SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
pengaruh terhadap perkembangan berbagi aspek dalam upaya mendukung
keberlangsungan hidup dan kepuasan manusia. Salah satunya di bidang
perindustrian.
Praktek belajar lapangan (PBL) merupakan kegiatan yang diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan memberi gambaran pada
mahasiswa tentang kegiatan yang berkaitan kesehatan lingkungan di industri
dengan cara mahasiswa belajar langsung di lahan industri dengan bimbingan
instruktur dari industri dan dosen dari institusi.
Menurut teori hukum latihan, apabila mahasiswa diberikan latihan secara
berkesinambungan, akan memperoleh suatu kemampuan yang sifatnya motorik
sesuai dengan bidangnya. Praktek belajar lapangan bagi mahasiswa bermanfaat
untuk melatih diri untuk menghadapi lingkungan kerja secara nyata dan belajar
pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang yang menyangkut kesehatan
lingkungan di industri.
Industri di Indonesia merupakan salah satu komponen yang mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. Kota-kota industri
berkembang cepat dan mulai banyak berdiri industri-industri lokal maupun asing.
Karawang merupakan salah satu wilayah yang dikembangkan dalam bidang
industri di Indonesia. Terdapat beberapa kawasan industri di Karawang yaitu
Karawang International Industry City (KIIC), Surya Cipta City of Industri (SCCI)
dan Bukit Indah City.
PT. Asian Isuzu Casting Center (AICC) merupakan salah satu industri yang
berada di kawasan Karawang Internatioal Industry City (KIIC) dan merupakan
suatu perusahaan yang bergerak di bidang part otomotif yang menghasikan produk
dari proses casting. Casting adalah proses pengecoran logam yang dilakukan untuk
membuat satu produk dengan penambahan material-material untuk di cetak agar
dapat menghasilakan produk Cylinder Block 4JA1, Cylinder Head4JA1, Cylinder
Block 4JJ1,Cylinder BlockC240, Front & Rear Hub( F-Series), Bearing Holder,
Front Hub, Front & Rear Drum(F-Series, Hub&Drum(N-Series), dan Case
Bearing(RT-50).
Dalam proses kerja terdapat jaminan mutu pangan untuk memastikan gizi setiap
pekerja terpenuhi sehingga berkaitan dengan produktivitas kerja. Disamping itu,
keamanan pangan pun merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh
parameter mutu pengan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan
atau makanan, penampilannya baik, juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman
makan makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. Karena bahwa produk yang aman
didapt dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan
dengan baik akan menghasilkan produk akhir yang baik.
Salah satu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya
tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh
Komite Standar Internasional/Codex Allmentarius Commision yang telah diakui
secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan
suatu sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin
mutu sejak bahan baku hingga produk akhir.
Dari latar belakang tersebut penyusun tertarik untuk dapat menemukan masalah
dan memberikan solusi pemecahannya dalam mengetahui kondisi nyata mengenai
aspek Penyehatan Makanan dan Minuman, serta penenalan profil industry sehingga
diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui penerapan kegiatan-kegiatan pokok
kesehatan lingkungan industri, cara melakukan identifikasi kondisi
permasalahan Kesehatan Lingkungan, mengetahui kondisi nyata kesehatan
lingkungan industri, mengetahui penerapan teknologi di bidang kesehatan
lingkungan industri.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui Standar Pangan
b. Mengetahui Penerapan HACCP
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan praktek belajar lapangan di PT.
Asian Isuzu Casting Center adalah :
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa PBL yaitu menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman kerja praktek lapangan di PT. Asian Isuzu Casting Center
1.3.2 Bagi Pembaca
Bagi pembaca dapat mengetahui hasil pemeriksaan dari pada makanan di
PT. Asian Isuzu Casting Center sehingga diketahui keamanan mutu pada
makanan.
1.3.3 Bagi PT Dirgantara Indonesia
Sebagai bahan masukan untuk perbaikan Program Makanan Minuman di
PT. Asian Isuzu Casting Center
1.3.4 Bagi Institusi
a) Sebagai bahan kajian proses pembelajaran dalam mata kuliah
Penyehatan Makanan Minuman.
b) Sebagai bahan masukan terhadap kemampuan mahasiswa untuk
mencapai kurikulum pembelajaran.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
2.1 Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan serangkaian kegiatan persiapan meliputi :
1. Pencarian lokasi praktek belajar lapangan (PBL) atau lokasi untuk melakukan
program pembelajaran
2. Pembuatan dan pengajuan proposal ke PT. Asian Isuzu Casting Center
3. Menerima pembekalan-pembekalan sebelum melaksanakan kegiatan (PBL)
2.2 Lokasi
Dalam pelaksanaaan praktek belajar lapangan ini lokasi yang digunakan adalah
:
1. Nama Perusahaan : PT. Asian Isuzu Casting Center
2. Alamat Perusahaan : Kawasan Industri KIIC Lot N 6-9, Desa Wadas
Dan Margakarya, Kecamatan Telukjambe Timur dan
Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang
3. Jenis Perusahaan : Manufacture Perakitan
2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 01 April
2016 s/d 30 April 2016. Pelaksanaan praktek belajar lapangan ini masuk 5 hari
kerja dalam 1 minggu, dari hari senin s/d jum’at dimulai pukul 08.00 – 16.30 WIB.
Adapun jadwal pembelajaran menyesuaikan dengan jadwal perusahaan.
2.4 Sumber Data
Dalam mengumpulkan data kami mencari dan memperolehi data dari :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi langsung ditempat
kerja, meliputi wawancara dengan pihak-pihak terkait serta hasil pengamatan
survey jalur mengenai pelaksaan kesehatan lingkungan dan kesehatan
keselamatan kerja di perusahaan.
2. Data Sekunder
Data seunder adalah data yang diperoleh dokumentasi perusahaan
mengenai profil perusahaan serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamtan kerja.
2.5 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu metode yang
bertujuan memberikan gambaran tentang lingkungan kerja di perusahaan,
pengukuran, dan pengambilan sampel. Penelitian dilakukan terhadap PT. Asian
Isuzu Casting Center beserta system yang ada didalamnya, khusunya mengenai
pelakasanaan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamatan kesehatan kerja.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAN
3.1 Sejarah Singkat PT. Asian Isuzu Casting Center
PT.Asian Isuzu Casting Center(AICC) berdiri pada bulan April tahun
1997 sebagai perusahaan PMA Jepang yang bergerak dalam bidang manufaktur
pengecoran logam. Pada awal berdiri perusahaan ini masih bernama PT. Astra
Isuzu Casting Company, baru setelah adanya perubahan struktur kepemilikan
saham pada tahun 2004 berubah nama menjadi PT. Asian Isuzu Casting Center.
PT. Asian Isuzu Casting Center berlokasi di kawasan industri KIIC
Karawang dengan jumlah karyawan pada tahun 2016 sekitar 670 orang, terdiri
dari karyawan kontrak dan permanen dengan jumlah karyawan perempuan
sebanyak 20 orang dan karyawan laki-laki 650 orang.Sedangkan luas tanah
sekitar 78.854 m2 dan luas bangunan 32.295m2. Kepemilikan modal
seluruhnya (100%) sebagai perusahaan PMA Jepang yang dipegang oleh 3
(tiga) pemegang saham yaitu, Imetal Technology Co., Ltd., Isuzu Motor Asia
Limited, dan Isuzu Motor Limited.
Pada tahun 2007, PT. Asian Isuzu Casting Center mendapat sertifikat
ISO 9001: 2000 yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap sistem
manajemen mutu (Quality Management System). Berikutnya di tahun 2010, PT.
Asian Isuzu Casting Center mendapat sertifikat ISO 14001: 2004 untuk bidang
sistem manajemen lingkungan.
3.2 Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. ASIAN ISUZU CASTING CENTER
Alat Kantor : Kawasan Industri KIIC Lot N 6-9,
Desa Wadas dan Margakarya
Kecamatan Telukjambe Timur dan Telukjambe
Barat,Kabupaten Karawang.
Nomor NPWP : 01.824.259.4-055.000 dan
01.824.259.4-408.001
Nama Pimpinan :TAKESHI OOKAWA
Nomor Telepon : (021) 890 4590 - 91
Nomor Faksimil : (021) 890 4592
Lokasi Pabrik
Jalan : Jl. Maligi III Lot N 6 - 9
Kawasan Industri : Kawasan Industri KIIC Karawang
Desa : Wadas dan Margakarya
Kecamatan : Telukjambe Timur dan Telukjambe Barat
Kabupaten : Karawang
Propinsi : Jawa Barat
Nomor Izin Usaha : No. 364/TINDUSTRI/2001,
Status Penanaman Modal : Penanaman Modal Asing
3.3 Visi Misi dan Kebijakan Perusahaan
3.3.1 Visi
Menjalankan terus menerus improvement kualitasatas produk dan dapat
dipercaya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
3.3.2 Misi
1. Berusahauntuk membangun tempat kerja yang aman dan penuh kegiatan.
2. Membuat diri kita terus menerus tertantang dan berinovasi untuk mencapai
tujuan.
3. Selalu melakukan analisa terhadap suatu fenomenadan berusaha menyelesaikan
dengan cara sangen-shugi (tiga hal faktual).
4. Menjadikan seijitsu (ketulusan) sebagai motto dan berusaha menerapkan
hukum dan peraturan yang adadengan sepenuh hati.
3.4 Struktur Organisasi PT. Asian Isuzu Casting Center
Dalam setiap organisasi dengan segala aktifitasnya akan terjalin hubungan
diantara individu. Makin besar organisasi, makin kompleks hubungan yang terjadi
diantara individu. Oleh karena itu diperlukan struktur organisasi yang merupakan
suatu gambaran yang menyatakan pembagian, tanggung jawab masing-masing
individu tersebut dan menunjukan tingkat spesifikasi dalam kegiatan kerja (
Struktur Oganisasi PT Asian Isuzu Casting Center terdapat pada lampiran 1).
3.5 Ketenagakerjaan
Sistem pembagian tenaga kerja di PT Asian Isuzu Casting Center dibagi
menjadi dua bagian menurut jenis pekerjaannya, yaitu :
1. Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang turun langsung dalam
penanganan proses produksi, misalnya operator.
2. Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja yang tidak turun langsung
dalam proses produksi, misalnya karyawan bagian personalia, keuangan dan
lain-lain.
Di dalam sistem kepegawaian PT Asian Isuzu Casting Center terbagi dalam 2
bagian, yaitu:
1. Karyawan Temporary/lepas
Karyawan kontrak yaitu karyawan yang masih dalam tahap percobaan pada
masa tertentu, lamanya kontrak satu tahun. Setelah menjalani kerja dalam
waktu masa percobaan, perusahaan tersebut akan memperpanjang kontraknya
atau kontraknya diputus. Penilaian pegawai didasarkan pada sikap kerja yang
diperlihatkan pegawai tersebut selama dalam masa percobaan.
2. Karyawan Tetap
Karyawan Tetap yaitu pegawai yang sudah lama bekerja pada perusahaan
tersebut dan telah diangkat menjadi pegawai tetap. Kesempatan kerja yang
diberikan kepada lulusan STM/SMA/Perguruan Tinggi/Sekolah Pendidikan
lain yang sekiranya dibutuhkan dalam proses produksi dan manajemen
perusahaan.
3.6 Waktu keja
Hari kerja normal pada PT.Asian Isuzu Casting Center adalah hari Senin
s.d Jumat, namun jika ada permintaan yang belum terpenuhi maka hari Sabtu
digunakan sebagai hari kerja tambahan. Satu hari kerja terdiri dari 2 shift. Berikut
adalah waktu kerja di PT.Asian Isuzu Casting Center yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut;
Tabel 3.1
Waktu Kerja PT. Asian Isuzu Casting Center
Shift Kerja Waktu Kerja Normal Istirahat
Shift I 07.00 - 16.00 11.50 – 12.50
Shift II 02.00 - 22.00 & 04.00 -
07.00
18.00 – 19.00
Shift III 23.00 - 07.00 02.00 – 03.00
Sumber : PT Asian Isuzu Casting Center
3.7 Sarana dan Prasarana
PT. Asian Isuzu Casting Center dilengkapi dengan sarana dan prasana yang
menunjang kegiatan proses produksi dan member kemudahan bagi karyawan
diantaranya berupa :
a. Kantin
Kantin yang terdapat di PT. Asian Isuzu Casting Center cukup untuk
menampung semua karyawan. Kantin ini berfungsi sebagai ruang makan semua
karyawan.
b. Koperasi
Di PT. Asian Isuzu Casting Center terdapat satu koperasi yang menyediakan
makanan, minuman, dan kebutuhan pokok.
c. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan disediakan satu masjid yang diberi nama masjid
Baitulrrahman berada di samping kantin.
d. Rekreasi
PT. Asian Isuzu Casting Center mempunyai program liburan bersama atau
rekreasi setiap 2 tahun sekali dengan kegiatan pergantian kegiatan employee
day dan family day. Program rekreasi ini diperuntukan bagi semua karyawan
PT. Asian Isuzu Casting Center untuk mempererat persaudaraan antar
karyawan ataupun persaudaraan terhadap pimpinan.
3.8 Penggunaan energi
Sebagai sumber energy uatam di PT. Asian Isuzu Casting Center digunakan
energy listrik yang seluruhnya disuplai oleh PT. PLN (PERSERO) UPJ Prima
Karawang dengan kapasitas terpasang sebesar 8660 KVA dan 23.855 KVA,
menggunakan gas LPG dengan kapasitas terpasang 10 ton dan sebagai cadangan
apabila aliran listrik mati disediakan genset, masing-masing total pemakaian
energy listrik dan gas tercantum pada tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Penggunaan Energi PT. Asian Isuzu Casting Center
Tahun 2015
Sumber: PT. Asian Isuzu Casting Center
Jenis Energi Kapasitas
Terpasang
Pemakaian
Bulan
Sumber
(Perum/Captive)
1. Listrik
a. JSH Line
b. ACE Line
8.660 KVA
23.855 KVA
2.613.077 KWH
2.220.961 KWH
PT. PLN
PT. PLN
2. Listrik Generator
a. JSH Line
b. ACE Line
500 KVA
500 KVA
-
-
Genset
Genset
3. Panas - - -
4. LPG
a. JSH Line
b. ACE Line
10 Ton
12 Ton
1.5 Ton
Jaya Gas dan
Kimia
Yasa
5. Batu Bara - - -
6. Lainnya - - -
3.9 Penggunaan Air
Kebutuhan air bersih untuk keperluan produksi, pencucian alat dan domestic
karyawan seluruhnya dipenuhi dari Water Treatment Kawasan Industri KIIC
Karawang (KI KIIC). Kebutuhan air bersih digunakan untuk keperluan proses
produksi, domestic karyawan (WC, toilet, cuci tangan, mushola), penyiraman
taman, coling tower, dan lain-lain. Dengan total pemakaian air bersih berdasarkan
estimasi perhitungan adalah sebesar 381 m3/hari. Neraca penggunaan air harian
dapat dilihat pada ( terdapat pada lampiran 2)
Tabel 3.3
Penggunaan Air PT. Asian Isuzu Casting Center
Tahun 2015
Jenis Sumber Kapasitas penggunaan
(m3/hari atau bulan)
Diolah/Tidak Keterangan
PDAM/PAB - - -
Sumur Dangkal - - -
Sumur Dalam - - -
Sungai - - -
Danau/Rawa - - -
Sumber Air Kawasan 8,162.00 m3 Ya -
Jumlah Air Total 8,162.00 m3
Sumber: PT. Asian Isuzu Casting Center
Dari data sekunder di atas, pemakaian air bersih di PT. Asian Isuzu Casting Center
adalah 8162 m3. Air digunakan baik untuk proses produksi ataupun domestik.
3.10 Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PT. Asian Isuzu Casting Center meliputi
tahap penting yang mendukung jalannya kegiatan perusahaan yaitu pembuatan
mobil. Secara umum dapat dijelaskan proses produksi dari masing masing
dapartemen adalah sebagai berikut:
1. Proses Melting
Proses Melting adalah proses pemanasan dalam furnace (tungku
pembakaran) sampai mencapai titik lebur dari raw material maupun additive
material tersebut sehingga material mencapai titik melting atau meleleh
dengan kisaran suhu 1200oC – 1800oC. Proses ini merupakan proses paling
utama dalam industri casting, karena pada saat melting inilah komposisi dari
suatu produk dibuat dan diperhitungkan.
Proses melting terdiri dari proses Raw Material, Additive Material,
Charging, Melting, Molten Compositon,Fe-Si-Mg& 50S Preparation, Laddle
Inoculation, Tapping Laddle Transfer dan Tapping Pouring Laddle. Berikut
ini adalah flow process secara keseluruhan dari proses melting.
a. Raw Material
Raw Material adalah proses pengumpulan material mentah sebelum
dilakukan proses pemanasan (charging) di dalam furnace. Raw material
terdiri dari Steel Scrap, Separation Scrap, dan Return Scrap. Semua
bahan baku tersebut diperoleh dari part yang masuk kedalam kategori
reject maupun material yang diperoleh dari supplier yang telah bekerja
sama dengan perusahaan.
b. Additive Material
Proses penambahan material zat aditif yang berfungsi untuk
homogenitas agar mendapatkan komposisi yang baik untuk digunakan
dalam proses melting.
c. Charging
Proses memasukkan raw material dengan additive material ke dalam
furnace. Komposisi raw material dan additive material sudah ditetapkan
standarnya oleh perusahaan agar kualitas mutu dari produk yang
dihasilkan tidak mengalami penurunan kualitas. Untuk proses charging
menggunakan Hoist Charging Car yang berfungsi untuk mengangkat
material yang akan dilebur, prinsip kerja dari alat tersebut dengan
menggunakan sistem magnetik yang mana material akan menempel pada
alat tersebut dan memudahkan proses pengangkatan.
d. Melting
Setelah proses charging yaitu proses melting itu sendiri. Dimana raw
material dan additive material dilebur sampai mencapai titik melting atau
meleleh. Proses melting terjadi pada furnace yang menggunakan tanur
listrik untuk pembakarannya. Ada 2 material yang digunakan untuk
membuat produk casting di PT. Asian Isuzu Casting Center, yaitu FC
(Ferro Casting) atau biasa disebut Besi Tuang Kelabu (Grey Cast Iron),
dan FCD (Ferro Cast Ductile) atau biasa disebut Besi Tuang Elastis
(Ductile Cast Iron). Temperatur melting pada FC sebesar 1500oC dan
temperatur pada FCD sebesar 1545oC. Untuk mengukur temperature
melting menggunakan thermocouple. Dengan menggunakan
thermocouple pengukuran temperatur lebih akurat karena pengukuran
dilakukan langsung dengan cara dicelupkan ke dalam molten. Bahan dari
thermocouple itu sendiri memiliki titik lebur yang tinggi karena pada saat
dicelupkan ke dalam molten tidak ikut melebur.
e. Molten Composition
Suatu operasi dimana dilakukan pengecekan dari komposisi molten.
FC dan FCD masing-masing menggunakan komposisi molten yang
berbeda-beda. FC maupun FCD mempunyai komposisi minimal,
komposisi target, dan komposisi maksimal. Molten Composition ini
dilakukan agar molten yang akan dituang ke dalam cetakan (pouring
process) telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh
perusahaan sehingga menghindari cacat produk. Pengukuran komposisi
molten menggunakan Spectrometer dan CE meter.
f. Fe-Si-Mg & 50 S Preparation
Yaitu proses penambahan Fe-Si-Mg dan 50 S pada molten. Proses ini
berfungsi untuk melindungi molten pada saat pendinginan agar molten
tidak bereaksi dengan udara dan komposisi molten tidak berubah.
g. Ladle Inoculation
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah inti pembekuan
sehingga dengan demikian akan meningkatkan pula jumlah grafit
eutektik, mengurangi under cooling serta menurunkan tendensi
terbentuknya struktur pembekuan putih (ledeburit). Proses ini terjadi pada
ladle dan molten dengan bahan FC (Besi Tuang Kelabu). Material yang
digunakan yaitu Carbon, Silicon, Calcium, Alumunium, dan Fe.
h. Tapping Ladle Transfer
Proses persiapan molten sebelum dituangkan ke laddle. Proses
persiapan ini yaitu pembersihan molten dari kotoran (slag)dengan
menggunakan slag removal. Molten disemprotkan dengan cairan maka
slag akan terangkat dan dipisahkan ke dalam slag box dengan
menggunakan slag removaltersebut. Proses pembersihan molten dari slag
ini akan dilakukan terus menerus sampai molten dalam kondisi OK.
i. Tapping Pouring Ladle
Setelah molten dalam kondisi OK, selanjutnya adalah proses Tapping
Pouring Ladle yaitu proses penuangan molten dari furnace ke ladle yang
kemudian akan digunakan pada proses pouring. Berat molten yang
dituang ke laddle sekitar 1450 – 1550 kg tergantung dari jenis produk
yang akan dibuat dan jenis bahan dalam molten tersebut.
2. Proses Pouring
Pouring adalah proses penuangan molten ke dalam cetakan. Proses ini
krusial dimana cairan logam mengalir dari laddle ke cawan tuang. Proses ini
berlangsung singkat namun cukup menentukan keberhasilan rangkaian
pengecoran logam, sehingga operator perlu menguasai teknik penuangan
cairan logam yang benar. Pada proses pouring terdiri dari grup penuang yaitu
operator pengarah laddle, operator pemutar laddle, dan operator pemberi aba-
aba. Operator pemberi aba-aba biasanya memegang kendali crane dan cukup
operator ini saja yang memberikan perintah.
3. Proses Core
Core adalah suatu bentuk pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk
mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang
atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Bentuk core tiap produk berbeda-
beda, bahkan ada pula produk yang tidak menggunakan core, misalnya case
bearing. Produk yang tidak menggunakan core biasanya produk yang relatif
mudah atau bentuk pattern juga mempengaruhi penggunaan core atau tidak.
Proses Core terdiri dari proses core making, visual checking, baritori,
coating, drilling, dan coating. Berikut adalah Flow Process dari tahap Core.
a. Core Making
Core Making adalah pembuatan cetakan inti yang diletakkan di
cetakan untuk pembuatan lubang atau rongga di dalam cetakan yang
terbuat dari pasir khusus. Proses pembentukan pasir dengan cara
dipanaskan menggunakan gas LPG dan heater sampai menjadi core. Core
dibuat dengan bahan RCS (Resin Coated Sand). Proses RCS adalah proses
awal dalam core making yaitu proses daur ulang pasir silika hasil dari
proses pembuatan blok silinder, sehingga pasir silika tersebut dapat
digunakan kembali untuk pembuatan core. RCS merupakan pasir yang
berpengikat resin phenol dengan resin resol/ novolak, pasir ini umum
digunakan karena cara penggunaannya efektif. Mesin yang digunakan
untuk membuat core yaitu ISH-VT500.
b. Visual Checking
Proses pengecekan hasil core yang telah jadi. Pengecekan dilakukan
dengan cara visual. Core yang tidak dapat digunakan untuk cetakan
adalah crack core dan broken core. Namun untuk broken core maksimal
2 mm masih dapat diperbaiki. Apabila broken core lebih dari 2 mm, maka
core tersebut NG.
c. Baritori
Proses menghilangkan bari atau burr pada core. Core yang telah jadi
mengandung bari pada permukaannya. Tujuan dari proses ini yaitu untuk
merapikan core dari bari tersebut. Alat yang digunakan adalah burr
removal.
d. Coating
Coating adalah proses pelapisan bagian-bagian tertentu dari core
dengan bahan yang digunakan adalah tellurite. Fungsi dari proses coating
yaitu untuk mempercepat pendinginan, covering sand burning, dan bisa
pula untuk penetrasi gas. Proses coating pada core berlangsung 2 periode
dengan interval minimal 30 second. Periode pertama setelah proses
baritori, sedangkan periode kedua setelah proses drilling.
e. Drilling
Drilling adalah proses pembuatan lubang dengan cara pemberian
tekanan pada core. Lubang hasil proses drilling berfungsi sebagai tempat
untuk saluran gas keluar dari dalam core. Ukuran lubang yang dibuat
berbeda-beda, sesuai dengan ukuran core untuk tiap produknya.
4. Proses Molding
Molding adalah proses pembuatan cetakan sesuai dengan pattern (inti
cetakan) dari masing-masing produk. Bahan cetakan yang digunakan pada
proses ini berupa pasir yang telah diolah sedemikian rupa sehingga pasir
tersebut mudah dibentuk dengan menggunakan pattern. Proses molding ini
akan menghasilkan masing-masing produk sesuai pattern sebelum diproses
lebih lanjut pada proses finishing.
Proses Molding ini berawal dari persiapan pasir sampai produk
dikeluarkan dari cetakan dan dikirim ke proses finishingProses Molding ini
berawal dari persiapan pasir sampai produk dikeluarkan dari cetakan dan
dikirim ke proses finishing. Proses Molding terdiri dari Gas Vent Hole, Drag
Checking, Core Set & Ball Set, Cope Checking, Cope and Drag Set, Punch
Down, dan Pick Up.
a. Gas Vent Hole
Gas Vent Hole merupakan proses pembuatan saluran atau ventilasi
gas agar pada saat penuangan molten, gas di dalam cetakan bisa mengalir
keluar. Ukuran dari gas vent hole tiap produk berbeda-beda. Contohnya
untuk case bearing memiliki diameter 8 mm. Proses gas vent hole sangat
mempengaruhi hasil dan kualitas produk setelah keluar dari cetakan.
Apabila dalam proses pembuatan saluran gas ini tidak sempurna, maka
cairan logam dapat mengandung gas yang terjebak ketika cairan logam
mengeras. Inilah yang dinamakan cacat lubang gas (gas hole defect).
b. Drag Checking
Drag adalah cetakan bagian bawah. Drag checking adalah proses
pengecekan cetakan bagian bawah sehingga dapat diketahui drag yang
siap dituangkan cairan logam dan drag yang NG. Untuk drag yang NG
tidak akan masuk ke proses pouring, namun akan diproses kembali ke
sand preparation line. Pengecekan yang dilakukan diantaranya drag mold
condition dan drag mold tensile value check position.
c. Core Set and Ball Set
Core Set and Ball Set adalah proses pemasangan core dan ball pada
cetakan bagian bawah (drag). Untuk posisi core dan ball yang tidak layak
atau tidak tepat pada cetakan, maka tidak akan digunakan atau termasuk
NG dan akan diproses kembali pada proses pembuatan core. Untuk
ukuran dan jumlah ball yang dipasang tiap cetakan (drag) berbeda-beda.
d. Cope Checking
Cope adalah cetakan bagian atas. Cope Checking sama seperti proses
drag checking yaitu proses pengecekan cetakan bagian atas sehingga
dapat diketahui cope yang siap dituangkan cairan logam dan cope yang
NG. Untuk cope yang NG tidak akan masuk ke proses pouring, namun
akan diproses kembali ke sand preparation line. Pengecekan yang
dilakukan diantaranya cope mold condition dan cope mold tensile
valuecheck position.
Untuk cope mold condition yaitu mengecek kondisi cetakan bagian
atas. Kondisicetakan yang retak dan patah tidak akan diizinkan untuk
dilanjut ke proses pouringdan dinyatakan NG. Cope Mold Tensile Value
Check Position yaitu pengecekan nilai tahanan tarik dari cetakan bagian
atas. Cope dicek dengan tahanan tarik minimal 8 N/cm2 yang bertujuan
untuk menguji kekerasan dari cope. Pengecekan tahanan tarik ini
dilakukan 5 posisi/flask.
e. Cope and Drag Set
Setelah cope dan drag sudah dalam kondisi OK dan siap untuk
dituangkan cairan logam, selanjutnya adalah proses cope and drag set.
Proses ini adalah penyatuan antara cope dan drag dengan sedemikian rupa
sehingga cairan logam bisa masuk ke dalam cetakan. Penyatuan cope dan
drag ini harus memperhatikan parting line dan parting line harus lurus
dan rapat. Oleh karena itu, pada pengaturan cope dan drag dibantu oleh
penggunaan omori (pemberat). Omori diletakkan di atas cope sehingga
cope dan drag mendapat gaya tekan dari omori dan tidak bisa bergeser.
Cetakan terbuat dari pasir yang masih basah dan dituang cairan logam
yang temperaturnya tinggi, maka sering terjadi ledakan di dalam cetakan.
Disinilah fungsi lain dari omori yaitu menahan ledakan yang terjadi di
dalam cetakan.
f. Punch Down
Setelah cetakan dituang logam cair dan logam cair telah mengeras,
lalu cetakan masuk ke proses punch down. Proses dimana produk dan
gating dipisahkan dari cetakan dengan cara dipukul ke bawah dengan
menggunakan Punch Down Machine.
g. Pick Up
Produk dan gating yang telah di-punch down, akan masuk ke proses
finishing. Proses ini menggunakan manipulator untuk membawa produk
dan gating ke finishing line.
.
5. Proses Finishing
Finishing adalah proses penyempurnaan produk agar produk siap untuk
masuk ke proses painting. Proses finishing ini juga sebagai proses
pembersihan produk dari gating ataupun pasir dari sisa-sisa proses molding.
Proses finishing terdiri dari Shoot Blast, Product Fetting, Seki Grinding,
Manual Finishing, dan Inline Inspection.
a. Shoot Blast
Proses pembersihan untuk lebih menghaluskan permukaan benda
kerja dan menghilangkan pasir yang menempel. Proses pembersihan
permukaan produk ini dengan menggunakan semprotan bola baja S/Blast.
b. Product Fetling
Proses pematahan dan pemisahan produk dengan gating system.
Proses ini lebih dikenal dengan Pecker andBreaker Snape. Pecker adalah
pemisahan produk dari gating, dan Breaker Snape adalah proses
pematahan.
c. Seki Grinding
Proses penggerindaan sirip yang tebal agar terbentuk permukaan yang
halus dan rata.
d. Manual Finishing
Proses penyempurnaan produk pada bagian-bagian tertentu sehingga
produk dapat di machining dengan baik. Proses ini menggunakan Hand
Grinder Hammer.
e. Inline Inspection
Proses pengecheckan kualitas produk yang meliputi proses magnetik
maupun proses pengecekan pergeseran cetakan
3.11 Produk PT. Asian Isuzu Casting Center
Sumber : AICC Company Profile
Gambar 3.1. Produk PT. Asian Isuzu Casting Center
Cylinder Block
4JA1
Cylinder Head
4JA1
Case Bearing(RT-50)
4x2 4x4
Cylinder Block
4JJ1
Cylinder Block
C240
Bearing Holder
4x2 4x4
Front & Rear Hub( F-Series)
Hub&Drum(N-Series)
Front & Rear Drum(F-Series)
Front Hub
4x2 4x4
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Standar Keamanan Pangan
FORM PENILAIAN SKOR KEAMANAN PANGAN (SKP)
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN
NILAI
(1) (2)
A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan (PPB)
1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1  0
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak  3 0
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk  3 0
4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida
untuk menyimpan dan membawa bahan makanan
 3 0
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya  3 0
6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3  0
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih  3 0
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung
 3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PPB  22 18
B. HIGIENE PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat  3 0
2. Pemasak harus berpakaian bersih  3 0
3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1  0
4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1  0
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak  3 0
6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang air)  3 0
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan  3 0
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang  3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK HGP  20 18
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 3  0
2.* Peralatan memasak harus dicuci sebelum dan sesudah dipakai
memasak
 3 0
3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 3  0
4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih  3 0
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan
beracun atau bahan berbahaya
 3 0
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3  0
7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3  0
8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 3  0
9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak  3 0
10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3  0
11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 2  0
12.* Pembuangan air limbah harus lancer  3 0
13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur  3 0
14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (perusahaan) tidak
lebih dari satu jam
 3 0
15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih  3 0
16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak  3 0
17. Bahan makanan dicuci dengan air bersih  3 0
18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih  3 0
19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di masak 3  0
20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2  0
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan
terhindar dari debu dan serangga
 3 0
22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus dari
kertas koran dan kertas ketikan
 1 0
23. Makanan dibungkus dengan pembungkus yang bersih, tidak
menggunakan bekas pembungkus bahan beracun
 3 0
24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok,
garpu, alat penjepit, sarung tangan
 3 0
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam terutama
makanan berkuah dan bersantan dalam keadaan terbuka
 3 0
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan jika
sudah berwarna coklat tua, atau sudah dipakai setelah 4 kali
3  0
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam
wadah tertutup
 3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PBM  74 40
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang bersih
dan tertutup
 3 0
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan  3 0
3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan  1 0
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi
sebelum dibagikan
 3 0
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering  3 0
6.* Mencuci tangan sebelum makan  3 0
7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk
memegang makanan saat membagikan
 3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK DMP 19 19
Sumber : Mudjajanto, 1999.
Keterangan : (1)  Nilai, jika kriteria terpenuhi
(2)  Nilai, jika kriteria tidak terpenuhi
(0)*  dapat ditolerir untuk katagori keamanan pangan tertentu
Penerapan Penilaian SKP
Komponen Nilai Yang
Ditolerir
Nilai Harus
Dipenuhi
Nilai Komponen Skor
(1) (2) (3) (4)
PPB 0 18 – 0 = 0 18 ÷ 22 = 0,81 0,16 × 0,81 =
0,12
HGP 0 18-0 = 0 18 ÷ 20 = 0,9 0,15 × 0,9=
0,15
PBM 0 40 – 0 = 0 40 ÷ 74 = 0,540 0,55 × 0,540 =
0,297
DPM 0 19 – 0 = 0 19 ÷ 19 = 1,0000 0,14 × 1,0000
= 0,14
SKP Maks = 0,707
No
Kategori Keamana
Pangan
SKP %
1 Baik ≥ 0.9703 ( ≥ 97,93 % )
2 Sedang 0,9332-0,9702 93,32-97,02 %
3
Rawan , Tetapi
Aman Dikonsumsi
0,6217-0,9331 62,17 – 93,31 %
4
Rawan, Tidak aman
dikonsumsi
< 0,6217 < 62,17 %
Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ati balado,
ayam sambal ijo dan dan tempe orek tergolong kedalam kategori rawan tetapi
aman dikonsumsi. Walaupun ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi,
seperti kriteria dapur memasak lantai terasa lengket, penjamah tidak memakai
alas kaki, tempat sampah tidak terdapat tutup dan lain-lain. Dari standar
kemanan pangan tersebut tidak ada nilai tolerir karena jenis makanan berupa
vurnurable. Hal ini berarti makanan tersebut masih aman dikonsumsi oleh
karyawan PT. Asian Isuzu Casting Center.
4.2 Penerapan HACCP (Hazard Analitycal Critical Control Point)
4.2.1 Jenis Makanan Pertama
1. IDENTIFIKASI ANALISIS BAHAYA
Nama Masakan : Tempe Orek
2. MELAKUKAN TITIK KRITIS
Nama Masakan : Tempe Orek
3. MELAKUKAN BATAS KRITIS
Nama Masakan : Tempe Orek
4. MELAKUKAN PEMANTAUAN
Nama Masakan : Tempe Orek
5. MELAKUKAN KOREKSI
Nama Masakan : Tempe Orek
6. MELAKUKAN VERIFIKASI
Nama Masakan : Tempe Orek
7. MELAKUKAN DOKUMENTASI
Nama Masakan : Tempe Orek
FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : Tempe Orek
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN
TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
1. Tempe M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
2. Cabe Ijo M
K
F
-
Pestisida
-
-
Mengganti
pemasok
-
3. Bawang Merah M
K
F
-
-
-
-
-
-
4. Bawang Putih M
K
F
-
-
-
-
-
-
5. Kecap Manis M
K
F
-
-
-
-
-
-
6. Kecap Asin M
K
F
-
-
-
-
-
-
7. Garam M
K
F
-
-
-
-
-
-
8. Gula M
K
F
-
-
-
-
-
-
9. MSG M
K
F
-
-
-
-
-
-
Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA
No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko
A B C D E F
1. Tempe Orek -  -    IV
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP
NAMA MAKANAN : Tempe Orek
- TIM HACCP :
- Faiqatul Himmah
- Nadia Ayu Saputri
- Nadya Thifal Harsono
- Siti Sarah Annisa
CCP Bahaya Cara
Pengendali
an
Parameter
CCP
Batas
Kritis
Nilai
Targe
t
Pemantauan Tindakan
Koreksi
Penumisan Bakteri
pathoge
n pada
masakan
Menumis
dengan
suhu dan
waktu yang
benar.
Suhu dan
Staphyloco
ccus sp.
Suhu
100°C
0 Mengatur suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
Memperhatikan
dan mengecek
kembali suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
4.2.2 Jenis MasakanKedua
1. IDENTIFIKASI ANALISIS BAHAYA
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
2. MELAKUKAN TITIK KRITIS
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
3. MELAKUKAN BATAS KRITIS
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
4. MELAKUKAN PEMANTAUAN
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
5. MELAKUKAN KOREKSI
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
6. MELAKUKAN VERIFIKASI
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
7. MELAKUKAN DOKUMENTASI
Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : Ayam Sambal Ijo
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN
TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
1. Ayam M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
2. Cabe Ijo M
K
F
-
Pestisida
-
-
Mengganti
pemasok
-
3. Bawang Merah M
K
F
-
-
-
-
-
-
4. Bawang Putih M
K
F
-
-
-
-
-
-
5. Kecap Manis M
K
F
-
-
-
-
-
-
6. Kecap Asin M - -
K
F
-
-
-
-
7. Garam M
K
F
-
-
-
-
-
-
8. Gula M
K
F
-
-
-
-
-
-
9. MSG M
K
F
-
-
-
-
-
-
10. Bombay M
K
F
-
-
-
-
-
-
Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA
No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko
A B C D E F
1. Ayam Sambal Ijo -  -    IV
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP
NAMA MAKANAN : Ayam Sambal Ijo
- TIM HACCP :
- Faiqatul Himmah
- Nadia Ayu Saputri
- Nadya Thifal Harsono
- Siti Sarah Annisa
CCP Bahaya Cara
Pengendali
an
Parameter
CCP
Batas
Kritis
Nilai
Targe
t
Pemantauan Tindakan
Koreksi
Penggoren
gan
Bakteri
pathoge
n pada
masakan
Menumis
dengan
suhu dan
waktu yang
benar.
Suhu dan
Staphyloco
ccus sp.
Suhu
100°C
0 Mengatur suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
Memperhatikan
dan mengecek
kembali suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
4.2.3 Jenis MasakanKetiga
1. IDENTIFIKSI ANALISIS BAHAYA
Nama Masakan : Ati Balado
2. MELAKUKAN TITIK KRITIS
Nama Masakan : Ati Balado
3. MELAKUKAN BATAS KRITIS
Nama Masakan : Ati Balado
4. MELAKUKAN PEMANTAUAN
Nama Masakan : Ati Balado
5. MELAKUKAN KOREKSI
Nama Masakan : Ati Balado
SEGERA DIMAKAN
6. MELAKUKAN VERIFIKASI
Nama Masakan : Ati Balado
SEGERA DIMAKAN
7. MELAKUKAN DOKUMENTASI
Nama Masakan : Ati Balado
SEGERA DIMAKAN
FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : Ati Balado
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN
TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
1. Hati Ayam M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
2. Ampela Ayam M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
3. Usus Ayam M - -
K
F
Formalin
-
Mengganti
pemasok
-
4. Cabe Merah M
K
F
-
Pestisida
-
-
Mengganti
pemasok
-
5. Bawang Merah M
K
F
-
-
-
-
-
-
6. Bawang Putih M -
K
F
-
-
-
-
7. Jahe M
K
F
-
-
-
-
-
-
8. Lengkuas M
K
F
-
-
-
-
-
-
9. Laos M
K
-
-
-
-
F - -
10. Daun Jeruk M
K
F
-
-
Debu
-
-
Dibersihkan
11. Sereh M
K
F
-
-
-
-
-
-
12. Daun Salam M
K
-
-
-
-
F Debu Dibersihkan
13. Garam M
K
F
-
-
-
-
-
-
14. Gula M
K
F
-
-
-
-
-
-
Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA
No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko
A B C D E F
1. Ati Balado -  -    IV
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP
NAMA MAKANAN : Ayam Sambal Ijo
- TIM HACCP :
- Faiqatul Himmah
- Nadia Ayu Saputri
- Nadya Thifal Harsono
- Siti Sarah Annisa
CCP Bahaya Cara
Pengendali
an
Parameter
CCP
Batas
Kritis
Nilai
Targe
t
Pemantauan Tindakan
Koreksi
Penggoren
gan
Bakteri
pathoge
n pada
masakan
Menumis
dengan
suhu dan
waktu yang
benar.
Suhu dan
Staphyloco
ccus sp.
Suhu
100°C
0 Mengatur suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
Memperhatikan
dan mengecek
kembali suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ati balado, ayam
sambal ijo dan dan tempe orek tergolong kedalam kategori rawan tetapi aman
dikonsumsi. Walaupun ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi, seperti kriteria
dapur memasak lantai terasa lengket, penjamah tidak memakai alas kaki, tempat
sampah tidak terdapat tutup dan lain-lain. Dari standar kemanan pangan tersebut
tidak ada nilai tolerir karena jenis makanan berupa vurnurable. Hal ini berarti
makanan tersebut masih aman dikonsumsi oleh karyawan PT. Asian Isuzu Casting
Center.
5.2 Saran

More Related Content

What's hot

METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
Zakiah dr
 
Lembar konsultasi.docxq
Lembar konsultasi.docxqLembar konsultasi.docxq
Lembar konsultasi.docxqLia Is
 
Surveilans gizi
Surveilans giziSurveilans gizi
Surveilans gizi
Pepi Umar
 
Manajemen Puskesmas
Manajemen PuskesmasManajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas
Subdit Puskesmas PKP
 
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmas
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmaskedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmas
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmas
Lindarti Marsiyah
 
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Muh Saleh
 
KAK Kelas Balita 2020.doc
KAK Kelas Balita 2020.docKAK Kelas Balita 2020.doc
KAK Kelas Balita 2020.doc
ProgramAnakBL
 
PPT rumah sakit
PPT rumah sakitPPT rumah sakit
PPT rumah sakit
Stephanie Isvirastri
 
261827047 pedoman-pelayanan-pkrs
261827047 pedoman-pelayanan-pkrs261827047 pedoman-pelayanan-pkrs
261827047 pedoman-pelayanan-pkrs
RensiAmbi
 
Gizi dewasa
Gizi dewasaGizi dewasa
PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...
PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...
PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...
puskesmassungaipinan
 
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptxPKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
SMECKudus
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Muh Saleh
 
Tabel akg
Tabel akgTabel akg
Tabel akg
Rizal Purnama
 
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
Emmy Kardinasari
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
Anggita Dewi
 
Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Kader Pembangunan Manusia (kpm)Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Eka Saputra
 
Instrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdf
Instrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdfInstrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdf
Instrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdf
BidangYANKESDinkesLu
 

What's hot (20)

METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANGMETODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG
 
Lembar konsultasi.docxq
Lembar konsultasi.docxqLembar konsultasi.docxq
Lembar konsultasi.docxq
 
Surveilans gizi
Surveilans giziSurveilans gizi
Surveilans gizi
 
Manajemen Puskesmas
Manajemen PuskesmasManajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas
 
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmas
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmaskedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmas
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja Puskesmas
 
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
 
KAK Kelas Balita 2020.doc
KAK Kelas Balita 2020.docKAK Kelas Balita 2020.doc
KAK Kelas Balita 2020.doc
 
Mutu layanan
Mutu layananMutu layanan
Mutu layanan
 
PPT rumah sakit
PPT rumah sakitPPT rumah sakit
PPT rumah sakit
 
261827047 pedoman-pelayanan-pkrs
261827047 pedoman-pelayanan-pkrs261827047 pedoman-pelayanan-pkrs
261827047 pedoman-pelayanan-pkrs
 
Gizi dewasa
Gizi dewasaGizi dewasa
Gizi dewasa
 
PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...
PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...
PMK No. 19 Th 2022 ttg Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang ...
 
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptxPKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
 
Tabel akg
Tabel akgTabel akg
Tabel akg
 
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
4 - Ilmu Gizi Dasar: Pehitungan Kebutuhan Gizi
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
 
Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Kader Pembangunan Manusia (kpm)Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Kader Pembangunan Manusia (kpm)
 
Instrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdf
Instrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdfInstrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdf
Instrumen Akreditasi Klinik BAB 1.pdf
 
Sk tim perencanaan
Sk tim perencanaanSk tim perencanaan
Sk tim perencanaan
 

Similar to Isi mamin

Laporan geladi
Laporan geladi Laporan geladi
Laporan geladi
Tri Wicaksono
 
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)
Dini Septiana
 
Proposal kkl ke pertamina
Proposal kkl ke pertaminaProposal kkl ke pertamina
Proposal kkl ke pertamina
Ana Lia
 
Laporan kegiatan
Laporan kegiatanLaporan kegiatan
Laporan kegiatan
Siti Adilah
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
frisca maulida
 
Proposal cemilan olos
Proposal cemilan olosProposal cemilan olos
Proposal cemilan olos
andi slankerdekil
 
pengurusan
pengurusanpengurusan
PPT OKL ILHAM.pptx
PPT OKL ILHAM.pptxPPT OKL ILHAM.pptx
PPT OKL ILHAM.pptx
SDN7BA3
 
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja ppt
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja  pptPengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja  ppt
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja ppt
YuliRanti1
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Shofi Asriani
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
izul oches
 
17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx
17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx
17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx
AliceKuhurima1
 
Tugase
TugaseTugase
Tugase
taj ada
 
Proposal PI
Proposal PI Proposal PI
Proposal PI
Risyda Shu
 
Proposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asliProposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asli
Yunan Maramis
 
157422408201010041
157422408201010041157422408201010041
157422408201010041
Agus Witono
 
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptxLAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
hrmmitabang
 
Program pelatihan ak3 umun
Program pelatihan ak3 umunProgram pelatihan ak3 umun

Similar to Isi mamin (20)

Laporan geladi
Laporan geladi Laporan geladi
Laporan geladi
 
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)
 
Proposal kkl ke pertamina
Proposal kkl ke pertaminaProposal kkl ke pertamina
Proposal kkl ke pertamina
 
Laporan kegiatan
Laporan kegiatanLaporan kegiatan
Laporan kegiatan
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
 
Proposal cemilan olos
Proposal cemilan olosProposal cemilan olos
Proposal cemilan olos
 
pengurusan
pengurusanpengurusan
pengurusan
 
PPT OKL ILHAM.pptx
PPT OKL ILHAM.pptxPPT OKL ILHAM.pptx
PPT OKL ILHAM.pptx
 
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja ppt
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja  pptPengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja  ppt
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx
17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx
17. Buku Materi -Menerapkan Prinsip-prinsip Keamanan_D.35EBT13.002.1.docx
 
Tugase
TugaseTugase
Tugase
 
Proposal PI
Proposal PI Proposal PI
Proposal PI
 
Proposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asliProposal pt.arga wastu asli
Proposal pt.arga wastu asli
 
157422408201010041
157422408201010041157422408201010041
157422408201010041
 
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptxLAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
 
Tugas bunda ernias
Tugas bunda erniasTugas bunda ernias
Tugas bunda ernias
 
Program pelatihan ak3 umun
Program pelatihan ak3 umunProgram pelatihan ak3 umun
Program pelatihan ak3 umun
 

Recently uploaded

1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
ssuser0b6eb8
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
RobiahIqlima
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
RifkiAbrar2
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 

Recently uploaded (8)

1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
111078825-Nilai-Maksimum-Dan-Minimum-Turunan-Fungsi.pptx
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 

Isi mamin

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh terhadap perkembangan berbagi aspek dalam upaya mendukung keberlangsungan hidup dan kepuasan manusia. Salah satunya di bidang perindustrian. Praktek belajar lapangan (PBL) merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan memberi gambaran pada mahasiswa tentang kegiatan yang berkaitan kesehatan lingkungan di industri dengan cara mahasiswa belajar langsung di lahan industri dengan bimbingan instruktur dari industri dan dosen dari institusi. Menurut teori hukum latihan, apabila mahasiswa diberikan latihan secara berkesinambungan, akan memperoleh suatu kemampuan yang sifatnya motorik sesuai dengan bidangnya. Praktek belajar lapangan bagi mahasiswa bermanfaat untuk melatih diri untuk menghadapi lingkungan kerja secara nyata dan belajar pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang yang menyangkut kesehatan lingkungan di industri. Industri di Indonesia merupakan salah satu komponen yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. Kota-kota industri berkembang cepat dan mulai banyak berdiri industri-industri lokal maupun asing. Karawang merupakan salah satu wilayah yang dikembangkan dalam bidang industri di Indonesia. Terdapat beberapa kawasan industri di Karawang yaitu Karawang International Industry City (KIIC), Surya Cipta City of Industri (SCCI) dan Bukit Indah City.
  • 2. PT. Asian Isuzu Casting Center (AICC) merupakan salah satu industri yang berada di kawasan Karawang Internatioal Industry City (KIIC) dan merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang part otomotif yang menghasikan produk dari proses casting. Casting adalah proses pengecoran logam yang dilakukan untuk membuat satu produk dengan penambahan material-material untuk di cetak agar dapat menghasilakan produk Cylinder Block 4JA1, Cylinder Head4JA1, Cylinder Block 4JJ1,Cylinder BlockC240, Front & Rear Hub( F-Series), Bearing Holder, Front Hub, Front & Rear Drum(F-Series, Hub&Drum(N-Series), dan Case Bearing(RT-50). Dalam proses kerja terdapat jaminan mutu pangan untuk memastikan gizi setiap pekerja terpenuhi sehingga berkaitan dengan produktivitas kerja. Disamping itu, keamanan pangan pun merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh parameter mutu pengan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik, juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman makan makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. Karena bahwa produk yang aman didapt dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan menghasilkan produk akhir yang baik. Salah satu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh Komite Standar Internasional/Codex Allmentarius Commision yang telah diakui secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan suatu sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak bahan baku hingga produk akhir. Dari latar belakang tersebut penyusun tertarik untuk dapat menemukan masalah dan memberikan solusi pemecahannya dalam mengetahui kondisi nyata mengenai aspek Penyehatan Makanan dan Minuman, serta penenalan profil industry sehingga diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
  • 3. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui penerapan kegiatan-kegiatan pokok kesehatan lingkungan industri, cara melakukan identifikasi kondisi permasalahan Kesehatan Lingkungan, mengetahui kondisi nyata kesehatan lingkungan industri, mengetahui penerapan teknologi di bidang kesehatan lingkungan industri. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui Standar Pangan b. Mengetahui Penerapan HACCP 1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan praktek belajar lapangan di PT. Asian Isuzu Casting Center adalah : 1.3.1 Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa PBL yaitu menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman kerja praktek lapangan di PT. Asian Isuzu Casting Center 1.3.2 Bagi Pembaca Bagi pembaca dapat mengetahui hasil pemeriksaan dari pada makanan di PT. Asian Isuzu Casting Center sehingga diketahui keamanan mutu pada makanan. 1.3.3 Bagi PT Dirgantara Indonesia Sebagai bahan masukan untuk perbaikan Program Makanan Minuman di PT. Asian Isuzu Casting Center
  • 4. 1.3.4 Bagi Institusi a) Sebagai bahan kajian proses pembelajaran dalam mata kuliah Penyehatan Makanan Minuman. b) Sebagai bahan masukan terhadap kemampuan mahasiswa untuk mencapai kurikulum pembelajaran. BAB II METODE PENGAMBILAN DATA 2.1 Persiapan
  • 5. Pada tahapan ini dilakukan serangkaian kegiatan persiapan meliputi : 1. Pencarian lokasi praktek belajar lapangan (PBL) atau lokasi untuk melakukan program pembelajaran 2. Pembuatan dan pengajuan proposal ke PT. Asian Isuzu Casting Center 3. Menerima pembekalan-pembekalan sebelum melaksanakan kegiatan (PBL) 2.2 Lokasi Dalam pelaksanaaan praktek belajar lapangan ini lokasi yang digunakan adalah : 1. Nama Perusahaan : PT. Asian Isuzu Casting Center 2. Alamat Perusahaan : Kawasan Industri KIIC Lot N 6-9, Desa Wadas Dan Margakarya, Kecamatan Telukjambe Timur dan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang 3. Jenis Perusahaan : Manufacture Perakitan 2.3 Pelaksanaan Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 01 April 2016 s/d 30 April 2016. Pelaksanaan praktek belajar lapangan ini masuk 5 hari kerja dalam 1 minggu, dari hari senin s/d jum’at dimulai pukul 08.00 – 16.30 WIB. Adapun jadwal pembelajaran menyesuaikan dengan jadwal perusahaan. 2.4 Sumber Data Dalam mengumpulkan data kami mencari dan memperolehi data dari : 1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi langsung ditempat kerja, meliputi wawancara dengan pihak-pihak terkait serta hasil pengamatan survey jalur mengenai pelaksaan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamatan kerja di perusahaan. 2. Data Sekunder
  • 6. Data seunder adalah data yang diperoleh dokumentasi perusahaan mengenai profil perusahaan serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamtan kerja. 2.5 Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu metode yang bertujuan memberikan gambaran tentang lingkungan kerja di perusahaan, pengukuran, dan pengambilan sampel. Penelitian dilakukan terhadap PT. Asian Isuzu Casting Center beserta system yang ada didalamnya, khusunya mengenai pelakasanaan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamatan kesehatan kerja. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAN
  • 7. 3.1 Sejarah Singkat PT. Asian Isuzu Casting Center PT.Asian Isuzu Casting Center(AICC) berdiri pada bulan April tahun 1997 sebagai perusahaan PMA Jepang yang bergerak dalam bidang manufaktur pengecoran logam. Pada awal berdiri perusahaan ini masih bernama PT. Astra Isuzu Casting Company, baru setelah adanya perubahan struktur kepemilikan saham pada tahun 2004 berubah nama menjadi PT. Asian Isuzu Casting Center. PT. Asian Isuzu Casting Center berlokasi di kawasan industri KIIC Karawang dengan jumlah karyawan pada tahun 2016 sekitar 670 orang, terdiri dari karyawan kontrak dan permanen dengan jumlah karyawan perempuan sebanyak 20 orang dan karyawan laki-laki 650 orang.Sedangkan luas tanah sekitar 78.854 m2 dan luas bangunan 32.295m2. Kepemilikan modal seluruhnya (100%) sebagai perusahaan PMA Jepang yang dipegang oleh 3 (tiga) pemegang saham yaitu, Imetal Technology Co., Ltd., Isuzu Motor Asia Limited, dan Isuzu Motor Limited. Pada tahun 2007, PT. Asian Isuzu Casting Center mendapat sertifikat ISO 9001: 2000 yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap sistem manajemen mutu (Quality Management System). Berikutnya di tahun 2010, PT. Asian Isuzu Casting Center mendapat sertifikat ISO 14001: 2004 untuk bidang sistem manajemen lingkungan. 3.2 Profil Perusahaan Nama Perusahaan : PT. ASIAN ISUZU CASTING CENTER Alat Kantor : Kawasan Industri KIIC Lot N 6-9, Desa Wadas dan Margakarya Kecamatan Telukjambe Timur dan Telukjambe Barat,Kabupaten Karawang. Nomor NPWP : 01.824.259.4-055.000 dan
  • 8. 01.824.259.4-408.001 Nama Pimpinan :TAKESHI OOKAWA Nomor Telepon : (021) 890 4590 - 91 Nomor Faksimil : (021) 890 4592 Lokasi Pabrik Jalan : Jl. Maligi III Lot N 6 - 9 Kawasan Industri : Kawasan Industri KIIC Karawang Desa : Wadas dan Margakarya Kecamatan : Telukjambe Timur dan Telukjambe Barat Kabupaten : Karawang Propinsi : Jawa Barat Nomor Izin Usaha : No. 364/TINDUSTRI/2001, Status Penanaman Modal : Penanaman Modal Asing 3.3 Visi Misi dan Kebijakan Perusahaan 3.3.1 Visi Menjalankan terus menerus improvement kualitasatas produk dan dapat dipercaya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. 3.3.2 Misi 1. Berusahauntuk membangun tempat kerja yang aman dan penuh kegiatan. 2. Membuat diri kita terus menerus tertantang dan berinovasi untuk mencapai tujuan. 3. Selalu melakukan analisa terhadap suatu fenomenadan berusaha menyelesaikan dengan cara sangen-shugi (tiga hal faktual). 4. Menjadikan seijitsu (ketulusan) sebagai motto dan berusaha menerapkan hukum dan peraturan yang adadengan sepenuh hati. 3.4 Struktur Organisasi PT. Asian Isuzu Casting Center
  • 9. Dalam setiap organisasi dengan segala aktifitasnya akan terjalin hubungan diantara individu. Makin besar organisasi, makin kompleks hubungan yang terjadi diantara individu. Oleh karena itu diperlukan struktur organisasi yang merupakan suatu gambaran yang menyatakan pembagian, tanggung jawab masing-masing individu tersebut dan menunjukan tingkat spesifikasi dalam kegiatan kerja ( Struktur Oganisasi PT Asian Isuzu Casting Center terdapat pada lampiran 1). 3.5 Ketenagakerjaan Sistem pembagian tenaga kerja di PT Asian Isuzu Casting Center dibagi menjadi dua bagian menurut jenis pekerjaannya, yaitu : 1. Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang turun langsung dalam penanganan proses produksi, misalnya operator. 2. Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja yang tidak turun langsung dalam proses produksi, misalnya karyawan bagian personalia, keuangan dan lain-lain. Di dalam sistem kepegawaian PT Asian Isuzu Casting Center terbagi dalam 2 bagian, yaitu: 1. Karyawan Temporary/lepas Karyawan kontrak yaitu karyawan yang masih dalam tahap percobaan pada masa tertentu, lamanya kontrak satu tahun. Setelah menjalani kerja dalam waktu masa percobaan, perusahaan tersebut akan memperpanjang kontraknya atau kontraknya diputus. Penilaian pegawai didasarkan pada sikap kerja yang diperlihatkan pegawai tersebut selama dalam masa percobaan. 2. Karyawan Tetap
  • 10. Karyawan Tetap yaitu pegawai yang sudah lama bekerja pada perusahaan tersebut dan telah diangkat menjadi pegawai tetap. Kesempatan kerja yang diberikan kepada lulusan STM/SMA/Perguruan Tinggi/Sekolah Pendidikan lain yang sekiranya dibutuhkan dalam proses produksi dan manajemen perusahaan. 3.6 Waktu keja Hari kerja normal pada PT.Asian Isuzu Casting Center adalah hari Senin s.d Jumat, namun jika ada permintaan yang belum terpenuhi maka hari Sabtu digunakan sebagai hari kerja tambahan. Satu hari kerja terdiri dari 2 shift. Berikut adalah waktu kerja di PT.Asian Isuzu Casting Center yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut; Tabel 3.1 Waktu Kerja PT. Asian Isuzu Casting Center Shift Kerja Waktu Kerja Normal Istirahat Shift I 07.00 - 16.00 11.50 – 12.50 Shift II 02.00 - 22.00 & 04.00 - 07.00 18.00 – 19.00 Shift III 23.00 - 07.00 02.00 – 03.00 Sumber : PT Asian Isuzu Casting Center 3.7 Sarana dan Prasarana
  • 11. PT. Asian Isuzu Casting Center dilengkapi dengan sarana dan prasana yang menunjang kegiatan proses produksi dan member kemudahan bagi karyawan diantaranya berupa : a. Kantin Kantin yang terdapat di PT. Asian Isuzu Casting Center cukup untuk menampung semua karyawan. Kantin ini berfungsi sebagai ruang makan semua karyawan. b. Koperasi Di PT. Asian Isuzu Casting Center terdapat satu koperasi yang menyediakan makanan, minuman, dan kebutuhan pokok. c. Sarana Peribadatan Sarana peribadatan disediakan satu masjid yang diberi nama masjid Baitulrrahman berada di samping kantin. d. Rekreasi PT. Asian Isuzu Casting Center mempunyai program liburan bersama atau rekreasi setiap 2 tahun sekali dengan kegiatan pergantian kegiatan employee day dan family day. Program rekreasi ini diperuntukan bagi semua karyawan PT. Asian Isuzu Casting Center untuk mempererat persaudaraan antar karyawan ataupun persaudaraan terhadap pimpinan. 3.8 Penggunaan energi Sebagai sumber energy uatam di PT. Asian Isuzu Casting Center digunakan energy listrik yang seluruhnya disuplai oleh PT. PLN (PERSERO) UPJ Prima Karawang dengan kapasitas terpasang sebesar 8660 KVA dan 23.855 KVA, menggunakan gas LPG dengan kapasitas terpasang 10 ton dan sebagai cadangan apabila aliran listrik mati disediakan genset, masing-masing total pemakaian energy listrik dan gas tercantum pada tabel 3.2 berikut ini.
  • 12. Tabel 3.2 Penggunaan Energi PT. Asian Isuzu Casting Center Tahun 2015 Sumber: PT. Asian Isuzu Casting Center Jenis Energi Kapasitas Terpasang Pemakaian Bulan Sumber (Perum/Captive) 1. Listrik a. JSH Line b. ACE Line 8.660 KVA 23.855 KVA 2.613.077 KWH 2.220.961 KWH PT. PLN PT. PLN 2. Listrik Generator a. JSH Line b. ACE Line 500 KVA 500 KVA - - Genset Genset 3. Panas - - - 4. LPG a. JSH Line b. ACE Line 10 Ton 12 Ton 1.5 Ton Jaya Gas dan Kimia Yasa 5. Batu Bara - - - 6. Lainnya - - -
  • 13. 3.9 Penggunaan Air Kebutuhan air bersih untuk keperluan produksi, pencucian alat dan domestic karyawan seluruhnya dipenuhi dari Water Treatment Kawasan Industri KIIC Karawang (KI KIIC). Kebutuhan air bersih digunakan untuk keperluan proses produksi, domestic karyawan (WC, toilet, cuci tangan, mushola), penyiraman taman, coling tower, dan lain-lain. Dengan total pemakaian air bersih berdasarkan estimasi perhitungan adalah sebesar 381 m3/hari. Neraca penggunaan air harian dapat dilihat pada ( terdapat pada lampiran 2) Tabel 3.3 Penggunaan Air PT. Asian Isuzu Casting Center Tahun 2015 Jenis Sumber Kapasitas penggunaan (m3/hari atau bulan) Diolah/Tidak Keterangan PDAM/PAB - - - Sumur Dangkal - - - Sumur Dalam - - - Sungai - - - Danau/Rawa - - - Sumber Air Kawasan 8,162.00 m3 Ya - Jumlah Air Total 8,162.00 m3 Sumber: PT. Asian Isuzu Casting Center Dari data sekunder di atas, pemakaian air bersih di PT. Asian Isuzu Casting Center adalah 8162 m3. Air digunakan baik untuk proses produksi ataupun domestik.
  • 14. 3.10 Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan di PT. Asian Isuzu Casting Center meliputi tahap penting yang mendukung jalannya kegiatan perusahaan yaitu pembuatan mobil. Secara umum dapat dijelaskan proses produksi dari masing masing dapartemen adalah sebagai berikut: 1. Proses Melting Proses Melting adalah proses pemanasan dalam furnace (tungku pembakaran) sampai mencapai titik lebur dari raw material maupun additive material tersebut sehingga material mencapai titik melting atau meleleh dengan kisaran suhu 1200oC – 1800oC. Proses ini merupakan proses paling utama dalam industri casting, karena pada saat melting inilah komposisi dari suatu produk dibuat dan diperhitungkan. Proses melting terdiri dari proses Raw Material, Additive Material, Charging, Melting, Molten Compositon,Fe-Si-Mg& 50S Preparation, Laddle Inoculation, Tapping Laddle Transfer dan Tapping Pouring Laddle. Berikut ini adalah flow process secara keseluruhan dari proses melting. a. Raw Material Raw Material adalah proses pengumpulan material mentah sebelum dilakukan proses pemanasan (charging) di dalam furnace. Raw material terdiri dari Steel Scrap, Separation Scrap, dan Return Scrap. Semua bahan baku tersebut diperoleh dari part yang masuk kedalam kategori reject maupun material yang diperoleh dari supplier yang telah bekerja sama dengan perusahaan. b. Additive Material
  • 15. Proses penambahan material zat aditif yang berfungsi untuk homogenitas agar mendapatkan komposisi yang baik untuk digunakan dalam proses melting. c. Charging Proses memasukkan raw material dengan additive material ke dalam furnace. Komposisi raw material dan additive material sudah ditetapkan standarnya oleh perusahaan agar kualitas mutu dari produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan kualitas. Untuk proses charging menggunakan Hoist Charging Car yang berfungsi untuk mengangkat material yang akan dilebur, prinsip kerja dari alat tersebut dengan menggunakan sistem magnetik yang mana material akan menempel pada alat tersebut dan memudahkan proses pengangkatan. d. Melting Setelah proses charging yaitu proses melting itu sendiri. Dimana raw material dan additive material dilebur sampai mencapai titik melting atau meleleh. Proses melting terjadi pada furnace yang menggunakan tanur listrik untuk pembakarannya. Ada 2 material yang digunakan untuk membuat produk casting di PT. Asian Isuzu Casting Center, yaitu FC (Ferro Casting) atau biasa disebut Besi Tuang Kelabu (Grey Cast Iron), dan FCD (Ferro Cast Ductile) atau biasa disebut Besi Tuang Elastis (Ductile Cast Iron). Temperatur melting pada FC sebesar 1500oC dan temperatur pada FCD sebesar 1545oC. Untuk mengukur temperature melting menggunakan thermocouple. Dengan menggunakan thermocouple pengukuran temperatur lebih akurat karena pengukuran dilakukan langsung dengan cara dicelupkan ke dalam molten. Bahan dari thermocouple itu sendiri memiliki titik lebur yang tinggi karena pada saat dicelupkan ke dalam molten tidak ikut melebur.
  • 16. e. Molten Composition Suatu operasi dimana dilakukan pengecekan dari komposisi molten. FC dan FCD masing-masing menggunakan komposisi molten yang berbeda-beda. FC maupun FCD mempunyai komposisi minimal, komposisi target, dan komposisi maksimal. Molten Composition ini dilakukan agar molten yang akan dituang ke dalam cetakan (pouring process) telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan sehingga menghindari cacat produk. Pengukuran komposisi molten menggunakan Spectrometer dan CE meter. f. Fe-Si-Mg & 50 S Preparation Yaitu proses penambahan Fe-Si-Mg dan 50 S pada molten. Proses ini berfungsi untuk melindungi molten pada saat pendinginan agar molten tidak bereaksi dengan udara dan komposisi molten tidak berubah. g. Ladle Inoculation Proses ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah inti pembekuan sehingga dengan demikian akan meningkatkan pula jumlah grafit eutektik, mengurangi under cooling serta menurunkan tendensi terbentuknya struktur pembekuan putih (ledeburit). Proses ini terjadi pada ladle dan molten dengan bahan FC (Besi Tuang Kelabu). Material yang digunakan yaitu Carbon, Silicon, Calcium, Alumunium, dan Fe. h. Tapping Ladle Transfer Proses persiapan molten sebelum dituangkan ke laddle. Proses persiapan ini yaitu pembersihan molten dari kotoran (slag)dengan menggunakan slag removal. Molten disemprotkan dengan cairan maka slag akan terangkat dan dipisahkan ke dalam slag box dengan
  • 17. menggunakan slag removaltersebut. Proses pembersihan molten dari slag ini akan dilakukan terus menerus sampai molten dalam kondisi OK. i. Tapping Pouring Ladle Setelah molten dalam kondisi OK, selanjutnya adalah proses Tapping Pouring Ladle yaitu proses penuangan molten dari furnace ke ladle yang kemudian akan digunakan pada proses pouring. Berat molten yang dituang ke laddle sekitar 1450 – 1550 kg tergantung dari jenis produk yang akan dibuat dan jenis bahan dalam molten tersebut. 2. Proses Pouring Pouring adalah proses penuangan molten ke dalam cetakan. Proses ini krusial dimana cairan logam mengalir dari laddle ke cawan tuang. Proses ini berlangsung singkat namun cukup menentukan keberhasilan rangkaian pengecoran logam, sehingga operator perlu menguasai teknik penuangan cairan logam yang benar. Pada proses pouring terdiri dari grup penuang yaitu operator pengarah laddle, operator pemutar laddle, dan operator pemberi aba- aba. Operator pemberi aba-aba biasanya memegang kendali crane dan cukup operator ini saja yang memberikan perintah. 3. Proses Core Core adalah suatu bentuk pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Bentuk core tiap produk berbeda- beda, bahkan ada pula produk yang tidak menggunakan core, misalnya case bearing. Produk yang tidak menggunakan core biasanya produk yang relatif mudah atau bentuk pattern juga mempengaruhi penggunaan core atau tidak. Proses Core terdiri dari proses core making, visual checking, baritori, coating, drilling, dan coating. Berikut adalah Flow Process dari tahap Core.
  • 18. a. Core Making Core Making adalah pembuatan cetakan inti yang diletakkan di cetakan untuk pembuatan lubang atau rongga di dalam cetakan yang terbuat dari pasir khusus. Proses pembentukan pasir dengan cara dipanaskan menggunakan gas LPG dan heater sampai menjadi core. Core dibuat dengan bahan RCS (Resin Coated Sand). Proses RCS adalah proses awal dalam core making yaitu proses daur ulang pasir silika hasil dari proses pembuatan blok silinder, sehingga pasir silika tersebut dapat digunakan kembali untuk pembuatan core. RCS merupakan pasir yang berpengikat resin phenol dengan resin resol/ novolak, pasir ini umum digunakan karena cara penggunaannya efektif. Mesin yang digunakan untuk membuat core yaitu ISH-VT500. b. Visual Checking Proses pengecekan hasil core yang telah jadi. Pengecekan dilakukan dengan cara visual. Core yang tidak dapat digunakan untuk cetakan adalah crack core dan broken core. Namun untuk broken core maksimal 2 mm masih dapat diperbaiki. Apabila broken core lebih dari 2 mm, maka core tersebut NG. c. Baritori Proses menghilangkan bari atau burr pada core. Core yang telah jadi mengandung bari pada permukaannya. Tujuan dari proses ini yaitu untuk merapikan core dari bari tersebut. Alat yang digunakan adalah burr removal. d. Coating Coating adalah proses pelapisan bagian-bagian tertentu dari core dengan bahan yang digunakan adalah tellurite. Fungsi dari proses coating
  • 19. yaitu untuk mempercepat pendinginan, covering sand burning, dan bisa pula untuk penetrasi gas. Proses coating pada core berlangsung 2 periode dengan interval minimal 30 second. Periode pertama setelah proses baritori, sedangkan periode kedua setelah proses drilling. e. Drilling Drilling adalah proses pembuatan lubang dengan cara pemberian tekanan pada core. Lubang hasil proses drilling berfungsi sebagai tempat untuk saluran gas keluar dari dalam core. Ukuran lubang yang dibuat berbeda-beda, sesuai dengan ukuran core untuk tiap produknya. 4. Proses Molding Molding adalah proses pembuatan cetakan sesuai dengan pattern (inti cetakan) dari masing-masing produk. Bahan cetakan yang digunakan pada proses ini berupa pasir yang telah diolah sedemikian rupa sehingga pasir tersebut mudah dibentuk dengan menggunakan pattern. Proses molding ini akan menghasilkan masing-masing produk sesuai pattern sebelum diproses lebih lanjut pada proses finishing. Proses Molding ini berawal dari persiapan pasir sampai produk dikeluarkan dari cetakan dan dikirim ke proses finishingProses Molding ini berawal dari persiapan pasir sampai produk dikeluarkan dari cetakan dan dikirim ke proses finishing. Proses Molding terdiri dari Gas Vent Hole, Drag Checking, Core Set & Ball Set, Cope Checking, Cope and Drag Set, Punch Down, dan Pick Up. a. Gas Vent Hole Gas Vent Hole merupakan proses pembuatan saluran atau ventilasi gas agar pada saat penuangan molten, gas di dalam cetakan bisa mengalir keluar. Ukuran dari gas vent hole tiap produk berbeda-beda. Contohnya
  • 20. untuk case bearing memiliki diameter 8 mm. Proses gas vent hole sangat mempengaruhi hasil dan kualitas produk setelah keluar dari cetakan. Apabila dalam proses pembuatan saluran gas ini tidak sempurna, maka cairan logam dapat mengandung gas yang terjebak ketika cairan logam mengeras. Inilah yang dinamakan cacat lubang gas (gas hole defect). b. Drag Checking Drag adalah cetakan bagian bawah. Drag checking adalah proses pengecekan cetakan bagian bawah sehingga dapat diketahui drag yang siap dituangkan cairan logam dan drag yang NG. Untuk drag yang NG tidak akan masuk ke proses pouring, namun akan diproses kembali ke sand preparation line. Pengecekan yang dilakukan diantaranya drag mold condition dan drag mold tensile value check position. c. Core Set and Ball Set Core Set and Ball Set adalah proses pemasangan core dan ball pada cetakan bagian bawah (drag). Untuk posisi core dan ball yang tidak layak atau tidak tepat pada cetakan, maka tidak akan digunakan atau termasuk NG dan akan diproses kembali pada proses pembuatan core. Untuk ukuran dan jumlah ball yang dipasang tiap cetakan (drag) berbeda-beda. d. Cope Checking Cope adalah cetakan bagian atas. Cope Checking sama seperti proses drag checking yaitu proses pengecekan cetakan bagian atas sehingga dapat diketahui cope yang siap dituangkan cairan logam dan cope yang NG. Untuk cope yang NG tidak akan masuk ke proses pouring, namun akan diproses kembali ke sand preparation line. Pengecekan yang dilakukan diantaranya cope mold condition dan cope mold tensile valuecheck position.
  • 21. Untuk cope mold condition yaitu mengecek kondisi cetakan bagian atas. Kondisicetakan yang retak dan patah tidak akan diizinkan untuk dilanjut ke proses pouringdan dinyatakan NG. Cope Mold Tensile Value Check Position yaitu pengecekan nilai tahanan tarik dari cetakan bagian atas. Cope dicek dengan tahanan tarik minimal 8 N/cm2 yang bertujuan untuk menguji kekerasan dari cope. Pengecekan tahanan tarik ini dilakukan 5 posisi/flask. e. Cope and Drag Set Setelah cope dan drag sudah dalam kondisi OK dan siap untuk dituangkan cairan logam, selanjutnya adalah proses cope and drag set. Proses ini adalah penyatuan antara cope dan drag dengan sedemikian rupa sehingga cairan logam bisa masuk ke dalam cetakan. Penyatuan cope dan drag ini harus memperhatikan parting line dan parting line harus lurus dan rapat. Oleh karena itu, pada pengaturan cope dan drag dibantu oleh penggunaan omori (pemberat). Omori diletakkan di atas cope sehingga cope dan drag mendapat gaya tekan dari omori dan tidak bisa bergeser. Cetakan terbuat dari pasir yang masih basah dan dituang cairan logam yang temperaturnya tinggi, maka sering terjadi ledakan di dalam cetakan. Disinilah fungsi lain dari omori yaitu menahan ledakan yang terjadi di dalam cetakan. f. Punch Down Setelah cetakan dituang logam cair dan logam cair telah mengeras, lalu cetakan masuk ke proses punch down. Proses dimana produk dan gating dipisahkan dari cetakan dengan cara dipukul ke bawah dengan menggunakan Punch Down Machine.
  • 22. g. Pick Up Produk dan gating yang telah di-punch down, akan masuk ke proses finishing. Proses ini menggunakan manipulator untuk membawa produk dan gating ke finishing line. . 5. Proses Finishing Finishing adalah proses penyempurnaan produk agar produk siap untuk masuk ke proses painting. Proses finishing ini juga sebagai proses pembersihan produk dari gating ataupun pasir dari sisa-sisa proses molding. Proses finishing terdiri dari Shoot Blast, Product Fetting, Seki Grinding, Manual Finishing, dan Inline Inspection. a. Shoot Blast Proses pembersihan untuk lebih menghaluskan permukaan benda kerja dan menghilangkan pasir yang menempel. Proses pembersihan permukaan produk ini dengan menggunakan semprotan bola baja S/Blast. b. Product Fetling Proses pematahan dan pemisahan produk dengan gating system. Proses ini lebih dikenal dengan Pecker andBreaker Snape. Pecker adalah pemisahan produk dari gating, dan Breaker Snape adalah proses pematahan. c. Seki Grinding Proses penggerindaan sirip yang tebal agar terbentuk permukaan yang halus dan rata.
  • 23. d. Manual Finishing Proses penyempurnaan produk pada bagian-bagian tertentu sehingga produk dapat di machining dengan baik. Proses ini menggunakan Hand Grinder Hammer. e. Inline Inspection Proses pengecheckan kualitas produk yang meliputi proses magnetik maupun proses pengecekan pergeseran cetakan
  • 24. 3.11 Produk PT. Asian Isuzu Casting Center Sumber : AICC Company Profile Gambar 3.1. Produk PT. Asian Isuzu Casting Center Cylinder Block 4JA1 Cylinder Head 4JA1 Case Bearing(RT-50) 4x2 4x4 Cylinder Block 4JJ1 Cylinder Block C240 Bearing Holder 4x2 4x4 Front & Rear Hub( F-Series) Hub&Drum(N-Series) Front & Rear Drum(F-Series) Front Hub 4x2 4x4
  • 25. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Standar Keamanan Pangan FORM PENILAIAN SKOR KEAMANAN PANGAN (SKP) NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN NILAI (1) (2) A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan (PPB) 1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1  0 2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak  3 0 3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk  3 0 4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida untuk menyimpan dan membawa bahan makanan  3 0 5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya  3 0 6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3  0 7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih  3 0 8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung  3 0 JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PPB  22 18 B. HIGIENE PEMASAK (HGP) 1. Pemasak harus berbadan sehat  3 0
  • 26. 2. Pemasak harus berpakaian bersih  3 0 3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1  0 4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1  0 5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak  3 0 6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang air)  3 0 7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan  3 0 8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang  3 0 JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK HGP  20 18 C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM) 1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 3  0 2.* Peralatan memasak harus dicuci sebelum dan sesudah dipakai memasak  3 0 3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 3  0 4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih  3 0 5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan beracun atau bahan berbahaya  3 0 6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3  0 7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3  0 8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 3  0
  • 27. 9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak  3 0 10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3  0 11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 2  0 12.* Pembuangan air limbah harus lancer  3 0 13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur  3 0 14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (perusahaan) tidak lebih dari satu jam  3 0 15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih  3 0 16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak  3 0 17. Bahan makanan dicuci dengan air bersih  3 0 18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih  3 0 19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di masak 3  0 20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2  0 21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan terhindar dari debu dan serangga  3 0 22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus dari kertas koran dan kertas ketikan  1 0 23. Makanan dibungkus dengan pembungkus yang bersih, tidak menggunakan bekas pembungkus bahan beracun  3 0
  • 28. 24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok, garpu, alat penjepit, sarung tangan  3 0 25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam terutama makanan berkuah dan bersantan dalam keadaan terbuka  3 0 26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan jika sudah berwarna coklat tua, atau sudah dipakai setelah 4 kali 3  0 27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam wadah tertutup  3 0 JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PBM  74 40 D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM) 1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan tertutup  3 0 2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan  3 0 3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan  1 0 4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi sebelum dibagikan  3 0 5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering  3 0 6.* Mencuci tangan sebelum makan  3 0 7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk memegang makanan saat membagikan  3 0 JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK DMP 19 19
  • 29. Sumber : Mudjajanto, 1999. Keterangan : (1)  Nilai, jika kriteria terpenuhi (2)  Nilai, jika kriteria tidak terpenuhi (0)*  dapat ditolerir untuk katagori keamanan pangan tertentu Penerapan Penilaian SKP Komponen Nilai Yang Ditolerir Nilai Harus Dipenuhi Nilai Komponen Skor (1) (2) (3) (4) PPB 0 18 – 0 = 0 18 ÷ 22 = 0,81 0,16 × 0,81 = 0,12 HGP 0 18-0 = 0 18 ÷ 20 = 0,9 0,15 × 0,9= 0,15 PBM 0 40 – 0 = 0 40 ÷ 74 = 0,540 0,55 × 0,540 = 0,297 DPM 0 19 – 0 = 0 19 ÷ 19 = 1,0000 0,14 × 1,0000 = 0,14 SKP Maks = 0,707
  • 30. No Kategori Keamana Pangan SKP % 1 Baik ≥ 0.9703 ( ≥ 97,93 % ) 2 Sedang 0,9332-0,9702 93,32-97,02 % 3 Rawan , Tetapi Aman Dikonsumsi 0,6217-0,9331 62,17 – 93,31 % 4 Rawan, Tidak aman dikonsumsi < 0,6217 < 62,17 % Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ati balado, ayam sambal ijo dan dan tempe orek tergolong kedalam kategori rawan tetapi aman dikonsumsi. Walaupun ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi, seperti kriteria dapur memasak lantai terasa lengket, penjamah tidak memakai alas kaki, tempat sampah tidak terdapat tutup dan lain-lain. Dari standar kemanan pangan tersebut tidak ada nilai tolerir karena jenis makanan berupa vurnurable. Hal ini berarti makanan tersebut masih aman dikonsumsi oleh karyawan PT. Asian Isuzu Casting Center.
  • 31. 4.2 Penerapan HACCP (Hazard Analitycal Critical Control Point)
  • 32. 4.2.1 Jenis Makanan Pertama 1. IDENTIFIKASI ANALISIS BAHAYA Nama Masakan : Tempe Orek
  • 33. 2. MELAKUKAN TITIK KRITIS Nama Masakan : Tempe Orek
  • 34. 3. MELAKUKAN BATAS KRITIS Nama Masakan : Tempe Orek
  • 35. 4. MELAKUKAN PEMANTAUAN Nama Masakan : Tempe Orek
  • 36. 5. MELAKUKAN KOREKSI Nama Masakan : Tempe Orek
  • 37. 6. MELAKUKAN VERIFIKASI Nama Masakan : Tempe Orek
  • 38. 7. MELAKUKAN DOKUMENTASI Nama Masakan : Tempe Orek
  • 39. FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA NAMA MASAKAN : Tempe Orek NO. BAHAN MENTAH / INGRIDIEN / BAHAN TAMBAHAN BAHAYA B (M)/K/F JENIS BAHAYA CARA PENCEGAHAN 1. Tempe M K F - Formalin - - Mengganti pemasok - 2. Cabe Ijo M K F - Pestisida - - Mengganti pemasok -
  • 40. 3. Bawang Merah M K F - - - - - - 4. Bawang Putih M K F - - - - - - 5. Kecap Manis M K F - - - - - -
  • 41. 6. Kecap Asin M K F - - - - - - 7. Garam M K F - - - - - - 8. Gula M K F - - - - - -
  • 42. 9. MSG M K F - - - - - - Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
  • 43. FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko A B C D E F 1. Tempe Orek -  -    IV Keterangan : A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti) B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
  • 44. FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP NAMA MAKANAN : Tempe Orek - TIM HACCP : - Faiqatul Himmah - Nadia Ayu Saputri - Nadya Thifal Harsono - Siti Sarah Annisa CCP Bahaya Cara Pengendali an Parameter CCP Batas Kritis Nilai Targe t Pemantauan Tindakan Koreksi Penumisan Bakteri pathoge n pada masakan Menumis dengan suhu dan waktu yang benar. Suhu dan Staphyloco ccus sp. Suhu 100°C 0 Mengatur suhu pada saat memasak yaitu 100°C Memperhatikan dan mengecek kembali suhu pada saat memasak yaitu 100°C
  • 45. 4.2.2 Jenis MasakanKedua 1. IDENTIFIKASI ANALISIS BAHAYA Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 46. 2. MELAKUKAN TITIK KRITIS Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 47. 3. MELAKUKAN BATAS KRITIS Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 48. 4. MELAKUKAN PEMANTAUAN Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 49. 5. MELAKUKAN KOREKSI Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 50. 6. MELAKUKAN VERIFIKASI Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 51. 7. MELAKUKAN DOKUMENTASI Nama Masakan : Ayam Sambal Ijo
  • 52. FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA NAMA MASAKAN : Ayam Sambal Ijo NO. BAHAN MENTAH / INGRIDIEN / BAHAN TAMBAHAN BAHAYA B (M)/K/F JENIS BAHAYA CARA PENCEGAHAN 1. Ayam M K F - Formalin - - Mengganti pemasok - 2. Cabe Ijo M K F - Pestisida - - Mengganti pemasok -
  • 53. 3. Bawang Merah M K F - - - - - - 4. Bawang Putih M K F - - - - - - 5. Kecap Manis M K F - - - - - - 6. Kecap Asin M - -
  • 55. 9. MSG M K F - - - - - - 10. Bombay M K F - - - - - - Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
  • 56. FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko A B C D E F 1. Ayam Sambal Ijo -  -    IV Keterangan : A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti) B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
  • 57. FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP NAMA MAKANAN : Ayam Sambal Ijo - TIM HACCP : - Faiqatul Himmah - Nadia Ayu Saputri - Nadya Thifal Harsono - Siti Sarah Annisa CCP Bahaya Cara Pengendali an Parameter CCP Batas Kritis Nilai Targe t Pemantauan Tindakan Koreksi Penggoren gan Bakteri pathoge n pada masakan Menumis dengan suhu dan waktu yang benar. Suhu dan Staphyloco ccus sp. Suhu 100°C 0 Mengatur suhu pada saat memasak yaitu 100°C Memperhatikan dan mengecek kembali suhu pada saat memasak yaitu 100°C
  • 58. 4.2.3 Jenis MasakanKetiga 1. IDENTIFIKSI ANALISIS BAHAYA Nama Masakan : Ati Balado
  • 59. 2. MELAKUKAN TITIK KRITIS Nama Masakan : Ati Balado
  • 60. 3. MELAKUKAN BATAS KRITIS Nama Masakan : Ati Balado
  • 61. 4. MELAKUKAN PEMANTAUAN Nama Masakan : Ati Balado
  • 62. 5. MELAKUKAN KOREKSI Nama Masakan : Ati Balado SEGERA DIMAKAN
  • 63. 6. MELAKUKAN VERIFIKASI Nama Masakan : Ati Balado SEGERA DIMAKAN
  • 64. 7. MELAKUKAN DOKUMENTASI Nama Masakan : Ati Balado
  • 65. SEGERA DIMAKAN FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA NAMA MASAKAN : Ati Balado NO. BAHAN MENTAH / INGRIDIEN / BAHAN TAMBAHAN BAHAYA B (M)/K/F JENIS BAHAYA CARA PENCEGAHAN 1. Hati Ayam M K F - Formalin - - Mengganti pemasok - 2. Ampela Ayam M K F - Formalin - - Mengganti pemasok - 3. Usus Ayam M - -
  • 66. K F Formalin - Mengganti pemasok - 4. Cabe Merah M K F - Pestisida - - Mengganti pemasok - 5. Bawang Merah M K F - - - - - - 6. Bawang Putih M -
  • 67. K F - - - - 7. Jahe M K F - - - - - - 8. Lengkuas M K F - - - - - - 9. Laos M K - - - -
  • 68. F - - 10. Daun Jeruk M K F - - Debu - - Dibersihkan 11. Sereh M K F - - - - - - 12. Daun Salam M K - - - -
  • 69. F Debu Dibersihkan 13. Garam M K F - - - - - - 14. Gula M K F - - - - - - Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
  • 70. FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko A B C D E F 1. Ati Balado -  -    IV Keterangan : A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti) B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
  • 71. FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP NAMA MAKANAN : Ayam Sambal Ijo - TIM HACCP : - Faiqatul Himmah - Nadia Ayu Saputri - Nadya Thifal Harsono - Siti Sarah Annisa CCP Bahaya Cara Pengendali an Parameter CCP Batas Kritis Nilai Targe t Pemantauan Tindakan Koreksi Penggoren gan Bakteri pathoge n pada masakan Menumis dengan suhu dan waktu yang benar. Suhu dan Staphyloco ccus sp. Suhu 100°C 0 Mengatur suhu pada saat memasak yaitu 100°C Memperhatikan dan mengecek kembali suhu pada saat memasak yaitu 100°C
  • 72. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ati balado, ayam sambal ijo dan dan tempe orek tergolong kedalam kategori rawan tetapi aman dikonsumsi. Walaupun ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi, seperti kriteria dapur memasak lantai terasa lengket, penjamah tidak memakai alas kaki, tempat sampah tidak terdapat tutup dan lain-lain. Dari standar kemanan pangan tersebut tidak ada nilai tolerir karena jenis makanan berupa vurnurable. Hal ini berarti makanan tersebut masih aman dikonsumsi oleh karyawan PT. Asian Isuzu Casting Center. 5.2 Saran