2. Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang
atau bahkan hilang tanpa bekas dari diri seseorang. Al-Imam Abdurrahman bin Amr Al-Auza‟i
rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah. Beliau menjawab: “Betul
(bertambah), sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi: “Apakah bisa berkurang?” Beliau
menjawab: “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”
Demikian pula Imam Ahlus Sunnah wal Jama‟ah, Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya
tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab: “Iman bertambah
sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh.” Beliau juga
menyatakan: “Iman itu (terdiri atas) ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila
engkau mengamalkan kebajikan, maka iman akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya,
maka iman pun akan berkurang.“
Nah, inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah itu, yakni meyakini bahwa sesungguhnya iman
seseorang itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Setelah kita tahu bahwa ternyata iman itu
bisa bertambah dan bisa berkurang, lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin untuk
menjaga kualitas imannya? Al Imam Allamah Abdurrahman bin Nashr As Sa‟di rahimahullah
mengatakan: “Seorang mukmin yang diberi taufiq oleh Allah Ta‟ala, dia senantiasa berusaha
melakukan dua hal: Pertama, memurnikan keimanan dan cabang-cabangnya, dengan cara mengilmui
dan mengamalkannya. Kedua, berusaha untuk menolak atau membentengi diri dari bentuk-bentuk
ujian (cobaan) yang tampak maupun tersembunyi yang dapat menafikannya (menghilangkannya),
membatalkannya atau mengikis keimanannya itu.” (At Taudhih wal Bayan lisy Syajarotil Iman, hal 38).
Saudaraku muslimin, ketahuilah! Ada beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan
bertambahnya iman seseorang, di antaranya adalah:
Pertama: Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi kandungan) Al
Quranul Karim.
Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan
mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya kuat dan bertambah.
Allah Subhanahu wa Ta‟ala mengabarkan tentang orang-orang mukmin yang berbuat demikian:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah,
gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka
bertambahlah iman bereka, dan kepada Rabb mereka itulah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal [8]:
2)
Al Imam Al Ajurri rahimahullah berkata: “Barangsiapa mentadabburi Al Quran, dia akan mengenal
Rabb-nya Azza wa Jalla dan mengetahui keagungan, kekuasaan dan qudrah-Nya serta ibadah yang
diwajibkan atasnya. Maka dia senantiasa melakukan setiap kewajiban dan menjauhi segala sesuatu
yang tidak disukai maulanya (yakni Allah Ta‟ala).“
Kedua: Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran dan
As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak dari berbagai segi.
Bila seorang hamba mengenal Rabbnya dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari
jalan orang-orang yang menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan
iman. Karena seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang yang
paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada Allah Ta‟ala.
3. Allah Ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya adalah ulama.”
(QS. Fathir [35]: 28). Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya hamba yang benar-benar
takut kepada Allah adalah ulama yang mengenal Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/533).
Ketiga: Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik
serta perangainya yang mulia.
Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: “Dari sini kalian mengetahui sangat pentingnya
hamba untuk mengenal Rasul dan apa yang dibawanya, dan membenarkan pada apa yang beliau
kabarkan serta mentaati apa yang beliau perintahkan. Karena tidak ada jalan kebahagiaan dan
keberuntungan di dunia dan di akhirat kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan untuk mengetahui
baik dan buruk secara mendetail kecuali darinya.Maka kalau seseorang memperhatikan sifat dan
akhlak Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam Al Quran dan Al Hadits, niscaya dia akan
mendapatkan manfaat dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam
menjadi kuat, dan bertambah cintanya kepada beliau. Itu adalah tanda bertambahnya keimanan yang
mewariskan mutaba‟ah dan amalan sholih.”
Keempat: Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam.
Ketahuilah, sesungguhnya ajaran Islam itu semuanya baik, paling benar aqidahnya, paling terpuji
akhlaknya, paling adil hukum-hukumnya. Dari pandangan inilah Allah menghiasi keimanan di hati
seorang hamba dan membuatnya cinta kepada keimanan, sebagaimana Allah memenuhi cinta-Nya
kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam (lihat QS. Al Hujurat
[49]: 7)
Maka iman di hati seorang hamba adalah sesuatu yang sangat dicintai dan yang paling indah. Oleh
karena itu seorang hamba akan merasakan manisnya iman yang ada di hatinya, sehingga dia akan
menghiasi hatinya dengan pokok-pokok dan hakikat-hakikat keimanan, dan menghiasi anggota
badannya dengan amal-amal nyata (amal sholih). (At Taudhih wal Bayan, hal 32-33)
Kelima: Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih.
Yang dimaksud Salafush Shalih di sini adalah para shahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
dan orang-orangyang mengikuti mereka dengan baik (lihat QS. At Taubah [9]: 100). Barangsiapa
membaca dan memperhatikan perjalanan hidup mereka, akan mengetahui kebaikan-kebaikan
mereka, akhlak-akhlak yang agung, ittiba‟ mereka kepada Allah, perhatian mereka kepada iman, rasa
takut mereka dari dosa, kemaksiatan, riya‟ dan nifaq, juga ketaatan mereka dan bersegera dalam
kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya ibadah mereka kepada Allah dan sebagainya.
Dengan memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi kuat dan timbul keinginan untuk
menyerupai mereka dalam segala hal. Sebagaimana ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah : “Barangsiapa lebih serupa dengan mereka (para shahabat Rasulullah), maka dia lebih
sempurna imannya.” (lihat Kitab Al Ubudiyah, hal 94). Dan tentunya, barangsiapa yang menyerupai
suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.
Itulah beberapa amalan yang insya Allah akan dapat menyebabkan bertambahnya keimanan.
Adapun hal-hal yang dapat melemahkan iman seseorang adalah sebaliknya, di antaranya:
4. Kebodohan terhadap syari‟at Islam, lalai, lupa dan berpaling dari ketaatan, melakukan kemaksiatan
dan dosa-dosa besar, mengikuti hawa nafsu dan sebagainya.
Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa diberi tambahan iman, dan
dijauhkan dari kelemahan dan kehinaan. Wallahul musta‟an.
Dikutip dari salafy.or.id offline Dinukil dan disarikan dari Majalah Salafy, edisi XVIII/Shafar/1418 oleh Abu Abdillah Ibnu Zuhri
Judul: Iman bisa meningkat dan bisa turun