Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas latar belakang dan tujuan praktek belajar lapangan mahasiswa di PT. Asian Isuzu Casting Center.
2. Metode pengambilan data meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
3. PT. Asian Isuzu Casting Center bergerak dalam bidang pengecoran logam dan memproduksi bagian-bagian kendaraan.
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015Muh Saleh
Profil Kesehatan 2015 yang berbasis data terpilah menurut jenis kelamin. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2015 adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama tahun 2015 . Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat
bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2015 telah dilakukan selama tahun 2015 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi perwujudan menuju Sulawesi Barat yang sejahtera dan Malaqbi.
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan kualitas Posyandu dan pelayanan kesehatan primer untuk menurunkan stunting dan AKI-AKB di Indonesia. Beberapa program kunci adalah meningkatkan cakupan Posyandu aktif, memperkuat pemantauan tumbuh kembang anak, edukasi gizi, dan layanan antenatal untuk ibu hamil. Capaian indikator Posyandu aktif pada 2022 masih di bawah target RPJMN, menunjukkan perlu
Posyandu adalah upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi melalui pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar seperti KIA, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Posyandu dikelola secara partisipatif oleh dan untuk masyarakat dengan bimbingan puskesmas.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi manajemen rumah sakit dengan fokus pada penyelenggaraan rumah sakit, manajemen keuangan, mutu pelayanan, tenaga kerja, pelayanan medis dan penunjang, serta hal-hal yang perlu dipersiapkan seperti buku standar pelayanan dan komite medis.
Pedoman ini memberikan panduan pengelolaan Posyandu untuk memfasilitasi kegiatan promosi kesehatan masyarakat seperti gizi, kesehatan ibu dan anak. Posyandu dikelola secara partisipatif oleh masyarakat dengan dukungan petugas kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Pemerintah Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, bersama- sama dengan Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan urusan pemerintahan desa. Kedudukan Pemerintah Desa tersebut menenmpatkan Pemerintah desa sebagai penyelenggara utama tugas- tugas pemerintahan desa dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan pembanguna masyarakat desa.
Dokumen tersebut berisi pedoman dan contoh-contoh program gizi untuk ibu hamil, termasuk rekomendasi asupan gizi, contoh pola makan, materi konseling gizi, dan contoh-contoh pangan tambahan berbasis sumber daya lokal.
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015Muh Saleh
Profil Kesehatan 2015 yang berbasis data terpilah menurut jenis kelamin. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2015 adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama tahun 2015 . Data dan informasi yang termuat antara lain data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan, masalah kesehatan dan lain sebagainya. Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat ini disajikan secara sederhana dan informatif dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Selain untuk menyajikan informasi kesehatan, profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat
bisa dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan/kemajuan pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Sulawesi Barat tahun 2015 telah dilakukan selama tahun 2015 dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan, sekaligus bisa dipakai sebagai bahan evaluasi perwujudan menuju Sulawesi Barat yang sejahtera dan Malaqbi.
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan kualitas Posyandu dan pelayanan kesehatan primer untuk menurunkan stunting dan AKI-AKB di Indonesia. Beberapa program kunci adalah meningkatkan cakupan Posyandu aktif, memperkuat pemantauan tumbuh kembang anak, edukasi gizi, dan layanan antenatal untuk ibu hamil. Capaian indikator Posyandu aktif pada 2022 masih di bawah target RPJMN, menunjukkan perlu
Posyandu adalah upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi melalui pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar seperti KIA, KB, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Posyandu dikelola secara partisipatif oleh dan untuk masyarakat dengan bimbingan puskesmas.
Dokumen tersebut membahas tentang administrasi manajemen rumah sakit dengan fokus pada penyelenggaraan rumah sakit, manajemen keuangan, mutu pelayanan, tenaga kerja, pelayanan medis dan penunjang, serta hal-hal yang perlu dipersiapkan seperti buku standar pelayanan dan komite medis.
Pedoman ini memberikan panduan pengelolaan Posyandu untuk memfasilitasi kegiatan promosi kesehatan masyarakat seperti gizi, kesehatan ibu dan anak. Posyandu dikelola secara partisipatif oleh masyarakat dengan dukungan petugas kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Pemerintah Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, bersama- sama dengan Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan urusan pemerintahan desa. Kedudukan Pemerintah Desa tersebut menenmpatkan Pemerintah desa sebagai penyelenggara utama tugas- tugas pemerintahan desa dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan pembanguna masyarakat desa.
Dokumen tersebut berisi pedoman dan contoh-contoh program gizi untuk ibu hamil, termasuk rekomendasi asupan gizi, contoh pola makan, materi konseling gizi, dan contoh-contoh pangan tambahan berbasis sumber daya lokal.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti implan, IUD, sterilisasi wanita (MOW), dan sterilisasi pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Namun, tingkat penggunaan MKJP di Indonesia masih rendah. Dokumen ini membahas berbagai jenis kontrasepsi termasuk MKJP beserta keuntungan dan kelemahannya dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai target RPJMN 2014 yaitu menurunkan angka gizi kurang dan stunting pada balita. Pelaksanaan surveilans gizi di
Materi Manajemen Puskesmas mencakup tahapan pelaksanaan manajemen Puskesmas yaitu Perencanaan (P1), Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2) serta Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja (P3).
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja PuskesmasLindarti Marsiyah
Puskesmas berperan sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan unit pelaksana teknis dinas kesehatan. Struktur organisasi puskesmas terdiri dari kepala puskesmas, unit tata usaha, dan unit pelaksana teknis fungsional upaya kesehatan masyarakat dan perorangan. Puskesmas bekerja sama dengan jaringan pelayanan kesehatan dan bertanggung jawab kepada dinas kesehatan kabupaten.
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Muh Saleh
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. RPJMN 2015-2019 menetapkan beberapa strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, menurunkan kesenjangan antarkelompok dan antarwilayah, serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Namun demikian, kondisi
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan kelas ibu cinta balita tahun 2020 di Puskesmas Bontang Lestari.
2. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam merawat balita dengan memberikan materi seputar kesehatan balita.
3. Kegiatan utamanya adalah memberikan materi kesehatan kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki balita usia 0-
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2019
TENTANG
STANDAR TEKNIS PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR
PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Dokumen ini berisi tentang Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan bagi Bangsa Indonesia. Terdapat 3 tabel yang mencakup Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air; Vitamin; serta Mineral untuk berbagai kelompok umur mulai dari bayi hingga orang dewasa dan lanjut usia. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pedoman tentang asupan gizi yang seimbang bagi seluruh warga Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan kebutuhan gizi berdasarkan kondisi klien dengan menggunakan parameter seperti berat badan ideal, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, serta rumus untuk menghitung kebutuhan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Dokumen tersebut juga berisi contoh soal latihan perhitungan kebutuhan gizi untuk dua kasus berbeda.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar epidemiologi, termasuk definisi, prinsip, triad epidemiologi, manfaat, istilah terkait, riwayat alamiah penyakit, rantai infeksi, faktor yang menjelaskan distribusi penyakit, pola epidemi, dan indikator epidemiologi."
Laporan ini memberikan ringkasan singkat tentang pelaksanaan geladi selama enam minggu di PT. Asian Isuzu Casting Center, khususnya di Departemen Production Planning and Inventory Control. Mahasiswa memperoleh pengenalan perusahaan, departemen, dan tugas-tugasnya seperti perencanaan produksi, pengontrolan persediaan, serta pengalaman langsung bekerja di bagian tersebut.
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)Dini Septiana
Seminar Nasional K3 ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang K3 dan mendukung penerapan K3 yang baik di perusahaan dan masyarakat untuk mencapai Indonesia Berbudaya K3 pada tahun 2015. Seminar ini akan membahas topik-topik seperti penerapan manajemen keselamatan kontraktor, kesehatan kerja, dan peran wanita dalam K3. Acara ini diselenggarakan oleh PT. Familia Mitra Selaras dan akan
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti implan, IUD, sterilisasi wanita (MOW), dan sterilisasi pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Namun, tingkat penggunaan MKJP di Indonesia masih rendah. Dokumen ini membahas berbagai jenis kontrasepsi termasuk MKJP beserta keuntungan dan kelemahannya dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat
Surveilans gizi bertujuan untuk memantau masalah dan program gizi secara terus menerus agar dapat mengambil tindakan segera. Dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data gizi secara sistematis, lalu menyebarkan hasilnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai target RPJMN 2014 yaitu menurunkan angka gizi kurang dan stunting pada balita. Pelaksanaan surveilans gizi di
Materi Manajemen Puskesmas mencakup tahapan pelaksanaan manajemen Puskesmas yaitu Perencanaan (P1), Penggerakkan dan Pelaksanaan (P2) serta Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja (P3).
kedudukan, Struktur Organisasi dan tata kerja PuskesmasLindarti Marsiyah
Puskesmas berperan sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dan unit pelaksana teknis dinas kesehatan. Struktur organisasi puskesmas terdiri dari kepala puskesmas, unit tata usaha, dan unit pelaksana teknis fungsional upaya kesehatan masyarakat dan perorangan. Puskesmas bekerja sama dengan jaringan pelayanan kesehatan dan bertanggung jawab kepada dinas kesehatan kabupaten.
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Muh Saleh
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. RPJMN 2015-2019 menetapkan beberapa strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, menurunkan kesenjangan antarkelompok dan antarwilayah, serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Namun demikian, kondisi
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan kelas ibu cinta balita tahun 2020 di Puskesmas Bontang Lestari.
2. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam merawat balita dengan memberikan materi seputar kesehatan balita.
3. Kegiatan utamanya adalah memberikan materi kesehatan kepada ibu hamil dan ibu yang memiliki balita usia 0-
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2019
TENTANG
STANDAR TEKNIS PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR
PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Dokumen ini berisi tentang Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan bagi Bangsa Indonesia. Terdapat 3 tabel yang mencakup Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air; Vitamin; serta Mineral untuk berbagai kelompok umur mulai dari bayi hingga orang dewasa dan lanjut usia. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pedoman tentang asupan gizi yang seimbang bagi seluruh warga Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan kebutuhan gizi berdasarkan kondisi klien dengan menggunakan parameter seperti berat badan ideal, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, serta rumus untuk menghitung kebutuhan energi, karbohidrat, protein dan lemak. Dokumen tersebut juga berisi contoh soal latihan perhitungan kebutuhan gizi untuk dua kasus berbeda.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar epidemiologi, termasuk definisi, prinsip, triad epidemiologi, manfaat, istilah terkait, riwayat alamiah penyakit, rantai infeksi, faktor yang menjelaskan distribusi penyakit, pola epidemi, dan indikator epidemiologi."
Laporan ini memberikan ringkasan singkat tentang pelaksanaan geladi selama enam minggu di PT. Asian Isuzu Casting Center, khususnya di Departemen Production Planning and Inventory Control. Mahasiswa memperoleh pengenalan perusahaan, departemen, dan tugas-tugasnya seperti perencanaan produksi, pengontrolan persediaan, serta pengalaman langsung bekerja di bagian tersebut.
Proposal Seminar Nasional K3 by HSE Indonesia (participant)Dini Septiana
Seminar Nasional K3 ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang K3 dan mendukung penerapan K3 yang baik di perusahaan dan masyarakat untuk mencapai Indonesia Berbudaya K3 pada tahun 2015. Seminar ini akan membahas topik-topik seperti penerapan manajemen keselamatan kontraktor, kesehatan kerja, dan peran wanita dalam K3. Acara ini diselenggarakan oleh PT. Familia Mitra Selaras dan akan
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas proposal kerja praktek dua mahasiswi Teknik Pengolahan Migas di PT Pertamina RU V Balikpapan.
2. Tujuan kerja praktek adalah memperoleh pengalaman kerja di industri migas, memahami proses pengolahan migas, dan memenuhi persyaratan kuliah.
3. Rencana kegiatan meliputi pengenalan perusahaan, proses, peralatan
Dokumen tersebut membahas mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di Malaysia. Ia menyoroti sejarah pengembangan standar OHSAS 18001 dan MS 1722, peran organisasi seperti ILO dan BSI, serta perkembangan terkini menuju ISO 45001. Dokumen tersebut juga membahas tentang peran komite keselamatan dan kesehatan kerja serta unsur-unsurnya seperti kebijakan, organisasi, dan perencanaan program.
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Shofi Asriani
Laporan ini membahas proses penyortiran inlay pada PT Dae Hwa Indonesia. Proses ini meliputi pengambilan sampel inlay, pengecekan kualitas, dan penyortiran berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan. Laporan ini juga menjelaskan latar belakang, tujuan, dan manfaat dari praktik kerja industri yang dilakukan oleh siswa.
Dokumen tersebut merangkum implementasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT Pupuk Kalimantan Timur. PT Pupuk Kalimantan Timur menerapkan ISO 14001 sejak 1996 dan melakukan audit rutin untuk memastikan penerapannya sesuai standar. Kebijakan lingkungan perusahaan mencakup program CSR dan pelestarian lingkungan, serta hutan kota. Perencanaan lingkungan meliputi identifikasi aspek dan dampak, sasaran, serta target lingkungan. Implementasi dilak
Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Proposal praktik industri ini telah disetujui oleh tim pengelola dan dekan jurusan untuk dilaksanakan selama 4 minggu di PPPPTK VEDC Malang oleh 3 mahasiswa teknik mesin untuk memperoleh pengalaman kerja langsung di bidang maintenance.
Proposal ini meminta persetujuan untuk melaksanakan praktik kerja industri (PRAKERIN) selama 4 bulan di PT. ARGA WASTU oleh 4 siswa SMK TARUNA PESANTENAN. Proposal menjelaskan latar belakang, tujuan, bentuk kegiatan, jadwal, manfaat, dan kewajiban dari PRAKERIN ini. Jika disetujui, diharapkan dapat memberikan pengalaman kerja nyata bagi siswa.
Laporan mengenai implementasi keselamatan dan kesehatan kerja di PT Bukit Makmur Mandiri Utama di Jakarta mencakup identifikasi faktor bahaya, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan, inspeksi, pelayanan kesehatan, dan audit.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
Isi mamin
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
pengaruh terhadap perkembangan berbagi aspek dalam upaya mendukung
keberlangsungan hidup dan kepuasan manusia. Salah satunya di bidang
perindustrian.
Praktek belajar lapangan (PBL) merupakan kegiatan yang diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan memberi gambaran pada
mahasiswa tentang kegiatan yang berkaitan kesehatan lingkungan di industri
dengan cara mahasiswa belajar langsung di lahan industri dengan bimbingan
instruktur dari industri dan dosen dari institusi.
Menurut teori hukum latihan, apabila mahasiswa diberikan latihan secara
berkesinambungan, akan memperoleh suatu kemampuan yang sifatnya motorik
sesuai dengan bidangnya. Praktek belajar lapangan bagi mahasiswa bermanfaat
untuk melatih diri untuk menghadapi lingkungan kerja secara nyata dan belajar
pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang yang menyangkut kesehatan
lingkungan di industri.
Industri di Indonesia merupakan salah satu komponen yang mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. Kota-kota industri
berkembang cepat dan mulai banyak berdiri industri-industri lokal maupun asing.
Karawang merupakan salah satu wilayah yang dikembangkan dalam bidang
industri di Indonesia. Terdapat beberapa kawasan industri di Karawang yaitu
Karawang International Industry City (KIIC), Surya Cipta City of Industri (SCCI)
dan Bukit Indah City.
2. PT. Asian Isuzu Casting Center (AICC) merupakan salah satu industri yang
berada di kawasan Karawang Internatioal Industry City (KIIC) dan merupakan
suatu perusahaan yang bergerak di bidang part otomotif yang menghasikan produk
dari proses casting. Casting adalah proses pengecoran logam yang dilakukan untuk
membuat satu produk dengan penambahan material-material untuk di cetak agar
dapat menghasilakan produk Cylinder Block 4JA1, Cylinder Head4JA1, Cylinder
Block 4JJ1,Cylinder BlockC240, Front & Rear Hub( F-Series), Bearing Holder,
Front Hub, Front & Rear Drum(F-Series, Hub&Drum(N-Series), dan Case
Bearing(RT-50).
Dalam proses kerja terdapat jaminan mutu pangan untuk memastikan gizi setiap
pekerja terpenuhi sehingga berkaitan dengan produktivitas kerja. Disamping itu,
keamanan pangan pun merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh
parameter mutu pengan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan
atau makanan, penampilannya baik, juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman
makan makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. Karena bahwa produk yang aman
didapt dari bahan baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan
dengan baik akan menghasilkan produk akhir yang baik.
Salah satu langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya
tuntutan dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh
Komite Standar Internasional/Codex Allmentarius Commision yang telah diakui
secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan
suatu sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin
mutu sejak bahan baku hingga produk akhir.
Dari latar belakang tersebut penyusun tertarik untuk dapat menemukan masalah
dan memberikan solusi pemecahannya dalam mengetahui kondisi nyata mengenai
aspek Penyehatan Makanan dan Minuman, serta penenalan profil industry sehingga
diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
3. 1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui penerapan kegiatan-kegiatan pokok
kesehatan lingkungan industri, cara melakukan identifikasi kondisi
permasalahan Kesehatan Lingkungan, mengetahui kondisi nyata kesehatan
lingkungan industri, mengetahui penerapan teknologi di bidang kesehatan
lingkungan industri.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui Standar Pangan
b. Mengetahui Penerapan HACCP
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan praktek belajar lapangan di PT.
Asian Isuzu Casting Center adalah :
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa PBL yaitu menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman kerja praktek lapangan di PT. Asian Isuzu Casting Center
1.3.2 Bagi Pembaca
Bagi pembaca dapat mengetahui hasil pemeriksaan dari pada makanan di
PT. Asian Isuzu Casting Center sehingga diketahui keamanan mutu pada
makanan.
1.3.3 Bagi PT Dirgantara Indonesia
Sebagai bahan masukan untuk perbaikan Program Makanan Minuman di
PT. Asian Isuzu Casting Center
4. 1.3.4 Bagi Institusi
a) Sebagai bahan kajian proses pembelajaran dalam mata kuliah
Penyehatan Makanan Minuman.
b) Sebagai bahan masukan terhadap kemampuan mahasiswa untuk
mencapai kurikulum pembelajaran.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
2.1 Persiapan
5. Pada tahapan ini dilakukan serangkaian kegiatan persiapan meliputi :
1. Pencarian lokasi praktek belajar lapangan (PBL) atau lokasi untuk melakukan
program pembelajaran
2. Pembuatan dan pengajuan proposal ke PT. Asian Isuzu Casting Center
3. Menerima pembekalan-pembekalan sebelum melaksanakan kegiatan (PBL)
2.2 Lokasi
Dalam pelaksanaaan praktek belajar lapangan ini lokasi yang digunakan adalah
:
1. Nama Perusahaan : PT. Asian Isuzu Casting Center
2. Alamat Perusahaan : Kawasan Industri KIIC Lot N 6-9, Desa Wadas
Dan Margakarya, Kecamatan Telukjambe Timur dan
Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang
3. Jenis Perusahaan : Manufacture Perakitan
2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan mulai tanggal 01 April
2016 s/d 30 April 2016. Pelaksanaan praktek belajar lapangan ini masuk 5 hari
kerja dalam 1 minggu, dari hari senin s/d jum’at dimulai pukul 08.00 – 16.30 WIB.
Adapun jadwal pembelajaran menyesuaikan dengan jadwal perusahaan.
2.4 Sumber Data
Dalam mengumpulkan data kami mencari dan memperolehi data dari :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi langsung ditempat
kerja, meliputi wawancara dengan pihak-pihak terkait serta hasil pengamatan
survey jalur mengenai pelaksaan kesehatan lingkungan dan kesehatan
keselamatan kerja di perusahaan.
2. Data Sekunder
6. Data seunder adalah data yang diperoleh dokumentasi perusahaan
mengenai profil perusahaan serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamtan kerja.
2.5 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu metode yang
bertujuan memberikan gambaran tentang lingkungan kerja di perusahaan,
pengukuran, dan pengambilan sampel. Penelitian dilakukan terhadap PT. Asian
Isuzu Casting Center beserta system yang ada didalamnya, khusunya mengenai
pelakasanaan kesehatan lingkungan dan kesehatan keselamatan kesehatan kerja.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAN
7. 3.1 Sejarah Singkat PT. Asian Isuzu Casting Center
PT.Asian Isuzu Casting Center(AICC) berdiri pada bulan April tahun
1997 sebagai perusahaan PMA Jepang yang bergerak dalam bidang manufaktur
pengecoran logam. Pada awal berdiri perusahaan ini masih bernama PT. Astra
Isuzu Casting Company, baru setelah adanya perubahan struktur kepemilikan
saham pada tahun 2004 berubah nama menjadi PT. Asian Isuzu Casting Center.
PT. Asian Isuzu Casting Center berlokasi di kawasan industri KIIC
Karawang dengan jumlah karyawan pada tahun 2016 sekitar 670 orang, terdiri
dari karyawan kontrak dan permanen dengan jumlah karyawan perempuan
sebanyak 20 orang dan karyawan laki-laki 650 orang.Sedangkan luas tanah
sekitar 78.854 m2 dan luas bangunan 32.295m2. Kepemilikan modal
seluruhnya (100%) sebagai perusahaan PMA Jepang yang dipegang oleh 3
(tiga) pemegang saham yaitu, Imetal Technology Co., Ltd., Isuzu Motor Asia
Limited, dan Isuzu Motor Limited.
Pada tahun 2007, PT. Asian Isuzu Casting Center mendapat sertifikat
ISO 9001: 2000 yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap sistem
manajemen mutu (Quality Management System). Berikutnya di tahun 2010, PT.
Asian Isuzu Casting Center mendapat sertifikat ISO 14001: 2004 untuk bidang
sistem manajemen lingkungan.
3.2 Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. ASIAN ISUZU CASTING CENTER
Alat Kantor : Kawasan Industri KIIC Lot N 6-9,
Desa Wadas dan Margakarya
Kecamatan Telukjambe Timur dan Telukjambe
Barat,Kabupaten Karawang.
Nomor NPWP : 01.824.259.4-055.000 dan
8. 01.824.259.4-408.001
Nama Pimpinan :TAKESHI OOKAWA
Nomor Telepon : (021) 890 4590 - 91
Nomor Faksimil : (021) 890 4592
Lokasi Pabrik
Jalan : Jl. Maligi III Lot N 6 - 9
Kawasan Industri : Kawasan Industri KIIC Karawang
Desa : Wadas dan Margakarya
Kecamatan : Telukjambe Timur dan Telukjambe Barat
Kabupaten : Karawang
Propinsi : Jawa Barat
Nomor Izin Usaha : No. 364/TINDUSTRI/2001,
Status Penanaman Modal : Penanaman Modal Asing
3.3 Visi Misi dan Kebijakan Perusahaan
3.3.1 Visi
Menjalankan terus menerus improvement kualitasatas produk dan dapat
dipercaya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
3.3.2 Misi
1. Berusahauntuk membangun tempat kerja yang aman dan penuh kegiatan.
2. Membuat diri kita terus menerus tertantang dan berinovasi untuk mencapai
tujuan.
3. Selalu melakukan analisa terhadap suatu fenomenadan berusaha menyelesaikan
dengan cara sangen-shugi (tiga hal faktual).
4. Menjadikan seijitsu (ketulusan) sebagai motto dan berusaha menerapkan
hukum dan peraturan yang adadengan sepenuh hati.
3.4 Struktur Organisasi PT. Asian Isuzu Casting Center
9. Dalam setiap organisasi dengan segala aktifitasnya akan terjalin hubungan
diantara individu. Makin besar organisasi, makin kompleks hubungan yang terjadi
diantara individu. Oleh karena itu diperlukan struktur organisasi yang merupakan
suatu gambaran yang menyatakan pembagian, tanggung jawab masing-masing
individu tersebut dan menunjukan tingkat spesifikasi dalam kegiatan kerja (
Struktur Oganisasi PT Asian Isuzu Casting Center terdapat pada lampiran 1).
3.5 Ketenagakerjaan
Sistem pembagian tenaga kerja di PT Asian Isuzu Casting Center dibagi
menjadi dua bagian menurut jenis pekerjaannya, yaitu :
1. Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang turun langsung dalam
penanganan proses produksi, misalnya operator.
2. Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja yang tidak turun langsung
dalam proses produksi, misalnya karyawan bagian personalia, keuangan dan
lain-lain.
Di dalam sistem kepegawaian PT Asian Isuzu Casting Center terbagi dalam 2
bagian, yaitu:
1. Karyawan Temporary/lepas
Karyawan kontrak yaitu karyawan yang masih dalam tahap percobaan pada
masa tertentu, lamanya kontrak satu tahun. Setelah menjalani kerja dalam
waktu masa percobaan, perusahaan tersebut akan memperpanjang kontraknya
atau kontraknya diputus. Penilaian pegawai didasarkan pada sikap kerja yang
diperlihatkan pegawai tersebut selama dalam masa percobaan.
2. Karyawan Tetap
10. Karyawan Tetap yaitu pegawai yang sudah lama bekerja pada perusahaan
tersebut dan telah diangkat menjadi pegawai tetap. Kesempatan kerja yang
diberikan kepada lulusan STM/SMA/Perguruan Tinggi/Sekolah Pendidikan
lain yang sekiranya dibutuhkan dalam proses produksi dan manajemen
perusahaan.
3.6 Waktu keja
Hari kerja normal pada PT.Asian Isuzu Casting Center adalah hari Senin
s.d Jumat, namun jika ada permintaan yang belum terpenuhi maka hari Sabtu
digunakan sebagai hari kerja tambahan. Satu hari kerja terdiri dari 2 shift. Berikut
adalah waktu kerja di PT.Asian Isuzu Casting Center yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut;
Tabel 3.1
Waktu Kerja PT. Asian Isuzu Casting Center
Shift Kerja Waktu Kerja Normal Istirahat
Shift I 07.00 - 16.00 11.50 – 12.50
Shift II 02.00 - 22.00 & 04.00 -
07.00
18.00 – 19.00
Shift III 23.00 - 07.00 02.00 – 03.00
Sumber : PT Asian Isuzu Casting Center
3.7 Sarana dan Prasarana
11. PT. Asian Isuzu Casting Center dilengkapi dengan sarana dan prasana yang
menunjang kegiatan proses produksi dan member kemudahan bagi karyawan
diantaranya berupa :
a. Kantin
Kantin yang terdapat di PT. Asian Isuzu Casting Center cukup untuk
menampung semua karyawan. Kantin ini berfungsi sebagai ruang makan semua
karyawan.
b. Koperasi
Di PT. Asian Isuzu Casting Center terdapat satu koperasi yang menyediakan
makanan, minuman, dan kebutuhan pokok.
c. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan disediakan satu masjid yang diberi nama masjid
Baitulrrahman berada di samping kantin.
d. Rekreasi
PT. Asian Isuzu Casting Center mempunyai program liburan bersama atau
rekreasi setiap 2 tahun sekali dengan kegiatan pergantian kegiatan employee
day dan family day. Program rekreasi ini diperuntukan bagi semua karyawan
PT. Asian Isuzu Casting Center untuk mempererat persaudaraan antar
karyawan ataupun persaudaraan terhadap pimpinan.
3.8 Penggunaan energi
Sebagai sumber energy uatam di PT. Asian Isuzu Casting Center digunakan
energy listrik yang seluruhnya disuplai oleh PT. PLN (PERSERO) UPJ Prima
Karawang dengan kapasitas terpasang sebesar 8660 KVA dan 23.855 KVA,
menggunakan gas LPG dengan kapasitas terpasang 10 ton dan sebagai cadangan
apabila aliran listrik mati disediakan genset, masing-masing total pemakaian
energy listrik dan gas tercantum pada tabel 3.2 berikut ini.
12. Tabel 3.2
Penggunaan Energi PT. Asian Isuzu Casting Center
Tahun 2015
Sumber: PT. Asian Isuzu Casting Center
Jenis Energi Kapasitas
Terpasang
Pemakaian
Bulan
Sumber
(Perum/Captive)
1. Listrik
a. JSH Line
b. ACE Line
8.660 KVA
23.855 KVA
2.613.077 KWH
2.220.961 KWH
PT. PLN
PT. PLN
2. Listrik Generator
a. JSH Line
b. ACE Line
500 KVA
500 KVA
-
-
Genset
Genset
3. Panas - - -
4. LPG
a. JSH Line
b. ACE Line
10 Ton
12 Ton
1.5 Ton
Jaya Gas dan
Kimia
Yasa
5. Batu Bara - - -
6. Lainnya - - -
13. 3.9 Penggunaan Air
Kebutuhan air bersih untuk keperluan produksi, pencucian alat dan domestic
karyawan seluruhnya dipenuhi dari Water Treatment Kawasan Industri KIIC
Karawang (KI KIIC). Kebutuhan air bersih digunakan untuk keperluan proses
produksi, domestic karyawan (WC, toilet, cuci tangan, mushola), penyiraman
taman, coling tower, dan lain-lain. Dengan total pemakaian air bersih berdasarkan
estimasi perhitungan adalah sebesar 381 m3/hari. Neraca penggunaan air harian
dapat dilihat pada ( terdapat pada lampiran 2)
Tabel 3.3
Penggunaan Air PT. Asian Isuzu Casting Center
Tahun 2015
Jenis Sumber Kapasitas penggunaan
(m3/hari atau bulan)
Diolah/Tidak Keterangan
PDAM/PAB - - -
Sumur Dangkal - - -
Sumur Dalam - - -
Sungai - - -
Danau/Rawa - - -
Sumber Air Kawasan 8,162.00 m3 Ya -
Jumlah Air Total 8,162.00 m3
Sumber: PT. Asian Isuzu Casting Center
Dari data sekunder di atas, pemakaian air bersih di PT. Asian Isuzu Casting Center
adalah 8162 m3. Air digunakan baik untuk proses produksi ataupun domestik.
14. 3.10 Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PT. Asian Isuzu Casting Center meliputi
tahap penting yang mendukung jalannya kegiatan perusahaan yaitu pembuatan
mobil. Secara umum dapat dijelaskan proses produksi dari masing masing
dapartemen adalah sebagai berikut:
1. Proses Melting
Proses Melting adalah proses pemanasan dalam furnace (tungku
pembakaran) sampai mencapai titik lebur dari raw material maupun additive
material tersebut sehingga material mencapai titik melting atau meleleh
dengan kisaran suhu 1200oC – 1800oC. Proses ini merupakan proses paling
utama dalam industri casting, karena pada saat melting inilah komposisi dari
suatu produk dibuat dan diperhitungkan.
Proses melting terdiri dari proses Raw Material, Additive Material,
Charging, Melting, Molten Compositon,Fe-Si-Mg& 50S Preparation, Laddle
Inoculation, Tapping Laddle Transfer dan Tapping Pouring Laddle. Berikut
ini adalah flow process secara keseluruhan dari proses melting.
a. Raw Material
Raw Material adalah proses pengumpulan material mentah sebelum
dilakukan proses pemanasan (charging) di dalam furnace. Raw material
terdiri dari Steel Scrap, Separation Scrap, dan Return Scrap. Semua
bahan baku tersebut diperoleh dari part yang masuk kedalam kategori
reject maupun material yang diperoleh dari supplier yang telah bekerja
sama dengan perusahaan.
b. Additive Material
15. Proses penambahan material zat aditif yang berfungsi untuk
homogenitas agar mendapatkan komposisi yang baik untuk digunakan
dalam proses melting.
c. Charging
Proses memasukkan raw material dengan additive material ke dalam
furnace. Komposisi raw material dan additive material sudah ditetapkan
standarnya oleh perusahaan agar kualitas mutu dari produk yang
dihasilkan tidak mengalami penurunan kualitas. Untuk proses charging
menggunakan Hoist Charging Car yang berfungsi untuk mengangkat
material yang akan dilebur, prinsip kerja dari alat tersebut dengan
menggunakan sistem magnetik yang mana material akan menempel pada
alat tersebut dan memudahkan proses pengangkatan.
d. Melting
Setelah proses charging yaitu proses melting itu sendiri. Dimana raw
material dan additive material dilebur sampai mencapai titik melting atau
meleleh. Proses melting terjadi pada furnace yang menggunakan tanur
listrik untuk pembakarannya. Ada 2 material yang digunakan untuk
membuat produk casting di PT. Asian Isuzu Casting Center, yaitu FC
(Ferro Casting) atau biasa disebut Besi Tuang Kelabu (Grey Cast Iron),
dan FCD (Ferro Cast Ductile) atau biasa disebut Besi Tuang Elastis
(Ductile Cast Iron). Temperatur melting pada FC sebesar 1500oC dan
temperatur pada FCD sebesar 1545oC. Untuk mengukur temperature
melting menggunakan thermocouple. Dengan menggunakan
thermocouple pengukuran temperatur lebih akurat karena pengukuran
dilakukan langsung dengan cara dicelupkan ke dalam molten. Bahan dari
thermocouple itu sendiri memiliki titik lebur yang tinggi karena pada saat
dicelupkan ke dalam molten tidak ikut melebur.
16. e. Molten Composition
Suatu operasi dimana dilakukan pengecekan dari komposisi molten.
FC dan FCD masing-masing menggunakan komposisi molten yang
berbeda-beda. FC maupun FCD mempunyai komposisi minimal,
komposisi target, dan komposisi maksimal. Molten Composition ini
dilakukan agar molten yang akan dituang ke dalam cetakan (pouring
process) telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh
perusahaan sehingga menghindari cacat produk. Pengukuran komposisi
molten menggunakan Spectrometer dan CE meter.
f. Fe-Si-Mg & 50 S Preparation
Yaitu proses penambahan Fe-Si-Mg dan 50 S pada molten. Proses ini
berfungsi untuk melindungi molten pada saat pendinginan agar molten
tidak bereaksi dengan udara dan komposisi molten tidak berubah.
g. Ladle Inoculation
Proses ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah inti pembekuan
sehingga dengan demikian akan meningkatkan pula jumlah grafit
eutektik, mengurangi under cooling serta menurunkan tendensi
terbentuknya struktur pembekuan putih (ledeburit). Proses ini terjadi pada
ladle dan molten dengan bahan FC (Besi Tuang Kelabu). Material yang
digunakan yaitu Carbon, Silicon, Calcium, Alumunium, dan Fe.
h. Tapping Ladle Transfer
Proses persiapan molten sebelum dituangkan ke laddle. Proses
persiapan ini yaitu pembersihan molten dari kotoran (slag)dengan
menggunakan slag removal. Molten disemprotkan dengan cairan maka
slag akan terangkat dan dipisahkan ke dalam slag box dengan
17. menggunakan slag removaltersebut. Proses pembersihan molten dari slag
ini akan dilakukan terus menerus sampai molten dalam kondisi OK.
i. Tapping Pouring Ladle
Setelah molten dalam kondisi OK, selanjutnya adalah proses Tapping
Pouring Ladle yaitu proses penuangan molten dari furnace ke ladle yang
kemudian akan digunakan pada proses pouring. Berat molten yang
dituang ke laddle sekitar 1450 – 1550 kg tergantung dari jenis produk
yang akan dibuat dan jenis bahan dalam molten tersebut.
2. Proses Pouring
Pouring adalah proses penuangan molten ke dalam cetakan. Proses ini
krusial dimana cairan logam mengalir dari laddle ke cawan tuang. Proses ini
berlangsung singkat namun cukup menentukan keberhasilan rangkaian
pengecoran logam, sehingga operator perlu menguasai teknik penuangan
cairan logam yang benar. Pada proses pouring terdiri dari grup penuang yaitu
operator pengarah laddle, operator pemutar laddle, dan operator pemberi aba-
aba. Operator pemberi aba-aba biasanya memegang kendali crane dan cukup
operator ini saja yang memberikan perintah.
3. Proses Core
Core adalah suatu bentuk pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk
mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang
atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Bentuk core tiap produk berbeda-
beda, bahkan ada pula produk yang tidak menggunakan core, misalnya case
bearing. Produk yang tidak menggunakan core biasanya produk yang relatif
mudah atau bentuk pattern juga mempengaruhi penggunaan core atau tidak.
Proses Core terdiri dari proses core making, visual checking, baritori,
coating, drilling, dan coating. Berikut adalah Flow Process dari tahap Core.
18. a. Core Making
Core Making adalah pembuatan cetakan inti yang diletakkan di
cetakan untuk pembuatan lubang atau rongga di dalam cetakan yang
terbuat dari pasir khusus. Proses pembentukan pasir dengan cara
dipanaskan menggunakan gas LPG dan heater sampai menjadi core. Core
dibuat dengan bahan RCS (Resin Coated Sand). Proses RCS adalah proses
awal dalam core making yaitu proses daur ulang pasir silika hasil dari
proses pembuatan blok silinder, sehingga pasir silika tersebut dapat
digunakan kembali untuk pembuatan core. RCS merupakan pasir yang
berpengikat resin phenol dengan resin resol/ novolak, pasir ini umum
digunakan karena cara penggunaannya efektif. Mesin yang digunakan
untuk membuat core yaitu ISH-VT500.
b. Visual Checking
Proses pengecekan hasil core yang telah jadi. Pengecekan dilakukan
dengan cara visual. Core yang tidak dapat digunakan untuk cetakan
adalah crack core dan broken core. Namun untuk broken core maksimal
2 mm masih dapat diperbaiki. Apabila broken core lebih dari 2 mm, maka
core tersebut NG.
c. Baritori
Proses menghilangkan bari atau burr pada core. Core yang telah jadi
mengandung bari pada permukaannya. Tujuan dari proses ini yaitu untuk
merapikan core dari bari tersebut. Alat yang digunakan adalah burr
removal.
d. Coating
Coating adalah proses pelapisan bagian-bagian tertentu dari core
dengan bahan yang digunakan adalah tellurite. Fungsi dari proses coating
19. yaitu untuk mempercepat pendinginan, covering sand burning, dan bisa
pula untuk penetrasi gas. Proses coating pada core berlangsung 2 periode
dengan interval minimal 30 second. Periode pertama setelah proses
baritori, sedangkan periode kedua setelah proses drilling.
e. Drilling
Drilling adalah proses pembuatan lubang dengan cara pemberian
tekanan pada core. Lubang hasil proses drilling berfungsi sebagai tempat
untuk saluran gas keluar dari dalam core. Ukuran lubang yang dibuat
berbeda-beda, sesuai dengan ukuran core untuk tiap produknya.
4. Proses Molding
Molding adalah proses pembuatan cetakan sesuai dengan pattern (inti
cetakan) dari masing-masing produk. Bahan cetakan yang digunakan pada
proses ini berupa pasir yang telah diolah sedemikian rupa sehingga pasir
tersebut mudah dibentuk dengan menggunakan pattern. Proses molding ini
akan menghasilkan masing-masing produk sesuai pattern sebelum diproses
lebih lanjut pada proses finishing.
Proses Molding ini berawal dari persiapan pasir sampai produk
dikeluarkan dari cetakan dan dikirim ke proses finishingProses Molding ini
berawal dari persiapan pasir sampai produk dikeluarkan dari cetakan dan
dikirim ke proses finishing. Proses Molding terdiri dari Gas Vent Hole, Drag
Checking, Core Set & Ball Set, Cope Checking, Cope and Drag Set, Punch
Down, dan Pick Up.
a. Gas Vent Hole
Gas Vent Hole merupakan proses pembuatan saluran atau ventilasi
gas agar pada saat penuangan molten, gas di dalam cetakan bisa mengalir
keluar. Ukuran dari gas vent hole tiap produk berbeda-beda. Contohnya
20. untuk case bearing memiliki diameter 8 mm. Proses gas vent hole sangat
mempengaruhi hasil dan kualitas produk setelah keluar dari cetakan.
Apabila dalam proses pembuatan saluran gas ini tidak sempurna, maka
cairan logam dapat mengandung gas yang terjebak ketika cairan logam
mengeras. Inilah yang dinamakan cacat lubang gas (gas hole defect).
b. Drag Checking
Drag adalah cetakan bagian bawah. Drag checking adalah proses
pengecekan cetakan bagian bawah sehingga dapat diketahui drag yang
siap dituangkan cairan logam dan drag yang NG. Untuk drag yang NG
tidak akan masuk ke proses pouring, namun akan diproses kembali ke
sand preparation line. Pengecekan yang dilakukan diantaranya drag mold
condition dan drag mold tensile value check position.
c. Core Set and Ball Set
Core Set and Ball Set adalah proses pemasangan core dan ball pada
cetakan bagian bawah (drag). Untuk posisi core dan ball yang tidak layak
atau tidak tepat pada cetakan, maka tidak akan digunakan atau termasuk
NG dan akan diproses kembali pada proses pembuatan core. Untuk
ukuran dan jumlah ball yang dipasang tiap cetakan (drag) berbeda-beda.
d. Cope Checking
Cope adalah cetakan bagian atas. Cope Checking sama seperti proses
drag checking yaitu proses pengecekan cetakan bagian atas sehingga
dapat diketahui cope yang siap dituangkan cairan logam dan cope yang
NG. Untuk cope yang NG tidak akan masuk ke proses pouring, namun
akan diproses kembali ke sand preparation line. Pengecekan yang
dilakukan diantaranya cope mold condition dan cope mold tensile
valuecheck position.
21. Untuk cope mold condition yaitu mengecek kondisi cetakan bagian
atas. Kondisicetakan yang retak dan patah tidak akan diizinkan untuk
dilanjut ke proses pouringdan dinyatakan NG. Cope Mold Tensile Value
Check Position yaitu pengecekan nilai tahanan tarik dari cetakan bagian
atas. Cope dicek dengan tahanan tarik minimal 8 N/cm2 yang bertujuan
untuk menguji kekerasan dari cope. Pengecekan tahanan tarik ini
dilakukan 5 posisi/flask.
e. Cope and Drag Set
Setelah cope dan drag sudah dalam kondisi OK dan siap untuk
dituangkan cairan logam, selanjutnya adalah proses cope and drag set.
Proses ini adalah penyatuan antara cope dan drag dengan sedemikian rupa
sehingga cairan logam bisa masuk ke dalam cetakan. Penyatuan cope dan
drag ini harus memperhatikan parting line dan parting line harus lurus
dan rapat. Oleh karena itu, pada pengaturan cope dan drag dibantu oleh
penggunaan omori (pemberat). Omori diletakkan di atas cope sehingga
cope dan drag mendapat gaya tekan dari omori dan tidak bisa bergeser.
Cetakan terbuat dari pasir yang masih basah dan dituang cairan logam
yang temperaturnya tinggi, maka sering terjadi ledakan di dalam cetakan.
Disinilah fungsi lain dari omori yaitu menahan ledakan yang terjadi di
dalam cetakan.
f. Punch Down
Setelah cetakan dituang logam cair dan logam cair telah mengeras,
lalu cetakan masuk ke proses punch down. Proses dimana produk dan
gating dipisahkan dari cetakan dengan cara dipukul ke bawah dengan
menggunakan Punch Down Machine.
22. g. Pick Up
Produk dan gating yang telah di-punch down, akan masuk ke proses
finishing. Proses ini menggunakan manipulator untuk membawa produk
dan gating ke finishing line.
.
5. Proses Finishing
Finishing adalah proses penyempurnaan produk agar produk siap untuk
masuk ke proses painting. Proses finishing ini juga sebagai proses
pembersihan produk dari gating ataupun pasir dari sisa-sisa proses molding.
Proses finishing terdiri dari Shoot Blast, Product Fetting, Seki Grinding,
Manual Finishing, dan Inline Inspection.
a. Shoot Blast
Proses pembersihan untuk lebih menghaluskan permukaan benda
kerja dan menghilangkan pasir yang menempel. Proses pembersihan
permukaan produk ini dengan menggunakan semprotan bola baja S/Blast.
b. Product Fetling
Proses pematahan dan pemisahan produk dengan gating system.
Proses ini lebih dikenal dengan Pecker andBreaker Snape. Pecker adalah
pemisahan produk dari gating, dan Breaker Snape adalah proses
pematahan.
c. Seki Grinding
Proses penggerindaan sirip yang tebal agar terbentuk permukaan yang
halus dan rata.
23. d. Manual Finishing
Proses penyempurnaan produk pada bagian-bagian tertentu sehingga
produk dapat di machining dengan baik. Proses ini menggunakan Hand
Grinder Hammer.
e. Inline Inspection
Proses pengecheckan kualitas produk yang meliputi proses magnetik
maupun proses pengecekan pergeseran cetakan
24. 3.11 Produk PT. Asian Isuzu Casting Center
Sumber : AICC Company Profile
Gambar 3.1. Produk PT. Asian Isuzu Casting Center
Cylinder Block
4JA1
Cylinder Head
4JA1
Case Bearing(RT-50)
4x2 4x4
Cylinder Block
4JJ1
Cylinder Block
C240
Bearing Holder
4x2 4x4
Front & Rear Hub( F-Series)
Hub&Drum(N-Series)
Front & Rear Drum(F-Series)
Front Hub
4x2 4x4
25. BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Standar Keamanan Pangan
FORM PENILAIAN SKOR KEAMANAN PANGAN (SKP)
NO KOMPONEN & SUB KOMPONEN
NILAI
(1) (2)
A. Pemilihan dan Penyimpanan Bahan makanan (PPB)
1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1 0
2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3 0
3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3 0
4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida
untuk menyimpan dan membawa bahan makanan
3 0
5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya 3 0
6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3 0
7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3 0
8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung
3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PPB 22 18
B. HIGIENE PEMASAK (HGP)
1. Pemasak harus berbadan sehat 3 0
26. 2. Pemasak harus berpakaian bersih 3 0
3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1 0
4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1 0
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 3 0
6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang air) 3 0
7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3 0
8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK HGP 20 18
C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)
1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 3 0
2.* Peralatan memasak harus dicuci sebelum dan sesudah dipakai
memasak
3 0
3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 3 0
4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih 3 0
5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan
beracun atau bahan berbahaya
3 0
6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3 0
7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3 0
8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 3 0
27. 9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3 0
10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3 0
11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 2 0
12.* Pembuangan air limbah harus lancer 3 0
13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur 3 0
14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (perusahaan) tidak
lebih dari satu jam
3 0
15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih 3 0
16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak 3 0
17. Bahan makanan dicuci dengan air bersih 3 0
18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih 3 0
19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di masak 3 0
20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2 0
21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan
terhindar dari debu dan serangga
3 0
22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus dari
kertas koran dan kertas ketikan
1 0
23. Makanan dibungkus dengan pembungkus yang bersih, tidak
menggunakan bekas pembungkus bahan beracun
3 0
28. 24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok,
garpu, alat penjepit, sarung tangan
3 0
25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam terutama
makanan berkuah dan bersantan dalam keadaan terbuka
3 0
26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan jika
sudah berwarna coklat tua, atau sudah dipakai setelah 4 kali
3 0
27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam
wadah tertutup
3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK PBM 74 40
D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)
1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang bersih
dan tertutup
3 0
2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3 0
3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan 1 0
4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi
sebelum dibagikan
3 0
5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering 3 0
6.* Mencuci tangan sebelum makan 3 0
7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk
memegang makanan saat membagikan
3 0
JUMLAH NILAI MAKSIMUM UNTUK DMP 19 19
29. Sumber : Mudjajanto, 1999.
Keterangan : (1) Nilai, jika kriteria terpenuhi
(2) Nilai, jika kriteria tidak terpenuhi
(0)* dapat ditolerir untuk katagori keamanan pangan tertentu
Penerapan Penilaian SKP
Komponen Nilai Yang
Ditolerir
Nilai Harus
Dipenuhi
Nilai Komponen Skor
(1) (2) (3) (4)
PPB 0 18 – 0 = 0 18 ÷ 22 = 0,81 0,16 × 0,81 =
0,12
HGP 0 18-0 = 0 18 ÷ 20 = 0,9 0,15 × 0,9=
0,15
PBM 0 40 – 0 = 0 40 ÷ 74 = 0,540 0,55 × 0,540 =
0,297
DPM 0 19 – 0 = 0 19 ÷ 19 = 1,0000 0,14 × 1,0000
= 0,14
SKP Maks = 0,707
30. No
Kategori Keamana
Pangan
SKP %
1 Baik ≥ 0.9703 ( ≥ 97,93 % )
2 Sedang 0,9332-0,9702 93,32-97,02 %
3
Rawan , Tetapi
Aman Dikonsumsi
0,6217-0,9331 62,17 – 93,31 %
4
Rawan, Tidak aman
dikonsumsi
< 0,6217 < 62,17 %
Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ati balado,
ayam sambal ijo dan dan tempe orek tergolong kedalam kategori rawan tetapi
aman dikonsumsi. Walaupun ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi,
seperti kriteria dapur memasak lantai terasa lengket, penjamah tidak memakai
alas kaki, tempat sampah tidak terdapat tutup dan lain-lain. Dari standar
kemanan pangan tersebut tidak ada nilai tolerir karena jenis makanan berupa
vurnurable. Hal ini berarti makanan tersebut masih aman dikonsumsi oleh
karyawan PT. Asian Isuzu Casting Center.
39. FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : Tempe Orek
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN
TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
1. Tempe M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
2. Cabe Ijo M
K
F
-
Pestisida
-
-
Mengganti
pemasok
-
40. 3. Bawang Merah M
K
F
-
-
-
-
-
-
4. Bawang Putih M
K
F
-
-
-
-
-
-
5. Kecap Manis M
K
F
-
-
-
-
-
-
41. 6. Kecap Asin M
K
F
-
-
-
-
-
-
7. Garam M
K
F
-
-
-
-
-
-
8. Gula M
K
F
-
-
-
-
-
-
43. FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA
No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko
A B C D E F
1. Tempe Orek - - IV
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
44. FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP
NAMA MAKANAN : Tempe Orek
- TIM HACCP :
- Faiqatul Himmah
- Nadia Ayu Saputri
- Nadya Thifal Harsono
- Siti Sarah Annisa
CCP Bahaya Cara
Pengendali
an
Parameter
CCP
Batas
Kritis
Nilai
Targe
t
Pemantauan Tindakan
Koreksi
Penumisan Bakteri
pathoge
n pada
masakan
Menumis
dengan
suhu dan
waktu yang
benar.
Suhu dan
Staphyloco
ccus sp.
Suhu
100°C
0 Mengatur suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
Memperhatikan
dan mengecek
kembali suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
52. FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : Ayam Sambal Ijo
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN
TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
1. Ayam M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
2. Cabe Ijo M
K
F
-
Pestisida
-
-
Mengganti
pemasok
-
53. 3. Bawang Merah M
K
F
-
-
-
-
-
-
4. Bawang Putih M
K
F
-
-
-
-
-
-
5. Kecap Manis M
K
F
-
-
-
-
-
-
6. Kecap Asin M - -
56. FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA
No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko
A B C D E F
1. Ayam Sambal Ijo - - IV
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
57. FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP
NAMA MAKANAN : Ayam Sambal Ijo
- TIM HACCP :
- Faiqatul Himmah
- Nadia Ayu Saputri
- Nadya Thifal Harsono
- Siti Sarah Annisa
CCP Bahaya Cara
Pengendali
an
Parameter
CCP
Batas
Kritis
Nilai
Targe
t
Pemantauan Tindakan
Koreksi
Penggoren
gan
Bakteri
pathoge
n pada
masakan
Menumis
dengan
suhu dan
waktu yang
benar.
Suhu dan
Staphyloco
ccus sp.
Suhu
100°C
0 Mengatur suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
Memperhatikan
dan mengecek
kembali suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
65. SEGERA DIMAKAN
FORMULIR 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN CARA PENCEGAHANNYA
NAMA MASAKAN : Ati Balado
NO. BAHAN MENTAH /
INGRIDIEN /
BAHAN
TAMBAHAN
BAHAYA
B (M)/K/F
JENIS
BAHAYA
CARA
PENCEGAHAN
1. Hati Ayam M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
2. Ampela Ayam M
K
F
-
Formalin
-
-
Mengganti
pemasok
-
3. Usus Ayam M - -
68. F - -
10. Daun Jeruk M
K
F
-
-
Debu
-
-
Dibersihkan
11. Sereh M
K
F
-
-
-
-
-
-
12. Daun Salam M
K
-
-
-
-
69. F Debu Dibersihkan
13. Garam M
K
F
-
-
-
-
-
-
14. Gula M
K
F
-
-
-
-
-
-
Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
70. FORMULIR 2. ANALISA RESIKO BAHAYA
No. Nama Masakan Kelompok Bahaya (“”) Kategori Resiko
A B C D E F
1. Ati Balado - - IV
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelahpengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
71. FORMULIR 3. PENERAPAN HACCP
NAMA MAKANAN : Ayam Sambal Ijo
- TIM HACCP :
- Faiqatul Himmah
- Nadia Ayu Saputri
- Nadya Thifal Harsono
- Siti Sarah Annisa
CCP Bahaya Cara
Pengendali
an
Parameter
CCP
Batas
Kritis
Nilai
Targe
t
Pemantauan Tindakan
Koreksi
Penggoren
gan
Bakteri
pathoge
n pada
masakan
Menumis
dengan
suhu dan
waktu yang
benar.
Suhu dan
Staphyloco
ccus sp.
Suhu
100°C
0 Mengatur suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
Memperhatikan
dan mengecek
kembali suhu
pada saat
memasak yaitu
100°C
72. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, skor keamanan pangan dari ati balado, ayam
sambal ijo dan dan tempe orek tergolong kedalam kategori rawan tetapi aman
dikonsumsi. Walaupun ada beberapa kriteria yang tidak terpenuhi, seperti kriteria
dapur memasak lantai terasa lengket, penjamah tidak memakai alas kaki, tempat
sampah tidak terdapat tutup dan lain-lain. Dari standar kemanan pangan tersebut
tidak ada nilai tolerir karena jenis makanan berupa vurnurable. Hal ini berarti
makanan tersebut masih aman dikonsumsi oleh karyawan PT. Asian Isuzu Casting
Center.
5.2 Saran