SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
DIVERSIFIKASI PRODUK DAN REHABILITASI
               PERKEBUNAN JAMBU METE UNTUK
              MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

                                           Robber Zaubin, Rudi Suryadi, dan Y.T. Yuhono

                             Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111




                                                                    ABSTRAK
                   Pada tahun 2000, area jambu mete mencapai 535.745 ha, namun produktivitasnya hanya berkisar antara 200–400
                   kg/ha, jauh di bawah India yang mencapai kisaran 600–1.200 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan
                   oleh penggunaan bahan tanaman yang bukan unggul (potensi produksi hanya 8,90 kg/pohon), penerapan teknologi
                   budi daya yang sangat terbatas, dan kondisi wilayah pengembangan yang kurang memenuhi persyaratan yang
                   dikehendaki tanaman. Selain itu, sebagian besar (94,44%) produk mete masih diperdagangkan dalam bentuk
                   gelondong dan hanya sebagian kecil (5,56%) saja dalam bentuk kacang mete. Harga gelondong berkisar antara
                   Rp5.000−Rp8.000/kg dan harga kacang mete Rp30.000–Rp40.000/kg. Pada umumnya gelondong yang dihasilkan
                   kurang bernas dan petani kurang tertarik untuk melakukan pengacipan karena dibutuhkan 5–6 kg gelondong untuk
                   setiap kilogram kacang. Pada kondisi seperti itu, usaha tani jambu mete belum dapat diandalkan sebagai sumber
                   pendapatan utama petani. Alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani dapat ditempuh melalui upaya
                   jangka pendek (3–5 tahun) dan jangka panjang (5−10 tahun). Upaya jangka pendek mencakup pemeliharaan
                   kebun yang baik agar produksi dan kualitas gelondong meningkat serta diversifikasi produk baik diversifikasi
                   horizontal maupun vertikal. Upaya jangka panjang (5–10 tahun) ditempuh melalui rehabilitasi dan peremajaan
                   kebun-kebun mete. Inovasi teknologi untuk melaksanakan perbaikan tersebut telah tersedia, namun sosialisasinya
                   masih menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu, kemampuan petani perlu ditingkatkan, agroindustri dibenahi
                   agar dapat menunjang kegiatan produksi, dan pemerintah daerah mengkoordinasi dan memfasilitasi semua sektor
                   agar agribisnis mete dapat berjalan lebih baik.
                   Kata kunci: Jambu mete, diversifikasi, rehabilitasi, pendapatan



                                                                   ABSTRACT
                            Rehabilitation of cashew plantation and diversification of products to increase farmer income

                   In the year 2000, the area of cashew plantations in Indonesia was 535,745 ha, however, the productivity was only
                   between 200–400 kg/ha, far below of India which was about 600–1,200 kg/ha. The low productivity is due to the
                   use of poor genetic sources of planting material (yield potential 8.90 kg/tree), poor cultural practices and not
                   completely suitable conditions of regions used for cashew development. Moreover, 94.44% of the products are
                   traded in the form of nuts, and only a small portion (5.56%) as kernels. The price of cashew nuts is about Rp5,000−
                   Rp8,000/kg and Rp30,000−Rp40,000/kg for the kernels. Commonly, the nuts are not peeled, and farmers are not
                   interested in peeling the nuts since it needs 5–6 kg of nuts to produce 1 kg of kernels. Based on current conditions,
                   farmers can not rely on cashew farming as their main source of income. Alternatives to increase farmers' income
                   may be carried out in two stages, i.e., short-term plan (3−5 years) and long-term plan (5−10 years). The short-
                   term efforts constitute application of good cultural practices to increase the production and quality of kernels, and
                   diversification by producing other cash crops (horizontally diversification) and process the kernels and its by-
                   products to increase their economic value. Long-term efforts occupy rehabilitation of the existing cashew plantations
                   by top working with superior scions, and rejuvenation or replanting of unproductive orchards with superior
                   planting materials. Innovative technologies required for the purposes are available, however, it has not been
                   socialized properly. Therefore, farmers skill should be increased, the agroindustry sectors must be functioned to
                   support the production sector, and the local government should coordinate and facilitate all sectors related to
                   agribusiness of cashew nut.
                   Keywords: Cashew, rehabilitation, diversification, income




P   engembangan tanaman jambu mete
     sampai tahun 2000 menunjukkan
hasil yang menggembirakan dengan luas
                                                    ha) sehingga pendapatan petani dari
                                                    usaha tani jambu mete belum dapat
                                                    memenuhi kebutuhan keluarganya.
                                                                                                            dapatan petani atau menanggulangi
                                                                                                            kemiskinan, menyediakan lapangan
                                                                                                            kerja, dan meningkatkan pembangunan.
area sekitar 535,745 ha. Namun pro-                 Padahal pengembangan jambu mete                         Tantangan tersebut dapat dijawab dengan
duktivitasnya masih rendah (200−400 kg/             bertujuan untuk meningkatkan pen-                       cara membenahi sistem agribisnis jambu

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004                                                                                                           53
mete yang meliputi pengadaan sarana           namun mulai tahun 1984 juga untuk             sarana, pelatihan singkat terutama
produksi, budi daya, pengolahan hasil,        tujuan komersial (Daras dan Zaubin 2001).     mengenai teknik budi daya dan cara
pemasaran, dan kelembagaan penunjang                Produk mete umumnya diperdagang-        pengacipan, serta kemitraan dengan
(Saragih 1994) yang selama ini masih          kan dalam bentuk gelondong dan hanya          pengusaha pengacipan. Namun, upaya
belum terkoordinasi dengan baik.              sebagian kecil dalam bentuk kacang.           tersebut belum memberikan dampak
       Agroindustri jambu mete di bagian      Kulit gelondong masih dianggap sebagai        yang berarti. Mengingat area jambu mete
hulu, seperti pengadaan bibit, pupuk,         limbah dan buah semu belum banyak             sudah cukup luas, yaitu 535.745 ha dengan
dan pestisida, serta agroindustri di bagian   dimanfaatkan sehingga nilai tambahnya         melibatkan 535.745 KK (asumsi pemilikan
hilir, seperti pengolahan hasil mete men-     belum dapat dinikmati oleh petani. Harga      kebun mete 1 ha/KK), maka berbagai
jadi produk setengah jadi atau siap pakai,    gelondong mete selama tahun 2000−2003         langkah strategis perlu ditempuh, yang
selama ini masih kurang terkait dengan        bervariasi antara Rp5.000−Rp8.000/kg,         mencakup upaya jangka pendek dan
kegiatan budi daya jambu mete. Hal ini        dan harga kacang mete sekitar Rp30.000−       jangka panjang.
secara tidak langsung mempengaruhi            Rp40.000/kg, bergantung pada mutu,
kegiatan budi daya dan pengolahan hasil       permintaan pasar, dan jalur tata niaga
sehingga produksi dan pendapatan yang         setempat. Ukuran dan bobot gelondong          Upaya Jangka Pendek (3 – 5
dicapai petani rendah. Kegiatan budi          mempengaruhi perkembangan industri            Tahun)
daya jambu mete juga masih menghadapi         pengacipan. Bila gelondong bernas, maka
berbagai kendala, karena bahan tanaman        setiap 3–4 kg gelondong menghasilkan 1        Pemeliharaan
yang digunakan bukan unggul dengan            kg kacang, namun bila gelondong kurang
potensi produksi hanya sekitar 8,90 kg/       bernas, maka diperlukan 5–6 kg untuk          Selama ini pemeliharaan kebun belum
pohon, serta kemampuan petani (SDM)           menghasilkan 1 kg kacang. Pada umum-          mengacu pada panduan teknologi yang
masih terbatas.Tulisan ini bertujuan          nya gelondong yang dihasilkan petani          tersedia, sehingga produktivitasnya
untuk memberikan gambaran mengenai            kurang bernas, sehingga kegiatan              hanya 300 kg/ha. Pemupukan dan
kondisi perkebunan jambu mete dewasa          pengacipan dianggap tidak mengun-             pemangkasan tanaman masih belum
ini terutama kegiatan budi daya dan           tungkan karena nilai tambah yang di-          diterapkan dengan tepat, padahal pe-
alternatif untuk memperbaikinya agar          peroleh relatif kecil. Apalagi alat kacip     mupukan sangat berpengaruh terhadap
jambu mete dapat menjadi sumber pen-          yang digunakan kurang baik, sehingga          produksi. Pemupukan 600 g NPK (1:1:2)/
dapatan utama petani.                         sekitar 40% kacang yang dihasilkan            pohon/tahun disertai dengan pemang-
                                              pecah (Direktorat Teknologi Agroindustri      kasan cabang ekstensif dan ranting dalam
                                              1999).                                        tajuk pada tanaman jenis lokal berumur 4
                                                    Pemilikan kebun mete rata-rata setiap   tahun, dapat meningkatkan produktivitas
STATUS PERKEBUNAN                             kepala keluarga (KK) adalah 1 ha dengan       dari 2,80 kg/pohon menjadi 4,70 kg/pohon
JAMBU METE                                    produktivitas 300 kg/ha. Apabila harga        (Zaubin et al. 2000). Pada tanaman jenis
                                              gelondong Rp5.000/kg, maka pendapatan         lokal berumur 8 tahun, produktivitas
Sebagian besar (98%) pertanaman jambu         dari jambu mete adalah Rp1.500.000/tahun.     optimum sekitar 8,90 kg/pohon/tahun
mete diusahakan sebagai perkebunan            Jumlah tersebut masih jauh di bawah           atau 1.780 kg/ha dapat diperoleh dengan
rakyat, yang meliputi area 535.745 ha,        kebutuhan hidup 1 keluarga petani, yang       pemupukan 1 kg NPK (1:1:2)/pohon/tahun
dengan produksi 86.924 ton. Sayangnya         diperkirakan mencapai Rp 7,50 juta/tahun.     (Daras et al. 2002). Di Cikampek (Jawa
produktivitasnya hanya berkisar antara        Selain itu, industri pengacipan gelondong     Barat), tanaman mete tipe Balakrisnan-
200–400 kg/ha (Simanungkalit 1997),           menjadi kacang mete belum berkembang,         02 umur 6 tahun dapat menghasilkan
jauh di bawah India yang berkisar antara      sehingga nilai tambahnya belum dapat          gelondong 5,60 kg/tanaman dengan
600–1.200 kg/ha (Bhaskara 1997). Rendah-      dinikmati petani. Pada kondisi seperti itu,   gelondong yang bernas, yaitu 117 butir
nya produktivitas tersebut disebabkan         usaha tani jambu mete belum dapat             gelondong/kg. Secara umum cara pe-
oleh penggunaan bahan tanaman yang            diandalkan sebagai sumber pendapatan          mupukan tanaman jambu mete dapat
bukan unggul, penerapan teknik budi           utama. Oleh karena itu, perlu dilakukan       mengacu pada Tabel 1.
daya yang sangat terbatas, dan tanah          upaya meningkatkan produktivitas mete                Tajuk pohon mete dengan jarak
serta iklim yang tidak sesuai untuk           diiringi dengan diversifikasi produk agar     tanam 6 m x 6 m pada umumnya sudah
pengembangan mete.                            mete dapat menjadi andalan pendapatan         saling tumpang-tindih (overlapped) mulai
     Pusat-pusat pengembangan jambu           petani dan pendapatan asli daerah.            umur 6 tahun. Oleh karena itu, diperlukan
mete adalah Sulawesi Tenggara (143.084                                                      pemangkasan pemeliharaan agar luas
ha), Nusa Tenggara Timur (126.832 ha),                                                      permukaan tajuk tempat keluarnya bunga
Sulawesi Selatan (71.894 ha), Jawa Timur                                                    atau buah selalu optimum.
                                              ALTERNATIF MENINGKAT-
(57.794 ha), Nusa Tenggara Barat (50.053
                                              KAN PENDAPATAN PETANI
ha), Jawa Tengah (30.815 ha), Sulawesi                                                      Diversifikasi produk
Tengah (19.415 ha), dan Bali (17.080 ha)      METE
(Direktorat Jenderal Perkebunan 2000).                                                      Berbagai produk sekunder atau produk
Perkebunan mete tersebut merupakan            Untuk meningkatkan pendapatan petani          jadi dapat dihasilkan dari buah jambu
hasil pengembangan yang dimulai tahun         jambu mete, beberapa upaya telah              mete. Buah semu dapat diolah menjadi
1972. Pada mulanya, pengembangan              dilakukan, antara lain melalui proyek-        sirup, jeli, anggur, asinan, makanan ternak,
ditujukan untuk konservasi lahan dan air,     proyek pengembangan dan bantuan               dan pupuk organik, serta gelondong

54                                                                                                 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004
Tabel 1 . Takaran dan jenis pupuk/pohon/tahun, serta agihan, waktu dan cara pemupukan tanaman jambu mete.

   Umur tanaman         Urea             SP-36              KCl             Agihan dan waktu                         Cara
     (tahun)             (g)              (g)               (g)                pemupukan                           pemupukan
       0−1              25−35            30−45             35−50           50% diberikan pada               Ditugal sedalam 15
                                                                           awal dan akhir musim             cm di antara pangkal
                                                                           hujan                            batang dan batas tajuk

       1−2              80−90           100−120           120−135          50% diberikan pada awal           Ditugal sedalam 15 cm
                                                                           dan akhir musim hujan             pada batas tajuk

       2−3            374−400           400−500           500−600          70% diberikan pada awal           Ditugal sedalam 40 cm pada
                                                                           pembungaan dan 30%                empat titik dibatas tajuk
                                                                           2 bulan kemudian

       >3             500−550           625−700           750−800          70% diberikan pada awal           Ditugal sedalam 40 cm
                                                                           pembungaan dan 30%                pada empat titik dibatas tajuk
                                                                           2 bulan berikutnya
   Sumber: Dhalimi et al. (2001); Daras et al. (2002); Zaubin dan Suryadi (2002b).




menjadi kacang mete dan cashew nut shell          Vietnam, misalnya, ekspor gelondong                yang ada (existing cashew plantation),
liquid (CNSL) (Mulyono dan Sumangat               dikenakan pajak 4%, sedangkan ekspor               misalnya penjarangan pada kebun dengan
2001) yang derivatnya digunakan dalam             kacang mete bebas dari pajak. Di India,            jarak tanam yang rapat, top working
berbagai industri (Gambar 1). Berkem-             setiap ekspor 1 kg kacang mete diberikan           tanaman yang potensi produksinya ren-
bangnya agroindustri mete di pedesaan             kebebasan bea masuk untuk impor 4 kg               dah, serta penerapan teknik budi daya
akan mendorong masyarakat pedesaan                gelondong mete (Direktorat Teknologi               pada kebun dengan pemeliharaan kurang
untuk menggali potensi kapital yang ada           Agroindustri 1999). Di beberapa daerah             baik, termasuk pengendalian hama dan
di wilayahnya dan memanfaatkannya da-             sentra produksi mete di Indonesia justru           penyakit. Peremajaan merupakan tindakan
lam bentuk perputaran ekonomi, sehingga           disinyalir bahwa setiap gelondong mete             penanaman kembali suatu area per-
menyerap tenaga kerja cukup banyak                yang keluar dari desa dikenakan retribusi,         kebunan mete yang sudah rusak dan tidak
(Saragih 1994) dan petani memperoleh              juga di tingkat kecamatan dan antar-               ekonomis (produktivitas kurang dari 300
nilai tambah. Ketersediaan bahan baku             pulau. Retribusi tersebut tentunya akan            kg/ha) dengan tanaman unggul hasil
buah semu dan gelondong cukup banyak,             dibebankan sebagai biaya pembelian                 penyambungan.
mencapai 87.693 ton gelondong dan                 sehingga harga di tingkat petani menjadi
964.656 ton buah semu pada tahun 1998.            rendah.
                                                                                                     Koordinasi
Kemitraan                                                                −
                                                  Upaya Jangka Panjang (5−10
                                                  Tahun)                                             Koordinasi antara setiap subsistem dalam
Kemitraan antara koperasi atau kelompok                                                              agribisnis jambu mete diperlukan untuk
tani dengan pengusaha diperlukan agar             Upaya jangka panjang untuk meningkat-              menciptakan satu wadah ekonomi ber-
petani memperoleh peralatan pascapanen            kan pendapatan petani mete meliputi                sama sehingga terjalin keterkaitan yang
dan jaminan pasar dengan harga yang               kegiatan-kegiatan yang memerlukan per-             erat di antara setiap subsistem. Struktur
wajar bagi produk yang dihasilkan. Dalam          siapan yang relatif lama. Petani umumnya           sistem agribisnis mete dewasa ini masih
kemitraan tersebut, 65% saham dimiliki            enggan melakukan penjarangan. Selain               tersekat-sekat. Subsistem agribisnis di
koperasi dan 35% milik pengusaha.                 itu, teknik penyambungan, pengendalian             bagian hulu (penyediaan sarana pro-
Umumnya pengelolaan sisi permintaan               hama dan penyakit, serta budi daya yang            duksi) dan di bagian hilir (pengolahan
masih sangat lemah sehingga pihak                 baik belum dikuasai. Oleh karena itu,              hasil dan pemasaran) masih dikuasai
pengusaha diharapkan dapat menjemba-              petani perlu disiapkan terlebih dahulu             oleh pengusaha yang memperoleh
tani pemasaran dengan cara memesan                untuk dapat melaksanakan rehabilitasi              keuntungan atau nilai tambah yang besar,
atau menyampaikan pesanan produk-                 dan peremajaan serta membangun kerja               sedangkan porsi ekonomi utama petani
produk mete serta kualitas yang diminta           sama yang baik di antara semua pihak yang          mete adalah pada kegiatan budi daya
pasar.                                            terlibat dalam agribisnis jambu mete.              yang nilai tambah ekonominya relatif
                                                                                                     kecil.
                                                                                                           Upaya untuk membenahi kondisi ini
Kebijakan                                         Rehabilitasi dan peremajaan                        adalah dengan melaksanakan koordinasi
                                                                                                     yang baik agar setiap subsistem dalam
Perlu ada kebijakan pemerintah untuk              Rehabilitasi diartikan sebagai kegiatan            agribisnis mete terintegrasikan dalam satu
melindungi perdagangan mete. Di                   untuk meningkatkan produktivitas kebun             sistem pada suatu kawasan atau wilayah.

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004                                                                                                         55
Selai (jam), pasta buah
                                       Buah kalengan dalam sirup
                                       Manisan buah, acar, asinan
                                       Manisan kering (candy)
                                       Sambal, abon                                  Sari buah keruh dan jernih
                                                                                     Anggur, jeli
                                                                                     Cuka makan (vinegar)
          Buah semu                     Sari buah
                                                                                     Nata de cashew
                                                                                     Obat rasa mual, gurah


                                            Ampas sisa perasan                           Pakan ternak
                                                                                         Pupuk (kompos)


                                       Kacang mete



            Gelondong                                                                            Bahan cat, pernis, resin, pelumas
                                                                                                 Bahan kanvas rem, minyak rem
                                                                        CNSL                     Bahan insektisida, fungisida
                                                                                                 Sampai dengan 200 jenis bahan
                                        Kulit biji                                                dagangan lain



                                                                       Ampas                      Bahan bakar
                                                                                                  Papan partikel


                                                     Bahan obat penyakit kulit, luka bakar

               Daun/pucuk

                                                        Lalapan




                                      Kayu




                                                                         Bahan industri penyamak kulit
            Batang                   Kulit batang
                                                                         Bahan obat kumur (sariawan)



                                                                        Lem kertas
                                     Getah (gum)                        Antirayap




            Akar                   Mengandung khasiat pencahar




Gambar 1.     Potensi pohon dan buah jambu mete sebagai bahan baku berbagai industri (Heyne 1987; Said 2000; Iskandar
              2002).



Ditunjang oleh pemerintah daerah,               pada setiap kawasan sentra produksi mete           INOVASI TEKNOLOGI BUDI
perbankan, perguruan tinggi, serta              terdapat industri pupuk dan obat-obatan,           DAYA DAN PASCAPANEN
lembaga penelitian, agribisnis mete dapat       tersedia teknologi untuk meningkatkan
dijadikan model untuk membangun                 produktivitas dan nilai tambah, serta ada          Beberapa inovasi teknologi yang telah
suatu kawasan industri masyarakat               pasar yang menampung hasil dengan                  tersedia di Badan Litbang Pertanian dan
perkebunan (KIMBUN) mete. Idealnya,             harga yang wajar.                                  siap untuk dikembangkan adalah :

56                                                                                                         Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004
Teknologi Pascapanen                          lain adalah F2-8, F2-10, A3-1, A3-2,      Pola Rehabilitasi dan
                                              A3-3, C6-5, III4/2, M4-2, 293, 180, dan   Peremajaan
Penguasaan teknologi pengolahan buah          B02 (Koerniati dan Hadad 1996). Selain
semu dan gelondong mete diperlukan            yang sudah tercatat, di setiap sentra
untuk menghasilkan produk-produk siap                                                   Beberapa pola rehabilitasi dan peremaja-
                                              produksi dilaporkan terdapat pohon
pakai dan memperoleh nilai tambah                                                       an telah tersedia, namun penerapannya
                                              dengan potensi produksi 10–20 kg/
(Mulyono dan Sumangat 2001). Salah                                                      harus disesuaikan dengan kondisi la-
                                              pohon. Pohon ini dapat dipakai sebagai
satu produk dari buah semu adalah                                                       pangan. Di Sulawesi Tenggara, khusus-
                                              bahan perbanyakan tanaman karena
anggur jambu mete. Cara pembuatannya,                                                   nya di Pulau Muna, jambu mete pada
                                              sudah beradaptasi di wilayah masing-
buah semu yang matang dan tidak cacat                                                   mulanya dikembangkan dengan jarak
                                              masing, seperti di daerah Bayan, Dompu,
dicuci, lalu dihancurkan atau diblender,                                                tanam 3 m x 2 m dengan tujuan untuk
                                              Doropeti di Nusa Tenggara Barat,
ditambahkan air sebanyak bobot bahan                                                    konservasi lahan. Karena gelondong-
                                              Larantuka di Nusa Tenggara Timur,
yang digunakan, disaring, dan ditambah-                                                 nya mempunyai harga jual yang menarik,
                                              Pangkep di Sulawesi Selatan, dan daerah
kan 25% gula dan nutrien (0,33 g/l DAP                                                  maka pengembangannya kemudian ber-
                                              pengembangan lainnya.
dan 0,20 g/l Na2CO3). Setelah penyesuaian                                               geser ke arah komersial, namun tanpa
pH (3−4,50), dilakukan pasteurisasi, dan                                                disertai upaya untuk memperbaiki kebun
setelah dingin ditambahkan 5% starter         Perbanyakan melalui                       yang ada. Perkebunan tersebut perlu
khamir Saccharomyces cerevisiae.              Penyambungan                              direhabilitasi (Zaubin dan Suryadi 2000)
Selanjutnya larutan difermentasi selama                                                 dengan cara memotong (pada tinggi 1,50
2 minggu, di saring, dipasteurisasi,          Penguasaan teknik penyambungan di-        m) pohon-pohon terbaik pada jarak 10 m x
dilanjutkan dengan proses penuaan             perlukan karena tanaman jambu mete        10 m. Tunas yang tumbuh dari batang
(aging) selama 3 bulan.                       menyerbuk silang sedangkan populasi       pokok selanjutnya disambung dengan
      Produk siap pakai lainnya adalah        tanaman yang ada potensi genetiknya       tunas dari pohon unggul. Setelah tunas
nata de cashew. Produk ini dibuat dengan      rendah. Pohon-pohon unggul jambu          sambungan hidup, pohon di sekitarnya
cara mencuci buah semu yang matang            mete harus diperbanyak secara klonal      dibongkar secara bertahap sehingga
dan tidak cacat, lalu direndam dalam 2%       dengan penyambungan agar hasil per-       akhirnya diperoleh pohon-pohon ung-
air garam selama 2 jam, dipotong-potong,      banyakan mempunyai sifat-sifat unggul     gul dengan jarak tanam 10 m x 10 m.
dihancurkan atau diblender, diperas, dan      seperti pohon induknya (Zaubin dan        Pemeliharaan yang dilakukan meliputi
disaring. Selanjutnya filtrat diencerkan      Suryadi 2002c). Penyambungan dapat        penyiangan, pemangkasan, pemupukan,
dengan menambahkan air sebanyak tiga          dilakukan pada tingkat bibit (Gambar 2)   serta pengendalian hama dan penyakit.
kali volume filtrat, lalu dimasak. Selama     maupun pada tanaman dewasa melalui        Lahan di antara barisan pohon mete dapat
pemasakan ditambahkan 3% gula pasir,          top working (Gambar 3). Sebagai batang    dimanfaatkan untuk tanaman pangan.
1,50% asam cuka, dan 0,30% amonium            bawah digunakan tipe lokal dan untuk           Di Nusa Tenggara Barat dan Nusa
sulfat. Setelah mendidih, larutan di-         batang atas diambil dari pohon unggul     Tenggara Timur, jambu mete umumnya
masukkan ke dalam baki dan ditutup            lokal setempat. Dengan cara demikian      ditanam dengan jarak tanam 6 m x 6 m.
kertas koran. Setelah dingin ditambahkan      akan diperoleh pertanaman dengan          Sampai umur 3 tahun, lahan di antara
5% starter bakteri Acetobacter xylinum,       potensi produksi sekitar 1.500 kg/ha.     barisan tanaman mete dapat ditanami
kemudian difermentasi selama 8 hari.
Setelah jadi, nata dipotong-potong seperti
dadu, dicuci beberapa kali sampai bersih,
dan siap dikonsumsi.
      Selain produk di atas, dari gelondong
mete dapat dihasilkan kacang yang ber-
mutu tinggi. Gelondong yang terpilih
dijemur sampai kadar air 9−10%, di-
dinginkan, lalu dikupas dengan meng-
gunakan alat kacip model MM-99.
Kacang mete yang masih berkulit ari
selanjutnya dijemur sampai mencapai
kadar air 7−8%, kemudian disangrai dan
dilepas kulit arinya. Kacang mete kering
lalu disortasi sesuai tingkat keutuhan,
dijemur lagi sampai mencapai kadar air
5%, lalu dikemas.

Pohon-pohon Harapan atau
Unggul Lokal
Nomor-nomor pohon mete dengan                 Gambar 2.    Bibit sambungan jambu mete di rumah atap (A) dan tanaman hasil
potensi produksi 10−20 kg/pohon antara                     sambungan umur 5 tahun (B).

Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004                                                                                        57
(celup cepat) bagian pangkalnya ke dalam
                                                                                          larutan 750 ppm paklobutrazol, lalu
                                                                                          disemprot dengan fungisida dan di-
                                                                                          bungkus dengan kertas koran basah
                                                                                          (Zaubin dan Suryadi 2001).



                                                                                          TANTANGAN DAN UPAYA
                                                                                          PENANGGULANGAN

                                                                                          Tantangan

                                                                                          Meskipun kondisi perkebunan mete
                                                                                          kurang baik dan teknologi untuk me-
                                                                                          ningkatkan produktivitas tersedia,
                                                                                          industri pengacipan belum berkembang
Gambar 3.      Top working tanaman jambu mete berpotensi produksi rendah (A) dan          dan kegiatan rehabilitasi (termasuk
               hasil sambungannya setelah 1 tahun (B).                                    peremajaan) belum dilaksanakan. Hal ini
                                                                                          karena adanya hambatan atau kendala
                                                                                          dalam sumber daya manusia, dukungan
tanaman pangan. Setelah berumur 4              tajuk. Sampai umur 15 bulan, tanaman       sarana dan prasarana, modal usaha, dan
tahun, tajuk tanaman mulai saling me-          mete dipangkas untuk mendapatkan           kelembagaan.
naungi sehingga produksinya menurun            bentuk optimum. Selanjutnya dilakukan           Petani jambu mete umumnya belum
dan peluang untuk mengusahakan                 pemangkasan pemeliharaan dengan cara       siap untuk melakukan diversifikasi dan
tanaman pangan tidak ada. Sebaiknya            membuang semua tunas dan ranting           rehabilitasi. Informasi mengenai teknik
perkebunan tersebut direhabilitasi de-         yang berada di dalam tajuk, cabang-        budi daya dan pascapanen banyak yang
ngan cara membagi pohon-pohon mete             cabang ekstensif, serta bagian-bagian      belum sampai kepada petani, seperti
dalam baris ganjil (1, 3, 5, dan seterusnya)   pohon yang terserang hama dan penyakit     penggunaan bahan tanaman unggul,
dan genap (2, 4, 6, dan seterusnya).           (Zaubin dan Suryadi 2002a).                teknik budi daya, standar mutu gelondong,
Pohon dengan nomor genap dalam baris                Untuk memacu pertumbuhan ta-          serta teknologi pengolahan hasil panen
ganjil dan pohon dengan nomor ganjil           naman muda dan memperoleh produksi         yang efisien dan higienis.
dalam baris genap ditebang pada ketinggi-      yang optimum, tanaman perlu dipupuk             Pada umumnya petani menjual
an 1,50 m. Tunas yang tumbuh dari batang       dengan takaran sesuai dengan umur dan      gelondong dan sedikit sekali yang
pokok disambung dengan tunas dari              kebutuhan tanaman. Efisiensi peng-         melakukan kegiatan pengacipan. Alat
pohon unggul. Pohon yang disambung             gunaan pupuk diatur dengan mem-            kacip yang banyak dimiliki petani adalah
ini mulai berproduksi pada umur 2 tahun.       perhatikan komposisi hara, cara, waktu,    kacip ceklok, dengan kecepatan peng-
Apabila tajuk mete mulai saling me-            dan interval pemupukan (Dhalimi et al.     upasan rendah dan persentase kacang
naungi, maka pohon-pohon yang tidak            2001; Daras et al. 2002; Zaubin dan        pecah cukup tinggi. Modal petani untuk
disambung dibongkar. Dengan demikian           Suryadi 2002b) seperti pada Tabel 1.       memenuhi kebutuhan usaha taninya
diperoleh kebun mete unggul dengan jarak                                                  sangat terbatas, sedangkan prosedur
tanam 7,50 m x 12 m.                                                                      untuk mendapatkan bantuan permodalan
     Rehabilitasi dan peremajaan mem-          Penyimpanan Benih
                                                                                          kurang dikuasai.
buka peluang untuk meningkatkan                                                                Kelembagaan dalam industri mete
produktivitas perkebunan jambu mete            Gelondong mete yang telah dipanen
                                                                                          juga masih lemah. Kelompok-kelompok
dari 300 kg/ha menjadi 1.500 kg/ha.            segera dipisahkan dari buah semu ke-
                                                                                          tani masih belum mampu memecahkan
Selain itu melalui kegiatan rehabilitasi       mudian direndam dalam air. Gelondong
                                                                                          masalah dalam usaha taninya. Setiap
akan dihasilkan gelondong yang bernas          yang mengapung dan melayang di-
                                                                                          subsistem dalam agribisnis mete masih
(120 butir/kg gelondong) sehingga              pisahkan dan yang tenggelam dipakai
                                                                                          berdiri sendiri-sendiri dan belum ber-
membuka peluang untuk mengembang-              sebagai benih. Setelah dijemur sampai
                                                                                          dasarkan pada asas kebersamaan eko-
kan industri pengacipan (home industry).       mencapai kadar air 5–6%, gelondong
                                                                                          nomi. Pemerintah daerah juga kurang
                                               dikemas dalam kantong plastik kedap
                                                                                          serius menangani permasalahan dalam
                                               udara untuk disimpan. Benih yang
                                                                                          agribisnis jambu mete.
Pemangkasan dan Pemupukan                      disimpan selama 12 bulan masih mem-
                                               punyai daya berkecambah lebih dari
Pada tanaman muda, pemangkasan                 83% (Sukarman et al. 2001). Selain itu     Upaya Penanggulangan
diperlukan untuk membentuk kerangka            bahan tanaman unggul (entres, scion)
tanaman, sedang pada tanaman produktif         yang akan dipakai untuk penyambungan       Upaya menanggulangi berbagai masalah
pemangkasan dilakukan untuk mem-               dapat dipertahankan viabilitasnya sampai   dalam agribisnis jambu mete dapat
pertahankan luas optimum permukaan             + 20 hari dengan cara mencelupkan          dilakukan melalui pelatihan, mulai dari

58                                                                                              Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004
tingkat kabupaten, kecamatan hingga               mereka dapat melaksanakan rehabilitasi             baik sehingga produktivitasnya rendah.
tingkat desa, mengenai teknik budi daya,          secara mandiri.                                    Teknik budi daya yang diterapkan sangat
pascapanen, dan pemasaran. Pelatihan                   Kelembagaan koperasi juga perlu               terbatas padahal inovasi teknologi budi
secara berjenjang diperlukan untuk                ditumbuhkembangkan. Selain untuk                   daya jambu mete dan teknologi pengolah-
mempersiapkan petugas-petugas lapang-             menampung dan memasarkan produksi                  an hasil panen menjadi produk-produk
an (traning for trainers) karena pelatih          gelondong, koperasi juga bergerak di               dengan nilai tambah relatif tinggi telah
yang menguasai inovasi tersebut ter-              bidang pengadaan sarana produksi dan               tersedia. Sarana pertanian di lokasi
batas jumlahnya, sedang petugas la-               modal.                                             pengembangan mete umumnya kurang
pangan yang akan mengintroduksikan-                    Kemitraan diperlukan dalam penye-             tersedia dan hasil kebun masih dipasarkan
nya kepada petani belum menguasai                 diaan sarana dan prasarana pertanian,              dalam bentuk gelondong. Dengan kondisi
inovasi tersebut dengan baik. Pelatihan           termasuk peralatan pengolahan hasil                seperti itu maka usaha tani jambu mete
di kelas perlu diikuti dengan praktek di          panen serta jaminan pasar untuk produk-            belum dapat diandalkan sebagai sumber
lapangan. Untuk itu perlu disiapkan               produk mete dengan harga yang wajar.               pendapatan.
kebun-kebun dan peralatan pascapanen              Jenis-jenis produk yang dihasilkan                      Alternatif untuk meningkatkan
untuk mempraktekkan apa yang telah                disesuaikan dengan permintaan pasar.               produktivitas dan pendapatan petani
diperoleh di kelas.                               Teknologi pascapanen dapat diperoleh               mete mencakup upaya jangka pendek dan
     Untuk perbanyakan tanaman melalui            melalui kerja sama dengan perguruan                jangka panjang. Upaya jangka pendek
penyambungan, perlu dibentuk regu-regu            tinggi atau lembaga penelitian terkait.            (3–5 tahun) meliputi perbaikan budi daya
sambung di setiap desa atau kecamatan,                                                               dibarengi dengan diversifikasi produk
dan penyuluh di wilayah tersebut ber-                                                                untuk meningkatkan pendapatan petani.
tanggung jawab terhadap keterampilan                                                                 Untuk jangka panjang (5–10 tahun),
setiap regu. Setiap 1–2 bulan dilakukan           KESIMPULAN                                         diperlukan rehabilitasi perkebunan mete
monitoring dan evaluasi terhadap kinerja                                                             dan koordinasi yang baik di antara setiap
regu penyambungan tersebut. Teknik                Perkebunan jambu mete umumnya dikelola             subsistem dalam agribisnis mete.
penyambungan perlu dikuasai petani agar           oleh rakyat dengan kondisi yang kurang




DAFTAR PUSTAKA
Bhaskara, Rao E.V.V. 1997. Integrated                 Badan Pengkajian dan Penerapan Tek-            Saragih, B. 1994. Agroindustri sebagai suatu
   production practices in cashew in India.           nologi, Jakarta. 8 hlm.                            sektor yang memimpin dalam pem-
   Expert consultation on integrated pro-                                                                bangunan jangka panjang (PJP) II. Makalah
                                                  Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.
   duction practices in cashew in Asia. FAO–                                                             disampaikan pada ceramah SESPANAS,
                                                     II. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan,
   Bangkok, Thailand, 7–9 October 1997. 23                                                               tanggal 9 September 1994, di Jakarta.13
                                                     Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Ja-
   pp.                                                                                                   hlm.
                                                     karta. hlm. 1.223–1.225.
Daras, U. dan R. Zaubin. 2001. Sejarah dan                                                           Simanungkalit, T. 1997. Membangun industri
                                                  Iskandar, M. 2002. Prospek CNSL (cashew nut
   prospek tanaman jambu mete. Monograf                                                                 mete nasional jangka panjang. Sumbang
                                                      shell liquid) sebagai bahan baku industri
   Jambu Mete. Balai Penelitian Tanaman                                                                 saran dan masukan dari Asosiasi Industri
                                                      insektisida nabati. Hasil-hasil Penelitian
   Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 1–8.                                                                    Mete Indonesia (AIMI). AIMI, Ujung
                                                      Tanaman Rempah dan Obat Mendukung
                                                                                                        Pandang.
Daras, U., R. Zaubin, dan R. Suryadi. 2002.           Otonomi Daerah. Perkembangan Teknologi
   Penelitian pemupukan jambu mete di                 Tanaman Rempah dan Obat XIV(2): 35–            Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah. 2001.
   Propinsi NTB dan NTT. Laporan Kerja                42.                                               Produksi dan penanganan benih jambu
   Sama Proyek P2RWTI-IFAD, Direktorat                                                                  mete. Monograf Jambu Mete. Pusat Pe-
                                                  Koerniati, S. dan E.A. Hadad. 1996. Per-
   Jenderal Bina Produksi Perkebunan dengan                                                             nelitian dan Pengembangan Tanaman
                                                     kembangan penelitian bahan tanaman
   Balai Penelitian Tanaman Rempah dan                                                                  Perkebunan, Bogor. hlm. 37–50.
                                                     jambu mete. Prosiding Forum Komunikasi
   Obat, Bogor.
                                                     Ilmiah Komoditas Jambu Mete, Bogor 5−6          Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2000. Beberapa pola
Dhalimi, A., R. Zaubin, dan R. Suryadi. 2001.        Maret. Balai Penelitian Tanaman Rempah             rehabilitasi jambu mete (Anacardium
   Pengaruh dosis dan agihan pemupukan               dan Obat, Bogor. hlm. 104−114.                     occidentale). Balai Penelitian Tanaman
   terhadap pertumbuhan dan produktivitas                                                               Rempah dan Obat, Bogor. 9 hlm.
                                                  Mulyono, E. dan D. Sumangat. 2001. Peng-
   jambu mete. Laporan Teknis Penelitian
                                                     olahan gelondong jambu mete, cairan kulit                .
                                                                                                     Zaubin, R., U. Daras, dan R. Suryadi. 2000.
   Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rem-
                                                     biji mete (CNSL) dan pemanfaatannya.               Demonstrasi plot pemangkasan jambu
   pah dan Obat, TA 2000. Balai Penelitian
                                                     Monograf Jambu Mete. Balai Penelitian              mete. Kerja Sama Proyek P2RWTI-IFAD.
   Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
                                                     Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm.               Direktorat Jenderal Perkebunan dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik      77–96.                                             Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
    Perkebunan Indonesia 1998–2000. Jambu                                                               Obat, Bogor.
                                                  Said, E.G. 2000. Menguak potensi pengembangan
    Mete. Departemen Kehutanan dan Per-
                                                      industri hilir perkebunan Indonesia. Makalah   Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2001. Pengaruh
    kebunan, Jakarta.
                                                      Seminar Sehari Kebijakan Industri Hilir           paklobutrazol dan lama penyimpanan
Direktorat Teknologi Agroindustri. 1999.              Perkebunan, Jakarta, 14 September 2000.           terhadap viabilitas entres jambu mete.
   Rangkuman Hasil Diskusi Pengembangan               Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia,         Buletin Tanaman Rempah dan Obat XII(1):
   Agroindustri Mete. Jakarta, 7 April 1999.          Bogor.                                            7–14.


Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004                                                                                                           59
Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2002a. Demonstrasi      mupukan serta pemberian mulsa terhadap      bungan (grafting). Laporan Kerja Sama
   plot pemangkasan tanaman jambu mete.            pertumbuhan dan produksi tanaman jambu      Proyek P2RWTI/EISCDP-IFAD, Direk-
   Laporan Kerja Sama Proyek P2RWTI/               mete. Laporan Hasil Penelitian TA. 2002.    torat Jenderal Perkebunan dengan Balai
   EISCDP-IFAD. Direktorat Jenderal Per-           Balai Penelitian Tanaman Rempah dan         Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
   kebunan dengan Balai Penelitian Tanaman         Obat, Bogor. 14 hlm.                        Bogor. 8 hlm.
   Rempah dan Obat, Bogor. 6 hlm.
                                                Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2002c. Rejuvenasi
Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2002b. Pengaruh         tanaman jambu mete melalui penyam-
   daerah peletakan pupuk dan kedalaman pe-




60                                                                                                Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004

More Related Content

What's hot

Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]LAZISMU
 
Konsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemenKonsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemenAgus Wiyanto
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanianbagask_25
 
Pengaruh pukan dan jarak tanam jg mns
Pengaruh pukan dan jarak tanam jg mnsPengaruh pukan dan jarak tanam jg mns
Pengaruh pukan dan jarak tanam jg mnsIr. Zakaria, M.M
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanamanHasan Addiny
 
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanKelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanSiswandaPraja
 

What's hot (16)

Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Rdhp pendampingan kwsn jagung 2018
Rdhp pendampingan kwsn jagung  2018Rdhp pendampingan kwsn jagung  2018
Rdhp pendampingan kwsn jagung 2018
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018Rdhp peningkatan ip 2018
Rdhp peningkatan ip 2018
 
Konsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemenKonsep peningkatan-rendemen
Konsep peningkatan-rendemen
 
0920 SRI Datang Membawa Peluang
0920 SRI Datang Membawa Peluang0920 SRI Datang Membawa Peluang
0920 SRI Datang Membawa Peluang
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanian
 
Untitled1 (recovered)
Untitled1 (recovered)Untitled1 (recovered)
Untitled1 (recovered)
 
0323 Sistem Intensifikasi Padi
0323 Sistem Intensifikasi Padi0323 Sistem Intensifikasi Padi
0323 Sistem Intensifikasi Padi
 
Tahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakanTahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakan
 
Pengaruh pukan dan jarak tanam jg mns
Pengaruh pukan dan jarak tanam jg mnsPengaruh pukan dan jarak tanam jg mns
Pengaruh pukan dan jarak tanam jg mns
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanaman
 
Makalah perkebunan kelapa sawit
Makalah perkebunan kelapa sawitMakalah perkebunan kelapa sawit
Makalah perkebunan kelapa sawit
 
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjanKelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
Kelompok 3 komponen teknologi sistem surjan
 

Similar to P3232043

Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet DhuafaKonsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet DhuafaDompet Dhuafa
 
Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...
Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...
Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...CIFOR-ICRAF
 
Praktek lapang sembawa rifa sotia
Praktek lapang sembawa   rifa sotia Praktek lapang sembawa   rifa sotia
Praktek lapang sembawa rifa sotia Rifa Rifa
 
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptxMateri Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptxnovitawale
 
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGPROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGWelly Febrianto
 
Pendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput lautPendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput lautsridevi680058
 
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...NurdinUng
 
Farmer institutional role in marketing organic rice, indonesia
Farmer institutional role in marketing organic rice, indonesiaFarmer institutional role in marketing organic rice, indonesia
Farmer institutional role in marketing organic rice, indonesiarenysukmawani
 
tugas tbt teh tembakau DAFFA.docx
tugas tbt teh tembakau DAFFA.docxtugas tbt teh tembakau DAFFA.docx
tugas tbt teh tembakau DAFFA.docxTasyaSalsabila32
 
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdfprospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdfsalsabila10863
 
1. definisi dan arti penting agroindustri
1. definisi dan arti penting  agroindustri1. definisi dan arti penting  agroindustri
1. definisi dan arti penting agroindustriUniversity of Brawijaya
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
 

Similar to P3232043 (20)

MAKMUR.pdf
MAKMUR.pdfMAKMUR.pdf
MAKMUR.pdf
 
0107 kedelai
0107 kedelai0107 kedelai
0107 kedelai
 
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet DhuafaKonsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
 
Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...
Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...
Peningkatan kapasitas petani dalam good agricultural practices untuk liveliho...
 
Rdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasutRdhp bioindustri pasut
Rdhp bioindustri pasut
 
Praktek lapang sembawa rifa sotia
Praktek lapang sembawa   rifa sotia Praktek lapang sembawa   rifa sotia
Praktek lapang sembawa rifa sotia
 
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptxMateri Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
Materi Bimtek Hortikultura di Kabupaten Nagekeo 2022.pptx
 
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGPROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
 
Pendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput lautPendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput laut
 
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
Pemberdayaan petani melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pembuatan...
 
Farmer institutional role in marketing organic rice, indonesia
Farmer institutional role in marketing organic rice, indonesiaFarmer institutional role in marketing organic rice, indonesia
Farmer institutional role in marketing organic rice, indonesia
 
tugas tbt teh tembakau DAFFA.docx
tugas tbt teh tembakau DAFFA.docxtugas tbt teh tembakau DAFFA.docx
tugas tbt teh tembakau DAFFA.docx
 
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdfprospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
prospek dan arah pengembangan agribisnis padi.pdf
 
1. definisi dan arti penting agroindustri
1. definisi dan arti penting  agroindustri1. definisi dan arti penting  agroindustri
1. definisi dan arti penting agroindustri
 
Prospek Agribisnis
Prospek AgribisnisProspek Agribisnis
Prospek Agribisnis
 
Proposal pertanian
Proposal pertanianProposal pertanian
Proposal pertanian
 
Alvin kir
Alvin kirAlvin kir
Alvin kir
 
Slide Tesis MEP UGM
Slide Tesis MEP UGMSlide Tesis MEP UGM
Slide Tesis MEP UGM
 
Pola tanam juring ganda pada tebu
Pola tanam juring ganda pada tebuPola tanam juring ganda pada tebu
Pola tanam juring ganda pada tebu
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
 

P3232043

  • 1. DIVERSIFIKASI PRODUK DAN REHABILITASI PERKEBUNAN JAMBU METE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI Robber Zaubin, Rudi Suryadi, dan Y.T. Yuhono Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111 ABSTRAK Pada tahun 2000, area jambu mete mencapai 535.745 ha, namun produktivitasnya hanya berkisar antara 200–400 kg/ha, jauh di bawah India yang mencapai kisaran 600–1.200 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh penggunaan bahan tanaman yang bukan unggul (potensi produksi hanya 8,90 kg/pohon), penerapan teknologi budi daya yang sangat terbatas, dan kondisi wilayah pengembangan yang kurang memenuhi persyaratan yang dikehendaki tanaman. Selain itu, sebagian besar (94,44%) produk mete masih diperdagangkan dalam bentuk gelondong dan hanya sebagian kecil (5,56%) saja dalam bentuk kacang mete. Harga gelondong berkisar antara Rp5.000−Rp8.000/kg dan harga kacang mete Rp30.000–Rp40.000/kg. Pada umumnya gelondong yang dihasilkan kurang bernas dan petani kurang tertarik untuk melakukan pengacipan karena dibutuhkan 5–6 kg gelondong untuk setiap kilogram kacang. Pada kondisi seperti itu, usaha tani jambu mete belum dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan utama petani. Alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani dapat ditempuh melalui upaya jangka pendek (3–5 tahun) dan jangka panjang (5−10 tahun). Upaya jangka pendek mencakup pemeliharaan kebun yang baik agar produksi dan kualitas gelondong meningkat serta diversifikasi produk baik diversifikasi horizontal maupun vertikal. Upaya jangka panjang (5–10 tahun) ditempuh melalui rehabilitasi dan peremajaan kebun-kebun mete. Inovasi teknologi untuk melaksanakan perbaikan tersebut telah tersedia, namun sosialisasinya masih menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu, kemampuan petani perlu ditingkatkan, agroindustri dibenahi agar dapat menunjang kegiatan produksi, dan pemerintah daerah mengkoordinasi dan memfasilitasi semua sektor agar agribisnis mete dapat berjalan lebih baik. Kata kunci: Jambu mete, diversifikasi, rehabilitasi, pendapatan ABSTRACT Rehabilitation of cashew plantation and diversification of products to increase farmer income In the year 2000, the area of cashew plantations in Indonesia was 535,745 ha, however, the productivity was only between 200–400 kg/ha, far below of India which was about 600–1,200 kg/ha. The low productivity is due to the use of poor genetic sources of planting material (yield potential 8.90 kg/tree), poor cultural practices and not completely suitable conditions of regions used for cashew development. Moreover, 94.44% of the products are traded in the form of nuts, and only a small portion (5.56%) as kernels. The price of cashew nuts is about Rp5,000− Rp8,000/kg and Rp30,000−Rp40,000/kg for the kernels. Commonly, the nuts are not peeled, and farmers are not interested in peeling the nuts since it needs 5–6 kg of nuts to produce 1 kg of kernels. Based on current conditions, farmers can not rely on cashew farming as their main source of income. Alternatives to increase farmers' income may be carried out in two stages, i.e., short-term plan (3−5 years) and long-term plan (5−10 years). The short- term efforts constitute application of good cultural practices to increase the production and quality of kernels, and diversification by producing other cash crops (horizontally diversification) and process the kernels and its by- products to increase their economic value. Long-term efforts occupy rehabilitation of the existing cashew plantations by top working with superior scions, and rejuvenation or replanting of unproductive orchards with superior planting materials. Innovative technologies required for the purposes are available, however, it has not been socialized properly. Therefore, farmers skill should be increased, the agroindustry sectors must be functioned to support the production sector, and the local government should coordinate and facilitate all sectors related to agribusiness of cashew nut. Keywords: Cashew, rehabilitation, diversification, income P engembangan tanaman jambu mete sampai tahun 2000 menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan luas ha) sehingga pendapatan petani dari usaha tani jambu mete belum dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. dapatan petani atau menanggulangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan pembangunan. area sekitar 535,745 ha. Namun pro- Padahal pengembangan jambu mete Tantangan tersebut dapat dijawab dengan duktivitasnya masih rendah (200−400 kg/ bertujuan untuk meningkatkan pen- cara membenahi sistem agribisnis jambu Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 53
  • 2. mete yang meliputi pengadaan sarana namun mulai tahun 1984 juga untuk sarana, pelatihan singkat terutama produksi, budi daya, pengolahan hasil, tujuan komersial (Daras dan Zaubin 2001). mengenai teknik budi daya dan cara pemasaran, dan kelembagaan penunjang Produk mete umumnya diperdagang- pengacipan, serta kemitraan dengan (Saragih 1994) yang selama ini masih kan dalam bentuk gelondong dan hanya pengusaha pengacipan. Namun, upaya belum terkoordinasi dengan baik. sebagian kecil dalam bentuk kacang. tersebut belum memberikan dampak Agroindustri jambu mete di bagian Kulit gelondong masih dianggap sebagai yang berarti. Mengingat area jambu mete hulu, seperti pengadaan bibit, pupuk, limbah dan buah semu belum banyak sudah cukup luas, yaitu 535.745 ha dengan dan pestisida, serta agroindustri di bagian dimanfaatkan sehingga nilai tambahnya melibatkan 535.745 KK (asumsi pemilikan hilir, seperti pengolahan hasil mete men- belum dapat dinikmati oleh petani. Harga kebun mete 1 ha/KK), maka berbagai jadi produk setengah jadi atau siap pakai, gelondong mete selama tahun 2000−2003 langkah strategis perlu ditempuh, yang selama ini masih kurang terkait dengan bervariasi antara Rp5.000−Rp8.000/kg, mencakup upaya jangka pendek dan kegiatan budi daya jambu mete. Hal ini dan harga kacang mete sekitar Rp30.000− jangka panjang. secara tidak langsung mempengaruhi Rp40.000/kg, bergantung pada mutu, kegiatan budi daya dan pengolahan hasil permintaan pasar, dan jalur tata niaga sehingga produksi dan pendapatan yang setempat. Ukuran dan bobot gelondong Upaya Jangka Pendek (3 – 5 dicapai petani rendah. Kegiatan budi mempengaruhi perkembangan industri Tahun) daya jambu mete juga masih menghadapi pengacipan. Bila gelondong bernas, maka berbagai kendala, karena bahan tanaman setiap 3–4 kg gelondong menghasilkan 1 Pemeliharaan yang digunakan bukan unggul dengan kg kacang, namun bila gelondong kurang potensi produksi hanya sekitar 8,90 kg/ bernas, maka diperlukan 5–6 kg untuk Selama ini pemeliharaan kebun belum pohon, serta kemampuan petani (SDM) menghasilkan 1 kg kacang. Pada umum- mengacu pada panduan teknologi yang masih terbatas.Tulisan ini bertujuan nya gelondong yang dihasilkan petani tersedia, sehingga produktivitasnya untuk memberikan gambaran mengenai kurang bernas, sehingga kegiatan hanya 300 kg/ha. Pemupukan dan kondisi perkebunan jambu mete dewasa pengacipan dianggap tidak mengun- pemangkasan tanaman masih belum ini terutama kegiatan budi daya dan tungkan karena nilai tambah yang di- diterapkan dengan tepat, padahal pe- alternatif untuk memperbaikinya agar peroleh relatif kecil. Apalagi alat kacip mupukan sangat berpengaruh terhadap jambu mete dapat menjadi sumber pen- yang digunakan kurang baik, sehingga produksi. Pemupukan 600 g NPK (1:1:2)/ dapatan utama petani. sekitar 40% kacang yang dihasilkan pohon/tahun disertai dengan pemang- pecah (Direktorat Teknologi Agroindustri kasan cabang ekstensif dan ranting dalam 1999). tajuk pada tanaman jenis lokal berumur 4 Pemilikan kebun mete rata-rata setiap tahun, dapat meningkatkan produktivitas STATUS PERKEBUNAN kepala keluarga (KK) adalah 1 ha dengan dari 2,80 kg/pohon menjadi 4,70 kg/pohon JAMBU METE produktivitas 300 kg/ha. Apabila harga (Zaubin et al. 2000). Pada tanaman jenis gelondong Rp5.000/kg, maka pendapatan lokal berumur 8 tahun, produktivitas Sebagian besar (98%) pertanaman jambu dari jambu mete adalah Rp1.500.000/tahun. optimum sekitar 8,90 kg/pohon/tahun mete diusahakan sebagai perkebunan Jumlah tersebut masih jauh di bawah atau 1.780 kg/ha dapat diperoleh dengan rakyat, yang meliputi area 535.745 ha, kebutuhan hidup 1 keluarga petani, yang pemupukan 1 kg NPK (1:1:2)/pohon/tahun dengan produksi 86.924 ton. Sayangnya diperkirakan mencapai Rp 7,50 juta/tahun. (Daras et al. 2002). Di Cikampek (Jawa produktivitasnya hanya berkisar antara Selain itu, industri pengacipan gelondong Barat), tanaman mete tipe Balakrisnan- 200–400 kg/ha (Simanungkalit 1997), menjadi kacang mete belum berkembang, 02 umur 6 tahun dapat menghasilkan jauh di bawah India yang berkisar antara sehingga nilai tambahnya belum dapat gelondong 5,60 kg/tanaman dengan 600–1.200 kg/ha (Bhaskara 1997). Rendah- dinikmati petani. Pada kondisi seperti itu, gelondong yang bernas, yaitu 117 butir nya produktivitas tersebut disebabkan usaha tani jambu mete belum dapat gelondong/kg. Secara umum cara pe- oleh penggunaan bahan tanaman yang diandalkan sebagai sumber pendapatan mupukan tanaman jambu mete dapat bukan unggul, penerapan teknik budi utama. Oleh karena itu, perlu dilakukan mengacu pada Tabel 1. daya yang sangat terbatas, dan tanah upaya meningkatkan produktivitas mete Tajuk pohon mete dengan jarak serta iklim yang tidak sesuai untuk diiringi dengan diversifikasi produk agar tanam 6 m x 6 m pada umumnya sudah pengembangan mete. mete dapat menjadi andalan pendapatan saling tumpang-tindih (overlapped) mulai Pusat-pusat pengembangan jambu petani dan pendapatan asli daerah. umur 6 tahun. Oleh karena itu, diperlukan mete adalah Sulawesi Tenggara (143.084 pemangkasan pemeliharaan agar luas ha), Nusa Tenggara Timur (126.832 ha), permukaan tajuk tempat keluarnya bunga Sulawesi Selatan (71.894 ha), Jawa Timur atau buah selalu optimum. ALTERNATIF MENINGKAT- (57.794 ha), Nusa Tenggara Barat (50.053 KAN PENDAPATAN PETANI ha), Jawa Tengah (30.815 ha), Sulawesi Diversifikasi produk Tengah (19.415 ha), dan Bali (17.080 ha) METE (Direktorat Jenderal Perkebunan 2000). Berbagai produk sekunder atau produk Perkebunan mete tersebut merupakan Untuk meningkatkan pendapatan petani jadi dapat dihasilkan dari buah jambu hasil pengembangan yang dimulai tahun jambu mete, beberapa upaya telah mete. Buah semu dapat diolah menjadi 1972. Pada mulanya, pengembangan dilakukan, antara lain melalui proyek- sirup, jeli, anggur, asinan, makanan ternak, ditujukan untuk konservasi lahan dan air, proyek pengembangan dan bantuan dan pupuk organik, serta gelondong 54 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004
  • 3. Tabel 1 . Takaran dan jenis pupuk/pohon/tahun, serta agihan, waktu dan cara pemupukan tanaman jambu mete. Umur tanaman Urea SP-36 KCl Agihan dan waktu Cara (tahun) (g) (g) (g) pemupukan pemupukan 0−1 25−35 30−45 35−50 50% diberikan pada Ditugal sedalam 15 awal dan akhir musim cm di antara pangkal hujan batang dan batas tajuk 1−2 80−90 100−120 120−135 50% diberikan pada awal Ditugal sedalam 15 cm dan akhir musim hujan pada batas tajuk 2−3 374−400 400−500 500−600 70% diberikan pada awal Ditugal sedalam 40 cm pada pembungaan dan 30% empat titik dibatas tajuk 2 bulan kemudian >3 500−550 625−700 750−800 70% diberikan pada awal Ditugal sedalam 40 cm pembungaan dan 30% pada empat titik dibatas tajuk 2 bulan berikutnya Sumber: Dhalimi et al. (2001); Daras et al. (2002); Zaubin dan Suryadi (2002b). menjadi kacang mete dan cashew nut shell Vietnam, misalnya, ekspor gelondong yang ada (existing cashew plantation), liquid (CNSL) (Mulyono dan Sumangat dikenakan pajak 4%, sedangkan ekspor misalnya penjarangan pada kebun dengan 2001) yang derivatnya digunakan dalam kacang mete bebas dari pajak. Di India, jarak tanam yang rapat, top working berbagai industri (Gambar 1). Berkem- setiap ekspor 1 kg kacang mete diberikan tanaman yang potensi produksinya ren- bangnya agroindustri mete di pedesaan kebebasan bea masuk untuk impor 4 kg dah, serta penerapan teknik budi daya akan mendorong masyarakat pedesaan gelondong mete (Direktorat Teknologi pada kebun dengan pemeliharaan kurang untuk menggali potensi kapital yang ada Agroindustri 1999). Di beberapa daerah baik, termasuk pengendalian hama dan di wilayahnya dan memanfaatkannya da- sentra produksi mete di Indonesia justru penyakit. Peremajaan merupakan tindakan lam bentuk perputaran ekonomi, sehingga disinyalir bahwa setiap gelondong mete penanaman kembali suatu area per- menyerap tenaga kerja cukup banyak yang keluar dari desa dikenakan retribusi, kebunan mete yang sudah rusak dan tidak (Saragih 1994) dan petani memperoleh juga di tingkat kecamatan dan antar- ekonomis (produktivitas kurang dari 300 nilai tambah. Ketersediaan bahan baku pulau. Retribusi tersebut tentunya akan kg/ha) dengan tanaman unggul hasil buah semu dan gelondong cukup banyak, dibebankan sebagai biaya pembelian penyambungan. mencapai 87.693 ton gelondong dan sehingga harga di tingkat petani menjadi 964.656 ton buah semu pada tahun 1998. rendah. Koordinasi Kemitraan − Upaya Jangka Panjang (5−10 Tahun) Koordinasi antara setiap subsistem dalam Kemitraan antara koperasi atau kelompok agribisnis jambu mete diperlukan untuk tani dengan pengusaha diperlukan agar Upaya jangka panjang untuk meningkat- menciptakan satu wadah ekonomi ber- petani memperoleh peralatan pascapanen kan pendapatan petani mete meliputi sama sehingga terjalin keterkaitan yang dan jaminan pasar dengan harga yang kegiatan-kegiatan yang memerlukan per- erat di antara setiap subsistem. Struktur wajar bagi produk yang dihasilkan. Dalam siapan yang relatif lama. Petani umumnya sistem agribisnis mete dewasa ini masih kemitraan tersebut, 65% saham dimiliki enggan melakukan penjarangan. Selain tersekat-sekat. Subsistem agribisnis di koperasi dan 35% milik pengusaha. itu, teknik penyambungan, pengendalian bagian hulu (penyediaan sarana pro- Umumnya pengelolaan sisi permintaan hama dan penyakit, serta budi daya yang duksi) dan di bagian hilir (pengolahan masih sangat lemah sehingga pihak baik belum dikuasai. Oleh karena itu, hasil dan pemasaran) masih dikuasai pengusaha diharapkan dapat menjemba- petani perlu disiapkan terlebih dahulu oleh pengusaha yang memperoleh tani pemasaran dengan cara memesan untuk dapat melaksanakan rehabilitasi keuntungan atau nilai tambah yang besar, atau menyampaikan pesanan produk- dan peremajaan serta membangun kerja sedangkan porsi ekonomi utama petani produk mete serta kualitas yang diminta sama yang baik di antara semua pihak yang mete adalah pada kegiatan budi daya pasar. terlibat dalam agribisnis jambu mete. yang nilai tambah ekonominya relatif kecil. Upaya untuk membenahi kondisi ini Kebijakan Rehabilitasi dan peremajaan adalah dengan melaksanakan koordinasi yang baik agar setiap subsistem dalam Perlu ada kebijakan pemerintah untuk Rehabilitasi diartikan sebagai kegiatan agribisnis mete terintegrasikan dalam satu melindungi perdagangan mete. Di untuk meningkatkan produktivitas kebun sistem pada suatu kawasan atau wilayah. Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 55
  • 4. Selai (jam), pasta buah Buah kalengan dalam sirup Manisan buah, acar, asinan Manisan kering (candy) Sambal, abon Sari buah keruh dan jernih Anggur, jeli Cuka makan (vinegar) Buah semu Sari buah Nata de cashew Obat rasa mual, gurah Ampas sisa perasan Pakan ternak Pupuk (kompos) Kacang mete Gelondong Bahan cat, pernis, resin, pelumas Bahan kanvas rem, minyak rem CNSL Bahan insektisida, fungisida Sampai dengan 200 jenis bahan Kulit biji dagangan lain Ampas Bahan bakar Papan partikel Bahan obat penyakit kulit, luka bakar Daun/pucuk Lalapan Kayu Bahan industri penyamak kulit Batang Kulit batang Bahan obat kumur (sariawan) Lem kertas Getah (gum) Antirayap Akar Mengandung khasiat pencahar Gambar 1. Potensi pohon dan buah jambu mete sebagai bahan baku berbagai industri (Heyne 1987; Said 2000; Iskandar 2002). Ditunjang oleh pemerintah daerah, pada setiap kawasan sentra produksi mete INOVASI TEKNOLOGI BUDI perbankan, perguruan tinggi, serta terdapat industri pupuk dan obat-obatan, DAYA DAN PASCAPANEN lembaga penelitian, agribisnis mete dapat tersedia teknologi untuk meningkatkan dijadikan model untuk membangun produktivitas dan nilai tambah, serta ada Beberapa inovasi teknologi yang telah suatu kawasan industri masyarakat pasar yang menampung hasil dengan tersedia di Badan Litbang Pertanian dan perkebunan (KIMBUN) mete. Idealnya, harga yang wajar. siap untuk dikembangkan adalah : 56 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004
  • 5. Teknologi Pascapanen lain adalah F2-8, F2-10, A3-1, A3-2, Pola Rehabilitasi dan A3-3, C6-5, III4/2, M4-2, 293, 180, dan Peremajaan Penguasaan teknologi pengolahan buah B02 (Koerniati dan Hadad 1996). Selain semu dan gelondong mete diperlukan yang sudah tercatat, di setiap sentra untuk menghasilkan produk-produk siap Beberapa pola rehabilitasi dan peremaja- produksi dilaporkan terdapat pohon pakai dan memperoleh nilai tambah an telah tersedia, namun penerapannya dengan potensi produksi 10–20 kg/ (Mulyono dan Sumangat 2001). Salah harus disesuaikan dengan kondisi la- pohon. Pohon ini dapat dipakai sebagai satu produk dari buah semu adalah pangan. Di Sulawesi Tenggara, khusus- bahan perbanyakan tanaman karena anggur jambu mete. Cara pembuatannya, nya di Pulau Muna, jambu mete pada sudah beradaptasi di wilayah masing- buah semu yang matang dan tidak cacat mulanya dikembangkan dengan jarak masing, seperti di daerah Bayan, Dompu, dicuci, lalu dihancurkan atau diblender, tanam 3 m x 2 m dengan tujuan untuk Doropeti di Nusa Tenggara Barat, ditambahkan air sebanyak bobot bahan konservasi lahan. Karena gelondong- Larantuka di Nusa Tenggara Timur, yang digunakan, disaring, dan ditambah- nya mempunyai harga jual yang menarik, Pangkep di Sulawesi Selatan, dan daerah kan 25% gula dan nutrien (0,33 g/l DAP maka pengembangannya kemudian ber- pengembangan lainnya. dan 0,20 g/l Na2CO3). Setelah penyesuaian geser ke arah komersial, namun tanpa pH (3−4,50), dilakukan pasteurisasi, dan disertai upaya untuk memperbaiki kebun setelah dingin ditambahkan 5% starter Perbanyakan melalui yang ada. Perkebunan tersebut perlu khamir Saccharomyces cerevisiae. Penyambungan direhabilitasi (Zaubin dan Suryadi 2000) Selanjutnya larutan difermentasi selama dengan cara memotong (pada tinggi 1,50 2 minggu, di saring, dipasteurisasi, Penguasaan teknik penyambungan di- m) pohon-pohon terbaik pada jarak 10 m x dilanjutkan dengan proses penuaan perlukan karena tanaman jambu mete 10 m. Tunas yang tumbuh dari batang (aging) selama 3 bulan. menyerbuk silang sedangkan populasi pokok selanjutnya disambung dengan Produk siap pakai lainnya adalah tanaman yang ada potensi genetiknya tunas dari pohon unggul. Setelah tunas nata de cashew. Produk ini dibuat dengan rendah. Pohon-pohon unggul jambu sambungan hidup, pohon di sekitarnya cara mencuci buah semu yang matang mete harus diperbanyak secara klonal dibongkar secara bertahap sehingga dan tidak cacat, lalu direndam dalam 2% dengan penyambungan agar hasil per- akhirnya diperoleh pohon-pohon ung- air garam selama 2 jam, dipotong-potong, banyakan mempunyai sifat-sifat unggul gul dengan jarak tanam 10 m x 10 m. dihancurkan atau diblender, diperas, dan seperti pohon induknya (Zaubin dan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi disaring. Selanjutnya filtrat diencerkan Suryadi 2002c). Penyambungan dapat penyiangan, pemangkasan, pemupukan, dengan menambahkan air sebanyak tiga dilakukan pada tingkat bibit (Gambar 2) serta pengendalian hama dan penyakit. kali volume filtrat, lalu dimasak. Selama maupun pada tanaman dewasa melalui Lahan di antara barisan pohon mete dapat pemasakan ditambahkan 3% gula pasir, top working (Gambar 3). Sebagai batang dimanfaatkan untuk tanaman pangan. 1,50% asam cuka, dan 0,30% amonium bawah digunakan tipe lokal dan untuk Di Nusa Tenggara Barat dan Nusa sulfat. Setelah mendidih, larutan di- batang atas diambil dari pohon unggul Tenggara Timur, jambu mete umumnya masukkan ke dalam baki dan ditutup lokal setempat. Dengan cara demikian ditanam dengan jarak tanam 6 m x 6 m. kertas koran. Setelah dingin ditambahkan akan diperoleh pertanaman dengan Sampai umur 3 tahun, lahan di antara 5% starter bakteri Acetobacter xylinum, potensi produksi sekitar 1.500 kg/ha. barisan tanaman mete dapat ditanami kemudian difermentasi selama 8 hari. Setelah jadi, nata dipotong-potong seperti dadu, dicuci beberapa kali sampai bersih, dan siap dikonsumsi. Selain produk di atas, dari gelondong mete dapat dihasilkan kacang yang ber- mutu tinggi. Gelondong yang terpilih dijemur sampai kadar air 9−10%, di- dinginkan, lalu dikupas dengan meng- gunakan alat kacip model MM-99. Kacang mete yang masih berkulit ari selanjutnya dijemur sampai mencapai kadar air 7−8%, kemudian disangrai dan dilepas kulit arinya. Kacang mete kering lalu disortasi sesuai tingkat keutuhan, dijemur lagi sampai mencapai kadar air 5%, lalu dikemas. Pohon-pohon Harapan atau Unggul Lokal Nomor-nomor pohon mete dengan Gambar 2. Bibit sambungan jambu mete di rumah atap (A) dan tanaman hasil potensi produksi 10−20 kg/pohon antara sambungan umur 5 tahun (B). Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 57
  • 6. (celup cepat) bagian pangkalnya ke dalam larutan 750 ppm paklobutrazol, lalu disemprot dengan fungisida dan di- bungkus dengan kertas koran basah (Zaubin dan Suryadi 2001). TANTANGAN DAN UPAYA PENANGGULANGAN Tantangan Meskipun kondisi perkebunan mete kurang baik dan teknologi untuk me- ningkatkan produktivitas tersedia, industri pengacipan belum berkembang Gambar 3. Top working tanaman jambu mete berpotensi produksi rendah (A) dan dan kegiatan rehabilitasi (termasuk hasil sambungannya setelah 1 tahun (B). peremajaan) belum dilaksanakan. Hal ini karena adanya hambatan atau kendala dalam sumber daya manusia, dukungan tanaman pangan. Setelah berumur 4 tajuk. Sampai umur 15 bulan, tanaman sarana dan prasarana, modal usaha, dan tahun, tajuk tanaman mulai saling me- mete dipangkas untuk mendapatkan kelembagaan. naungi sehingga produksinya menurun bentuk optimum. Selanjutnya dilakukan Petani jambu mete umumnya belum dan peluang untuk mengusahakan pemangkasan pemeliharaan dengan cara siap untuk melakukan diversifikasi dan tanaman pangan tidak ada. Sebaiknya membuang semua tunas dan ranting rehabilitasi. Informasi mengenai teknik perkebunan tersebut direhabilitasi de- yang berada di dalam tajuk, cabang- budi daya dan pascapanen banyak yang ngan cara membagi pohon-pohon mete cabang ekstensif, serta bagian-bagian belum sampai kepada petani, seperti dalam baris ganjil (1, 3, 5, dan seterusnya) pohon yang terserang hama dan penyakit penggunaan bahan tanaman unggul, dan genap (2, 4, 6, dan seterusnya). (Zaubin dan Suryadi 2002a). teknik budi daya, standar mutu gelondong, Pohon dengan nomor genap dalam baris Untuk memacu pertumbuhan ta- serta teknologi pengolahan hasil panen ganjil dan pohon dengan nomor ganjil naman muda dan memperoleh produksi yang efisien dan higienis. dalam baris genap ditebang pada ketinggi- yang optimum, tanaman perlu dipupuk Pada umumnya petani menjual an 1,50 m. Tunas yang tumbuh dari batang dengan takaran sesuai dengan umur dan gelondong dan sedikit sekali yang pokok disambung dengan tunas dari kebutuhan tanaman. Efisiensi peng- melakukan kegiatan pengacipan. Alat pohon unggul. Pohon yang disambung gunaan pupuk diatur dengan mem- kacip yang banyak dimiliki petani adalah ini mulai berproduksi pada umur 2 tahun. perhatikan komposisi hara, cara, waktu, kacip ceklok, dengan kecepatan peng- Apabila tajuk mete mulai saling me- dan interval pemupukan (Dhalimi et al. upasan rendah dan persentase kacang naungi, maka pohon-pohon yang tidak 2001; Daras et al. 2002; Zaubin dan pecah cukup tinggi. Modal petani untuk disambung dibongkar. Dengan demikian Suryadi 2002b) seperti pada Tabel 1. memenuhi kebutuhan usaha taninya diperoleh kebun mete unggul dengan jarak sangat terbatas, sedangkan prosedur tanam 7,50 m x 12 m. untuk mendapatkan bantuan permodalan Rehabilitasi dan peremajaan mem- Penyimpanan Benih kurang dikuasai. buka peluang untuk meningkatkan Kelembagaan dalam industri mete produktivitas perkebunan jambu mete Gelondong mete yang telah dipanen juga masih lemah. Kelompok-kelompok dari 300 kg/ha menjadi 1.500 kg/ha. segera dipisahkan dari buah semu ke- tani masih belum mampu memecahkan Selain itu melalui kegiatan rehabilitasi mudian direndam dalam air. Gelondong masalah dalam usaha taninya. Setiap akan dihasilkan gelondong yang bernas yang mengapung dan melayang di- subsistem dalam agribisnis mete masih (120 butir/kg gelondong) sehingga pisahkan dan yang tenggelam dipakai berdiri sendiri-sendiri dan belum ber- membuka peluang untuk mengembang- sebagai benih. Setelah dijemur sampai dasarkan pada asas kebersamaan eko- kan industri pengacipan (home industry). mencapai kadar air 5–6%, gelondong nomi. Pemerintah daerah juga kurang dikemas dalam kantong plastik kedap serius menangani permasalahan dalam udara untuk disimpan. Benih yang agribisnis jambu mete. Pemangkasan dan Pemupukan disimpan selama 12 bulan masih mem- punyai daya berkecambah lebih dari Pada tanaman muda, pemangkasan 83% (Sukarman et al. 2001). Selain itu Upaya Penanggulangan diperlukan untuk membentuk kerangka bahan tanaman unggul (entres, scion) tanaman, sedang pada tanaman produktif yang akan dipakai untuk penyambungan Upaya menanggulangi berbagai masalah pemangkasan dilakukan untuk mem- dapat dipertahankan viabilitasnya sampai dalam agribisnis jambu mete dapat pertahankan luas optimum permukaan + 20 hari dengan cara mencelupkan dilakukan melalui pelatihan, mulai dari 58 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004
  • 7. tingkat kabupaten, kecamatan hingga mereka dapat melaksanakan rehabilitasi baik sehingga produktivitasnya rendah. tingkat desa, mengenai teknik budi daya, secara mandiri. Teknik budi daya yang diterapkan sangat pascapanen, dan pemasaran. Pelatihan Kelembagaan koperasi juga perlu terbatas padahal inovasi teknologi budi secara berjenjang diperlukan untuk ditumbuhkembangkan. Selain untuk daya jambu mete dan teknologi pengolah- mempersiapkan petugas-petugas lapang- menampung dan memasarkan produksi an hasil panen menjadi produk-produk an (traning for trainers) karena pelatih gelondong, koperasi juga bergerak di dengan nilai tambah relatif tinggi telah yang menguasai inovasi tersebut ter- bidang pengadaan sarana produksi dan tersedia. Sarana pertanian di lokasi batas jumlahnya, sedang petugas la- modal. pengembangan mete umumnya kurang pangan yang akan mengintroduksikan- Kemitraan diperlukan dalam penye- tersedia dan hasil kebun masih dipasarkan nya kepada petani belum menguasai diaan sarana dan prasarana pertanian, dalam bentuk gelondong. Dengan kondisi inovasi tersebut dengan baik. Pelatihan termasuk peralatan pengolahan hasil seperti itu maka usaha tani jambu mete di kelas perlu diikuti dengan praktek di panen serta jaminan pasar untuk produk- belum dapat diandalkan sebagai sumber lapangan. Untuk itu perlu disiapkan produk mete dengan harga yang wajar. pendapatan. kebun-kebun dan peralatan pascapanen Jenis-jenis produk yang dihasilkan Alternatif untuk meningkatkan untuk mempraktekkan apa yang telah disesuaikan dengan permintaan pasar. produktivitas dan pendapatan petani diperoleh di kelas. Teknologi pascapanen dapat diperoleh mete mencakup upaya jangka pendek dan Untuk perbanyakan tanaman melalui melalui kerja sama dengan perguruan jangka panjang. Upaya jangka pendek penyambungan, perlu dibentuk regu-regu tinggi atau lembaga penelitian terkait. (3–5 tahun) meliputi perbaikan budi daya sambung di setiap desa atau kecamatan, dibarengi dengan diversifikasi produk dan penyuluh di wilayah tersebut ber- untuk meningkatkan pendapatan petani. tanggung jawab terhadap keterampilan Untuk jangka panjang (5–10 tahun), setiap regu. Setiap 1–2 bulan dilakukan KESIMPULAN diperlukan rehabilitasi perkebunan mete monitoring dan evaluasi terhadap kinerja dan koordinasi yang baik di antara setiap regu penyambungan tersebut. Teknik Perkebunan jambu mete umumnya dikelola subsistem dalam agribisnis mete. penyambungan perlu dikuasai petani agar oleh rakyat dengan kondisi yang kurang DAFTAR PUSTAKA Bhaskara, Rao E.V.V. 1997. Integrated Badan Pengkajian dan Penerapan Tek- Saragih, B. 1994. Agroindustri sebagai suatu production practices in cashew in India. nologi, Jakarta. 8 hlm. sektor yang memimpin dalam pem- Expert consultation on integrated pro- bangunan jangka panjang (PJP) II. Makalah Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. duction practices in cashew in Asia. FAO– disampaikan pada ceramah SESPANAS, II. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan, Bangkok, Thailand, 7–9 October 1997. 23 tanggal 9 September 1994, di Jakarta.13 Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Ja- pp. hlm. karta. hlm. 1.223–1.225. Daras, U. dan R. Zaubin. 2001. Sejarah dan Simanungkalit, T. 1997. Membangun industri Iskandar, M. 2002. Prospek CNSL (cashew nut prospek tanaman jambu mete. Monograf mete nasional jangka panjang. Sumbang shell liquid) sebagai bahan baku industri Jambu Mete. Balai Penelitian Tanaman saran dan masukan dari Asosiasi Industri insektisida nabati. Hasil-hasil Penelitian Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 1–8. Mete Indonesia (AIMI). AIMI, Ujung Tanaman Rempah dan Obat Mendukung Pandang. Daras, U., R. Zaubin, dan R. Suryadi. 2002. Otonomi Daerah. Perkembangan Teknologi Penelitian pemupukan jambu mete di Tanaman Rempah dan Obat XIV(2): 35– Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah. 2001. Propinsi NTB dan NTT. Laporan Kerja 42. Produksi dan penanganan benih jambu Sama Proyek P2RWTI-IFAD, Direktorat mete. Monograf Jambu Mete. Pusat Pe- Koerniati, S. dan E.A. Hadad. 1996. Per- Jenderal Bina Produksi Perkebunan dengan nelitian dan Pengembangan Tanaman kembangan penelitian bahan tanaman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Perkebunan, Bogor. hlm. 37–50. jambu mete. Prosiding Forum Komunikasi Obat, Bogor. Ilmiah Komoditas Jambu Mete, Bogor 5−6 Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2000. Beberapa pola Dhalimi, A., R. Zaubin, dan R. Suryadi. 2001. Maret. Balai Penelitian Tanaman Rempah rehabilitasi jambu mete (Anacardium Pengaruh dosis dan agihan pemupukan dan Obat, Bogor. hlm. 104−114. occidentale). Balai Penelitian Tanaman terhadap pertumbuhan dan produktivitas Rempah dan Obat, Bogor. 9 hlm. Mulyono, E. dan D. Sumangat. 2001. Peng- jambu mete. Laporan Teknis Penelitian olahan gelondong jambu mete, cairan kulit . Zaubin, R., U. Daras, dan R. Suryadi. 2000. Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rem- biji mete (CNSL) dan pemanfaatannya. Demonstrasi plot pemangkasan jambu pah dan Obat, TA 2000. Balai Penelitian Monograf Jambu Mete. Balai Penelitian mete. Kerja Sama Proyek P2RWTI-IFAD. Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. hlm. Direktorat Jenderal Perkebunan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik 77–96. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Perkebunan Indonesia 1998–2000. Jambu Obat, Bogor. Said, E.G. 2000. Menguak potensi pengembangan Mete. Departemen Kehutanan dan Per- industri hilir perkebunan Indonesia. Makalah Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2001. Pengaruh kebunan, Jakarta. Seminar Sehari Kebijakan Industri Hilir paklobutrazol dan lama penyimpanan Direktorat Teknologi Agroindustri. 1999. Perkebunan, Jakarta, 14 September 2000. terhadap viabilitas entres jambu mete. Rangkuman Hasil Diskusi Pengembangan Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, Buletin Tanaman Rempah dan Obat XII(1): Agroindustri Mete. Jakarta, 7 April 1999. Bogor. 7–14. Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004 59
  • 8. Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2002a. Demonstrasi mupukan serta pemberian mulsa terhadap bungan (grafting). Laporan Kerja Sama plot pemangkasan tanaman jambu mete. pertumbuhan dan produksi tanaman jambu Proyek P2RWTI/EISCDP-IFAD, Direk- Laporan Kerja Sama Proyek P2RWTI/ mete. Laporan Hasil Penelitian TA. 2002. torat Jenderal Perkebunan dengan Balai EISCDP-IFAD. Direktorat Jenderal Per- Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, kebunan dengan Balai Penelitian Tanaman Obat, Bogor. 14 hlm. Bogor. 8 hlm. Rempah dan Obat, Bogor. 6 hlm. Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2002c. Rejuvenasi Zaubin, R. dan R. Suryadi. 2002b. Pengaruh tanaman jambu mete melalui penyam- daerah peletakan pupuk dan kedalaman pe- 60 Jurnal Litbang Pertanian, 23(2), 2004