvc = tinggi kecepatan kritis (m) Ec = tinggi energi kritis (m) b. Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan Tabel 2.5 Kecepatan aliran pada punggung bendung Bagian Perkiraan kecepatan ( v1 ) 10 9.8 9.95 9.98 d1 = 0.7097 0.7242 0.7133 0.7111 hv1 = 5.0968 4.8950 5.0460 5.0765 E1 = d1 + hv1 5.806 5.619 5.759 5.787 E1≈EC Maka didapat : v1 = 9,98 m/dt d1 = 0,7111 m 1v q g v 2 2 1
  • 11. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 25Perancangan Irigasi dan Bangunan Air hv1 = 5,0765 m E1 = Ec = 5,787 m dimana : d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m) v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/dt) hv1 = tinggi kecepatan (m) E1 = tinggi energi (m) c. Tinggi Energi (Air Tertinggi) pada Kolam Olakan Fr = 1 1 d.g v = 3,7785 7111,081,9 9,98  x d2 =   1-81 2 21 Fr d  =   1-7785,31 2 7111,0 2  = 3,4610 m v2 = 2d q = m/dt2,0506 4610,3 0971,7  hv2 =   g v 2 2 2 = m0,2143 9,81x2 )0506,2( 2  E2 = d2 + hv2 = 3,4610 + 0,2143 = 3,6754 m dimana :
  • 12. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 26Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Fr = bilangan Froude d2 = tinggi air tertinggi pada kolam olakan (m) v2 = kecepatan aliran ( m/dt ) hv2 = tinggi kecepatan (m) E2 = tinggi energi (m) d. Tinggi Energi di Hilir Bendung Pada perhitungan sebelumnya, telah didapat d3 = 2,5050 m v3 = 3,0709 m/dt. hv3 =   g v 2 2 3 =   m0,4807 9,81.2 3,0709 2  E3 = d3 + hv3 = 2,5050 + 0,4807 = 2,9857 m dimana : v3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/dt) d3 = tinggi air di hilir bendung (m) hv3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m) E3 = tinggi energi di hilir bendung (m) e. Perhitungan Panjang dan Dalam Penggerusan  Dalam penggerusan ( Scouring Depth ) d0 = 5,378 m; d3 = 2,5050 m. h = d0 – d3 = 5,378 – 2,5050 = 2,873 m q = 7,0971 m4/dt d = diameter terbesar yang hanyut waktu banjir, diambil d = 300 mm Schoklish Formula :
  • 13. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 27Perancangan Irigasi dan Bangunan Air T = 0,570,2 32,0 q.h. 75,4 d =     m2,88937,0971.2,873. 300 75.4 0,570,2 32,0  dimana : h = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir (m) d = diameter terbesar yang hanyut waktu banjir (d = 300 mm) T = dalam penggerusan (m)  Panjang penggerusan ( Scouring Length ) v1 = 9,98 m/dt H = 2,178 m P = 3,2 m Angerholzer Formula : L =   H g P Hgv          2 ..21 =   178,2 81,9 2,3.2 178,2.81,9.298,9          = 15,5189 m dimana : v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/dt) H = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m) P = tinggi mercu bendung (m) L= panjang penggerusan (m) Elevasi Masing – Masing Titik :  Elev. dasar sungai = + 165,000 m  Elev. muka air normal (MAN) = 165,000 + P = 165,000 + 3,2 = + 168,200 m  Elev. muka air banjir (MAB) = 165 + do = 215 + 5,378 = + 170,3780 m  Elev. energi kritis = 215 + Ec = 215 + 5,7877 = + 170,7877 m  Elev. energi di hilir bendung = 215 + E3 = 165 + 2,9857
  • 14. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 28Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = + 167,9857  Elev. dasar kolam olakan = 165,000 – (T – d3) = 165,000 – (2,8893– 2,505) = + 164,6157 m  Elev. sungai maksimum di hilir = 165 + d3 = 165 + 2,505 = + 167,505 m
  • 15. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 29Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 2.5 Perencanaan Bentuk Mercu Bendung a. Tahap I : Menentukan bagian up stream (muka) bendung Untuk menentukan bentuk penampang kemiringan bendung bagian hulu, ditetapkan berdasarkan parameter seperti H dan P, sehingga akan diketahui kemiringan bendung bagian up stream seperti ketentuan Tabel 2.6. Data : H = 2,178 m P = 3,2 m H P = 1,4692 m Tabel 2.6 Nilai P/H terhadap kemiringan muka bendung. P/H Kemiringan < 0,40 1 : 1 0,40 – 1,00 3 : 2 1,00 – 1,50 3 : 1
  • 16. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 30Perancangan Irigasi dan Bangunan Air > 1,50 Vertikal Dari tabel, untuk P/H = 1,4692 diperoleh kemiringan muka bendung adalah up stream face 3:1. Bentuk mercu Ogee tidak akan memberikan tekanan subatmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana, karena mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Untuk debit yang rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu. Dari buku Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 48 Gambar 4.9, untuk bendung mercu Ogee dengan kemiringan vertikal, pada bagian up stream diperoleh nilai : X0 = 0,139 H = 0,139 . 2,178 = 0,302742 m X1 = 0,237 H = 0,237 . 2,178 = 0,516186 m R0 = 0,68 H =0,68 . 2,178 = 1,48104 m R1 = 0,21 H =0,21 . 2,178 = 0,45738 m b. Tahap II : Menentukan bagian down stream (belakang) bendung Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S.Army Corps of Engineers mengembangkan persamaan sebagai berikut : y.)1n(H.knx  ..................................................(1) Dimana : - k dan n tergantung kemiringan up stream bendung Harga k dan n adalah parameter yang ditetapkan dalam Tabel 2.7. - x dan y adalah koordinat – koordinat permukaan down stream - H adalah tinggi air di atas mercu bendung Tabel 2.7 Nilai k dan n untuk berbagai kemiringan Kemiringan permukaan K n 1 : 1 1,873 1,776
  • 17. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 31Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 3 : 2 1,939 1,810 3 : 1 1,936 1,836 Vertikal 2,000 1,850 Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-02 Hal 47 Bagian up stream : 3:1, dari Tabel 2.6 diperoleh : k = 1,936 n = 1,836 Nilai k dan n disubstitusi ke dalam persamaan (1) Persamaan down stream y.)1n(H.knx  yxx .2,178936,1 )1836,1(836,1   836,1 3,711 1 xy  836,1 0,269 xy  Menentukan koordinat titik singgung antara garis lengkung dengan garis lurus sebagian hilir spillway  Kemiringan bendung bagian down stream (kemiringan garis lurus) 1 dx dy  (1 : 1)  Persamaan parabola : 836,1 0,269 xy  Turunan pertama persamaan tersebut : 836,1 0,269 xy  836,0 0,4947x dx dy  836,0 0,49471 x 0,4947 1836,0 x
  • 18. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 32Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 021,2836,0 x 2,3201x 2,3201cx m 836,1 0,269 xy  = 836,1 )3201,2.(0,269 = 1,2634 1,2634cy m Diperoleh koordinat titik singgung ),( cc yx = (2,3201 ; 1,2634) m Jadi perpotongan garis lengkung dan garis lurus terletak pada jarak : y = 1,2634 m dari puncak spillway x = 2,3201 m dari sumbu spillway  Lengkung Mercu Spillway Bagian Hilir Persamaan : 836,1 0,269 xy  Elevasi muka air normal = + 168,2 m Elevasi dasar kolam olakan = + 164,6157 m ),( cc yx = (2,3201 ; 1,2634) m Tabel 2.8 Lengkung mercu bagian hilir (interval 0,2) x (m) y (m) Elevasi (m) 0 0 168.200 0.2 0.0140 168.186 0.4 0.0501 168.150 0.6 0.1055 168.095 0.8 0.1789 168.021 1 0.2695 167.931 1.2 0.3766 167.823 1.4 0.4998 167.700 1.6 0.6386 167.561 1.8 0.7928 167.407 2 0.9620 167.238 2.2 1.1460 167.054
  • 19. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 33Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 2.3201 1.2634 166.937  Bagian Hilir Spillway dengan Kemiringan 1 : 1 tgn = 1 ; o 45 persamaan xytgn x y  1 Elev. dasar kolam olakan = 164,6157 m Tabel 2.9 Bagian hilir dengan kemiringan 1 : 1 (interval 0,2) x (m) y (m) Elevasi (m) 0 0 166.937 0.2 0.2 166.737 0.4 0.4 166.537 0.6 0.6 166.337 0.8 0.8 166.137 1 1 165.937 1.2 1.2 165.737 1.4 1.4 165.537 1.6 1.6 165.337 1.8 1.8 165.137 2 2 164.937 2.2 2.2 164.737 2.4 2.4 164.537 2.6 2.6 164.337 2.8 2.8 164.137 3 3 163.937 3.2 3.2 163.737 3.4 3.4 163.537 3.6 3.6 163.337 3.8 3.8 163.137 4 4 162.937 4.2 4.2 162.737 4.4 4.4 162.537 4.6 4.6 162.337 2.321 2.321 164.616
  • 20. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 34Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 2.6 Perencanaan Lantai Depan ( Apron ) Untuk mencari panjang lantai muka, maka yang menentukan adalah ΔH terbesar. ΔH terbesar ini biasanya terjadi pada saat air muka setinggi mercu bendung, sedangkan di belakang bendung adalah kosong. Seberapa jauh lantai muka ini diperlukan, sangat ditentukan oleh garis hidraulik gradien yang digambar kearah upstream dengan titik ujung belakang bendung sebagai titik permulaan dengan tekanan sebesar nol. Miring garis hidraulik gradien disesuaikan dengan kemiringan yang diijinkan untuk suatu tanah dasar tertentu, yaitu dengan menggunakan Creep Ratio (c) Fungsi lantai muka adalah menjaga jangan sampai pada ujung belakang bendung terjadi tekanan yang bisa membawa butir – butir tanah. Gambar 2.5
  • 21. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 35Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Gambar 2.6 a. Menentukan panjang lantai muka dengan rumus Bligh ΔH = c L L = c . ΔH dimana : ΔH = Beda tekanan L = Panjang creep line cbligh = Creep ratio (diambil c = 5, untuk pasir kasar) ΔH ab = 50,0 5 5,2  ΔH bc = 30,0 5 5,1  ΔH cd = 216,0 5 08,1  ΔH de = 30,0 5 5,1  ΔH ef = 20,0 5 0,1  ΔH fg = 30,0 5 5,1  ΔH gh = 20,0 5 0,1  ΔH hi = 6,0 5 0,3  ΔH ij = 2,0 5 0,1   ΔH = 2,816 m 8.5015.00 M.A.N + 168,20 m + 165,00 m + 164,6157 m 1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.001.001.001.00 1.80 3.20 2.00 A BC D E FG HI J 3.58 2.00 1.00 1.00 1.38 1.50 1.80 4.00 1.00 1.00
  • 22. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 36Perancangan Irigasi dan Bangunan Air L = 2,816 x 5 = 14,08 m Faktor keamanan = 20% . 14,08 m = 2,816 m Jadi Ltotal = 14,08 m + 2,816 m = 16,896 m b. Menentukan Panjang Creep Line (Creep Length) Panjang horizontal ( Lh ) = 1,5 + 1,5 + 1,5 + 1,5 + 3,0 = 9,0 m Panjang vertikal ( Lv ) = 3,0 + 1,08 + 1,0 + 1,0 + 1,0 = 6,580 m Panjang Total Creep Line ( ΣL ) = Lh + Lv = 9,0 + 6,580 = 15,580 m Cek :  L  H . c 15,580  2,816 . 5 15,580  14,08............. (konstruksi aman terhadap tekanan air) c. Pengujian Creep Line ada dua cara yaitu: 1) Bligh’s theory L = Cc . Hb dimana, L = Panjang creep line yang diijinkan Cc = Koefisien Bligh (tergantung bahan yang dilewati, Cc diambil 5) Hb = beda tinggi muka air banjir dengan tinggi air di hilir (m) = P + H – d3 = 2,5 + 2,178– 2,505 = 2,8730 m Maka, L = Cc . Hb = 5 . 2,8730 = 14,365 m
  • 23. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 37Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Syarat : L < ΣL 14,365 m < 15,580 m …………………. (OK !) 2) Lane’s theory L = Cw . Hb dimana, Cw adalah koefisien lane (tergantung bahan yang dilewati, Cw diambil 3) maka, L = Cw . Hb = 3 . 2,8730 = 8,619 m Ld = Lv + 3 1 Lh = 6,580 +       9,0 3 1 = 9,580 m Syarat : L < Ld 8,619 m < 9,580 m ………………....... (OK !) Tabel 2.10 Data Hasil Perhitungan d3 2.5050 v1 9.98 v3 3.0709 d1 0.7111 L’=Beff 35.23 hv1 5.0765 P 3.2 E1 5.7876 He 2.266 d2 3.4610 hv0 0.088 v2 2.0506 d0 5.378 hv2 0.2143 H 2.178 E2 3.6754
  • 24. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 38Perancangan Irigasi dan Bangunan Air v0 1.3196 T 2.8893 dc 1.7252 L 15.5189 vc 4.1139 hv3 0.4807 hvc 0.8626 E3 2.9857 Ec 5.7877 ΣL 37.480 BAB III ANALISA STABILITAS BENDUNG Gaya–gaya yang bekerja pada tubuh bendung, akibat: 1. Tekanan air. 2. Tekanan lumpur. 3. Tekanan berat sendiri bendung. 4. Gaya gempa.
  • 25. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 39Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 5. Gaya angkat (uplift pressure). III.1. Tekanan Air III.1.1.Tekanan Air Normal airγ = 1 ton/m3 Pa = ..hγ. 2 1 2 air Gambar 3.1 Tekanan akibat air normal airγ = 1 ton/m3 Pa1 = 2 air.hγ. 2 1 =   2 3.20.1. 2 1 = 5.12 ton Pa2 = b . h . airγ = (1.32).(3.20).(1) = 4.224 ton Pa3 = .h.bγ. 2 1 air =    )07.1.(3.20.1. 2 1 = 1.712 ton Tabel. 3.1 Perhitungan Tekanan Air Normal Bagian b H Koef. Berat Air berat (ton) lengan momen V H x y Mr Mo Pa1 3.2 3.2 1 - 5.12 - 3.95 - 20.224 Pa2 2.32 3.2 1 7.424 - 7.34 - 54.492 - Pa3 1.07 3.2 1 1.712 - 5.82 - 9.964 - jumlah 9.136 5.12 64.456 20.224 3.20 2.00 A BC D E FG HI J 3.58 2.00 1.00 1.00 1.38 1.50 1.80 4.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.001.001.001.00 1.80 8.5015.00 M.A.N + 168,20 m + 165,00 m + 164,6157 m Pa2 Pa3 Pa1
  • 26. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 40Perancangan Irigasi dan Bangunan Air III.1.2.Tekanan Air Banjir (Flood) Gambar 3.2 Tekanan akibat air banjir Pf1 = 2 air h.γ. 2 1 =   2 3.20.1. 2 1 = 5.12 ton Pf2 = b . h . airγ = (2.18).(3.20).(1) = 6.976 ton Pf3 = b . h . airγ = (1.32).(3.20).(1) = 4.224 ton Pf4 = h.b.γ. 2 1 air =    )2.3.(1.54.1. 2 1 = 2.464 ton Pf5 = b . h . airγ = (2.86).(2.18).(1) = 6.2348 ton Pf6 = 2 air h.γ. 2 1 =   2 2,89.1. 2 1 = 4.17 ton Pf7 = 2 air h.γ. 2 1  =   2 2,89.1. 2 1  = - 4.17 ton Tabel.3.2 Perhitungan Tekanan Air Banjir Bagian b h Koef. Berat Air berat (ton) lengan momen V H x y Mr Mo Pf1 3.2 3.2 1 5.120 3.950 20.224 Pf2 2.18 3.2 1 6.976 4.480 31.252 Pf3 2.32 3.2 1 7.424 7.340 54.492 Pf4 1.54 3.2 1 2.464 5.820 14.340 Pf5 3.86 2.18 1 8.415 6.570 55.285 Pf6 2.89 2.89 1 4.176 0.990 4.134 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.001.001.001.00 1.80 8.5015.00 M.A.N + 168,20 m + 165,00 m + 164,6157 m Pf1 3.20 2.00 A BC D E FG HI J 3.58 2.00 1.00 1.00 1.38 1.50 1.80 4.00 Pf2 M.A.B + 170,378 m Pf3 Pf4 Pf5 Pf7 Pf6 + 167,505 m 2.32 1.542.18 2.89 2.89 3.86 3.20 2.18 2.97
  • 27. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 41Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Pf7 2.89 2.89 1 -4.176 3.460 -14.449 jumlah 22.479 7.920 128.252 37.027 III.2. Tekanan Lumpur lumpur = 0,6 ton/m3 θ = 300 Ka = tan2 (450 – θ/2) = tan2 (450 – 30o/2) = 0,333 Keterangan : γlumpur = berat volume lumpur (t/m3) θ = sudut gesek dalam Ka = tekanan lumpur aktif PL = 2 1 . Ka . lumpur .b.h Gambar 3.3 Tekanan akibat lumpur PL1 = 2 1 .Ka.h2. lumpur = 2 1 .(0.333). (3.20)2.(0,6). = 1.022 ton PL2 = b.h. lumpur = (1.32).(3.20). 0,6 = 2.5344 ton 1.001.001.001.00 1.80 8.5015.00 M.A.N + 168,20 m + 165,00 m + 164,6157 m PL2 PL3 PL1 3.20 2.00 A BC D E FG HI J 3.58 2.00 1.00 1.00 1.38 1.50 1.80 4.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00 4.00 1.00 4.00 2.32 1.073.20
  • 28. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 42Perancangan Irigasi dan Bangunan Air PL3 = 2 1 .Ka.h.b. lumpur = 2 1 .(0,333). (3.2).(1.07).(0,6). = 0,342 ton Tabel.3.3 Perhitungan Tekanan Lumpur Bagian b H Koef. Berat lumpur berat (ton) lengan momen V H X y Mr Mo PL1 3.2 3.2 0.6 - 1.023 - 3.950 - 4.041 PL2 2.32 3.2 0.6 4.454 - 7.340 - 32.695 - PL3 1.07 3.2 0.6 1.027 - 5.820 - 5.978 - jumlah 5.482 1.023 38.674 4.041 III.3. Tekanan Berat Sendiri Bendung Berat volume pasangan batu pasangan = 2,2 t/m2 Pada badan bendung yang berbentuk parabola, luas penampang digunakan pendekatan : A = 2/3 . L . 2.32 1.02 0.66 3.20 2.53 0.66 0.13 3.06 0.91 2.00 2.00 1.80 A BC D E FG HI J 3.58 2.00 1.00 1.00 1.38 1.50 1.80 4.00 W1 W2 W3 W4 W5 W6 W7 W8 W9 W10
  • 29. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 43Perancangan Irigasi dan Bangunan Air W1 = b . h . pasangan = 3,0 . 1,8 . 2,2 = 11,88 ton W2 = b . h . pasangan = 0,66 . 3,06. 2,2 = 4,44 ton W3 = b . h . pasangan = 1,50 . 1,41 . 2,2 = 4,653 ton W4 = b . h . pasangan = 1,50 . 1,92 . 2,2 = 6,336 ton W5 = b . h . pasangan = 1,50 . 2,92 . 2,2 = 9,63 ton W6 = b . h . pasangan = 2,50 . 1,5 . 2,2 = 8,25 ton W7 = 1/2 . b. h . pasangan = 1/2 . 1,50 . 1,50 . 2,2 = 2,475 ton W8 = 1/2 . b. h . pasangan = 1/2 . 1,50 . 1,41 . 2,2 = 2,32 ton W9 = 2/3 . b. h . pasangan = 2/3 . 0,66 . 1,50 . 2,2 = 1,452 ton W10 = 2/3 . b. h . pasangan = 2/3 . 0,66 . 0,13 . 2,2 = 0,125 ton W11 = 1/2 . b. h . pasangan = 1/2 . 1, 02 . 3,06 . 2,2 = 3,43 ton Tabel 3.4 Perhitungan Tekanan Berat Sendiri Bendung Segmen b h berat jenis beton berat (ton) Lengan momen x y Mr Mo W1 4 1.8 2.2 15.840 6.500 1.480 102.960 23.443 W2 0.66 3.06 2.2 4.443 4.830 3.910 21.460 17.373 W3 1.5 2.53 2.2 8.349 3.750 3.650 31.309 30.474 W4 1 3 2.2 6.600 2.490 2.460 16.434 16.236 W5 2 2 2.2 8.800 1.000 1.000 8.800 8.800 W6 2 2 2.2 4.400 1.330 2.670 5.852 11.748 W7 1 0.91 2.2 1.001 2.670 4.300 2.673 4.304 W8 1.5 0.66 2.2 1.452 4.000 5.140 5.808 7.463 W9 0.66 0.13 2.2 0.126 4.720 5.490 0.594 0.691 W10 1.02 3.06 2.2 3.433 5.500 3.400 18.883 11.673 jumlah 54.444 214.773 132.205 III.4. Gaya Gempa III.4.1. Gempa Horizontal  Gaya Horizontal (H) = Kh . ΣV1 = 0,1 . 54.991
  • 30. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 44Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 5,4991 ton  Momen akibat gempa horizontal : M0 = Mr = Kh . ΣM1 = 0,1 . 194,726 = 19,4726 tm Keterangan : H = gaya gempa horizontal (t) Kh = koefisien gempa horizontal, (Pondasi batu : Kh = 0,1) V1 = berat sendiri bendung (t) M01 = momen guling akibat berat sendiri (tm) III.4.2. Gempa Vertikal  Gaya Vertikal (V) = Kv . ΣW = 0,05 . 54.991 = 2,74 ton Momen akibat gempa vertikal : Mr = Kv . ΣMr1 = 0,05. 159,154 = 7,95 tm Keterangan : V = gaya gempa vertikal (t) Kv = koefisien gempa vertikal, (Pondasi batu : Kv = 0,05) Mr1 = momen tahanan akibat berat sendiri (tm) III.5. Gaya Angkat (Uplift Pressure) III.5.1. Air Normal ΣL = Lh + Lv = 15,580 m ΔH = 3,2 m Ux = Hx – L Lx  . ΔH
  • 31. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 45Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Ux = Hx – 15.58 Lx .(3,2) Ux = Hx – 0,20539 Lx Keterangan : Hx = tinggi muka air dari titik yang dicari (m) Lx = panjang rayapan (m) ΣL = total rayapan (m) ΔH = tinggi muka air normal (m) Ux = uplift pressure di titik x (t/m2) Tabel 3.5 Perhitungan Tinggi air normal terhadap muka bendung Titik Hx (m) Lx (m) Ux (t/m2) a 3.580 37.480 0.380 b 5.580 35.480 2.551 c 5.580 33.480 2.722 d 4.580 32.480 1.807 e 4.580 31.480 1.892 f 3.200 30.100 0.630 g 3.200 28.600 0.758 h 5.000 26.800 2.712 i 5.000 22.800 3.053 j 4.000 21.800 2.139 Tabel 3.6 Perhitungan Gaya Angkat Akibat Air Normal
  • 32. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 46Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Bagian Gambar Gaya angkat per 1 m panjang (t) a-b H = xH UU 2 21 = - 5,2 2 393,3380,0 x  = -4,716 t y = ba bah         2 3 =         393,3380,0 393,3)380,02( 3 5,2 x = 0,917 m Ytotal = 0,917 m b-c V = xH UU 2 21 V = 5,1 2 702,3393,3 x  = 1,612 t x = cb cbh         2 3 =         702,3393,3 702,3)393,32( 3 5,1 x = 0,739 m X total = 0,739 = 0,739 m c-d H = xH UU 2 21 H = 08,1 2 843,2702,3 x  = 3,53 t y = dc dch         2 3 =         843,2702,3 843,2)702,32( 3 08,1 x = 0,563 m Ytotal = 0,563 m A B 0.380 2.551 2.000 BC 2.722 2.551 2.000 C D 1.807 2.722 1.000
  • 33. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 47Perancangan Irigasi dan Bangunan Air d-e V = xH UU 2 21 V = 5,1 2 151,3843,2 x  = 4,495 t x = ed edh         2 3 =         151,3843,2 151,3)843,22( 3 5,1 x = 0,737 m X total = 0,737 + 1,5 = 2,237m e-f H = xH UU 2 21 H = 0,1 2 357,2151,3 x  = 2,754 t y = fe feh         2 3 =         363,1262,2 363,1)262,22( 3 1 x = 0,541 m Ytotal = 0,541 + 1,08 = 1,621 m f-g V = xH UU 2 21 V = 5,1 2 665,2357,2 x  = 3,7665 t x = gf gfh         2 3 =         665,2357,2 665,2)357,22( 3 5,1 x = 0,734 m X total = 0,734+1,5+1,5 = 3.734 m DE 1.892 1.807 1.500 E F 0.630 1.892 1.380 FG 0.758 0.630 1.500
  • 34. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 48Perancangan Irigasi dan Bangunan Air g-h H = xH UU 2 21 H = - 0,1 2 870,3665,2 x  = -3,26 t y = hg hgh         2 3 =         870,3665,2 870,3)665,22( 3 0,1 x = 0,299 m Ytotal = 0,299 + 1,08 = 1,379 m h-i V = xH UU 2 21 V = 3 2 487,4870,3 x  = 12,535 t x = hg hgh         2 3 =         487,4870,3 487,4)870,32( 3 3 x = 1,55 m Xtotal =1,55+1,5+1,5+1,5=6,05 m i-j H = xH UU 2 21 H = 0,1 2 056,3487,4 x  = 3,7715 t y = hg hgh         2 3 =         056,3487,4 056,3)487,42( 3 8,1 x = 0,956 m Ytotal = 0,956 + 1,08 = 2,03 m G H 0.758 2.712 1.800 HI 3.053 2.712 4.000 3.053 I J 2.139 1.000
  • 35. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 49Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tabel 3.7 Gaya Angkat Akibat Air Normal Titik Hx (m) Lx (m) Ux (t/m2) Uplift Force (t) Lengan (m) Lengan (m) Momen V H x y x (total) y (total) Mr Mo a 3.580 37.480 0.380 -2.931 0.753 0.753 2.207 b 5.580 35.480 2.551 5.272 0.989 1.011 5.329 c 5.580 33.480 2.722 2.264 0.534 0.534 1.208 d 4.580 32.480 1.807 1.850 0.496 2.504 4.631 e 4.580 31.480 1.892 1.740 0.805 1.805 3.142 f 3.200 30.100 0.630 1.041 0.727 3.773 3.928 g 3.200 28.600 0.758 -3.123 0.731 0.731 2.283 h 5.000 26.800 2.712 11.530 1.961 6.539 75.403 i 5.000 22.800 3.053 2.596 0.529 1.529 3.970 j 4.000 21.800 2.139 Σ (JUMLAH) 19.693 0.547 4.490 97.612 Gaya Angkat: V = fu . ΣV = 0,50 . (22,409)= 11,2 t H = fu . ΣH = 0,50 . (2,080) = 1,04 t M0 = fu . ΣM0 = 0,50 . (115,278) = 57,639 tm Mr = fu . ΣMr = 0,50 . (-8.82) = -4.41 tm Dimana : fu = koefisien reduksi untuk jenis tanah keras (50 %) III.5.2. Air Banjir Ux = Hx - L Lx  . ΔH ΔH = Hb = 5,38 m
  • 36. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 50Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Ux = Hx - 15,58 Lx . 5,38 Ux = Hx - 0,3453 Lx Keterangan : Hx = tinggi muka air banjir dari titik yang dicari (m) Lx = panjang rayapan (m) ΣL = total rayapan (m) ΔH = beda tinggi M.A.B dengan muka air di hilir (m) Ux = uplift pressure di titik x (t/m2) Tabel 3.8 Perhitungan Tinggi Air Banjir Terhadap Muka Bendung Titik Hx (m) Lx (m) Ux (t/m2) a 5.76 37.480 0.380 b 8.26 35.480 2.667 c 8.26 33.480 2.954 d 7.18 32.480 2.098 e 7.18 31.480 2.241 f 6.18 30.100 1.059 g 6.18 28.600 1.275 h 7.18 26.800 3.333 i 7.18 22.800 3.907 j 5.38 21.800 3.051 Tabel 3.9 Perhitungan Gaya Angkat Akibat Air Banjir Bagian Gambar Gaya angkat per 1 m panjang (t)
  • 37. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 51Perancangan Irigasi dan Bangunan Air a-b H = xH UU 2 21 = - 5,2 2 743,338,0 x  = -5,15 t y = ba bah         2 3 =         743,338,0 743,3)38,02( 3 5,2 x = 0,91 m Ytotal = 0,91 m b-c V = xH UU 2 21 V = 5,1 2 261,4743,3 x  = 6,003 t x = cb cbh         2 3 =         261,4743,3 261,4)743,32( 3 5,1 x = 0,733 m X total = 0,733 = 0,733 m c-d H = xH UU 2 21 H = 08,1 2 261,4554,3 x  = 4,22 t y = dc dch         2 3 =         261,4554,3 261,4)554,32( 3 08,1 x = 0,523 m Ytotal = 0,523 m A B 0.380 2.667 2.000 BC 2.954 2.667 2.000 C D 2.098 2.954 1.000
  • 38. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 52Perancangan Irigasi dan Bangunan Air d-e V = xH UU 2 21 V = 5,1 2 072,4554,3 x  = 5,71 t x = ed edh         2 3 =         072,4554,3 072,4)554,32( 3 5,1 x = 0,733 m X total = 0,733 + 1,5 = 2,233 m e-f H = xH UU 2 21 H = 1 2 417,3072,4 x  = 3,7445 t y = fe feh         2 3 =         417,3072,4 417,3)072,42( 3 1 x = 0,514 m Ytotal = 0,514 + 1,08 = 1,594 m f-g V = xH UU 2 21 V = 5,1 2 935,3417,3 x  = 5,514 t x = gf gfh         2 3 =         935,3417,3 935,3)417,32( 3 5,1 x = 0,732 m X total = 0,732+1,5+1,5 = 3,732 m DE 2.241 2.098 1.500 E F 1.059 2.241 1.380 FG 1.275 1.059 1.500
  • 39. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 53Perancangan Irigasi dan Bangunan Air g-h H = xH UU 2 21 H = - 0,1 2 281,5935,3 x  = -4,608 t y = hg hgh         2 3 =         281,5395,3 281,5)395,32( 3 0,1 x = 0,463 m Ytotal = 0,463 + 1,08 = 1,543 m h-i V = xH UU 2 21 V = 3 2 317,6281,5 x  = 17,397 t x = hg hgh         2 3 =         317,6281,5 317,6)281,52( 3 3 x = 1,455 m Xtotal =1,455+1,5+1,5+1,5=5.955 m i-j H = xH UU 2 21 H = 0,1 2 138,5317,6 x  = 5,725 t y = hg hgh         2 3 =         138,5317,6 138,5)317,62( 3 8,1 x = 0,93 m Ytotal = 0,93 + 1,08 = 2,01 m G H 1.275 3.333 1.800 HI 3.907 3.333 4.000 I J 3.051 1.000 3.907
  • 40. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 54Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tabel 3.10 Gaya Angkat Akibat Air Banjir Titik Hx (m) Lx (m) Ux (t/m2) Uplift Force (t) Lengan (m) Lengan (m) Momen V H x y x (total) y (total) Mr Mo a 5.76 37.480 0.380 -3.047 0.750 0.750 2.285 b 8.26 35.480 2.667 5.621 0.983 1.017 5.717 c 8.26 33.480 2.954 2.526 0.528 0.528 1.334 d 7.18 32.480 2.098 2.169 0.494 2.506 5.436 e 7.18 31.480 2.241 2.277 0.772 1.772 4.036 f 6.18 30.100 1.059 1.751 0.727 3.773 6.605 g 6.18 28.600 1.275 -4.147 0.766 0.766 3.176 h 7.18 26.800 3.333 14.481 1.947 6.553 94.889 i 7.18 22.800 3.907 3.479 0.521 1.521 5.290 j 5.38 21.800 3.051 Σ (JUMLAH) 24.022 1.088 5.461 123.307 Gaya angkat : H = fu . ΣH = 0,50 . (3,832) = 1,916 t V = fu . ΣV = 0,50 . (34,624) = 17,312 t M0= fu . ΣM0 = 0,50 . (160,918) = 80,489 tm Mr= fu . ΣMr = 0,50 . (-11,797) = -5,89 tm Tabel 3.11 Akumulasi Beban-Beban pada Bendung No Bagian Gaya (t) Momen (tm) Vertikal Horisontal Mr Mo
  • 41. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 55Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 1 2 3 4 5 6 Tekanan Air a Air Normal 9.136 5.120 64.456 20.224 b Air Banjir 22.479 7.920 128.252 37.027 c Tekanan Lumpur 5.482 1.023 38.674 4.041 d Berat Sendiri Bendung 54.444 214.773 Gaya Gempa e Gempa Horisontal - 5.444 13.221 13.221 f Gempa Vertikal 2.722 - 10.739 10.739 Gaya Angkat g Air Normal 9.847 0.273 2.245 48.806 h Air Banjir 12.011 0.544 2.731 61.653 III.6. Kontrol Stabilitas Bendung Kombinasi gaya-gaya yang bekerja pada bendung: III.6.1. Tanpa Gempa Tegangan ijin tanah σ’= 20 t/m2 1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure ΣH = a(4) + c(4) + g(4) = 6,832 + 1,364 + 1,03 = 9,226 t ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + g(3) = 4,224 + 2,534 + 54,991 + 11,2 = 72,949 t ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + g(5) = 18,923 + 11,35 + 159,154 + 1,61 = 191,037 tm ΣM0 = a(6) + c(6) + g(6) = 51,228 + 10,227 + 52,843 = 114,298 tm Kontrol : a) Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 671,1 114,298 191,037  .............. ≥ 1,50 (OK!) b) Terhadap geser (sliding)
  • 42. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 56Perancangan Irigasi dan Bangunan Air SF = H Vf   =   534,5 9,226 72,949.70,0  .......≥ 1,20 (OK!) keterangan : f = koefisien geser c) Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MMr   0 = m05,1 72,949 298,114037,191    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m577,005,1 2 5,7   Jarak e masih terletak di dalam ‘ Bidang Kern’ e = 577,0 m < 6 5,7 6  B e < 1,25 m  Tegangan yang terjadi pada tanah akibat beban–beban pada bendung : σ = yI x.M A V   = y 3 x x yx b.b. 12 1 b.0,5.e.V b.b V    8.50
  • 43. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 57Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = y 2 xyx b.b e.V.6 b.b V    =         xy b e.6 1 b.xb V Tegangan izin tanah dasar (σ’) =2,0 kg/cm2 = 20 t/m2  Tegangan tanah dikontrol per 1 meter panjang bendung : σmax=            7,5 0,577.6 1 17,5. 72,949 = 14,2 t/m2< σ’= 20 t/m2 (OK!) σmin=            7,5 0,577.6 1 17,5. 72,949 = 5,23 t/m2 > 0 (OK!) 2. Keadaan Banjir dengan Uplift Pressure ΣH = b(4) + c(4) + h(4) = 7,926 + 1,364 – 1,915 = 7,375 t ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + h(3) = 17,09 + 2,534 + 54,991+ 17,312 = 91,927 t ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5) = 90,962+ 11,35+ 159,154+ 2,512 = 263,978 tm ΣM0 = b(6) + c(6) + h(6) = 102,25+ 10,227+ 71,55 = 184,02 tm Kontrol : a) Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 43,2 184,02 263,978  ≥ 1,50 (OK !) b) Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   72,8 7,375 91,927.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c) Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
  • 44. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 58Perancangan Irigasi dan Bangunan Air a = V MM 0r   = m2,86 91,927 02,184978,263    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m0,4986,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m  Tegangan pada tanah dasar σ =         xy b e.6 1 b.xb V σmax =            7,5 0,49.6 1 1.7,5 91,927 = 17,06 t/m2 < σ’= 20 t/m2 (OK !) σmin =            7,5 0,49.6 1 1.7,5 91,927 = 7,45 t/m2 > 0 (OK !) III.6.2. Dengan Gempa Horizontal Tegangan ijin tanah (dengan gempa) σ’= 20 t/m2 x 1,3 = 26 t/m2 1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure ΣH = a(4) + c(4) + e(4) + g(4) = 6,832+ 1,364 + 5,4991+ 1,03 = 14,72 t ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + g(3) = 4,224+ 2,534+ 54,991+ 11,2 = 72,94 t ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) +g(5) = 18,923+ 11,35+ 159,154+ 1,61 = 191,03 tm ΣM0 = a(6) + c(6) + e(6) + g(6) = 51,228+ 10,227+ 19,4726+ 52,843 = 133,7 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 42,2 133,7 191,03  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding)
  • 45. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 59Perancangan Irigasi dan Bangunan Air SF = H Vf   =   46,3 14,72 72,94.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MMr   0 = m2,42 133,7 7,133191,03    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m45,042,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xy b e.6 1 b.xb V σmax =            7,5 0,45.6 1 1.7,5 133,7 = 24,2 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !) σmin =            7,5 0,45.6 1 1.7,5 133,7 = 11,4 t/m2 > 0 (OK !) 2. Keadaan Air Normal tanpa Uplift Pressure ΣH = a(4) + c(4) + e(4) = 6,832+ 1,364+ 5,4991 = 13,695 t ΣV = a(3) + c(3) + d(3) = 4,224+ 2,534+ 54,991 = 61,749 t ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) = 18,923+ 11,352 + 159,154 = 189,42 tm ΣM0 = a(6) + c(6) + e(6) = 51,228 + 10,227 + 19,4726 = 80,92 tm
  • 46. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 60Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 34,2 92,80 42,189  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   15,3 695,13 61,749.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MM 0r   = m75,2 749,61 92,8042,189    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m175,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =            7,5 1.6 1 1.7,5 749,61 = 14,8 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !) σmin =            7,5 1.6 1 1.7,5 749,61 = 1,64 t/m2 > 0 (OK !) 3. Keadaan Air Banjir dengan Uplift Pressure ΣH = b(4) + c(4) + e(4) + h(4) = 7,926+ 1,364 + 5,4991- 1,915 = 12,87 t ΣV = b(3) + c(3) + d(3) - h(3) = 17,09 + 2,534 + 54,991 – 17,312 = 57,3 t ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5) = 90,962+ 11,35 + 159,154+ 2,512 = 263,978 tm ΣM0 = b(6) + c(6) + e(6) + h(6)
  • 47. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 61Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 102,25 + 10,227 + 19,4726 + 71,55 = 203,49 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 29,2 49,203 978,263  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   11,3 87,12 57,3.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MM 0r   = m63,2 3,57 49,203978,263    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m12,163,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =            7,5 1,12.6 1 1.7,5 3,57 = 14,48 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !) σmin =          7,5 (1,12).6 1 17,5. 3,57 = 0,79 t/m2 > 0 (OK !) 4. Keadaan Air Banjir tanpa Uplift Pressure ΣH = b(4) + c(4) + e(4) = 7,926 + 1,364 + 5,4991 = 14,789 t ΣV = b(3) + c(3) + d(3) = 17,09+ 2,534 + 54,991 = 74,615 t ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + e(5) = 90,962+ 11,35+ 159,154 + 0 = 261,466 tm
  • 48. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 62Perancangan Irigasi dan Bangunan Air ΣM0 = b(6) + c(6) + e(6) = 102,25+ 10,227+ 19,4726 = 131,94 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 98,1 94,131 466,261  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   53,3 789,14 74,615.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MM 0r   = m85,2 615,74 94,131466,261    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m9,085,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =            7,5 0,9.6 1 1.7,5 615,74 = 17,11 t/m2 < σ’= 26 t/m2(OK !) σmin =            7,5 0,9.6 1 1.7,5 615,74 = 2,78 > 0 (OK !) III.6.3. Dengan Gempa Vertikal Tegangan ijin tanah (dengan gempa) σ’= 20 t/m2 x 1,3 = 26 t/m2 1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure ΣH = a(4) + c(4) + g(4)
  • 49. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 63Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 6,832 + 1,364 + 1,03 = 9,226 t ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3) – g(3) = 4,224 + 2,534 + 54,991 + 2,74 – 11,2 = 53,289 t ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + f(5) + g(5) = 18,923 + 11,35 + 159,154+ 7,95 + 1,61 = 198,987 tm ΣM0 = a(6) +c(6) + f(6) + g(6) = 51,228 + 10,227 + 0 + 52,843 = 114,298 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 74,1 298,114 987,198  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   04,4 226,9 53,289.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MMr   0 = m58,2 289,53 298,114987,198    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m17,158,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =            7,5 1,17.6 1 1.7,5 289,53 = 13,75 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !) σmin =            7,5 1,17.6 1 1.7,5 289,53 = 0,454 t/m2 > 0 (OK !) 2. Keadaan Air Normal tanpa Uplift Pressure ΣH = a(4) + c(4)
  • 50. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 64Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 6,832 + 7,926 = 14,75 t ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3) = 4,224 + 17,09 + 2,534 + 2,74 = 26,588 t ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + f(5) = 18,923 + 11,35 + 159,154 + 7,95 = 197,377 tm ΣM0 = a(6) + c(6) = 51,228 + 10,227 = 61,455 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 21,3 455,61 377,197  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   26,1 75,14 26,588.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MM 0r   = m11,3 588,26 455,61377,197    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m64,011,3 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =            7,5 0,64.6 1 1.7,5 588,26 = 5,36 t/m2 < σ’=26 t/m2 (OK !) σmin =            7,5 0,64.6 1 1.7,5 588,26 = 1,72 t/m2 > 0 (OK !) 3. Keadaan Air Banjir dengan Uplift Pressure
  • 51. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 65Perancangan Irigasi dan Bangunan Air ΣH = b(4) + c(4) + h(4) = 7,926+ 1,364 - 1,915 = 7,375 t ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + f(3) – h(3) = 17,09 + 2,534 + 54,991+ 2,74– 17,312 = 60,043 t ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5) = 90,962 + 11,35 + 159,154 + 2,512 = 263,978 tm ΣM0 = b(6) + c(6) + f(6) + h(6) = 102,25 + 10,227 + 0 + 71,55 = 184,027 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 43,2 027,184 978,263  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   69,5 375,7 60,043.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MM 0r   = m53,2 043,60 027,184978,263    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m22,153,2 2 5,7  < 6 B = 1,25 m  Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =          7,5 .(1,22)6 1 1.7,5 043,60 = 15,8 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !) σmin =          7,5 .(1,22)6 1 1.7,5 043,60 = 0,192 t/m2 > 0 (OK !)
  • 52. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 66Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 4. Keadaan Air Banjir tanpa Uplift Pressure ΣH = b(4) + c(4) = 7,926 + 1,364 = 9,29 t ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + f(3) = 17,09 + 2,534 + 54,991+ 2,74 = 77,355 t ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + f(5) = 90,962 + 11,35 + 159,154 + 7,95 = 269,416 tm ΣM0 = b(6) + c(6) = 102,25 + 10,227 = 112,477 tm Kontrol : a).Terhadap guling (over turning) SF = 0 r M M   = 39,2 477,112 416,269  ≥ 1,50 (OK !) b).Terhadap geser (sliding) SF = H Vf   =   82,5 29,9 77,355.7,0  ≥ 1,20 (OK !) keterangan : f = koefisien geser c). Terhadap daya dukung tanah (over stressing)  Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O. a = V MM 0r   = m02,3 355,77 477,112416,269    Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung. e = a 2 B  = m73,002,3 2 5,7  < 6 B = 1,25 m Tegangan pada tanah dasar σ =         xyx b e.6 1 b.b V σmax =           7,5 0,73.6 1 1.7,5 355,77 = 16,337 t/m2 < σ’= 26 t/m2 (OK !!)
  • 53. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 67Perancangan Irigasi dan Bangunan Air σmin =          7,5 (0,73).6 1 1.7,5 355,77 = 4,29 t/m2 > 0 (OK !!) Tabel 3.11 Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya yang Bekerja pada Tubuh Bendung Kombinasi gaya – gaya pada tubuh bendung SF Tegangan Tanah Tanpa Gempa Dengan Gempa Guling Geser Max Min Max Min ≥1,5 ≥1,2 < 22 t/m2 > 0 < 28.6 t/m2 > 0 1 Tanpa gempa a. Air normal + gaya angkat 4.38 8.61 16.61 1.95 - - b. Air banjir + gaya angkat 3.74 6.97 21.04 1.18 - - 2 Dengan gempa horizontal a. Air normal + gaya angkat 3.71 4.66 - - 17.71 0.85 b. Air normal 8.48 4.17 - - 9.21 7.04 c. Air banjir + gaya angkat 3.32 4.43 - - 22.13 0.08 d. Air banjir 7.03 4.01 - - 11.59 7.80 3 Dengan gempa vertikal a. Air normal + gaya angkat 3.95 6.76 - - 8.63 5.95 b. Air normal 13.54 8.18 - - 8.50 8.39 c. Air banjir + gaya angkat 3.39 5.39 - - 11.90 5.30
  • 54. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 68Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 0.5a dasar sungai Q M . A . N M . A . B pintu intake z h d. Air banjir 9.56 6.66 - - 10.88 9.15 BAB IV BANGUNAN PENGAMBILAN DAN PEMBILAS IV.1. Bangunan Pengambilan (Intake Gate) Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil air dari sungai dalam jumlah yang diinginkan. Pengambilan dibuat dekat dengan pembilas dan as bendung. Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya terbuka untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan pintu bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang dizinkan. Kecepatan ini bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Tinggi Ambang (p) intake tergantung jenis endapannya, dan direncanakan diatas dasar dengan ketentuan sebagai berikut: p = 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau atau lumpur p = 0,50 ~ 1,00 m jika sungai juga mengangkut pasir dan kerikil p = 1,00 ~ 1,50 m jika sungai juga menangkut batu-batuan dan bongkahan. Hal tersebut di atas dimaksudkan agar sedimen-sedimen seperti lanau, pasir, kerikil, dan batu tidak ikut terbawa ke dalam saluran pengambilan.
  • 55. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 69Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Gambar 4.1 Skema Bentuk Bangunan Pengambilan (Intake) Ketentuan:  Kecepatan aliran adalah 0,6 m/dtk sampai 1 m/dtk  c = 0,6 untuk b < 1 m…………………………..….(1)  c = 0,7 – 0,72 untuk 1,5 < b < 2,0 ………………...(2)  Ukuran penampang b : h = 1 : 1 b : h = 1,5 : 1 b : h = 2 : 1 Dipilih perbandingan 1,5 : 1  Tinggi ambang intake tergantung jenis endapannya, yaitu untuk endapan lumpur (t = 0,5 m), pasir + kerikil (t = 0,5 ~ 1 m) dan bebatuan ( t = 1~1,5 m) Debit pengambilan rencana (Qpr) = 2,0 m3/dt Kecepatan air diambil = 1 m/dt A = v Q = 1 0,2 = 2,0 m2 A = b . h = (1,5.h).h = 1,5 h2 h = (A/1,5)0,5
  • 56. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 70Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 0.5a + 650,50 1 m Q M . A . N M . A . B h + 651,50 + 657,05 + 658,567 = 1,53 m = (2,0/1,5) 0,5 = 1,154701 m = 1,20 m b = 1,5. h = 1,5 . (1,20) = 1,8 m (memenuhi persyaratan (2)) Yang lebih menentukan disini adalah lebar pintu. Diambil lebar pintu 2 m Koefisien debit (c) = 0,7 untuk b > 1 m. v = c zg..2 z = .2gc v 2 2 z = .2(9,81)0,7 1 2 2 = 0,104 m Kontrol : Q’ = zg..2.c.A = zg..2.c.(bh) = 0,1049,81..2.1,2).0,7.(2 = 2,16 m3/dt > Q. (OK !) Keterangan : z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m) b = lebar bukaan (m) h = tinggi bukaan (m) Q = debit pengambilan (m3/dt) +170,378 +168,2 +166 1,2 m
  • 57. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 71Perancangan Irigasi dan Bangunan Air a ab Gambar 4.2 Perencanaan Pintu Pengambilan Elevasi dasar bendung : + 165 m Elevasi ambang : + 166 m Elevasi muka air normal : + 168,2 m Elevasi muka air banjir : + 170,378 m IV.1.1. Perencanaan Pintu Pengambilan Tinggi M.A.B dari elevasi dasar bendung = 5,378 m.  Tinggi ambang di bawah pintu pengambilan diambil = 1,0 m. h2 = 5,378 – 1 = 4,378 m  Pintu sekat balok digunakan papan kayu jati dengan lebar papan adalah 25 cm = 0,25 m h1 = 4,378 – 0,25 = 4,128 m Tekanan yang diterima papan masing - masing papan : P = h).hw.(h. 2 1 21  = 25,0).378,4.(4,1281. 2 1  = 1,063 t/m L = b + a 2 1 a 2 1  = b + a ; a = 0,15 m = 1,8+ 0,15 = 1,95 m +165
  • 58. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 72Perancangan Irigasi dan Bangunan Air + 658,567 + 650,50 7,067 m 6,817 m 0.25 0.15 1,3 m m m P 1,2 m Gambar 4.3 Perencanaan Pintu Pengambil M = . .8 1 P . L 2 = . .8 1 1,063. 1,95 2 = 0,505 tm Kayu jati dengan = 1300 t/m2 ( PPKI 1961 hal 6) Kayu terendam air = 2/3 . 1300 t/m2 = 866,67 t/m2 (PKKI pasal 6 ayat 1) = w M = Iy xM. = 3 th..1/12 t)(1/2M. = 2 t.h.1/6 M. t 2 = .h M6 t = 866,67.0,25 0,505.6 t = 0,11 m = 11 cm Keterangan : P = tekanan air di depan pintu (t/m) L = panjang pintu pengambilan (m) M = momen lendutan pada pintu (tm) t = tebal pintu pengambilan (cm)    4,378 m 13 cm+170,378 4,128 m
  • 59. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 73Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 6.537 1.530 2.300 MAB Perencanaan pintu air (baja) dengan data :  Lebar pintu = 1,8 m  Tinggi pintu = 1,2 m  Tinggi Muka air banjir = 4,378 m  Muka air di atas pintu = 4,378 – 1,2 = 3,178 m Direncanakan :  2 kerangka horizontal  2 kerangka vertikal 3,178 m 1,20 m 1,8 m
  • 60. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 74Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 5.3780 1.7927 1.7927 1.7927 h1=1.7927 h2=3.1028 h3=4.3911 L1=1.3101 L2=1.2883 L3=0.9869 p2 p3 p1 p4 k2 k3 k1 p2' p3' p1' p4' k2' k3' k1' 0.6551 1.2992 1.1376
  • 61. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 75Perancangan Irigasi dan Bangunan Air L1 K1 P2 a1 b1 P1  Akibat Tekanan Air )t/m1a( 2  P1 = a .h1 = 1,7927 t/m2 P2 = a .h2 = 3,1028 t/m2 P3 = a .h3 = 4,3991 t/m2 P4 = a .h4 = 5,378 t/m2  Gaya – gaya yang bekerja (K) Ki =  ij ji h-h 2 PP  K1 =  1,7927-3,0128 2 3,10281,7927 = 3,2 t/m K2 =  3,1028-4,3991 2 3991,41028,3  = 4,86 t/m K3 = )3991,4378,5( 2 378,53991,4   = 4,785 t/m  Lengan Kerja K Tinjau segmen yang berupa trpesium Rumus : )P(P3 L)PP(2 1a 21 121    )P(P3 L)PP(2 1b 21 112    Sehingga : 713,0 3,1028)(1,79273 1,31011,7927).3,1028(2 1b     m y1 = h1 + b1 = 1,7927 + 0,714 = 2,506 m m681,0 3,1028)(4,39913 1,28833,1028)4,3991.(2 2b    
  • 62. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 76Perancangan Irigasi dan Bangunan Air y2 = h2 + b2 = 3,1028 + 0,681 = 3,784 m m0,51 5,378)(4,39913 0,9869)4,39915,378.(2 3b     y3 = h3 + b3 = 5,378+0,51 = 5,888 m  Akibat Tekanan Sedimen Diambil gaya gesek dalam   = 30o Ka = 3 1 2 30 45tg2        P1’= 0 P2’= L1..ka s = 1/3 . 1,75 . 1,3101 = 0,764 t/m P3’= L2..ka s = 1/3 . 1,75 . (1,3101+1,2883) = 1,515 t/m P4’= L3..ka s = 1/3 . 1,75 . (1,3101+1,2883+ 0,9869) = 2,09 t/m Gaya yang bekerja : K1’ = 1L 2 'P'P 21  = ,31011 2 ,76400  = 0,5 t/m K2’ = 2L 2 'P'P 32  = 1,2883 2 515,10,764  = 1,468 t/m K3’ = 3L 2 'P'P 43  = 0,9869 2 2,091,515  = 1,778 t/m  Kombinasi Beban Kt1 = K1 + K1’= 3,2 + 0,5 = 3,7 t/m Kt2 = K2 + K2’= 4,86 + 1,468 = 6,328 t/m Kt3 = K3 + K3’= 4,785 + 1,778 = 6,563 t/m Diambil nilai yang terbesar yaitu Kt3 = 6,563 t/m
  • 63. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 77Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 11,561 t/m' 2.330 Mmax Beban tersebut dianggap beban merata yang bekerja pada lebar pintu dengan perletakan dianggap sendi roll. Mmax = . .8 1 q . L 2 = . .8 1 6,563. 2,102 = 3,617 tm = 3,617 x 105 kg cm = W Mmax W propil = 76,212 1700 10x3,617 5  cm3 Dari tabel profil baja, dipakai Wf = 150 x 150 didapat data sebagai berikut : Wx = 219cm3 Berat = 31,5 kg/m h = 150 mm b = 150 mm  2,10 m 6,563 t/m
  • 64. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 78Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Kerangka Vertikal d0 = 1,7927 + (0,6551/2) = 2,12 m d1 = 1,7927 + 0,6551 + (1,292/2) = 3,09 m d2 = 1,7927 + 0,6551 + 1,2992 + (1,1376/2) = 4,31 m d3 = 1,7927 + 0,6551 + 1,2992 + 1,1376 + (0,49/2) = 5,12 m ▫ Akibat Tekanan Hidrostatis dan Sedimen Qo = Po + Po’ =  1,7927-do..Kado.a s  = 1 . 2,12 + 1/3 . 1.75 . (2,12 – 1,7927) = 2,31 t/m2 Q1 = P1 + P1’ =  1,7927-d1..Kad1.a s  = 1 . 3,09+ 1/3 . 1,75 . (3,09– 1,7927) = 3,84 t/m2 Q2 = P2 + P2’ =  1,7927-d2..Kad2.a s  = 1 . 4,31 + 1/3 . 1,75 . (4,31 – 1,7927) = 5,77 t/m2 Q3 = P3 + P3’ =  1,7927-d3..Kad3.a s  = 1 . 5,12 + 1/3 . 1,75 (5,12 – 1,7927) = 7,06 t/m2
  • 65. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 79Perancangan Irigasi dan Bangunan Air ▫ Perataan Beban Mmax = ½ . q . l . ½ .l – ½ q l . ¼ l = 1/8 q l2 .........................(1) Beban = 2 L q = 2 . ½ . l . h .q = l . h .q Reaksi = ½ . q . l .h Mmax = ½ . q . l . ½ .l – ½ q l .1/3. l/2 = 1/4. q . l 2.h – 1/12 . q .l2 h = 1/6 . q . l2 . h .................(2) Dari persamaan 1 dan 2, diperoleh : 1/8 . q . l2 = 1/6 .q .l2 . h ; dimana q = tekanan hidrostatis + sedimen q = 8/6 q . h h = ½ b = ½ . 0,6 = 0,3 m = 4/3 . q . h Maka, qo = 4/3 . Qo . 0,3 = 4/3 . 2,31. 0,3 = 0,924 t/m’ q1 = 4/3 . Q1 . 0,3 = 4/3 . 3,84. 0,3 = 1,536 t/m’ q2 = 4/3 . Q2 . 0,3 = 4/3 . 5,77. 0,3 = 2,308 t/m’ q3 = 4/3 . Q3 . 0,3 = 4/3 . 7,06. 0,3 = 2,824 t/m’ dipakai nilai qmax yaitu 2,824 t/m’
  • 66. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 80Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Mmax = 1/6 . q . l2 = 1/6 . 2,824. 1,82 = 1,52496 tm = 152496 kg cm = w Mmax W propil = 7,89 1700 152496  cm3 Dari tabel profil baja, didapat data sebagai berikut : Wx = 138 cm3 Berat = 21,1 kg/m h = 148 mm b = 100 mm ▫ Perhitungan Tebal Pelat Dipakai Q terbesar = 7,06 t/m2 = 0,706 kg/cm2 Rumus Bach : Q t b ba ak f 2 22 2 2         ; dimana f a' = 1700 kg/cm2, k = 0,8 Q t b ba ak ult 2 22 2 2         706,0 100 100148 148 2 8,0 1700 2 22 2         t 2 84,1938 1700 t  t = 1,06 cm = 10,6 mm ≈ 11 mm Untuk antisipasi karat, tebal pelat ditambah 1 mm, maka t = 12 mm IV.1.2. Dimensi Saluran Primer Q = 2,5 m3/dtk b = 1,8 m 
  • 67. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 81Perancangan Irigasi dan Bangunan Air v = 1 m/dtk Kemiringan talud = 1 : 1 A = ½ (b + b + 2.h).h = ½ (1,8 + 1,8 + 2.h).h = 1,8.h + h2 Q = A.v 2,5 m3/dtk = (1,8 h + h2).1 h2 + 1,8h – 2,5 = 0 Dengan menggunakan rumus ABC : , maka didapatkan : h = 0,78 m ≈ 1 m Tinggi jagaan diambil = 0,60 m (diambil dari tabel ) Tinggi saluran : H = 1+ 0,60 = 1,30 m Keterangan : Q = debit pengambilan (m3/dt) b = lebar dasar saluran (m) h = tinggi air (m) A = luas saluran (m2) V = kecepatan pengambilan (m/dt) Gambar 4.4 Sketsa Rencana Dimensi Saluran 2a 4acbb 2  1,8 m 0,78 m 0,60 m 0,78 m
  • 68. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 82Perancangan Irigasi dan Bangunan Air IV.2. Bangunan Pembilas (Flushing Gate) Bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak mungkin benda – benda terapung dan fraksi – fraksi sedimen kasar yang yang masuk ke jaringan saluran irigasi. Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan – bahan kasar di depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasi tepat di depan pengambilan. Lebar sekat balok (b) = 1,95 m. (data dari Bab II Perencanaan Badan Bendung) Rumus kecepatan yang dipakai pada pintu pembilas : dimana : vc = Kecepatan kritis yang diperlukan untuk pengurasan ( m/dt) c = Koefisien (tergantung dari bentuk endapan). Harga koefisien 3,2 ~ 5,5 d = Diameter butir / endapan maksimum Jadi, kecepatan pembilasan sangat ditentukan oleh diameter butir maksimum yang lewat, di mana dianggap diameter material (d) adalah 0,3 m dan c yang diambil adalah 4,5. Maka : vc = dc 5,1 = 0,30.4,5.5,1 = 3,697 m/dt IV.2.1. Pintu Terbuka Sebagian Rumus: vc = z.g.2.c = )y1/2-(H.g.2.c vc = dc 5.1
  • 69. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 83Perancangan Irigasi dan Bangunan Air dimana : c = koefisien (tergantung dari lebar pintu) = 0,7 y = tinggi bukaan pintu z = H – ½ y = g2.c Vc 2 2 z = )81,92(7,0 3,697 2 2  = 1,42 m ½ y = H – z = 3,2 – 1,42 = 1,78 m y = 3,56 m  karena tinggi pintu terbuka y > H, maka tinggi pintu pembilas tidak bisa terbuka sebagian. Gambar. 4.5. Pintu Pembilas Terbuka Sebagian M.A.N. +168,2 m H = 3,2 m Elev. Dasar Sungai +165 m
  • 70. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 84Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Keterangan : vc = kecepatan pembilasan (m/dt) c = koefisien pengaliran (0,7) y = tinggi bukaan pintu (m) H = M.A.N = minimum head, tinggi minimum bukaan untuk pengurasan (m) IV.2.2. Pintu Terbuka Penuh Bukaan penuh (tinggi bukaan untuk pengurasan) Rumus : Q = z.g.2db  Dimana : A = b . d µ = 0,75 Q = zgμdb  2 = 3 2 H gμdb  = 3 81,9275,0 H )(A  = HA 918,1 Vc = A Q 3,697 = A HA 918,1 H =3,7 m (tinggi minimum untuk pengurasan/pembilasan) z = m H 23,1 3 7,3 3  d = H – z = 3,7 – 1,23 =2,47 m g = 9,81 m2/dt z = 3 H
  • 71. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 85Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Gambar 4.6. Pintu Pembilas Terbuka penuh  Pembebanan dan Perencanaan Dimensi Pintu Pembilas Tinggi balok yang menerima beban paling besar diambil, h = 0,25 m γw = 1 t/m3 γs = 0,6 t/m3 Ø = 30o Ka = tan2 (45o - Ø/2) = 1/3  Akibat tekanan air h1 = M.A.B = 5,378 m h2 = 5,378 – 0,25 = 5,128 m Pw = h 2 )h(hair 21   = 0,25 2 )128,5(5,3781   = 1,313 t/m  Akibat tekanan lumpur h3 = 3,2 m (tinggi bendung) h4 = 3,2 – 0,25 = 2,95 m MAN +168,2 m +165,2 m +168,7 m H= 3,7 m d= 2,47 m z= 1,23 m
  • 72. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 86Perancangan Irigasi dan Bangunan Air  lumpur = 0.6 t/m3 Ps =   h hhγs   2 43 = 0,25 2 2,95)(3,2.,60   = 0,461 t/m  Tekanan total yang terjadi pada pintu Ptotal = Pw + Ps = 1,313 + 0,461 = 1,774 t/m  Momen Lentur Lebar sekat balok (b) = 1,95 m L =a+ b + a = 0,15+1,95 + 0,15 = 2,25 m M = 2 8 1 LPtot  = 2 25,21,774 8 1  = 0,66 tm Dipakai Kayu Kelas I, = 1500 t/m2 ( PKKI’61 hal 6) Kayu terendam air, = 3 2 x 1500 = 1000 t/m2 = w M = 2 6 1 th M  1000 = 2 t0,25 6 1 0,66  t =        6 1 25,01000 66,0 t = 0,125 m = 12,5 cm    
  • 73. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 87Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Keterangan : P = tekanan air di depan pintu (t/m) L = panjang pintu pembilas (m) M = momen lentur pada pintu (tm) t = tebal pintu pembilas (cm)
  • 74. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 88Perancangan Irigasi dan Bangunan Air BAB V PERENCANAAN KANTUNG LUMPUR Pengambilan satu sisi : Debit pengambilan (Q) = 2,5 m3/dt Lebar saluran (b) = 2 m Tinggi air di saluran (h) = 1 m Kecepatan pengambilan (v) = 1 m/dt Menurut Stoke : ψ = 0,00856 T0,00022T0,03771 0,0178 2 cc   w =   g ψ γwγs D    2 18 1 =   9,8 0,00856 1-2,7 0,01 18 1 2  = 0,011 m/dt Keterangan : D = diameter sedimen = 0,01 m γs = berat jenis sedimen = 2,7 t/m3 γw = berat jenis air = 1,0 t/m3 w = kecepatan jatuh (m/dt) ψ = koefisien viskositas (t/m3) Lebar kantong lumpur = 2 x 5 = 10 m Kemiringan melintang saluran 1 : 1  Luas penampang basah A = (b + m . h) h = (10 + 1 . 1) 1 = 11 m2 v = A Q
  • 75. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 89Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 11 2,5 = 0,227 m/dt  Panjang kantong lumpur L = h w v  = m20,66111 0,011 0,227  20 m  Menentukan Aliran Kritis Luas aliran kritis (Ac) = (b + m . Yc) . Yc Permukaan Kritis (Tc) = b + 2m . Yc Kedalaman hidrolis (dc) = cT Ac vc =  cdg  =   c cc Ymb YYmb g    2 ...............(1) vc = Ac Qc = Ac Q0,75 ........................(2) Persamaan (1) dan (2)    2 75.0 2           Ac Q Ycmb YcYcmb g Syarat Kritis FR = 1     YcmbQ YcYcmbg   25625.0 2 3 Tinggi aliran kritis : Bagian Perkiraan Yc (m) 0,300 0,400 0,416 (b + m Yc) Yc 0,690 0,960 1,005 g ((b + m Yc) Yc)3 3,223 8,679 9,960 0,5625 Q2 (b + 2mYc) 9,141 9,844 9,956 0,353 0,882 1,000     )mY2b(Q5625,0 YmYbg c 2 3 cc  
  • 76. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 90Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tinggi aliran kritis (Yc) = 1 m  Kecepatan aliran kritis Vc =   c cc Ymb YYmb g    2 = . 00,1121 00,1)00,11(28.9   = 2,712 m/dt  Luas penampang basah pada aliran kritis Ac = (b + m . Yc) . Yc = (2 + 1 × 1) . 1 = 3 m2  Keliling basah penampang pada aliran kritis Pc = (b + 2 . Yc) . 12 m = (2 + 2 × 1) . 112  = 4 m  Jari – jari hidrolis pada aliran kritis : Rc = Pc Ac = 4 3 = 0,75 m  Kemiringan Memanjang Rumus Strickler Untuk kondisi menurut gambar : Kc = 1/n dimana n = 0,02 = 1/0,02 = 50 n = 0,02 tanah asli
  • 77. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 91Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 5 m 1 m Kemiringan kritis (Ic) Ic = 2 3 2          cc c RK v = 2 3 2 57,050 712,2        = 0,0043 Kedalaman kantong : Dc = Ic . L = 0,0043 . 20 = 0,086 m Gambar 5.1. Potongan memanjang kantong lumpur Gambar 5.2. Potongan I - I 46 m w v 0,38 m 1 m I I 21 m 0,086 m 10 m
  • 78. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 92Perancangan Irigasi dan Bangunan Air
  • 79. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 93Perancangan Irigasi dan Bangunan Air BAB VI PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH (DPT) VI.1. Data Umum Perencanaan Elevasi muka tanah di tepi sungai = + 235,2 m Elevasi dasar sungai = + 215 m Tinggi muka air banjir = 5,5504 m Elevasi muka air banjir = + 220,5504 m Tegangan ijin tanah (σ’t) = 15 t/m2 Berat volume tanah di tepi sungai (γt) = 1,6 t/m3 Sudut gesek dalam tanah (Ø) = 30o Berat volume pasangan batu kali (γps) = 2,2 t/m3 Tegangan lentur pasangan batu kali (σ’) = 100 t/m2 Tegangan geser pasangan batu kali (τ’) = 20 t/m2 VI.2. Perencanaan Umum Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut : h = h1 + h2  Direncanakan tinggi pondasi (h1) : 3,0 m  Direncanakan tinggi jagaan : 1,0 m  Tinggi air banjir + tinggi jagaan (h2) : 5,5504 + 1 = 6,5504 m  Tinggi rencana DPT (h) : 3 + 6,5504 = 9,5504 m  Tegangan ijin untuk pasangan batu kali :  Tegangan tekan = 100 t/m2  Tegangan tarik = 0 t/m2  Tegangan geser = 20 t/m2  Berat volume :  Pasangan batu kali = 2,2 t/m3
  • 80. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 94Perancangan Irigasi dan Bangunan Air  Tanah = 1,6 t/m3 Tinjauan berat (w) lurus gambar 1 m Berat volume pasangan batu pasangan = 2,2 t/m3. 1 m = 2,2 t/m2 ahtan = 1,6 t/m3 .1 m = 1,6 t/m2  Kuat geser tanah dasar :  Tanah dasar kondisi normal = 35 t/m2  Tanah dasar kondisi tertentu= 70 t/m2 VI.2.1. Pada Hulu Bendung Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut : Gambar 6.1 Dimensi Dinding Penahan Tanah
  • 81. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 95Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tabel 6.1 Gaya Vertikal Akibat Berat Sendiri Bendung dan Tanah di atas DPT Bagian V (t) x (m) Mr (tm) 1 2,2 . 12,5 . 3 = 82,5 6,25 515,625 2 2,2 . 1. 6,5504 = 14,4108 3 43,23 3 2,2 . 1 . 6,0504 = 13,310 4 53,243 4 2,2 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 53,243 7,17 381,756 5 1,6 . 9 . 0,5 = 7,2 8 57,6 6 1,6 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 38,72 8,948 346,489 Σ V Σ V = 209,383 t Σ Mr = 1397,94 tm Momen ditinjau terhadap titik A Tekanan tanah aktif pada dinding : Ka = tan2 (45o – Ø/2) = tan2 (45o – 30o/2) = 0,333 Pa = Ka . 2 1 . γt . h2 = 0,333 . 2 1 . 1,6 . 9,55042 = 24,298 ton Titik tangkap tekanan tanah aktif = 9,5504/3 = 3,183 m Momen guling akibat tekanan tanah aktif : M01 = 24,298. 3,183 = 77,351 tm Dalam hal ini tekanan tanah pasif pada DPT diabaikan karena tekanan tanah pasif diyakini tidak akan selalu bekerja mengingat adanya kemungkinan tanah akan tergerus air. A. Akibat Gempa Horizontal:
  • 82. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 96Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Kh = 0,1 H = kh . Σ H = 0,1 . 0 = 0 ton M02 = kh .Σ M0 = 0,1 . 0 = 0 ton m B. Akibat Gempa Vertikal : Kv = 0,05 V = kv . Σ V = 0,05 . 209,383 = 10,469 ton M03 = kv . Σ Mr = 0,05 . 1397,94 = 69,897 ton m VI.2.2. Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah (DPT) A. Tanpa Gempa 1. Terhadap Guling Σ Mr = 1397,94 tm Σ M0 = M01 = 77,351 tm SF = 0 r M M   = 77,351 94,1397 = 18,003 > 1,50 (OK !) 2. Terhadap Geser Σ V = 209,383 t Σ H = Pa = 24,298 t
  • 83. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 97Perancangan Irigasi dan Bangunan Air SF = H tanV   = 298,24 30tan.209,383 o = 4,975 > 1,20 (OK!) 3. Terhadap Tegangan Tanah a = V MM 0r   = 383,209 351,771397,94  = 6,302 m e = b/2 – a = 12,5/2 – 6,302 = - 0,052 m < 6 b = 6 5,12 = 2,083 m σ =         b e.6 1 b V σmax =        12,5 (-0,052).6 1 5,12 383,209 14,3 t/m2 < σ’=15 t/m2 (OK !) σmin =       12,5 (-0,052).6 -1 5,12 383,209 15,2 t/m2 > 0 (OK !) 4. Terhadap Retak
  • 84. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 98Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Gambar 6.2 Asumsi dinding penahan tanah mengalami retak  Retak pada D – E Tekanan tanah aktif yang bekerja : Ka = 0,333 Pa = Ka . ½ . γt . h2 = 0,333 . ½ . 1,6 . 9,55042 = 24,298 t titik tangkap Pa = h/3 = 3,183 m  Momen guling (terhadap titik D) : M0 = Pa . y = 24,298. 3,183 = 77,351 tm Tabel 6.2 : Gaya vertikal berat sendiri dinding + tanah di atas tumit dinding V (t) x (m) Mr (tm) 2,2 . 6,5504 . 1 = 14,4 0,5 7,2
  • 85. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 99Perancangan Irigasi dan Bangunan Air 2,2 . 6,0504 . 1 = 13,31 1,5 19,97 2,2 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 53,243 4,67 248,647 1,6 . 9 . 0,5 = 6,4 7,2 32 1,6 . 0,5 . 8 . 6,0504 = 38,722 6,448 249,683 Σ V = 126,075 t Σ Mr = 557,5 tm Momen ditinjau terhadap titik D Tegangan lentur pasangan batu kali : a = V MM 0r   = 075,126 351,775,557  = 3,808 m e = b/2 – a = 10/2 – 3,808 = 1,19 m < b/6 = 10/6 = 1,67 σmax =         b e.6 1 b V =        10 1,19.6 1 10 075,126 = 21,6 t/m2 < σ’ = 100 t/m2 (OK !) σmin =         b e.6 1 b V =        10 1,19.6 1 10 075,126 = 3,605 t/m2 > 0 (OK!) Tegangan geser pasangan batu kali : H = 24,298 t D = Σ V tan Ø – H = 126,075 tan 30o – 24,298 = 48,49 t τ = 3/2 . L.b D = 3/2 . 1.10 49,48 = 7,2735 t/m2 < τ’ = 22 t/m2 (OK !)
  • 86. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 100Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tidak terjadi retak pada D – E. B. Dengan Gempa Vertikal 1. Terhadap Guling Σ Mr = 1397,94 tm Σ M0 = M01 + M03 = 77,351 + 69,897 = 147,548 tm SF = 0 rM M  = 474,9 548,147 1397,94  > 1,50 (OK !) 2. Terhadap Geser Σ V = 209,383 + 10,469 = 219,852 t Σ H = Pa = 24,298 t SF = H tanV   = 24,298 30tan.383,209 o = 4,975 > 1,20 (OK !) 3. Terhadap Tegangan Tanah a = V MM 0r   = 383,209 147,548-1397,94 = 5,97 m e = b/2 – a = 10/2 – 5,97 = -0,97m < b/6 = 10/6 = 1,67 m σ =         b e.6 1 b V σmax =         10 97,0.6 1 10 383,209 =8,75 t/m2 < σ’= 24,7 t/m2 (OK!)
  • 87. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 101Perancangan Irigasi dan Bangunan Air σmin =         10 97,0.6 1 10 383,209 = 33,124 t/m2 > 0 (OK !) 4. Terhadap Retak Retak pada D – E Σ V = 126,075 t V1 = kv . Σ V = 0,05 . 126,075 t = 6,3 t Σ V1= Σ V - V1 = 126,075 – 6,3 = 119,775 t Σ H = Pa = 24,298 t Σ Mr = 557,5 tm Σ M0 = M01 + M02 = 77,351 + (0,05 . 557,5) = 105,226 tm Tegangan lentur pasangan batu kali : a = 1 0r V MM   = 775,119 226,1055,557  = 3,776 m e = b/2 – a = 10/2 – 3,776 = 1,224 m < b/6 = 10/6 = 1,67 m σ =         b e.6 1 b V1 σmax =        10 224,1.6 1 10 775,119 = 20,8 t/m2 < σ’ = 100 t/m2 (OK !) σmin =        10 224,1.6 1 10 775,119 = 3,1812 t/m2 > 0 (OK !) Tegangan geser pasangan batu kali :
  • 88. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 102Perancangan Irigasi dan Bangunan Air D = Σ V1 tan Ø – Σ H = 126,075 tan 30o – 24,298 = 48,49 t τ = 3/2 . L.b D = 3/2 . 1.10 48,49 = 7,273 t/m2 < τ’ = 22 t/m2 (OK !) Tidak terjadi retak pada D – E. Tabel 6.3 : Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya yang Bekerja pada Dinding Penahan Tanah (DPT) Kombinasi gaya – gaya pada dinding penahan tanah SF Tegangan tanah Tegangan tanah guling > 1,50 geser > 1,20 max (19 t/m2) min > 0 max (24,7 t/m2) min > 0 Tanpa gempa 14,378 4,48 17,25 11,15 - - Dengan gempa horizontal 14,378 4,48 - - 17,25 11,15 Dengan gempa vertical 8,36 4,70 - - 10,92 9,08 Karena pada perhitungan stabilitas DPT, terdapat nilai σmax yang memenuhi nilai σ’tanah, maka pada DPT tersebut tidak perlu dibantu dengan menambahkan pondasi tiang. VI.2.3. Pada Hilir Bendung Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut : h = h1 + h2  Direncanakan tinggi pondasi (h1) : 1,0 m  Direncanakan tinggi jagaan : 1,0 m  Tinggi air banjir + tinggi jagaan (h2) : 3,3228 + 1 = 4,3228 m  Tinggi rencana DPT (h) : 1 + 4,3228 = 5,3228 m  Tegangan ijin untuk pasangan batu kali :
  • 89. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 103Perancangan Irigasi dan Bangunan Air  Tegangan tekan = 100 t/m2  Tegangan tarik = 0 t/m2  Tegangan geser = 20 t/m2  Berat volume :  Pasangan batu kali = 2,2 t/m3  Tanah = 1,6 t/m3 Tinjauan berat (w) lurus gambar 1 m Berat volume pasangan batu pasangan = 2,2 t/m3. 1 m = 2,2 t/m2 ahtan = 1,6 t/m3. 1 m = 1,6 t/m2  Kuat geser tanah dasar :  Tanah dasar kondisi normal = 35 t/m2  Tanah dasar kondisi tertentu = 70 t/m2
  • 90. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 104Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tabel 6.4 Gaya Vertikal Akibat Berat Sendiri Bendung dan Tanah di atas DPT Bagian V (t) x (m) Mr (tm) 1 2,2 . 6,5 . 1 = 14,3 3,375 48,2625 2 2,2 . 0,5 . 4,32 = 5,852 1,75 10,241 3 2,2 . 0,5 . 3,32 = 3,652 2,25 8,217 4 2,2 . 0,5 .4. 3,32 = 14,608 3,83 55,99 5 1,6 . 4,5 . 0,5 = 3,6 4,25 15,3 6 1,6 . 0,5 . 4 . 3,32 = 10,62 5,17 54,926 Σ V = 52,272 t Σ Mr = 192,936 tm Momen ditinjau terhadap titik A Tekanan tanah aktif pada dinding : Ka = tan2 (45o – Ø/2) = tan2 (45o – 30o/2) = 0,333 Pa = Ka . 2 1 . γt . h2 = 0,333 . 2 1 . 1,6 4,322 = 4,971 ton Titik tangkap tekanan tanah aktif 4,32/1 = 4,32 m Momen guling akibat tekanan tanah aktif : M01 = 4,971. 4,32 = 21,477 tm Dalam hal ini tekanan tanah pasif pada DPT diabaikan karena tekanan tanah pasif diyakini tidak akan selalu bekerja mengingat adanya kemungkinan tanah akan tergerus air.
  • 91. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 105Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Akibat Gempa Horizontal : Kh = 0,1 H = kh . Σ H = 0,1 . 0 = 0 ton M02 = kh .Σ M0 = 0,1 . 0 = 0 ton m Akibat Gempa Vertikal : Kv = 0,05 V = kv . Σ V = 0,05 . 52,272 = 2,6136 ton M03 = kv . Σ Mr = 0,05 . 192,936 = 9,6468 tm VI.2.4. Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah (DPT) A. Tanpa Gempa 1. Terhadap Guling Σ Mr = 192,936 tm Σ M0 = M01 = 21,477 tm SF = 0 r M M   = 21,477 192,936 = 8,98 > 1,50 (OK !) 2. Terhadap Geser Σ V = 52,272 t Σ H = Pa = 4,971 t SF = H tanV  
  • 92. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 106Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 971,4 30tan.52,272 o = 6,07 > 1,20 (OK!) 3. Terhadap Tegangan Tanah a = V MM 0r   = 272,52 471,21192,936  = 3,69 m e = b/2 – a = 6,5/2 – 3,69 = -0,44 m < b/6 = 6,5/6 = 1,083 m σ =         b e.6 1 b V σmax =        6,5 0,44-.6 1 5,6 272,52 4,774 t/m2 < σ’ = 15 t/m2 (OK !) σmin =       6,5 0,44-.6 -1 5,6 272,52 11,308 t/m2 > 0 (OK !)
  • 93. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 107Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Gambar 6.3 Asumsi dinding penahan tanah mengalami retak  Retak pada D – E Tekanan tanah aktif yang bekerja : Ka = 0,333 Pa = Ka . ½ . γt . h2 = 0,333 . ½ . 1,6 . 4,32 = 4,976 t titik tangkap Pa = h/1 = 4,32 m Momen guling (terhadap titik D) : M0 = Pa . y = 4,976. 4,32 = 21,496 tm
  • 94. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 108Perancangan Irigasi dan Bangunan Air Tabel 6.5 : Gaya vertikal berat sendiri dinding + tanah di atas tumit dinding V (t) x (m) Mr (tm) 2,2 . 0,5 . 4,32 = 4,752 0,25 1,188 2,2 . 0,5 . 3,82 = 4,18 0,75 3,135 2,2 . 0,5 . 4. 3,82 = 16,808 2,3 39,21 1,6 . 4,5 . 0,5 = 3,6 2,75 9,9 1,6 . 0,5 . 4 . 3,82 = 12,24 3,67 44,92 Σ V = 41,564 t Σ Mr = 101,38 tm Momen ditinjau terhadap titik D Tegangan lentur pasangan batu kali : a = V MM 0r   = 564,41 471,2138,101  = 1,922 m e = 5/2 – a = 5/2 – 1,922 = 0,578 m < b/6 = 5/6 = 0,883 σmax =         b e.6 1 b V =        5 0,578.6 1 5 564,41 = 14,08 t/m2 < σ =100 t/m2 (OK !) σmin =         b e.6 1 b V =        5 0,578.6 1 5 564,41 = 2,547t/m2 > 0 (OK!) Tegangan geser pasangan batu kali : H = 4,971 t D = Σ V tan Ø – H = 41,564 tan 30o – 4,971 = 19,025 t
  • 95. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 109Perancangan Irigasi dan Bangunan Air τ = 3/2 . L.b D = 3/2 . 1.5 19,025 = 5,707 t/m2 < τ’ = 22 t/m2 (OK !) Tidak terjadi retak pada D – E. B. Dengan Gempa Vertikal 1. Terhadap Guling Σ Mr = 101,38 tm Σ M0 = M01 + M03 = 21,477 + 9,6468 = 31,123 tm SF = 0 r M M   = 275,3 31,123 101,38  > 1,50 (OK !) 2. Terhadap Geser Σ V = 41,564 + 2,6136 = 44,177 Σ H = Pa = 4,976 t SF = H tanV   = 4,976 30tan.44,177 o = 5,124 > 1,20 (OK !) 3. Terhadap Tegangan Tanah a = V MM 0r   = 564,41 471,2138,101  = 2,439 m e = b/2 – a
  • 96. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 110Perancangan Irigasi dan Bangunan Air = 6,5/2 – 2,439 = 0,81 m < b/6 = 6,5/6 = 1,083 m σ =         b e.6 1 b V σmax =        5,6 0,81.6 1 5,6 654,41 = 11,19 t/m2 < σ’=19/m2 (OK !) σmin =        5,6 0,81.6 1 5,6 654,41 = 1,616 t/m2 > 0 (OK !) 4. Terhadap Retak Retak pada D – E Σ V = 44,177 t V1 = kv . Σ V = 0,05 . 44,177 t = 2,208 t Σ V1= Σ V - V1 = 44,177 – 2,208 = 41,96 t Σ H = Pa = 4,976 t Σ Mr = 101,38 tm Σ M0 = 21,477 Tegangan lentur pasangan batu kali : a = 1 0r V MM   = 96,41 477,21101,38  = 1,904 m e = b/2 – a = 5/2 – 1,904 = 0,596 m > b/6 = 5/6 = 0,83 m σ =         b e.6 1 b V1 σmax =        5 0,596.6 1 5 96,41 = 14,393 t/m2 < σ’= 100 t/m2 (OK !)
  • 97. Jurusan TeknikSipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 111Perancangan Irigasi dan Bangunan Air σmin =        5 0,596.6 1 5 96,41 = 3,18 t/m2 > 0 (OK !) Tegangan geser pasangan batu kali : D = Σ V1 tan Ø – Σ H = 41,96 tan 30o – 4,976 = 19,24 t τ = 3/2 . L.b D = 3/2 . 1.5 19,24 = 5,77 t/m2 < τ’ = 22 t/m2 (OK !) Tidak terjadi retak pada D – E. Tabel 6.6 : Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya yang Bekerja pada Dinding Penahan Tanah (DPT) Kombinasi gaya – gaya pada dinding penahan tanah SF Tegangan tanah Tegangan tanah guling > 1,50 geser > 1,20 max (15 t/m2 ) min > 0 max (19 t/m2 ) min > 0 Tanpa gempa 8,98 6,07 4,774 11,308 - - Dengan gempa horizontal - - - - - - Dengan gempa vertical 3,275 5,124 - - 11,19 1,616 Karena pada perhitungan stabilitas DPT, terdapat nilai σmax yang memenuhi nilai σ’tanah, maka pada DPT tersebut tidak perlu dibantu dengan menambahkan pondasi tiang.