SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI
                                  Gatot Trimulyadi Rekso

                         Pusat AplikasiTeknologi Isotop dan Radiasi
   Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Cinere, Ps Jumat PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
                   Fax : 021 7513270. E-mail : gatot2811@yahoo.com

                                          Abstrak



Karakteristik Sifat Swelling Benang Kitosan dari Kitin Iradiasi . Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi optimum larutan kitosan dan jenis larutan penggumpal untuk
pembuatan benang kitosan dan sifat swellingnya. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin
menggunakan 50% NaOH larutan pada suhu 80 0C. Saat ini sedang dikembangkan kegunaan
dari kitosan pada bidang kedokteran sebagai benang operasi. Benang kitosan dibuat dari
larutan kitosan dengan larutan penggumpal yang berbeda-beda kemudian dicuci dengan air
dan dikeringkan. Larutan penggumpal yang digunakan adalah 3% NaOH, 5% Na2CO3, dan
campuran antara 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Terhadap benang kitosan yang tebentuk
dilakukan karakterisasi pengukuran swelling degree. Dari pengukuran swelling degree
didapatkan 57, 5% untuk pengukuran benang kitosan 7% dari kitin tanpa iradiasi
menggunakan larutan penggumpal 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Konsentrasi optimum benang
kitosan dari kitin iradiasi adalah 9% menggunakan penggumpal 3% NaOH nilai swelling
degree yang didapatkan adalah 57,7%.



Pendahuluan

       Kitin adalah polimer alam, poli- β -(1,4)-2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa atau N-

asetil- β -(1,4)-glukosamin. Sedangkan kitosan, poli- β -(1,4)-2-amino-2-deoksi-D-glukosa
yang dihasilkan dengan cara pemanasan pada suasana basa pekat.3 Kitosan merupakan
turunan kitin yang dideasetilasi menggunakan 50% natrium hidroksida karena bahan tersebut
efektif untuk memutuskan ikatan antara gugus karboksil dengan atom nitrogen dari kitin.

       Kitosan memiliki sifat tidak larut air tetapi larut dalam asam organik seperti asam
asetat dan asam format. Salah satu pengembangan kitosan dalam bidang kedokteran adalah
dapat digunakan sebagai benang operasi. Keunggulan benang kitosan ini adalah bersifat
biokompatibel dapat diurai, dapat diserap dalam jaringan tubuh dan tidak bersifat toksik.

       Berdasarkan penelitian di Vietnam, diketahui bahwa dengan iradiasi dapat diperoleh
derajat deasetilasi optimum dalam waktu yang lebih singkat. Semakin besar derajat deasetlasi
kitosan maka akan semakin besar pula kelarutannya dalam asam encer. Pada penelitian ini
digunakan dua jenis kitosan yaitu kitosan dari kitin iradiasi dengan dosis 20 kGy dan kitosan
dari kitin tanpa iradiasi. Fungsi iradiasi pada penelitian ini adalah agar kitin terdegradasi dan
molekul rantai panjangnya lebih pendek.

        Pada penelitian ini dilakukan pembuatan benang kitosan dari kitin iradisai dan tanpa
iradiasi dengan variasi konsentrasi kitosan dan variasi penggumpal. Pada penelitian
terdahulu, benang kitosan setelah dicetak dalam keadaan basah dapat digumpalkan dengan
5% larutan natrium hidroksida.4 Pada penelitian ini konsentrasi larutan kitosan divariasikan
dan digumpalkan dengan tiga jenis penggumpal yaitu 3% natrium hidroksida, 5% natrium
karbonat dan 3% campuran antara natrium hidroksida dan natrium karbonat (1:1).




Bahan dan metode


Bahan


  Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: kitin yang berasal dari kulit udang putih,
Natrium hidroksida (NaOH), asam asetat (CH3COOH) dan Natrium karbonat (Na2CO3).




Persiapan Sampel Kitosan

        Kitin dari kulit udang dimasukkan dalam beaker glass 500 ml ditambahkan natrium
hidroksida; NaOH 50% sampai terendam seluruhnya dipanaskan dalam penangas air selama
4 jam pada suhu 100 0C. Kemudian disaring dan dicuci dengan air panas sampai bersih dan
tidak licin, terakhir dicuci dengan aquades sampai pH netral. Kitosan dikering anginkan pada
udara terbuka selama 24 jam dan dimasukkan dalam oven vakum dengan suhu 50 0C untuk
menghilangkan sisa-sisa air yang masih ada pada kitosan.




Pembuatan Benang Kitosan

        Kitosan dilarutkan dengan 2% asam asetat diaduk hingga larut kemudian didiamkan
agar terbentuk larutan sempurna. Larutan kitosan dimasukkan ke dalam spuit suntikan,
kemudian disuntikan memanjang ke dalam wadah yang masing-masing berisi larutan 3%
NaOH, 5% Na2CO3, dan 3% (NaOH + Na2CO3 , 1:1). Didiamkan hingga menggumpal dan
dapat diangkat. Setelah itu dicuci sampai bersih untuk menghilangkan basa yang masih
menempel. Dikering anginkan pada udara terbuka sampai kadar air benar-benar hilang dan
membentuk seperti benang.




Uji Swelling Degree (Derajat Pengembangan)

       Sampel dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 50 0C selama 24 jam, ditimbang
bobot awal sampel hingga bobot konstan (m). Kemudian direndam dalam 25 ml air pada suhu
25 0C dengan interval waktu 30, 60, 90, 120 menit. Setelah itu disaring hingga air pada
permukaan sampel bersih. Bobot sampel setelah perendaman ditimbang hingga bobot konstan
(M). Nilai Swelling degree dihitung dengan persamaan:

                                     ( M − m)
                             (%) =            x 100%
                                        M

Dimana:        M = Bobot sampel setelah perendaman (gr)

               m = Bobot sampel kering (gr)




Hasil dan Pembahasan




Benang Kitosan

          Kitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam encer seperti asam asetat.
Adanya gugus karboksil dalam asam asetat akan memudahkan pelarutan kitosan karena
terjadinya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina. Peningkatan
kelarutan berbanding lurus dengan peningkatan derajat deasetilasi. Semakin tinggi derajat
deasetilasi maka kitosan semakin mudah larut.

       Sampel kitosan dari kitin iradiasi dan tanpa iradiasi masing-masing dilarutkan dengan
2% asam asetat. Dibuat tiga variasi konsentrasi larutan kitosan dari kitin tanpa iradiasi 3%,
5% dan 7% sedangkan untuk kitosan dari kitin iradiasi dibuat larutan dengan konsentrasi 5%,
7% dan 9%. Larutan dimasukkan ke dalam spuit suntikan dan sebelumnya telah disiapkan
tiga wadah yang masing-masing berisi 3% NaOH, 5% Na2CO3 dan 3% (NaOH + Na2CO3,
1:1).

        Pada pembuatan benang kitosan terdapat perbedaan konsentrasi antara larutan kitosan
dari kitin tanpa iradiasi dengan kitosan dari kitin iradiasi. Pada kitosan dari iradiasi tidak
menggunakan larutan dengan konsentrasi 3%, karena kelarutan kitosan dari kitin iradiasi
lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan dari kitin tanpa iradiasi sehingga ketika dilarutkan
dalam asam asetat akan lebih cepat larut dan dihasilkan larutan yang sangat encer serta
larutan ini sulit untuk digumpalkan dalam basa. Oleh karena itu konsentrasi yang digunakan
untuk kitosan dari kitin iradiasi 5%, 7% dan 9% yang kelarutannya hampir sama dengan
kitosan dari kitin tanpa iradiasi pada konsentrasi 3%, 5% dan 7%.

Swelling Degree ( Derajat Pengembangan)

        Swelling menunjukkan kemampuan benang untuk mengembang karena air masuk ke
dalam struktur benang. Aplikasi dari benang ini adalah sebagai benang operasi, maka perlu
diketahui seberapa besar kemampuan dari benang ini untuk mengembang. Untuk itu perlu
dilakukan uji swelling degree dengan cara benang kitosan sepanjang 5 cm direndam
menggunakan air pada temperatur ruang dengan empat variasi waktu mulai dari 30 menit
hingga 120 menit.

        Banyaknya air yang masuk ke dalam struktur benang, tergantung dari kerapatan
molekul yang terdapat pada struktur benang. Iradiasi dapat berpengaruh pada bobot molekul
polimer. Kitosan dari kitin iradiasi memiliki bobot molekul yang lebih rendah, dan setelah
dilakukan uji swelling degree nilai yang dihasilkan relatif lebih besar karena tingkat
kerapatan molekul pada struktur benang kitosan dari kitin iradiasi lebih rendah. Sehingga air
lebih mudah masuk ke dalam struktur benang. Kitosan dari kitin tanpa iradiasi memiliki
bobot molekul yang lebih tinggi, setelah dilakukan uji swelling degree nilai yang dihasilkan
relatif lebih kecil karena tingkat kerapatan molekul pada benang kitosan dari kitin tanpa
iradiasi lebih tinggi sehingga air sukar masuk ke dalam struktur benang kitosan. Untuk
aplikasi sebagai operasi dibutuhkan benang dengan nilai swelling degree yang lebih rendah
agar luka lebih cepat rapat dan mengering. Hasil nilai swelling degree benang kitosan
menggunakan air adalah sebagai berikut:




    a. Nilai swelling degree benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi:
1. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 3%



   Tabel 1. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 3% dengan waktu perendaman
                                          dalam air

                                     Nilai Swelling degree (%)
                        Waktu                             3%
                                   3%        5%
                        (Menit)                        (NaOH +
                                  NaOH     Na2CO3
                                                      Na2CO3, 1:1)

                          30      79,5       85,5         77,8

                          60      82,0       86,9         79,5

                          90      83,7       88,2         80,7

                          120     83,9       88,3         80,8



Setelah dilakukan perendaman dalam air selama 120 menit didapatkan nilai swelling degree
benang kitosan 3% menggunakan penggumpal NaOH yaitu 83,9%, benang kitosan dengan
penggumpal Na2CO3 adalah 88,3%, dan benang kitosan 3% menggunakan penggumpal
campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah sebesar 80,8%.




          2. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 5%
   Tabel 2. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 5% dengan waktu perendaman
                                          dalam air

                                     Nilai Swelling degree (%)
                         Waktu
                                                          3%
                                   3%         5%
                         (Menit
                                                       (NaOH +
                            )     NaOH      Na2CO3
                                                      Na2CO3, 1:1)

                           30      71,0      83,9         74,6

                           60      74,4      84,3         76,6
90     76,6       86,9         77,8

                           120      76,9       87,2         78,0



Nilai swelling degree benang kitosan 5% menggunakan penggumpal NaOH adalah 76,9%,
benang kitosan 5% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 87,2%, dan benang kitosan 5%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 78,0%.




          3. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 7%


   Tabel 3. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 7% dengan waktu perendaman
                                           dalam air

                                         Nilai Swelling degree (%)
                      Waktu       3%                        3%
                                             5%
                      (Menit)     NaO                  (NaOH + Na2CO3,
                                           Na2CO3
                                   H                        1:1)

                        30        53,2      65,6            48,1

                        60        55,7      66,6            55,2

                        90        57,0      72,2            57,0

                        120       57,9      72,9            57,5



Nilai swelling degree benang kitosan 7% menggunakan penggumpal NaOH adalah 57,9%,
benang kitosan 7% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 72,9% dan benang kitosan 7%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 57,5%

       Berdasarkan data yang diperoleh, benang yang digumpalkan dengan Na2CO3 memiliki
nilai swelling degree yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan Na2CO3
untuk menggumpalkan larutan kitosan kurang baik sehingga dihasilkan struktur benang yang
memiliki kerapatan molekulnya rendah. Maka ketika dilakukan perendaman, air lebih mudah
masuk ke dalam struktur benang.
Benang kitosan yang digumpalkan dengan NaOH dan campuran antara NaOH dan
Na2CO3 dihasilkan nilai swelling degree yang lebih rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena
larutan NaOH serta campuran larutan NaOH dan Na2CO3 memiliki kemampuan yang cukup
baik untuk menggumpalkan larutan kitosan sehingga dihasilkan struktur benang yang
memiliki kerapatan molekulnya tinggi. Ketika dilakukan perendaman, air sulit masuk ke
dalam struktur benang maka nilai swelling degree yang dihasilkan rendah.




   b. Nilai swelling degree benang kitosan dari kitin iradiasi


           1. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 5%


   Tabel 4. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 5% dengan waktu perendaman
                                          dalam air

                                        Nilai Swelling degree (%)
                       Waktu                               3%
                                  3%        5%
                       (menit)                        (NaOH + Na2CO3,
                                 NaOH     Na2CO3
                                                            1:1)

                         30      76,0       86,7           82,6

                         60      78,6       89,0           85,4

                         90      84,2       90,4           88,2

                         120     84,4       90,5           88,2



Nilai swelling degree benang kitosan 5% menggunakan penggumpal NaOH sebesar 84,4%,
benang kitosan 5% menggunakan penggumpal Na2CO3 nilai swelling degree sebesar 90,5%,
dan benang kitosan 5% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 nilai
swelling degree sebesar 88,2%.




           2. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 7%
Tabel 5. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 7% dengan waktu perendaman
                                        dalam air

                                      Nilai Swelling degree (%)
                     Waktu                                3%
                                3%         5%
                     (menit)                             (NaOH
                               NaOH      Na2CO3
                                                     +Na2CO3, 1:1)

                       30      74,1        85,9           73,4

                       60      76,1        86,9           75,5

                       90      78,4        88,0           79,0

                       120     78,6        88,0           79,0



Nilai swelling degree benang kitosan 7% menggunakan penggumpal NaOH adalah 82,8%,
benang kitosan 7% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 88,0%, dan benang kitosan 7%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 79,0%




          3. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 9%


  Tabel 6. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 9% dengan waktu perendaman
                                        dalam air

                                     Nilai Swelling degree (%)
                    Waktu                                 3%
                               3%          5%
                    (menit)                              (NaOH
                               NaOH      Na2CO3
                                                     +Na2CO3, 1:1)

                      30       52,0        65,0           52,7

                      60       54,7        68,5           55,5

                      90       56,7        72,1           58,0
120
                                  57,7       74,6           58,3



Nilai swelling degree benang kitosan 9% menggunakan penggumpal NaOH sebesar 57,7%,
benang kitosan 9% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 74,6%, dan benang kitosan 9%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 58,3%.

        Pada benang kitosan 9% nilai swelling degree tertinggi pada benang kitosan
menggunakan penggumpal Na2CO3 dan nilai swelling degree terendah pada benang kitosan
menggunakan penggumpal NaOH.

        Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu perendaman,
volume air yang masuk ke dalam struktur benang semakin sedikit dan nilai menjadi stabil
karena kemampuan benang untuk membengkak telah mencapai titik yang maksimum.

        Ketika air masuk ke dalam struktur benang dalam keadaan kering, molekul air
pertama kali terikat pada gugus polar, gugus hidrofilik, dan gugus dengan ikatan hidrogen.
Setelah semua gugus terikat dengan molekul air, kemudian air bebas mengisi pori-pori pada
benang. Pembengkakan selanjutnya terjadi karena persaingan osmotik             sampai proses
pembengkakan seimbang. Banyaknya volume air yang dapat masuk ke dalam struktur benang
tergantung dari banyaknya pori dan ukuran pori dimana banyaknya pori dan ukuran pori
dipengaruhi oleh komposisi polimer.

.

Kesimpulan

    •   Berdasarkan uji swelling degree yang telah dilakukan pada benang kitosan dari kitin
        iradiasi dan tanpa iradiasi dengan variasi konsentrasi larutan dan penggumpal,
        didapatkan nilai swelling degree terendah benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi pada
        benang kitosan 7% menggunakan penggumpal campuran antara NaOH dan Na2CO3
        berkisar 57,5%. Sedangkan benang kitosan dari kitin iradiasi nilai swelling degree
        terendah dihasilkan pada benang kitosan 9% menggunakan penggumpal NaOH
        dengan nilai swelling degree berkisar 57,7%.
•   Konsentrasi kitosan yang semakin besar akan meningkatkan derajat pengikatan silang
       yang mengakibatkan semakin rapat atau ukuran pori semakin kecil. Sehingga volume
       air yang masuk semakin sedikit, dengan kata lain swelling degree semakin rendah




Daftar Pustaka

   1. Lee, Kee Chang; Seong Gil yoon., et al. Swelling Behavior of Chitosan Hidrogel in
       Ionic Liquit-Water Binary System. Materials Research Society, symposium,
       Prociding. Vol 915. Seuol: Hanyang University. Korea. 2006.


   2. Kolodzjieska, I. A; Wojtasz-Pajak, G. Ogonoskwa dan Z.E. Sikorski.
       Deacetylation of chitin in two-stage chemical and enzymatic process, Bul. Sea.
       Fisheries Inst. 2000. p 15-24.


   3. Dwityono, Basmal, J dan Mulyasari. Pengaruh Suhu dan Esterifikasi Terhadap
       Karakteristik Karboksimetil Kitosan (CMCts). J. Panel. Perik. Indonesia. Edisi Pasca
       panen. 2004. 10(3): 67-73


   4. Meddieton, J. C; Tipton, A. J; Synthetic Biodegradable Polymer as Medical Divices,
       Medical Plastics and Biomaterials Magazine. 1998.


   5. Utari, Sri Maya; Yuli Darni dan Herti Utami. Pemanfaatan Agar-Agar Gracilarna
       Coronapifolia dan Kitosan Untuk Pembuatan Plastik Biodegradabel Dengan Gliserol
       Sebagai Plasticizer, dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II
       Universitas Lampung, 17-18 November. Lampung. 2008.

More Related Content

What's hot (20)

Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Uji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstilUji pembakaran tekstil
Uji pembakaran tekstil
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
 
materi prakarya kelas X
materi prakarya kelas Xmateri prakarya kelas X
materi prakarya kelas X
 
Laporan praktikum fisika dasar (iv)
Laporan praktikum fisika dasar (iv)Laporan praktikum fisika dasar (iv)
Laporan praktikum fisika dasar (iv)
 
Industri polimer
Industri polimerIndustri polimer
Industri polimer
 
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Swelling agents1
Swelling agents1Swelling agents1
Swelling agents1
 
Winterisasi
WinterisasiWinterisasi
Winterisasi
 
Poliester weight reduce
Poliester weight reducePoliester weight reduce
Poliester weight reduce
 
Diagram alir
Diagram alirDiagram alir
Diagram alir
 
Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
Elastisitas dan gerak harmonik sederhanaElastisitas dan gerak harmonik sederhana
Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
 
kromatografi kertas
kromatografi kertaskromatografi kertas
kromatografi kertas
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositas
 
Laporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzimLaporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzim
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
 
Lap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdpLap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdp
 
Laporan hasil penelitian kalor jenis
Laporan hasil penelitian kalor jenisLaporan hasil penelitian kalor jenis
Laporan hasil penelitian kalor jenis
 

Similar to KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI

Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...
Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...
Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...dha4ni1
 
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2Muhammad Syahida
 

Similar to KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI (20)

Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Preparasi Kitin
Preparasi KitinPreparasi Kitin
Preparasi Kitin
 
Percobaan ii mirna
Percobaan ii mirnaPercobaan ii mirna
Percobaan ii mirna
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Rayon
RayonRayon
Rayon
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...
Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...
Pengaruh derajat deasetilasi khitosan dari kulit udang terhadap aplikasinya s...
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Merser
MerserMerser
Merser
 
Chitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi Rekso
Chitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi ReksoChitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi Rekso
Chitosan irradiated for chili plant, Dr Ir Gatot Trimulyadi Rekso
 
PULP IRADIASI SEBAGAI BAHAN RAYON VISKOSA YANG RAMAH LINGKUNGAN
PULP IRADIASI SEBAGAI BAHAN RAYON VISKOSA YANG RAMAH LINGKUNGAN PULP IRADIASI SEBAGAI BAHAN RAYON VISKOSA YANG RAMAH LINGKUNGAN
PULP IRADIASI SEBAGAI BAHAN RAYON VISKOSA YANG RAMAH LINGKUNGAN
 
KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA DENGAN TEKNIK IRADIASI Gatot Trim...
KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA  DENGAN TEKNIK IRADIASI   Gatot Trim...KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA  DENGAN TEKNIK IRADIASI   Gatot Trim...
KOPOLIMERISASI CANGKOK LEMBARAN SELULOSA DENGAN TEKNIK IRADIASI Gatot Trim...
 
Lap ujian
Lap ujianLap ujian
Lap ujian
 
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2
 
UJI COBA IRADIASI CHITOSAN PADA FASA CAIR MENGGUNAKAN SINAR GAMMA DENGAN KAP...
UJI COBA IRADIASI CHITOSAN PADA FASA CAIR MENGGUNAKAN SINAR GAMMA  DENGAN KAP...UJI COBA IRADIASI CHITOSAN PADA FASA CAIR MENGGUNAKAN SINAR GAMMA  DENGAN KAP...
UJI COBA IRADIASI CHITOSAN PADA FASA CAIR MENGGUNAKAN SINAR GAMMA DENGAN KAP...
 
Uji coba iradiasi chitosan pada fasa cair menggunakan
Uji coba iradiasi chitosan pada fasa cair menggunakanUji coba iradiasi chitosan pada fasa cair menggunakan
Uji coba iradiasi chitosan pada fasa cair menggunakan
 
Proses pemasakan
Proses pemasakanProses pemasakan
Proses pemasakan
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 

More from Dr.Ir. Gatot Trimulyadi Rekso, M.Si- Indonesia

More from Dr.Ir. Gatot Trimulyadi Rekso, M.Si- Indonesia (20)

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...
 
Hidro gel-gatot-trimulyadi
Hidro gel-gatot-trimulyadiHidro gel-gatot-trimulyadi
Hidro gel-gatot-trimulyadi
 
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...
PENGARUH PERBANDINGAN  BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...PENGARUH PERBANDINGAN  BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...
 
Gatot trimulyadi
Gatot trimulyadiGatot trimulyadi
Gatot trimulyadi
 
SIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot Trimulyadi
SIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot TrimulyadiSIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot Trimulyadi
SIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot Trimulyadi
 
SIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot Trimulyadi
SIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot TrimulyadiSIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot Trimulyadi
SIKAP MEMASUKI WIRAUSAHA DAN TANTANGANNYA - Gatot Trimulyadi
 
PELAPISAN KITOSAN IRADIASI TERHADAP PENAMPILAN BUAH STRAWBERI (Fragaria x an...
PELAPISAN KITOSAN IRADIASI TERHADAP PENAMPILAN  BUAH STRAWBERI (Fragaria x an...PELAPISAN KITOSAN IRADIASI TERHADAP PENAMPILAN  BUAH STRAWBERI (Fragaria x an...
PELAPISAN KITOSAN IRADIASI TERHADAP PENAMPILAN BUAH STRAWBERI (Fragaria x an...
 
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...
PENGARUH PERBANDINGAN  BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...PENGARUH PERBANDINGAN  BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...
PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS POLIMER DAN PUPUK NPK TERHADAP SIFAT FIS...
 
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA DAN MESIN BERKAS ELEKTRON TERHADAP SIFAT FISIS ...
 
Gatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchange
Gatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchangeGatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchange
Gatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchange
 
IDPE sebagai bahan Ciut panas-gatot trimulyadi rekso
IDPE sebagai bahan Ciut panas-gatot trimulyadi reksoIDPE sebagai bahan Ciut panas-gatot trimulyadi rekso
IDPE sebagai bahan Ciut panas-gatot trimulyadi rekso
 
Gatot trimulyadi stach-aam-for fertilizer slow release
Gatot trimulyadi stach-aam-for fertilizer slow releaseGatot trimulyadi stach-aam-for fertilizer slow release
Gatot trimulyadi stach-aam-for fertilizer slow release
 
Analisa usaha- chitin-chitosan
Analisa usaha- chitin-chitosanAnalisa usaha- chitin-chitosan
Analisa usaha- chitin-chitosan
 
Peluang usaha chitin -chitosan
Peluang usaha chitin -chitosanPeluang usaha chitin -chitosan
Peluang usaha chitin -chitosan
 
Gatot Trimulyadi - Hydrogel - chitosan
Gatot Trimulyadi - Hydrogel - chitosanGatot Trimulyadi - Hydrogel - chitosan
Gatot Trimulyadi - Hydrogel - chitosan
 
Gatot Trimulyadi - chitosan-slow release
Gatot Trimulyadi - chitosan-slow releaseGatot Trimulyadi - chitosan-slow release
Gatot Trimulyadi - chitosan-slow release
 
PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN PADA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN PADA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNGPENGARUH PELAPISAN CHITOSAN PADA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN PADA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
 
APPLICATION OF ELECTRON ACCELERATOR : RADIATION PROCESSING OF NATURAL POLYME...
APPLICATION OF ELECTRON  ACCELERATOR :RADIATION PROCESSING OF NATURAL POLYME...APPLICATION OF ELECTRON  ACCELERATOR :RADIATION PROCESSING OF NATURAL POLYME...
APPLICATION OF ELECTRON ACCELERATOR : RADIATION PROCESSING OF NATURAL POLYME...
 
Pengaruh Penambahan Akrilamida Terhadap Fraksi Padadatan dan Nilai sweeling ...
Pengaruh Penambahan Akrilamida  Terhadap Fraksi Padadatan dan Nilai sweeling ...Pengaruh Penambahan Akrilamida  Terhadap Fraksi Padadatan dan Nilai sweeling ...
Pengaruh Penambahan Akrilamida Terhadap Fraksi Padadatan dan Nilai sweeling ...
 
PENGARUH DOSIS IRADIASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA KARAGINAN YANG DIPERO...
PENGARUH  DOSIS IRADIASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA KARAGINAN YANG DIPERO...PENGARUH  DOSIS IRADIASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA KARAGINAN YANG DIPERO...
PENGARUH DOSIS IRADIASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA KARAGINAN YANG DIPERO...
 

KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI

  • 1. KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI Gatot Trimulyadi Rekso Pusat AplikasiTeknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Cinere, Ps Jumat PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070 Fax : 021 7513270. E-mail : gatot2811@yahoo.com Abstrak Karakteristik Sifat Swelling Benang Kitosan dari Kitin Iradiasi . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum larutan kitosan dan jenis larutan penggumpal untuk pembuatan benang kitosan dan sifat swellingnya. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin menggunakan 50% NaOH larutan pada suhu 80 0C. Saat ini sedang dikembangkan kegunaan dari kitosan pada bidang kedokteran sebagai benang operasi. Benang kitosan dibuat dari larutan kitosan dengan larutan penggumpal yang berbeda-beda kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan. Larutan penggumpal yang digunakan adalah 3% NaOH, 5% Na2CO3, dan campuran antara 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Terhadap benang kitosan yang tebentuk dilakukan karakterisasi pengukuran swelling degree. Dari pengukuran swelling degree didapatkan 57, 5% untuk pengukuran benang kitosan 7% dari kitin tanpa iradiasi menggunakan larutan penggumpal 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Konsentrasi optimum benang kitosan dari kitin iradiasi adalah 9% menggunakan penggumpal 3% NaOH nilai swelling degree yang didapatkan adalah 57,7%. Pendahuluan Kitin adalah polimer alam, poli- β -(1,4)-2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa atau N- asetil- β -(1,4)-glukosamin. Sedangkan kitosan, poli- β -(1,4)-2-amino-2-deoksi-D-glukosa yang dihasilkan dengan cara pemanasan pada suasana basa pekat.3 Kitosan merupakan turunan kitin yang dideasetilasi menggunakan 50% natrium hidroksida karena bahan tersebut efektif untuk memutuskan ikatan antara gugus karboksil dengan atom nitrogen dari kitin. Kitosan memiliki sifat tidak larut air tetapi larut dalam asam organik seperti asam asetat dan asam format. Salah satu pengembangan kitosan dalam bidang kedokteran adalah dapat digunakan sebagai benang operasi. Keunggulan benang kitosan ini adalah bersifat biokompatibel dapat diurai, dapat diserap dalam jaringan tubuh dan tidak bersifat toksik. Berdasarkan penelitian di Vietnam, diketahui bahwa dengan iradiasi dapat diperoleh derajat deasetilasi optimum dalam waktu yang lebih singkat. Semakin besar derajat deasetlasi
  • 2. kitosan maka akan semakin besar pula kelarutannya dalam asam encer. Pada penelitian ini digunakan dua jenis kitosan yaitu kitosan dari kitin iradiasi dengan dosis 20 kGy dan kitosan dari kitin tanpa iradiasi. Fungsi iradiasi pada penelitian ini adalah agar kitin terdegradasi dan molekul rantai panjangnya lebih pendek. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan benang kitosan dari kitin iradisai dan tanpa iradiasi dengan variasi konsentrasi kitosan dan variasi penggumpal. Pada penelitian terdahulu, benang kitosan setelah dicetak dalam keadaan basah dapat digumpalkan dengan 5% larutan natrium hidroksida.4 Pada penelitian ini konsentrasi larutan kitosan divariasikan dan digumpalkan dengan tiga jenis penggumpal yaitu 3% natrium hidroksida, 5% natrium karbonat dan 3% campuran antara natrium hidroksida dan natrium karbonat (1:1). Bahan dan metode Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: kitin yang berasal dari kulit udang putih, Natrium hidroksida (NaOH), asam asetat (CH3COOH) dan Natrium karbonat (Na2CO3). Persiapan Sampel Kitosan Kitin dari kulit udang dimasukkan dalam beaker glass 500 ml ditambahkan natrium hidroksida; NaOH 50% sampai terendam seluruhnya dipanaskan dalam penangas air selama 4 jam pada suhu 100 0C. Kemudian disaring dan dicuci dengan air panas sampai bersih dan tidak licin, terakhir dicuci dengan aquades sampai pH netral. Kitosan dikering anginkan pada udara terbuka selama 24 jam dan dimasukkan dalam oven vakum dengan suhu 50 0C untuk menghilangkan sisa-sisa air yang masih ada pada kitosan. Pembuatan Benang Kitosan Kitosan dilarutkan dengan 2% asam asetat diaduk hingga larut kemudian didiamkan agar terbentuk larutan sempurna. Larutan kitosan dimasukkan ke dalam spuit suntikan, kemudian disuntikan memanjang ke dalam wadah yang masing-masing berisi larutan 3%
  • 3. NaOH, 5% Na2CO3, dan 3% (NaOH + Na2CO3 , 1:1). Didiamkan hingga menggumpal dan dapat diangkat. Setelah itu dicuci sampai bersih untuk menghilangkan basa yang masih menempel. Dikering anginkan pada udara terbuka sampai kadar air benar-benar hilang dan membentuk seperti benang. Uji Swelling Degree (Derajat Pengembangan) Sampel dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 50 0C selama 24 jam, ditimbang bobot awal sampel hingga bobot konstan (m). Kemudian direndam dalam 25 ml air pada suhu 25 0C dengan interval waktu 30, 60, 90, 120 menit. Setelah itu disaring hingga air pada permukaan sampel bersih. Bobot sampel setelah perendaman ditimbang hingga bobot konstan (M). Nilai Swelling degree dihitung dengan persamaan: ( M − m) (%) = x 100% M Dimana: M = Bobot sampel setelah perendaman (gr) m = Bobot sampel kering (gr) Hasil dan Pembahasan Benang Kitosan Kitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam encer seperti asam asetat. Adanya gugus karboksil dalam asam asetat akan memudahkan pelarutan kitosan karena terjadinya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina. Peningkatan kelarutan berbanding lurus dengan peningkatan derajat deasetilasi. Semakin tinggi derajat deasetilasi maka kitosan semakin mudah larut. Sampel kitosan dari kitin iradiasi dan tanpa iradiasi masing-masing dilarutkan dengan 2% asam asetat. Dibuat tiga variasi konsentrasi larutan kitosan dari kitin tanpa iradiasi 3%, 5% dan 7% sedangkan untuk kitosan dari kitin iradiasi dibuat larutan dengan konsentrasi 5%, 7% dan 9%. Larutan dimasukkan ke dalam spuit suntikan dan sebelumnya telah disiapkan
  • 4. tiga wadah yang masing-masing berisi 3% NaOH, 5% Na2CO3 dan 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Pada pembuatan benang kitosan terdapat perbedaan konsentrasi antara larutan kitosan dari kitin tanpa iradiasi dengan kitosan dari kitin iradiasi. Pada kitosan dari iradiasi tidak menggunakan larutan dengan konsentrasi 3%, karena kelarutan kitosan dari kitin iradiasi lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan dari kitin tanpa iradiasi sehingga ketika dilarutkan dalam asam asetat akan lebih cepat larut dan dihasilkan larutan yang sangat encer serta larutan ini sulit untuk digumpalkan dalam basa. Oleh karena itu konsentrasi yang digunakan untuk kitosan dari kitin iradiasi 5%, 7% dan 9% yang kelarutannya hampir sama dengan kitosan dari kitin tanpa iradiasi pada konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Swelling Degree ( Derajat Pengembangan) Swelling menunjukkan kemampuan benang untuk mengembang karena air masuk ke dalam struktur benang. Aplikasi dari benang ini adalah sebagai benang operasi, maka perlu diketahui seberapa besar kemampuan dari benang ini untuk mengembang. Untuk itu perlu dilakukan uji swelling degree dengan cara benang kitosan sepanjang 5 cm direndam menggunakan air pada temperatur ruang dengan empat variasi waktu mulai dari 30 menit hingga 120 menit. Banyaknya air yang masuk ke dalam struktur benang, tergantung dari kerapatan molekul yang terdapat pada struktur benang. Iradiasi dapat berpengaruh pada bobot molekul polimer. Kitosan dari kitin iradiasi memiliki bobot molekul yang lebih rendah, dan setelah dilakukan uji swelling degree nilai yang dihasilkan relatif lebih besar karena tingkat kerapatan molekul pada struktur benang kitosan dari kitin iradiasi lebih rendah. Sehingga air lebih mudah masuk ke dalam struktur benang. Kitosan dari kitin tanpa iradiasi memiliki bobot molekul yang lebih tinggi, setelah dilakukan uji swelling degree nilai yang dihasilkan relatif lebih kecil karena tingkat kerapatan molekul pada benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi lebih tinggi sehingga air sukar masuk ke dalam struktur benang kitosan. Untuk aplikasi sebagai operasi dibutuhkan benang dengan nilai swelling degree yang lebih rendah agar luka lebih cepat rapat dan mengering. Hasil nilai swelling degree benang kitosan menggunakan air adalah sebagai berikut: a. Nilai swelling degree benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi:
  • 5. 1. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 3% Tabel 1. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 3% dengan waktu perendaman dalam air Nilai Swelling degree (%) Waktu 3% 3% 5% (Menit) (NaOH + NaOH Na2CO3 Na2CO3, 1:1) 30 79,5 85,5 77,8 60 82,0 86,9 79,5 90 83,7 88,2 80,7 120 83,9 88,3 80,8 Setelah dilakukan perendaman dalam air selama 120 menit didapatkan nilai swelling degree benang kitosan 3% menggunakan penggumpal NaOH yaitu 83,9%, benang kitosan dengan penggumpal Na2CO3 adalah 88,3%, dan benang kitosan 3% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah sebesar 80,8%. 2. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 5% Tabel 2. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 5% dengan waktu perendaman dalam air Nilai Swelling degree (%) Waktu 3% 3% 5% (Menit (NaOH + ) NaOH Na2CO3 Na2CO3, 1:1) 30 71,0 83,9 74,6 60 74,4 84,3 76,6
  • 6. 90 76,6 86,9 77,8 120 76,9 87,2 78,0 Nilai swelling degree benang kitosan 5% menggunakan penggumpal NaOH adalah 76,9%, benang kitosan 5% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 87,2%, dan benang kitosan 5% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 78,0%. 3. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 7% Tabel 3. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 7% dengan waktu perendaman dalam air Nilai Swelling degree (%) Waktu 3% 3% 5% (Menit) NaO (NaOH + Na2CO3, Na2CO3 H 1:1) 30 53,2 65,6 48,1 60 55,7 66,6 55,2 90 57,0 72,2 57,0 120 57,9 72,9 57,5 Nilai swelling degree benang kitosan 7% menggunakan penggumpal NaOH adalah 57,9%, benang kitosan 7% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 72,9% dan benang kitosan 7% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 57,5% Berdasarkan data yang diperoleh, benang yang digumpalkan dengan Na2CO3 memiliki nilai swelling degree yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan Na2CO3 untuk menggumpalkan larutan kitosan kurang baik sehingga dihasilkan struktur benang yang memiliki kerapatan molekulnya rendah. Maka ketika dilakukan perendaman, air lebih mudah masuk ke dalam struktur benang.
  • 7. Benang kitosan yang digumpalkan dengan NaOH dan campuran antara NaOH dan Na2CO3 dihasilkan nilai swelling degree yang lebih rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena larutan NaOH serta campuran larutan NaOH dan Na2CO3 memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menggumpalkan larutan kitosan sehingga dihasilkan struktur benang yang memiliki kerapatan molekulnya tinggi. Ketika dilakukan perendaman, air sulit masuk ke dalam struktur benang maka nilai swelling degree yang dihasilkan rendah. b. Nilai swelling degree benang kitosan dari kitin iradiasi 1. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 5% Tabel 4. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 5% dengan waktu perendaman dalam air Nilai Swelling degree (%) Waktu 3% 3% 5% (menit) (NaOH + Na2CO3, NaOH Na2CO3 1:1) 30 76,0 86,7 82,6 60 78,6 89,0 85,4 90 84,2 90,4 88,2 120 84,4 90,5 88,2 Nilai swelling degree benang kitosan 5% menggunakan penggumpal NaOH sebesar 84,4%, benang kitosan 5% menggunakan penggumpal Na2CO3 nilai swelling degree sebesar 90,5%, dan benang kitosan 5% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 nilai swelling degree sebesar 88,2%. 2. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 7%
  • 8. Tabel 5. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 7% dengan waktu perendaman dalam air Nilai Swelling degree (%) Waktu 3% 3% 5% (menit) (NaOH NaOH Na2CO3 +Na2CO3, 1:1) 30 74,1 85,9 73,4 60 76,1 86,9 75,5 90 78,4 88,0 79,0 120 78,6 88,0 79,0 Nilai swelling degree benang kitosan 7% menggunakan penggumpal NaOH adalah 82,8%, benang kitosan 7% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 88,0%, dan benang kitosan 7% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 79,0% 3. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 9% Tabel 6. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 9% dengan waktu perendaman dalam air Nilai Swelling degree (%) Waktu 3% 3% 5% (menit) (NaOH NaOH Na2CO3 +Na2CO3, 1:1) 30 52,0 65,0 52,7 60 54,7 68,5 55,5 90 56,7 72,1 58,0
  • 9. 120 57,7 74,6 58,3 Nilai swelling degree benang kitosan 9% menggunakan penggumpal NaOH sebesar 57,7%, benang kitosan 9% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 74,6%, dan benang kitosan 9% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 58,3%. Pada benang kitosan 9% nilai swelling degree tertinggi pada benang kitosan menggunakan penggumpal Na2CO3 dan nilai swelling degree terendah pada benang kitosan menggunakan penggumpal NaOH. Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu perendaman, volume air yang masuk ke dalam struktur benang semakin sedikit dan nilai menjadi stabil karena kemampuan benang untuk membengkak telah mencapai titik yang maksimum. Ketika air masuk ke dalam struktur benang dalam keadaan kering, molekul air pertama kali terikat pada gugus polar, gugus hidrofilik, dan gugus dengan ikatan hidrogen. Setelah semua gugus terikat dengan molekul air, kemudian air bebas mengisi pori-pori pada benang. Pembengkakan selanjutnya terjadi karena persaingan osmotik sampai proses pembengkakan seimbang. Banyaknya volume air yang dapat masuk ke dalam struktur benang tergantung dari banyaknya pori dan ukuran pori dimana banyaknya pori dan ukuran pori dipengaruhi oleh komposisi polimer. . Kesimpulan • Berdasarkan uji swelling degree yang telah dilakukan pada benang kitosan dari kitin iradiasi dan tanpa iradiasi dengan variasi konsentrasi larutan dan penggumpal, didapatkan nilai swelling degree terendah benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi pada benang kitosan 7% menggunakan penggumpal campuran antara NaOH dan Na2CO3 berkisar 57,5%. Sedangkan benang kitosan dari kitin iradiasi nilai swelling degree terendah dihasilkan pada benang kitosan 9% menggunakan penggumpal NaOH dengan nilai swelling degree berkisar 57,7%.
  • 10. Konsentrasi kitosan yang semakin besar akan meningkatkan derajat pengikatan silang yang mengakibatkan semakin rapat atau ukuran pori semakin kecil. Sehingga volume air yang masuk semakin sedikit, dengan kata lain swelling degree semakin rendah Daftar Pustaka 1. Lee, Kee Chang; Seong Gil yoon., et al. Swelling Behavior of Chitosan Hidrogel in Ionic Liquit-Water Binary System. Materials Research Society, symposium, Prociding. Vol 915. Seuol: Hanyang University. Korea. 2006. 2. Kolodzjieska, I. A; Wojtasz-Pajak, G. Ogonoskwa dan Z.E. Sikorski. Deacetylation of chitin in two-stage chemical and enzymatic process, Bul. Sea. Fisheries Inst. 2000. p 15-24. 3. Dwityono, Basmal, J dan Mulyasari. Pengaruh Suhu dan Esterifikasi Terhadap Karakteristik Karboksimetil Kitosan (CMCts). J. Panel. Perik. Indonesia. Edisi Pasca panen. 2004. 10(3): 67-73 4. Meddieton, J. C; Tipton, A. J; Synthetic Biodegradable Polymer as Medical Divices, Medical Plastics and Biomaterials Magazine. 1998. 5. Utari, Sri Maya; Yuli Darni dan Herti Utami. Pemanfaatan Agar-Agar Gracilarna Coronapifolia dan Kitosan Untuk Pembuatan Plastik Biodegradabel Dengan Gliserol Sebagai Plasticizer, dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas Lampung, 17-18 November. Lampung. 2008.