Laporan ini memberikan ringkasan singkat tentang pemeriksaan dan pengujian lingkungan kerja di Gedung Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja DKI Jakarta. Laporan ini menganalisis aspek higiene sanitasi, cubic space, ergonomi dan psikologi di gedung tersebut. Beberapa temuan dan saran disampaikan untuk meningkatkan kondisi lingkungan kerja, seperti meningkatkan kebersihan toilet, menyediakan kursi kerja yang sesuai ergonomi, serta
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
kelompok 3 Ergonomi dan Psikologi.pptx
1. LAPORAN PKL
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LINGKUNGAN KERJA
ASPEK HIGIENE SANITASI, CUBIC SPACE, ERGONOMI DAN PSIKOLOGI
GEDUNG PUSAT HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA,
DKI JAKARTA
Disusun Oleh:
1. Sabar
2. Sahid wahono
3. S. Prasetyo yuwono
4. Listiati
5. Gamal Elrisal
6. Neti Rusmilaningrum
7. Syaiful Arief
8. Rachmawati Putri
9. Nurasmi Ayu nensi
10. Tito Sudrajat Dwi Tara
2. Latar Belakang
Penerapan K3 di lingkungan perusahaan merupakan amanah dari Undang - Undang
No. 1 Tahun 1970 untuk melindungi tenaga kerja dari kecelekaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja, yang mana juga akan mempunyai dampak positif atas
keberlanjutan produksitivitas kerja.
- Tujuan Umum
Pelaksanaan Permenaker No. 05 tahun 2018 tentang K3 lingkungan kerja dimana perusahaan
wajib melaksanakan K3 lingkungan kerja dengan didukung oleh personel yang mempunyai
kompetensi dibidang higiene industri.
- Tujuan Khusus
Menambah pengetahuan dan melatih kemampuan tenaga K3 lingkungan kerja sehingga mampu
mengetahui pengaruh bahaya kesehatan kerja berupa faktor ergonomi dan psikologi di area kerja.
Tujuan
3. 3
Nama Lokasi : Balai Keselamatan Kerja
Provinsi DKI Jakarta
Jenis Usaha : Jasa Pengujian dan Pelatihan
Alamat : Jl. A. Yani No.69 - 70, RT.2/RW.7,
Cemp. Putih Tim., Kec. Cemp. Putih,
Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510
Tanggal Kunjungan : 10 Maret 2023
LOKASI KEGIATAN PKL
4. 4
- Undang-undang nomer 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja
- Undang-undang nomer 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
- Undang-undang nomer 3 tahun 1969 tentang
persetujan konversi ILO nomer 120 tentang
hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
- Permenaker no 5 tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja
DASAR HUKUM
5. RUANG LINGKUP
5
ERGONOMI DAN PSIKOLOGI
• 1.Dasar hukum terkait lingkungan kerja
• 2. Higiene Sanitasi Gedung dan Cubic Space
• Faktor-faktor dampak lingkungan kerja
yang berdampak pada kesehatan di
gedung pusat hiperkes dan keselamatan
kerja, terutama faktor Ergonomi dan
Psikologi
6. 6
Pokok Bahasan
1. Sanitasi Gedung
LAPORAN PEMERIKSAAN DAN PENGUKURAN HIGIENE SANITASI
DATA UMUM
a. Nama Perusahaan : Gedung pusat hiperkes dan
keselamatan kerja
b. Alamat : Jl A. Yani no 69 – 70. Rt.02
Rw 07 Cempaka putih
Jakarta Pusat 10510
c. Pengurus/Penanggungjawab : -
d. Lokasi Pemeriksaan/pengujian : Toilet lantai 1
e. Nomor Dokumen Pengujian Sebelumnya : -
f. Nomor SKP PJK3/Bidang : -
g. Nomor SKP Ahli K3 Lingkungan Kerja : -
Muda/Madya/Utama/Penguji K3
KEBERSIHAN BANGUNAN TEMPAT KERJA
Tanggal Pemeriksaan Visual : 10 Maret 2023
Waktu Pemeriksaan Visual : Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB
8. 8
1. Analisis : Pengamatan/Visual
2. Kesimpulan :
- Kondisi bersih
- Saluran air tertutup
- Tidak ada yang air menggenang di toilet
- Pencahayaan kurang dari NAB
3. Persyaratan yang harus dipenuhi :
- Memberikan checklist pekerjaan kebesihan di toilet
- melakukan checklist kebersihan toilet per shift
- menambah penerangan
- menyediakan tempat sampah non infeksius
10. 10
Dilakukan pengukuran ergonomi dengan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) pada salah satu karyawan yang bertugas
sebagai Staff analis Laborat di lokasi Balai K3 Jakarta,
pengamatan dilakukan dengan foto.
1. POKOK BAHASAN
1.1 Temuan Faktor Ergonomi
ERGONOMI
METODE RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
13. 13
FAKTOR ERGONOMI
1. 1 Temuan Faktor Ergonomi
• Metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
Ergonomi mengacu pada Permenaker no 5 Tahun 2018 dan SNI
9011 Tahun 2021.
• Standar ini menetapkan metode identifikasi keluhan Gangguan Otot
Rangka Akibat Kerja (GOTRAK) pada pekerja dan menentukan
tempat kerja yang perlu dievaluasi. Standar ini juga menentukan
metode penilaian dan evaluasi tingkat risiko ergonomi dengan
mengukur kombinasi faktor risiko.
• Dalam pengamatan di area ruang staf analis laboratorium hiperkes
tidak ditemukan faktor bahaya untuk pekerja Inisial “A” dengan
tingkat resiko sedang. Resiko tersebut terutama di kegiatan dengan
gerakan pergelangan tangan menekuk secara berulang, serta
kegiatan membungkuk atau berlutut.
14. 14
FAKTOR ERGONOMI
1.2 Pemecahan Masalah Faktor Ergonomi
Berdasarkan penilaian hasil pengamatan daftar periksa potensi bahaya
ergonomic yang dilakukan pekerjaan yang dilakukan oleh staf analis
laboratorium Gedung hiperkes memiliki tingkat risiko sedang.
Meskipun demikian mengacu kepada permenaker No.5 tahun 2018
pasal 23 ayat 4, ada beberapa rekomendasi yaitu:
• Pekerja memperhatikan posisi tangan, dan usahakan agar posisi
kepala tegak tersangga leher, hindari posisi terlalu membungkuk
atau mendongak ke belakang.
• Pekerja juga perlu mengikuti ergonomic awareness agar dapat
mengatur stasiun kerja yang sesuai antropometri tubuh.
• Pekerja diharapkan melakukan peregangan sebelum bekerja.
15. 15
• Duduklah dengan tegak dan bersandar pada sandaran
kursi. Geser kursi sedekat mungkin dengan area kerja
agar anda tidak perlu membungkuk untuk menjangkau
sesuatu.
• Wajib disediakan kursi dengan sandaran bahu, pijakan
kaki dan lebih baik jika kursinya adjustable.
• Responden jg perlu mengikuti ergonomic awareness
agar dapat mengatur stasiun kerja yang sesuai
antropometri tubuh.
• Responden diharapkan melakukan peregangan.
1.2. Pemecahan Masalah Faktor Ergonomi 1.2. Pemecahan Masalah Faktor Ergonomi
Gambar Panduan Peregangan
17. 17
PSIKOLOGI
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
RI No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, bagian
keenam, faktor psikologi, pasal 24, menyatakan
bahwa Pengukuran dan pengendalian faktor
psikologi harus dilakukan pada Tempat Kerja
yang memiliki potensi bahaya faktor psikologi.
Potensi bahaya faktor psikologi meliputi :
- Ketidakjelasan / ketaksaan peran
- Konflik peran
- Beban kerja berlebih secara kualitatif
- Beban kerja berlebih secara kuantitatif
- Pengembangan karir dan / atau
- Tanggung jawab terhadap orang lain
2.1 Temuan Faktor Psikologi
19. 19
PSIKOLOGI
Hasil survei diagnosa stress kerja,
yang dilakukan kepada karyawan
di Balai K3 Jakarta dengan
responden berjumlah 1 orang
dengan posisi pekerjaan sebagai
staff analis Laboratorium.
2.1 Temuan Faktor Psikologi
20. 20
PSIKOLOGI
2. 2. Pemecahan Masalah
Rekomendasi :
Manajemen Balai K3 Jakarta perlu meninjau ulang mengenai
hal-hal tersebut di atas. Apabila dalam perencanaan manajemen
telah tertuang mengenai sasaran/tujuan kerja, tanggungjawab,
prosedur kerja, apa yang diharapkan dari jabatan responden,
hanya perlu dilakukan refreshment mengenai topik tersebut
kepada karyawannya.
2. 2. Pemecahan Masalah
Tanggungjawab Terhadap Orang Lain: Responden mengalami
Stress akibat tanggungjawab pada orang lain di tempat kerja
dengan Stress tingkat sedang. Tanggungjawab terhadap orang
lain yang dimaksud adalah kewajiban yang dilakukan dan
berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan kerja yang
menimbulkan Stress kerja.
Sumber Stress kerja akibat tanggung jawab terhadap orang
lain yang dirasakan oleh pekerja adalah ketika mereka harus
memikirkan rekan kerja dalam tim terkait proses kerja yang
dilakukan maupun keselamatan mereka. Ketika bekerja dalam
tim, membangun komunikasi serta kerjasama yang efisien dan
efektif dapat mempengaruhi motivasi kerja.
22. 22
SARAN
Faktor Ergonomi
1. Mengadakan ergonomic awareness training untuk karyawan.
2. Melakukan peregangan secara rutin sebelum bekerja, dan saat istirahat.
Faktor Psikologi
1. Untuk mengatasi Stress akibat beban berlebih secara kuantitatif disarankan agar manajemen
menambah jumlah karyawan sehingga beban kerja secara kuantitatif dapat terdistribusikan sesuai
kapasitas karyawan.
2. Untuk mengatasi Stress kerja akibat beban kerja kualitatif, diharapkan manajemen mengidentifikasi
tugas dari karyawan dan kompetensi apa yang harus dimiliki dengan mengirimkan karyawan untuk
mengikuti training yang sesuai bidang pekerjaannya.
23. 23
SARAN
3. Disarankan agar perusahaan melakukan monitoring terhadap masalah psikologis untuk seluruh
karyawannya atau menggunakan sampel yang representatif (random) agar dapat mengambil kesimpulan
mengenai kondisi Stress kerja pada karyawan. Hal ini penting untuk mengambil strategi penyelesaian
masalah Stress kerja secara tepat
24. 24
SARAN
Higiene Sanitasi dan Cubic Space
1. Saran untuk membuat checklist kebersihan dan dilakukan pembersihan secara berkala dan menyeluruh
dan mengganti lampu penerangan dengan watt yang lebih tinggi pada toilet pegawai lantai 1, sehingga
kebersihan dapat terjaga dan penerangan tercukupi sesuai NAB. Untuk Cubic space di staf analis
laboratorium, disarankan untuk exercise peregangan otot – otot.