1. GUNUNG API DI SUMATERA
Fitria Rahmadhani
1204107010016
Teknik Geofisika
2. Gunung Api adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi,
termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang
terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung
berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava.
3. Gunung api Tipe A (Aktif ) : tercatat pernah
mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu
kali sesudah tahun 1600.
Gunung api Tipe B (Pasif/Tidur) : sesudah tahun
1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi
magmatik namun masih memperlihatkan gejala
kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
Gunung api Tipe C (Tidak Aktif/Mati) : sejarah
erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia,
namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa
lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada
tingkah lemah.
5. Nama Kawah : A, B, C, D, E
Lokasi
a.Geografi : 4o38’47″ – 4o88’32″ LU dan 96o44’42″ –
96o55’03″ BT
b. Administrasi : Kabupaten Aceh Tengah, Aceh
Ketinggian : 2624 m dml 1375 – 1725 m diatas Lembah
Tritit ‘Baleq’
Kota Terdekat : Takengong
Tipe Gunungapi : Strato
Klasifikasi : Tipe A
6. Berdasarkan data yang ada, G. Bur Ni Telong pernah
meningkat kegiatannya atau meletus pada :
1837 Akhir September terjadi beberapa letusan dan
gempa bumi yang menyebabkan banyak kerusakan
(Wichmann, 1904). Neuman van Padang (1951)
menganggap sebagai letusan normal kawah pusat.
1839 Wichmann (1904), letusan terjadi tanggal 12 –13
Januari dengan abu letusan mencapai P. We
7. 1856 14 April , letusan dari kawah pusat (Neuman van
Padang , 1951) material yang dimuntahkannya berupa
abu dan batu.
1919 Neuman van Padang (1951) menulis bahwa di
bulan Desember terjadi letusan normal dari kawah
pusat.
1924 7 Desember, Nampak 5 buah tiang asap tanpa
diikuti syatu letusan (Neuman van Padang ,1951)
9. Nama Kawah : Kawah Heutsz, Tanah Simpago
Lokasi
a. Geografi : 5o25,5′ LU dan 95o36′ BT
b.Administrasi : Kecamatan Seulimeum, Kabupaten
Aceh Besar, Propinsi Aceh
Ketinggian : 1726 m dml
Kota Terdekat : Banda Aceh, Sigli
TipeGunungapi : Strato
Klasifikasi : Tipe A
10. Selama abad ke 19 dan 20, G. Seulawah Agam tidak
menunjukan kegiatan letusan yang berarti, beberapa
kegiatan vulkanik yang tercatat adalah sbb :
1600 Pada tahun ini mungkin terjadi letusan parasit
(Sapper, 1927)
1839 Tanggal 12 dan 13 Januari terjadi letusan freatik
di Kawah Heutsz (Volz,1912)
1975 Tanggal 16 dan 21 Agustus terdengar suara
gemuruh dan asap keluar Dari G. Seulawah
Agam.
12. Gunung Puet Sague adalah sebuah gunung
berapi yang terletak di wilayah Kecamatan
Meureudu, Kabupaten Sigli wilayah Pidie
Propinsi Aceh. Gunung ini menjulang tinggi
majemuk dengan empat buah puncak. Gunung
ini memiliki ketinggian 2780 mdpl dengan
posisi geografis berada pada 4°55,5 LU dan
96°20 BT. Dengan klasifikasi tipe A.
13. 1919 25 September, tampak asap putih mengepul dari
salah satu puncak sebelah barat G. Peut Sague.
1920 Maret, dari kejauhan tampak tiang asap
membumbung tinggi disertai sinar api, berasal dari kawah
bagian barat dan timur.
Mei, Patroli tentara Belanda melihat gumpalan asap yang
disertai suara gemuruh dan semburan bara api.
Desember, Dari kejauhan tampak pada bagian kawah
sebelah barat dan baratlaut adanya guguran lava disertai
hembusan asap, kadangkala terdengar suara ledakan.
14. 1979 10 Pebruari, Pemerintah Daerah Tk II melaporkan
bahwa G. Peut Sague mengeluarkan api dan suara
gemuruh (Kompas Minggu, Maret 1979).
1998 Awal tahun, laporan dari pilot pesawat Garuda yang
melalui jalur Banda Aceh – Medan menyatakan bahwa
telah terjadi letusan di G. Peut Sague dengan ketinggian
asap mencapai ± 3 km, dengan warna asap hitam keabuan.
16. Gunung Leuser dengan ketinggian 3.404 m adalah
gunung tertinggi di Aceh, Indonesia. Gunung Leuser
terletak di sebelah tenggara Aceh, dekat perbatasan
dengan Sumatera Utara. Gunung Leuser terletak di
dalam Taman Nasional Gunung Leuser yang
mengambil nama gunung ini sebagai namanya.
Sedangkan Taman Nasional Gunung Leuser dan area
disekitarnya dikenal dengan nama Kawasan Ekosistem
Leuser yang menjadi Situs Warisan Dunia
UNESCO. Gunung Leuser termasuk ke dalam
klasifikasi tipe C.
18. Gunung berapi Jaboi adalah gunung berapi yang terdapat di pulau
Weh, Pulau ini adalah pulau yang terbentang sepanjang 15 kilometer
(10 mil) yang terletak ujung paling utara dari Sumatra dan merupakan
pulau terbarat Indonesia. Pulau kecil ini memiliki banyak
pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah gunung
berapi femoralis yaitu gunung jaboi tersebut dengan tinggi 617 meter
(2024 kaki).
Dalam sejarah geologi Aceh, pulau Weh, dulunya tersambung dengan
daratan Aceh, kemudian terpisah karena adanya letusan gunung berapi
pada zaman pleistosen. Gunung Jaboi dinyatakan aktif tetapi tidak
dalam status waspada atau berbahaya, jadi gunung api dinyatakan
dalam klasifikasi tipe C. Di kawasan gunung api Jaboi ini juga terdapat
sumber air panas dan belerang yang menjadi ciri khas dari gunung api
aktif. Selain di daratan Pulau Weh, rangkaian gunung api Jaboi juga
bisa dilihat di dalam laut disekitar perairan Sabang.
20. Gunung Geureudong adalah gunung berapi
berjenis Stratovolcano di bagian utara Sumatera, Indonesia
tepatnya di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Gunung Geureudong atau sering
disebut Burni Geureudong letaknya berdekatan dengan
gunung api lainya yaitu gunung berapi burni Telong yang
ada dibagian selatan gunung ini. Kedua gunung ini bisa
dikatakan merupakan satu kompleks. Gunung Gereudong
sudah pernah meletus dan kini dalam kondisi pasif (Tipe
B). Dua Kerucut vulkanik yang ada di gunung Geureudong
merupakan bukit sedimen yang telah terbentuk sejak
lama. Gunung Geureudong telah mengalami longsor sejak
masa Pleistosen, tapi memiliki Fumarol dan Mata air
panas di bagian lereng gunung ini.
22. Nama Kawah : I, II, III, IV, V, VI, VII
Lokasi
a. Geografi : 04°02" LS, dan 103°008" BT
b. Administrasi : Kecamatan Pagaralam, Jerai, Muaropinang
dan Tanjungsakti, Kabupaten Lahat,
Propinsi Sumatera Selatan
Ketinggian : 3.04 m dpl, G. Merapi 3.137 m dpl
Kota Terdeka : Pagaralam
Tipe Gunungapi : Strato
Klasifikasi : Tipe A
23. Letusan G.Dempo yang tercatat dalam sejarah menurut
Neumann Van Padang (1951) dan Stehn (1934 dan 1940)
1818 Tidak ada keterangan tanggal terjadinya. Mengakibatkan
sebagian hutan rusak, puncaknya menjadi gundul dan kering,
pohon-pohon kayu sebagian terbakar dan roboh.
1839 Tidak ada keterangan tanggal terjadinya. Dari kawah
tampak nyala sinar api. Kegiatan ini disertai suara
gemuruh. Cabang kayu besar dibagian puncak patah-patah dan
terbakar.
1853 Letusan terjadi pada 1 Januari. Keterangan lebih lanjut tidak
diketahui.
1879 Pada 18 Mei di daerah Pasumah terdengar suara letusan
selama lk 10 detik. Kemudian seketika terlihat sebuah tiang asap
berwarna hitam.
24. 1880 Kejadian terjadi dalam Mei.
1881 Pada 16 Pebruari telah terjadi getaran tanah yang
ringan, terdengar suara gemuruh. Dalam Desember
tampak tiang asap membumbung dari kawah.
1884 Dentuman seperti suara tembakan meriam terdengar
dalam Juni dari arah G. Dempo. Dalam bulan Juli berulang-ulang
awan asap membumbung dari kawah.
1895 Pada 2 Juli mengepul sebuah tiang asap, sedikit hujan
abu jatuh di sekitarnya. Pada 30 September terjadi dua kali
letusan abu dan Lumpur, dentuman terdengar satu kali.
1900 Pada 4 Juni terdengar dentuman seperti tembakan
meriam dari arah G.dempo, kemudian membumbung
tiang asap tinggi. Kegiatan ini terjadi lagi pada 26 dan 27
Oktober.
25. 1905 Tidak ada keterangan waktu terjadi letusan. Tiap 20 menit
terjadi bualan air danau kawah, semburan air berbentuk kerucut
mencapai ketinggian lk 12 m.
1908 Pada 16 dan 17 Pebruari terjadi letusan air abu dan lumpur.
Air sungai Betung tidak lama sesudahnya menjadi sepet.
1921 Dalam April, Japing mengunjungi kawah Dempo.
Permukaan air danau naik berangsur-angsur seluruhnya ke
atas. Kemudian timbul sebuah gumpalanuap tinggi menembus
air. Setelah itu permukaan air danau turun kembali sampai
permukaan asalnya. Menurut Stehn (1934, p.23), hal ini sama
dengan kegiatan gunungapi bawah laut G.Krakatau dalam 1927-
1930. Karena tembakan langsung dari tiang uap, sejumlah air
naik tinggi.
1922 Pada 19 dan 20 Mei letusan kecil terjadi lk ½ - 1 menit
lamanya. Awan uap besar membual.
26. 1926 Pada 22 April G. Dempo, memperlihatkan kegiatannya.
Pada 23 April terdengar suara gaduh (suara air jatuh). Dalam
letusan ini mungkin sebagaian air danau kawah
terlemparkan. Pada 24 April Pasirah Bumiagung mengunjungi
kawah G.Dempo, dilihatnya bahwa dari dalam kawah membual
uap dan tiap lima menit terdengar suara gaduh air mendidih,
banyak batu dilemparkan.
1934 Pada 24 Januari siang hari di Perkebunan the Gunung
Dempo terjadi hujan abu, menyebabkan daun enteh. Tampak
seperti kena tetesan air kapur kemudian mengering. Pada 20 dan
21 Pebruari terjadi lagi hujan abu. Hujan abu yang terjadi
dimalam hari 24-25 April menyebabkan kerusakan pada daun
teh
1936 Dimalam hari 26-27 Nopember terjadi hujan abu
berlumpur di kebun the sebelah barat laut. Hujan belerang
selama lebih dari ½ jam dan didahului suara gemuruh 3 kali.
27. 1939 Letusan abu terjadi malam hari 18-19 Juli. Abu jatuh
disebelah utara perkebunan the G.Dempo. Tebal lapisan abu ½ -
2 mm, daun teh bertotol-totol karenanya. Di siang harinya
nampak beberapa kali awan asap keluar dari kawah. Pada 21 Juli
diperkebunan terjadi hujan lumpur tipis.Pada 25 Juli letusannya
agak kuat yaitu dari pukul 08.25 sampai pukul 08.40, sebuah
gumpalan hitam terlihat kemudian jatuh, hujan Lumpur
mencapai kebun teh. Pada 27 Juli Krol mengunjungi kawahnya,
dilihatnya bekas lemparan air danau kawah lewat pinggir
sebelah baratdaya, barat dan utara. Lumpur berwarna putih
melintas batu lava hitam di lereng luar kawah. Jadi air danau
dilemparkan dan masuk kedalam jurang A. Bayau Kegiatan
terakhir tahun ini terjadi pada 19 Desember lk pukul 10,
menimbulkan hujan abu tipis di Perkebunan Teh G.Dempo
sebelah utara.
28. 1940 Pada 30 Januari pukul 09.30 terdengar suara terus menerus dari G.Dempo dan kelihatan cahaya
kilat diatasnya. Pukul 10.15 turun hujan abu. Banjir Lumpur terjadi didalam jalur antara A.
Lintangkanan dan Lintangkiri. Marga Babatan, Muaradanau, dan Muarapinang yang dilalui A Bayau
sampai beberapa ratus meter kiri-kanannya ditutupi Lumpur mengandung belerang, juga batu dan
pohon kayu yang dihanyutkan dari atas. Dibeberapa tempat, Lumpur yang tebalnya 50 cm,
menimbun sawah, ladang dan kebun kopi. 7 Pebruari petang hari terdengar gemuruh dua kali. 8
Pebruari pukul 07.30 tampak lagi gumpalan asap membumbung. Dimalam harinya turun hujan abu,
juga terasa gempa ringan. 12 Pebruari sering terjadi gumpalan asap, tekanannya lemah. 4 Pebruari
Stehn, melakukan pemeriksaan puncak. Makin tinggi mendaki, lapisan abu makin tebal, juga
tumbuhan yang rusak makin banyak, cabang pohon kayu banyak yang patah. Kulit kayu dari jenis
‘Viccinium”terkelupas. Kayu yang terbakar sampai jadi arang tidak terdapat. Lapisan lumpur pada
umumnya tebalnya 15-25 cm. Didalam kubang lapisan Lumpur lebih tebal lagi. Pad pukul 09.50 di
danau kawah terjadi letusan lumpur, mencapai ketinggian lk 60 m. Setelah itu keluar awan uap tebal
yang perlahan-lahan membumbung tinggi. Letusan tersebut terjadi berulang-ulang dari pukul 09.50
sampai pukul 12.28. Sebelum terlihat letusan, terlebih dahulu terdengar suara gaduh. Gelombang
letusan terjadi di danau dan memukul tepinya, lamanya beberapa ,menit, kemudian permukaan
danau tenang kembali. Batu yang terlempar tidak terlihat. Selanjutnya menurut Stehn (1940,p13),
letusan ini sama halnya dengan letusan kecil Anak Karkatau atau sama dengan letusan Kawah Ijen
dalam Nopember 1936. Pada beberapa hari berikutnya dari tempat sekitar Dempo sering tampak
awan letusan lagi. Jatuhnya abu atau Lumpur tampak sebagi tabir kelabu. Kegiatan berakhir pada 21
Pebruari.
1974 Hujan belereng dari Kawah G.Dempo, Harian Gala 1974, p.2 (Bandung).
29. Lokasi
a. Geografi : 1°41,5'LS -101°16' BT
b. Administrasi : Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi,
dan Kabupaten Solok,
Propinsi Sumbar.
Ketinggian : 3805 m dpl
Kota Terdekat : Sungai Penuh, dan Solok
Tipe Gunungapi :Strato
Klasifikasi : Tipe A
30. 1838 terjadi letusan di kawah pusat
1842 terjadi letusan di kawah pusat
1874 terjadi letusan di kawah pusat
1878 tanggal 11 Desember terjadi letusan preatik di kawah pusat
1887 mungkin terjadi letusan preatik di kawah pusat
1908 mungkin terjadi letusan preatik di kawah pusat
1921 bulan Mei dan Juni terjadi letusan di kawah pusat
1936 tanggal April, 30 Agustus terjadi letusan di kawah pusat
1937 tanggal 8 September terjadi letusan di kawah pusat
1938 antara 19 Januari dan 18 Maret terjadi letusan preatik di
kawah pusat dan terbentuk kerucut kecil di dasar kawah
31. Menurut Adnawidjaja ( Kusumadinata, 1979, hal . 68 )
sebagai berikut di bawah ini :
1952 bulan Januari dan Juni terjadi letusan abu di kawah
pusat
1960 bulan Juli terjadi letusan abu di kawah pusat
1963 bulan Juli terjadi letusan abu di kawah pusat
1964 bulan Juli terjadi letusan abu di kawah pusat
1967 terjadi letusan abu di kawah pusat
1970 mungkin terjadi letusan abu di kawah pusat
Sampai sekarang terkadang ada letusan abu tipis di sekitar
puncak, seperti terjadi tahun 1999 (juni-juli) dan 2002
(Agustus).
32. Nama Kawah : Kaldera Bancah (A), Kapundan Tuo
(B), Kabun Bungo (C), Kapundan Bongso (D), Kawah
Verbeek atau Kapundan Tenga (D4).
Nama Lapangan Solfatara : Sibangor Julu
Lokasi
a. Geografi : 0o 22’ 47,72” LS, 100o 28’ 16,71” BT
b. Administrasi : Sumatera Barat, Kabupaten Agam dan
Kabupaten Batusangkar
Ketinggian : 2891,3 m dml
Tipe Gunungapi : Strato
Klasifikasi : Tipe A
33. 1807 Sampai 1822 dinyatakan adanya suatu letusan seperti
dalam 1822.
1822 Terjadi kepulan asap hitam kelabu, disusul leleran lava
disertai sinar api merah tua dalam waktu seperempat jam.
Setelah itu terjadi asap dan awan debu selama setengah
hari juga teramatai sinar api terus-menerus sampai
keesokan harinya. Kerusakan yang diakibatkannya kecil
(du Puy, 1845, p.12; Junghuhn, p.139-1240)
1833-1834 Beberapa letusan kecil telah terjadi. Tiang asap
dan abu hitam tampak. Pada waktu malam terlihat bara api
dari kawah.
1845 Terdengar suara bergemuruh di dalam bumi; terlihat
api besar.
34. 1854 Sejak 29 Agustus terjadi letusan abu selama beberapa hari.
1855 Pada 2 Oktober bekerja giat; terasa gempa dan adanya tiang
asap disertai suara gemuruh terus-menerus. Pada sore harinya
terlihat bara api, abu dan banyak batu terlempar.
1856 Dalam bulan Januari kadang-kadang terlihat pancaran api .
1861 Dalam April diberitakan Marapi bertambah kegiatannya.
1863 Pada 23 Mei senja hari terjadi letusan. Kepulan asap jelas
terlihat.
1871 Pada 24 April terjadi hujan abu agak tebal sampai ke
Bukittinggi.
1876 Pada 4 April suatu awan asap besar terlihat. Dalam bulan
Agustus bongkah lava sebesar 10-12 m3 dilemparkan sejauh 280
m. Dalam Agustus sampai Desember teramati letusan lava, abu
dan bom.
35. 1877 Sampai pertengahan tahun ini kegiatannya
bertambah.
1878 Dalam Desember terdengar suara gemuruh selama 10
menit.
1883 Pada 5 Juni dan 27 Agustus terjadi letusan abu. Dalam
Desember terjadi erupsi kecil.
1885 Pada 12 Nopember terlihat tiang asap.
1886 Pada 31 Maret terdengar suara gemuruh lima
kali. Pada 1-2 April terjadi letusan abu, pada 18 April
letusan abu dan pasir. Pada 27 April letusan abu dan terjadi
hujan abu sampai Sumpur dan Simawang. Pada 29 April
terjadi letusan kecil dua kali. Pada 1-3 Mei gempa bumi
dapat dirasakan.
36. 1888 Pada 19-20 Pebruari terjadi letusan abu dan batu pijar
sampai tengah malam. Pada 20 Pebruari pukul 04.00 terdengar 2
kali ledakan, pukul 04.05 terjadi letusan, terdengar suara
ledakan beberapa kali dan gempabumi, beberapa kali terlihat
baraapi. Di Tiku hujan abu selama dua jam. Pada 21 Pebruari
terlihat tiang asap hitam setinggi lk 400 m, selama beberapa
jam. Suara seperti ledakan meriam kadang-kadang sampai 22
Pebruari malam. Pada 25 Pebruari kegiatan berkurang. Suara
gemuruh terdengar sampai 9 Maret.
1916 Pada 5 Mei pukul 14.30 – 14.44 dan 7 Mei pukul 13.14
terdengar suara gemuruh.
1917 Pada 16 dan 18 Juni menurut Justesen terjadi ledakan kecil
dan turun hujan abu. Pada 16 September terjadi letusan besar
dan turun hujan abu sampai Bukittinggi.
37. 1918 Pada 8 Maret terjadi suatu letusan. 10 Maret Justesen melihat
dasar kawah merah darah dan kepulan asap biru disertai bualan batu
kecil sampai beberapa meter. Pada pertengahan Agustus terjadi suatu
ledakan disertai pancaran api.
1919 Pada 28 Pebruari atau 1 Maret terjadi ledakan dan awan abu. Juga
adanya bongkah lava terlempar ke arah baratdaya.
1925 Pada 12-13 April Ziegler melihat suatu sumbat lava hitam pada
dasar kawah.
1927 Pada 5 Pebruari pukul 01.30 terdengar suara letusan pukul 7.20
letusan dengan asap berbentuk kembang kol. Abu sampai di Padang
Panjang. Pada 6 dan 7 Pebruari terjadi letusan kecil di Kepundan
Bungo. Pada 7 Pebruari hujan abu sampai di Padang Panjang. Pada 11
Pebruari pukul 22.00 turun hujan abu di padang Panjang. Pada 11
Pebruari pukul 22.00 turun hujan abu di Padang panjang.
Pada 28 April pukul 17.10 letusan abu, asap sampai setinggi lk. 2000 m.
Dari akhir Mei sampai akhir Juni dicatat beberapa letusan kecil. Pada 3
Agustus terlihat tiang asap setinggi lk. 3 km.
38. 1929 Pada 22 Juni terjadi letusan abu dan lava pijar terlempar.
1930 Pada 9 April terlihat lava pada rekahan di dasar kawah. Dalam Mei
letusan. Pada 19 Juni erupsi juga menurut Neumann van Padang. Pada 2
September terjadi suatu letusan abu dan pasir disusul letusan kedua pukul
11.30.
1932 Menurut Neumann van Padang berdasarkan sebuah potret terjadi
letusan.
1949 Pada 29 April letusan abu diawali dengan suara gempa bumi, setelah
goncangan tersebut muncul awan berbentuk kol kembang. Kepulan asap
terlihat sampai malam. Letusan tersebut berlangsung beberapa hari. Dalam
Oktober kegiatan sama seperti dalam April, terjadi pada kira-kira pertengahan
bulan danberlangsung selama satu minggu.
1951 Pada 22 Maret letusan abu dari Kepundan Bungsu.
1952 Pada 29 Mei suatu bualan asap berbentuk kol kembang setinggi 2000
sampai 3000 m sampai malam hari masih terlihat. Keesokan harinya hujan
abu jatuh di Padang Pajang. Pada 31 Mei-4 Juni terlihat asap tebal bergerak ke
arah tenggara. Pada 6 Juni letusan abu berbentuk kol kembang, pukul 09.45
setinggi 2 m. Pukul 09.52 disusul letusan pada 10.10 pagi itu juga. Hujan abu
yang diakibatkannya berwarna abu-abu tua. Pada 7-14 Juni letusan abu yang
lemah dapat diamati tiap hari. Kadang-kadang terlihat 3 tiang asap dari tiga
tempat yang berlainan yang dapat dibedakan. Kegiatan berlangsung terus dan
berganti-ganti.
39. 1955 Kenaikan kegiatan
1956 Kenaikan kegiatan
1957 Kenaikan kegiatan
1958 Kenaikan kegiatan
1967 Kenaikan kegiatan
1970 Peningkatan Kegiatan
1971 Letusan abu di Kepundan B dan C
1972 Peningkatan kegiatan solfatara di Kawah B dan C dan
Bungsu.
1973 Pada 24 Juli, letusan gas asap dalam Kawah Verbeek
berwarna kehitam-hitaman setinggi 100 m.
40. Nama Kawah : Kawah Sibayak I dan Sibayak II
Lokasi :
Koordinat/ Geografi : 97°30'BT dan 4°15'LS .
Secara administratif G. Sibayak termasuk dalam
wilayah Kab. Karo dan Kaban Jahe, Prop. Sumatera
Utara.
Ketinggian : Puncak lk 2.094 m dpl
Nama kota Brastadi yang berada lk 1500 m diatas
permukaan laut.
Tipe Gunungapi : Strato (berlapis).
Klasifikasi : Tipe C
41. Nama Kawah : Kawah I - IV. Kawah Batu Sigala (III)
Lokasi
a. Administrasi : 3°10’LU dan 982°3.5' BT
b. Posisi Geografi : Termasuk wilayah Kab. Karo
(Kabanjahe), Prop. Sumatera Utara. G. Sinabung terletak
86 km ke arah selatan dari kota Medan yang merupakan
ibukota Propinsi dan kota terbesar yang terdekat.
Ketinggian : 2460 m dpl
Tipe Gunungapi : Strato
Klasifikasi : Tipe A
42. Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi
mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan
terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung
hingga kini.
Pada 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu
vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15
WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), gunung Sinabung mengeluarkan
lava.
Pada tanggal 3 September 2010, terjadi 2 letusan. Letusan pertama
terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi
sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu
vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letuasn kedua terjadi bersamaan
dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di
sekitar gunung ini.[13]
43. Pada tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali
metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini
menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini
terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur
hingga 5.000 meter di udara.
Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18
September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama
terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi
kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2
letusan pada siang dan sore hari.] Letusan ini melepaskan awan
panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan
peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini
sebelumnya. Hujan abu mencapai
kawasan Sibolangit dan Berastagi.
44. Nama Kawah : Kawah Sorik Marapi A dan B,
Danau Merah (C)
Nama Lapangan Solfatara : Sibangor Julu
Lokasi
a. Geografi : 0°41'11.72"LS 99°32'13,09" BT
b. Administrasi : Kecamatan Kotan opan dan
Kecamatan Napal, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara
Ketinggian : 2145 m
Tipe Gunungapi : Strato dengan danau kawah
Klasifikasi : Tipe A
45. 1830 Terjadi letusan yang menghasilkan abu, lumpur dan bom gunungapi.
Endapan abu mencapai jarak sampai 52 km. Diperkirakan sebagai letusan
preatik dari kawah pusat.
1879 Danau Kawah Merah mendidih, terjadi semburan berupa lumpur yang
membumbung ke atas, diperkirakan sebagai letusan preatik di kawah pusat.
1892 21 Mei jam 18:30 terjadi letusan besar, mengakibatkan timbulnya 2 buah
lubang kawah. Di lereng sebelah timur terjadi longsoran. Akibat hujan, terjadi
lahar yang menimbulkan korban 180 orang meninggal di Kp. Sibangor, gempa
17 Mei, menimbulkan longsoran yang berubah menjadi lahar saat hujan,
kemungkinan merupakan letusan preatik pada lereng.
1893 Januari jam 04:00, di daerah sekitar fumarola Sibangor Julu terjadi
letusan. Batu dan lumpur dilemparkan di sekitar tempat tersebut, sebagai
letusan preatik pada lereng.
1917 20 Mei, jam 04:00 terjadi letusan abu selama 3 jam. Dari Danau Merah
membumbung asap tebal, sedangkan sebuah dentuman hebat terdengar
sampai Kotanopan, sebagai letusan preatik pada kawah pusat.
1970 Menurut catatan Dinas Vulkanologi, pada tahun ini terjadi letusan abu.
46. Nama Kawah : A. B dan K
Lokasi
a. Geografi : 0°25'57" LS, 100°19'01,69" BT
b. Administrasi : Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat
Ketinggian : 2438 m dml, 1740 m dari kota
Padang
Kota Terdekat : Padang,
Bukittinggi, Padang Panjang
Tipe Gunungapi : Strato Volcano
Klasifikasi : Tipe A
47. Diketahui telah terjadi dua kali letusan dalam sejarah yaitu letusan
tahun 1889 dan letusan 1914
Letusan 1889
Kegiatan dari kawah B ini terjadi pada 19 Pebruari petang hari. Diatas
puncaknya tampak tiang asap tinggi dan nyala api, terasa getaran
gempa, juga terdengar suara letusan. Hujan abu jatuh di sekitarnya.
Keesokannya harinya di malam hari dan seterusnya pada hari dan
bulan berikutnya kegiatanagak kuat, diselingi beberapa istirahat
pendek dan panjang. Sampai 17 April1889 G. Tandikat masih
mengeluarkan tiang asap, kadang-kadang dengan hujan abu. Kegiatan
tersebut saling bergantian dengan kegiatan G. Marapi yang terletak di
sebelah timurlautnya.
Pada 27 Maret 1889 juga G. Marapi kegiatanya mulai meningkat. Pada
29 Maret 1889 abu yang jatuh di atas jalan kereta api antara Padang
Panjang – Bukittinggi ketebalan sampai 1 cm. Kepulan tiang asap
terlihat lagi pada 3 dan 4 Desember 1889 yang pada pagi hari kelihatan
jelas dari Bukittinggi.
48. Letusan 1914
Pada 31 Mei kira-kira pukul 9 malam terjadi letusan.
Bahan letusan berjatuhan di sekitar puncak.
Menurut Administratur Veen ( Natuurk. Tijdschr.
Nederl. Ind. 1915, p. 188 ) terjadi leleran lava yang
mengalir di bagian puncaknya saja. Menurut
Kemmmerling ( 1921, p.26 ), yang terjadi bukan leleran
lava tetapi lemparan bom gunungapi pijar.