4. awal tahun 1990 behavioral safety telah begitu pesat menjadi
senjata dalam memerangi kecelakaan kerja. Behavior-based
safety telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan
untuk mengurangi rasio kecelakaan kerja. Dari riset yang
dilakukan oleh banyak ahli behavior di banyak negara
memperlihatkan bahwa penerapan teknik-teknik behavioral
safety dapat mengurangi kecelakaan antara 40 -75% dalam
waktu dua sampai enam belas bulan
Awal mula Behavior Based Safety
5. Apa itu Behavior Based Safety
Behavior-based safety adalah suatu aplikasi sistematis dari riset psikologi
terhadap perilaku manusia (human behavior) dalam masalah-masalah K3 di
tempat kerja.
Cerminan pendekatan secara proaktif terhadap Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Cerminan Pendekatan secara proaktif untuk menghindari cedera
Fokus Pada Perilaku berisiko yang dapat menyebabkan cedera
Fokus pada Perilaku aman yang berdampak pada pencegahan cedera
BBS merupakan sebuah proses pencegahan cedera
7. Prinsip Prilaku dalam Keselamatan
Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa 65.3% dari kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman
(unsafe behavior). Perilaku ini mempunyai kecenderungan
negatif untuk mengganggu lingkungan kerja secara umum. Oleh
sebab itu kini pelaku K3 menyadari bahwa peningkatan
pengelolaan K3 dapat dicapai dengan lebih memfokus pada
unsafe behavior di tempat kerja.
8. Perilaku
Menurut Geller (2001), perilaku mengacu pada tingkah laku atau tindakan
individu yang dapat diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku
adalah apa yang seseorang katakan atau lakukan yang merupakan hasil dari
pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Perilaku manusia menurut
Dolores dan Johnson (2005 dalam Anggraini, 2011) adalah sekumpulan
perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Skinner, merumuskan
bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus)
dan tanggapan dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori Skinner ini disebut dengan teori “S-O-R” atau
“Stimulus-Organisme-Respons”.
9. Faktor Penentu Perilaku
Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian
• faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat bawaan dan berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar, misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi, jenis kelamin, dan sebagainya
• faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-
fisik, seperti iklim, manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik,
kebudayaan dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.
10. • perilaku berkaitan dengan faktor internal seperti pikiran dan
emosi serta adat atau budaya, karena itulah ada istilah safety
culture.
• salah satu faktor internal yakni pengetahuan sangat
berpengaruh terhadap perilaku manusia, karena itu ada
program safety awareness untuk meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan manusia mengenai keselamatan.
• perilaku berhubungan dengan faktor eksternal dan stimulus,
oleh karena itu program-program yang dapat memberikan
stimulus terhadap perilaku pekerja seperti kampanye,
observasi, bahkan reward dan punishment itu memang harus
diterapkan.
13. Mengapa manusia melakukan unsafe
behavior ?
Manusia cenderung melakukan tindakan tidak aman -unsafe
behaviour - karena mereka belum mengalami kecelakaan pada
waktu mereka melakukan pekerjaan dengan cara tidak aman.
Mereka belum menyadari keadaan tidak aman tersebut.
"Saya selalu melakukannya begitu, tidak apa- apa!"
ini adalah komentar yang umum yang dilontarkan oleh pekerja.
14. Kecelakaan tidak selalu terjadi karena
apa yang kita kerjakan, namun terjadi
akibat dari cara kita mengerjakan
pekerjaan.
17. Budaya Keselamatan dapat dicapai dengan pendekatan konsep
‘PERSON, BEHAVIOR, ENVIRONMENT”
1. Person : merupakan faktor internal personal seperti
pengetahuan, skill sikap, kemampuan, kecerdasan dll.
2. Behavior : merupakan faktor perilaku yang dapat terlihat,
seperti kepatuhan, komunikasi, pelaksanaan laporan dan
menunjukan kepedulian secara aktif.
3. Environment : merupakan faktor lingkungan di luar manusia
yang berpengaruh, seperti mesin, faktor fisika, kimia, biologi,
SOP dan Peraturan
19. 1. Melibatkan Partisipasi Karyawan yang Bersangkutan
BBS mengaplikasikan system bottom-up, hingga individu yang
memiliki pengalaman di bagiannya ikut serta segera dalam
mengidentifikasi tingkah laku kerja tidak aman (unsafe behavior).
Dengan keterlibatan pekerja secara detail dan ada prinsip,
kepedulian semua pekerja pada program keselamatan maka
sistem perbaikan akan jalan dengan baik.
20. 2. Memusatkan Perhatian pada unsafe behavior yang spesifik
Untuk mengidentifikasi aspek di lingkungan kerja yang
menyebabkan terjadinya tingkah laku tidak selamat beberapa
praktisi memakai teknik behavioral analisa terapan dan berikan
hadiah (reward) tertentu pada individu yang mengidentifikasi
tingkah laku tidak selamat.
21. 3. Didasarkan pada Data Hasil Observasi
Observer memantau tingkah laku selamat pada grup mereka
kurun waktu tertentu. Semakin banyak observasi semakin
reliabel data itu, dan safe behavior akan bertambah.
22. 4. Sistem Pembuatan Ketentuan Berdasar pada Data
Hasil observasi atas tingkah laku kerja dirangkum dalam data
persentase jumlah safe behavior. Berdasar pada data itu dapat
dilihat letak kendala yang dihadapi. Data ini jadi umpan balik
yang dapat jadi reinforcement positif untuk karyawan yang sudah
berperilaku kerja aman, diluar itu dapat pula jadi basic untuk
mengoreksi unsafe behavior yang susah di hilangkan.
23. 5. Melibatkan Intervensi Dengan cara Sistematis dan
Observational
Kekhasan system Behavior Based Safety yaitu ada jadwal intervensi
yang terencana. Diawali dengan briefing pada semua departemen
atau lingkungan kerja yang dilibatkan, karyawan disuruh untuk jadi
relawan yang bertugas sebagai observer yang tergabung dalam
sebuah project team. Observer di training agar dapat menggerakkan
pekerjaan mereka. lalu mengidentifikasi unsafe behavior yang
ditempatkan dalam check daftar. Daftar ini diperlihatkan pada
beberapa pekerja untuk memperoleh kesepakatan. Setelah di setujui,
observer melakukan observasi pada periode waktu tertentu (+ 4
minggu), untuk memastikan baseline. Kemudian barulah program
intervensi dilakukan dengan memastikan goal setting yang dilakukan
oleh karyawan sendiri. Observer selalu melakukan observasi. Data
hasil observasi lalu dianalisis untuk memperoleh feedback untuk
beberapa karyawan. Team project juga bertugas memantau data
dengan cara berkala, hingga perbaikan dan koreksi pada program
dapat selalu dilakukan.
24. 6. Mengutamakan pada Umpan Balik pada Tingkah laku
Kerja
Dalam program Behavior Based Safety, umpan balik dapat
berupa umpan balik verbal yang segera diberikan pada karyawan
pada saat observasi, umpan balik berbentuk data (grafik) yang
diletakkan dalam beberapa tempat yang strategis dalam
lingkungan kerja, dan umpan balik berbentuk briefing dalam
periode tertentu di mana data hasil observasi di analis untuk
memperoleh umpan balik yang mendetail tantang tingkah laku
yang khusus.
25. 7. Memerlukan Support dari Manager
Prinsip manajemen pada sistem behavior based safety biasanya
diperlihatkan dengan berikan keleluasaan pada observer dalam
menggerakkan tugasnya, memberi penghargaan yang
melakukan tingkah laku selamat, sediakan fasilitas dan
pertolongan untuk aksi yang perlu selekasnya dilakukan,
menolong membuat dan menggerakkan umpan balik, dan
tingkatkan gagasan untuk melakukan tindakan selamat dalam
setiap peluang. Support dari manajemen sangat penting karena
kegagalan dalam aplikasi BBS biasanya dikarenakan oleh
kurangnya support dan prinsip dari manajemen.
28. Tujuan Implementasi BBS
• Menciptakan lingkungan kerja dengan kondisi perilaku
pekerja zero harm yang akan mendukung zero accident di
lingkungan kerja.
• Mengurangi terjadinya at Risk-Behavior.
• Merubah kebiasaan dan mindset pekerja untuk senantiasa
bekerja dengan aman dan selamat.
29. Manfaat Implementasi BBS
1. Penurunan angka laporan kejadian kecelakaan kerja.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan
menciptakan safety culture (Budaya K3) yang kuat dan
mengakar dengan baik di lingkungan kerja.
3. Mengurangi angka accident rate dan kerugian akibat
kecelakaan kerja.
4. Investasi jangka panjang (bertahan dalam jangka waktu yang
lama)
5. Upaya proaktif meminimalkan potensi kecelakaan yang
disebabkan human factor.
31. Dalam implementasi BBS diperlukan komitmen yang tinggi dari
pucuk pimpinan maupun seluruh karyawan yang terlibat.
Sumber Daya Manusia yang perlu dipersiapkan dalam
implementasi BBS antara lain :
1. Steering Committee atau Tim yang membahas temuan,
mengagendakan pelatihan dan mengusulkan perbaikan.
2. Observer yang sudah di training teknik melaksanakan
observasi perilaku di lapangan.
3. Tim Pembahas Permasalahan yang terdiri dari manajemen
atau pengambil keputusan.
34. Perilaku manusia merupakan suatu proses sekaligus interaksi
antara antecedents, behavior dan consequences. Perilaku dapat
terbangun dan berubah karena tiga pilar tersebut.
• Antecedents adalah peristiwa yang mendahului perilaku,
• Behavior adalah tingkah laku/perilaku yang terlihat, dapat
diamati atau di observasi, dan
• consequences adalah peristiwa yang mengikuti perilaku
(muncul setelah ada perilaku)
35. gambaran sederhana langkah-langkah observasi Behavior
Based Safety di Perusahaan
1. Persiapkan Checklist formulir yang sudah berisikan item-item
perilaku kritis (Critical Behavior Inventory) dari hasil
identifikasi perilaku tidak aman di tempat kerja.
2. Persiapan pengamatan dengan meninjau item-item pada
checklist yang tersedia
3. Memulai pengamatan dengan menginformasikan
pelaksanaan observasi dan menjelaskan proses observasi.
4. Selama pengamatan, fokus pada pekerja yang diobservasi
dan checklist serta catat pada formulir yang tersedia.
5. Setelah pengamatan selesai, berikan umpan balik kepada
pekerja yang diobservasi mengenai perilaku aman dan
berisiko
38. Beberapa Penyebab komunikasi tidak
berjalan efektif
1. Kurangnya informasi atau Pengetahuan
2. Tujuan dan prioritas tidak disampaikan secara jelas
3. Tidak mendengarkan
4. Enggan bertanya sesuatu yang kurang jelas
5. Pola pikir yang tertutup, enggan mengemukakan ide
6. Terburu-buru dalam menyimpulkan
7. Tidak memahami kebutuhan orang lain
8. Tidak bersabar dan membiarkan diskusi menjadi panas
9. Terburu-buru
10. Tidak mencoba pilihan lain
11. buruknya alur komunikasi
39. gaya komunikasi empati dalam BBS
Gaya komunikasi Empati dicirikan oleh perilaku verbal yang
penuh pemahaman, dan perhatian
Dalam gaya komunikasi ini, menganggap bahwa opini personal
dan opini dari orang lain penting, proses dalam mencapai
keputusan dianggap penting, mendapatkan masukan dari orang
lain akan meningkatkan moral dan menjadikan keputusan yang
diambil lebih baik, sehingga dapat menimbulkan dampak positif.
40. Langkah sederhana dalam komunikasi
empati
1. Gunakan pilihan bukan permintaan
2. Cenderung bersikap proaktif, asertif, dan berorientasi pada
tindakan.
3. Cenderung realistis dalam harapan.
4. Berkomunikasi secara langsung dan jujur. (Mis., "Saya
sangat menghargai cara Anda memberi contoh yang baik
untuk keamanan di wilayah kami.")
5. Bekerja untuk mencapai tujuan tanpa mengorbankan orang
lain
42. Jangan menganggap remah keselamatan
Mulai dengan diri sendiri
Lakukan pekerjaan dengan lebih aman (lebih serius/ Perlahan
/ etc),
Lakukan pekerjaan lebih teratur
Perbaiki hubungan dengan rekan kerja yang sulit
berkomunikasi dengan lebih tenang dan ramah
43. Semua perilaku manusia itu dinamis. Di setiap organisasi
Orang berperilaku dengan cara yang dipengaruhi oleh sikap,
pikiran, Ruminansia (memikirkan pikiran) dan konteksnya (atau
Budaya) di mana mereka berada.
44. Kemungkinan untuk berhadapan dengan risiko berbeda pada
setiap jenjang usia, pekerja senior dan pria dalam beberapa
konteks mungkin akan lebih berprilaku tidak aman dibandingkan
dengan pekerja berusia muda dan wanita.
Perbaiki perilaku tersebut, masukan dalam penilaian.
45. Setiap orang akan menunjukan reaksi berbeda pada sebuah
keputusan yang disampaikan dengan cara yang berbeda.
Pengaruhi mereka untuk tidak melakukan perilaku tidak aman,
dengan memberikan contoh
46. Setiap orang memiliki kebiasaan dan cara berbeda dalam
melakukan pekerjaan atau kehidupan pribadinya yang
menempatkan mereka dalam zona nyaman.
Bantu karyawan dalam memahami mengapa mereka harus
melakukan perubahan dalam kebiasaan dan cara mereka
bekerja tidak aman,
47. Ilmu psikologi menunjukan bahwa setiap orang dipengaruhi oleh
hubungan sosial, apa yang orang lain lakukan, katakan, dan
pikirkan.
Meskipun mereka terlihat hanya bekerja, mereka mendengarkan,
melihat dan secara tidak langsung terikat oleh kehidupan sosial
di dalam pekerjaan
Pahami bagaimana kehidupan sosial di pekerjaan, untuk
mempermudah perubahan yang diinginkan
48. Berikan penghargaan untuk setiap perubahan baru, meskipun
hanya sedikit. Sehingga akan perubahan perilaku tersebut akan
diulang oleh karyawan yang mendapat penghargaan, sehingga
menjadi model baru yang akan diikuti oleh karyawan lainnya.
50. Ciptakan suasana dimana karyawan merasa mereka perlu
berubah, mampu berubah dan merasakan dampak positif dari
perubahan yang mereka lakukan
51. Perubahan adalah hal yang sulit dan kita tidak pernah siap untuk
itu. Berikan contoh pada karyawan dan beri semangat pada
karyawan untuk turut berubah serta jadikan mereka sebagai
pelopor perubahan
Faktor perilaku memang penting bahkan sangat amat penting. Namun bukan berarti kita tidak perlu fokus ke desain tempat kerja dan teknologi atau aspek engineering untuk safety saat bekerja. Bisa jadi kita justru harus fokus di aspek teknologi atau engineering ini, mengapa? Karena teknologi sedikit banyak dapat “menutupi” faktor perilaku manusia dan perlu diingat bahwa terdapat banyak sekali kesalahan yang diakibatkan perilaku manusia dalam sistem termasuk sistem kerja. Penerapan teknologi yang melibatkan perilaku manusia (human behavior) termasuk juga human factors harus diterapkan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh faktor perilaku. Karena seperti yang telah disebutkan di atas, perilaku selain ditentukan dari faktor eksternal juga ditentukan dari faktor internal yang sudah melekat pada diri manusia tersebut. Faktor-faktor internal biasanya berupa karakteristik atau kapasitas seperti kognisi, kecerdasan, persepsi, jenis kelamin yang dapat menimbulkan perilaku manusia yang tidak diinginkan ketika desain lingkungan kerja melebihi kapasitas manusia tersebut. Sebagai contoh peningkatan desain dan teknologi pada pesawat luar angkasa dan pada kendaraan telah banyak sekali mengurangi insiden yang disebabkan oleh human error salah satunya adalah karena teknologi dapat menjadi barrier dan dapat menggantikan beberapa peran dan pekerjaan manusia yang dirasa berpotensi melebihi kapasitas manusia seperti pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi atau pekerjaan yang berulang-ulang atau pekerjaan yang sangat dekat dengan sumber bahaya kerja dan sebagainya. Dengan desain ini kesalahan akibat perilaku manusia dapat dicegah atau dibatasi efeknya. Desain yang kita maksudkan disini tentunya harus mengacu pada hierarki kontrol yakni eliminasi, substitusi, engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri.
Hal ini bisa benar, tapi bisa salah, namun potensi terjadinya kecelakaan tidak jauh seperti diilustrasikan oleh banyak teori segitiga kecelakaan. Misalnya, Teori segitiga Heinrich mengatakan setiap 330 tindakan tidak aman, dapat terjadi 29 kecelakaan minor dan 1 kecelakaan serius (kecelakaan hilang hari kerja), atau teori segitiga kecelakaan lainnya. Prinsip yang diilustrasikan disini adalah bahwa konsekuensi dari tindakan tidak aman hampir selalu mengandung unsafe behaviour, hanya karena perilaku tersebut terulang
Keselamatan diciptakan oleh 3 rangkaian yang saling berkaitan, yaitu:
Lingkungan
Manusia
Perilaku
Akhirnya, komunikator Empiris sama-sama pandai menerima umpan balik korektif untuk keamanan. Ketika orang lain memberi mereka umpan balik tentang perilaku berisiko, komunikator Empiris tetap terbuka dan menerima, menghindari bersikap defensif, menerima umpan balik tanpa dendam atau balas dendam, dan sering kali berterima kasih kepada orang tersebut untuk memberikan umpan balik.
Tanpa rasa bebas bertanya maka pertanyaan tersebut akan menjadi rumor