Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Sumber daya manusia merupakan aset penting bagi organisasi untuk meraih keunggulan bersaing, oleh karena itu perlu dilatih dan dikembangkan melalui program pelatihan dan pengembangan yang efektif dan terkait dengan strategi organisasi. Tujuan pelatihan antara lain
1. PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA
DALAM ORGANISASI
PENDAHULUAN
Semua organisasi saat ini dihadapkan pada era globalisasi dan persaingan yang semakin
ketat. Globalisasi akan terus berlanjut seiring dengan dinamika perubahan lingkungan. Dalam
ekonomi global, barang, manusia, kemampuan/skill, dan ide bergerak bebas melintas batas
suatu negara. Untuk menyusun strategi dalam persaingan, organisasi perlu memperhatikan
lingkungan internal dan eksternal yang akan berpengaruh dalam menetukan strateginya. Dalam
lingkungan internal, sumberdaya dan kemampuan unik organisasi atau perusahaan merupakan
sarana utama dalam meraih keunggulan persaingan. Salah satu sumberdaya yang dimiliki
organisasi adalah sumberdaya manusia, yang perlu dilatih dan dikembangkan melalui pelatihan
dan pengembangan (Michael A. Hitt et.al., 1997).
Sumberdaya manusia sebagai asset terpenting, memiliki peran strategis dalam
menghadapi persaingan. Kualitas dan kompetensi anggota organisasi dapat dijadikan sebagai
alat untuk meraih keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan membawa kesuksesan
organisasi. Melalui pelatihan (training) dan pengembangan (development) secara efektif
keunggulan kompetitif ini dapat diraih. Dalam lingkungan persaingan yang semakin ketat,
program pelatihan dan pengembangan tidak lagi sebagai suatu pilihan, tetapi sudah merupakan
suatu kebutuhan.
Pelatihan dan pengembangan perlu dikaitkan dengan strategi organisasi dalam
menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Perubahan strategi akan berdampak pada
program pelatihan dan pengembangan. Dalam kenyataannya seringkali program ini masih
terpisah dengan strategis organisasi karena line manager belum disiapkan. Bahkan ada
beberapa organisasi yang menganggap biaya program ini sebagai cost, bukan sebagai
investasi. Meskipun program pelatihan dan pengembangan membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, tetapi lebih banyak manfaat yang dapat dipetik oleh organisasi.
Ada dua pandangan mengenai program pelatihan dan pengembangan ini, yaitu :
1. Value oriented statements, bahwa nilai-nilai yang kita pegang menjadi pedoman dalam
perilaku, sehingga menjadi tanggungjawab moral manager untuk mengembangkan
bawahannya.
2. Role oriented statements, yaitu adanya peraturan formal yang mewajibkan setiap
karyawan harus mengikuti pelatihan dan pengembangan. Sementara banyak eksekutif
puncak yang menganggap bahwa anggota organisasi merupakan sumber utama dalam
meraih keunggulan bersaing, sehingga peran pelatihan dan pengembangan menjadi
penting dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan pelatihan dan pengembangan,
organisasi akan lebih cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis dan lebih
mampu bersaing.
2. PELATIHAN (TRAINING)
Sebelum kegiatan pelatihan dan pengembangan dilakukan, biasanya diawali dengan
sosialisasi (socialization) atau orientasi. Sosialisasi adalah merupakan proses yang mengacu
pada pengajaran budaya organisasi dan filsafat bagaimana melakukan usaha, termasuk
bagaimana memahami dan menerima nilai-nilai, norma, dan keyakinan yang dianut oleh
anggota organisasi. Orientasi juga merupakan pelatihan yang ditujukan bagi karyawan baru
terhadap pekerjaan mereka, rekan sekerja dan lingkungan organisasi. Orientasi membantu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh karyawan baru ketika pertama kali
bergabung dengan organisasi. Karyawan membutuhkan informasi dasar tentang organisasi,
seperti informasi mengenai kompensasi, jam kerja, dan dengan siapa dia harus bekerjasama.
Orientasi juga membantu karyawan mempelajari sikap, standar, nilai-nilai, dan perilaku yang
diharapkan oleh organisasi atau pimpinannya (Dessler, 1997).
Tujuan orientasi ini adalah untuk membantu para karyawan agar belajar mengenai
organisasi secepat mungkin, sehingga dapat segera memberikan kontribusi pada organisasi.
Orientasi akan mengurangi perasaan asing bagi karyawan baru, mengurangi rasa cemas,
kuatir, membantu karyawan lebih cepat beradaptasi dengan organisasi, karyawan merasa lebih
aman, dan karyawan merasa lebih diperhatikan (handoko, 1995). Bagi organisasi orientasi
memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi
tingkat turn over, dan pengenalan organisasi (Mathis & Jackson, 2002).
Pelatihan (training) merupakan proses sistematis yang bertujuan untuk mengubah perilaku
karyawan agar sesuai dengan tujuan organisasi. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan
dimana karyawan dapat mempelajari tentang sikap, kemampuan, skills, pengetahuan, dan
perilaku tertentu yang berkaitan dengan suatu pekerjaan. Menurut Simamora (1997), pelatihan
lebih fokus pada peningkatan keterampilan yang dibutuhkan saat ini atau yang akan segera
muncul.
Menurut Mathis & Jackson (2002), pelatihan adalah proses dimana individu-individu atau
karyawan mencapai kemampuan tertentu guna membantu pencapaian tujuan organisasi.
Pelatihan menyediakan para karyawan pengetahuan yang spesifik, dapat diketahui dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang saat ini mereka hadapi.
Pelatihan menyiapkan karyawan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan-pekerjaan
sekarang. Jadi pelatihan adalah proses peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan
agar dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan yang saat ini mereka hadapi.
Secara garis besarnya, pelatihan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pelatihan
internal (OJT/On the Job Training) dan pelatihan eksternal.