SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
Download to read offline
PEMANFAATAN
TEKNOLOGI INFORMASI & KOMPUTER
UNTUK
PENGEMBANGAN SDM PARIWISATA
PENGEMBANGAN KUALITAS TENAGA KERJA DI SEKTOR PARIWISATA
Eva Handriyantini - eva@stiki.ac.id
Direktur Kerjasama Pemerintah APTIKOM
Malang, 15 Maret 2016
OVERVIEW
*TOURISM OUTLOOK 2016
I Gde Pitana
Deputi Menteri bidang Pemasaran Mancanegara,
Kementerian Pariwisata RI.
2015 International Tourist Arrivals
Source: UNWTO World Tourism Barometer (January 2016)
Europe 51%
Asia and the
Pacific 23%
Americas 16%
Africa 5%
Middle East 5%
277 mn
609 mn
191 mn
53 mn
54 mn
million
82 mn
535 mn
0
100
200
300
400
500
1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030
InternationalTouristArrivals
Trend 1995-2010
Tourism Towards 2030 projection
Actual 1995-2015*
277 mn
355 mn
Asia Tourism Trends & 2030 Forecast
2015
277 Million
+13 million +5%
ASEAN Countries – 2014 and Forecast to 2025
Countries % of GDP
% of Total
Employment
Brunei 6.8 % 7.6 %
Cambodia 29.9 % 26.4 %
Indonesia 9.3 % 8.4 %
Lao PDR 14.7 % 12.8 %
Malaysia 14.9 % 13 %
Myanmar 4.8 % 4 %
Philippines 11.2 % 11.1%
Singapore 10.1 % 8.5 %
Thailand 19.3 % 14.1 %
Viet Nam 9.3 % 7.7 %
ASEAN 12% 9.7 %
Countries
GDP
Growth/year
(2014-2025)
Employment
growth annual
rate
2014-2025
Brunei 4.1 % 2.4%
Cambodia 6.5% 3.3 %
Indonesia 5.9 % 1.8 %
Lao PDR 5.7 % 1.4 %
Malaysia 4.5 % 3.2 %
Myanmar 8.4 % 5.6 %
Philippines 5.7 % 2.6 %
Singapore 3.3 % 0.4 %
Thailand 6.4 % 4.1 %
Viet Nam 6.2 % 1.3 %
ASEAN 5.6 % 2.7 %
Source: TripAdvisor internal session data
Top ASEAN destination Viewed on TripAdvisor
All IP’s
Thailand
32%
Indonesia
21%
Philippines
13%
Malaysia
13%
Vietnam
10%
Singapore
6%
Cambodia
3%
Myanmar
1%
Laos
1%
Brunei
Darussalam
0%
Top ASEAN destination by all IPs - 2015
Source: TripAdvisor internal session data
ASEAN’s Top 10 Most Popular Cities on TripAdvisor
International IPs (excludes ASEAN IPs)
2015 2014
Bangkok
27%
Singapore
19%
Kuala
Lumpur
11%
Ubud
5%
Ho Chi Minh
City
8%
Chiang Mai
7%
Phuket
6%
Pattaya
6%
Siem Reap
5%
Hanoi
6%
Top Domestic Cities Viewed
Bangkok
26%
Singapore
19%
Kuala
Lumpur
11%
Ubud
5%
Ho Chi
Minh City
7%
Chiang Mai
7%
Phuket
6%
Pattaya
7%
Siem
Reap
6%
Hanoi
6%
Top Domestic Cities Viewed
• Infrastruktur.
• Maritim.
• Energi.
• Pangan.
• Pariwisata.
IMEPP:
SEKTOR PRIORITAS
PEMBANGUNAN
KABINET KERJA
TAHUN 2016 ADALAH TAHUN PERCEPATAN
*(Sambutan Presiden R.I di Kemenhub 18 Januari 2016)
8 ARAHAN PRESIDEN RI
•Menteri perlu memiliki kecerdasan jalanan sehingga lebih
mengerti kondisi di lapangan.
•Lakukan perombakan kreatif pada jajaran birokrasi terutama untuk
meningkatkan pelayanan publik.
•Perhatikan ketimpangan antarwilayah, antara lain harga, gizi anak-
anak, pendidikan, dan kesehatan.
•Perhatikan angka kemiskinan, skema cash transfer, kredit usaha
rakyat, dan dana desa harus berjalan efektif.
•PASTIKAN KEMAJUAN DI LAPANGAN PADA 10
DESTINASI WISATA NASIONAL.
•HARUS ADA SISTEM YANG TERINTEGRASI DALAM
PROMOSI PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN
INVESTASI.
•Prioritaskan pembukaan industri bahan baku dan modal.
•Fokuskan penyelesaian kasus yang terkait Hak Asasi Manusia
TARGET PARIWISATA 2016 - 2019
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kontribusi pada PDB
Nasional
9,2% atau
sebesar
Rp. 841,4 M
9,3% atau
sebesar
Rp. 946,9 M
10% 11% 13% 14% 15%
Devisa (triliun Rp) 110,5 133,9 144 172,8 182 223 275
Jumlah Tenaga Kerja
(juta orang)
9,6 10,3 11,3 11,7 12,4 12,7 13,0
Indeks Daya Saing (WEF) #70 n.a #50 n.a #40 n.a #30
Wisatawan mancanegara
(juta kunjungan)
8,8 9,4 10 12 15 17 20
Wisatawan nusantara
(juta perjalanan)
250 251 255 260 265 270 275
Catatan :
• Untuk tahun 2013 dan 2014, merupakan angka realisasi (capaian), sedangkan untuk tahun 2015-2019 diambil dari Rancangan Dokumen
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata 2015-2019.
• Kontribusi pariwisata terhadap PDB Nasional , untuk tahun 2013 dan 2014 , berdasarkan publikasi yang dikeluarkan oleh Travel and Tourism
Economic Impact 2015 Indonesia (WTTC)
• Indeks daya saing pariwisata, penilaian dilakukan 2 (dua) tahun sekali oleh World Economic Forum (WEF)
MAKROMAKROMIKROMIKRO
TARGET KUNJUNGAN WISMAN 2016
NO Negara Asal Target Kunjungan Share Pasar (%) Growth
(%)
1 Great China 2.100.000 17,5 47
2 Malaysia 2.000.000 16,7 16
3 Singapura 1.800.000 15,0 13
4 Australia 1.400.000 11,7 24
5 Eropa 1.170.000 9,7 25
Inggris 300.000 2,5 12
Perancis 250.000 2,1 20
Jerman 225.000 1,9 14
Belanda 190.000 1,6 13
6 Jepang 550.000 4,6 12
7 Korea Selatan 400.000 3,3 18
8 USA 300.000 2,5 21
9 India 350.000 2,9 33
10 Timteng 300.000 2,5 62
11 Filipina 275.000 2,3 18
12 Thailand 200.000 1,7 42
Lainnya 1.155.000 9,6 25
JUMLAH 12.000.000 100
VISITORS 2011 - 2015
“Selama 5 tahun, kita belum mampu mengejar 3 rival kita”
7.65
8.04
8.80
9.44
10.00
19.23
22.35
26.55
24.81
29.71
24.70
25.03
25.70
27.45
25.45
13.17
14.50
15.57
15.10
15.11
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
2011 2012 2013 2014 2015
VISITORS 2011 - 2015
Indonesia
Thailand
Malaysia
Singapura
13
595
726
858
1,053
1,116
1,721
2,787
4,637
4,636
7,792
1,246
1,558
1,790
1,975
2,167
1,879
2,341
2,646
2,192
2,305
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
2011 2012 2013 2014 2015
VISITORS 2011 - 2015 FROM CHINA
Indonesia
Thailand
Malaysia
Singapura
“Share kita untuk Wisman dari China masih kecil
14
182
197
231
267
283
915
1,013
1,051
933
1,060
693
691
651
713
785
950
980
1,013
1,018
838
-
200
400
600
800
1,000
1,200
2011 2012 2013 2014 2015
VISITORS 2011 - 2015 FROM INDIA
Indonesia
Thailand
Malaysia
Singapura
Share kita dalam menarik wisman dari India sangat kecil
TARGETKUNJUNGAN PER PINTU MASUK* Pelabuhan laut , ** Pelabuhan laut dan bandara
PORT OF ENTRY
Target
2015
Capaian
Jan-Nov 2015
Target
2016 2017 2018 2019
BALI (Ngurah Rai) 3.720.000 3.560.190 4.460.000 5.580.000 6.320.000 7.440.000
DKI JAKARTA 2.600.000 2.177.757 3.120.000 3.900.000 4.420.000 5.200.000
KEPRI 2.170.000 1.816.091 2.610.000 3.250.000 3.680.000 4.330.000
PROPINSI LAINNYA 1.510.000 1.241.031 1.810.000 2.270.000 2.580.000 3.030.000
SUMATERA UTARA (Kuala Namu) 250.000 178.652 300.000 380.000 430.000 500.000
SUMATERA BARAT (Minangkabau) 50.000 37.515 60.000 70.000 80.000 100.000
RIAU (Sultan Syarief Kasim II) 30.000 23.091 40.000 50.000 50.000 60.000
JAWA BARAT (Husein Sastranegara) 180.000 142.664 210.000 260.000 300.000 350.000
JAWA TENGAH (Adi Soemarmo) 30.000 7.094 30.000 40.000 50.000 50.000
D.I. YOGYAKARTA (Adi Soecipto) 90.000 71.368 100.000 130.000 140.000 170.000
JAWA TIMUR (Juanda) 250.000 183.988 300.000 370.000 420.000 490.000
NTB (BIL) 40.000 61.734 50.000 60.000 70.000 80.000
KALIMANTAN BARAT (Entikong) 30.000 21.099 40.000 50.000 60.000 60.000
KALIMANTAN TIMUR (Sepinggan) 20.000 7.252 30.000 30.000 40.000 40.000
SULAWESI UTARA (Sam Ratulangi) 30.000 18.326 30.000 40.000 50.000 50.000
SULAWESI SELATAN (Hassanudin) 20.000 11.828 30.000 30.000 40.000 40.000
OTHER PORT 490.000 476.420 590.000 760.000 850.000 1.040.000
T O T A L 10.000.000 8.795.069 12.000.000 15.000.000 17.000.000 20.000.000
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
• Peningkatan Daya Saing
Produk Usaha
Pariwisata
• Peningkatan Kemitraan
Usaha Pariwisata
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan
Perjalanan Indonesia (ASITA), Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (GAHAWISRI), Indonesia Congress And
Convention Association (INCCA), Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI), Himpunan Pramuwisata Indonesia
(HPI), Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), Society of Indonesia Profesional Convention Organization (SIPCO),
Himpunan Pendidikan Tinggi Pariwisata (HILDIKTIPARI), Asosiasi Perusahaan Impresariat Indonesia (ASPINDO), Asosiasi
Perusahaan Penyelenggara Pameran dan Konvensi Indonesia (ASPERAPI), Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia, Asosiasi
Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Asosiasi Spa Indonesia (ASPI)
*Daftar Asosiasi Usaha Pariwisata:
• Pengembangan
Tanggung Jawab
Lingkungan
• Peningkatan Investasi
Pariwisata
NO BIDANG USAHA PARIWISATA
1 Daya Tarik Wisata;
2 Kawasan Pariwisata;
3 Jasa Transportasi Wisata;
4 Jasa Perjalanan Wisata;
5 Jasa Makanan Dan Minuman;
6 Penyediaan Akomodasi;
7 Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi;
8 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif,
Konferensi, dan Pameran (MICE);
9 Jasa Informasi;
10 Jasa Konsultan;
11 Jasa Pramuwisata;
12 Wisata Tirta;
13 Spa
Danau Toba
SumateraUtara
LOKASI 10 DESTINASI PARIWISATA PRIORITAS
KSPN/Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KEK/Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung
Kelayang
Bangka
Belitung
Kepulauan
Seribu
DKI Jakarta
Tanjung
Lesung
Banten
Wakatobi
Sulawesi
Tenggara
Pulau Morotai
Maluku Utara
Mandalika
Nusa Tenggara
Barat
Komodo
Nusa Tenggara
Timur
Borobudur
Jawa Tengah
Bromo Tengger
Semeru
Jawa Timur
KUALITASKUALITAS
STANDARSTANDAR
SERTIFIKASI
KOMPETENSI
(KERJA)
PERSONIL
*BNSP - Desember 2013
PERTANYAAN TERKAIT SERTIFIKASI
Mengapa SDM harus disertifikasi ?
Siapa yang berwenang melakukan uji kompetensi,
apakah uji kompetensi sama dengan sertifikasi
kompetensi ? apakah ada lembaga lain yang
berwenang selain LSP ?
Apa keuntungan bila sertifikasi dilakukan oleh LSP ?
apakah PNS juga perlu disertifikasi oleh LSP ?
Bagaimana cara membentuk LSP-P1 ?
Bagaimana cara BNSP untuk terus memastikan
kompetensi asesor ? (beberapa orang meragukan
kemampuan asesor dalam melakukan asesment
karena terkadang asesor yang menguji tidak memiliki
bidang keahlian yang akan diuji)
LANDASAN HUKUM
• Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
• Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2004
tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP)
• Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006
tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
• PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 tentang
Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja
Nasional
PerMenakertrans No.5 Tahun 2012
PEMBERLAKUKAN/PENERAPAN SKKNI
RIP SKKNI
PELATIHAN KERJA
SERTIFIKASI
KOMPETENSI KERJA
PENGELOLAAN SDM
PerMenakertrans No.5 Tahun 2012
Ketentuan Umum; Pasal 1:
4. Rencana Induk Pengembangan SKKNI, yang
selanjutnya disebut RIP SKKNI, adalah dokumen
rencana program pengembangan SKKNI yang disusun
oleh instansi pembina sektor atau instansi pembina
lapangan usaha.
5. Penerapan SKKNI adalah serangkaian kegiatan yang
sistematis dalam rangka implementasi SKKNI di bidang
pelatihan kerja, sertifikasi kompetensi kerja serta
manajemen dan pengembangan sumber daya manusia.
PEMBERLAKUKAN/PENERAPANSKKNI
Pasal 10:
SKKNI diterapkan di bidang:
a. Pelatihan kerja (rincian di Pasal 11 – Pasal 14)
b. Sertifikasi kompetensi (rincian di Pasal 15 – Pasal
18)
Pasal 19:
SKKNI dapat digunakan oleh perusahaan atau
organisasi untuk acuan evaluasi dan asesmen
kompetensi tenaga kerja, baik dalam kaitannya
dengan rekrutmen, pengembangan karier maupun
remunerasi.
PerMenakertrans No.5 Tahun 2012
PEMBERLAKUKAN/PENERAPANSKKNI
Pasal 9:
(1) SKKNI yang telah ditetapkan oleh Menteri, penerapannya
dilakukan oleh Instansi Teknis yang mengusulkan.
(2) SKKNI diberlakukan secara wajib oleh Instansi Teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila berkaitan dengan
keamanan, keselamatan, kesehatan dan/atau mempunyai
potensi perselisihan dalam perjanjian perdagangan dan jasa.
(3) Pemberlakukan SKKNI secara wajib dapat dilakukan di bidang
profesi atau pekerjaan yang memiliki posisi strategis dalam
meningkatkan daya saing nasional.
PerMenakertrans No.5 Tahun 2012
PEMBERLAKUKAN/PENERAPANSKKNI
UU No.13 Tahun 2003
Pasal 18
1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi
kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang di
selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga
pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja.
2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja.
3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah
berpengalaman.
4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk
badan nasional sertifikasi profesi yang independen.
5) Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang
independen sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA
UNTUKSERTIFIKASI
UU No.13 Tahun 2003
Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pasal 9
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan
kesejahteraan.
Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja.
PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA
UNTUKSERTIFIKASI
PP No.23 Tahun 2004
Pasal 2
1. Membentuk Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang
selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut
dengan BNSP.
2. BNSP merupakan lembaga yang independen dalam
melaksanakan tugasnya, dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA
UNTUKSERTIFIKASI
PP No.23 Tahun 2004
Pasal 3
BNSP mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi
kerja.
Pasal 4
1. Guna terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BNSP dapat
memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi
yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk
melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja.
2. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian
lisensi lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh BNSP.
PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA
UNTUKSERTIFIKASI
PP No.23 Tahun 2004
Pasal 1
1. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis
dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu
kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia
dan/atau internasional.
2. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta
sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan
syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA
UNTUKSERTIFIKASI
STANDAR KOMPETENSI KERJA YANG DAPAT DIACU
(dalam sistem sertifikasi oleh BNSP)
• STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI):
rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan
dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• STANDAR INTERNASIONAL: standar kompetensi kerja yang
dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu organisasi multinasional
dan digunakan secara internasional.
• STANDAR KHUSUS: standar kompetensi kerja yang dikembangkan
dan digunakan oleh organisasi untuk memenuhi tujuan internal
organisasinya sendiri dan/atau untuk memenuhi kebutuhan
organisasi lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan organisasi
yang bersangkutan atau organisasi lain yang memerlukan.
PP No.31 Tahun 2006
Pasal 14
1. Peserta pelatihan yang telah menyelesaikan program latihan berhak
mendapatkan sertifikat pelatihan dan/atau sertifikat kompetensi kerja.
2. Sertifikat pelatihan kerja diberikan oleh lembaga pelatihan kerja kepada
peserta pelatihan yang dinyatakan lulus sesuai dengan program pelatihan
kerja yang diikuti.
3. Sertifikat kompetensi kerja diberikan oleh BNSP kepada lulusan pelatihan
dan/atau tenaga kerja berpengalaman setelah lulus uji kompetensi.
4. BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang
memenuhi persyaratan akreditasi untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
5. Dalam hal lembaga sertifikasi profesi tertentu belum terbentuk maka
pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan oleh BNSP.
6. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dan ayat (5) harus mengacu kepada pedoman sertifikasi kompetensi kerja
yang ditetapkan oleh BNSP.
ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN
SERTIFIKASI KOMPETENSI BNSP
1. ISO/IEC 17024:2003 : Conformity Assesment –
General Requirements for Bodies Operating
Certification of Persons – akan beralih ke
ISO/IEC 17024: 2012
2. ISO/IEC 19011: 2002 : Guidelines for quality
and/or environmental management systems
auditing – akan beralih ke ISO/IEC 19011:
2011
ACUANTEKNISPELAKSANAAN
SERTIFIKASIKOMPETENSIBNSP
KELEMBAGAANSERTIFIKASI
• Panitia Teknis Uji Kompetensi: dibentuk oleh BNSP
bekerjasama dengan lembaga pemerintah atau otoritas
kompeten yang memerlukan penerapan sertifikasi.
• LSP Pihak 3: LSP yang didirikan oleh asosiasi industri dan
asosiasi profesi, dengan dukungan lembaga/otoritas teknis
pemerintah
• LSP Pihak 2: LSP yang didirikan oleh industri untuk melakukan
sertifikasi kepada pemasoknya, atau otoritas kompeten
mewajibkan kepada jejaringnya.
• LSP Pihak 1:
– Industri: didirikan oleh industri untuk sertifikasi
karyawannya sendiri.
– Lembaga Pendidikan Vokasi: didirikan oleh lembaga
pendidikan vokasi untuk siswanya selama dalam proses
pembelajaran.
1. Wajib (Compulsary): pemerintah boleh
mewajibkan apabila berkaitan dengan
safety, security, dan/atau mempunyai
potensi dispute besar di masyarakat.
2. Disarankan (Advisory)
3. Sukarela (Voluntary)
PEMBERLAKUAN
JENIS SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI
Skema Sertifikasi Kualifikasi Kerja
Nasional Indonesia
Skema Sertifikasi Okupasi
(Jabatan) Nasional
Skema Sertifikasi berdasar Paket
Kompetensi (Cluster)
Skema Sertifikasi Unit Kompetensi
SERTIFIKASIKOMPETENSI
Siapa yang disertifikasi ?
PESERTA SERTIFIKASI
KOMPETENSI KERJA
Apa yang diujikan ?
STANDAR KOMPETENSI KERJA
SKEMA SERTIFIKASI
PERANGKAT/MATERI UJI
KOMPETENSI
UJI
KOMPETENSI
PENGUJI TEMPAT UJI
KOMPETENSI
SERTIFIKASIKOMPETENSI
1. Sertifikasi terhadap kompetensi
profesi: dilakukan oleh Lembaga
Sertifikasi Personil/Profesi,
berlaku apabila masih kompeten.
2. Sertifikasi untuk mendapat
status profesi: dilakukan
organisasi profesi, biasa disebut
juga lisensi/registrasi profesi.
3. Sertifikat pelatihan: oleh
lembaga pelatihan, biasa disebut
juga Certificate of Attainment,
berlaku selamanya
SERTIFIKASIKOMPETENSI
PEMANFAATN TIK
UNTUK
PENGEMBANGAN
SDM
*BNSP - Desember 2013
Teknologi  disruptive
PERUBAHAN TRANSFORMASI
Perubahan Pengalaman BelajarPerubahan Pengalaman Belajar
Lebih interaktif dan
personal
Memaksimalkan
potensi belajar siswa
INTEGRASI TEKNOLOGI
Integration of the digital technology into physical world are creating new ways to engage.
MENTORED LEARNING
belajar melalui mentor – memodelkan praktek
dari ahlinya untuk mengembangkan identitas
“becoming” dan meningkatkan ketahanan diri.
• Ruang belajar eksperensial: situasi kompleks –
pengambilan keputusan dan ambigu, kegagalan
merupakan kunci, dan berfokus pada “apa yang
dapat Anda lakukan”
• Magang virtual: simulasi, praktek dengan mentor
virtual – meningkatkan keterampilan, pengetahuan,
nilai dan sikap, serta identitas.
• Jalur keberhasilan yang terbimbing: penggunaan
data siswa dari waktu-ke-waktu untuk membimbing
mereka menuju keberhasilan
INTEGRASI TEKNOLOGI
Integration of the digital technology into physical world are creating new ways to engage.
COLLECTIVE INTELLIGENCE
• Jejaring bidang ilmu: community of practice
(COP) untuk meningkatkan inovasi, pemecahan
masalah terdistribusi, upaya manasuka
darimana saja
• Model pendidikan alternative: Khan Academy,
Coursera, EdX, OER University, ITunes University,
pendidikan berbasis kompetensi untuk pekerja
• Model pendidikan berdasarkan permintaan
kostumer: kursus-kursus keterampilan
bersertifikat – Oracle, Cisco, Microsoft Academy,
CPA, dll.  micro-credentialing
Memungkinkan
fleksibilitas
pembelajaran dan
personalisasi
Memungkinkan
pembelajaran
yang kolaboratif
Membuka akses
pembelajaran
yang lebih luas
INTEGRASI TEKNOLOGI
Integration of the digital technology into physical world are creating new ways to engage.
SPEKTRUM DARI PEMBELAJARAN
BERBASIS TEKNOLOGI
face-to face
learning
Blended/hybri
d learning
Distributed
learning
teleconference e-learning
Podcasting
Webcasting
web-based
learning
distance
education
Distance
Learning
Flexible
learning
Open Learning
Open and
distance
learning
(fully) online
learning
Technology-
based learning
Technology-
based training
Web-based
training
Virtual
learning
Mobile
learning
Off campus
learning
mobile
learning
palm learning
ubiquitous
learning
Open
Educational
Resources
Massive Open
Online Courses
…
….
E-learning:
• Pembelajaran individu/mandiri atau kelompok menggunakan
TIK dan jejaring.
• Memberikan fleksibilitas untuk siswa belajar kapan saja, di
mana saja, dan dengan siapa saja.
• Dapat dikombinasikan dengan tatap muka  pembelajaran
blended, tetapi memiliki nilai inovatif karena memberikan
nuansa baru dalam proses belajar mengajar yang berbeda
dengan pembelajaran tatap muka biasa.
E-learning is defined as flexible learning experiences delivered
through the use of information and computer technologies to be
accessible anytime, anywhere, by anyone (pengalaman belajar
yang fleksibel yang memanfaatkan TIK dan dapat diakses kapan
saja, di masa saja, oleh siapa saja).
Istilah berkaitan dengan E-Learning
Distance Learning
Open Learning
Open and Distance
Learning
Flexible Learning
E-learning
Web-based Learning
Web-based Training
Podcast – Vodcast
Tele/Video Conference
Kelas Jauh
Program Studi di luar
domisili/kampus
utama
Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka
dan Jarak jauh
Perolehan Kredit
(Credit Earning)
Alih Kredit (Credits
Transfer)
Universitas Terbuka
PJJ S1 PGSD berbasis
TIK (Hylite)
….
….
….
PENDEKATAN PBM TATAP MUKA VS E-LEARNING
TATAP MUKA E-LEARNING
KELAS • fisik sarpras yang
terbatas
• sinkronus
• tidak terbatas
• di mana saja, kapan saja
KONTEN/ISI • PowerPoint/
transparency/etc
• Textbooks/library
• Video
• kolaborasi
• Multimedia / simulation
• Digital library
• On demand
• komunikasi sinkronus dan
asinkronus
PERSONALISASI • satu jalur belajar
untuk semua
• jalur belajar dan kecepatan
belajar ditentukan oleh siswa
– proses pendidikan yang terorganisasi yang
menjembatani keterpisahan antara siswa dengan
pendidik dan dimediasi oleh pemanfaatan
teknologi, dan pertemuan tatap muka yang
minimal.
– Pendidikan jarak jauh ditawarkan lintas ruang dan
waktu sehingga siswa memperoleh fleksibilitas
belajar dalam waktu dan tempat yang berbeda,
serta menggunakan beragam sumber belajar.
– Biasanya berbentuk pendidikan massif
Pendidikan Jarak Jauh berevolusi dari bentuk
pendidikan koresponden sampai pendidikan melalui e-
learning lintas ruang dan waktu.
Gen 1
• Model Korespondensi
• Bahan ajar tercetak
Gen 2
• Model Multimedia
• Cetak, audio-visual,
computer-based learning,
video interaktif
Gen 3
• Model Telelearning
• Audioteleconferencing,
videoconferencing,
Broadcast TV/ Radio
Gen 4
• Model Pembelajaran
Fleksibel
• Online IMM, Internet –
based resources, computer-
mediated comm
Gen 5
• Model Pembelajaran
Fleksibel Cerdas
• Gen 4 + CMC dengan
autoresponse, portal
administrasi dan akademik
Gen 6
• Pembelajaran Mobile
• Akses dari mana saja
dengan smartphone,
komputer tablet, netbook
5th generation
Pembelajaran Terbuka menekankan pemberian
kesempatan memilih kepada siswa dalam hal:
• Media belajar (cetak, online, televisi, video)
• Tempat belajar (di rumah, di tempat kerja atau di
kampus);
• Kecepatan belajar (terstruktur, terbimbing, atau
mandiri);
• Bantuan belajar yang diperlukan (CAL, tutor, email,
diskusi, dll.); Titik masuk dan titik keluar (multi entry
multi exit).
Pembelajaran Terbuka tidak sinonim dengan belajar jarak
jauh, namun belajar jarak jauh selalu menggunakan
pembelajaran terbuka sebagai salah satu strateginya
sehingga memungkinkan siswa belajar dengan berbagai
cara dan menggunakan berbagai sumber belajar dan
media.
• Siapa peserta?
• Apa yang akan dipelajari?
• Bagaimana peserta belajar?
• Akses terhadap pengalaman
belajar melalui pemanfaatan
teknologi, termasuk
konektivitas, fleksibilitas dan
fasilitasi beragam interaksi
belajar.
• Istilah yang digunakan:
“fully/purely online learning”,
e-learning, Internet learning,
distributed learning,
networked learning, tele-
learning, virtual learning,
computer-assisted learning,
Web-based learning, distance
learning, technology-based
learning, podcast/webcasting
learning
• Pembelajaran daring dapat
dimanfaatkan dalam
pendidikan jarak jauh
maupun pendidikan
konvensional (tatap muka).
Proporsi
Online
Deskripsi Tipe
0% Tatap muka sepenuhnya,
pembelajaran dengan bahan
ajar cetak atau lisan
Tatap muka
tradisional
1 %-
29%
Menggunakan teknologi
Internet untuk memfasilitasi
pola tatap muka, mungkin
menggunakan LMS atau situs
web untuk mem-pos-kan
bahan ajar dan tugas
Web-
enhanced
(pembelajara
n diperkaya
dengan akses
Internet)
30% -
79%
Mengkombinasikan cara online
dan tatap muka. Ada proporsi
pengantaran bahan ajar yang
online, biasanya dilengkapi
dengan diskusi online, dan ada
pengurangan frekuensi tatap
muka
Blended/Hyb
rid
> 80% Sebagian besar atau seluruh
bahan ajar diantarkan secara
online, bisa tanpa porsi tatap
muka sama sekali
Fully Online
Sinkronus vs Asinkronus,
belajar kelompok dan belajar mandiri
A
Individual Self-Study
Computer-based instruction/
learning/training
B
Group/ collaborative
Computer-mediated
communication
(1) On-line study
Synchronous
Communication
(“real – time”)
Surfing the internet, accessing
websites to obtain information
or to learn (knowledge or skills)
(following up a webquest)
Chat rooms with/out video
(IRC, electronic whiteboards)
Audio/videoconferencing
Cuseeme, netmeeting)
(2) Off-line study
Asynchronous
Communication
(“flexi-time”)
Using stand-alone courseware /
downloading materials from the
internet for later local study
(LOD – learning object
download)
Asynchronous communication
by email, discussion lists or a
learning management system
(WebCT, Blackboard, D2L, etc.)
Inti dari Pembelajaran Daring
Pemanfaatan Teknologi
Perluasan Akses Pendidikan
Pemerataan Pembelajaran Berkualitas
Membuka Beragam Cara/Strategi Belajar.
Meningkatkan Efisiensi Penyelenggaraan
Pembelajaran
Pedagogi dalam pembelajaran daring
Adapted from Wheeler, S. (2011) “
1. Learning is open
(belajar adalah
terbuka)
2. Learning is social
(belajar adalah
sosial)
3. Learning is
personal (belajar
adalah personal)
4. Learning is
augmented (belajar
adalah
terbantukan)
5. Learning is
multirepresented
(belajar adalah
multirepresentasi/
multiperspektif)
6. Learning is
mobile (belajar
adalah bergerak)
Learning is Open
i-tunes
University
OER
University
Coursera
Udacity
EdX
Learning is social
• Connected
• Communication
• Collaboration
• Creation
“Learning (and teaching,
such as it is) is not a process
of communication but
rather, a process of
immersion. Put loosely, it
suggests the idea of
teaching...through the
creation (or identification) of
an environment into which a
learner may be immersed.”
(Downes, 2005a).
Connectivism (Siemens, 2005)
Learning is personal
• Individual
Differences
 Konstruksi pengetahuan/
kebermaknaan secara
personal
Khalil Gibran
You may give them your love but not your
thoughts, For they have their own thoughts.
The teacher who walks in the shadow of the
temple, among his followers, gives not of his
wisdom but rather of his faith and his
lovingness.
If he is indeed wise he does not bid you enter
the house of his wisdom, but rather leads you
to the threshold of your own mind.
Learning is Augmented
Learning is multirepresented
• Text
• Audio
• Video
• Games
• Multimedia
• …
Learning is mobile
PEMBELAJARAN DARING INDONESIA TERBUKA TERPADU
(http://kuliahdaring.dikti.go.id/)
• Mengkombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran dari
(misalnya akses 24/7 dan fleksibilitas di mana saja dan kapan
saja) dengan aspek terbaik dari pembelajaran di kelas
(sinkronus, tatap muka)
• Istilah yang digunakan: pembelajaran bermodus
kombinasi/ganda, pembelajaran hybrid, e-learning,
pembelajaran berbasis beragam sumber.
• Pendekatan dalam pendidikan yang mengkombinasikan
pendekatan tatap muka dan pendidikan jarak jauh. Siswa
bertemu dosen/tutor/instruktur melalui pemanfaatan
Teknologi, kegiatan belajar dilaksanakan berdasarkan beragam
sumber belajar, dan pengalaman belajar dapat diakses siswa di
mana saja dan kapan saja, biasanya menggunakan e-learning.
Dosen mengajar di
depan kelas
◦ Akan hilang
◦ Tidak lagi populer
Model Pembelajaran Blended
+
Source: Abas (2014)
(UNESCO, 2002)
• Penyediaan sumber belajar secara terbuka – difasilitasi oleh TIK
– untuk digunakan sebagai referensi atau diadaptasi oleh
pengguna dalam konteks bukan untuk penggunaan komersial.
• Lisensi terbuka biasanya digunakan untuk sumber belajar yang
diproduksi dengan menggunakan dana masyarakat.
OER DIKATEGORIKAN MENJADI:
• Konten belajar: mata kuliah utuh, modul mata kuliah, objek belajar,
koleksi materi digital dan jurnal
• Alat/aplikasi: perangkat lunak untuk menunjang pengembangan,
penggunaan, penggunaan kembali, dan penyampaian proses belajar –
termasuk pencarian dan perorganisasian konten, system pengelola
pembelajaran dan konten, alat pengembangan konten, dan komunitas
online.
• Sumberdaya implementasi: lisensi kekayaan intelektual untuk
penerbitan terbuka, pemodelan dan prinsip perancangan, dan
lokalisasi konten.
KARAKTERISTIK:
• Reuse : objek belajar dapat
digunakan hanya jika sudah
diadaptasi/diubah dari bentuk asal.
• Revise : kesempatan untuk
mengadaptasi, menyesuaikan,
memodifikasi, atau mengubah
objek belajar.
• Remix : kesempatan untuk
mengkombinasikan bentuk original
objek belajar, atau yang sudah
dimodifikasi dengan objek belajar
lain sehingga dapat diperoleh
bentuk baru.
• Redistribute : kesempatan untuk
membuat dan berbagi objek belajar
yang asli, revisi, atau kombinasinya.
http://bacirc.edublogs.org/category/copyright/
MENGAPA OER?
– Berbagi pengetahuan merupakan praktek baik dan sesuai
dengan tradisi akademik.
– Adalah kewajiban bagi perguruan tinggi untuk mencerdaskan
masyarakat melalui cara berbagai ilmu pengetahuan kepada
masyarakat dengan memanfaatkan TIK.
– Berbagi sumber belajar secara daring akan mendatangkan
keuntungan berupa jaringan maupun keuntungan finansial,
terutama dalam jumlah massif.
– Strategi marketing abad 21 untuk menarik perhatian
mahasiswa dan masyarakat.
– Dengan kompetisi dan globalisasi, sangat penting bagi
pendidikan tinggi dan perguruan tinggi untuk mencari model
bisnis abad 21, yang berbeda dengan bisnis pendidikan tinggi
yang biasanya (tradisional)
Distributed, Flexible & OER
MASSIVEOPENONLINECOURSE
(MOOC)
– Merupakan mata kuliah daring yang ditujukan kepada peserta
dalam jumlah besar dan dapat dibuka secara daring.
– Masif karena melibatkan beribu, berjuta mahasiswa
– Terbuka karena siapapun dapat mengambil mata kuliah tersebut,
biasanya tanpa prasyarat, tanpa proses admisi, dan tanpa biaya.
– Daring karena tidak ada buku, tapi menggunakan buku elektronik,
tidak ada pertemuan tatap muka karena dimediasi oleh TIK, dan
tidak ada kontak langsung dengan dosen karena kontak dilakukan
menggunakan beragam media komunikasi. Berdasarkan tabel
pemanfaatan TIKI, maka MOOCs termasuk kategori pemanfaatan
>80% TIK untuk pembelajaran, tanpa tatap muka dengan dosen.
MOOCs sesungguhnya bukan untuk “kredit”, lebih kepada
peningkatan kompetensi (reskilling upskilling) dan biasanya
berbayar jika diperlukan bukti sertifikat penyelesaian.
MASSIVEOPENONLINECOURSES
(MOOCs)
2 fitur utama
– Akses terbuka – siapa saja dapat berpartisipasi dalam mata kuliah
daring dan gratis.
– Scalability – mata kuliah dirancang untuk menampung mahasiswa
dalam jumlah tidak terbatas.
MASSIVEOPENONLINECOURSES
(MOOCs)
Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban terkait sertifikasi SDM pariwisata:Mengapa SDM harus disertifikasi?- Untuk menjamin kualitas dan standar pelayanan yang diberikan oleh SDM pariwisata sesuai dengan ekspektasi wisatawan. Sertifikasi akan memastikan SDM memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaannya.Siapa yang berwenang mengeluarkan sertifikat?- Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) ad

More Related Content

Similar to Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban terkait sertifikasi SDM pariwisata:Mengapa SDM harus disertifikasi?- Untuk menjamin kualitas dan standar pelayanan yang diberikan oleh SDM pariwisata sesuai dengan ekspektasi wisatawan. Sertifikasi akan memastikan SDM memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaannya.Siapa yang berwenang mengeluarkan sertifikat?- Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) ad

Industri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalam
Industri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalamIndustri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalam
Industri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalamNur As-Syifa
 
20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx
20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx
20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptxteamtender
 
Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptx
Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptxArah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptx
Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptxKantorPunya
 
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Adi T Wibowo
 
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEAPeluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEAGalih Andrianto
 
Industri Pariwisata di Indonesia
Industri Pariwisata di IndonesiaIndustri Pariwisata di Indonesia
Industri Pariwisata di IndonesiaPT Indo Analisis
 
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMURINFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMURAndi Pranawa
 
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx632022001RASOKIMINTA
 
Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?
Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?
Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?Tri Widodo W. UTOMO
 
Potensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptx
Potensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptxPotensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptx
Potensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptxKoso3
 
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Andrie Trisaksono
 
Materi Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptx
Materi Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptxMateri Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptx
Materi Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptxNurAnnuhaMuniroh
 
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdfandrikfca1
 

Similar to Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban terkait sertifikasi SDM pariwisata:Mengapa SDM harus disertifikasi?- Untuk menjamin kualitas dan standar pelayanan yang diberikan oleh SDM pariwisata sesuai dengan ekspektasi wisatawan. Sertifikasi akan memastikan SDM memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaannya.Siapa yang berwenang mengeluarkan sertifikat?- Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) ad (20)

Industri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalam
Industri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalamIndustri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalam
Industri pelancongan boleh meningkatkan ekonomi negara brunei darussalam
 
20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx
20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx
20191014_MK_PTNBH_PP_v04.pptx
 
Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017Outlook-Ekonomi-2017
Outlook-Ekonomi-2017
 
TSPPD.pptx
TSPPD.pptxTSPPD.pptx
TSPPD.pptx
 
Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptx
Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptxArah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptx
Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Penanggulangan Kemiskinan.pptx
 
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JAWA TIMUR - BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
 
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEAPeluang dan Tantangan UKM dalam MEA
Peluang dan Tantangan UKM dalam MEA
 
Industri Pariwisata di Indonesia
Industri Pariwisata di IndonesiaIndustri Pariwisata di Indonesia
Industri Pariwisata di Indonesia
 
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMURINFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
INFRASTRUKTUR STRATEGIS DI JAWA TIMUR
 
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pptx
 
Survey Khusus Ekonomi Kreatif
Survey Khusus Ekonomi KreatifSurvey Khusus Ekonomi Kreatif
Survey Khusus Ekonomi Kreatif
 
Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?
Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?
Bagaimana Transformasi Digital Membantu Pemulihan Pariwisata Nasional?
 
GBE Mira
GBE MiraGBE Mira
GBE Mira
 
Potensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptx
Potensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptxPotensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptx
Potensi_Pariwisata_di_Indonesia.pptx
 
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
Pengembangan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional 2013
 
Materi Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptx
Materi Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptxMateri Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptx
Materi Seminar Online MSP Seri 8 - Dr. Frans Teguh, M.A.pptx
 
Ringkasan laporan 3 tahun Jokowi-Jusuf Kalla
Ringkasan laporan 3 tahun Jokowi-Jusuf KallaRingkasan laporan 3 tahun Jokowi-Jusuf Kalla
Ringkasan laporan 3 tahun Jokowi-Jusuf Kalla
 
Lakip kemenpar 2015
Lakip kemenpar 2015Lakip kemenpar 2015
Lakip kemenpar 2015
 
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf
03-iendra-sofyan-bappeda-jabar.pdf
 
Outlook of Indonesian Economic 2017-Indonesian
Outlook of Indonesian Economic 2017-IndonesianOutlook of Indonesian Economic 2017-Indonesian
Outlook of Indonesian Economic 2017-Indonesian
 

More from Eva Handriyantini

ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...
ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...
ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...Eva Handriyantini
 
Project Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKI
Project Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKIProject Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKI
Project Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKIEva Handriyantini
 
DEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODEL
DEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODELDEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODEL
DEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODELEva Handriyantini
 
THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...
THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...
THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...Eva Handriyantini
 
ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK  TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...
ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...
ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK  TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...Eva Handriyantini
 
Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4
Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4
Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4Eva Handriyantini
 
Teknologi di era industri 4.0
Teknologi di era industri 4.0Teknologi di era industri 4.0
Teknologi di era industri 4.0Eva Handriyantini
 
PEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKAN
PEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKANPEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKAN
PEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKANEva Handriyantini
 
Strategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daringStrategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daringEva Handriyantini
 
HOW TO CREATE A GAME DESIGN?
HOW TO CREATE A GAME DESIGN?HOW TO CREATE A GAME DESIGN?
HOW TO CREATE A GAME DESIGN?Eva Handriyantini
 
Strategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daringStrategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daringEva Handriyantini
 
The effects of using game in cooperative learning strategy on learning outco...
The effects of using game in cooperative learning strategy  on learning outco...The effects of using game in cooperative learning strategy  on learning outco...
The effects of using game in cooperative learning strategy on learning outco...Eva Handriyantini
 
Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi
Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi  Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi
Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi Eva Handriyantini
 
Sosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota Malang
Sosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota MalangSosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota Malang
Sosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota MalangEva Handriyantini
 
Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...
Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...
Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...Eva Handriyantini
 
Makalah ilmiah pengabdian masyarakat IbK tahun 2013
Makalah ilmiah pengabdian masyarakat  IbK tahun 2013Makalah ilmiah pengabdian masyarakat  IbK tahun 2013
Makalah ilmiah pengabdian masyarakat IbK tahun 2013Eva Handriyantini
 
Peta & potensi tik prov j atim
Peta & potensi tik prov j atimPeta & potensi tik prov j atim
Peta & potensi tik prov j atimEva Handriyantini
 
Presentasi analisa & desain Knowledge Management System
Presentasi analisa & desain Knowledge Management SystemPresentasi analisa & desain Knowledge Management System
Presentasi analisa & desain Knowledge Management SystemEva Handriyantini
 

More from Eva Handriyantini (20)

ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...
ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...
ICT Infrastructure Set and Adoption of Filipino and Indonesian SHS Students: ...
 
Project Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKI
Project Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKIProject Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKI
Project Based Learning for Higher Education 4.0 a Case Study : STIKI
 
DEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODEL
DEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODELDEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODEL
DEVELOPMENT CASUAL GAME FOR MOBILE LEARNING WITH KIILI EXPERIENTIAL GAMING MODEL
 
THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...
THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...
THE EFFECTS OF USING GAME IN COOPERATIVE LEARNING STRATEGY ON LEARNING OUTC...
 
ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK  TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...
ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...
ADOPTING GEAR UP FRAMEWORK  TO BUILD ENTREPRENUESHIP MOTIVATION STUDENTS IN I...
 
Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4
Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4
Peran perguruan tinggi di revolusi industri 4
 
Inovasi teknologi
Inovasi teknologiInovasi teknologi
Inovasi teknologi
 
Teknologi di era industri 4.0
Teknologi di era industri 4.0Teknologi di era industri 4.0
Teknologi di era industri 4.0
 
PEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKAN
PEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKANPEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKAN
PEMBELAJARAN DARING YANG AKTIF, KREATIF & MENYENANGKAN
 
KARYA & INOVASI BAGI BANGSA
KARYA & INOVASI BAGI BANGSAKARYA & INOVASI BAGI BANGSA
KARYA & INOVASI BAGI BANGSA
 
Strategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daringStrategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daring
 
HOW TO CREATE A GAME DESIGN?
HOW TO CREATE A GAME DESIGN?HOW TO CREATE A GAME DESIGN?
HOW TO CREATE A GAME DESIGN?
 
Strategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daringStrategi pembelajaran daring
Strategi pembelajaran daring
 
The effects of using game in cooperative learning strategy on learning outco...
The effects of using game in cooperative learning strategy  on learning outco...The effects of using game in cooperative learning strategy  on learning outco...
The effects of using game in cooperative learning strategy on learning outco...
 
Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi
Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi  Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi
Sistem Transaksi Elektronik, Keamanan Data & Informasi
 
Sosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota Malang
Sosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota MalangSosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota Malang
Sosialisasi dokumen standarisasi tata kelola TIK Pemerintah Kota Malang
 
Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...
Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...
Developing Computer-based Educational Game to support Cooperative Learning St...
 
Makalah ilmiah pengabdian masyarakat IbK tahun 2013
Makalah ilmiah pengabdian masyarakat  IbK tahun 2013Makalah ilmiah pengabdian masyarakat  IbK tahun 2013
Makalah ilmiah pengabdian masyarakat IbK tahun 2013
 
Peta & potensi tik prov j atim
Peta & potensi tik prov j atimPeta & potensi tik prov j atim
Peta & potensi tik prov j atim
 
Presentasi analisa & desain Knowledge Management System
Presentasi analisa & desain Knowledge Management SystemPresentasi analisa & desain Knowledge Management System
Presentasi analisa & desain Knowledge Management System
 

Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban terkait sertifikasi SDM pariwisata:Mengapa SDM harus disertifikasi?- Untuk menjamin kualitas dan standar pelayanan yang diberikan oleh SDM pariwisata sesuai dengan ekspektasi wisatawan. Sertifikasi akan memastikan SDM memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaannya.Siapa yang berwenang mengeluarkan sertifikat?- Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) ad

  • 1. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI & KOMPUTER UNTUK PENGEMBANGAN SDM PARIWISATA PENGEMBANGAN KUALITAS TENAGA KERJA DI SEKTOR PARIWISATA Eva Handriyantini - eva@stiki.ac.id Direktur Kerjasama Pemerintah APTIKOM Malang, 15 Maret 2016
  • 2. OVERVIEW *TOURISM OUTLOOK 2016 I Gde Pitana Deputi Menteri bidang Pemasaran Mancanegara, Kementerian Pariwisata RI.
  • 3. 2015 International Tourist Arrivals Source: UNWTO World Tourism Barometer (January 2016) Europe 51% Asia and the Pacific 23% Americas 16% Africa 5% Middle East 5% 277 mn 609 mn 191 mn 53 mn 54 mn
  • 4. million 82 mn 535 mn 0 100 200 300 400 500 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 InternationalTouristArrivals Trend 1995-2010 Tourism Towards 2030 projection Actual 1995-2015* 277 mn 355 mn Asia Tourism Trends & 2030 Forecast 2015 277 Million +13 million +5%
  • 5. ASEAN Countries – 2014 and Forecast to 2025 Countries % of GDP % of Total Employment Brunei 6.8 % 7.6 % Cambodia 29.9 % 26.4 % Indonesia 9.3 % 8.4 % Lao PDR 14.7 % 12.8 % Malaysia 14.9 % 13 % Myanmar 4.8 % 4 % Philippines 11.2 % 11.1% Singapore 10.1 % 8.5 % Thailand 19.3 % 14.1 % Viet Nam 9.3 % 7.7 % ASEAN 12% 9.7 % Countries GDP Growth/year (2014-2025) Employment growth annual rate 2014-2025 Brunei 4.1 % 2.4% Cambodia 6.5% 3.3 % Indonesia 5.9 % 1.8 % Lao PDR 5.7 % 1.4 % Malaysia 4.5 % 3.2 % Myanmar 8.4 % 5.6 % Philippines 5.7 % 2.6 % Singapore 3.3 % 0.4 % Thailand 6.4 % 4.1 % Viet Nam 6.2 % 1.3 % ASEAN 5.6 % 2.7 %
  • 6. Source: TripAdvisor internal session data Top ASEAN destination Viewed on TripAdvisor All IP’s Thailand 32% Indonesia 21% Philippines 13% Malaysia 13% Vietnam 10% Singapore 6% Cambodia 3% Myanmar 1% Laos 1% Brunei Darussalam 0% Top ASEAN destination by all IPs - 2015
  • 7. Source: TripAdvisor internal session data ASEAN’s Top 10 Most Popular Cities on TripAdvisor International IPs (excludes ASEAN IPs) 2015 2014 Bangkok 27% Singapore 19% Kuala Lumpur 11% Ubud 5% Ho Chi Minh City 8% Chiang Mai 7% Phuket 6% Pattaya 6% Siem Reap 5% Hanoi 6% Top Domestic Cities Viewed Bangkok 26% Singapore 19% Kuala Lumpur 11% Ubud 5% Ho Chi Minh City 7% Chiang Mai 7% Phuket 6% Pattaya 7% Siem Reap 6% Hanoi 6% Top Domestic Cities Viewed
  • 8. • Infrastruktur. • Maritim. • Energi. • Pangan. • Pariwisata. IMEPP: SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN KABINET KERJA
  • 9. TAHUN 2016 ADALAH TAHUN PERCEPATAN *(Sambutan Presiden R.I di Kemenhub 18 Januari 2016) 8 ARAHAN PRESIDEN RI •Menteri perlu memiliki kecerdasan jalanan sehingga lebih mengerti kondisi di lapangan. •Lakukan perombakan kreatif pada jajaran birokrasi terutama untuk meningkatkan pelayanan publik. •Perhatikan ketimpangan antarwilayah, antara lain harga, gizi anak- anak, pendidikan, dan kesehatan. •Perhatikan angka kemiskinan, skema cash transfer, kredit usaha rakyat, dan dana desa harus berjalan efektif. •PASTIKAN KEMAJUAN DI LAPANGAN PADA 10 DESTINASI WISATA NASIONAL. •HARUS ADA SISTEM YANG TERINTEGRASI DALAM PROMOSI PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INVESTASI. •Prioritaskan pembukaan industri bahan baku dan modal. •Fokuskan penyelesaian kasus yang terkait Hak Asasi Manusia
  • 10. TARGET PARIWISATA 2016 - 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Kontribusi pada PDB Nasional 9,2% atau sebesar Rp. 841,4 M 9,3% atau sebesar Rp. 946,9 M 10% 11% 13% 14% 15% Devisa (triliun Rp) 110,5 133,9 144 172,8 182 223 275 Jumlah Tenaga Kerja (juta orang) 9,6 10,3 11,3 11,7 12,4 12,7 13,0 Indeks Daya Saing (WEF) #70 n.a #50 n.a #40 n.a #30 Wisatawan mancanegara (juta kunjungan) 8,8 9,4 10 12 15 17 20 Wisatawan nusantara (juta perjalanan) 250 251 255 260 265 270 275 Catatan : • Untuk tahun 2013 dan 2014, merupakan angka realisasi (capaian), sedangkan untuk tahun 2015-2019 diambil dari Rancangan Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata 2015-2019. • Kontribusi pariwisata terhadap PDB Nasional , untuk tahun 2013 dan 2014 , berdasarkan publikasi yang dikeluarkan oleh Travel and Tourism Economic Impact 2015 Indonesia (WTTC) • Indeks daya saing pariwisata, penilaian dilakukan 2 (dua) tahun sekali oleh World Economic Forum (WEF) MAKROMAKROMIKROMIKRO
  • 11. TARGET KUNJUNGAN WISMAN 2016 NO Negara Asal Target Kunjungan Share Pasar (%) Growth (%) 1 Great China 2.100.000 17,5 47 2 Malaysia 2.000.000 16,7 16 3 Singapura 1.800.000 15,0 13 4 Australia 1.400.000 11,7 24 5 Eropa 1.170.000 9,7 25 Inggris 300.000 2,5 12 Perancis 250.000 2,1 20 Jerman 225.000 1,9 14 Belanda 190.000 1,6 13 6 Jepang 550.000 4,6 12 7 Korea Selatan 400.000 3,3 18 8 USA 300.000 2,5 21 9 India 350.000 2,9 33 10 Timteng 300.000 2,5 62 11 Filipina 275.000 2,3 18 12 Thailand 200.000 1,7 42 Lainnya 1.155.000 9,6 25 JUMLAH 12.000.000 100
  • 12. VISITORS 2011 - 2015 “Selama 5 tahun, kita belum mampu mengejar 3 rival kita” 7.65 8.04 8.80 9.44 10.00 19.23 22.35 26.55 24.81 29.71 24.70 25.03 25.70 27.45 25.45 13.17 14.50 15.57 15.10 15.11 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 2011 2012 2013 2014 2015 VISITORS 2011 - 2015 Indonesia Thailand Malaysia Singapura
  • 13. 13 595 726 858 1,053 1,116 1,721 2,787 4,637 4,636 7,792 1,246 1,558 1,790 1,975 2,167 1,879 2,341 2,646 2,192 2,305 - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 2011 2012 2013 2014 2015 VISITORS 2011 - 2015 FROM CHINA Indonesia Thailand Malaysia Singapura “Share kita untuk Wisman dari China masih kecil
  • 14. 14 182 197 231 267 283 915 1,013 1,051 933 1,060 693 691 651 713 785 950 980 1,013 1,018 838 - 200 400 600 800 1,000 1,200 2011 2012 2013 2014 2015 VISITORS 2011 - 2015 FROM INDIA Indonesia Thailand Malaysia Singapura Share kita dalam menarik wisman dari India sangat kecil
  • 15. TARGETKUNJUNGAN PER PINTU MASUK* Pelabuhan laut , ** Pelabuhan laut dan bandara PORT OF ENTRY Target 2015 Capaian Jan-Nov 2015 Target 2016 2017 2018 2019 BALI (Ngurah Rai) 3.720.000 3.560.190 4.460.000 5.580.000 6.320.000 7.440.000 DKI JAKARTA 2.600.000 2.177.757 3.120.000 3.900.000 4.420.000 5.200.000 KEPRI 2.170.000 1.816.091 2.610.000 3.250.000 3.680.000 4.330.000 PROPINSI LAINNYA 1.510.000 1.241.031 1.810.000 2.270.000 2.580.000 3.030.000 SUMATERA UTARA (Kuala Namu) 250.000 178.652 300.000 380.000 430.000 500.000 SUMATERA BARAT (Minangkabau) 50.000 37.515 60.000 70.000 80.000 100.000 RIAU (Sultan Syarief Kasim II) 30.000 23.091 40.000 50.000 50.000 60.000 JAWA BARAT (Husein Sastranegara) 180.000 142.664 210.000 260.000 300.000 350.000 JAWA TENGAH (Adi Soemarmo) 30.000 7.094 30.000 40.000 50.000 50.000 D.I. YOGYAKARTA (Adi Soecipto) 90.000 71.368 100.000 130.000 140.000 170.000 JAWA TIMUR (Juanda) 250.000 183.988 300.000 370.000 420.000 490.000 NTB (BIL) 40.000 61.734 50.000 60.000 70.000 80.000 KALIMANTAN BARAT (Entikong) 30.000 21.099 40.000 50.000 60.000 60.000 KALIMANTAN TIMUR (Sepinggan) 20.000 7.252 30.000 30.000 40.000 40.000 SULAWESI UTARA (Sam Ratulangi) 30.000 18.326 30.000 40.000 50.000 50.000 SULAWESI SELATAN (Hassanudin) 20.000 11.828 30.000 30.000 40.000 40.000 OTHER PORT 490.000 476.420 590.000 760.000 850.000 1.040.000 T O T A L 10.000.000 8.795.069 12.000.000 15.000.000 17.000.000 20.000.000
  • 16. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA • Peningkatan Daya Saing Produk Usaha Pariwisata • Peningkatan Kemitraan Usaha Pariwisata Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA), Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (GAHAWISRI), Indonesia Congress And Convention Association (INCCA), Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), Society of Indonesia Profesional Convention Organization (SIPCO), Himpunan Pendidikan Tinggi Pariwisata (HILDIKTIPARI), Asosiasi Perusahaan Impresariat Indonesia (ASPINDO), Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Pameran dan Konvensi Indonesia (ASPERAPI), Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia, Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Asosiasi Spa Indonesia (ASPI) *Daftar Asosiasi Usaha Pariwisata: • Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan • Peningkatan Investasi Pariwisata NO BIDANG USAHA PARIWISATA 1 Daya Tarik Wisata; 2 Kawasan Pariwisata; 3 Jasa Transportasi Wisata; 4 Jasa Perjalanan Wisata; 5 Jasa Makanan Dan Minuman; 6 Penyediaan Akomodasi; 7 Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi; 8 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran (MICE); 9 Jasa Informasi; 10 Jasa Konsultan; 11 Jasa Pramuwisata; 12 Wisata Tirta; 13 Spa
  • 17. Danau Toba SumateraUtara LOKASI 10 DESTINASI PARIWISATA PRIORITAS KSPN/Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KEK/Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Kelayang Bangka Belitung Kepulauan Seribu DKI Jakarta Tanjung Lesung Banten Wakatobi Sulawesi Tenggara Pulau Morotai Maluku Utara Mandalika Nusa Tenggara Barat Komodo Nusa Tenggara Timur Borobudur Jawa Tengah Bromo Tengger Semeru Jawa Timur
  • 20. PERTANYAAN TERKAIT SERTIFIKASI Mengapa SDM harus disertifikasi ? Siapa yang berwenang melakukan uji kompetensi, apakah uji kompetensi sama dengan sertifikasi kompetensi ? apakah ada lembaga lain yang berwenang selain LSP ? Apa keuntungan bila sertifikasi dilakukan oleh LSP ? apakah PNS juga perlu disertifikasi oleh LSP ? Bagaimana cara membentuk LSP-P1 ? Bagaimana cara BNSP untuk terus memastikan kompetensi asesor ? (beberapa orang meragukan kemampuan asesor dalam melakukan asesment karena terkadang asesor yang menguji tidak memiliki bidang keahlian yang akan diuji)
  • 21. LANDASAN HUKUM • Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan • Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) • Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional • PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional
  • 22. PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 PEMBERLAKUKAN/PENERAPAN SKKNI RIP SKKNI PELATIHAN KERJA SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA PENGELOLAAN SDM
  • 23. PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 Ketentuan Umum; Pasal 1: 4. Rencana Induk Pengembangan SKKNI, yang selanjutnya disebut RIP SKKNI, adalah dokumen rencana program pengembangan SKKNI yang disusun oleh instansi pembina sektor atau instansi pembina lapangan usaha. 5. Penerapan SKKNI adalah serangkaian kegiatan yang sistematis dalam rangka implementasi SKKNI di bidang pelatihan kerja, sertifikasi kompetensi kerja serta manajemen dan pengembangan sumber daya manusia. PEMBERLAKUKAN/PENERAPANSKKNI
  • 24. Pasal 10: SKKNI diterapkan di bidang: a. Pelatihan kerja (rincian di Pasal 11 – Pasal 14) b. Sertifikasi kompetensi (rincian di Pasal 15 – Pasal 18) Pasal 19: SKKNI dapat digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk acuan evaluasi dan asesmen kompetensi tenaga kerja, baik dalam kaitannya dengan rekrutmen, pengembangan karier maupun remunerasi. PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 PEMBERLAKUKAN/PENERAPANSKKNI
  • 25. Pasal 9: (1) SKKNI yang telah ditetapkan oleh Menteri, penerapannya dilakukan oleh Instansi Teknis yang mengusulkan. (2) SKKNI diberlakukan secara wajib oleh Instansi Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila berkaitan dengan keamanan, keselamatan, kesehatan dan/atau mempunyai potensi perselisihan dalam perjanjian perdagangan dan jasa. (3) Pemberlakukan SKKNI secara wajib dapat dilakukan di bidang profesi atau pekerjaan yang memiliki posisi strategis dalam meningkatkan daya saing nasional. PerMenakertrans No.5 Tahun 2012 PEMBERLAKUKAN/PENERAPANSKKNI
  • 26. UU No.13 Tahun 2003 Pasal 18 1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja. 2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi kompetensi kerja. 3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti oleh tenaga kerja yang telah berpengalaman. 4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang independen. 5) Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi yang independen sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah. PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA UNTUKSERTIFIKASI
  • 27. UU No.13 Tahun 2003 Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pasal 9 Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Pasal 11 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja. PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA UNTUKSERTIFIKASI
  • 28. PP No.23 Tahun 2004 Pasal 2 1. Membentuk Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut dengan BNSP. 2. BNSP merupakan lembaga yang independen dalam melaksanakan tugasnya, dan bertanggung jawab kepada Presiden. PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA UNTUKSERTIFIKASI
  • 29. PP No.23 Tahun 2004 Pasal 3 BNSP mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Pasal 4 1. Guna terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. 2. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh BNSP. PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA UNTUKSERTIFIKASI
  • 30. PP No.23 Tahun 2004 Pasal 1 1. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia dan/atau internasional. 2. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PENERAPANSTANDARKOMPETENSIKERJA UNTUKSERTIFIKASI
  • 31. STANDAR KOMPETENSI KERJA YANG DAPAT DIACU (dalam sistem sertifikasi oleh BNSP) • STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI): rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. • STANDAR INTERNASIONAL: standar kompetensi kerja yang dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu organisasi multinasional dan digunakan secara internasional. • STANDAR KHUSUS: standar kompetensi kerja yang dikembangkan dan digunakan oleh organisasi untuk memenuhi tujuan internal organisasinya sendiri dan/atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan organisasi yang bersangkutan atau organisasi lain yang memerlukan.
  • 32. PP No.31 Tahun 2006 Pasal 14 1. Peserta pelatihan yang telah menyelesaikan program latihan berhak mendapatkan sertifikat pelatihan dan/atau sertifikat kompetensi kerja. 2. Sertifikat pelatihan kerja diberikan oleh lembaga pelatihan kerja kepada peserta pelatihan yang dinyatakan lulus sesuai dengan program pelatihan kerja yang diikuti. 3. Sertifikat kompetensi kerja diberikan oleh BNSP kepada lulusan pelatihan dan/atau tenaga kerja berpengalaman setelah lulus uji kompetensi. 4. BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan akreditasi untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3). 5. Dalam hal lembaga sertifikasi profesi tertentu belum terbentuk maka pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh BNSP. 6. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) harus mengacu kepada pedoman sertifikasi kompetensi kerja yang ditetapkan oleh BNSP.
  • 33. ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI BNSP 1. ISO/IEC 17024:2003 : Conformity Assesment – General Requirements for Bodies Operating Certification of Persons – akan beralih ke ISO/IEC 17024: 2012 2. ISO/IEC 19011: 2002 : Guidelines for quality and/or environmental management systems auditing – akan beralih ke ISO/IEC 19011: 2011 ACUANTEKNISPELAKSANAAN SERTIFIKASIKOMPETENSIBNSP
  • 34. KELEMBAGAANSERTIFIKASI • Panitia Teknis Uji Kompetensi: dibentuk oleh BNSP bekerjasama dengan lembaga pemerintah atau otoritas kompeten yang memerlukan penerapan sertifikasi. • LSP Pihak 3: LSP yang didirikan oleh asosiasi industri dan asosiasi profesi, dengan dukungan lembaga/otoritas teknis pemerintah • LSP Pihak 2: LSP yang didirikan oleh industri untuk melakukan sertifikasi kepada pemasoknya, atau otoritas kompeten mewajibkan kepada jejaringnya. • LSP Pihak 1: – Industri: didirikan oleh industri untuk sertifikasi karyawannya sendiri. – Lembaga Pendidikan Vokasi: didirikan oleh lembaga pendidikan vokasi untuk siswanya selama dalam proses pembelajaran.
  • 35. 1. Wajib (Compulsary): pemerintah boleh mewajibkan apabila berkaitan dengan safety, security, dan/atau mempunyai potensi dispute besar di masyarakat. 2. Disarankan (Advisory) 3. Sukarela (Voluntary) PEMBERLAKUAN
  • 36. JENIS SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI Skema Sertifikasi Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia Skema Sertifikasi Okupasi (Jabatan) Nasional Skema Sertifikasi berdasar Paket Kompetensi (Cluster) Skema Sertifikasi Unit Kompetensi SERTIFIKASIKOMPETENSI
  • 37. Siapa yang disertifikasi ? PESERTA SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA Apa yang diujikan ? STANDAR KOMPETENSI KERJA SKEMA SERTIFIKASI PERANGKAT/MATERI UJI KOMPETENSI UJI KOMPETENSI PENGUJI TEMPAT UJI KOMPETENSI SERTIFIKASIKOMPETENSI
  • 38. 1. Sertifikasi terhadap kompetensi profesi: dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Personil/Profesi, berlaku apabila masih kompeten. 2. Sertifikasi untuk mendapat status profesi: dilakukan organisasi profesi, biasa disebut juga lisensi/registrasi profesi. 3. Sertifikat pelatihan: oleh lembaga pelatihan, biasa disebut juga Certificate of Attainment, berlaku selamanya SERTIFIKASIKOMPETENSI
  • 40. Teknologi  disruptive PERUBAHAN TRANSFORMASI Perubahan Pengalaman BelajarPerubahan Pengalaman Belajar Lebih interaktif dan personal Memaksimalkan potensi belajar siswa
  • 41. INTEGRASI TEKNOLOGI Integration of the digital technology into physical world are creating new ways to engage. MENTORED LEARNING belajar melalui mentor – memodelkan praktek dari ahlinya untuk mengembangkan identitas “becoming” dan meningkatkan ketahanan diri. • Ruang belajar eksperensial: situasi kompleks – pengambilan keputusan dan ambigu, kegagalan merupakan kunci, dan berfokus pada “apa yang dapat Anda lakukan” • Magang virtual: simulasi, praktek dengan mentor virtual – meningkatkan keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap, serta identitas. • Jalur keberhasilan yang terbimbing: penggunaan data siswa dari waktu-ke-waktu untuk membimbing mereka menuju keberhasilan
  • 42. INTEGRASI TEKNOLOGI Integration of the digital technology into physical world are creating new ways to engage. COLLECTIVE INTELLIGENCE • Jejaring bidang ilmu: community of practice (COP) untuk meningkatkan inovasi, pemecahan masalah terdistribusi, upaya manasuka darimana saja • Model pendidikan alternative: Khan Academy, Coursera, EdX, OER University, ITunes University, pendidikan berbasis kompetensi untuk pekerja • Model pendidikan berdasarkan permintaan kostumer: kursus-kursus keterampilan bersertifikat – Oracle, Cisco, Microsoft Academy, CPA, dll.  micro-credentialing
  • 43. Memungkinkan fleksibilitas pembelajaran dan personalisasi Memungkinkan pembelajaran yang kolaboratif Membuka akses pembelajaran yang lebih luas INTEGRASI TEKNOLOGI Integration of the digital technology into physical world are creating new ways to engage.
  • 44. SPEKTRUM DARI PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI face-to face learning Blended/hybri d learning Distributed learning teleconference e-learning Podcasting Webcasting web-based learning distance education Distance Learning Flexible learning Open Learning Open and distance learning (fully) online learning Technology- based learning Technology- based training Web-based training Virtual learning Mobile learning Off campus learning mobile learning palm learning ubiquitous learning Open Educational Resources Massive Open Online Courses … ….
  • 45. E-learning: • Pembelajaran individu/mandiri atau kelompok menggunakan TIK dan jejaring. • Memberikan fleksibilitas untuk siswa belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja. • Dapat dikombinasikan dengan tatap muka  pembelajaran blended, tetapi memiliki nilai inovatif karena memberikan nuansa baru dalam proses belajar mengajar yang berbeda dengan pembelajaran tatap muka biasa. E-learning is defined as flexible learning experiences delivered through the use of information and computer technologies to be accessible anytime, anywhere, by anyone (pengalaman belajar yang fleksibel yang memanfaatkan TIK dan dapat diakses kapan saja, di masa saja, oleh siapa saja).
  • 46. Istilah berkaitan dengan E-Learning Distance Learning Open Learning Open and Distance Learning Flexible Learning E-learning Web-based Learning Web-based Training Podcast – Vodcast Tele/Video Conference Kelas Jauh Program Studi di luar domisili/kampus utama Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Terbuka Pendidikan Terbuka dan Jarak jauh Perolehan Kredit (Credit Earning) Alih Kredit (Credits Transfer) Universitas Terbuka PJJ S1 PGSD berbasis TIK (Hylite) …. …. ….
  • 47. PENDEKATAN PBM TATAP MUKA VS E-LEARNING TATAP MUKA E-LEARNING KELAS • fisik sarpras yang terbatas • sinkronus • tidak terbatas • di mana saja, kapan saja KONTEN/ISI • PowerPoint/ transparency/etc • Textbooks/library • Video • kolaborasi • Multimedia / simulation • Digital library • On demand • komunikasi sinkronus dan asinkronus PERSONALISASI • satu jalur belajar untuk semua • jalur belajar dan kecepatan belajar ditentukan oleh siswa
  • 48. – proses pendidikan yang terorganisasi yang menjembatani keterpisahan antara siswa dengan pendidik dan dimediasi oleh pemanfaatan teknologi, dan pertemuan tatap muka yang minimal. – Pendidikan jarak jauh ditawarkan lintas ruang dan waktu sehingga siswa memperoleh fleksibilitas belajar dalam waktu dan tempat yang berbeda, serta menggunakan beragam sumber belajar. – Biasanya berbentuk pendidikan massif Pendidikan Jarak Jauh berevolusi dari bentuk pendidikan koresponden sampai pendidikan melalui e- learning lintas ruang dan waktu.
  • 49. Gen 1 • Model Korespondensi • Bahan ajar tercetak Gen 2 • Model Multimedia • Cetak, audio-visual, computer-based learning, video interaktif Gen 3 • Model Telelearning • Audioteleconferencing, videoconferencing, Broadcast TV/ Radio Gen 4 • Model Pembelajaran Fleksibel • Online IMM, Internet – based resources, computer- mediated comm Gen 5 • Model Pembelajaran Fleksibel Cerdas • Gen 4 + CMC dengan autoresponse, portal administrasi dan akademik Gen 6 • Pembelajaran Mobile • Akses dari mana saja dengan smartphone, komputer tablet, netbook
  • 51. Pembelajaran Terbuka menekankan pemberian kesempatan memilih kepada siswa dalam hal: • Media belajar (cetak, online, televisi, video) • Tempat belajar (di rumah, di tempat kerja atau di kampus); • Kecepatan belajar (terstruktur, terbimbing, atau mandiri); • Bantuan belajar yang diperlukan (CAL, tutor, email, diskusi, dll.); Titik masuk dan titik keluar (multi entry multi exit). Pembelajaran Terbuka tidak sinonim dengan belajar jarak jauh, namun belajar jarak jauh selalu menggunakan pembelajaran terbuka sebagai salah satu strateginya sehingga memungkinkan siswa belajar dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai sumber belajar dan media.
  • 52. • Siapa peserta? • Apa yang akan dipelajari? • Bagaimana peserta belajar?
  • 53. • Akses terhadap pengalaman belajar melalui pemanfaatan teknologi, termasuk konektivitas, fleksibilitas dan fasilitasi beragam interaksi belajar. • Istilah yang digunakan: “fully/purely online learning”, e-learning, Internet learning, distributed learning, networked learning, tele- learning, virtual learning, computer-assisted learning, Web-based learning, distance learning, technology-based learning, podcast/webcasting learning • Pembelajaran daring dapat dimanfaatkan dalam pendidikan jarak jauh maupun pendidikan konvensional (tatap muka). Proporsi Online Deskripsi Tipe 0% Tatap muka sepenuhnya, pembelajaran dengan bahan ajar cetak atau lisan Tatap muka tradisional 1 %- 29% Menggunakan teknologi Internet untuk memfasilitasi pola tatap muka, mungkin menggunakan LMS atau situs web untuk mem-pos-kan bahan ajar dan tugas Web- enhanced (pembelajara n diperkaya dengan akses Internet) 30% - 79% Mengkombinasikan cara online dan tatap muka. Ada proporsi pengantaran bahan ajar yang online, biasanya dilengkapi dengan diskusi online, dan ada pengurangan frekuensi tatap muka Blended/Hyb rid > 80% Sebagian besar atau seluruh bahan ajar diantarkan secara online, bisa tanpa porsi tatap muka sama sekali Fully Online
  • 54. Sinkronus vs Asinkronus, belajar kelompok dan belajar mandiri A Individual Self-Study Computer-based instruction/ learning/training B Group/ collaborative Computer-mediated communication (1) On-line study Synchronous Communication (“real – time”) Surfing the internet, accessing websites to obtain information or to learn (knowledge or skills) (following up a webquest) Chat rooms with/out video (IRC, electronic whiteboards) Audio/videoconferencing Cuseeme, netmeeting) (2) Off-line study Asynchronous Communication (“flexi-time”) Using stand-alone courseware / downloading materials from the internet for later local study (LOD – learning object download) Asynchronous communication by email, discussion lists or a learning management system (WebCT, Blackboard, D2L, etc.)
  • 55. Inti dari Pembelajaran Daring Pemanfaatan Teknologi Perluasan Akses Pendidikan Pemerataan Pembelajaran Berkualitas Membuka Beragam Cara/Strategi Belajar. Meningkatkan Efisiensi Penyelenggaraan Pembelajaran
  • 56. Pedagogi dalam pembelajaran daring Adapted from Wheeler, S. (2011) “ 1. Learning is open (belajar adalah terbuka) 2. Learning is social (belajar adalah sosial) 3. Learning is personal (belajar adalah personal) 4. Learning is augmented (belajar adalah terbantukan) 5. Learning is multirepresented (belajar adalah multirepresentasi/ multiperspektif) 6. Learning is mobile (belajar adalah bergerak)
  • 58. Learning is social • Connected • Communication • Collaboration • Creation “Learning (and teaching, such as it is) is not a process of communication but rather, a process of immersion. Put loosely, it suggests the idea of teaching...through the creation (or identification) of an environment into which a learner may be immersed.” (Downes, 2005a). Connectivism (Siemens, 2005)
  • 59. Learning is personal • Individual Differences  Konstruksi pengetahuan/ kebermaknaan secara personal Khalil Gibran You may give them your love but not your thoughts, For they have their own thoughts. The teacher who walks in the shadow of the temple, among his followers, gives not of his wisdom but rather of his faith and his lovingness. If he is indeed wise he does not bid you enter the house of his wisdom, but rather leads you to the threshold of your own mind.
  • 61. Learning is multirepresented • Text • Audio • Video • Games • Multimedia • …
  • 63. PEMBELAJARAN DARING INDONESIA TERBUKA TERPADU (http://kuliahdaring.dikti.go.id/)
  • 64. • Mengkombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran dari (misalnya akses 24/7 dan fleksibilitas di mana saja dan kapan saja) dengan aspek terbaik dari pembelajaran di kelas (sinkronus, tatap muka) • Istilah yang digunakan: pembelajaran bermodus kombinasi/ganda, pembelajaran hybrid, e-learning, pembelajaran berbasis beragam sumber. • Pendekatan dalam pendidikan yang mengkombinasikan pendekatan tatap muka dan pendidikan jarak jauh. Siswa bertemu dosen/tutor/instruktur melalui pemanfaatan Teknologi, kegiatan belajar dilaksanakan berdasarkan beragam sumber belajar, dan pengalaman belajar dapat diakses siswa di mana saja dan kapan saja, biasanya menggunakan e-learning.
  • 65. Dosen mengajar di depan kelas ◦ Akan hilang ◦ Tidak lagi populer
  • 67. (UNESCO, 2002) • Penyediaan sumber belajar secara terbuka – difasilitasi oleh TIK – untuk digunakan sebagai referensi atau diadaptasi oleh pengguna dalam konteks bukan untuk penggunaan komersial. • Lisensi terbuka biasanya digunakan untuk sumber belajar yang diproduksi dengan menggunakan dana masyarakat. OER DIKATEGORIKAN MENJADI: • Konten belajar: mata kuliah utuh, modul mata kuliah, objek belajar, koleksi materi digital dan jurnal • Alat/aplikasi: perangkat lunak untuk menunjang pengembangan, penggunaan, penggunaan kembali, dan penyampaian proses belajar – termasuk pencarian dan perorganisasian konten, system pengelola pembelajaran dan konten, alat pengembangan konten, dan komunitas online. • Sumberdaya implementasi: lisensi kekayaan intelektual untuk penerbitan terbuka, pemodelan dan prinsip perancangan, dan lokalisasi konten.
  • 68. KARAKTERISTIK: • Reuse : objek belajar dapat digunakan hanya jika sudah diadaptasi/diubah dari bentuk asal. • Revise : kesempatan untuk mengadaptasi, menyesuaikan, memodifikasi, atau mengubah objek belajar. • Remix : kesempatan untuk mengkombinasikan bentuk original objek belajar, atau yang sudah dimodifikasi dengan objek belajar lain sehingga dapat diperoleh bentuk baru. • Redistribute : kesempatan untuk membuat dan berbagi objek belajar yang asli, revisi, atau kombinasinya. http://bacirc.edublogs.org/category/copyright/
  • 69. MENGAPA OER? – Berbagi pengetahuan merupakan praktek baik dan sesuai dengan tradisi akademik. – Adalah kewajiban bagi perguruan tinggi untuk mencerdaskan masyarakat melalui cara berbagai ilmu pengetahuan kepada masyarakat dengan memanfaatkan TIK. – Berbagi sumber belajar secara daring akan mendatangkan keuntungan berupa jaringan maupun keuntungan finansial, terutama dalam jumlah massif. – Strategi marketing abad 21 untuk menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat. – Dengan kompetisi dan globalisasi, sangat penting bagi pendidikan tinggi dan perguruan tinggi untuk mencari model bisnis abad 21, yang berbeda dengan bisnis pendidikan tinggi yang biasanya (tradisional)
  • 72. – Merupakan mata kuliah daring yang ditujukan kepada peserta dalam jumlah besar dan dapat dibuka secara daring. – Masif karena melibatkan beribu, berjuta mahasiswa – Terbuka karena siapapun dapat mengambil mata kuliah tersebut, biasanya tanpa prasyarat, tanpa proses admisi, dan tanpa biaya. – Daring karena tidak ada buku, tapi menggunakan buku elektronik, tidak ada pertemuan tatap muka karena dimediasi oleh TIK, dan tidak ada kontak langsung dengan dosen karena kontak dilakukan menggunakan beragam media komunikasi. Berdasarkan tabel pemanfaatan TIKI, maka MOOCs termasuk kategori pemanfaatan >80% TIK untuk pembelajaran, tanpa tatap muka dengan dosen. MOOCs sesungguhnya bukan untuk “kredit”, lebih kepada peningkatan kompetensi (reskilling upskilling) dan biasanya berbayar jika diperlukan bukti sertifikat penyelesaian. MASSIVEOPENONLINECOURSES (MOOCs)
  • 73. 2 fitur utama – Akses terbuka – siapa saja dapat berpartisipasi dalam mata kuliah daring dan gratis. – Scalability – mata kuliah dirancang untuk menampung mahasiswa dalam jumlah tidak terbatas. MASSIVEOPENONLINECOURSES (MOOCs)