Dokumen tersebut menyarankan bahwa pemimpin seharusnya memiliki karakteristik seperti amanah, adil, berilmu, dan mental yang kuat. Pemimpin perlu dipercaya untuk menjalankan amanah dengan baik dan tidak berat sebelah dalam memperlakukan semua kelompok. Pemimpin juga perlu memiliki pengetahuan yang memadai sesuai bidangnya serta kemampuan menghadapi tekanan dengan bijak.
1. Tuntunan Quran dalam memilih
pemimpin
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
(Al-Maidah:51)
2.
. Hai orang2 yg beriman, janganlah kamu mengambil
orang2 Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin2 (mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang2 yg zalim. (Al-Maidah:51)
“Hai orang2 yg beriman, janganlah kamu mengambil jadi
pemimpinmu, orang2 yg membuat agamamu jadi buah
ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang2 yg telah
diberi Kitab sebelummu, dan orang2 yg kafir (orang2
musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul2
orang2 yg beriman.” (Al Maidah(5):57)
3.
. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.
Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-
Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
4. SEBAB TURUNNYA AYAT:
Diketengahkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Wahidi
dari Muqatil, katanya, "Ayat ini diturunkan mengenai Ibnu Abu
Martsad Al-Ghunawi yang meminta izin kepada Nabi saw. untuk
mengawini seorang wanita musyrik yang cantik dan mempunyai
kedudukan tinggi. Maka turunlah ayat ini." Diketengahkan oleh
Wahidi dari jalur Suda dari Abu Malik dari Ibnu Abbas, katanya
bahwa ayat ini turun mengenai Abdullah bin Rawahah. Ia
mempunyai seorang budak sahaya hitam yang dimarahi dan
dipukuli. Dalam keadaan kebingungan ia datang kepada Nabi
saw. lalu menyampaikan beritanya, seraya katanya, "Saya akan
membebaskannya dan akan mengawininya." Rencananya itu
dilakukannya, hingga orang-orang pun menyalahkannya, kata
mereka, "Dia menikahi budak wanita." Maka Allah swt. pun
menurunkan ayat ini. Hadis ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Jarir
melalui As-Sadiy berpredikat munqathi.
5.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.” (An Nisa(4):34)
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang mengangkat
seorang wanita sebagai pemimpinnya.” (HR. Bukhari)
6.
Yakni memiliki kualitas yang baik dalam
membedakan sesuatu yang benar dan salah, mana
yang haq dan mana yang batil, yang ditunjang oleh
ketaqwaan kepada Allah SWT., pengetahuan serta
pengalaman bermasyarakat yang baik pula.
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang
ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja
dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik.” (An Nisa(4):5)
7.
Amanah dan ditunjang oleh disiplin Ilmu yg baik
Seorang pemimpin yang amanah dapat dipercaya dalam
melaksanakan kepercayaan dan tanggung jawab dengan
baik harus pula ditunjang oleh ilmu yang sesuai dengan
bidangnya. Dengan memiliki ilmu yang baik dan
berkualitas diapun akan jauh dari kendali dari golongan
tertentu yang akan menjadikannya hanya sebagai
pemimpin boneka demi kepentingan segolongan atau
kelompok tertentu.
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga, lagi berpengetahuan.” (Yusuf(12):55)
Sabda Baginda Nabi saw.:
“Apabila suatu urusan dipercayakan kepada seseorang
yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu
kehancurannya.”(HR. Bukhari)
8.
Adil adalah tidak berat sebelah. Semua yang dipimpinnya
haruslah disayangi dan diperlakukan dengan baik sesuai
yang sudah diamanahkan, baik itu dulunya yang
memilihnya ataupun yang tidak memilihnya ketika proses
pemilihan pemimpin.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan.”
(Shaad(38):26)
9.
Menjadi pemimpin diperlukan fisik yang kuat serta mental
yang tangguh dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
yang sudah diamanahkan. Mental yang kuat dalam
menghadapi serangan-serangan dan provokasi lawan
politiknya yang harus diselesaikan secara arif dan bijaksana.
Rasulullah saw bersabda:
“Dari Abu Dzar berkata, saya bertanya kepada Rasululloh
SAW, mengapa engkau tidak meminta saya memegang
sebuah jabatan?; Abu Dzar berkata lagi, lalu Rasululloh SAW
menepuk punggung saya dengan tangannya seraya berkata;
Wahai Abu Dzar,sesungguhnya kamu seorang yang lemah.
Padahal, jabatan itu sesungguhnya adalah amanat (yang
berat untuk ditunaikan)” (HR. Muslim)