SlideShare a Scribd company logo
1 of 194
SESSION 1 &
2
EtiquetE
Behavior
# Konsep Filsafat & Etika
Nama : Ahmad Kurnia, SPd,MM
Tpt/tg lahir : Garut, 26 februari 1969
Status : Menikah
Pendidikan: S-1, IKIP Bandung jurusan Manajemen
S-2 STIM-LPMI Jakarta, jurusan MSDM
S-3 Program Doktoral UNJ (Proses disertasi)
Alamat : Perum Telaga Murni, Blok D-15 No 12A, Cikarang
Barat, Bekasi
Hp. 081314492571
Email : elqorni@yahoo.co.id,
ahmadkurnia@gmail.com
Webblog : http://elqorni.wordpress.com
http://skripsimahasiswa.blogspot.com
KEHADIRAN (MINIMAL 10
PERTEMUAN)
TUGAS :
A. HARIAN
B. TUGAS UTS (STUDI KASUS) :
1) Buat makalah dan kelompok
diskusi
2) Makalah diserahkanpada saat
pelaksanaan UTS
3) Ketentuan penulisan : kertas A4,
spasi 1.5, margin 4x3,
4x3, font ukuran 12,
bnetuk font (Arial/time
new roman)
4) Sistematika : a) cover, b) kata
pengantar, c) daftar isi, d)
bab 1 pendahuluan, e)
bab 2 bahasan dan f) bab
C. TUGAS UAS (Resume
buku):
1) Tugas bersifat individu,
dan harus diverifikasi
kelayakannya.
2) ketentuan penulisan :
kertas A4, spasi 1.5,
margin 4x3, 4x3, font
ukuran 12, bnetuk font
(Arial/time new roman)
3) Sistematika : cover buku,
a) identitas buku (judul
buku, penulis, penerbit,
kota, dan tahun
penerbitan) b)
ringkasan buku dari bab
1 sd bab terakhir c).
Topik study kasus
A. Studi kasus Etika gender (Masalah poligami, homoseksual, pergaulan
bebas, pelacuran, dll)
B. Studi kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan, iklan, MLM,
penggunaan formalin, dll)
C. Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah pencemaran limbah,
Globalisasi,)
D. Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi (Masalah rekayasa genetika,
rekayasa lingkungan, plastik)
E. Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya (Pengaruh TV, Internet,
Pornografi, globalisasi)
F. Studi Kasus Etika Politik (pilkada, korupsi, partai agama, tokoh agama
yang berpolitik dll).
G. Studi kasus Etika keluarga (perceraian, sex harashment, broken
home, dll)
H. Studi kasus etika beragama (toleransi, terorisme, penistaan
agama,dll)
ASPEK PENILAIAN PROSENTASE
Tugas 10%
Ujian tengah
semester
25%
Ujian akhir semester 50%
Absen kehadiran 10%
Komponen lain 5%
TOTAL 100%
Pertemuan 1 Hakikat filsafat
Pertemuan 2 Konsep etika perilaku
Pertemuan 3 Konsep kebebasan
Pertemuan 4 Tanggungjawab dan Kebebasan
Pertemuan 5 Kesadaran Moral
Pertemuan 6 Suara hati dan Tanggungjawab Moral
Pertemuan 7 Kebahagian dan Kepribadian Moral tinggi
Pertemuan 8 Ujian Tengah Semester
Pertemuan 9 Studi kasus Etika Seksual (Masalah poligami, homoseksual,
pergaulan bebas, pelacuran, dll)
Pertemuan 10 Studi kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan, iklan, MLM,
penggunaan formalin, dll)
Pertemuan 11 Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah pencemaran
limbah, Globalisasi, kebakaran
hutan
Pertemuan 12 Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi (Masalah rekayasa
genetika, rekayasa lingkungan,
plastik)
Pertemuan 13 Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya (Pengaruh TV,
Internet, Pornografi, globalisasi)
Magnis-Suseno F. (1985) “ Etika Dasar : Masalah-
Masalah Pokok Filsafat Moral” Penerbit Kanisius.
Suryasumantri Y.S. (1985) “ Filsafat Ilmu, Suatu
Pengantar Populer”, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta
Frans magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah
Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta, Kanisius 1987)
Frans Magnis Suseno, Etika Umum (Yogyakarta,
Kanisius 1979)
K. Bertens, Etika (Jakarta, Gramedia 1997)
K. Bertens, Perspektif Etika (Yogyakarta, Kanisius
2001)
Eka Darmaputera, Etika Sederhana Untuk Semua
(Jakarta, BPK Gunung Mulia 1989)
SESSION 01
# Apa Itu Filsafat
?
 Filsafat berasal dari kata Yunani
Filo (cinta), dalam arti luas “ingin”,
dan Sofia (kebijaksanaan)
 Filsafat (philosophy) ialah berpikir,
yaitu salah satu kegiatan manusia
untuk mengetahui sesuatu, dan
menelaah segala masalah yang
mungkin dapat dipikirkan manusia.
 Filsafat dimulai dari “Rasa Ingin
Tahu” manusia untuk memperoleh
 Sokrates dan Plato (427 – 347 SM),
filsafat adalah pengetahuan tentang
segala sesuatu yang ada.
 Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, di dalamnya terkandung ilmu:
matematika, logika, retorika, etika, politik,
ekonomi, estetika. Dalam hal ini filsafat
menyelidiki sebab dan azas segala
sesuatu
 Marcus T. Cicero (106 – 43 SM), filsafat
 Al Farabi (950 M), filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakekat yang
sebenarnya.
 Imanuel Kant (1724 – 1804 M), filsafat
adalah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup (misalnya):
(a) Apakah yang dapat kita ketahui? 
Dijawab oleh metafisika,
(b) Apakah yang dapat kita kerjakan? 
Dijawab oleh etika,
 Bersifat menyeluruh, dalam arti melihat ilmu
itu dalam kaitannya dengan pengetahuan
lain, misalnya kaitannya dengan moral dan
agama.
 Mempunyai sifat mendasar, yaitu
menguraikan tempat berpijak secara
fundamental
 Bersifat spekulatif dalam mencari kebenaran
ilmu, dalam arti harus mencoba mulai dari
sesuatu secara spekulatif (coba-coba),
namun dalam proses selanjutnya perlu
# Karakteristik Filsafat
 Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah
(logika) yang kemudian berkembang menjadi filsafat
pengetahuan,
 Mana yang baik dan mana yang buruk (etika) yang
selanjutnya berkembang menjadi filsafat moral,
 Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika) yang kemudian dinamakan filsafat seni.
Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah
dengan
 Metafisika (hakekat keberadaan zat, hakekat pikiran, serta
kaitan antara zat dan pikiran),
 Politik (yaitu kajian mengenai organisasi sosial dan
pemerintahan yang ideal).
 Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi
menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai kajian
yang lebih spesifik, diantaranya ialah filsafat ilmu.
# Pokok Masalah Yang Dikaji
Filsafat
 Epistemologi (Filsafat
Pengetahuan)
 Etika (Filsafat Moral)
 Estetika (Filsafat Seni)
 Metafisika
 Politik (Filsafat
Pemerintahan)
 Filsafat Agama
 Filsafat Ilmu
 Filsafat Pendidikan
 Filsafat Hukum
 Filsafat Sejarah
 Filsafat Matematika
Sekarang ini filsafat sudah dikenal 11 cabang
yang mempunyai kajian formal :
D3-FTI-UKSWEDN 201115
Etika, Filsafat dan Ilmu
Pengetahuan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai
interpretasi tentang hidup manusia, yang tugasnya meneliti dan
menentukan semua fakta konkret sampai pada yang paling
mendasar.
Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini,
perlu dilakukan pemisahan antara etika dan moral. Yaitu bahwa
etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan moral adalah obyek
ilmu pengetahuan tersebut
KONSEP ETIKA
PERILAKU
# Apa Itu Etika, Etiket, Etis ?
17
Etika berasal dari Bahasa Yunani “ETHOS” yang
berarti adat kebiasaan yang berhubungan tingkah
laku manusia dan prinsip-prinsip tentang tindakan
moral yang benar.
Dari kata etik (bahasa Inggris: ethics) atau etika
telah diturunkan :
Etiket (Belanda), yaitu carik kertas yang
ditempelkan pada kemasan barang-barang dagang
yang bertuliskan nama, isi, dan aturan penggunaan
barang itu.
Etiquette (Perancis):, ialah adat sopan santun
atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan di
pergaulan agar hubungan selalu baik.
Etichals (Inggris), ialah golongan obat yang tidak
# Definisi
Etika
 Suatu tindakan dianggap
beretika apabila Anda
pun tidak keberatan jika
orang lain melakukan hal
itu terhadap diri Anda,
sesuai dengan prinsip
timbal-balik.
 Etika merupakan standar
tingkah laku ( standart of
conduct) yang
memimpin individu dalam
membuat keputusan,
apa yang akan
diperbuat , dikatakan dan
sebagainya.
 Etika berhubungan
dengan yang benar dan
yang salah dan pilihan
moral yang dilakukan
 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdibud) :
Etika adalah : a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk,
b. tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), c. nilai mengenai
benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarkat
umum.
 Etika ditinjau dari segi filsafat :
Etika sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk sebagai pedoman sikap dan tingkah laku manusia
sejauh berkaitan dengan norma-norma. Pengertian “Akhlak”
berasal dari bahasa Arab, jamak dari “ khuluqun”, artinya budi
pekerti, tingkah laku.
 Etika = Akhlak sebagai ilmu menurut Islam :
mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan Al
Qur’an dan Sunnah Rasul, yang berlakunya universal dan
komprehensif bagi seluruh umat manusia disegala waktu dan
tempat.
 The World Book Encyclopedia (2008), etika mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang benar dan salah dengan
menggunakan metode “reasoning”, bukan benar-salah menurut
kepercayaan atau tradisi.
Etika berasal dari bahasa Latin (ethicus) yang berarti karakter
atau berperilaku. Berbagai definisi atau pengerian etika:
1) Nilai, norma, dan moral yang dijadikan pegangan
orang/kelompok. (Bertens 1993)
2) Kumpulan azas/nilai moral dan kode etik
3) Ilmu tentang perbedaan tingkah laku yang baik dan buruk dalam
kehidupan manusia
4) Cara manusia memperlakukan sesama dan menjalani hidup dan
kehidupan dengan baik, sesuai aturan yang berlaku di
masyarakat. (Algermond Black 1993)
5) Yang paling sederhana: Perilaku standar yang dirumuskan oleh
suatu ras atau bangsa.
6) Pengetahuan tentang moral, pengembangan studi tentang
prinsip-prinsip tugas manusia.
7) Pengetahuan tentang filsafat, atau pengetahuan tentang perilaku
moral. Perilaku moral artinya perilaku yang mempertimbangkan
baik dan buruk, atau tentang apa yang harus dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.
8) Pengetahuan tentang kewajiban moral, atau lebih luas lagi,
pengetahuan tentang perilaku manusia yang ideal dan hasil akhir
tindakan manusia yang ideal.
9) Kamus Bahasa Indonesia : Ilmu tentang apa yang baik dan apa
PERILAKU : sikap & tindakan
(behavior; way of thinking or
behaving)
 Etika bukan
ajaran moral juga
bukan tambahan
ajaran moral.
 Etika tidak langsung
membuat manusia
menjadi baik. Itu tugas
ajaran moral.
Etika adalah
sarana untuk
memperoleh
orientasi kritis
berhadapan
dengan
berbagai
moralitas
Fungsi Etika
 Orientasi kritis
diperlukan karena
kita dihadapkan
dengan pluralisme
moral.
 Jika tidak memiliki
orientasi kritis, maka
kita akan bingung
seperti cerita
“Nasrudin yang mau
menjual keledai”.
# TUJUAN BELAJAR ETIKA
Membuat
mahasiswa
menjadi
lebih kritis
TUJUAN BELAJAR ETIKA
Kritis
terhadap
Lembaga-
lembaga
Masyarakat:
Orang tua,
agama,
negara dll
TUJUAN BELAJAR ETIKA
Kritis terhadap berbagai Ideologi:
konsumtif, keserbabolehan, hura-hura.
Tujuan Belajar Etika
Kritis terhadap Diri Sendiri,
1. Etika Dan Hukum
2. Etika Dan Orientasi
Manusia
3. Etika Dan Agama
4. Etika dan Moral
# Etika Dan Bidang
Lainnya
Etika dipandang sebagai “state of the art” hukum yaitu
dimana pedoman perilaku yang ada saat ini ditafsirkan
ke dalam hukum dan digunakan sebagai pedoman
selanjutnya untuk masa yang akan datang.
Hukum akan mengkodifikasi harapan dari etika dalam
melaksanakan kegiatan bisnis. Meskipun disadari tidak
semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi oleh
hukum. Norma etika memang bersifat dinamis, tetapi
begitu ia dituangkan dalam ketentuan hukum sifat
dinamisnya menjadi berkurang/bahkan mungkin menjadi
statis. Maka di sini hukum tentunya harus
memperhatikan pula apabila adanya perubahan-
perubahan (fungsi hukum sebagai sos. eng).
# Etika dan
hukum
Orientasi Manusia
Etika adalah ilmu yang mencari orientasi. Orientasi dilakukan
manusia sebelumnya dapat melakukan sesuatu. Orang perlu tahu
terlebih dahulu di mana ia berada dan ke arah mana ia akan
bergerak untuk mencapai suatu tujuan, dan ini merupakan salah
satu kebutuhan manusia yang paling fundamental.
Sarana orientasi
Etika dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk
menjawab pertanyaan mendasar : bagaimana saya menjalani
hidup ini dan bagaimana saya harus bertindak?.
Jawaban pertanyaan ini sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai
pihak, misalnya orang tua, guru/dosen, dari adat istiadat dan tradisi,
teman, lingkungan sosial, agama, negara dan pelbagai ideologi.
Akan tetapi kembali timbul pertanyaan : apakah benar yang mereka
katakan; lalu siapa yang akan diikuti apabila masing-masing
memberikan nasehat yang berbeda.
# Etika Dan Orientasi
Manusia
 Oleh karena itu, selalu ada”reason” (alasan) mengapa
kita harus memegang teguh etika. Perhatikanlah
pernyataan-pernyataan berikut ini dan lihatlah apa yang
Anda akan dapatkan kalau Anda konsisten menjalankan
apa yang Anda katakan (Maxwell, 1982):
Apa yang Saya
Katakan
Apa yang Saya
Lakukan
Apa Yang Mereka
Kerjakan
 Saya bilang pada
karyawan:
“Datanglah ke kantor
tepat waktu.”
 Saya tiba tepat
waktu
 Mereka datang
tepat waktu
 Saya katakan pada
karyawan:
“Bersikaplah positif”
 Saya menunjukkan
sikap positif
 Mereka akan
berperilaku positif
 Saya katakan pada
karyawan:
“Utamakan pelanggan”
 Saya mendahulukan
konsumen
 Mereka
mengutamakan
konsumen
# Konsistensi
etika
Apa yang Saya Katakan Apa yang Saya
Lakukan
Apa Yang Mereka Kerjakan
 Saya bilang pada
karyawan:
“Datanglah ke kantor tepat
waktu.”
 Saya selalu
terlambat
 Beberapa karyawan
akan tepat waktu dan
yang lainnya tidak.
 Saya katakan pada
karyawan:
“Bersikaplah positif”
 Saya menjalankan
perilaku negatif
 Hanya beberapa orang
yang positif, selebihnya
berperilaku negatif.
 Saya katakan pada
karyawan:
“Utamakan pelanggan”
 Saya
mengutamakan
diri saya lebih
dulu
 Hanya beberapa orang
yang mendahulukan
pelanggan, yang lainnya
tidak.
 Sekarang, apa jadinya kalau hal yang
saya lakukan berbeda dengan yang saya
ucapkan seperti berikut ini:
Etika memang tidak dapat menggantikan agama,
tetapi di lain pihak etika juga tidak bertentangan
dengan agama, malahan diperlukan oleh agama.
Ada 2 masalah dalam bidang moral agama yang
tidak dapat dipecahkan tanpa menggunakan
metode-metode etika.
 Pertama, ialah masalah interpretasi terhadap
perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu.
 Kedua ialah bagaimana masalah-masalah moral
yang baru, yang tidak langsung dibahas dalam
wahyu, dapat dipecahkan sesuai dengan
semangat agama itu.
# Etika dan
Agama
Mengapa Etika
diperlukan Agama?
1. Orang beragama
mengharapkan agar
ajaran agamanya
rasional.
Ia ingin mengerti
mengapa Tuhan
“memerintahkan” ia
berbuat itu dan itu.
Mengapa Etika diperlukan
Agama?
2. Seringkali ajaran
moral yang termuat
dalam wahyu agama
mengijinkan
interpretasi yang
berbeda dan bahkan
saling bertentangan
Mengapa Etika diperlukan
Agama ?
3.Bagaimana agama
harus bersikap
terhadap masalah
moral yang tidak
disinggung dalam
wahyunya,
Misalnya soal
aborsi?.
Mengapa Etika
diperlukan Agama?
4.Etika
memungkinkan
dialog antar
agama. Etika
dapat menjadi
dasar bagi
kerjasama
agama.
Mengapa Etika diperlukan Agama
5. Etika
memungkinka
n dialog antar
agama
dengan
pandangan-
pandangan
dunia
# Morals Dan
Etika
Kita mengenal juga kata “moral”atau “moralitas” , bahasa Latin mos
. artinya kebiasaan
 Moral berhubungan dengan tindakan manusia yang sesuai dengan
ukuran/standar yang diterima oleh umum.
 Hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik
sebagai “kewajiban” atau “norma”
 Sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia
 Kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dibandingkan
dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan
terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Helden, 1997 & Richard,
1971)
 Pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang
dapat dan tidak dapat dilakukan manusia (Atkinson, 1969)
Moral Dan Etika
Etika diartikan sebagai kebiasaan, adat istiadat. Keduanya sama-
sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana orang/manusia harus
hidup sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat. Pada umumya sistem
nilai sebagai suatu kebiasaan diturunkan melalui agama dan
kebudayaan.
Etika ≠ Moral
Dalam
bahasa
sehari-hari,
etika sering
disamakan
dengan
moral.
Memukul seorang
perempuan, tidak beretika
atau tidak bermoral ?
Definisi Moral:
Moral = Ajaran
tentang apa
yang dilarang
dan apa yang
wajib dilakukan
oleh manusia
supaya bisa
menjadi baik.
Contoh Moral Contoh Moral: aturan
& hukum agama,
hukum adat, wejangan
tradisi leluhur,
nasehat orang tua,
ajaran ideologi, dll.
 Sumber moral: tradisi,
adat, agama, ideologi
negara, dll.
Dasar Kata yang Sama
Kata yang dasarnya sama dengan
Etika, tetapi berbeda artinya yaitu:
Ethos & Etis
Kata yang dasarnya sama dengan
moral, tetapi berbeda artinya yaitu:
Amoral & Immoral
 Ethos = Sikap
dasar, ciri-ciri dan
pandangan
penilaian seseorang
atau sekelompok
orang, terhadap
suatu kegiatan
tertentu. Misalnya: Ethos Kerja
•Bagaimana sikap terhadap
kerja (giat atau malas-malasan)
•Bagaimana pandangan
terhadap kerja (beban atau
aktualisasi diri)
•Bagaimana penilaian terhadap
kerja (kutukan atau anugerah)
 Etis =
Tindakan yang
berhubungan
dengan
tanggungjawab
moral.
 Misalnya:
Perbuatannya
tidak etis atau
perbuatannya etis.
Amoral
 Awalan a berarti =
tidak.
 Amoral berarti tindakan
yang tidak
berhubungan dengan
konteks moral atau
tidak berhubungan
dengan kebaikan atau
kejahatan (tindakan
yang netral atau non-
moral).
 Misalnya: berjalan.
Immoral:
 Immoral
adalah
tindakan yang
bertentangan
dengan
moralitas atau
tindakan yang
melawan ajaran
moral.Anak ini melakukan tindakan
yang immoral
Amoral atau Immoral?
EGOIS … Duduk ….
 Tindakan itu harus dijalankan berdasarkan
kewajiban;
 Tidak tergantung pada tercapainya tujuan
dari tindakan itu, melainkan tergantung
pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan itu;
 Dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hukum moral universal.
Tiga prinsip supaya tindakan itu
mempunyai nilai moral
Hubungan Etika & Moral
 Etika dipakai untuk
yang umum/
konseptual/
prinsipal.
 Dan moral dipakai
untuk yang lebih
khusus/ spesifik/
praktis.
Misalnya: Soal
Perceraian
Prinsip Perkawinan
adalah: Kesetiaan
Boleh
Bercerai
Tidak Boleh
Bercerai
Wilayah Etika Wilayah Moral
Moral: Bersifat
perintah langsungEtika: Bersifat
kecakapan teoritis
Seperti Petunjuk
Perjalanan
Seperti Peta Wilayah
Perbedaan Etika dan Moral
Moral: Bersifat
perintah langsung
Etika: Bersifat
kecakapan teoritis
Seperti Buku Manual
Seperti Buku Ilmu
Pengetahuan
Perbedaan Etika dan Moral
Pengertian Etiket
Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia
“etiket”, yaitu : Etiket
(Perancis) : adat
sopan santun atau
tata krama yang perlu
selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar
hubungan selalu baik.
Beda Etika & Etiket
K. Bertens memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket
dengan etika, yaitu :
1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan
harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya
menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan.
Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka
saya dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan
sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri.
Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa
izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin
sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri”
merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan
apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan
atau tangan kiri.
2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak
seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada
orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama
bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja
makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau
saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka
saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara
demikian.
 Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama
orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik
sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang
dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya
barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu
kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan
lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu
makan.
 Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan
membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak
bisa ditawar-tawar.
4. Etiket memandang manusia dari segi
lahiriah saja. Orang yang berpegang pada
etiket bisa juga bersifat munafik. Misal :
Bisa saja orang tampil sebagai “manusia
berbulu ayam”, dari luar sangat sopan dan
halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
 Etika memandang manusia dari segi
dalam. Orang yang etis tidak mungkin
bersifat munafik, sebab orang yang
bersikap etis pasti orang yang sungguh-
sungguh baik.
Empat Hirarki Etika
59
Moralitas
pribadi
Etika profesi
Etika organisasi
Etika Sosial
Mikro
Makro
 Otonomi;
 Kejujuran;
 Keadilan;
 Saling Menguntungkan,
 Integritas Moral.
# PRINSIP ETIKA
PRINSIP ETIKA
Menghormati harkat dan martabat manusia
(respect for human dignity), menghormati privasi
dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality), keadilan dan
inklusivitas (respect for justice and inclusiveness),
dan memperhitungkan manfaat dan kerugian
yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
(Milton, 1999; Loiselle, Profetto-mcgrath, Polit
& Beck, 2004).
 Kesadaran Etis :
Bentuk kesadaran seseorang/institusi tentang apa
yang dapat dilakukan secara legal.
 Filsafat Moral :
studi tentang tindakan apa yang dianggap benar
atau secara moral dapat dipertahankan dan
tindakan apa yang keliru atau tidak pantas
secara moral
2-63
(Kejujuran dan
Integritas)
(Konflik
Kepentingan
)
(Loyalitas
Versus
Kebenaran)
(Mengungkapk
an Pelanggaran
)
2-64
 Struktur Lingkungan Etis
2-65
 Kesadaran Etis (Ethical Awareness)
 Aturan perilaku yaitu pernyataan formal yang merumus-
kan bagaimana organisasi berharap dan menuntut untuk
menyelesaikan masalah-masalah etik.
 Pertimbangan Etis (Ethical Reasoning)
 Tidak semua dilema etis memiliki jawaban hitam dan
putih. Banyak yang berada di wilayah abu-abu sehingga
perlu dipilah dan dipilih konsekuensi yang mungkin terjadi.
Untuk itu diperlukan pelatihan etika.
 Tindakan Etis (Ethical Action)
 Sesuatu yang membantu seseorang untuk bertindak etis
dengan memberikan penguatan thd tindakan etis dan
mengeliminir peluang tindakan tidak etis.
 Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)
 kepemimpinan harus menunjukan perilaku etis dalam
kepu-tusan dan tindakan mereka agar dapat dijadikan
teladan oleh yang lain.
# SUMBER NILAI-NILAI
ETIKA
1. Agama
2. Filosofi
3. Pengalaman dan
4. Perkembangan budaya
5. Hukum
# Metode
Etika
Seperti halnya dalam semua bidang filsafat lain, para
ahli etika pun selalu berselisih faham tentang metode
yang tepat untuk digunakan. Namun demikian ada
satu cara pendekatan yang dituntut dalam semua
aliran yang tergolong etika, yaitu pendekatan kritis.
1) Etika mengamati realitas moral secara kritis. Etika
tidak memberikan ajaran, melainkan menelaah
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan
pandangan-pandangan moral secara kritis.
2) Etika menuntut adanya pertanggungjawaban dan
menyingkap adanya suatu kerancuan.
3) Etika menuntut pertanggungjawaban moral yang
dikemukakan itu dipertanggungjawabkan, jadi
berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.
1. Aliran etika Deontologi
kata Yunani Deon  kewajiban. penekanan pada kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik dinilai berdasarkan tindakan
itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri bukan pada akibat
atau tujuan baik dari tindakan itu . Tindakan itu bernilai moral
karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang
memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat
tindakan itu. Menekankan motivasi, kemauan baik dari
seseorang.
 Deontologi menekankan kewajiban untuk bertindak secara baik ,
tanpa mengkaitkan dengan tujuan atas tindakan ( jangan
mencuri,jangan korupsi).
 Tertanam dalam hati manusia secara universal.
 Immanuel Kant : “ Kemauan baik adalah syarat mutlak untuk
bertindak secara Moral. “
Kant : bertndaklah berdasar keyakinan bahwa orang lainpun
dalam situasi yang anda hadapi bertindak sama
03 # ALIRAN-ALIRAN
ETIKA
Teleologi mengukur baik buruk suatu tindakan dilihat dari tujuan ,
maupun akibat dari suatu tindakan tersebut.
Menurut etika teleologi mencuri itu boleh jika sejak awal tindakan
mencuri itu dimaksudkan untuk membeli obat karena keluarga ada yang
sakit parah.Timbul pertanyaan tujuan baik untuk siapa?
- Orang banyak atau diri sendiri
Jawabannya 2 aliran ; - egoisme etis
- utilitarianisme
Egoisme etis menurut Aristoteles bisa dibenarkan secara moral jika
untuk mempertahankan hidup dan kebahagiaan secara dasar bukan
hedonisme
Utilitarianisme. Dikembangkan oleh Jeremy Bentham 9 1748 – 1832)
bahwa untuk menilai baik buruknya suatu tindakan secara moral adalah
menguntungkan kepentingan orang banyak.
Etika Utilitarianisme menetapkan 3 kriteria :
- Manfaat
2. Etika Teleologi.
3. Aliran Etika Utilitarian
 baik atau buruk setiap tindakan diukur dari apakah
tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau
kebahagian dan kemanfaatan yang terbanyak
dengan pengorbanan yang sedikit”
 Menitik Beratkan Pada Hasil Yang Diharapkan Dari
Keputusan Untuk Menentukan Apa Yang “Benar”
Untuk Dilakukan (Utilitarian)
 Konsekuensi Dari Sebuah Keputusan Untuk
Mengukur Kelayakan Moral.
 Tindakan Etis Harus Menimbulkan Kebaikan
Terbanyak Untuk Jumlah Orang Terbanyak.
 Pendekatan Paling Lajim, Tetapi Konsep Ini
Digunakan Untuk Menjustifikasi Status Quo
Aliran Landasan Etika
(setelah Zaman Renaissance abad
15 )
a.Naturalisme
Etika mempunyai dasar alami ,
bahwa secara kodrati adalah
baik.
b. Individulisme
Bahwa setiap orang harus
bertanggung jawab atas dirinya (
I.Kant ) dan berfokus pada
kematangan pribadi --- dapat
memacu prestasi --- berdampak
egois.
Dasar : setiap manusia terlahir
bebas --- liberalisme
c. Hedonisme
Kodrat manusia mencari
kesenangan
d. Eudaemonisme
Demon ( Yunani) adalah roh (
pengawal yang baik) ,
e. Utilitarianisme
Jeremy Bentham 9 1748 –
1832) dan Jhon Stuard Mill (
1806 – 1873) yang
menekankan manfaat dari
suatu perbuatan
f. Idealisme
Keyakinan manusia terdiri
atas jasmani dan rohani :
1. Idealisme rasionalistik
bahwa fikiran dan akal
manusia dituntun untuk
berperilaku.
2. Idealisme estetik , manusia
berada di dunia ( Kosmos)
yang tertib seperti hiasan
sebagai
karya seni.
3. Idealisme etik = seuai
ukuran-ukuran moral dan
kesusilaan.
4 Aliran
Pemikiran Etika
 Teori Empiris: etika diambil dari
pengalaman dan dirumuskan sebagai
kesepakatan
 Teori Rasional: manusia menentukan
apa yang baik dan buruk berdasar
penalaran atau logika.
 Teori Intuitif: Manusia secara naluriah
atau otomatis mampu membedakan hal
yang baik dan buruk.
 Teori Wahyu: Ketentuan baik dan buruk
datang dari Yang Maha Kuasa.
72
# KONTEKS
ETIKA
73
Etika
Filsafat
Hukum Politik
Agama
Tradisi
Administrasi
SosialEkonomi
Sumber Etika
PenerapanEtika
Profesi Seni
# Etika Umum dan Etika
Khusus.
 Etika Umum
suatu etika mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi
dasar bagi anusia untuk bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis.
Etika Umum sebagai ilmu atau filsafat moral
 etika teoretis
Etika Khusus
 Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral
dasar dalam kehidupan khusus.
 Dalam hal ini Etika Khusus mengamati perilaku dan
kehidupan manusia dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus tertentu.
 Etika Khusus memberi aturan sebagai pedoman bagi
setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan khusus.
 Etika Khusus dianggap sebagai Etika Terapan.
 karena aturan normatif yang bersifat umum diterapkan
secara khusus
dalam kegiatan tertentu.
# KEGUNAAN ETIKA
 Pertama, masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau
majemuk, baik dari suku, daerah, agama yang berbeda-beda;
demikian pula dalam bidang moralitas. Kita berhadapan dengan
sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan
 Kedua, masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa
tanding. Perubahan yang diakibatkan gelombang modernisasi
merupakan kekuatan yang menghantam semua segi kehidupan
manusia. Kehidupan di kota sudah jauh berbeda dibanding tahun-
tahun
 Ketiga, perubahan sosial budaya yang terjadi itu dapat
dipergunakan oleh pelbagai pihak untuk memancing di air keruh.
Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat
penyelamat.
 Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu fihak
menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan
mereka, dan di lain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-
takut dengan tidak menutup diri dari semua dimensi kehidupan
masyarakat yang sedang berubah itu.
KONSEP KEBEBASAN
BAHASAN  Kebebasan dan
Kewajiban
 Kebebasan Eksistensial
- Pengertian
- Kebebasan Jasmani
dan Rohani
- Makna Kebebasan
Eksistensial
 Kebebasan Sosial
 Pembatasan, Paksaan
dan Tekanan Psikis
KEBEBASAN
Mendengar kata kebebasan, yang
pertama dipikirkan ialah bahwa
orang lain tidak memaksa kita
untuk melakukan sesuatu
melawan kehendak kita, berarti
kita dapat menentukan tindakan
sendiri. Hanya karena mempunyai
kebebasan kemampuan itulah,
maka kebebasan yang diterima
dari masyarakat sangat kita
hargai.
# Apa Itu Kebebasan?
 Kebebasan adalah kemampuan manusia
untuk menentukan dirinya sendiri
sebagai konsekuensi dari adanya potensi
manusia untuk dapat berpikir dan
berkehendak.
 Menurut Aristotoles, anima intelektiva
memungkinkan manusia untuk berpikir,
berkehendak, dan punya kesadaran.
 Kebebasan dan tanggung jawab sebagai
etika kadangkala masih bersifat
kontradiktif dalam implementasinya.
Padahal, kebebasan bukanlah lawan dari
tanggung jawab, begitu sebaliknya.
Seseorang tidak akan kehilangan
kebebasannya hanya karena ia
menerapkan tanggung jawab.
# Pembatasan
kebebasan
Tidak segala pembatasan kemungkinan
kita untuk bertindak dirasakan sebagai
pembatasan kebebasan.
Contoh-Contoh yang sudah dibicarakan
sebelum ini :
 Manusia pada hakekatnya sendiri tidak
bebas, tidak dapat terbang seperti burung
 Kekuatan alam dapat membatasi
kebebasan untuk menentukan diri sendiri
(ini bukan disebut perampasan
kebebasan, melainkan karena kodrat kita
manusia termasuk sebagai mahluk alam)
 Pada saat Anda terkurung di dalam rumah
sendiri karena banjir besar, sehingga tidak
dapat bergerak lagi. Orang tidak
mengatakan “ saudara tidak bebas untuk
pergi”, melainkan “Saudara bebas pergi
ke mana saja…kalau dapat”.
 Karena keteledoran penjaga
perpustakaan, tidak tahu bahwa masih
ada orang di dalam, Anda terkunci di
dalamnya sehingga terpaksa menginap
# Alasan Pembatasan
Kebebasan
1. Hak setiap manusia atas kebebasan yang sama.
Keadilan menuntut agar apa yang kita tuntut bagi kita
sendiri, pada prinsipnya juga kita akui sebagai hak orang
lain.
2. Pembatasan kebebasan, karena saya bersama
semua orang lain merupakan anggota masyarakat.
 Eksistensi, hidup dan berkembang hanya karena
pelayanan dan bantuan banyak orang lain, jadi berkat
dukungan masyarakat. Sebagaimana saya hidup berkat
masyarakat begitu pula masyarakat memerlukan
sumbangan saya.
 Masyarakat berhak untuk membatasi kesewenangan
saya demi kepentingan bersama, baik dengan melarang
kita mengambil tindakan-tindakan yang dinilai merugikan
masyarakat, maupun dengan meletakkan kewajiban-
kewajiban tertentu pada kita yang harus kita penuhi.
“Kebebasan sosial dan kebebasan
eksistensial”
1) Kebebasan sosial, yaitu kebebasan yang kita terima
dari orang lain,
2) Kebebasan eksistensial, yaitu kebebasan dalam arti
kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita
sendiri.
 Kemampuan itu bersumber pada kemampuan
manusia untuk berpikir dan berkehendak, dan
terwujud dalam bentuk tindakan.
 Tindakan itu bukan sesuatu yang berada di luar
manusia, melainkan menyatu dengan diri sendiri.
 Dalam tindakan, diri saya sendiri yang bertindak, diri
saya sendiri yang terlibat. Maka kebebasan ekstensial
tidak hanya berarti bahwa saya menentukan tindakan
saya, melainkan melalui tindakan saya menentukan
diri saya sendiri.
Jenis Kebebasan (2):
“Kebebasan Jasmani Dan Paksaan”
Kebebasan eksistensial meliputi
 kebebasan jasmani : ”Kebebasan bagi manusia
berarti bahwa ia dapat menentukan apa yang mau
dilakukannya secara fisik . Ia dapat menggerakkan
anggota tubuhnya sesuai dengan kehendaknya,
tentunya dalam batas-batas kodratnya sebagai
manusia,
 Keterbatasan manusia itu jangan dianggap
sebagai pengekangan kebebasan manusia,
melainkan merupakan wujud khas kebebasan kita
sebagai manusia.
Jenis Kebebasan (3) :
Kebebasan Rohani”
Kebebasan rohani adalah kemampuan kita
untuk menentukan sendiri apa yang kita
pikirkan, untuk menghendaki sesuatu, untuk
bertindak secara terencana.
Kebebasan rohani bersumber pada akal budi.
Karena akal budi itu, maka pikiran kita
melampaui keterbatasan fisik kita.
Dalam roh kita bebas mengembara, sehingga
manusia dapat selalu memasang tujuan-tujuan
baru, mencari jalan-jalan baru, dan
mempersoalkan hal yang lama secara kritis.
Kebebasan rohani manusia adalah seluas
jangkauan pikiran dan imajinasi manusia.
Contoh : Bagaimana kita dapat mencegah
seseorang masuk ke dalam kamar pribadi
kita?
 Paksaan
Cara pertama adalah dengan mengunci
kamar itu. Cara itu aman. Siapapun tidak bisa
masuk. Tidak perlu kita bedakan antara orang
yang bertanggung jawab dan yang tidak,
binatang pun tidak akan bisa masuk.
 Tekanan psikis.
Cara kedua ialah: kita dapat mengkondisikan
seseorang sedemikian rupa, hingga begitu ia
melihat pintu kamar kita, ia mulai bergetar
ketakutan dan tidak sanggup untuk
memegang pegangan pintu meskipun pintu
sebenarnya tidak apa-apa dan tidak terkunci.
 Pewajiban dan larangan
cara ketiga, yaitu kita memasang tulisan pada
pintu kamar: ”dilarang masuk”. Pembatasan
kebebasan ini tidak lagi efektif terhadap
anjing dan sapi, melainkan hanya terhadap
manusia. Dan bukan terhadap sembarang
orang, melainkan hanya terhadap orang yang
mengerti bahasa Indonesia
# Kebebasan Dan
Tanggungjawab
 Banyak kerancuan dalam
berpikir dan berargumentasi
dapat diatasi dengan selalu
membedakan apakah kita
bicara tentang kemampuan
manusia untuk mengambil
sikap sendiri (kebebasan
eksistensial) atau tentang
ruang gerak yang diberikan
masyarakat kepada kita
(kebebasan sosial).
 Akan tetapi di lain pihak
membedakan tidak berarti
memisahkan. Kedua
kebebasan itu hanyalah dua
 ”Bebas untuk apa?” menyangkut
sikap yang akan kita ambil, jadi yang
dipertanyakan adalah kebebasan
eksistensial.
 ”Bebas dari apa?” mengenai
kebebasan sosial. Kita sendiri selalu
berhadapan dengan pertanyaan, apa yang
mau kita lakukan, jadi untuk apa kebebasan
kita pakai. Sedangkan terhadap lingkungan
sosial kita menanyakan luas bidang yang
dibiarkan bebas dari penentuannya, yang
dapat kita isi sendiri menurut kemauan kita.
Karena kebebasan sosial merupakan ruang
atau prasyarat penggunaan kebebasan
eksistensial, kita membahasnya terlebih
dahulu.
 Sejauh mana dan dengan
cara bagaimana,
kebebasan kita boleh
dibatasi? Jadi bahwa kebebasan
sosial kita terbatas, sudah jelas dengan
sendirinya. Yang perlu ialah agar
APA ITU
TANGGUNGJAWAB?
 Tanggung jawab adalah kemampuan
manusia yang menyadari bahwa
seluruh tindakannya selalu mempunyai
konsekuensi.
 Menurut Prof. Burhan Bungin [2006:
43], tanggung jawab merupakan
restriksi [pembatasan] dari
kebebasan yang dimilik oleh
manusia, tanpa mengurangi
kebebasan itu sendiri. Tidak ada
yang membatasi kebebasan
seseorang, kecuali kebebasan orang
lain.
 Perbuatan tidak bertanggung jawab,
adalah perbuatan yang didasarkan
pada pengetahuan dan kesadaran yang
seharusnya dilakukan tapi tidak
dilakukan juga.
 Jika kita bebas berbuat, maka orang
Bertanggungjawab?
 ”kebebasan bertanggung jawab”
sebenarnya tidak lebih daripada
pengakuan bahwa pembatasan
yang dikehendaki tidak berani
dikemukakan dengan terus terang
karena tidak dapat
dipertanggungjawabkan di depan
umum.
 Pembenaran pembatasan
kebebasan dengan alasanJadi
yang tidak bertanggung jawab
adalah pihak yang mau
membatasi kebebasan atas nama
kebebasan yang bertanggung
jawab itu.
 Jadi kebebasan sosial manusia
memang jelas boleh dan
# Cara Membatasi
Kebebasan
1) Melalui paksaan atau pemerkosaan fisik;
2) Melalui tekanan atau manipulasi psikis;
3) Melalui pewajiban dan larangan.
 Pemaksaan selalu merendahkan
manusia karena martabatnya itu
dianggap sepi dan ia direndahkan
pada tingkat kerbau. Maka
pembatasan kebebasan sosial
manusia yang perlu harus dilakukan
secara normatif, jadi dengan
menetapkan peraturan, dengan cara
pemberitahuan dan bukan dengan
paksaan.
 bagaimana kalau orang tidak mau
tahu dan tidak bertanggung jawab,
ia tidak taat kepada peraturan-
peraturan itu?Tindakan macam apa
yang boleh diambil? Jawabnya ialah:
tindakan fisik! Jadi orang yang
memang tidak tahu, boleh dipaksa
untuk taat dan boleh seperlunya
dikenai sanksi dalam bentuk hukuman.
Jadi orang yang mengancam orang
Pembatasan kebebasan :
Paksaan/Pemerkosaan (1)
 Cara untuk membuat orang
taat adalah manipulasi psikis.
Manipulasi psikis secara moral selalu buruk dan
harus dinilai jahat, karena merusak kepribadian
orang dari dalam. Paksaan fisik hanya mengenai
kejasmaniahan manusia. Apa yang dipikirkannya,
sikap hatinya, jadi sumber daya penentuannya
sendiri tidak tersentuh.
 Dalam belenggu pun orang
masih dapat tetap bebas. Tindakan
fisik yang perlu tidak akan memperkosa otonomi
seseorang terhadap dirinya sendiri, melainkan
hanya mencegah agar ia jangan merugikan
orang lain.
 Manipulasi psikis merusak
manusia dari dalam. Maka tekanan
psikis, menakut-nakuti, penggunaan pelbagai
obat bius, sugesti dan hipnose, penyiksaan
dengan tujuan untuk memperlakukan ketekadan
batinnya yang tidak pernah dapat dibenarkan,
melainkan selalu harus dikutuk sebagai kotor dan
Pembatasan kebebasan:
Manipulasi fisik? (2)
Pembatasan kebebasan (3)
 Melalui
pewajiban dan
larangan.
Secara positif
dengan adanya
pewajiban dan
larangan akan
membataasi
OTONOMI
MORAL
 Sikap moral yang sebenarnya adalah
sikap otonom (dari kata Yunani autos,
sendiri). Istilah itu sendiri dibentuk oleh
filosof Immanuel Kant (1724-1804) yang
dimaknakan, Otonomi moral berarti bahwa
manusia mentaati kewajiban-
kewajibannya karena ia sendiri sadar.
Kant membedakan antara sikap dan moral
yang otonom dan heteronom.
 Jadi dalam memenuhi kewajibannya ia
sebenarnya taat pada diri sendiri. Otonomi
moral tidak berarti bahwa kita menolak
untuk menerima hukum yang dipasang
orang lain, melainkan bahwa ketaatan
kalau memang dituntut kita laksanakan
karena kita sendiri insaf. Kita hidup dalam
masyarakat bersama orang lain.
 Kemampuan untuk menyadari bahwa
kehidupan bersama itu memerlukan
tatanan dan bahwa kita pun harus
menyesuaikan diri dengannya tetapi,
itulah hakikat paham demokrasi, kita pun
berhak untuk menyumbangkan sesuatu
agar tatanan itu menjadi lebih baik
Sikap Moral Heteronom
 Sikap moral sering merupakan sikap yang
secara moral justru harus dinilai negatif
karena bersifat heteronom. Kata berasal
dari bahasa Yunani: heteros berarti ”lain”,
nomos berarti ”hukum”. Heteronomi moral
adalah sikap dimana orang memenuhi
kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa
kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan
karena ia tertekan, takut berdosa, takut
dikutuk Tuhan dan sebagainya.
 Heteronomi dapat terjadi dalam hubungan
dengan orang tua, dalam sikap terhadap
seksualitas, dalam ketaatan terhadap
tuntutan agama. Moralitas heteronom
berarti bahwa orang mentaati peraturan,
tetapi tanpa melihat nilai atau maknanya. Ia
hidup sesuai dengan tuntutan-tuntutan
moral lingkungannya, bukan karena
kesadaran, melainkan karena takut ditegur,
takut berdosa, karena tak berani mengambil
sikap sendiri,
 Heteronomi ini merendahkan manusia,
#Menolak
Tanggungjawab
 Tahu dan sadar tentang apa yang
seharusnya dilakukannya, tetapi tidak
melakukannya juga. Mengapa ia tidak
mau, padahal ia menyadari tanggung
jawabnya? Tentunya karena melakukan
tanggung jawab dirasakan sebagai
terlalu berat!
 Ada banyak kemungkinan mengapa
orang tidak mau bertanggung jawab:
a). ia suka malas dan tidak
bertanggung jawab adalah lebih
ringan. b)Ada urusan lain yang lebih
menarik, jadi ia acuh tak acuh.
 Tidak bertanggung jawab adalah lebih
setuju atau melawan. Atau ia sedang
sentimen, ia lagi tersinggung. Atau ia
 Jadi menolak untuk bertanggung jawab tidak
membuat kita menjadi lebih bebas, melainkan
sebaliknya. Orang yang tidak bertanggung jawab
adalah orang yang tidak kuat untuk melakukan
apa yang dinilainya sendiri sebagai paling baik.
Jadi ia kurang bebas untuk menentukan dirinya
sendiri. Kebebasan eksistensialnya justru
memudar.
Secara lebih terperinci, penolakan untuk bertanggung
jawab mempunyai dua akibat.
Pertama, persepsi atau wawasan
semakin menyempit. Semuanya hanya
dilihat dari kepentingan dan perasaan sendiri.
Yang penting ialah agar ia tak perlu susah, tak
terganggu, aman. Orang yang iri hati, tersinggung
atau dendam memang tertutup, mereka tidak
dapat memperhatikan sesuatu di luar perasaan
mereka sendiri. Mereka berputar sekeliling mereka
sendiri. Mereka sempit.
Kedua, orang yang tidak mau
bertanggung jawab menjadi semakin
lemah, semakin tidak bebas lagi
untuk menentukan diri sendiri,
sebagaimana kita lihat pada penjudi dan morfinis.
Ia semakin membiarkan diri ditentukan oleh
dorongan-dorongan irasional yang tidak
dikuasainya; oleh perasaannya, emosinya, oleh
# ISU MORAL
 Masyarakat sangat sensitif terhadap isi
pesan yang disampaikan. Terutama bila
pesan tersebut mengandung unsur yang
bertentangan dengan norma yang ada
di masyarakat.
 Ada tiga isu pokok antara kebebasan
dan tanggung jawab mutan pesan, yakni
[1] pornografi, [2] pesan yang
mengganggu dan menimbulkan shock,
dan [3] pesan yang menghina SARA.
1. Pornografi
 Pornografi meliputi pornoteks, pornosuara,
pornoaksi, porno media dan cyberporn. Namun
demikian saat ini terjadi pergeseran konsep
pornografi serta ambiguitas definisi pornografi.
Pergeseran meliputi perubahan dan relativitas
batasan kepornoan, sedangkan ambiguitas
menunjuk pada inkonsistensi pelabelan
kepornoan untuk dua hal yang sama serta
sejenis.
Good Magazine merilis statistik pornografi:
 Setiap detiknya 28.258 pengguna internet melihat
pornogafi.
 Setiap detiknya $89.00 dihabiskan untuk pornografi di
internet.
 Setiap harinya 266 situs porno baru muncul.
 Kata “sex” adalah kata yang paling banyak dicari di internet.
 Pendapatan US dari pornografi di internet tahun 2014
mencapai $2.84 milyar.
 Diperkirakan kini ada 372 juta halaman website pornografi.
 Website pornografi diproduksi 3% oleh Inggris, 4% oleh
Jerman, dan 89% oleh Amerika Serikat.
 Negara-negara y[ang melarang pornografi: Saudi Arabia,
Iran, Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Malaysia,
Indonesia, Singapura, Kenya, India, Kuba, dan Cina.
 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pertentangan antara tekanana kebebasan dan
tanggung jawab sosial mesti diletakkan
secara bersama.
 Melulu mengikuti tekanan kebebasan akan
menghilangkan fungsi komunikasi itu sendiri,
sebaliknya menafikan faktor kebebasan dalam
komunikasi kekinian juga bukanlah pilihan
yang realistis. Maka, disinilah perlunya
pendekatan etis atas relasi konfliktuil
tersebut.
Komodifikasi
pornografi
 Produk komunikasi yang dikategorikan porno
kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga
terlihat pantas untuk dijadikan sebagai komoditas
yang dijual ke publik, seperti majalah "Playboy".
 Di negara maju seperti Amerika Serikat
misalnya, definisi kepornoan mengalami
kemajuan dengan memasukkan indecency
[pesan tidak sopan] sebagai kepornoan.
2. Pesan Yang Mengguncang Atau
Menimbulkan Shock
1. Pesan yang menyerang.
2. Pesan yang membunuh karakter seseorang.
3. Visualisasi yang mengguncang.
4. Kekerasan dan sadisme. Contohnya adalah
acar televisi Smackdown yang ditayangkan
Lativi. Banyaknya anak SD yang tewas karena
mempraktekkan gerakan-gerakan
Smackdown.
5. Pesan tentang mistik dan tahayul. Contoh isu
dukun santet yang beberapa waktu lalu
menghembus di Sukabumi yang berujung
3. Pesan Yang Menghina Sara
 Pesan yang menghina SARA misalnya adalah
kartun Nabi Muhammad dan film Fitna yang
beberapa waktu lalu mengguncang dunia. Tidak
hanya di Islam, kontroversi juga terjadi di kalangan
Nasrani yakni dalam Film “Davinci Code”, "The
Last Temptation of Christ" dan "Ten
Commendements".
 Khusus dalam pesan yang menghina SARA,
keberatan dan tuntutan hukum selain ditujukan
kepada pihak yang memproduksi pesan, juga
dapat diajukan pada pihak yang mereproduksi
pesan.
1. Harm principle.
 Menurut prinsip ini kebebasan individu layak dibatasi
untuk mencegah terjadinya tindakan menyakiti orang
lain.
2. Paternalism principle
 Menurut prinsip ini media sangat berpengaruh
terhadap masyarakat. Kita menjadi apa yang kita
baca/tonton. Karenanya muatan pesan media harus
dikontrol.
3. Moralism principle.
 Menurut prinsip ini baik tidaknya moral ditentukan
oleh masyarakat, bukan oleh individu.
4. Offense principle.
 Menurut prinsip ini penyampain pesan tidak boleh
menimbulkan rasa malu, kegelisahan dan
kebingungan bagi orang lain.
Mencari Batasan Moral
BAHASAN :KESADARAN
MORAL
► Tiga Lembaga Normatif
► Batas Wewenang 3 Lembaga
Normatif
► Suara Hati menyatakan diri
► Kemutlakan Suara Hati
► Moralitas dan Legalitas
- Inti Sikap Moral
- Menilai Orang Lain
- ” Asal Maksudnya Baik ”
# Kesadaran
Moral
Manusia berhadapan
dengan dua realitas yang
khas bagi kehidupan.
1). Di satu pihak, kebebasan
sosial kita dibatasi oleh
masyarakat.
2). Di lain pihak kebebasan
eksistensial menuntut
otonomi moral.
Keduanya diperlukan agar
eksistensi manusia menjadi
nyata, yaitu masyarakat
yang menentukan
bagaimana kita harus hidup,
dan kesadaran bahwa kita
sendirilah yang harus
# Tiga Lembaga
Normatif
 Masyarakat, yaitu semua orang dan lembaga
yang berpengaruh pada hidup kita
 Super-ego ialah perasaan moral spontan.
Superego menyatakan diri dalam perasaan malu
dan bersalah yang muncul secara otomatis dalam
diri kita apabila melanggar norma-norma yang
yang telah dibatinkan itu.
 Ideologi ialah segala macam ajaran tentang
makna kehidupan, tentang nilai-nilai dasar dan
tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak.
# Apa Suara
hati?
 Suara hati adalah ”kesadaran tentang apa
yang menjadi kewajibannya berhadapan
dengan masalah konkret yang dihadapinya”.
 Berhadapan dengan pendapat masyarakat
dengan tuntutan ideologi, ia menjadi sadar,
bahwa ia tidak boleh mengikuti pendapat
moral mereka begitu saja, melainkan harus
memastikan sendiri apa yang sebenarnya
merupakan kewajibannya dalam situasinya.
 Suara hati adalah kesadaran dalam batin
saya bahwa saya berkewajiban mutlak untuk
selalu menghendaki apa yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai
manusia, dan bahwa hanya saya sendirilah
dapat dan berhak untuk mengetahui apa
yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
saya itu.
 Atau lebih singkat: suara hati adalah
kesadaran saya akan kewajiban dan
tanggung jawab sebagai manusia dalam
situasi konkret.
Nilai Sebagai Manusia
Manusia dalam hatinya memiliki suatu kesadaran
tentang apa yang menjadi tanggung jawab dan
kewajibannya. Kesadaran itu tidak selalu kita
perhatikan. Kalau hati setuju dengan pendapat moral
lingkungan, maka suara hati tidak menyolok.
kita tidak dapat menyetujui sikap yang diambil para
panutan. Kesadaran bahwa kita sendirilah yang
akhirnya harus memutuskan apa yang menjadi
kewajiban kita, dan bahwa kita wajib untuk
melaksanakannya bersifat langsung.
Kita sadar bahwa apa pun biayanya, disetujui atau tidak
oleh lingkungan, para panutan dan ideologi kita, kita
selalu wajib untuk mengambil sikap yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab kita. Sekaligus kita
sadar bahwa dari kesetiaan terhadap suara hati kita
tergantung nilai kita sendiri sebagai manusia.
 Suatu rumusan yang agak panjang, tetapi
memuat semua ukuran hakiki, adalah sebagai
berikut:
suara hati adalah kesadaran dalam batin saya
bahwa saya berkewajiban mutlak untuk selalu
menghendaki apa yang menjadi kewajiban dan
tanggung jawab saya sebagai manusia, dan
bahwa hanya saya sendirilah dapat dan berhak
untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban
dan tanggung jawab saya itu.
lebih singkat: suara hati adalah kesadaran saya
akan kewajiban dan tanggung jawab sebagai
manusia dalam situasi konkret.
Suara Hati Selalu Ditaati
 Suara hati selalu harus ditaati. Kesadaran ini
termasuk inti suara hati sendiri. Tandanya ialah
bahwa kita merasa bersalah apabila kita mengelak
dari suara hati.
 Suara hati kita dapat keliru, namun kita selalu harus
taat padanya, karena suara hati adalah kesadaran
kita yang langsung tentang apa yang menjadi
kewajiban kita.
 Suara hati adalah pusat kemandirian manusia.
Tuntutan-tuntan lembaga normatif masyarakat
dengan pelbagai wakilnya, ideologi-ideologi dan juga
superego kita sendiri tidak berhak untuk mengikat hati
kita begitu saja.
 Suara hati akan membuat kita sadar bahwa kita
selalu berhak untuk mengambil sikap sendiri, dan
bahwa kewajiban untuk taat terhadap pelbagai
otoritas dalam masyarakat selalu terbatas: suatu
Suara Hati Dan Penguasa
 Dapat dimengerti bahwa hal suara
hati tidak pernah disukai oleh
mereka yang memegang kekuasaan
dalam salah satu bentuk. Para
penguasa segala zaman, entah
dalam keluarga, dalam pelbagai
bidang kehidupan masyarakat,
dalam agama, dalam negara, selalu
berpendapat bahwa merekalah yang
paling tahu bagaimana orang lain
harus hidup. Maka mereka merasa
terganggu dan barangkali terancam
dalam kekuasaan mereka apabila
berhadapan dengan orang yang
bersitegang untuk mengambil
keputusan terakhir sendiri. Orang
semacam itu tidak dapat dibujuk,
filosof Immanuel Kant dirumuskan secara singkat begini: tuntutan suara hati
bersifat mutlak.
Untuk menjelaskan apa yang dimaksud, Kant membedakan antara dua macam
perintah atau tuntutan:
1. perintah yang bersyarat (”imperatif hipotesis”) dan perintah tak bersyarat
(”imperatif kategoris). Perintah bersyarat adalah perintah yang hanya berlaku
apabila orang menghendaki apa yang menjadi syaratnya. Misalnya orang
disuruh berangkat sekarang juga ke stasiun kereta api. Perintah itu bersyarat
karena hanya berlaku dengan pengandaian bahwa orang itu masih mau naik
kereta api yang sudah hampir berangkat. Andaikata ia tidak mau sama sekali
pergi, perintah itu kehilangan artinya. Begitu pula perintah seorang pelatih
kepada petinju yang dilatihnya ”jangan merokok!” bersifat hipotesis, karena
hanya berlaku atas dasar pengendaian bahwa petinju itu ingin mencapai
prestasi yang tinggi. Apabila ia tidak peduli, mengapa ia harus berhenti
merokok?
2. Berbeda dengan perintah-perintah bersyarat itu tuntutan-tuntutan moral
menurut Kant bersifat tak bersyarat atau absolut. Misalnya, tuntutan ”jangan
bohong!” berlaku begitu saja, selalu tanpa kekecualian. Perintah itu mutlak.
Sama halnya dengan perintah bahwa manusia tidak boleh memperkaya diri
dengan cara melanggar hak orang lain.
3. Tuntutan-tuntutan moral itu berlaku mutlak. Mutlak atau absolut berarti: tidak
bersyarat, begitu saja, tidak dapat ditawar-tawar dengan kesenangan atau
kepentingan saya. Suatu kewajiban moral berlaku entah menguntungkan
atau tidak, mengenakkan atau tidak, dipuji orang lain atau malah ditegur. Apa
yang sudah saya sadari sebagai kewajiban bagaimanapun juga harus saya
lakukan karena kewajiban ini berlaku mutlak. Dari ketekadan untuk selalu
bertindak dengan baik, adil dan wajar apa pun dan siapa pun tidak boleh
menyelewengkan kita.
Rasionalisasi suara hati
 Menurut Immanuel Kant universalitas keberlakuan
termasuk ciri khas kesadaran moral. Suara hati kita selalu
disertai kesadaran, bahwa apa yang diyakini sebagai
kewajiban selalu objektif dan bagi siapa saja yang berada
dalam situasi yang sama dengan saya. Ada beberapa
alasan suara hati rasona :
a) Penilaian moral pada hakikatnya merupakan masalah
perasaan belaka, dan suatu perasaan memang tidak
dapat disebut benar atau salah dan oleh karena itu juga
tidak masuk akal, kalau dituntut pertanggungjawaban
b) Rasionalitas atau pengertian manusia yang sebenarnya
adalah lebih mendalam daripada sekedar akal yang kita
pergunakan dalam pelbagai pertimbangan praktis atau
konkrit sehari-hari
c) Pendekatan rasional tidak menutup agar setiap langkah
kita pastikan dulu keamanannya sebelum kita
mengambilnya, melainkan hanya agar kita
Pengambilan Keputusan
 Bagaimana cara pengambilan keputusan supaya
keputusan itu secara moral memadai? Apabila
kita mengambil suatu keputusan, kita selalu
dapat membedakan antara dua saat, yaitu: saat
sebelum keputusan itu harus diambil dan
sewaktu keputusan akhirnya diambil.
 keputusan sendiri secara moral tidak cacat, tetapi
kita tetap memikul tanggung jawab agar akibat-
akibatnya sedapat-dapatnya tidak merugikan
orang lain, atau kalau perlu untuk memulihkan
keadaan semula.

Dalam persiapan pengambilan keputusan itulah
rasionalitas kesadaran moral hendaknya memainkan
peranannya. Sebelum kita mengambi
 sebuah keputusan kita harus selalu bersikap terbuka.
Kita betul-betul harus berusaha untuk menemukan
keputusan mana yang paling tepat. Kita harus terbuka
terhadap pandangan orang lain, terutama orang yang
terkena oleh keputusan yang kita ambil, tetapi pada
prinsipnya terhadap pendapat siapa saja yang
relevan.
 Kita harus seperlunya bersedia untuk memikirkan
pendirian kita sendiri kembali dan bahkan untuk
mengubah pendapat kita. Kita tidak berhak untuk
ngotot pada apa yang kita sebut keyakinan atau
suara hati kita.
 Kita harus mencari segala informasi yang relevan dan
memperhatikan serta menanggapi pendapat dan
sangkalan orang lain. Seperlunya kita mencari
NILAI LAIN DARI ETIKA
A. PERTANGGUNGJAWABAN
MORAL
B. PENGEMBANGAN DIRI
C. NILAI UNGGUL
D. KEBAHAGIAAN
A. PERTANGGUNGJAWABAN
MORAL
Kewajiban moral disadari sebagai sesuatu yang
mengikat dengan mutlak, tetapi sekaligus, bahwa
kita harus bersedia untuk
mempertanggungjawabkan pendapat kita tentang
kewajiban moral secara rasional.
Sesuatu itu memadai dengan norma yang harus
diterapkan padanya. Jadi pertanggungjawaban
hanyalah mungkin kalau ada norma-norma yang
menetapkan bagaimana keadaan yang
seharusnya. Dengan demikian kita berhadapan
dengan pertanyaan: manakah tolok ukur
pertanggungjawaban moral ? ini merupakan
pertanyaan pokok etika normatif
B. MAKNA KEBAHAGIAAN
 Makna kebahagiaan dari buku “The Law Of
Happiness dari karya Dr Henry Cloud (2011)
mengungkapkan 13 jalan untuk menjadi bahagia
menurut penulis :
1) Menjadi orang yang bahagia dengan senang
menderma
2) Menjadi orang yang bahagia dengan tidak malas
mengejar kebahagiannya
3) Menjadi orang yang bahagia dengan tidak
menunggu untuk “suatu hari”.
4) Menjadi orang yang dengan bahagia mewujudkan
impiannya. Jalan ini masih terkait dengan jalan
sebelumnya
5) Menjadi orang yang bahagia berarti hidup dengan
kesadaran penuh.
Makna kebahagiaan…..
6) Menjadi orang yang bahagia dengan selalu
bersosialisasi.
7). Menjadi orang yang bahagia dengan tidak
membanding-bandingkan dirinya dengan orang
lain
8) Menjadi orang yang bahagia dengan berfikiran
baik
9) Menjadi orang yang bahagia dengan selalu
bersyukur.
10) Menjadi orang yang bahagia dengan
mempunyai batasan
11) Menjadi orang yang bahagia dengan menjadi
pemaaf
Teori dasar kebahagiaan
 HEDONISME ETIS
 ETIKA PENGEMBANGAN DIRI
 UTILITARISME
Hedonisme Etis
 Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani
(hedno = nikmat, kegembiraan).
 Hedonisme bertolak dari anggapan bahwa
manusia hendaknya hidup sedemikian rupa
sehingga ia dapat semakin bahagia.
 Pandangan bahwa tercapainya kebahagiaan
mesti menjadi tujuan kehidupan manusia, dan
karena itu manusia hendaknya hidup dengan
sesuatu cara yang mendekatkannya padanya,
berasal dari para filsuf Yunani lebih dua ribu
tahun yang lalu.
 Etika yang mendasari pencaharian kebahagiaan
menjadi prinsip yang paling dasariah disebut
eudemonisme (dari kata Yunani eudaimonia,
kebahagiaan).
 Pertimbangan yang mendasari etika
kebahagiaan itu mudah dimengerti karena
kebahagiaan adalah tujuan pada dirinya sendiri.
Orang yang sudah bahagia, tidak memerlukan
apa-apa lagi. Nampaknya masuk akal kalau
kehidupan kita arahkan pada usaha untuk
mencapai kebahagiaan.

Jenis Hedonisme
A. Hedonisme psikologis :bahwa manusia,
bagaimanapun juga, selalu toh hanya mencari nikmat
dan mau menghindari perasaan-perasaan yang tidak
enak saja. Teori itu disebut hedonisme psikologis
karena mengenai hal motivasi dasar manusia (yang
diselidiki oleh para psikolog).
 di belakang tujuan-tujuan yang luhur (seperti
menegakkan kebenaran dan keadilan) dan motivasi-
motivasi suci (misalnya mau menyebarkan iman
kepercayaan agamanya) manusia yang sebenarnya
ialah mencari nikmat saja.
 Manusia dianggap hanya menipu diri apabila ia
mengira bahwa ia bertindak demi cita-cita luhur atau
demi kepentingan orang lain. Kalaupun ia nampaknya
bersedia berkorban, namun sebenarnya ia hanya
mencari kepuasan sendiri.
B. Hedonisme etis bahwa sebaiknya manusia selalu
mencari nikmat dan menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan?
Garis pokok argumentasi hedonisme adalah bahwa
manusia akan bahagia apabila ia mencapai perasaan
nikmat sebanyak mungkin dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak enak. Terhadap
anggapan ini ada dua pertimbangan yang
menawarkan diri.
 Pertama : Apakah kebahagiaan itu sama dengan
jumlah perasaan nikmat ?
 Pertimbangan kedua: Nilai dan pengalaman-
pengalaman yang paling mendalam dan dapat
membahagiakan
Etika pengembangan diri
 orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau
semua nilai atas jasmani tidak asing baginya,
yaitu nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan,
kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan
religius.
 Jadi yang membahagiakan ialah kalau kita
mengembabgkan diri sedemikian rupa hingga
bakat-bakat yang kita punyai menjadi
kenyataan. Manusia adalah makhluk yang
mempunyai banyak potensi, tetapi potensi-
potensi itu baru menjadi nyata apabila kita
merealisasikannya.
 Kebahagiaan tercapai dalam
mempergunakan atau mengaktifkan bakat-
bakat dan kemampuan-kemampuan kita itu.
Itulah sebabnya orang yang mau menjadi
pengukir akan jauh lebih bahagia dengan patung
sederhana hasil ukirannya sendiri daripada
apabila orang tuanya membelikan patung bagus
seorang seniman ternama.
 Erich Fromm mengungkapkan hal yang sama
dengan mengatakan bahwa mutu kehidupan kita
ditentukan oleh having melainkan oleh being,
Bagaimana caranya manusia
berkembang?
1) Jadi apabila ia mau berkembang, ia harus berani untuk
tidak terus berpegang pada diri sendiri saja dan
memberanikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas dan
tanggung jawab yang menantang dengan menghadapi
tantangan-tantangan kehidupan. Orang yang dapat
menomorduakan ke-pentingannya dan memberikan diri
sepenuhnya pada sesuatu dimana ia dibutuhkan,
misalnya kepada pelayanan sesama, justru akan
mengalami bahwa ia sendiri berkembang.
2) Selalu mencari diri sendiri tidak akan menemukan diri,
sedangkan orang yang melupakan diri demi suatu tugas,
demi orang lain, demi cita-citanya dialah yang akan
menemukan diri.
3) Sebagai orang beriman kita tahu bahwa manusia tidak
mungkin berkembang dengan utuh apabila perspektifnya
terbatas pada kebahagiaan di dunia ini. Kita tahu bahwa
akhirnya kehidupan kita, sukses atau gagal,
kebahagiaan kita, adalah pemberian rahmat Tuhan.
Maka justru demi pengembangan diri yang sebenarnya
Utilitarisme
 ”utilitarisme” ( kata Latin ”utilis”, berguna)
 Utilitarisme tidak mengatakan bahwa asal
suatu tindakan berguna, tindakan itu juga baik
dalam arti moral.
 bahwa ada perbedaan moral apakah tindakan
saya berguna bagi saya atau bagi orang lain.
Bahwa suatu tindakan belum tentu baik dalam
arti moral hanya karena berguna bagi saya,
jelas dengan sendirinya. Tetapi apabila saya
mau melakukan sesuatu yang berguna bagi
sesama, jadi lepas dari pamrih saya sendiri,
maka kemauan itu secara moral harus dinilai
positif
Contoh :Tindakan korupsi tidak menjadi baik
karena tentu saja berguna bagi saya.
 Utilitarisme bersifat universal, artinya ia
mengaku adanya suatu kewajiban terhadap
semua orang. Utilitarisme menegaskan bahwa
dalam segala tindakan kita harus selalu
memperhatikan akibat-akibatnya bagi semua
orang secara langsung atau tidak langsung
terkena olehnya.
C.PRINSIP MORAL DASAR
a. Prinsip sikap baik. Prinsip itu mendahului dan mendasari semua
prinsip moral lain. Baru atas dasar tuntutan itu semua tuntutan
moral lain masuk akal. Kalau tidak diandaikan bahwa pada
dasarnya kita harus bersikap positif terhadap orang lain, buat
apa masih menghiraukan segala macam tuntutan moral lain
lagi?
b. Prinsip keadilan. Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar
kita bersikap baik terhadap siapa saja. Tetapi kemampuan
manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas. Adil berarti
bahwa kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya. Dan karena pada hakikatnya semua orang sama
nilainya sebagai manusia, maka tuntutan bila dasariah keadilan
ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam
situasi yang sama .
c. Prinsip hormat terhadap diri sendiri. suatu prinsip moral
dasar ketiga yang menuntut agar orang tidak membiarkan diri
disalahgunakan. Saya mau menyebut prinsip itu prinsip hormat
terhadap diri sendiri. Manusia wajib untuk selalu memperlakukan
diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini
mempunyai dua arah. Pertama dituntut agar kita tidak
membiarkan diri diperas, diperalat, diperkosa atau
D. KEPRIBADIAN KUAT
Sikap-sikap yang perlu
kita kembangkan kalau
kita ingin memperoleh
kekuatan moral.
Kekuatan moral adalah
kekuatan kepribadian
seseorang yang
mantap dalam
kesanggupannya untuk
bertindak sesuai
dengan apa yang
diyakininya sebagai
Karakteristik keribadian yang kuat
A. Kejujuran
B. Nilai-nilai Otentik ”Otentik” berarti ”asli”. Manusia otentik
adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri
sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadiannya yang
sebenarnya
C. Kesediaan Untuk Bertanggung Jawab
 pertama, berarti kesediaan untuk melakukan apa yang harus
dilakukan, dengan sebaik mungkin.
 Kedua, dengan demikian sikap bertanggung jawab mengatasi
segala etika peraturan. Etika peraturan hanya
mempertanyakan apakah sesuatu boleh atau tidak.
Sedangkan sikap bertanggung jawab merasa terikat pada
yang memang perlu. Ia terikat pada nilai yang mau dihasilkan.
 Ketiga, dengan demikian wawasan orang yang bersedia untuk
bertanggung jawab secara prinsipil tidak terbatas
 Keempat, kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk
kesediaan untuk diminta, dan untuk memberikan,
pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya
D. Kemandirian Moral
Kemandirian moral berarti bahwa kita pernah ikut-ikutan saja dengan
pelbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu
membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai
dengannya. Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil
sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya.
E. Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang
menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik
F. Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat
kelemahannya, melainkan juga kekuatannya. Tetapi ia tahu bahwa
banyak hal yang dikagumi orang lain padanya bersifat kebetulan saja.
Ia sadar bahwa kekuatannya dan juga kebaikannya terbatas. Tetapi ia
telah menerima diri. Ia tidak gugup atau sedih karena ia bukan seorang
manusia super. Maka ia adalah orang yang tahu diri dalam arti yang
sebenarnya.
Realistik dan kritis
G. REALISTIK DAN KRITIS
Manusia yang kita hormati
dan sesama terhadapnya
kita mau bersikap baik
bukan ”si manusia”,
melainkan pelbagai orang
yang berada dalam
jangkauan pengaruh
tindakan kita, dengan
kebutuhan-kebutuhan dan
kemampuan-
kemampuannya, dengan
kelemahan-kelemahan dan
harapan-harapan mereka.
Terhadap mereka itu kita
IMPLIKASI ETIKA
 Wawasan ilmiah etika (ettiquette
of science) ETIKA ILMIAH
 mindsett POLA PEMIKIRAN
 Aplikasi etika bagi
KEHIDUPAN
a).Mahasiswa
b). Pekerjaan
c). Kehidupan bernegara
d). Kehidupan sosial
ETIKA ILMIAH
WAWASAN KEILMUAN DAN
TEORI (etika sebagai ilmu)
KASUS PELANGGARAN ETIKA
(case study)
RISET ILMIAH TENTANG
ETIKA (penelitian etika)
APLIKASI ETIKA
1. PERUBAHAN PRILAKU
DALAM KONTEKS ETIKA
DIPENGARUHI:
Kepribadian (personality)
Budaya (culture)
 Genetika (genetic)
Lingkungan (Social)
Media sosial
 2. IMPLEMENTASI ETIKA :
 Sikap
 Empati Dan Sensitif
 Memahami
 Konfromi
Tegas bersikap
 komitmen
PRILAKU DALAM KONTEKS
ETIKA
 Kenapa taat (ini sebagian teori)
 Agresi dipelajari.
 Implikasi dalam pendidikan.
 pend.multi budaya.
 Peran lingkungan sosial dalam pendidikan(media
masa, model prilaku).
 Koperative learning,
 konstruktivis sosial.
 Kognitif sosial.
 Seragam pakaian (konformutas, keasamaan
status)
PRILAKU DALAM KONTEKS SOSIAL
DAN BUDAYA
PSIKOLOGI
SOSIAL
PSIKOLOGI
BUDAYA
Mengkaji tentang peran
sosial, sikap, hubungan dan
pengaruh kelompok
terhadap individu.
Mengkaji bagaimana
pengaruh budaya terhadap
prilaku manusia.
BAHASAN
 Role (Peran Sosial) dan Norm
(Norma Sosial)
 Pengaruh Sosial Pada Individu
 Individu Dalam Kelompok
 Identitas Sosial (Social Identity)
PERAN SOSIAL (ROLE)
Peran sosial seseorang dalam
suatu kelompok yang diatur
oleh norma yang akan
mempengaruhi prilakunya.
KOGNISI SOSIAL (SOCIAL
COGNITION)
 Bagaimana persepsi seseorang tentang diri
mereka sendiri dan tentang orang lain
mempengaruhi hubungan mereka dengan
sesama dan bagaimana lingkungan sosial
mempengaruhi pikiran, persepsi, kepercayaan
dan nilai-nilai yang dipegang oleh seseorang.
 Ada dua konsep penting terkait dengan kognisi
sosial yaitu atribusi dan sikap.
ATRIBUSI (ATTRIBUTION)
Penjelasan seseorang tentang
alasan kenapa dia dan orang
lain melakukan suatu
tindakan.
ATRIBUSI
penjelasan kenapa seseorang
melakukan suatu tindakan
Atribusi
Situasional
Atribusi
Disposisional
Faktor lingkungan dan
situasi sebagai
penyebab suatu
tindakan.
Faktor diri
(sifat/kepribadian)
sebagai penyebab
suatu tindakan.
Dia mencuri
karena anaknya
kelaparan.
Dia mencuri
karena dia
memang
seorang
penjahat/pencuri
.
FUNDAMENTAL ATTRIBUTION
ERROR
Kecenderungan orang untuk membuat
penjelasan tentang tindakan orang lain dengan
menekankan pada alasan kepribadian dari
orang tersebut dan mengabaikan faktor situasi.
Orang-orang barat lebih cenderung
melakukan bias atribusi tentang tindakan
orang lain dibanding orang timur (india,
jepang, china, korea dan hongkong).
Orang timur lebih memiliki orientasi
kelompok daripada barat.
Bias Atribusi
 Membuat atribusi yang menguntungkan bagi
dirinya terhadap prilaku yang dilakukannya.
 Ketika tindakannya adalah suatu keburukan
maka akan diorientasikan kepada atribusi
situasional.
 Jika kebaikan maka akan diorientasikan kepada
dirinya (disposisional)
SELFSERVING BIAS
Just-world hypothesis
 Suatu pandangan atau asusmsi bahwa
dunia ini adil. Orang yang berbuat
keburukan akan memperolah hukuman
sebagai akibat tindakannya dan orang
yang melakukan kebaikan akan
mendapatkan penghargaan.
 Dapat membantu dalam memahami suatu
peristiwa luar biasa dan memunculkan
perasaan aman.
Blaming the victim
 Ketika seseorang mengalami hal
buruk, itu disebabkan karena dia
berada pada tempat yang salah
pada waktu yang salah.
SIKAP (ATTITUDE)
Persepsi, kepercayaan dan atau
penilaian seseorang mengenai suatu
objek (objek fisik maupun pristiwa).
Disonansi kognitif
(cognitive dissonance)
Perasaan tidak nyaman ketika dua
macam sikap atau sebuah sikap dan
tindakan saling bertentangan satu
sama lain.
Bagaimana sikap anda ketika Selebriti
yang anda kagumi melakukan tindakan
buruk ?
Familiarity effect:
 Kecenderungan untuk memiliki sikap positif
terhadap sesuatu yang lebih dikenal.
Validity effect:
 Kecendrungan orang untuk percaya bahwa
sesuatu adalah benar karena ditambilkan
secar berulang (sering ditampilkan), bahkan
walaupun itu merupakan kebohongan.
MEMPENGARUHI SIKAP
 Pengulangan gagasan.
 Penyajian oleh orang yang menarik atau
dikagumi.
 Asosiasi antara pesan dengan perasaan
menyenangkan
Persuasi koersif
 Upaya merubah sikap dengan cara menekan
kemampuan seseorang untuk bernalar dan
berpikir kritis.
 Digunakan pada banyak aliran/sekte agama yang
sesat.
 Konformitas
 Deindividuasi
 Altruisme
IDENTITAS SOSIAL
(SOCIAL IDENTITY)
Identitas yang disandarkan pada
kelompok dimana kita bergabung,
termasuk didalamnya adalah kelompok
politik, pekerjaan, agama, bangsa dll.
LAWAN
IDENTIT
AS
PRIBADI
Ethnic identity
 Identifikasi seseorang dengan kelompok etnis,
ras atau agama tertentu.
Acculturation
 Proses dimana anggota kelompok minoritas
mengidentifikasikan dengan dan menjadi bagian
dari budaya yang lebih besar (dominan).
Ethnocentrism
 Keyakinan bahwa bangsa, budaya, agama
atau kelompok sendiri lebih hebat
dibanding yang lain.
Stereotipe
 Ringkasan kesan terhadap sekelompok
orang dimana semua anggota dalam
kelompok dianggap memiliki sifat yang
sama.
PRASANGKA
(PREJUDICE)
Adalah Stereotipe negatif dan ketidaksukaan atau
kebencian yang kuat dan tidak rasional terhadap suatu
kelompok
Prasangka adalah pengalaman manusiawi yang
universal yang dialami oleh hampir setiap manusia
(Dovidio, 2001)
Psikologi
Sosial &
Budaya
Kasus
Atta
Kasus
Suster
Gertrude
Kasus
England
Kasus
Eichmann
?
MENJELASK
ANNYA
KEJAHATAN
KEJI &
SADIS
KEBAIKAN
& KISAH
HEROIK
• Aturan-aturan yang mengatur kehidupan sosial,
termasuk hukum eksplisit dan kesepakatan
budaya yang implisit
• Terdapat ‘Hukuman’ dan ‘Penghargaan’
Norm
a
• Kedudukan sosial yang diatur oleh seperangkat
‘Norma’ yang menunjukkan perilaku yang
pantas
• Contoh : Peran dalam Keluarga, Peran Gender
dll.
Peran
• Sebuah program yang terdiri dari aturan-aturan yang
diikuti bersama, yang menatur perilaku seseorang dalam
masyarakat, serta memuat seperangkat nilai,
kepercayaan dan kebudayaan yang diikuti bersama oleh
anggota-anggota masyarakat
• Contoh : Aturan Jakar Bicara (orang Arab vs Orang
Barat)
Budaya
Melempar
Tanggung Jawab
kepada Pihak
Otoritas
Terbiasa
melakukan tugas
tertentu (tugas
Rutin)
Ingin terlihat
Sopan
(tidak mau
merusak
hubungan baik)
Terjebak
(proses
peningkatan
komitmen
individu suatu
tindakan – Mesin
Uang)
ATRIBUSI
SITUASIONAL
PERILAKU
KARENA
SITUASI
DISPOSISIONAL
PERILAKU
KARENA DIRI
SENDIRI
SIKAP
Mengubah
Pendapat dan
Keyakinan
Dasar
(Contoh :
Agama, Politik)
Persuasi yang
Bersahabat
Contoh : Iklan
Persuasi yang
Koersif
(memaksa)
Contoh : Sekte
KONFORMITAS
…Merasa menjadi bagian
dari kelompok
PIKIRAN KELOMPOK
Kecenderungan semua anggota
kelompok untuk berpikir seragam,
mencapai harmoni dan menekan
‘Perbedaan Pendapat’.
Contoh : NASA – tetap ‘teguh’
meluncurkan Columbia dan tragis
meledak di Udara.
KERUMUNAN
a. Diffusi Tanggungjawab
b. Deindividuasi
c. Anonimitas & Tanggungjawab
ALTRUISME DAN PERBEDAAN
PENDAPAT
Kemauan melakukan tindakan
berbahaya untuk menyelamatkan orang
lain sesuai dengan keyakinan pribadi
dan hati nurani
IDENTITAS ETNIS
ETNOSENTRISME
STEREOTIPE
• Identifikasi seseorang
dengan kelompok etnis, ras
dan agama tertentu
• Kepercayaan bahwa
kelompok etnis, bangsa
atau agama paling hebat
dan superior.
• Ringkasan ‘kesan’
mengenai kelompok,
dimana diyakini bahwa
anggota memiliki sifat yang
sama (baik positif, negatif
dan netral)
ASAL
PRASANGKA
• Fungsi Psikologis
• Fungsi Sos-Bud
• Fungsi ekonomi
MENDEFINISIKAN
DAN MENGUKUR
PRASANGKA
• Prasangka masih
sulit didefinisikan
• Prasangka dalam
prosesnya
menunjukkan
tingkat yang
‘menurun’.
Contoh
Penerimaan
kaum Homo dan
Gay.
MENGURANGI
KONFLIK DAN
PRASANGKA
• Status kelompok
harus sama
(hukum, ekonomi
dan kekuasaan)
• Otoritas
mendorong
paham egaliter
• Bersosialisasi,
baik formal
maupun informal
• Bekerjasama
untuk tujuan
yangsama
174
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
BISNIS
 suatu tindakan dianggap beretika apabila Anda
pun tidak keberatan jika orang lain melakukan hal
itu terhadap diri Anda, sesuai dengan prinsip
timbal-balik.
175
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep etika bisnis dan
tanggungjawab sosial.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis.
3. Mendiskusikan bagaimana organisasi mem-bentuk perilaku
etis.
4. Menjelaskan bagaimana mengukur tanggung jawab sosial
perusahaan.
5. Merangkum tanggungjawab bisnis terhadap publik,
konsumen, dan karyawan.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa investor dan
komunitas financial memiliki keterkaitan dengan etika bisnis
dan tanggungjawab sosial.
176
ETIKA
 Etika berasal dari Bahasa Yunani “ethos” yang berarti
adat kebiasaan yang berhubungan tingkah laku
manusia dan prinsip-prinsip tentang tindakan moral
yang benar.
 Moral berhubungan dengan tindakan manusia yang
sesuai dengan ukuran/standar yang diterima oleh
umum.
 Etika merupakan standar tingkah laku ( standart of
conduct) yang memimpin individu dalam membuat
keputusan, apa yang akan diperbuat , dikatakan dan
sebagainya.
 Etika berhubungan dengan yang benar dan yang
salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang
2-177
ETIKA BISNIS
 Boone and Curtz (2002:44) Etika Bisnis yaitu standar
perilaku da nilai-nilai moral yang mengontrol tindakan
serta keputusan pelaku bisnis
 Bertens (2000) etika bisnis adalah pemikiran atau
refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis
 Responsibility- Consequences of management
actions and decision
2-178
Norma HukumMengapa diperlukan etika dalam bisnis?+ Norma Etika = Fleksibilitas
2-179
TANGGUNG SOSIAL merujuk pada filosofi, kebijakan, prosedur, dan
tindakan yang diarahkan pd perbaikan
kesejahteraan masyarakat.
 Bisnis memiliki tanggung jawab yang besar
kepada pelanggan, karyawan, investor, dan
masyarakat secara keseluruhan.
2-180
KEKUATAN YANG MEMBENTUK ETIKA DAN
TANGGUNGJAWAB BISNIS
Kekuatan
Individual
Organisasional
Hukum
Masyarakat
2-181
Dilema Etis Bisnis
Kejujuran dan
Integritas
Konflik
Kepentingan
Loyalitas
Versus
Kebenaran
Mengungkapkan
Pelanggaran
Perusahaan
2-182
1. Konflik Kepentingan—situasi dimana keputusan yang
diambil terpengaruh oleh kepentingan/keuntungan
pribadi (kasus suap pada beberapa skandal kredit
macet).
2. Kejujuran & Integritas—mengemukakan fakta yang
sebenarnya dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika
didalam semua keputusan bisnis.
3. Loyalitas vs. Kebenaran—pelaku bisnis
mengharapkan para karyawannya untuk loyal
sekaligus “benar”.
4. Whistleblowing—pengungkapan karyawan kepada
publik, pemerintah maupun media atas praktek-praktek
yang sifatnya melanggar etika, ilegal, atau amoral
didalam perusahaan/ organisasinya.
2-183
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU TIDAK
ETIS DI TEMPAT KERJA
 Sasaran penjualan, budget
ataupun laba yang tidak
realistik
 Ketiadaan hubungan/Lack of
recognition
 Personal financial worries
 Balancing work & family
 Komunikasi yang jelek
2-184
BAGAIMANA ORGANISASI MEMBENTUK
PERILAKU ETIS
 Struktur Lingkungan Etis
2-185
 Kesadaran Etis (Ethical Awareness)
 Aturan perilaku yaitu pernyataan formal yang merumus-
kan bagaimana organisasi berharap dan menuntut
karyawan untuk menyelesaikan masalah-masalah etik.
 Pertimbangan Etis (Ethical Reasoning)
 Tidak semua dilema etis memiliki jawaban hitam dan
putih. Banyak yang berada di wilayah abu-abu sehingga
perlu dipilah dan dipilih konsekuensi yang mungkin terjadi.
Untuk itu diperlukan pelatihan etika.
 Tindakan Etis (Ethical Action)
 Perusahaan membantu karyawan untuk bertindak etis
dengan memberikan penguatan thd tindakan etis dan
mengeliminir peluang tindakan tidak etis.
 Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)
 Eksekutif harus menunjukan perilaku etis dalam kepu-
tusan dan tindakan mereka agar dapat dijadikan teladan
oleh karywannya.
2-186
KLASIFIKASI KEPUTUSAN
BISNIS
Ethical
Unethical
Illegal Legal
Unethical
and
Illegal
Ethical
and
Legal
Unethical
but
Legal
Ethical
but
Illegal
2-187
TANGGUNGJAWAS SOSIAL
 Social Responsibility adalah penerimaan manaje-men
terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba,
kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial
sebagai nilai yang sepadan dalam menge-valuasi
kinerja perusahaan. (Boone & Kurtz, 2002:57)
 Social Audits yaitu prosedur formal yang
mengidentifikasi dan mengevaluasi seluruh aktivitas
perusahaan yang berkaitan dengan masalah sosial seperti
konservasi, praktek ketenagakerjaan, perlindungan
lingkungan, dan aktivitas amal (Boone & Kurtz, 2002:58)
2-188
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN Tanggung jawab terhadap masyarakat umum
 Masalah kesehatan masyarakat
 Melindungi lingkungan
 Mengembangkan kualitas tenaga kerja
 Filantropi perusahaan
 Tanggung jawab terhadap pelanggan
 Hak untuk mendapatkan keamanan
 Hak untuk mendapatkan informasi
 Hak untuk memilih
 Hak untuk didengarkan
 Tanggung jawab terhadap karyawan
 Keamanan lingkungan kerja
 Masalah kualitas hidup
 Menjamin kesempatan kerja yang sama
 Pelecehan seksual
 Tanggung jawab terhadap investor dan komunitas keuangan
189
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
MASYARAKAT UMUM
1. Masalah kesehatan masyarakat
 Apa yang harus dilakukan dunia bisnis thd produk -produk yg
secara inheren berba-haya spt rokok, alkohol, makanan berle-
mak, senjata api, kenda-raan bermotor
 Bagaimana perlindungan thd kelompok masyarakat yang lemah.
2. Melindungi lingkungan
 Apa tanggung jawab bisnis terhadap kerusakan lingkungan yg
disebabkab oleh produk atau proses operasi mereka spt polusi.
 Memproses ulang bahan-bahan yang telah digunakan
3. Mengembangkan kualitas tenaga kerja
 Apakah dunia bisnis dapat berkembang dengan SDM yang tidak
berkualitas.
4. Filantropi perusahaan
 Mencakup kontribusi dalam bentuk uang ,peralatan dan barang
serta dukungan terhadap usaha-usaha sukarela para karyawan
dan organisasi sosial..
190
Responsibilities to the General Public
191
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
PELANGGAN.
 Consumerism yaitu permintaan
publik dimana perusahaan dalam
pembuatan keputusannya,
mempertim-bangkan keinginan
dan kebutuhan para pelanggan
 Dikenal dengan hak-hak dasr
konsumen yang harus dilindungi
yaitu;
 Hak mendapatkan keamanan
 Hak didengar
 Hak memilih, dan
 Hak mendapatkan informasi
192
 Hak untuk mendapatkan keamanan
 Konsumen harus merasa yakin bahwa barang dan jasa
yg mereka beli tidak akan melukai dalam penggunaan
yang wajar.
 Hak mendapatkan informasi.
 Konsumen harus punya akses ke informasi produk
yang memadai agar bisa membuat keputusan beli yang
bisa dipertanggung jawabkan.
 Hak untuk memilih
 Konsumen punya hak untuk memilih barang dan jasa
yang benar-benar diinginkan dan dibutuhkannya
 Hak untuk didengar.
 Konsumen hrus dapat mengekspresikan keluhan
secara sah ke pihak yang berkepentingan.
193
TANGGUNG JAWAB PADA KARYAWAN
 Keamanan dan keselamatan kerja
 yaitu keadaan lingkungan/tempat kerja yang dapat
menjamin secara maksimal keselamatan fisik para
pekerja.
 Masalah kualitas hidup
 Yaitu jaminan kehidupan yang lebih bervariasi, fleksibel,
seimbang, misalnya program cuti keluarga, cuti tahunan
 Menjamin kesempatan kerja yg sama
 Yaitu bebas dari diskriminasi
 Perlindungan terhadap pelecehan seksual
 Yaitu jaminan terhadap tindakan pelecehan seks di tempat
yg tidak bisa diterima dan tidak pantas.
2-194
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
INVESTOR DAN KOMUNITAS
KEUANGAN
 Tujuan utama bisnis adalah menghasilkan laba
bagi para pemegang saham, namun para
investor dan komunitas keuangan menuntut agar
dunia bisnis bersikat etis dan legal dalam
mengelola transaksi keuangan mereka.

More Related Content

What's hot

Materi Kewirausahaan
Materi KewirausahaanMateri Kewirausahaan
Materi Kewirausahaan
Alir Retno
 
Bab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptx
Bab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptxBab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptx
Bab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptx
ssuserd8505c
 
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumberPenyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
Talitha Amalia
 

What's hot (20)

SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATASOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
SOSIALISASI SAMPAH - PROGAM ADIWIYATA
 
PENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPT
PENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPTPENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPT
PENGELOLAAN SAMPAH SECARA 3R - PPT
 
Bank Sampah
Bank SampahBank Sampah
Bank Sampah
 
Penanganan Sampah
Penanganan SampahPenanganan Sampah
Penanganan Sampah
 
Presentation pengolahan sampah
Presentation pengolahan sampahPresentation pengolahan sampah
Presentation pengolahan sampah
 
Contoh Proposal usaha fashion
Contoh Proposal usaha fashionContoh Proposal usaha fashion
Contoh Proposal usaha fashion
 
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.pptetika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
 
Etika Digital
Etika DigitalEtika Digital
Etika Digital
 
kemampuan dalam kewirausahaan
 kemampuan dalam kewirausahaan kemampuan dalam kewirausahaan
kemampuan dalam kewirausahaan
 
Green Computing
Green ComputingGreen Computing
Green Computing
 
Bank sampah
Bank sampahBank sampah
Bank sampah
 
Produk Kreatif dan Kewirausahaan Hak atas kekayaan intelektual
Produk Kreatif dan Kewirausahaan Hak atas kekayaan intelektualProduk Kreatif dan Kewirausahaan Hak atas kekayaan intelektual
Produk Kreatif dan Kewirausahaan Hak atas kekayaan intelektual
 
Kasus-kasus perkoperasian yang Ada di Indonesia
Kasus-kasus perkoperasian yang Ada di IndonesiaKasus-kasus perkoperasian yang Ada di Indonesia
Kasus-kasus perkoperasian yang Ada di Indonesia
 
Dampak Sosial Informatika | Kelas 7 | Semester 2 | pertemuan 1
Dampak Sosial Informatika | Kelas 7 | Semester 2 | pertemuan 1Dampak Sosial Informatika | Kelas 7 | Semester 2 | pertemuan 1
Dampak Sosial Informatika | Kelas 7 | Semester 2 | pertemuan 1
 
Pelestarian lingkungan hidup ppt
Pelestarian lingkungan hidup pptPelestarian lingkungan hidup ppt
Pelestarian lingkungan hidup ppt
 
Materi Kewirausahaan
Materi KewirausahaanMateri Kewirausahaan
Materi Kewirausahaan
 
Budaya Kerja
Budaya KerjaBudaya Kerja
Budaya Kerja
 
Bab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptx
Bab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptxBab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptx
Bab 1 TIK - Informatika dan Keterampilan Generik.pptx
 
Materi 2 : Perangkat lunak (software)
Materi 2 : Perangkat lunak (software)Materi 2 : Perangkat lunak (software)
Materi 2 : Perangkat lunak (software)
 
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumberPenyuluhan pemilahan sampah di sumber
Penyuluhan pemilahan sampah di sumber
 

Similar to Materi Kuliah Etiquette Behavior

Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Septian Muna Barakati
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Septian Muna Barakati
 
Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)
Allo Martins
 

Similar to Materi Kuliah Etiquette Behavior (20)

Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3
 
Makalah etika
Makalah etikaMakalah etika
Makalah etika
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Siane 2
Siane 2Siane 2
Siane 2
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
5313 11601-1-sm
5313 11601-1-sm5313 11601-1-sm
5313 11601-1-sm
 
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKAPANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)
 
materi terkait mata kuliah Manajemen Sumber Daya
materi terkait mata kuliah Manajemen Sumber Dayamateri terkait mata kuliah Manajemen Sumber Daya
materi terkait mata kuliah Manajemen Sumber Daya
 
Makalah ujian khusus
Makalah ujian khususMakalah ujian khusus
Makalah ujian khusus
 
Apakah etika itu
Apakah etika ituApakah etika itu
Apakah etika itu
 
Kel. 7-KONSEP ETIKA, SCIENCE, DAN ETIKA KEILMUAN.pptx
Kel. 7-KONSEP ETIKA, SCIENCE, DAN ETIKA KEILMUAN.pptxKel. 7-KONSEP ETIKA, SCIENCE, DAN ETIKA KEILMUAN.pptx
Kel. 7-KONSEP ETIKA, SCIENCE, DAN ETIKA KEILMUAN.pptx
 
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitasMakalah ilmu pengetahuan dan moralitas
Makalah ilmu pengetahuan dan moralitas
 
Etika Keilmuan dan Teknologi.pptx
Etika Keilmuan dan Teknologi.pptxEtika Keilmuan dan Teknologi.pptx
Etika Keilmuan dan Teknologi.pptx
 
Bab 5 ctu 211
Bab 5 ctu 211Bab 5 ctu 211
Bab 5 ctu 211
 

More from Ahmad Kurnia

Materi 10 # penelitian kualitatif
Materi 10 # penelitian kualitatifMateri 10 # penelitian kualitatif
Materi 10 # penelitian kualitatif
Ahmad Kurnia
 
Materi 6 # populasi, sampel dan uji normalitas data
Materi 6 # populasi, sampel dan uji normalitas dataMateri 6 # populasi, sampel dan uji normalitas data
Materi 6 # populasi, sampel dan uji normalitas data
Ahmad Kurnia
 
Materi 5 # teknik pengumpulan-data
Materi 5 # teknik pengumpulan-dataMateri 5 # teknik pengumpulan-data
Materi 5 # teknik pengumpulan-data
Ahmad Kurnia
 
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitianMateri 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Ahmad Kurnia
 
Materi 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitianMateri 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitian
Ahmad Kurnia
 
Materi 1 a # ruang lingkup perkuliahan
Materi 1 a # ruang lingkup perkuliahanMateri 1 a # ruang lingkup perkuliahan
Materi 1 a # ruang lingkup perkuliahan
Ahmad Kurnia
 
Materi 7 # instrumen penelitian
Materi 7 # instrumen penelitianMateri 7 # instrumen penelitian
Materi 7 # instrumen penelitian
Ahmad Kurnia
 
Materi 4 # analisa hipotesa
Materi 4 # analisa hipotesaMateri 4 # analisa hipotesa
Materi 4 # analisa hipotesa
Ahmad Kurnia
 
Manajemen strategis rumah sakit
Manajemen strategis rumah sakitManajemen strategis rumah sakit
Manajemen strategis rumah sakit
Ahmad Kurnia
 

More from Ahmad Kurnia (20)

Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasi
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasiMateri psikom 14 media sosial dalam komunikasi
Materi psikom 14 media sosial dalam komunikasi
 
Materi psikom 11 public relations
Materi psikom 11 public relationsMateri psikom 11 public relations
Materi psikom 11 public relations
 
Materi psikom #10 Teamwork
Materi psikom #10 TeamworkMateri psikom #10 Teamwork
Materi psikom #10 Teamwork
 
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDASession 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
 
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2 karakteristik manusia
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2   karakteristik manusia#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2   karakteristik manusia
#Materi Psikologi Komunikasi, Session 2 karakteristik manusia
 
Materi 12 # hakikat statistika
Materi 12 # hakikat statistikaMateri 12 # hakikat statistika
Materi 12 # hakikat statistika
 
Teknik membuat blog sederhana
Teknik membuat blog sederhanaTeknik membuat blog sederhana
Teknik membuat blog sederhana
 
Session 13 Teamwork
Session 13  TeamworkSession 13  Teamwork
Session 13 Teamwork
 
Materi 10 # penelitian kualitatif
Materi 10 # penelitian kualitatifMateri 10 # penelitian kualitatif
Materi 10 # penelitian kualitatif
 
PENGANTAR BISNIS
PENGANTAR BISNISPENGANTAR BISNIS
PENGANTAR BISNIS
 
My Slide
My SlideMy Slide
My Slide
 
Session 1 hakikat, filsafat dan perkembangan Ilmu Manajemen
Session 1 hakikat, filsafat dan perkembangan Ilmu ManajemenSession 1 hakikat, filsafat dan perkembangan Ilmu Manajemen
Session 1 hakikat, filsafat dan perkembangan Ilmu Manajemen
 
Materi 6 # populasi, sampel dan uji normalitas data
Materi 6 # populasi, sampel dan uji normalitas dataMateri 6 # populasi, sampel dan uji normalitas data
Materi 6 # populasi, sampel dan uji normalitas data
 
Materi 5 # teknik pengumpulan-data
Materi 5 # teknik pengumpulan-dataMateri 5 # teknik pengumpulan-data
Materi 5 # teknik pengumpulan-data
 
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitianMateri 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
Materi 2 # masalah, variabel dan paradigma penelitian
 
Materi 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitianMateri 1 b # hakikat penelitian
Materi 1 b # hakikat penelitian
 
Materi 1 a # ruang lingkup perkuliahan
Materi 1 a # ruang lingkup perkuliahanMateri 1 a # ruang lingkup perkuliahan
Materi 1 a # ruang lingkup perkuliahan
 
Materi 7 # instrumen penelitian
Materi 7 # instrumen penelitianMateri 7 # instrumen penelitian
Materi 7 # instrumen penelitian
 
Materi 4 # analisa hipotesa
Materi 4 # analisa hipotesaMateri 4 # analisa hipotesa
Materi 4 # analisa hipotesa
 
Manajemen strategis rumah sakit
Manajemen strategis rumah sakitManajemen strategis rumah sakit
Manajemen strategis rumah sakit
 

Materi Kuliah Etiquette Behavior

  • 1. SESSION 1 & 2 EtiquetE Behavior # Konsep Filsafat & Etika
  • 2. Nama : Ahmad Kurnia, SPd,MM Tpt/tg lahir : Garut, 26 februari 1969 Status : Menikah Pendidikan: S-1, IKIP Bandung jurusan Manajemen S-2 STIM-LPMI Jakarta, jurusan MSDM S-3 Program Doktoral UNJ (Proses disertasi) Alamat : Perum Telaga Murni, Blok D-15 No 12A, Cikarang Barat, Bekasi Hp. 081314492571 Email : elqorni@yahoo.co.id, ahmadkurnia@gmail.com Webblog : http://elqorni.wordpress.com http://skripsimahasiswa.blogspot.com
  • 3. KEHADIRAN (MINIMAL 10 PERTEMUAN) TUGAS : A. HARIAN B. TUGAS UTS (STUDI KASUS) : 1) Buat makalah dan kelompok diskusi 2) Makalah diserahkanpada saat pelaksanaan UTS 3) Ketentuan penulisan : kertas A4, spasi 1.5, margin 4x3, 4x3, font ukuran 12, bnetuk font (Arial/time new roman) 4) Sistematika : a) cover, b) kata pengantar, c) daftar isi, d) bab 1 pendahuluan, e) bab 2 bahasan dan f) bab C. TUGAS UAS (Resume buku): 1) Tugas bersifat individu, dan harus diverifikasi kelayakannya. 2) ketentuan penulisan : kertas A4, spasi 1.5, margin 4x3, 4x3, font ukuran 12, bnetuk font (Arial/time new roman) 3) Sistematika : cover buku, a) identitas buku (judul buku, penulis, penerbit, kota, dan tahun penerbitan) b) ringkasan buku dari bab 1 sd bab terakhir c).
  • 4. Topik study kasus A. Studi kasus Etika gender (Masalah poligami, homoseksual, pergaulan bebas, pelacuran, dll) B. Studi kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan, iklan, MLM, penggunaan formalin, dll) C. Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah pencemaran limbah, Globalisasi,) D. Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi (Masalah rekayasa genetika, rekayasa lingkungan, plastik) E. Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya (Pengaruh TV, Internet, Pornografi, globalisasi) F. Studi Kasus Etika Politik (pilkada, korupsi, partai agama, tokoh agama yang berpolitik dll). G. Studi kasus Etika keluarga (perceraian, sex harashment, broken home, dll) H. Studi kasus etika beragama (toleransi, terorisme, penistaan agama,dll)
  • 5. ASPEK PENILAIAN PROSENTASE Tugas 10% Ujian tengah semester 25% Ujian akhir semester 50% Absen kehadiran 10% Komponen lain 5% TOTAL 100%
  • 6. Pertemuan 1 Hakikat filsafat Pertemuan 2 Konsep etika perilaku Pertemuan 3 Konsep kebebasan Pertemuan 4 Tanggungjawab dan Kebebasan Pertemuan 5 Kesadaran Moral Pertemuan 6 Suara hati dan Tanggungjawab Moral Pertemuan 7 Kebahagian dan Kepribadian Moral tinggi Pertemuan 8 Ujian Tengah Semester Pertemuan 9 Studi kasus Etika Seksual (Masalah poligami, homoseksual, pergaulan bebas, pelacuran, dll) Pertemuan 10 Studi kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan, iklan, MLM, penggunaan formalin, dll) Pertemuan 11 Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah pencemaran limbah, Globalisasi, kebakaran hutan Pertemuan 12 Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi (Masalah rekayasa genetika, rekayasa lingkungan, plastik) Pertemuan 13 Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya (Pengaruh TV, Internet, Pornografi, globalisasi)
  • 7. Magnis-Suseno F. (1985) “ Etika Dasar : Masalah- Masalah Pokok Filsafat Moral” Penerbit Kanisius. Suryasumantri Y.S. (1985) “ Filsafat Ilmu, Suatu Pengantar Populer”, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta Frans magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta, Kanisius 1987) Frans Magnis Suseno, Etika Umum (Yogyakarta, Kanisius 1979) K. Bertens, Etika (Jakarta, Gramedia 1997) K. Bertens, Perspektif Etika (Yogyakarta, Kanisius 2001) Eka Darmaputera, Etika Sederhana Untuk Semua (Jakarta, BPK Gunung Mulia 1989)
  • 9. # Apa Itu Filsafat ?  Filsafat berasal dari kata Yunani Filo (cinta), dalam arti luas “ingin”, dan Sofia (kebijaksanaan)  Filsafat (philosophy) ialah berpikir, yaitu salah satu kegiatan manusia untuk mengetahui sesuatu, dan menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan manusia.  Filsafat dimulai dari “Rasa Ingin Tahu” manusia untuk memperoleh
  • 10.  Sokrates dan Plato (427 – 347 SM), filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.  Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, di dalamnya terkandung ilmu: matematika, logika, retorika, etika, politik, ekonomi, estetika. Dalam hal ini filsafat menyelidiki sebab dan azas segala sesuatu  Marcus T. Cicero (106 – 43 SM), filsafat
  • 11.  Al Farabi (950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.  Imanuel Kant (1724 – 1804 M), filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup (misalnya): (a) Apakah yang dapat kita ketahui?  Dijawab oleh metafisika, (b) Apakah yang dapat kita kerjakan?  Dijawab oleh etika,
  • 12.  Bersifat menyeluruh, dalam arti melihat ilmu itu dalam kaitannya dengan pengetahuan lain, misalnya kaitannya dengan moral dan agama.  Mempunyai sifat mendasar, yaitu menguraikan tempat berpijak secara fundamental  Bersifat spekulatif dalam mencari kebenaran ilmu, dalam arti harus mencoba mulai dari sesuatu secara spekulatif (coba-coba), namun dalam proses selanjutnya perlu # Karakteristik Filsafat
  • 13.  Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika) yang kemudian berkembang menjadi filsafat pengetahuan,  Mana yang baik dan mana yang buruk (etika) yang selanjutnya berkembang menjadi filsafat moral,  Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika) yang kemudian dinamakan filsafat seni. Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah dengan  Metafisika (hakekat keberadaan zat, hakekat pikiran, serta kaitan antara zat dan pikiran),  Politik (yaitu kajian mengenai organisasi sosial dan pemerintahan yang ideal).  Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai kajian yang lebih spesifik, diantaranya ialah filsafat ilmu. # Pokok Masalah Yang Dikaji Filsafat
  • 14.  Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)  Etika (Filsafat Moral)  Estetika (Filsafat Seni)  Metafisika  Politik (Filsafat Pemerintahan)  Filsafat Agama  Filsafat Ilmu  Filsafat Pendidikan  Filsafat Hukum  Filsafat Sejarah  Filsafat Matematika Sekarang ini filsafat sudah dikenal 11 cabang yang mempunyai kajian formal :
  • 15. D3-FTI-UKSWEDN 201115 Etika, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia, yang tugasnya meneliti dan menentukan semua fakta konkret sampai pada yang paling mendasar. Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini, perlu dilakukan pemisahan antara etika dan moral. Yaitu bahwa etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan moral adalah obyek ilmu pengetahuan tersebut
  • 17. # Apa Itu Etika, Etiket, Etis ? 17 Etika berasal dari Bahasa Yunani “ETHOS” yang berarti adat kebiasaan yang berhubungan tingkah laku manusia dan prinsip-prinsip tentang tindakan moral yang benar. Dari kata etik (bahasa Inggris: ethics) atau etika telah diturunkan : Etiket (Belanda), yaitu carik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang dagang yang bertuliskan nama, isi, dan aturan penggunaan barang itu. Etiquette (Perancis):, ialah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan di pergaulan agar hubungan selalu baik. Etichals (Inggris), ialah golongan obat yang tidak
  • 18. # Definisi Etika  Suatu tindakan dianggap beretika apabila Anda pun tidak keberatan jika orang lain melakukan hal itu terhadap diri Anda, sesuai dengan prinsip timbal-balik.  Etika merupakan standar tingkah laku ( standart of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan, apa yang akan diperbuat , dikatakan dan sebagainya.  Etika berhubungan dengan yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan
  • 19.  Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdibud) : Etika adalah : a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, b. tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), c. nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarkat umum.  Etika ditinjau dari segi filsafat : Etika sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk sebagai pedoman sikap dan tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan norma-norma. Pengertian “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari “ khuluqun”, artinya budi pekerti, tingkah laku.  Etika = Akhlak sebagai ilmu menurut Islam : mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, yang berlakunya universal dan komprehensif bagi seluruh umat manusia disegala waktu dan tempat.  The World Book Encyclopedia (2008), etika mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang benar dan salah dengan menggunakan metode “reasoning”, bukan benar-salah menurut kepercayaan atau tradisi.
  • 20. Etika berasal dari bahasa Latin (ethicus) yang berarti karakter atau berperilaku. Berbagai definisi atau pengerian etika: 1) Nilai, norma, dan moral yang dijadikan pegangan orang/kelompok. (Bertens 1993) 2) Kumpulan azas/nilai moral dan kode etik 3) Ilmu tentang perbedaan tingkah laku yang baik dan buruk dalam kehidupan manusia 4) Cara manusia memperlakukan sesama dan menjalani hidup dan kehidupan dengan baik, sesuai aturan yang berlaku di masyarakat. (Algermond Black 1993) 5) Yang paling sederhana: Perilaku standar yang dirumuskan oleh suatu ras atau bangsa. 6) Pengetahuan tentang moral, pengembangan studi tentang prinsip-prinsip tugas manusia. 7) Pengetahuan tentang filsafat, atau pengetahuan tentang perilaku moral. Perilaku moral artinya perilaku yang mempertimbangkan baik dan buruk, atau tentang apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. 8) Pengetahuan tentang kewajiban moral, atau lebih luas lagi, pengetahuan tentang perilaku manusia yang ideal dan hasil akhir tindakan manusia yang ideal. 9) Kamus Bahasa Indonesia : Ilmu tentang apa yang baik dan apa
  • 21. PERILAKU : sikap & tindakan (behavior; way of thinking or behaving)
  • 22.  Etika bukan ajaran moral juga bukan tambahan ajaran moral.  Etika tidak langsung membuat manusia menjadi baik. Itu tugas ajaran moral.
  • 23. Etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas
  • 24. Fungsi Etika  Orientasi kritis diperlukan karena kita dihadapkan dengan pluralisme moral.  Jika tidak memiliki orientasi kritis, maka kita akan bingung seperti cerita “Nasrudin yang mau menjual keledai”.
  • 25. # TUJUAN BELAJAR ETIKA Membuat mahasiswa menjadi lebih kritis
  • 27. TUJUAN BELAJAR ETIKA Kritis terhadap berbagai Ideologi: konsumtif, keserbabolehan, hura-hura.
  • 28. Tujuan Belajar Etika Kritis terhadap Diri Sendiri,
  • 29. 1. Etika Dan Hukum 2. Etika Dan Orientasi Manusia 3. Etika Dan Agama 4. Etika dan Moral # Etika Dan Bidang Lainnya
  • 30. Etika dipandang sebagai “state of the art” hukum yaitu dimana pedoman perilaku yang ada saat ini ditafsirkan ke dalam hukum dan digunakan sebagai pedoman selanjutnya untuk masa yang akan datang. Hukum akan mengkodifikasi harapan dari etika dalam melaksanakan kegiatan bisnis. Meskipun disadari tidak semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi oleh hukum. Norma etika memang bersifat dinamis, tetapi begitu ia dituangkan dalam ketentuan hukum sifat dinamisnya menjadi berkurang/bahkan mungkin menjadi statis. Maka di sini hukum tentunya harus memperhatikan pula apabila adanya perubahan- perubahan (fungsi hukum sebagai sos. eng). # Etika dan hukum
  • 31. Orientasi Manusia Etika adalah ilmu yang mencari orientasi. Orientasi dilakukan manusia sebelumnya dapat melakukan sesuatu. Orang perlu tahu terlebih dahulu di mana ia berada dan ke arah mana ia akan bergerak untuk mencapai suatu tujuan, dan ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling fundamental. Sarana orientasi Etika dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan mendasar : bagaimana saya menjalani hidup ini dan bagaimana saya harus bertindak?. Jawaban pertanyaan ini sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai pihak, misalnya orang tua, guru/dosen, dari adat istiadat dan tradisi, teman, lingkungan sosial, agama, negara dan pelbagai ideologi. Akan tetapi kembali timbul pertanyaan : apakah benar yang mereka katakan; lalu siapa yang akan diikuti apabila masing-masing memberikan nasehat yang berbeda. # Etika Dan Orientasi Manusia
  • 32.  Oleh karena itu, selalu ada”reason” (alasan) mengapa kita harus memegang teguh etika. Perhatikanlah pernyataan-pernyataan berikut ini dan lihatlah apa yang Anda akan dapatkan kalau Anda konsisten menjalankan apa yang Anda katakan (Maxwell, 1982): Apa yang Saya Katakan Apa yang Saya Lakukan Apa Yang Mereka Kerjakan  Saya bilang pada karyawan: “Datanglah ke kantor tepat waktu.”  Saya tiba tepat waktu  Mereka datang tepat waktu  Saya katakan pada karyawan: “Bersikaplah positif”  Saya menunjukkan sikap positif  Mereka akan berperilaku positif  Saya katakan pada karyawan: “Utamakan pelanggan”  Saya mendahulukan konsumen  Mereka mengutamakan konsumen # Konsistensi etika
  • 33. Apa yang Saya Katakan Apa yang Saya Lakukan Apa Yang Mereka Kerjakan  Saya bilang pada karyawan: “Datanglah ke kantor tepat waktu.”  Saya selalu terlambat  Beberapa karyawan akan tepat waktu dan yang lainnya tidak.  Saya katakan pada karyawan: “Bersikaplah positif”  Saya menjalankan perilaku negatif  Hanya beberapa orang yang positif, selebihnya berperilaku negatif.  Saya katakan pada karyawan: “Utamakan pelanggan”  Saya mengutamakan diri saya lebih dulu  Hanya beberapa orang yang mendahulukan pelanggan, yang lainnya tidak.  Sekarang, apa jadinya kalau hal yang saya lakukan berbeda dengan yang saya ucapkan seperti berikut ini:
  • 34. Etika memang tidak dapat menggantikan agama, tetapi di lain pihak etika juga tidak bertentangan dengan agama, malahan diperlukan oleh agama. Ada 2 masalah dalam bidang moral agama yang tidak dapat dipecahkan tanpa menggunakan metode-metode etika.  Pertama, ialah masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu.  Kedua ialah bagaimana masalah-masalah moral yang baru, yang tidak langsung dibahas dalam wahyu, dapat dipecahkan sesuai dengan semangat agama itu. # Etika dan Agama
  • 35. Mengapa Etika diperlukan Agama? 1. Orang beragama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia ingin mengerti mengapa Tuhan “memerintahkan” ia berbuat itu dan itu.
  • 36. Mengapa Etika diperlukan Agama? 2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu agama mengijinkan interpretasi yang berbeda dan bahkan saling bertentangan
  • 37. Mengapa Etika diperlukan Agama ? 3.Bagaimana agama harus bersikap terhadap masalah moral yang tidak disinggung dalam wahyunya, Misalnya soal aborsi?.
  • 38. Mengapa Etika diperlukan Agama? 4.Etika memungkinkan dialog antar agama. Etika dapat menjadi dasar bagi kerjasama agama.
  • 39. Mengapa Etika diperlukan Agama 5. Etika memungkinka n dialog antar agama dengan pandangan- pandangan dunia
  • 40. # Morals Dan Etika Kita mengenal juga kata “moral”atau “moralitas” , bahasa Latin mos . artinya kebiasaan  Moral berhubungan dengan tindakan manusia yang sesuai dengan ukuran/standar yang diterima oleh umum.  Hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau “norma”  Sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia  Kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dibandingkan dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Helden, 1997 & Richard, 1971)  Pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan manusia (Atkinson, 1969) Moral Dan Etika Etika diartikan sebagai kebiasaan, adat istiadat. Keduanya sama- sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana orang/manusia harus hidup sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat. Pada umumya sistem nilai sebagai suatu kebiasaan diturunkan melalui agama dan kebudayaan.
  • 41. Etika ≠ Moral Dalam bahasa sehari-hari, etika sering disamakan dengan moral. Memukul seorang perempuan, tidak beretika atau tidak bermoral ?
  • 42. Definisi Moral: Moral = Ajaran tentang apa yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan oleh manusia supaya bisa menjadi baik.
  • 43. Contoh Moral Contoh Moral: aturan & hukum agama, hukum adat, wejangan tradisi leluhur, nasehat orang tua, ajaran ideologi, dll.  Sumber moral: tradisi, adat, agama, ideologi negara, dll.
  • 44. Dasar Kata yang Sama Kata yang dasarnya sama dengan Etika, tetapi berbeda artinya yaitu: Ethos & Etis Kata yang dasarnya sama dengan moral, tetapi berbeda artinya yaitu: Amoral & Immoral
  • 45.  Ethos = Sikap dasar, ciri-ciri dan pandangan penilaian seseorang atau sekelompok orang, terhadap suatu kegiatan tertentu. Misalnya: Ethos Kerja •Bagaimana sikap terhadap kerja (giat atau malas-malasan) •Bagaimana pandangan terhadap kerja (beban atau aktualisasi diri) •Bagaimana penilaian terhadap kerja (kutukan atau anugerah)
  • 46.  Etis = Tindakan yang berhubungan dengan tanggungjawab moral.  Misalnya: Perbuatannya tidak etis atau perbuatannya etis.
  • 47. Amoral  Awalan a berarti = tidak.  Amoral berarti tindakan yang tidak berhubungan dengan konteks moral atau tidak berhubungan dengan kebaikan atau kejahatan (tindakan yang netral atau non- moral).  Misalnya: berjalan.
  • 48. Immoral:  Immoral adalah tindakan yang bertentangan dengan moralitas atau tindakan yang melawan ajaran moral.Anak ini melakukan tindakan yang immoral
  • 49. Amoral atau Immoral? EGOIS … Duduk ….
  • 50.  Tindakan itu harus dijalankan berdasarkan kewajiban;  Tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu, melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu;  Dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal. Tiga prinsip supaya tindakan itu mempunyai nilai moral
  • 51. Hubungan Etika & Moral  Etika dipakai untuk yang umum/ konseptual/ prinsipal.  Dan moral dipakai untuk yang lebih khusus/ spesifik/ praktis. Misalnya: Soal Perceraian
  • 52. Prinsip Perkawinan adalah: Kesetiaan Boleh Bercerai Tidak Boleh Bercerai Wilayah Etika Wilayah Moral
  • 53. Moral: Bersifat perintah langsungEtika: Bersifat kecakapan teoritis Seperti Petunjuk Perjalanan Seperti Peta Wilayah Perbedaan Etika dan Moral
  • 54. Moral: Bersifat perintah langsung Etika: Bersifat kecakapan teoritis Seperti Buku Manual Seperti Buku Ilmu Pengetahuan Perbedaan Etika dan Moral
  • 55. Pengertian Etiket Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “etiket”, yaitu : Etiket (Perancis) : adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
  • 56. Beda Etika & Etiket K. Bertens memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu : 1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
  • 57. 2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.  Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa. 3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.  Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
  • 58. 4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar sangat sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.  Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh- sungguh baik.
  • 59. Empat Hirarki Etika 59 Moralitas pribadi Etika profesi Etika organisasi Etika Sosial Mikro Makro
  • 60.  Otonomi;  Kejujuran;  Keadilan;  Saling Menguntungkan,  Integritas Moral. # PRINSIP ETIKA
  • 61. PRINSIP ETIKA Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Milton, 1999; Loiselle, Profetto-mcgrath, Polit & Beck, 2004).
  • 62.  Kesadaran Etis : Bentuk kesadaran seseorang/institusi tentang apa yang dapat dilakukan secara legal.  Filsafat Moral : studi tentang tindakan apa yang dianggap benar atau secara moral dapat dipertahankan dan tindakan apa yang keliru atau tidak pantas secara moral
  • 65. 2-65  Kesadaran Etis (Ethical Awareness)  Aturan perilaku yaitu pernyataan formal yang merumus- kan bagaimana organisasi berharap dan menuntut untuk menyelesaikan masalah-masalah etik.  Pertimbangan Etis (Ethical Reasoning)  Tidak semua dilema etis memiliki jawaban hitam dan putih. Banyak yang berada di wilayah abu-abu sehingga perlu dipilah dan dipilih konsekuensi yang mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan pelatihan etika.  Tindakan Etis (Ethical Action)  Sesuatu yang membantu seseorang untuk bertindak etis dengan memberikan penguatan thd tindakan etis dan mengeliminir peluang tindakan tidak etis.  Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)  kepemimpinan harus menunjukan perilaku etis dalam kepu-tusan dan tindakan mereka agar dapat dijadikan teladan oleh yang lain.
  • 66. # SUMBER NILAI-NILAI ETIKA 1. Agama 2. Filosofi 3. Pengalaman dan 4. Perkembangan budaya 5. Hukum
  • 67. # Metode Etika Seperti halnya dalam semua bidang filsafat lain, para ahli etika pun selalu berselisih faham tentang metode yang tepat untuk digunakan. Namun demikian ada satu cara pendekatan yang dituntut dalam semua aliran yang tergolong etika, yaitu pendekatan kritis. 1) Etika mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan menelaah kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. 2) Etika menuntut adanya pertanggungjawaban dan menyingkap adanya suatu kerancuan. 3) Etika menuntut pertanggungjawaban moral yang dikemukakan itu dipertanggungjawabkan, jadi berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.
  • 68. 1. Aliran etika Deontologi kata Yunani Deon  kewajiban. penekanan pada kewajiban manusia untuk bertindak secara baik dinilai berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri bukan pada akibat atau tujuan baik dari tindakan itu . Tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat tindakan itu. Menekankan motivasi, kemauan baik dari seseorang.  Deontologi menekankan kewajiban untuk bertindak secara baik , tanpa mengkaitkan dengan tujuan atas tindakan ( jangan mencuri,jangan korupsi).  Tertanam dalam hati manusia secara universal.  Immanuel Kant : “ Kemauan baik adalah syarat mutlak untuk bertindak secara Moral. “ Kant : bertndaklah berdasar keyakinan bahwa orang lainpun dalam situasi yang anda hadapi bertindak sama 03 # ALIRAN-ALIRAN ETIKA
  • 69. Teleologi mengukur baik buruk suatu tindakan dilihat dari tujuan , maupun akibat dari suatu tindakan tersebut. Menurut etika teleologi mencuri itu boleh jika sejak awal tindakan mencuri itu dimaksudkan untuk membeli obat karena keluarga ada yang sakit parah.Timbul pertanyaan tujuan baik untuk siapa? - Orang banyak atau diri sendiri Jawabannya 2 aliran ; - egoisme etis - utilitarianisme Egoisme etis menurut Aristoteles bisa dibenarkan secara moral jika untuk mempertahankan hidup dan kebahagiaan secara dasar bukan hedonisme Utilitarianisme. Dikembangkan oleh Jeremy Bentham 9 1748 – 1832) bahwa untuk menilai baik buruknya suatu tindakan secara moral adalah menguntungkan kepentingan orang banyak. Etika Utilitarianisme menetapkan 3 kriteria : - Manfaat 2. Etika Teleologi.
  • 70. 3. Aliran Etika Utilitarian  baik atau buruk setiap tindakan diukur dari apakah tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian dan kemanfaatan yang terbanyak dengan pengorbanan yang sedikit”  Menitik Beratkan Pada Hasil Yang Diharapkan Dari Keputusan Untuk Menentukan Apa Yang “Benar” Untuk Dilakukan (Utilitarian)  Konsekuensi Dari Sebuah Keputusan Untuk Mengukur Kelayakan Moral.  Tindakan Etis Harus Menimbulkan Kebaikan Terbanyak Untuk Jumlah Orang Terbanyak.  Pendekatan Paling Lajim, Tetapi Konsep Ini Digunakan Untuk Menjustifikasi Status Quo
  • 71. Aliran Landasan Etika (setelah Zaman Renaissance abad 15 ) a.Naturalisme Etika mempunyai dasar alami , bahwa secara kodrati adalah baik. b. Individulisme Bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas dirinya ( I.Kant ) dan berfokus pada kematangan pribadi --- dapat memacu prestasi --- berdampak egois. Dasar : setiap manusia terlahir bebas --- liberalisme c. Hedonisme Kodrat manusia mencari kesenangan d. Eudaemonisme Demon ( Yunani) adalah roh ( pengawal yang baik) , e. Utilitarianisme Jeremy Bentham 9 1748 – 1832) dan Jhon Stuard Mill ( 1806 – 1873) yang menekankan manfaat dari suatu perbuatan f. Idealisme Keyakinan manusia terdiri atas jasmani dan rohani : 1. Idealisme rasionalistik bahwa fikiran dan akal manusia dituntun untuk berperilaku. 2. Idealisme estetik , manusia berada di dunia ( Kosmos) yang tertib seperti hiasan sebagai karya seni. 3. Idealisme etik = seuai ukuran-ukuran moral dan kesusilaan.
  • 72. 4 Aliran Pemikiran Etika  Teori Empiris: etika diambil dari pengalaman dan dirumuskan sebagai kesepakatan  Teori Rasional: manusia menentukan apa yang baik dan buruk berdasar penalaran atau logika.  Teori Intuitif: Manusia secara naluriah atau otomatis mampu membedakan hal yang baik dan buruk.  Teori Wahyu: Ketentuan baik dan buruk datang dari Yang Maha Kuasa. 72
  • 74. # Etika Umum dan Etika Khusus.  Etika Umum suatu etika mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi anusia untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis. Etika Umum sebagai ilmu atau filsafat moral  etika teoretis
  • 75. Etika Khusus  Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam kehidupan khusus.  Dalam hal ini Etika Khusus mengamati perilaku dan kehidupan manusia dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus tertentu.  Etika Khusus memberi aturan sebagai pedoman bagi setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan khusus.  Etika Khusus dianggap sebagai Etika Terapan.  karena aturan normatif yang bersifat umum diterapkan secara khusus dalam kegiatan tertentu.
  • 76. # KEGUNAAN ETIKA  Pertama, masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau majemuk, baik dari suku, daerah, agama yang berbeda-beda; demikian pula dalam bidang moralitas. Kita berhadapan dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan  Kedua, masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan yang diakibatkan gelombang modernisasi merupakan kekuatan yang menghantam semua segi kehidupan manusia. Kehidupan di kota sudah jauh berbeda dibanding tahun- tahun  Ketiga, perubahan sosial budaya yang terjadi itu dapat dipergunakan oleh pelbagai pihak untuk memancing di air keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat penyelamat.  Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu fihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dan di lain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut- takut dengan tidak menutup diri dari semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.
  • 78. BAHASAN  Kebebasan dan Kewajiban  Kebebasan Eksistensial - Pengertian - Kebebasan Jasmani dan Rohani - Makna Kebebasan Eksistensial  Kebebasan Sosial  Pembatasan, Paksaan dan Tekanan Psikis
  • 79. KEBEBASAN Mendengar kata kebebasan, yang pertama dipikirkan ialah bahwa orang lain tidak memaksa kita untuk melakukan sesuatu melawan kehendak kita, berarti kita dapat menentukan tindakan sendiri. Hanya karena mempunyai kebebasan kemampuan itulah, maka kebebasan yang diterima dari masyarakat sangat kita hargai.
  • 80. # Apa Itu Kebebasan?  Kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri sebagai konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak.  Menurut Aristotoles, anima intelektiva memungkinkan manusia untuk berpikir, berkehendak, dan punya kesadaran.  Kebebasan dan tanggung jawab sebagai etika kadangkala masih bersifat kontradiktif dalam implementasinya. Padahal, kebebasan bukanlah lawan dari tanggung jawab, begitu sebaliknya. Seseorang tidak akan kehilangan kebebasannya hanya karena ia menerapkan tanggung jawab.
  • 81. # Pembatasan kebebasan Tidak segala pembatasan kemungkinan kita untuk bertindak dirasakan sebagai pembatasan kebebasan. Contoh-Contoh yang sudah dibicarakan sebelum ini :  Manusia pada hakekatnya sendiri tidak bebas, tidak dapat terbang seperti burung  Kekuatan alam dapat membatasi kebebasan untuk menentukan diri sendiri (ini bukan disebut perampasan kebebasan, melainkan karena kodrat kita manusia termasuk sebagai mahluk alam)  Pada saat Anda terkurung di dalam rumah sendiri karena banjir besar, sehingga tidak dapat bergerak lagi. Orang tidak mengatakan “ saudara tidak bebas untuk pergi”, melainkan “Saudara bebas pergi ke mana saja…kalau dapat”.  Karena keteledoran penjaga perpustakaan, tidak tahu bahwa masih ada orang di dalam, Anda terkunci di dalamnya sehingga terpaksa menginap
  • 82. # Alasan Pembatasan Kebebasan 1. Hak setiap manusia atas kebebasan yang sama. Keadilan menuntut agar apa yang kita tuntut bagi kita sendiri, pada prinsipnya juga kita akui sebagai hak orang lain. 2. Pembatasan kebebasan, karena saya bersama semua orang lain merupakan anggota masyarakat.  Eksistensi, hidup dan berkembang hanya karena pelayanan dan bantuan banyak orang lain, jadi berkat dukungan masyarakat. Sebagaimana saya hidup berkat masyarakat begitu pula masyarakat memerlukan sumbangan saya.  Masyarakat berhak untuk membatasi kesewenangan saya demi kepentingan bersama, baik dengan melarang kita mengambil tindakan-tindakan yang dinilai merugikan masyarakat, maupun dengan meletakkan kewajiban- kewajiban tertentu pada kita yang harus kita penuhi.
  • 83. “Kebebasan sosial dan kebebasan eksistensial” 1) Kebebasan sosial, yaitu kebebasan yang kita terima dari orang lain, 2) Kebebasan eksistensial, yaitu kebebasan dalam arti kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita sendiri.  Kemampuan itu bersumber pada kemampuan manusia untuk berpikir dan berkehendak, dan terwujud dalam bentuk tindakan.  Tindakan itu bukan sesuatu yang berada di luar manusia, melainkan menyatu dengan diri sendiri.  Dalam tindakan, diri saya sendiri yang bertindak, diri saya sendiri yang terlibat. Maka kebebasan ekstensial tidak hanya berarti bahwa saya menentukan tindakan saya, melainkan melalui tindakan saya menentukan diri saya sendiri.
  • 84. Jenis Kebebasan (2): “Kebebasan Jasmani Dan Paksaan” Kebebasan eksistensial meliputi  kebebasan jasmani : ”Kebebasan bagi manusia berarti bahwa ia dapat menentukan apa yang mau dilakukannya secara fisik . Ia dapat menggerakkan anggota tubuhnya sesuai dengan kehendaknya, tentunya dalam batas-batas kodratnya sebagai manusia,  Keterbatasan manusia itu jangan dianggap sebagai pengekangan kebebasan manusia, melainkan merupakan wujud khas kebebasan kita sebagai manusia.
  • 85. Jenis Kebebasan (3) : Kebebasan Rohani” Kebebasan rohani adalah kemampuan kita untuk menentukan sendiri apa yang kita pikirkan, untuk menghendaki sesuatu, untuk bertindak secara terencana. Kebebasan rohani bersumber pada akal budi. Karena akal budi itu, maka pikiran kita melampaui keterbatasan fisik kita. Dalam roh kita bebas mengembara, sehingga manusia dapat selalu memasang tujuan-tujuan baru, mencari jalan-jalan baru, dan mempersoalkan hal yang lama secara kritis. Kebebasan rohani manusia adalah seluas jangkauan pikiran dan imajinasi manusia.
  • 86. Contoh : Bagaimana kita dapat mencegah seseorang masuk ke dalam kamar pribadi kita?  Paksaan Cara pertama adalah dengan mengunci kamar itu. Cara itu aman. Siapapun tidak bisa masuk. Tidak perlu kita bedakan antara orang yang bertanggung jawab dan yang tidak, binatang pun tidak akan bisa masuk.  Tekanan psikis. Cara kedua ialah: kita dapat mengkondisikan seseorang sedemikian rupa, hingga begitu ia melihat pintu kamar kita, ia mulai bergetar ketakutan dan tidak sanggup untuk memegang pegangan pintu meskipun pintu sebenarnya tidak apa-apa dan tidak terkunci.  Pewajiban dan larangan cara ketiga, yaitu kita memasang tulisan pada pintu kamar: ”dilarang masuk”. Pembatasan kebebasan ini tidak lagi efektif terhadap anjing dan sapi, melainkan hanya terhadap manusia. Dan bukan terhadap sembarang orang, melainkan hanya terhadap orang yang mengerti bahasa Indonesia
  • 87. # Kebebasan Dan Tanggungjawab  Banyak kerancuan dalam berpikir dan berargumentasi dapat diatasi dengan selalu membedakan apakah kita bicara tentang kemampuan manusia untuk mengambil sikap sendiri (kebebasan eksistensial) atau tentang ruang gerak yang diberikan masyarakat kepada kita (kebebasan sosial).  Akan tetapi di lain pihak membedakan tidak berarti memisahkan. Kedua kebebasan itu hanyalah dua
  • 88.  ”Bebas untuk apa?” menyangkut sikap yang akan kita ambil, jadi yang dipertanyakan adalah kebebasan eksistensial.  ”Bebas dari apa?” mengenai kebebasan sosial. Kita sendiri selalu berhadapan dengan pertanyaan, apa yang mau kita lakukan, jadi untuk apa kebebasan kita pakai. Sedangkan terhadap lingkungan sosial kita menanyakan luas bidang yang dibiarkan bebas dari penentuannya, yang dapat kita isi sendiri menurut kemauan kita. Karena kebebasan sosial merupakan ruang atau prasyarat penggunaan kebebasan eksistensial, kita membahasnya terlebih dahulu.  Sejauh mana dan dengan cara bagaimana, kebebasan kita boleh dibatasi? Jadi bahwa kebebasan sosial kita terbatas, sudah jelas dengan sendirinya. Yang perlu ialah agar
  • 89. APA ITU TANGGUNGJAWAB?  Tanggung jawab adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai konsekuensi.  Menurut Prof. Burhan Bungin [2006: 43], tanggung jawab merupakan restriksi [pembatasan] dari kebebasan yang dimilik oleh manusia, tanpa mengurangi kebebasan itu sendiri. Tidak ada yang membatasi kebebasan seseorang, kecuali kebebasan orang lain.  Perbuatan tidak bertanggung jawab, adalah perbuatan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang seharusnya dilakukan tapi tidak dilakukan juga.  Jika kita bebas berbuat, maka orang
  • 90. Bertanggungjawab?  ”kebebasan bertanggung jawab” sebenarnya tidak lebih daripada pengakuan bahwa pembatasan yang dikehendaki tidak berani dikemukakan dengan terus terang karena tidak dapat dipertanggungjawabkan di depan umum.  Pembenaran pembatasan kebebasan dengan alasanJadi yang tidak bertanggung jawab adalah pihak yang mau membatasi kebebasan atas nama kebebasan yang bertanggung jawab itu.  Jadi kebebasan sosial manusia memang jelas boleh dan
  • 91. # Cara Membatasi Kebebasan 1) Melalui paksaan atau pemerkosaan fisik; 2) Melalui tekanan atau manipulasi psikis; 3) Melalui pewajiban dan larangan.
  • 92.  Pemaksaan selalu merendahkan manusia karena martabatnya itu dianggap sepi dan ia direndahkan pada tingkat kerbau. Maka pembatasan kebebasan sosial manusia yang perlu harus dilakukan secara normatif, jadi dengan menetapkan peraturan, dengan cara pemberitahuan dan bukan dengan paksaan.  bagaimana kalau orang tidak mau tahu dan tidak bertanggung jawab, ia tidak taat kepada peraturan- peraturan itu?Tindakan macam apa yang boleh diambil? Jawabnya ialah: tindakan fisik! Jadi orang yang memang tidak tahu, boleh dipaksa untuk taat dan boleh seperlunya dikenai sanksi dalam bentuk hukuman. Jadi orang yang mengancam orang Pembatasan kebebasan : Paksaan/Pemerkosaan (1)
  • 93.  Cara untuk membuat orang taat adalah manipulasi psikis. Manipulasi psikis secara moral selalu buruk dan harus dinilai jahat, karena merusak kepribadian orang dari dalam. Paksaan fisik hanya mengenai kejasmaniahan manusia. Apa yang dipikirkannya, sikap hatinya, jadi sumber daya penentuannya sendiri tidak tersentuh.  Dalam belenggu pun orang masih dapat tetap bebas. Tindakan fisik yang perlu tidak akan memperkosa otonomi seseorang terhadap dirinya sendiri, melainkan hanya mencegah agar ia jangan merugikan orang lain.  Manipulasi psikis merusak manusia dari dalam. Maka tekanan psikis, menakut-nakuti, penggunaan pelbagai obat bius, sugesti dan hipnose, penyiksaan dengan tujuan untuk memperlakukan ketekadan batinnya yang tidak pernah dapat dibenarkan, melainkan selalu harus dikutuk sebagai kotor dan Pembatasan kebebasan: Manipulasi fisik? (2)
  • 94. Pembatasan kebebasan (3)  Melalui pewajiban dan larangan. Secara positif dengan adanya pewajiban dan larangan akan membataasi
  • 95. OTONOMI MORAL  Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonom (dari kata Yunani autos, sendiri). Istilah itu sendiri dibentuk oleh filosof Immanuel Kant (1724-1804) yang dimaknakan, Otonomi moral berarti bahwa manusia mentaati kewajiban- kewajibannya karena ia sendiri sadar. Kant membedakan antara sikap dan moral yang otonom dan heteronom.  Jadi dalam memenuhi kewajibannya ia sebenarnya taat pada diri sendiri. Otonomi moral tidak berarti bahwa kita menolak untuk menerima hukum yang dipasang orang lain, melainkan bahwa ketaatan kalau memang dituntut kita laksanakan karena kita sendiri insaf. Kita hidup dalam masyarakat bersama orang lain.  Kemampuan untuk menyadari bahwa kehidupan bersama itu memerlukan tatanan dan bahwa kita pun harus menyesuaikan diri dengannya tetapi, itulah hakikat paham demokrasi, kita pun berhak untuk menyumbangkan sesuatu agar tatanan itu menjadi lebih baik
  • 96. Sikap Moral Heteronom  Sikap moral sering merupakan sikap yang secara moral justru harus dinilai negatif karena bersifat heteronom. Kata berasal dari bahasa Yunani: heteros berarti ”lain”, nomos berarti ”hukum”. Heteronomi moral adalah sikap dimana orang memenuhi kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena ia tertekan, takut berdosa, takut dikutuk Tuhan dan sebagainya.  Heteronomi dapat terjadi dalam hubungan dengan orang tua, dalam sikap terhadap seksualitas, dalam ketaatan terhadap tuntutan agama. Moralitas heteronom berarti bahwa orang mentaati peraturan, tetapi tanpa melihat nilai atau maknanya. Ia hidup sesuai dengan tuntutan-tuntutan moral lingkungannya, bukan karena kesadaran, melainkan karena takut ditegur, takut berdosa, karena tak berani mengambil sikap sendiri,  Heteronomi ini merendahkan manusia,
  • 97. #Menolak Tanggungjawab  Tahu dan sadar tentang apa yang seharusnya dilakukannya, tetapi tidak melakukannya juga. Mengapa ia tidak mau, padahal ia menyadari tanggung jawabnya? Tentunya karena melakukan tanggung jawab dirasakan sebagai terlalu berat!  Ada banyak kemungkinan mengapa orang tidak mau bertanggung jawab: a). ia suka malas dan tidak bertanggung jawab adalah lebih ringan. b)Ada urusan lain yang lebih menarik, jadi ia acuh tak acuh.  Tidak bertanggung jawab adalah lebih setuju atau melawan. Atau ia sedang sentimen, ia lagi tersinggung. Atau ia
  • 98.  Jadi menolak untuk bertanggung jawab tidak membuat kita menjadi lebih bebas, melainkan sebaliknya. Orang yang tidak bertanggung jawab adalah orang yang tidak kuat untuk melakukan apa yang dinilainya sendiri sebagai paling baik. Jadi ia kurang bebas untuk menentukan dirinya sendiri. Kebebasan eksistensialnya justru memudar. Secara lebih terperinci, penolakan untuk bertanggung jawab mempunyai dua akibat. Pertama, persepsi atau wawasan semakin menyempit. Semuanya hanya dilihat dari kepentingan dan perasaan sendiri. Yang penting ialah agar ia tak perlu susah, tak terganggu, aman. Orang yang iri hati, tersinggung atau dendam memang tertutup, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu di luar perasaan mereka sendiri. Mereka berputar sekeliling mereka sendiri. Mereka sempit. Kedua, orang yang tidak mau bertanggung jawab menjadi semakin lemah, semakin tidak bebas lagi untuk menentukan diri sendiri, sebagaimana kita lihat pada penjudi dan morfinis. Ia semakin membiarkan diri ditentukan oleh dorongan-dorongan irasional yang tidak dikuasainya; oleh perasaannya, emosinya, oleh
  • 99. # ISU MORAL  Masyarakat sangat sensitif terhadap isi pesan yang disampaikan. Terutama bila pesan tersebut mengandung unsur yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat.  Ada tiga isu pokok antara kebebasan dan tanggung jawab mutan pesan, yakni [1] pornografi, [2] pesan yang mengganggu dan menimbulkan shock, dan [3] pesan yang menghina SARA.
  • 100. 1. Pornografi  Pornografi meliputi pornoteks, pornosuara, pornoaksi, porno media dan cyberporn. Namun demikian saat ini terjadi pergeseran konsep pornografi serta ambiguitas definisi pornografi. Pergeseran meliputi perubahan dan relativitas batasan kepornoan, sedangkan ambiguitas menunjuk pada inkonsistensi pelabelan kepornoan untuk dua hal yang sama serta sejenis.
  • 101. Good Magazine merilis statistik pornografi:  Setiap detiknya 28.258 pengguna internet melihat pornogafi.  Setiap detiknya $89.00 dihabiskan untuk pornografi di internet.  Setiap harinya 266 situs porno baru muncul.  Kata “sex” adalah kata yang paling banyak dicari di internet.  Pendapatan US dari pornografi di internet tahun 2014 mencapai $2.84 milyar.  Diperkirakan kini ada 372 juta halaman website pornografi.  Website pornografi diproduksi 3% oleh Inggris, 4% oleh Jerman, dan 89% oleh Amerika Serikat.  Negara-negara y[ang melarang pornografi: Saudi Arabia, Iran, Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Malaysia, Indonesia, Singapura, Kenya, India, Kuba, dan Cina.
  • 102.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertentangan antara tekanana kebebasan dan tanggung jawab sosial mesti diletakkan secara bersama.  Melulu mengikuti tekanan kebebasan akan menghilangkan fungsi komunikasi itu sendiri, sebaliknya menafikan faktor kebebasan dalam komunikasi kekinian juga bukanlah pilihan yang realistis. Maka, disinilah perlunya pendekatan etis atas relasi konfliktuil tersebut.
  • 103. Komodifikasi pornografi  Produk komunikasi yang dikategorikan porno kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga terlihat pantas untuk dijadikan sebagai komoditas yang dijual ke publik, seperti majalah "Playboy".  Di negara maju seperti Amerika Serikat misalnya, definisi kepornoan mengalami kemajuan dengan memasukkan indecency [pesan tidak sopan] sebagai kepornoan.
  • 104. 2. Pesan Yang Mengguncang Atau Menimbulkan Shock 1. Pesan yang menyerang. 2. Pesan yang membunuh karakter seseorang. 3. Visualisasi yang mengguncang. 4. Kekerasan dan sadisme. Contohnya adalah acar televisi Smackdown yang ditayangkan Lativi. Banyaknya anak SD yang tewas karena mempraktekkan gerakan-gerakan Smackdown. 5. Pesan tentang mistik dan tahayul. Contoh isu dukun santet yang beberapa waktu lalu menghembus di Sukabumi yang berujung
  • 105. 3. Pesan Yang Menghina Sara  Pesan yang menghina SARA misalnya adalah kartun Nabi Muhammad dan film Fitna yang beberapa waktu lalu mengguncang dunia. Tidak hanya di Islam, kontroversi juga terjadi di kalangan Nasrani yakni dalam Film “Davinci Code”, "The Last Temptation of Christ" dan "Ten Commendements".  Khusus dalam pesan yang menghina SARA, keberatan dan tuntutan hukum selain ditujukan kepada pihak yang memproduksi pesan, juga dapat diajukan pada pihak yang mereproduksi pesan.
  • 106. 1. Harm principle.  Menurut prinsip ini kebebasan individu layak dibatasi untuk mencegah terjadinya tindakan menyakiti orang lain. 2. Paternalism principle  Menurut prinsip ini media sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Kita menjadi apa yang kita baca/tonton. Karenanya muatan pesan media harus dikontrol. 3. Moralism principle.  Menurut prinsip ini baik tidaknya moral ditentukan oleh masyarakat, bukan oleh individu. 4. Offense principle.  Menurut prinsip ini penyampain pesan tidak boleh menimbulkan rasa malu, kegelisahan dan kebingungan bagi orang lain. Mencari Batasan Moral
  • 107. BAHASAN :KESADARAN MORAL ► Tiga Lembaga Normatif ► Batas Wewenang 3 Lembaga Normatif ► Suara Hati menyatakan diri ► Kemutlakan Suara Hati ► Moralitas dan Legalitas - Inti Sikap Moral - Menilai Orang Lain - ” Asal Maksudnya Baik ”
  • 108. # Kesadaran Moral Manusia berhadapan dengan dua realitas yang khas bagi kehidupan. 1). Di satu pihak, kebebasan sosial kita dibatasi oleh masyarakat. 2). Di lain pihak kebebasan eksistensial menuntut otonomi moral. Keduanya diperlukan agar eksistensi manusia menjadi nyata, yaitu masyarakat yang menentukan bagaimana kita harus hidup, dan kesadaran bahwa kita sendirilah yang harus
  • 109. # Tiga Lembaga Normatif  Masyarakat, yaitu semua orang dan lembaga yang berpengaruh pada hidup kita  Super-ego ialah perasaan moral spontan. Superego menyatakan diri dalam perasaan malu dan bersalah yang muncul secara otomatis dalam diri kita apabila melanggar norma-norma yang yang telah dibatinkan itu.  Ideologi ialah segala macam ajaran tentang makna kehidupan, tentang nilai-nilai dasar dan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.
  • 110. # Apa Suara hati?  Suara hati adalah ”kesadaran tentang apa yang menjadi kewajibannya berhadapan dengan masalah konkret yang dihadapinya”.  Berhadapan dengan pendapat masyarakat dengan tuntutan ideologi, ia menjadi sadar, bahwa ia tidak boleh mengikuti pendapat moral mereka begitu saja, melainkan harus memastikan sendiri apa yang sebenarnya merupakan kewajibannya dalam situasinya.  Suara hati adalah kesadaran dalam batin saya bahwa saya berkewajiban mutlak untuk selalu menghendaki apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, dan bahwa hanya saya sendirilah dapat dan berhak untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya itu.  Atau lebih singkat: suara hati adalah kesadaran saya akan kewajiban dan tanggung jawab sebagai manusia dalam situasi konkret.
  • 111. Nilai Sebagai Manusia Manusia dalam hatinya memiliki suatu kesadaran tentang apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajibannya. Kesadaran itu tidak selalu kita perhatikan. Kalau hati setuju dengan pendapat moral lingkungan, maka suara hati tidak menyolok. kita tidak dapat menyetujui sikap yang diambil para panutan. Kesadaran bahwa kita sendirilah yang akhirnya harus memutuskan apa yang menjadi kewajiban kita, dan bahwa kita wajib untuk melaksanakannya bersifat langsung. Kita sadar bahwa apa pun biayanya, disetujui atau tidak oleh lingkungan, para panutan dan ideologi kita, kita selalu wajib untuk mengambil sikap yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita. Sekaligus kita sadar bahwa dari kesetiaan terhadap suara hati kita tergantung nilai kita sendiri sebagai manusia.
  • 112.  Suatu rumusan yang agak panjang, tetapi memuat semua ukuran hakiki, adalah sebagai berikut: suara hati adalah kesadaran dalam batin saya bahwa saya berkewajiban mutlak untuk selalu menghendaki apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, dan bahwa hanya saya sendirilah dapat dan berhak untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya itu. lebih singkat: suara hati adalah kesadaran saya akan kewajiban dan tanggung jawab sebagai manusia dalam situasi konkret.
  • 113. Suara Hati Selalu Ditaati  Suara hati selalu harus ditaati. Kesadaran ini termasuk inti suara hati sendiri. Tandanya ialah bahwa kita merasa bersalah apabila kita mengelak dari suara hati.  Suara hati kita dapat keliru, namun kita selalu harus taat padanya, karena suara hati adalah kesadaran kita yang langsung tentang apa yang menjadi kewajiban kita.  Suara hati adalah pusat kemandirian manusia. Tuntutan-tuntan lembaga normatif masyarakat dengan pelbagai wakilnya, ideologi-ideologi dan juga superego kita sendiri tidak berhak untuk mengikat hati kita begitu saja.  Suara hati akan membuat kita sadar bahwa kita selalu berhak untuk mengambil sikap sendiri, dan bahwa kewajiban untuk taat terhadap pelbagai otoritas dalam masyarakat selalu terbatas: suatu
  • 114. Suara Hati Dan Penguasa  Dapat dimengerti bahwa hal suara hati tidak pernah disukai oleh mereka yang memegang kekuasaan dalam salah satu bentuk. Para penguasa segala zaman, entah dalam keluarga, dalam pelbagai bidang kehidupan masyarakat, dalam agama, dalam negara, selalu berpendapat bahwa merekalah yang paling tahu bagaimana orang lain harus hidup. Maka mereka merasa terganggu dan barangkali terancam dalam kekuasaan mereka apabila berhadapan dengan orang yang bersitegang untuk mengambil keputusan terakhir sendiri. Orang semacam itu tidak dapat dibujuk,
  • 115. filosof Immanuel Kant dirumuskan secara singkat begini: tuntutan suara hati bersifat mutlak. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud, Kant membedakan antara dua macam perintah atau tuntutan: 1. perintah yang bersyarat (”imperatif hipotesis”) dan perintah tak bersyarat (”imperatif kategoris). Perintah bersyarat adalah perintah yang hanya berlaku apabila orang menghendaki apa yang menjadi syaratnya. Misalnya orang disuruh berangkat sekarang juga ke stasiun kereta api. Perintah itu bersyarat karena hanya berlaku dengan pengandaian bahwa orang itu masih mau naik kereta api yang sudah hampir berangkat. Andaikata ia tidak mau sama sekali pergi, perintah itu kehilangan artinya. Begitu pula perintah seorang pelatih kepada petinju yang dilatihnya ”jangan merokok!” bersifat hipotesis, karena hanya berlaku atas dasar pengendaian bahwa petinju itu ingin mencapai prestasi yang tinggi. Apabila ia tidak peduli, mengapa ia harus berhenti merokok? 2. Berbeda dengan perintah-perintah bersyarat itu tuntutan-tuntutan moral menurut Kant bersifat tak bersyarat atau absolut. Misalnya, tuntutan ”jangan bohong!” berlaku begitu saja, selalu tanpa kekecualian. Perintah itu mutlak. Sama halnya dengan perintah bahwa manusia tidak boleh memperkaya diri dengan cara melanggar hak orang lain. 3. Tuntutan-tuntutan moral itu berlaku mutlak. Mutlak atau absolut berarti: tidak bersyarat, begitu saja, tidak dapat ditawar-tawar dengan kesenangan atau kepentingan saya. Suatu kewajiban moral berlaku entah menguntungkan atau tidak, mengenakkan atau tidak, dipuji orang lain atau malah ditegur. Apa yang sudah saya sadari sebagai kewajiban bagaimanapun juga harus saya lakukan karena kewajiban ini berlaku mutlak. Dari ketekadan untuk selalu bertindak dengan baik, adil dan wajar apa pun dan siapa pun tidak boleh menyelewengkan kita.
  • 116. Rasionalisasi suara hati  Menurut Immanuel Kant universalitas keberlakuan termasuk ciri khas kesadaran moral. Suara hati kita selalu disertai kesadaran, bahwa apa yang diyakini sebagai kewajiban selalu objektif dan bagi siapa saja yang berada dalam situasi yang sama dengan saya. Ada beberapa alasan suara hati rasona : a) Penilaian moral pada hakikatnya merupakan masalah perasaan belaka, dan suatu perasaan memang tidak dapat disebut benar atau salah dan oleh karena itu juga tidak masuk akal, kalau dituntut pertanggungjawaban b) Rasionalitas atau pengertian manusia yang sebenarnya adalah lebih mendalam daripada sekedar akal yang kita pergunakan dalam pelbagai pertimbangan praktis atau konkrit sehari-hari c) Pendekatan rasional tidak menutup agar setiap langkah kita pastikan dulu keamanannya sebelum kita mengambilnya, melainkan hanya agar kita
  • 117. Pengambilan Keputusan  Bagaimana cara pengambilan keputusan supaya keputusan itu secara moral memadai? Apabila kita mengambil suatu keputusan, kita selalu dapat membedakan antara dua saat, yaitu: saat sebelum keputusan itu harus diambil dan sewaktu keputusan akhirnya diambil.  keputusan sendiri secara moral tidak cacat, tetapi kita tetap memikul tanggung jawab agar akibat- akibatnya sedapat-dapatnya tidak merugikan orang lain, atau kalau perlu untuk memulihkan keadaan semula. 
  • 118. Dalam persiapan pengambilan keputusan itulah rasionalitas kesadaran moral hendaknya memainkan peranannya. Sebelum kita mengambi  sebuah keputusan kita harus selalu bersikap terbuka. Kita betul-betul harus berusaha untuk menemukan keputusan mana yang paling tepat. Kita harus terbuka terhadap pandangan orang lain, terutama orang yang terkena oleh keputusan yang kita ambil, tetapi pada prinsipnya terhadap pendapat siapa saja yang relevan.  Kita harus seperlunya bersedia untuk memikirkan pendirian kita sendiri kembali dan bahkan untuk mengubah pendapat kita. Kita tidak berhak untuk ngotot pada apa yang kita sebut keyakinan atau suara hati kita.  Kita harus mencari segala informasi yang relevan dan memperhatikan serta menanggapi pendapat dan sangkalan orang lain. Seperlunya kita mencari
  • 119. NILAI LAIN DARI ETIKA A. PERTANGGUNGJAWABAN MORAL B. PENGEMBANGAN DIRI C. NILAI UNGGUL D. KEBAHAGIAAN
  • 120. A. PERTANGGUNGJAWABAN MORAL Kewajiban moral disadari sebagai sesuatu yang mengikat dengan mutlak, tetapi sekaligus, bahwa kita harus bersedia untuk mempertanggungjawabkan pendapat kita tentang kewajiban moral secara rasional. Sesuatu itu memadai dengan norma yang harus diterapkan padanya. Jadi pertanggungjawaban hanyalah mungkin kalau ada norma-norma yang menetapkan bagaimana keadaan yang seharusnya. Dengan demikian kita berhadapan dengan pertanyaan: manakah tolok ukur pertanggungjawaban moral ? ini merupakan pertanyaan pokok etika normatif
  • 121. B. MAKNA KEBAHAGIAAN  Makna kebahagiaan dari buku “The Law Of Happiness dari karya Dr Henry Cloud (2011) mengungkapkan 13 jalan untuk menjadi bahagia menurut penulis : 1) Menjadi orang yang bahagia dengan senang menderma 2) Menjadi orang yang bahagia dengan tidak malas mengejar kebahagiannya 3) Menjadi orang yang bahagia dengan tidak menunggu untuk “suatu hari”. 4) Menjadi orang yang dengan bahagia mewujudkan impiannya. Jalan ini masih terkait dengan jalan sebelumnya 5) Menjadi orang yang bahagia berarti hidup dengan kesadaran penuh.
  • 122. Makna kebahagiaan….. 6) Menjadi orang yang bahagia dengan selalu bersosialisasi. 7). Menjadi orang yang bahagia dengan tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain 8) Menjadi orang yang bahagia dengan berfikiran baik 9) Menjadi orang yang bahagia dengan selalu bersyukur. 10) Menjadi orang yang bahagia dengan mempunyai batasan 11) Menjadi orang yang bahagia dengan menjadi pemaaf
  • 123. Teori dasar kebahagiaan  HEDONISME ETIS  ETIKA PENGEMBANGAN DIRI  UTILITARISME
  • 124. Hedonisme Etis  Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani (hedno = nikmat, kegembiraan).  Hedonisme bertolak dari anggapan bahwa manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat semakin bahagia.  Pandangan bahwa tercapainya kebahagiaan mesti menjadi tujuan kehidupan manusia, dan karena itu manusia hendaknya hidup dengan sesuatu cara yang mendekatkannya padanya, berasal dari para filsuf Yunani lebih dua ribu tahun yang lalu.  Etika yang mendasari pencaharian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasariah disebut eudemonisme (dari kata Yunani eudaimonia, kebahagiaan).  Pertimbangan yang mendasari etika kebahagiaan itu mudah dimengerti karena kebahagiaan adalah tujuan pada dirinya sendiri. Orang yang sudah bahagia, tidak memerlukan apa-apa lagi. Nampaknya masuk akal kalau kehidupan kita arahkan pada usaha untuk mencapai kebahagiaan. 
  • 125. Jenis Hedonisme A. Hedonisme psikologis :bahwa manusia, bagaimanapun juga, selalu toh hanya mencari nikmat dan mau menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak saja. Teori itu disebut hedonisme psikologis karena mengenai hal motivasi dasar manusia (yang diselidiki oleh para psikolog).  di belakang tujuan-tujuan yang luhur (seperti menegakkan kebenaran dan keadilan) dan motivasi- motivasi suci (misalnya mau menyebarkan iman kepercayaan agamanya) manusia yang sebenarnya ialah mencari nikmat saja.  Manusia dianggap hanya menipu diri apabila ia mengira bahwa ia bertindak demi cita-cita luhur atau demi kepentingan orang lain. Kalaupun ia nampaknya bersedia berkorban, namun sebenarnya ia hanya mencari kepuasan sendiri.
  • 126. B. Hedonisme etis bahwa sebaiknya manusia selalu mencari nikmat dan menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan? Garis pokok argumentasi hedonisme adalah bahwa manusia akan bahagia apabila ia mencapai perasaan nikmat sebanyak mungkin dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak. Terhadap anggapan ini ada dua pertimbangan yang menawarkan diri.  Pertama : Apakah kebahagiaan itu sama dengan jumlah perasaan nikmat ?  Pertimbangan kedua: Nilai dan pengalaman- pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan
  • 127. Etika pengembangan diri  orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan religius.  Jadi yang membahagiakan ialah kalau kita mengembabgkan diri sedemikian rupa hingga bakat-bakat yang kita punyai menjadi kenyataan. Manusia adalah makhluk yang mempunyai banyak potensi, tetapi potensi- potensi itu baru menjadi nyata apabila kita merealisasikannya.  Kebahagiaan tercapai dalam mempergunakan atau mengaktifkan bakat- bakat dan kemampuan-kemampuan kita itu. Itulah sebabnya orang yang mau menjadi pengukir akan jauh lebih bahagia dengan patung sederhana hasil ukirannya sendiri daripada apabila orang tuanya membelikan patung bagus seorang seniman ternama.  Erich Fromm mengungkapkan hal yang sama dengan mengatakan bahwa mutu kehidupan kita ditentukan oleh having melainkan oleh being,
  • 128. Bagaimana caranya manusia berkembang? 1) Jadi apabila ia mau berkembang, ia harus berani untuk tidak terus berpegang pada diri sendiri saja dan memberanikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas dan tanggung jawab yang menantang dengan menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Orang yang dapat menomorduakan ke-pentingannya dan memberikan diri sepenuhnya pada sesuatu dimana ia dibutuhkan, misalnya kepada pelayanan sesama, justru akan mengalami bahwa ia sendiri berkembang. 2) Selalu mencari diri sendiri tidak akan menemukan diri, sedangkan orang yang melupakan diri demi suatu tugas, demi orang lain, demi cita-citanya dialah yang akan menemukan diri. 3) Sebagai orang beriman kita tahu bahwa manusia tidak mungkin berkembang dengan utuh apabila perspektifnya terbatas pada kebahagiaan di dunia ini. Kita tahu bahwa akhirnya kehidupan kita, sukses atau gagal, kebahagiaan kita, adalah pemberian rahmat Tuhan. Maka justru demi pengembangan diri yang sebenarnya
  • 129. Utilitarisme  ”utilitarisme” ( kata Latin ”utilis”, berguna)  Utilitarisme tidak mengatakan bahwa asal suatu tindakan berguna, tindakan itu juga baik dalam arti moral.  bahwa ada perbedaan moral apakah tindakan saya berguna bagi saya atau bagi orang lain. Bahwa suatu tindakan belum tentu baik dalam arti moral hanya karena berguna bagi saya, jelas dengan sendirinya. Tetapi apabila saya mau melakukan sesuatu yang berguna bagi sesama, jadi lepas dari pamrih saya sendiri, maka kemauan itu secara moral harus dinilai positif Contoh :Tindakan korupsi tidak menjadi baik karena tentu saja berguna bagi saya.  Utilitarisme bersifat universal, artinya ia mengaku adanya suatu kewajiban terhadap semua orang. Utilitarisme menegaskan bahwa dalam segala tindakan kita harus selalu memperhatikan akibat-akibatnya bagi semua orang secara langsung atau tidak langsung terkena olehnya.
  • 130. C.PRINSIP MORAL DASAR a. Prinsip sikap baik. Prinsip itu mendahului dan mendasari semua prinsip moral lain. Baru atas dasar tuntutan itu semua tuntutan moral lain masuk akal. Kalau tidak diandaikan bahwa pada dasarnya kita harus bersikap positif terhadap orang lain, buat apa masih menghiraukan segala macam tuntutan moral lain lagi? b. Prinsip keadilan. Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap siapa saja. Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas. Adil berarti bahwa kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Dan karena pada hakikatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tuntutan bila dasariah keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama . c. Prinsip hormat terhadap diri sendiri. suatu prinsip moral dasar ketiga yang menuntut agar orang tidak membiarkan diri disalahgunakan. Saya mau menyebut prinsip itu prinsip hormat terhadap diri sendiri. Manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah. Pertama dituntut agar kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, diperkosa atau
  • 131. D. KEPRIBADIAN KUAT Sikap-sikap yang perlu kita kembangkan kalau kita ingin memperoleh kekuatan moral. Kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya sebagai
  • 132. Karakteristik keribadian yang kuat A. Kejujuran B. Nilai-nilai Otentik ”Otentik” berarti ”asli”. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadiannya yang sebenarnya C. Kesediaan Untuk Bertanggung Jawab  pertama, berarti kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan, dengan sebaik mungkin.  Kedua, dengan demikian sikap bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu boleh atau tidak. Sedangkan sikap bertanggung jawab merasa terikat pada yang memang perlu. Ia terikat pada nilai yang mau dihasilkan.  Ketiga, dengan demikian wawasan orang yang bersedia untuk bertanggung jawab secara prinsipil tidak terbatas  Keempat, kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta, dan untuk memberikan, pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya
  • 133. D. Kemandirian Moral Kemandirian moral berarti bahwa kita pernah ikut-ikutan saja dengan pelbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya. E. Keberanian Moral Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik F. Kerendahan Hati Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, melainkan juga kekuatannya. Tetapi ia tahu bahwa banyak hal yang dikagumi orang lain padanya bersifat kebetulan saja. Ia sadar bahwa kekuatannya dan juga kebaikannya terbatas. Tetapi ia telah menerima diri. Ia tidak gugup atau sedih karena ia bukan seorang manusia super. Maka ia adalah orang yang tahu diri dalam arti yang sebenarnya. Realistik dan kritis
  • 134. G. REALISTIK DAN KRITIS Manusia yang kita hormati dan sesama terhadapnya kita mau bersikap baik bukan ”si manusia”, melainkan pelbagai orang yang berada dalam jangkauan pengaruh tindakan kita, dengan kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan- kemampuannya, dengan kelemahan-kelemahan dan harapan-harapan mereka. Terhadap mereka itu kita
  • 135. IMPLIKASI ETIKA  Wawasan ilmiah etika (ettiquette of science) ETIKA ILMIAH  mindsett POLA PEMIKIRAN  Aplikasi etika bagi KEHIDUPAN a).Mahasiswa b). Pekerjaan c). Kehidupan bernegara d). Kehidupan sosial
  • 136. ETIKA ILMIAH WAWASAN KEILMUAN DAN TEORI (etika sebagai ilmu) KASUS PELANGGARAN ETIKA (case study) RISET ILMIAH TENTANG ETIKA (penelitian etika)
  • 137. APLIKASI ETIKA 1. PERUBAHAN PRILAKU DALAM KONTEKS ETIKA DIPENGARUHI: Kepribadian (personality) Budaya (culture)  Genetika (genetic) Lingkungan (Social) Media sosial
  • 138.  2. IMPLEMENTASI ETIKA :  Sikap  Empati Dan Sensitif  Memahami  Konfromi Tegas bersikap  komitmen
  • 139. PRILAKU DALAM KONTEKS ETIKA  Kenapa taat (ini sebagian teori)  Agresi dipelajari.  Implikasi dalam pendidikan.  pend.multi budaya.  Peran lingkungan sosial dalam pendidikan(media masa, model prilaku).  Koperative learning,  konstruktivis sosial.  Kognitif sosial.  Seragam pakaian (konformutas, keasamaan status)
  • 140. PRILAKU DALAM KONTEKS SOSIAL DAN BUDAYA PSIKOLOGI SOSIAL PSIKOLOGI BUDAYA Mengkaji tentang peran sosial, sikap, hubungan dan pengaruh kelompok terhadap individu. Mengkaji bagaimana pengaruh budaya terhadap prilaku manusia.
  • 141. BAHASAN  Role (Peran Sosial) dan Norm (Norma Sosial)  Pengaruh Sosial Pada Individu  Individu Dalam Kelompok  Identitas Sosial (Social Identity)
  • 142. PERAN SOSIAL (ROLE) Peran sosial seseorang dalam suatu kelompok yang diatur oleh norma yang akan mempengaruhi prilakunya.
  • 143. KOGNISI SOSIAL (SOCIAL COGNITION)  Bagaimana persepsi seseorang tentang diri mereka sendiri dan tentang orang lain mempengaruhi hubungan mereka dengan sesama dan bagaimana lingkungan sosial mempengaruhi pikiran, persepsi, kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh seseorang.  Ada dua konsep penting terkait dengan kognisi sosial yaitu atribusi dan sikap.
  • 144. ATRIBUSI (ATTRIBUTION) Penjelasan seseorang tentang alasan kenapa dia dan orang lain melakukan suatu tindakan.
  • 145. ATRIBUSI penjelasan kenapa seseorang melakukan suatu tindakan Atribusi Situasional Atribusi Disposisional Faktor lingkungan dan situasi sebagai penyebab suatu tindakan. Faktor diri (sifat/kepribadian) sebagai penyebab suatu tindakan. Dia mencuri karena anaknya kelaparan. Dia mencuri karena dia memang seorang penjahat/pencuri .
  • 146. FUNDAMENTAL ATTRIBUTION ERROR Kecenderungan orang untuk membuat penjelasan tentang tindakan orang lain dengan menekankan pada alasan kepribadian dari orang tersebut dan mengabaikan faktor situasi. Orang-orang barat lebih cenderung melakukan bias atribusi tentang tindakan orang lain dibanding orang timur (india, jepang, china, korea dan hongkong). Orang timur lebih memiliki orientasi kelompok daripada barat. Bias Atribusi
  • 147.  Membuat atribusi yang menguntungkan bagi dirinya terhadap prilaku yang dilakukannya.  Ketika tindakannya adalah suatu keburukan maka akan diorientasikan kepada atribusi situasional.  Jika kebaikan maka akan diorientasikan kepada dirinya (disposisional) SELFSERVING BIAS
  • 148. Just-world hypothesis  Suatu pandangan atau asusmsi bahwa dunia ini adil. Orang yang berbuat keburukan akan memperolah hukuman sebagai akibat tindakannya dan orang yang melakukan kebaikan akan mendapatkan penghargaan.  Dapat membantu dalam memahami suatu peristiwa luar biasa dan memunculkan perasaan aman.
  • 149. Blaming the victim  Ketika seseorang mengalami hal buruk, itu disebabkan karena dia berada pada tempat yang salah pada waktu yang salah.
  • 150. SIKAP (ATTITUDE) Persepsi, kepercayaan dan atau penilaian seseorang mengenai suatu objek (objek fisik maupun pristiwa).
  • 151. Disonansi kognitif (cognitive dissonance) Perasaan tidak nyaman ketika dua macam sikap atau sebuah sikap dan tindakan saling bertentangan satu sama lain. Bagaimana sikap anda ketika Selebriti yang anda kagumi melakukan tindakan buruk ?
  • 152. Familiarity effect:  Kecenderungan untuk memiliki sikap positif terhadap sesuatu yang lebih dikenal. Validity effect:  Kecendrungan orang untuk percaya bahwa sesuatu adalah benar karena ditambilkan secar berulang (sering ditampilkan), bahkan walaupun itu merupakan kebohongan.
  • 153. MEMPENGARUHI SIKAP  Pengulangan gagasan.  Penyajian oleh orang yang menarik atau dikagumi.  Asosiasi antara pesan dengan perasaan menyenangkan
  • 154. Persuasi koersif  Upaya merubah sikap dengan cara menekan kemampuan seseorang untuk bernalar dan berpikir kritis.  Digunakan pada banyak aliran/sekte agama yang sesat.  Konformitas  Deindividuasi  Altruisme
  • 155. IDENTITAS SOSIAL (SOCIAL IDENTITY) Identitas yang disandarkan pada kelompok dimana kita bergabung, termasuk didalamnya adalah kelompok politik, pekerjaan, agama, bangsa dll. LAWAN IDENTIT AS PRIBADI
  • 156. Ethnic identity  Identifikasi seseorang dengan kelompok etnis, ras atau agama tertentu. Acculturation  Proses dimana anggota kelompok minoritas mengidentifikasikan dengan dan menjadi bagian dari budaya yang lebih besar (dominan).
  • 157. Ethnocentrism  Keyakinan bahwa bangsa, budaya, agama atau kelompok sendiri lebih hebat dibanding yang lain. Stereotipe  Ringkasan kesan terhadap sekelompok orang dimana semua anggota dalam kelompok dianggap memiliki sifat yang sama.
  • 158. PRASANGKA (PREJUDICE) Adalah Stereotipe negatif dan ketidaksukaan atau kebencian yang kuat dan tidak rasional terhadap suatu kelompok Prasangka adalah pengalaman manusiawi yang universal yang dialami oleh hampir setiap manusia (Dovidio, 2001)
  • 160.
  • 161.
  • 162.
  • 163.
  • 165. • Aturan-aturan yang mengatur kehidupan sosial, termasuk hukum eksplisit dan kesepakatan budaya yang implisit • Terdapat ‘Hukuman’ dan ‘Penghargaan’ Norm a • Kedudukan sosial yang diatur oleh seperangkat ‘Norma’ yang menunjukkan perilaku yang pantas • Contoh : Peran dalam Keluarga, Peran Gender dll. Peran • Sebuah program yang terdiri dari aturan-aturan yang diikuti bersama, yang menatur perilaku seseorang dalam masyarakat, serta memuat seperangkat nilai, kepercayaan dan kebudayaan yang diikuti bersama oleh anggota-anggota masyarakat • Contoh : Aturan Jakar Bicara (orang Arab vs Orang Barat) Budaya
  • 166. Melempar Tanggung Jawab kepada Pihak Otoritas Terbiasa melakukan tugas tertentu (tugas Rutin) Ingin terlihat Sopan (tidak mau merusak hubungan baik) Terjebak (proses peningkatan komitmen individu suatu tindakan – Mesin Uang)
  • 168. SIKAP Mengubah Pendapat dan Keyakinan Dasar (Contoh : Agama, Politik) Persuasi yang Bersahabat Contoh : Iklan Persuasi yang Koersif (memaksa) Contoh : Sekte
  • 169. KONFORMITAS …Merasa menjadi bagian dari kelompok PIKIRAN KELOMPOK Kecenderungan semua anggota kelompok untuk berpikir seragam, mencapai harmoni dan menekan ‘Perbedaan Pendapat’. Contoh : NASA – tetap ‘teguh’ meluncurkan Columbia dan tragis meledak di Udara. KERUMUNAN a. Diffusi Tanggungjawab b. Deindividuasi c. Anonimitas & Tanggungjawab ALTRUISME DAN PERBEDAAN PENDAPAT Kemauan melakukan tindakan berbahaya untuk menyelamatkan orang lain sesuai dengan keyakinan pribadi dan hati nurani
  • 170. IDENTITAS ETNIS ETNOSENTRISME STEREOTIPE • Identifikasi seseorang dengan kelompok etnis, ras dan agama tertentu • Kepercayaan bahwa kelompok etnis, bangsa atau agama paling hebat dan superior. • Ringkasan ‘kesan’ mengenai kelompok, dimana diyakini bahwa anggota memiliki sifat yang sama (baik positif, negatif dan netral)
  • 171. ASAL PRASANGKA • Fungsi Psikologis • Fungsi Sos-Bud • Fungsi ekonomi MENDEFINISIKAN DAN MENGUKUR PRASANGKA • Prasangka masih sulit didefinisikan • Prasangka dalam prosesnya menunjukkan tingkat yang ‘menurun’. Contoh Penerimaan kaum Homo dan Gay. MENGURANGI KONFLIK DAN PRASANGKA • Status kelompok harus sama (hukum, ekonomi dan kekuasaan) • Otoritas mendorong paham egaliter • Bersosialisasi, baik formal maupun informal • Bekerjasama untuk tujuan yangsama
  • 172.
  • 173.
  • 174. 174 ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL BISNIS  suatu tindakan dianggap beretika apabila Anda pun tidak keberatan jika orang lain melakukan hal itu terhadap diri Anda, sesuai dengan prinsip timbal-balik.
  • 175. 175 Sasaran Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep etika bisnis dan tanggungjawab sosial. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis. 3. Mendiskusikan bagaimana organisasi mem-bentuk perilaku etis. 4. Menjelaskan bagaimana mengukur tanggung jawab sosial perusahaan. 5. Merangkum tanggungjawab bisnis terhadap publik, konsumen, dan karyawan. 6. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa investor dan komunitas financial memiliki keterkaitan dengan etika bisnis dan tanggungjawab sosial.
  • 176. 176 ETIKA  Etika berasal dari Bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan yang berhubungan tingkah laku manusia dan prinsip-prinsip tentang tindakan moral yang benar.  Moral berhubungan dengan tindakan manusia yang sesuai dengan ukuran/standar yang diterima oleh umum.  Etika merupakan standar tingkah laku ( standart of conduct) yang memimpin individu dalam membuat keputusan, apa yang akan diperbuat , dikatakan dan sebagainya.  Etika berhubungan dengan yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang
  • 177. 2-177 ETIKA BISNIS  Boone and Curtz (2002:44) Etika Bisnis yaitu standar perilaku da nilai-nilai moral yang mengontrol tindakan serta keputusan pelaku bisnis  Bertens (2000) etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis  Responsibility- Consequences of management actions and decision
  • 178. 2-178 Norma HukumMengapa diperlukan etika dalam bisnis?+ Norma Etika = Fleksibilitas
  • 179. 2-179 TANGGUNG SOSIAL merujuk pada filosofi, kebijakan, prosedur, dan tindakan yang diarahkan pd perbaikan kesejahteraan masyarakat.  Bisnis memiliki tanggung jawab yang besar kepada pelanggan, karyawan, investor, dan masyarakat secara keseluruhan.
  • 180. 2-180 KEKUATAN YANG MEMBENTUK ETIKA DAN TANGGUNGJAWAB BISNIS Kekuatan Individual Organisasional Hukum Masyarakat
  • 181. 2-181 Dilema Etis Bisnis Kejujuran dan Integritas Konflik Kepentingan Loyalitas Versus Kebenaran Mengungkapkan Pelanggaran Perusahaan
  • 182. 2-182 1. Konflik Kepentingan—situasi dimana keputusan yang diambil terpengaruh oleh kepentingan/keuntungan pribadi (kasus suap pada beberapa skandal kredit macet). 2. Kejujuran & Integritas—mengemukakan fakta yang sebenarnya dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika didalam semua keputusan bisnis. 3. Loyalitas vs. Kebenaran—pelaku bisnis mengharapkan para karyawannya untuk loyal sekaligus “benar”. 4. Whistleblowing—pengungkapan karyawan kepada publik, pemerintah maupun media atas praktek-praktek yang sifatnya melanggar etika, ilegal, atau amoral didalam perusahaan/ organisasinya.
  • 183. 2-183 FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU TIDAK ETIS DI TEMPAT KERJA  Sasaran penjualan, budget ataupun laba yang tidak realistik  Ketiadaan hubungan/Lack of recognition  Personal financial worries  Balancing work & family  Komunikasi yang jelek
  • 184. 2-184 BAGAIMANA ORGANISASI MEMBENTUK PERILAKU ETIS  Struktur Lingkungan Etis
  • 185. 2-185  Kesadaran Etis (Ethical Awareness)  Aturan perilaku yaitu pernyataan formal yang merumus- kan bagaimana organisasi berharap dan menuntut karyawan untuk menyelesaikan masalah-masalah etik.  Pertimbangan Etis (Ethical Reasoning)  Tidak semua dilema etis memiliki jawaban hitam dan putih. Banyak yang berada di wilayah abu-abu sehingga perlu dipilah dan dipilih konsekuensi yang mungkin terjadi. Untuk itu diperlukan pelatihan etika.  Tindakan Etis (Ethical Action)  Perusahaan membantu karyawan untuk bertindak etis dengan memberikan penguatan thd tindakan etis dan mengeliminir peluang tindakan tidak etis.  Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)  Eksekutif harus menunjukan perilaku etis dalam kepu- tusan dan tindakan mereka agar dapat dijadikan teladan oleh karywannya.
  • 187. 2-187 TANGGUNGJAWAS SOSIAL  Social Responsibility adalah penerimaan manaje-men terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial sebagai nilai yang sepadan dalam menge-valuasi kinerja perusahaan. (Boone & Kurtz, 2002:57)  Social Audits yaitu prosedur formal yang mengidentifikasi dan mengevaluasi seluruh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan masalah sosial seperti konservasi, praktek ketenagakerjaan, perlindungan lingkungan, dan aktivitas amal (Boone & Kurtz, 2002:58)
  • 188. 2-188 TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Tanggung jawab terhadap masyarakat umum  Masalah kesehatan masyarakat  Melindungi lingkungan  Mengembangkan kualitas tenaga kerja  Filantropi perusahaan  Tanggung jawab terhadap pelanggan  Hak untuk mendapatkan keamanan  Hak untuk mendapatkan informasi  Hak untuk memilih  Hak untuk didengarkan  Tanggung jawab terhadap karyawan  Keamanan lingkungan kerja  Masalah kualitas hidup  Menjamin kesempatan kerja yang sama  Pelecehan seksual  Tanggung jawab terhadap investor dan komunitas keuangan
  • 189. 189 TANGGUNG JAWAB TERHADAP MASYARAKAT UMUM 1. Masalah kesehatan masyarakat  Apa yang harus dilakukan dunia bisnis thd produk -produk yg secara inheren berba-haya spt rokok, alkohol, makanan berle- mak, senjata api, kenda-raan bermotor  Bagaimana perlindungan thd kelompok masyarakat yang lemah. 2. Melindungi lingkungan  Apa tanggung jawab bisnis terhadap kerusakan lingkungan yg disebabkab oleh produk atau proses operasi mereka spt polusi.  Memproses ulang bahan-bahan yang telah digunakan 3. Mengembangkan kualitas tenaga kerja  Apakah dunia bisnis dapat berkembang dengan SDM yang tidak berkualitas. 4. Filantropi perusahaan  Mencakup kontribusi dalam bentuk uang ,peralatan dan barang serta dukungan terhadap usaha-usaha sukarela para karyawan dan organisasi sosial..
  • 190. 190 Responsibilities to the General Public
  • 191. 191 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PELANGGAN.  Consumerism yaitu permintaan publik dimana perusahaan dalam pembuatan keputusannya, mempertim-bangkan keinginan dan kebutuhan para pelanggan  Dikenal dengan hak-hak dasr konsumen yang harus dilindungi yaitu;  Hak mendapatkan keamanan  Hak didengar  Hak memilih, dan  Hak mendapatkan informasi
  • 192. 192  Hak untuk mendapatkan keamanan  Konsumen harus merasa yakin bahwa barang dan jasa yg mereka beli tidak akan melukai dalam penggunaan yang wajar.  Hak mendapatkan informasi.  Konsumen harus punya akses ke informasi produk yang memadai agar bisa membuat keputusan beli yang bisa dipertanggung jawabkan.  Hak untuk memilih  Konsumen punya hak untuk memilih barang dan jasa yang benar-benar diinginkan dan dibutuhkannya  Hak untuk didengar.  Konsumen hrus dapat mengekspresikan keluhan secara sah ke pihak yang berkepentingan.
  • 193. 193 TANGGUNG JAWAB PADA KARYAWAN  Keamanan dan keselamatan kerja  yaitu keadaan lingkungan/tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan fisik para pekerja.  Masalah kualitas hidup  Yaitu jaminan kehidupan yang lebih bervariasi, fleksibel, seimbang, misalnya program cuti keluarga, cuti tahunan  Menjamin kesempatan kerja yg sama  Yaitu bebas dari diskriminasi  Perlindungan terhadap pelecehan seksual  Yaitu jaminan terhadap tindakan pelecehan seks di tempat yg tidak bisa diterima dan tidak pantas.
  • 194. 2-194 TANGGUNG JAWAB TERHADAP INVESTOR DAN KOMUNITAS KEUANGAN  Tujuan utama bisnis adalah menghasilkan laba bagi para pemegang saham, namun para investor dan komunitas keuangan menuntut agar dunia bisnis bersikat etis dan legal dalam mengelola transaksi keuangan mereka.