Dokumen tersebut berisi tentang materi pelajaran Etika Perilaku yang mencakup:
1. Pengertian etika, etiket, dan etis
2. Definisi etika menurut berbagai sumber
3. Tujuan belajar etika yaitu menjadi lebih kritis terhadap berbagai aspek
4. Hubungan etika dengan bidang-bidang lain seperti hukum, agama, dan moral.
2. Nama : Ahmad Kurnia, SPd,MM
Tpt/tg lahir : Garut, 26 februari 1969
Status : Menikah
Pendidikan: S-1, IKIP Bandung jurusan Manajemen
S-2 STIM-LPMI Jakarta, jurusan MSDM
S-3 Program Doktoral UNJ (Proses disertasi)
Alamat : Perum Telaga Murni, Blok D-15 No 12A, Cikarang
Barat, Bekasi
Hp. 081314492571
Email : elqorni@yahoo.co.id,
ahmadkurnia@gmail.com
Webblog : http://elqorni.wordpress.com
http://skripsimahasiswa.blogspot.com
3. KEHADIRAN (MINIMAL 10
PERTEMUAN)
TUGAS :
A. HARIAN
B. TUGAS UTS (STUDI KASUS) :
1) Buat makalah dan kelompok
diskusi
2) Makalah diserahkanpada saat
pelaksanaan UTS
3) Ketentuan penulisan : kertas A4,
spasi 1.5, margin 4x3,
4x3, font ukuran 12,
bnetuk font (Arial/time
new roman)
4) Sistematika : a) cover, b) kata
pengantar, c) daftar isi, d)
bab 1 pendahuluan, e)
bab 2 bahasan dan f) bab
C. TUGAS UAS (Resume
buku):
1) Tugas bersifat individu,
dan harus diverifikasi
kelayakannya.
2) ketentuan penulisan :
kertas A4, spasi 1.5,
margin 4x3, 4x3, font
ukuran 12, bnetuk font
(Arial/time new roman)
3) Sistematika : cover buku,
a) identitas buku (judul
buku, penulis, penerbit,
kota, dan tahun
penerbitan) b)
ringkasan buku dari bab
1 sd bab terakhir c).
4. Topik study kasus
A. Studi kasus Etika gender (Masalah poligami, homoseksual, pergaulan
bebas, pelacuran, dll)
B. Studi kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan, iklan, MLM,
penggunaan formalin, dll)
C. Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah pencemaran limbah,
Globalisasi,)
D. Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi (Masalah rekayasa genetika,
rekayasa lingkungan, plastik)
E. Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya (Pengaruh TV, Internet,
Pornografi, globalisasi)
F. Studi Kasus Etika Politik (pilkada, korupsi, partai agama, tokoh agama
yang berpolitik dll).
G. Studi kasus Etika keluarga (perceraian, sex harashment, broken
home, dll)
H. Studi kasus etika beragama (toleransi, terorisme, penistaan
agama,dll)
5. ASPEK PENILAIAN PROSENTASE
Tugas 10%
Ujian tengah
semester
25%
Ujian akhir semester 50%
Absen kehadiran 10%
Komponen lain 5%
TOTAL 100%
6. Pertemuan 1 Hakikat filsafat
Pertemuan 2 Konsep etika perilaku
Pertemuan 3 Konsep kebebasan
Pertemuan 4 Tanggungjawab dan Kebebasan
Pertemuan 5 Kesadaran Moral
Pertemuan 6 Suara hati dan Tanggungjawab Moral
Pertemuan 7 Kebahagian dan Kepribadian Moral tinggi
Pertemuan 8 Ujian Tengah Semester
Pertemuan 9 Studi kasus Etika Seksual (Masalah poligami, homoseksual,
pergaulan bebas, pelacuran, dll)
Pertemuan 10 Studi kasus Etika Bisnis (Masalah perburuhan, iklan, MLM,
penggunaan formalin, dll)
Pertemuan 11 Studi Kasus Etika Lingkungan Hidup (Masalah pencemaran
limbah, Globalisasi, kebakaran
hutan
Pertemuan 12 Studi Kasus Etika Rekayasa Teknologi (Masalah rekayasa
genetika, rekayasa lingkungan,
plastik)
Pertemuan 13 Studi Kasus Etika Komunikasi/ Seni/ Budaya (Pengaruh TV,
Internet, Pornografi, globalisasi)
7. Magnis-Suseno F. (1985) “ Etika Dasar : Masalah-
Masalah Pokok Filsafat Moral” Penerbit Kanisius.
Suryasumantri Y.S. (1985) “ Filsafat Ilmu, Suatu
Pengantar Populer”, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta
Frans magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah
Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta, Kanisius 1987)
Frans Magnis Suseno, Etika Umum (Yogyakarta,
Kanisius 1979)
K. Bertens, Etika (Jakarta, Gramedia 1997)
K. Bertens, Perspektif Etika (Yogyakarta, Kanisius
2001)
Eka Darmaputera, Etika Sederhana Untuk Semua
(Jakarta, BPK Gunung Mulia 1989)
9. # Apa Itu Filsafat
?
Filsafat berasal dari kata Yunani
Filo (cinta), dalam arti luas “ingin”,
dan Sofia (kebijaksanaan)
Filsafat (philosophy) ialah berpikir,
yaitu salah satu kegiatan manusia
untuk mengetahui sesuatu, dan
menelaah segala masalah yang
mungkin dapat dipikirkan manusia.
Filsafat dimulai dari “Rasa Ingin
Tahu” manusia untuk memperoleh
10. Sokrates dan Plato (427 – 347 SM),
filsafat adalah pengetahuan tentang
segala sesuatu yang ada.
Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, di dalamnya terkandung ilmu:
matematika, logika, retorika, etika, politik,
ekonomi, estetika. Dalam hal ini filsafat
menyelidiki sebab dan azas segala
sesuatu
Marcus T. Cicero (106 – 43 SM), filsafat
11. Al Farabi (950 M), filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakekat yang
sebenarnya.
Imanuel Kant (1724 – 1804 M), filsafat
adalah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup (misalnya):
(a) Apakah yang dapat kita ketahui?
Dijawab oleh metafisika,
(b) Apakah yang dapat kita kerjakan?
Dijawab oleh etika,
12. Bersifat menyeluruh, dalam arti melihat ilmu
itu dalam kaitannya dengan pengetahuan
lain, misalnya kaitannya dengan moral dan
agama.
Mempunyai sifat mendasar, yaitu
menguraikan tempat berpijak secara
fundamental
Bersifat spekulatif dalam mencari kebenaran
ilmu, dalam arti harus mencoba mulai dari
sesuatu secara spekulatif (coba-coba),
namun dalam proses selanjutnya perlu
# Karakteristik Filsafat
13. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah
(logika) yang kemudian berkembang menjadi filsafat
pengetahuan,
Mana yang baik dan mana yang buruk (etika) yang
selanjutnya berkembang menjadi filsafat moral,
Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek
(estetika) yang kemudian dinamakan filsafat seni.
Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah
dengan
Metafisika (hakekat keberadaan zat, hakekat pikiran, serta
kaitan antara zat dan pikiran),
Politik (yaitu kajian mengenai organisasi sosial dan
pemerintahan yang ideal).
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi
menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai kajian
yang lebih spesifik, diantaranya ialah filsafat ilmu.
# Pokok Masalah Yang Dikaji
Filsafat
14. Epistemologi (Filsafat
Pengetahuan)
Etika (Filsafat Moral)
Estetika (Filsafat Seni)
Metafisika
Politik (Filsafat
Pemerintahan)
Filsafat Agama
Filsafat Ilmu
Filsafat Pendidikan
Filsafat Hukum
Filsafat Sejarah
Filsafat Matematika
Sekarang ini filsafat sudah dikenal 11 cabang
yang mempunyai kajian formal :
15. D3-FTI-UKSWEDN 201115
Etika, Filsafat dan Ilmu
Pengetahuan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai
interpretasi tentang hidup manusia, yang tugasnya meneliti dan
menentukan semua fakta konkret sampai pada yang paling
mendasar.
Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini,
perlu dilakukan pemisahan antara etika dan moral. Yaitu bahwa
etika adalah ilmu pengetahuan, sedangkan moral adalah obyek
ilmu pengetahuan tersebut
17. # Apa Itu Etika, Etiket, Etis ?
17
Etika berasal dari Bahasa Yunani “ETHOS” yang
berarti adat kebiasaan yang berhubungan tingkah
laku manusia dan prinsip-prinsip tentang tindakan
moral yang benar.
Dari kata etik (bahasa Inggris: ethics) atau etika
telah diturunkan :
Etiket (Belanda), yaitu carik kertas yang
ditempelkan pada kemasan barang-barang dagang
yang bertuliskan nama, isi, dan aturan penggunaan
barang itu.
Etiquette (Perancis):, ialah adat sopan santun
atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan di
pergaulan agar hubungan selalu baik.
Etichals (Inggris), ialah golongan obat yang tidak
18. # Definisi
Etika
Suatu tindakan dianggap
beretika apabila Anda
pun tidak keberatan jika
orang lain melakukan hal
itu terhadap diri Anda,
sesuai dengan prinsip
timbal-balik.
Etika merupakan standar
tingkah laku ( standart of
conduct) yang
memimpin individu dalam
membuat keputusan,
apa yang akan
diperbuat , dikatakan dan
sebagainya.
Etika berhubungan
dengan yang benar dan
yang salah dan pilihan
moral yang dilakukan
19. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdibud) :
Etika adalah : a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk,
b. tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), c. nilai mengenai
benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarkat
umum.
Etika ditinjau dari segi filsafat :
Etika sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana
yang buruk sebagai pedoman sikap dan tingkah laku manusia
sejauh berkaitan dengan norma-norma. Pengertian “Akhlak”
berasal dari bahasa Arab, jamak dari “ khuluqun”, artinya budi
pekerti, tingkah laku.
Etika = Akhlak sebagai ilmu menurut Islam :
mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan Al
Qur’an dan Sunnah Rasul, yang berlakunya universal dan
komprehensif bagi seluruh umat manusia disegala waktu dan
tempat.
The World Book Encyclopedia (2008), etika mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang benar dan salah dengan
menggunakan metode “reasoning”, bukan benar-salah menurut
kepercayaan atau tradisi.
20. Etika berasal dari bahasa Latin (ethicus) yang berarti karakter
atau berperilaku. Berbagai definisi atau pengerian etika:
1) Nilai, norma, dan moral yang dijadikan pegangan
orang/kelompok. (Bertens 1993)
2) Kumpulan azas/nilai moral dan kode etik
3) Ilmu tentang perbedaan tingkah laku yang baik dan buruk dalam
kehidupan manusia
4) Cara manusia memperlakukan sesama dan menjalani hidup dan
kehidupan dengan baik, sesuai aturan yang berlaku di
masyarakat. (Algermond Black 1993)
5) Yang paling sederhana: Perilaku standar yang dirumuskan oleh
suatu ras atau bangsa.
6) Pengetahuan tentang moral, pengembangan studi tentang
prinsip-prinsip tugas manusia.
7) Pengetahuan tentang filsafat, atau pengetahuan tentang perilaku
moral. Perilaku moral artinya perilaku yang mempertimbangkan
baik dan buruk, atau tentang apa yang harus dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.
8) Pengetahuan tentang kewajiban moral, atau lebih luas lagi,
pengetahuan tentang perilaku manusia yang ideal dan hasil akhir
tindakan manusia yang ideal.
9) Kamus Bahasa Indonesia : Ilmu tentang apa yang baik dan apa
21. PERILAKU : sikap & tindakan
(behavior; way of thinking or
behaving)
22. Etika bukan
ajaran moral juga
bukan tambahan
ajaran moral.
Etika tidak langsung
membuat manusia
menjadi baik. Itu tugas
ajaran moral.
24. Fungsi Etika
Orientasi kritis
diperlukan karena
kita dihadapkan
dengan pluralisme
moral.
Jika tidak memiliki
orientasi kritis, maka
kita akan bingung
seperti cerita
“Nasrudin yang mau
menjual keledai”.
29. 1. Etika Dan Hukum
2. Etika Dan Orientasi
Manusia
3. Etika Dan Agama
4. Etika dan Moral
# Etika Dan Bidang
Lainnya
30. Etika dipandang sebagai “state of the art” hukum yaitu
dimana pedoman perilaku yang ada saat ini ditafsirkan
ke dalam hukum dan digunakan sebagai pedoman
selanjutnya untuk masa yang akan datang.
Hukum akan mengkodifikasi harapan dari etika dalam
melaksanakan kegiatan bisnis. Meskipun disadari tidak
semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi oleh
hukum. Norma etika memang bersifat dinamis, tetapi
begitu ia dituangkan dalam ketentuan hukum sifat
dinamisnya menjadi berkurang/bahkan mungkin menjadi
statis. Maka di sini hukum tentunya harus
memperhatikan pula apabila adanya perubahan-
perubahan (fungsi hukum sebagai sos. eng).
# Etika dan
hukum
31. Orientasi Manusia
Etika adalah ilmu yang mencari orientasi. Orientasi dilakukan
manusia sebelumnya dapat melakukan sesuatu. Orang perlu tahu
terlebih dahulu di mana ia berada dan ke arah mana ia akan
bergerak untuk mencapai suatu tujuan, dan ini merupakan salah
satu kebutuhan manusia yang paling fundamental.
Sarana orientasi
Etika dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk
menjawab pertanyaan mendasar : bagaimana saya menjalani
hidup ini dan bagaimana saya harus bertindak?.
Jawaban pertanyaan ini sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai
pihak, misalnya orang tua, guru/dosen, dari adat istiadat dan tradisi,
teman, lingkungan sosial, agama, negara dan pelbagai ideologi.
Akan tetapi kembali timbul pertanyaan : apakah benar yang mereka
katakan; lalu siapa yang akan diikuti apabila masing-masing
memberikan nasehat yang berbeda.
# Etika Dan Orientasi
Manusia
32. Oleh karena itu, selalu ada”reason” (alasan) mengapa
kita harus memegang teguh etika. Perhatikanlah
pernyataan-pernyataan berikut ini dan lihatlah apa yang
Anda akan dapatkan kalau Anda konsisten menjalankan
apa yang Anda katakan (Maxwell, 1982):
Apa yang Saya
Katakan
Apa yang Saya
Lakukan
Apa Yang Mereka
Kerjakan
Saya bilang pada
karyawan:
“Datanglah ke kantor
tepat waktu.”
Saya tiba tepat
waktu
Mereka datang
tepat waktu
Saya katakan pada
karyawan:
“Bersikaplah positif”
Saya menunjukkan
sikap positif
Mereka akan
berperilaku positif
Saya katakan pada
karyawan:
“Utamakan pelanggan”
Saya mendahulukan
konsumen
Mereka
mengutamakan
konsumen
# Konsistensi
etika
33. Apa yang Saya Katakan Apa yang Saya
Lakukan
Apa Yang Mereka Kerjakan
Saya bilang pada
karyawan:
“Datanglah ke kantor tepat
waktu.”
Saya selalu
terlambat
Beberapa karyawan
akan tepat waktu dan
yang lainnya tidak.
Saya katakan pada
karyawan:
“Bersikaplah positif”
Saya menjalankan
perilaku negatif
Hanya beberapa orang
yang positif, selebihnya
berperilaku negatif.
Saya katakan pada
karyawan:
“Utamakan pelanggan”
Saya
mengutamakan
diri saya lebih
dulu
Hanya beberapa orang
yang mendahulukan
pelanggan, yang lainnya
tidak.
Sekarang, apa jadinya kalau hal yang
saya lakukan berbeda dengan yang saya
ucapkan seperti berikut ini:
34. Etika memang tidak dapat menggantikan agama,
tetapi di lain pihak etika juga tidak bertentangan
dengan agama, malahan diperlukan oleh agama.
Ada 2 masalah dalam bidang moral agama yang
tidak dapat dipecahkan tanpa menggunakan
metode-metode etika.
Pertama, ialah masalah interpretasi terhadap
perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu.
Kedua ialah bagaimana masalah-masalah moral
yang baru, yang tidak langsung dibahas dalam
wahyu, dapat dipecahkan sesuai dengan
semangat agama itu.
# Etika dan
Agama
35. Mengapa Etika
diperlukan Agama?
1. Orang beragama
mengharapkan agar
ajaran agamanya
rasional.
Ia ingin mengerti
mengapa Tuhan
“memerintahkan” ia
berbuat itu dan itu.
36. Mengapa Etika diperlukan
Agama?
2. Seringkali ajaran
moral yang termuat
dalam wahyu agama
mengijinkan
interpretasi yang
berbeda dan bahkan
saling bertentangan
37. Mengapa Etika diperlukan
Agama ?
3.Bagaimana agama
harus bersikap
terhadap masalah
moral yang tidak
disinggung dalam
wahyunya,
Misalnya soal
aborsi?.
39. Mengapa Etika diperlukan Agama
5. Etika
memungkinka
n dialog antar
agama
dengan
pandangan-
pandangan
dunia
40. # Morals Dan
Etika
Kita mengenal juga kata “moral”atau “moralitas” , bahasa Latin mos
. artinya kebiasaan
Moral berhubungan dengan tindakan manusia yang sesuai dengan
ukuran/standar yang diterima oleh umum.
Hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik
sebagai “kewajiban” atau “norma”
Sarana untuk mengukur benar tidaknya tindakan manusia
Kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan dibandingkan
dengan tindakan-tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan
terhadap prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Helden, 1997 & Richard,
1971)
Pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang
dapat dan tidak dapat dilakukan manusia (Atkinson, 1969)
Moral Dan Etika
Etika diartikan sebagai kebiasaan, adat istiadat. Keduanya sama-
sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana orang/manusia harus
hidup sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat. Pada umumya sistem
nilai sebagai suatu kebiasaan diturunkan melalui agama dan
kebudayaan.
42. Definisi Moral:
Moral = Ajaran
tentang apa
yang dilarang
dan apa yang
wajib dilakukan
oleh manusia
supaya bisa
menjadi baik.
43. Contoh Moral Contoh Moral: aturan
& hukum agama,
hukum adat, wejangan
tradisi leluhur,
nasehat orang tua,
ajaran ideologi, dll.
Sumber moral: tradisi,
adat, agama, ideologi
negara, dll.
44. Dasar Kata yang Sama
Kata yang dasarnya sama dengan
Etika, tetapi berbeda artinya yaitu:
Ethos & Etis
Kata yang dasarnya sama dengan
moral, tetapi berbeda artinya yaitu:
Amoral & Immoral
45. Ethos = Sikap
dasar, ciri-ciri dan
pandangan
penilaian seseorang
atau sekelompok
orang, terhadap
suatu kegiatan
tertentu. Misalnya: Ethos Kerja
•Bagaimana sikap terhadap
kerja (giat atau malas-malasan)
•Bagaimana pandangan
terhadap kerja (beban atau
aktualisasi diri)
•Bagaimana penilaian terhadap
kerja (kutukan atau anugerah)
46. Etis =
Tindakan yang
berhubungan
dengan
tanggungjawab
moral.
Misalnya:
Perbuatannya
tidak etis atau
perbuatannya etis.
47. Amoral
Awalan a berarti =
tidak.
Amoral berarti tindakan
yang tidak
berhubungan dengan
konteks moral atau
tidak berhubungan
dengan kebaikan atau
kejahatan (tindakan
yang netral atau non-
moral).
Misalnya: berjalan.
50. Tindakan itu harus dijalankan berdasarkan
kewajiban;
Tidak tergantung pada tercapainya tujuan
dari tindakan itu, melainkan tergantung
pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan itu;
Dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hukum moral universal.
Tiga prinsip supaya tindakan itu
mempunyai nilai moral
51. Hubungan Etika & Moral
Etika dipakai untuk
yang umum/
konseptual/
prinsipal.
Dan moral dipakai
untuk yang lebih
khusus/ spesifik/
praktis.
Misalnya: Soal
Perceraian
55. Pengertian Etiket
Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia
“etiket”, yaitu : Etiket
(Perancis) : adat
sopan santun atau
tata krama yang perlu
selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar
hubungan selalu baik.
56. Beda Etika & Etiket
K. Bertens memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket
dengan etika, yaitu :
1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan
harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya
menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan.
Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka
saya dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan
sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri.
Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa
izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin
sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri”
merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan
apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan
atau tangan kiri.
57. 2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak
seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada
orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka
etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama
bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja
makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau
saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka
saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara
demikian.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama
orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik
sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang
dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya
barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu
kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan
lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu
makan.
Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan
membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak
bisa ditawar-tawar.
58. 4. Etiket memandang manusia dari segi
lahiriah saja. Orang yang berpegang pada
etiket bisa juga bersifat munafik. Misal :
Bisa saja orang tampil sebagai “manusia
berbulu ayam”, dari luar sangat sopan dan
halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Etika memandang manusia dari segi
dalam. Orang yang etis tidak mungkin
bersifat munafik, sebab orang yang
bersikap etis pasti orang yang sungguh-
sungguh baik.
61. PRINSIP ETIKA
Menghormati harkat dan martabat manusia
(respect for human dignity), menghormati privasi
dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality), keadilan dan
inklusivitas (respect for justice and inclusiveness),
dan memperhitungkan manfaat dan kerugian
yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
(Milton, 1999; Loiselle, Profetto-mcgrath, Polit
& Beck, 2004).
62. Kesadaran Etis :
Bentuk kesadaran seseorang/institusi tentang apa
yang dapat dilakukan secara legal.
Filsafat Moral :
studi tentang tindakan apa yang dianggap benar
atau secara moral dapat dipertahankan dan
tindakan apa yang keliru atau tidak pantas
secara moral
65. 2-65
Kesadaran Etis (Ethical Awareness)
Aturan perilaku yaitu pernyataan formal yang merumus-
kan bagaimana organisasi berharap dan menuntut untuk
menyelesaikan masalah-masalah etik.
Pertimbangan Etis (Ethical Reasoning)
Tidak semua dilema etis memiliki jawaban hitam dan
putih. Banyak yang berada di wilayah abu-abu sehingga
perlu dipilah dan dipilih konsekuensi yang mungkin terjadi.
Untuk itu diperlukan pelatihan etika.
Tindakan Etis (Ethical Action)
Sesuatu yang membantu seseorang untuk bertindak etis
dengan memberikan penguatan thd tindakan etis dan
mengeliminir peluang tindakan tidak etis.
Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)
kepemimpinan harus menunjukan perilaku etis dalam
kepu-tusan dan tindakan mereka agar dapat dijadikan
teladan oleh yang lain.
67. # Metode
Etika
Seperti halnya dalam semua bidang filsafat lain, para
ahli etika pun selalu berselisih faham tentang metode
yang tepat untuk digunakan. Namun demikian ada
satu cara pendekatan yang dituntut dalam semua
aliran yang tergolong etika, yaitu pendekatan kritis.
1) Etika mengamati realitas moral secara kritis. Etika
tidak memberikan ajaran, melainkan menelaah
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan
pandangan-pandangan moral secara kritis.
2) Etika menuntut adanya pertanggungjawaban dan
menyingkap adanya suatu kerancuan.
3) Etika menuntut pertanggungjawaban moral yang
dikemukakan itu dipertanggungjawabkan, jadi
berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.
68. 1. Aliran etika Deontologi
kata Yunani Deon kewajiban. penekanan pada kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik dinilai berdasarkan tindakan
itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri bukan pada akibat
atau tujuan baik dari tindakan itu . Tindakan itu bernilai moral
karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang
memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat
tindakan itu. Menekankan motivasi, kemauan baik dari
seseorang.
Deontologi menekankan kewajiban untuk bertindak secara baik ,
tanpa mengkaitkan dengan tujuan atas tindakan ( jangan
mencuri,jangan korupsi).
Tertanam dalam hati manusia secara universal.
Immanuel Kant : “ Kemauan baik adalah syarat mutlak untuk
bertindak secara Moral. “
Kant : bertndaklah berdasar keyakinan bahwa orang lainpun
dalam situasi yang anda hadapi bertindak sama
03 # ALIRAN-ALIRAN
ETIKA
69. Teleologi mengukur baik buruk suatu tindakan dilihat dari tujuan ,
maupun akibat dari suatu tindakan tersebut.
Menurut etika teleologi mencuri itu boleh jika sejak awal tindakan
mencuri itu dimaksudkan untuk membeli obat karena keluarga ada yang
sakit parah.Timbul pertanyaan tujuan baik untuk siapa?
- Orang banyak atau diri sendiri
Jawabannya 2 aliran ; - egoisme etis
- utilitarianisme
Egoisme etis menurut Aristoteles bisa dibenarkan secara moral jika
untuk mempertahankan hidup dan kebahagiaan secara dasar bukan
hedonisme
Utilitarianisme. Dikembangkan oleh Jeremy Bentham 9 1748 – 1832)
bahwa untuk menilai baik buruknya suatu tindakan secara moral adalah
menguntungkan kepentingan orang banyak.
Etika Utilitarianisme menetapkan 3 kriteria :
- Manfaat
2. Etika Teleologi.
70. 3. Aliran Etika Utilitarian
baik atau buruk setiap tindakan diukur dari apakah
tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau
kebahagian dan kemanfaatan yang terbanyak
dengan pengorbanan yang sedikit”
Menitik Beratkan Pada Hasil Yang Diharapkan Dari
Keputusan Untuk Menentukan Apa Yang “Benar”
Untuk Dilakukan (Utilitarian)
Konsekuensi Dari Sebuah Keputusan Untuk
Mengukur Kelayakan Moral.
Tindakan Etis Harus Menimbulkan Kebaikan
Terbanyak Untuk Jumlah Orang Terbanyak.
Pendekatan Paling Lajim, Tetapi Konsep Ini
Digunakan Untuk Menjustifikasi Status Quo
71. Aliran Landasan Etika
(setelah Zaman Renaissance abad
15 )
a.Naturalisme
Etika mempunyai dasar alami ,
bahwa secara kodrati adalah
baik.
b. Individulisme
Bahwa setiap orang harus
bertanggung jawab atas dirinya (
I.Kant ) dan berfokus pada
kematangan pribadi --- dapat
memacu prestasi --- berdampak
egois.
Dasar : setiap manusia terlahir
bebas --- liberalisme
c. Hedonisme
Kodrat manusia mencari
kesenangan
d. Eudaemonisme
Demon ( Yunani) adalah roh (
pengawal yang baik) ,
e. Utilitarianisme
Jeremy Bentham 9 1748 –
1832) dan Jhon Stuard Mill (
1806 – 1873) yang
menekankan manfaat dari
suatu perbuatan
f. Idealisme
Keyakinan manusia terdiri
atas jasmani dan rohani :
1. Idealisme rasionalistik
bahwa fikiran dan akal
manusia dituntun untuk
berperilaku.
2. Idealisme estetik , manusia
berada di dunia ( Kosmos)
yang tertib seperti hiasan
sebagai
karya seni.
3. Idealisme etik = seuai
ukuran-ukuran moral dan
kesusilaan.
72. 4 Aliran
Pemikiran Etika
Teori Empiris: etika diambil dari
pengalaman dan dirumuskan sebagai
kesepakatan
Teori Rasional: manusia menentukan
apa yang baik dan buruk berdasar
penalaran atau logika.
Teori Intuitif: Manusia secara naluriah
atau otomatis mampu membedakan hal
yang baik dan buruk.
Teori Wahyu: Ketentuan baik dan buruk
datang dari Yang Maha Kuasa.
72
74. # Etika Umum dan Etika
Khusus.
Etika Umum
suatu etika mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi
dasar bagi anusia untuk bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis.
Etika Umum sebagai ilmu atau filsafat moral
etika teoretis
75. Etika Khusus
Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral
dasar dalam kehidupan khusus.
Dalam hal ini Etika Khusus mengamati perilaku dan
kehidupan manusia dalam bidang kehidupan dan
kegiatan khusus tertentu.
Etika Khusus memberi aturan sebagai pedoman bagi
setiap orang dalam kehidupan dan kegiatan khusus.
Etika Khusus dianggap sebagai Etika Terapan.
karena aturan normatif yang bersifat umum diterapkan
secara khusus
dalam kegiatan tertentu.
76. # KEGUNAAN ETIKA
Pertama, masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau
majemuk, baik dari suku, daerah, agama yang berbeda-beda;
demikian pula dalam bidang moralitas. Kita berhadapan dengan
sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan
Kedua, masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa
tanding. Perubahan yang diakibatkan gelombang modernisasi
merupakan kekuatan yang menghantam semua segi kehidupan
manusia. Kehidupan di kota sudah jauh berbeda dibanding tahun-
tahun
Ketiga, perubahan sosial budaya yang terjadi itu dapat
dipergunakan oleh pelbagai pihak untuk memancing di air keruh.
Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat
penyelamat.
Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu fihak
menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan
mereka, dan di lain pihak sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-
takut dengan tidak menutup diri dari semua dimensi kehidupan
masyarakat yang sedang berubah itu.
78. BAHASAN Kebebasan dan
Kewajiban
Kebebasan Eksistensial
- Pengertian
- Kebebasan Jasmani
dan Rohani
- Makna Kebebasan
Eksistensial
Kebebasan Sosial
Pembatasan, Paksaan
dan Tekanan Psikis
79. KEBEBASAN
Mendengar kata kebebasan, yang
pertama dipikirkan ialah bahwa
orang lain tidak memaksa kita
untuk melakukan sesuatu
melawan kehendak kita, berarti
kita dapat menentukan tindakan
sendiri. Hanya karena mempunyai
kebebasan kemampuan itulah,
maka kebebasan yang diterima
dari masyarakat sangat kita
hargai.
80. # Apa Itu Kebebasan?
Kebebasan adalah kemampuan manusia
untuk menentukan dirinya sendiri
sebagai konsekuensi dari adanya potensi
manusia untuk dapat berpikir dan
berkehendak.
Menurut Aristotoles, anima intelektiva
memungkinkan manusia untuk berpikir,
berkehendak, dan punya kesadaran.
Kebebasan dan tanggung jawab sebagai
etika kadangkala masih bersifat
kontradiktif dalam implementasinya.
Padahal, kebebasan bukanlah lawan dari
tanggung jawab, begitu sebaliknya.
Seseorang tidak akan kehilangan
kebebasannya hanya karena ia
menerapkan tanggung jawab.
81. # Pembatasan
kebebasan
Tidak segala pembatasan kemungkinan
kita untuk bertindak dirasakan sebagai
pembatasan kebebasan.
Contoh-Contoh yang sudah dibicarakan
sebelum ini :
Manusia pada hakekatnya sendiri tidak
bebas, tidak dapat terbang seperti burung
Kekuatan alam dapat membatasi
kebebasan untuk menentukan diri sendiri
(ini bukan disebut perampasan
kebebasan, melainkan karena kodrat kita
manusia termasuk sebagai mahluk alam)
Pada saat Anda terkurung di dalam rumah
sendiri karena banjir besar, sehingga tidak
dapat bergerak lagi. Orang tidak
mengatakan “ saudara tidak bebas untuk
pergi”, melainkan “Saudara bebas pergi
ke mana saja…kalau dapat”.
Karena keteledoran penjaga
perpustakaan, tidak tahu bahwa masih
ada orang di dalam, Anda terkunci di
dalamnya sehingga terpaksa menginap
82. # Alasan Pembatasan
Kebebasan
1. Hak setiap manusia atas kebebasan yang sama.
Keadilan menuntut agar apa yang kita tuntut bagi kita
sendiri, pada prinsipnya juga kita akui sebagai hak orang
lain.
2. Pembatasan kebebasan, karena saya bersama
semua orang lain merupakan anggota masyarakat.
Eksistensi, hidup dan berkembang hanya karena
pelayanan dan bantuan banyak orang lain, jadi berkat
dukungan masyarakat. Sebagaimana saya hidup berkat
masyarakat begitu pula masyarakat memerlukan
sumbangan saya.
Masyarakat berhak untuk membatasi kesewenangan
saya demi kepentingan bersama, baik dengan melarang
kita mengambil tindakan-tindakan yang dinilai merugikan
masyarakat, maupun dengan meletakkan kewajiban-
kewajiban tertentu pada kita yang harus kita penuhi.
83. “Kebebasan sosial dan kebebasan
eksistensial”
1) Kebebasan sosial, yaitu kebebasan yang kita terima
dari orang lain,
2) Kebebasan eksistensial, yaitu kebebasan dalam arti
kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita
sendiri.
Kemampuan itu bersumber pada kemampuan
manusia untuk berpikir dan berkehendak, dan
terwujud dalam bentuk tindakan.
Tindakan itu bukan sesuatu yang berada di luar
manusia, melainkan menyatu dengan diri sendiri.
Dalam tindakan, diri saya sendiri yang bertindak, diri
saya sendiri yang terlibat. Maka kebebasan ekstensial
tidak hanya berarti bahwa saya menentukan tindakan
saya, melainkan melalui tindakan saya menentukan
diri saya sendiri.
84. Jenis Kebebasan (2):
“Kebebasan Jasmani Dan Paksaan”
Kebebasan eksistensial meliputi
kebebasan jasmani : ”Kebebasan bagi manusia
berarti bahwa ia dapat menentukan apa yang mau
dilakukannya secara fisik . Ia dapat menggerakkan
anggota tubuhnya sesuai dengan kehendaknya,
tentunya dalam batas-batas kodratnya sebagai
manusia,
Keterbatasan manusia itu jangan dianggap
sebagai pengekangan kebebasan manusia,
melainkan merupakan wujud khas kebebasan kita
sebagai manusia.
85. Jenis Kebebasan (3) :
Kebebasan Rohani”
Kebebasan rohani adalah kemampuan kita
untuk menentukan sendiri apa yang kita
pikirkan, untuk menghendaki sesuatu, untuk
bertindak secara terencana.
Kebebasan rohani bersumber pada akal budi.
Karena akal budi itu, maka pikiran kita
melampaui keterbatasan fisik kita.
Dalam roh kita bebas mengembara, sehingga
manusia dapat selalu memasang tujuan-tujuan
baru, mencari jalan-jalan baru, dan
mempersoalkan hal yang lama secara kritis.
Kebebasan rohani manusia adalah seluas
jangkauan pikiran dan imajinasi manusia.
86. Contoh : Bagaimana kita dapat mencegah
seseorang masuk ke dalam kamar pribadi
kita?
Paksaan
Cara pertama adalah dengan mengunci
kamar itu. Cara itu aman. Siapapun tidak bisa
masuk. Tidak perlu kita bedakan antara orang
yang bertanggung jawab dan yang tidak,
binatang pun tidak akan bisa masuk.
Tekanan psikis.
Cara kedua ialah: kita dapat mengkondisikan
seseorang sedemikian rupa, hingga begitu ia
melihat pintu kamar kita, ia mulai bergetar
ketakutan dan tidak sanggup untuk
memegang pegangan pintu meskipun pintu
sebenarnya tidak apa-apa dan tidak terkunci.
Pewajiban dan larangan
cara ketiga, yaitu kita memasang tulisan pada
pintu kamar: ”dilarang masuk”. Pembatasan
kebebasan ini tidak lagi efektif terhadap
anjing dan sapi, melainkan hanya terhadap
manusia. Dan bukan terhadap sembarang
orang, melainkan hanya terhadap orang yang
mengerti bahasa Indonesia
87. # Kebebasan Dan
Tanggungjawab
Banyak kerancuan dalam
berpikir dan berargumentasi
dapat diatasi dengan selalu
membedakan apakah kita
bicara tentang kemampuan
manusia untuk mengambil
sikap sendiri (kebebasan
eksistensial) atau tentang
ruang gerak yang diberikan
masyarakat kepada kita
(kebebasan sosial).
Akan tetapi di lain pihak
membedakan tidak berarti
memisahkan. Kedua
kebebasan itu hanyalah dua
88. ”Bebas untuk apa?” menyangkut
sikap yang akan kita ambil, jadi yang
dipertanyakan adalah kebebasan
eksistensial.
”Bebas dari apa?” mengenai
kebebasan sosial. Kita sendiri selalu
berhadapan dengan pertanyaan, apa yang
mau kita lakukan, jadi untuk apa kebebasan
kita pakai. Sedangkan terhadap lingkungan
sosial kita menanyakan luas bidang yang
dibiarkan bebas dari penentuannya, yang
dapat kita isi sendiri menurut kemauan kita.
Karena kebebasan sosial merupakan ruang
atau prasyarat penggunaan kebebasan
eksistensial, kita membahasnya terlebih
dahulu.
Sejauh mana dan dengan
cara bagaimana,
kebebasan kita boleh
dibatasi? Jadi bahwa kebebasan
sosial kita terbatas, sudah jelas dengan
sendirinya. Yang perlu ialah agar
89. APA ITU
TANGGUNGJAWAB?
Tanggung jawab adalah kemampuan
manusia yang menyadari bahwa
seluruh tindakannya selalu mempunyai
konsekuensi.
Menurut Prof. Burhan Bungin [2006:
43], tanggung jawab merupakan
restriksi [pembatasan] dari
kebebasan yang dimilik oleh
manusia, tanpa mengurangi
kebebasan itu sendiri. Tidak ada
yang membatasi kebebasan
seseorang, kecuali kebebasan orang
lain.
Perbuatan tidak bertanggung jawab,
adalah perbuatan yang didasarkan
pada pengetahuan dan kesadaran yang
seharusnya dilakukan tapi tidak
dilakukan juga.
Jika kita bebas berbuat, maka orang
90. Bertanggungjawab?
”kebebasan bertanggung jawab”
sebenarnya tidak lebih daripada
pengakuan bahwa pembatasan
yang dikehendaki tidak berani
dikemukakan dengan terus terang
karena tidak dapat
dipertanggungjawabkan di depan
umum.
Pembenaran pembatasan
kebebasan dengan alasanJadi
yang tidak bertanggung jawab
adalah pihak yang mau
membatasi kebebasan atas nama
kebebasan yang bertanggung
jawab itu.
Jadi kebebasan sosial manusia
memang jelas boleh dan
91. # Cara Membatasi
Kebebasan
1) Melalui paksaan atau pemerkosaan fisik;
2) Melalui tekanan atau manipulasi psikis;
3) Melalui pewajiban dan larangan.
92. Pemaksaan selalu merendahkan
manusia karena martabatnya itu
dianggap sepi dan ia direndahkan
pada tingkat kerbau. Maka
pembatasan kebebasan sosial
manusia yang perlu harus dilakukan
secara normatif, jadi dengan
menetapkan peraturan, dengan cara
pemberitahuan dan bukan dengan
paksaan.
bagaimana kalau orang tidak mau
tahu dan tidak bertanggung jawab,
ia tidak taat kepada peraturan-
peraturan itu?Tindakan macam apa
yang boleh diambil? Jawabnya ialah:
tindakan fisik! Jadi orang yang
memang tidak tahu, boleh dipaksa
untuk taat dan boleh seperlunya
dikenai sanksi dalam bentuk hukuman.
Jadi orang yang mengancam orang
Pembatasan kebebasan :
Paksaan/Pemerkosaan (1)
93. Cara untuk membuat orang
taat adalah manipulasi psikis.
Manipulasi psikis secara moral selalu buruk dan
harus dinilai jahat, karena merusak kepribadian
orang dari dalam. Paksaan fisik hanya mengenai
kejasmaniahan manusia. Apa yang dipikirkannya,
sikap hatinya, jadi sumber daya penentuannya
sendiri tidak tersentuh.
Dalam belenggu pun orang
masih dapat tetap bebas. Tindakan
fisik yang perlu tidak akan memperkosa otonomi
seseorang terhadap dirinya sendiri, melainkan
hanya mencegah agar ia jangan merugikan
orang lain.
Manipulasi psikis merusak
manusia dari dalam. Maka tekanan
psikis, menakut-nakuti, penggunaan pelbagai
obat bius, sugesti dan hipnose, penyiksaan
dengan tujuan untuk memperlakukan ketekadan
batinnya yang tidak pernah dapat dibenarkan,
melainkan selalu harus dikutuk sebagai kotor dan
Pembatasan kebebasan:
Manipulasi fisik? (2)
94. Pembatasan kebebasan (3)
Melalui
pewajiban dan
larangan.
Secara positif
dengan adanya
pewajiban dan
larangan akan
membataasi
95. OTONOMI
MORAL
Sikap moral yang sebenarnya adalah
sikap otonom (dari kata Yunani autos,
sendiri). Istilah itu sendiri dibentuk oleh
filosof Immanuel Kant (1724-1804) yang
dimaknakan, Otonomi moral berarti bahwa
manusia mentaati kewajiban-
kewajibannya karena ia sendiri sadar.
Kant membedakan antara sikap dan moral
yang otonom dan heteronom.
Jadi dalam memenuhi kewajibannya ia
sebenarnya taat pada diri sendiri. Otonomi
moral tidak berarti bahwa kita menolak
untuk menerima hukum yang dipasang
orang lain, melainkan bahwa ketaatan
kalau memang dituntut kita laksanakan
karena kita sendiri insaf. Kita hidup dalam
masyarakat bersama orang lain.
Kemampuan untuk menyadari bahwa
kehidupan bersama itu memerlukan
tatanan dan bahwa kita pun harus
menyesuaikan diri dengannya tetapi,
itulah hakikat paham demokrasi, kita pun
berhak untuk menyumbangkan sesuatu
agar tatanan itu menjadi lebih baik
96. Sikap Moral Heteronom
Sikap moral sering merupakan sikap yang
secara moral justru harus dinilai negatif
karena bersifat heteronom. Kata berasal
dari bahasa Yunani: heteros berarti ”lain”,
nomos berarti ”hukum”. Heteronomi moral
adalah sikap dimana orang memenuhi
kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa
kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan
karena ia tertekan, takut berdosa, takut
dikutuk Tuhan dan sebagainya.
Heteronomi dapat terjadi dalam hubungan
dengan orang tua, dalam sikap terhadap
seksualitas, dalam ketaatan terhadap
tuntutan agama. Moralitas heteronom
berarti bahwa orang mentaati peraturan,
tetapi tanpa melihat nilai atau maknanya. Ia
hidup sesuai dengan tuntutan-tuntutan
moral lingkungannya, bukan karena
kesadaran, melainkan karena takut ditegur,
takut berdosa, karena tak berani mengambil
sikap sendiri,
Heteronomi ini merendahkan manusia,
97. #Menolak
Tanggungjawab
Tahu dan sadar tentang apa yang
seharusnya dilakukannya, tetapi tidak
melakukannya juga. Mengapa ia tidak
mau, padahal ia menyadari tanggung
jawabnya? Tentunya karena melakukan
tanggung jawab dirasakan sebagai
terlalu berat!
Ada banyak kemungkinan mengapa
orang tidak mau bertanggung jawab:
a). ia suka malas dan tidak
bertanggung jawab adalah lebih
ringan. b)Ada urusan lain yang lebih
menarik, jadi ia acuh tak acuh.
Tidak bertanggung jawab adalah lebih
setuju atau melawan. Atau ia sedang
sentimen, ia lagi tersinggung. Atau ia
98. Jadi menolak untuk bertanggung jawab tidak
membuat kita menjadi lebih bebas, melainkan
sebaliknya. Orang yang tidak bertanggung jawab
adalah orang yang tidak kuat untuk melakukan
apa yang dinilainya sendiri sebagai paling baik.
Jadi ia kurang bebas untuk menentukan dirinya
sendiri. Kebebasan eksistensialnya justru
memudar.
Secara lebih terperinci, penolakan untuk bertanggung
jawab mempunyai dua akibat.
Pertama, persepsi atau wawasan
semakin menyempit. Semuanya hanya
dilihat dari kepentingan dan perasaan sendiri.
Yang penting ialah agar ia tak perlu susah, tak
terganggu, aman. Orang yang iri hati, tersinggung
atau dendam memang tertutup, mereka tidak
dapat memperhatikan sesuatu di luar perasaan
mereka sendiri. Mereka berputar sekeliling mereka
sendiri. Mereka sempit.
Kedua, orang yang tidak mau
bertanggung jawab menjadi semakin
lemah, semakin tidak bebas lagi
untuk menentukan diri sendiri,
sebagaimana kita lihat pada penjudi dan morfinis.
Ia semakin membiarkan diri ditentukan oleh
dorongan-dorongan irasional yang tidak
dikuasainya; oleh perasaannya, emosinya, oleh
99. # ISU MORAL
Masyarakat sangat sensitif terhadap isi
pesan yang disampaikan. Terutama bila
pesan tersebut mengandung unsur yang
bertentangan dengan norma yang ada
di masyarakat.
Ada tiga isu pokok antara kebebasan
dan tanggung jawab mutan pesan, yakni
[1] pornografi, [2] pesan yang
mengganggu dan menimbulkan shock,
dan [3] pesan yang menghina SARA.
100. 1. Pornografi
Pornografi meliputi pornoteks, pornosuara,
pornoaksi, porno media dan cyberporn. Namun
demikian saat ini terjadi pergeseran konsep
pornografi serta ambiguitas definisi pornografi.
Pergeseran meliputi perubahan dan relativitas
batasan kepornoan, sedangkan ambiguitas
menunjuk pada inkonsistensi pelabelan
kepornoan untuk dua hal yang sama serta
sejenis.
101. Good Magazine merilis statistik pornografi:
Setiap detiknya 28.258 pengguna internet melihat
pornogafi.
Setiap detiknya $89.00 dihabiskan untuk pornografi di
internet.
Setiap harinya 266 situs porno baru muncul.
Kata “sex” adalah kata yang paling banyak dicari di internet.
Pendapatan US dari pornografi di internet tahun 2014
mencapai $2.84 milyar.
Diperkirakan kini ada 372 juta halaman website pornografi.
Website pornografi diproduksi 3% oleh Inggris, 4% oleh
Jerman, dan 89% oleh Amerika Serikat.
Negara-negara y[ang melarang pornografi: Saudi Arabia,
Iran, Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Malaysia,
Indonesia, Singapura, Kenya, India, Kuba, dan Cina.
102. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pertentangan antara tekanana kebebasan dan
tanggung jawab sosial mesti diletakkan
secara bersama.
Melulu mengikuti tekanan kebebasan akan
menghilangkan fungsi komunikasi itu sendiri,
sebaliknya menafikan faktor kebebasan dalam
komunikasi kekinian juga bukanlah pilihan
yang realistis. Maka, disinilah perlunya
pendekatan etis atas relasi konfliktuil
tersebut.
103. Komodifikasi
pornografi
Produk komunikasi yang dikategorikan porno
kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga
terlihat pantas untuk dijadikan sebagai komoditas
yang dijual ke publik, seperti majalah "Playboy".
Di negara maju seperti Amerika Serikat
misalnya, definisi kepornoan mengalami
kemajuan dengan memasukkan indecency
[pesan tidak sopan] sebagai kepornoan.
104. 2. Pesan Yang Mengguncang Atau
Menimbulkan Shock
1. Pesan yang menyerang.
2. Pesan yang membunuh karakter seseorang.
3. Visualisasi yang mengguncang.
4. Kekerasan dan sadisme. Contohnya adalah
acar televisi Smackdown yang ditayangkan
Lativi. Banyaknya anak SD yang tewas karena
mempraktekkan gerakan-gerakan
Smackdown.
5. Pesan tentang mistik dan tahayul. Contoh isu
dukun santet yang beberapa waktu lalu
menghembus di Sukabumi yang berujung
105. 3. Pesan Yang Menghina Sara
Pesan yang menghina SARA misalnya adalah
kartun Nabi Muhammad dan film Fitna yang
beberapa waktu lalu mengguncang dunia. Tidak
hanya di Islam, kontroversi juga terjadi di kalangan
Nasrani yakni dalam Film “Davinci Code”, "The
Last Temptation of Christ" dan "Ten
Commendements".
Khusus dalam pesan yang menghina SARA,
keberatan dan tuntutan hukum selain ditujukan
kepada pihak yang memproduksi pesan, juga
dapat diajukan pada pihak yang mereproduksi
pesan.
106. 1. Harm principle.
Menurut prinsip ini kebebasan individu layak dibatasi
untuk mencegah terjadinya tindakan menyakiti orang
lain.
2. Paternalism principle
Menurut prinsip ini media sangat berpengaruh
terhadap masyarakat. Kita menjadi apa yang kita
baca/tonton. Karenanya muatan pesan media harus
dikontrol.
3. Moralism principle.
Menurut prinsip ini baik tidaknya moral ditentukan
oleh masyarakat, bukan oleh individu.
4. Offense principle.
Menurut prinsip ini penyampain pesan tidak boleh
menimbulkan rasa malu, kegelisahan dan
kebingungan bagi orang lain.
Mencari Batasan Moral
107. BAHASAN :KESADARAN
MORAL
► Tiga Lembaga Normatif
► Batas Wewenang 3 Lembaga
Normatif
► Suara Hati menyatakan diri
► Kemutlakan Suara Hati
► Moralitas dan Legalitas
- Inti Sikap Moral
- Menilai Orang Lain
- ” Asal Maksudnya Baik ”
108. # Kesadaran
Moral
Manusia berhadapan
dengan dua realitas yang
khas bagi kehidupan.
1). Di satu pihak, kebebasan
sosial kita dibatasi oleh
masyarakat.
2). Di lain pihak kebebasan
eksistensial menuntut
otonomi moral.
Keduanya diperlukan agar
eksistensi manusia menjadi
nyata, yaitu masyarakat
yang menentukan
bagaimana kita harus hidup,
dan kesadaran bahwa kita
sendirilah yang harus
109. # Tiga Lembaga
Normatif
Masyarakat, yaitu semua orang dan lembaga
yang berpengaruh pada hidup kita
Super-ego ialah perasaan moral spontan.
Superego menyatakan diri dalam perasaan malu
dan bersalah yang muncul secara otomatis dalam
diri kita apabila melanggar norma-norma yang
yang telah dibatinkan itu.
Ideologi ialah segala macam ajaran tentang
makna kehidupan, tentang nilai-nilai dasar dan
tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak.
110. # Apa Suara
hati?
Suara hati adalah ”kesadaran tentang apa
yang menjadi kewajibannya berhadapan
dengan masalah konkret yang dihadapinya”.
Berhadapan dengan pendapat masyarakat
dengan tuntutan ideologi, ia menjadi sadar,
bahwa ia tidak boleh mengikuti pendapat
moral mereka begitu saja, melainkan harus
memastikan sendiri apa yang sebenarnya
merupakan kewajibannya dalam situasinya.
Suara hati adalah kesadaran dalam batin
saya bahwa saya berkewajiban mutlak untuk
selalu menghendaki apa yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai
manusia, dan bahwa hanya saya sendirilah
dapat dan berhak untuk mengetahui apa
yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
saya itu.
Atau lebih singkat: suara hati adalah
kesadaran saya akan kewajiban dan
tanggung jawab sebagai manusia dalam
situasi konkret.
111. Nilai Sebagai Manusia
Manusia dalam hatinya memiliki suatu kesadaran
tentang apa yang menjadi tanggung jawab dan
kewajibannya. Kesadaran itu tidak selalu kita
perhatikan. Kalau hati setuju dengan pendapat moral
lingkungan, maka suara hati tidak menyolok.
kita tidak dapat menyetujui sikap yang diambil para
panutan. Kesadaran bahwa kita sendirilah yang
akhirnya harus memutuskan apa yang menjadi
kewajiban kita, dan bahwa kita wajib untuk
melaksanakannya bersifat langsung.
Kita sadar bahwa apa pun biayanya, disetujui atau tidak
oleh lingkungan, para panutan dan ideologi kita, kita
selalu wajib untuk mengambil sikap yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab kita. Sekaligus kita
sadar bahwa dari kesetiaan terhadap suara hati kita
tergantung nilai kita sendiri sebagai manusia.
112. Suatu rumusan yang agak panjang, tetapi
memuat semua ukuran hakiki, adalah sebagai
berikut:
suara hati adalah kesadaran dalam batin saya
bahwa saya berkewajiban mutlak untuk selalu
menghendaki apa yang menjadi kewajiban dan
tanggung jawab saya sebagai manusia, dan
bahwa hanya saya sendirilah dapat dan berhak
untuk mengetahui apa yang menjadi kewajiban
dan tanggung jawab saya itu.
lebih singkat: suara hati adalah kesadaran saya
akan kewajiban dan tanggung jawab sebagai
manusia dalam situasi konkret.
113. Suara Hati Selalu Ditaati
Suara hati selalu harus ditaati. Kesadaran ini
termasuk inti suara hati sendiri. Tandanya ialah
bahwa kita merasa bersalah apabila kita mengelak
dari suara hati.
Suara hati kita dapat keliru, namun kita selalu harus
taat padanya, karena suara hati adalah kesadaran
kita yang langsung tentang apa yang menjadi
kewajiban kita.
Suara hati adalah pusat kemandirian manusia.
Tuntutan-tuntan lembaga normatif masyarakat
dengan pelbagai wakilnya, ideologi-ideologi dan juga
superego kita sendiri tidak berhak untuk mengikat hati
kita begitu saja.
Suara hati akan membuat kita sadar bahwa kita
selalu berhak untuk mengambil sikap sendiri, dan
bahwa kewajiban untuk taat terhadap pelbagai
otoritas dalam masyarakat selalu terbatas: suatu
114. Suara Hati Dan Penguasa
Dapat dimengerti bahwa hal suara
hati tidak pernah disukai oleh
mereka yang memegang kekuasaan
dalam salah satu bentuk. Para
penguasa segala zaman, entah
dalam keluarga, dalam pelbagai
bidang kehidupan masyarakat,
dalam agama, dalam negara, selalu
berpendapat bahwa merekalah yang
paling tahu bagaimana orang lain
harus hidup. Maka mereka merasa
terganggu dan barangkali terancam
dalam kekuasaan mereka apabila
berhadapan dengan orang yang
bersitegang untuk mengambil
keputusan terakhir sendiri. Orang
semacam itu tidak dapat dibujuk,
115. filosof Immanuel Kant dirumuskan secara singkat begini: tuntutan suara hati
bersifat mutlak.
Untuk menjelaskan apa yang dimaksud, Kant membedakan antara dua macam
perintah atau tuntutan:
1. perintah yang bersyarat (”imperatif hipotesis”) dan perintah tak bersyarat
(”imperatif kategoris). Perintah bersyarat adalah perintah yang hanya berlaku
apabila orang menghendaki apa yang menjadi syaratnya. Misalnya orang
disuruh berangkat sekarang juga ke stasiun kereta api. Perintah itu bersyarat
karena hanya berlaku dengan pengandaian bahwa orang itu masih mau naik
kereta api yang sudah hampir berangkat. Andaikata ia tidak mau sama sekali
pergi, perintah itu kehilangan artinya. Begitu pula perintah seorang pelatih
kepada petinju yang dilatihnya ”jangan merokok!” bersifat hipotesis, karena
hanya berlaku atas dasar pengendaian bahwa petinju itu ingin mencapai
prestasi yang tinggi. Apabila ia tidak peduli, mengapa ia harus berhenti
merokok?
2. Berbeda dengan perintah-perintah bersyarat itu tuntutan-tuntutan moral
menurut Kant bersifat tak bersyarat atau absolut. Misalnya, tuntutan ”jangan
bohong!” berlaku begitu saja, selalu tanpa kekecualian. Perintah itu mutlak.
Sama halnya dengan perintah bahwa manusia tidak boleh memperkaya diri
dengan cara melanggar hak orang lain.
3. Tuntutan-tuntutan moral itu berlaku mutlak. Mutlak atau absolut berarti: tidak
bersyarat, begitu saja, tidak dapat ditawar-tawar dengan kesenangan atau
kepentingan saya. Suatu kewajiban moral berlaku entah menguntungkan
atau tidak, mengenakkan atau tidak, dipuji orang lain atau malah ditegur. Apa
yang sudah saya sadari sebagai kewajiban bagaimanapun juga harus saya
lakukan karena kewajiban ini berlaku mutlak. Dari ketekadan untuk selalu
bertindak dengan baik, adil dan wajar apa pun dan siapa pun tidak boleh
menyelewengkan kita.
116. Rasionalisasi suara hati
Menurut Immanuel Kant universalitas keberlakuan
termasuk ciri khas kesadaran moral. Suara hati kita selalu
disertai kesadaran, bahwa apa yang diyakini sebagai
kewajiban selalu objektif dan bagi siapa saja yang berada
dalam situasi yang sama dengan saya. Ada beberapa
alasan suara hati rasona :
a) Penilaian moral pada hakikatnya merupakan masalah
perasaan belaka, dan suatu perasaan memang tidak
dapat disebut benar atau salah dan oleh karena itu juga
tidak masuk akal, kalau dituntut pertanggungjawaban
b) Rasionalitas atau pengertian manusia yang sebenarnya
adalah lebih mendalam daripada sekedar akal yang kita
pergunakan dalam pelbagai pertimbangan praktis atau
konkrit sehari-hari
c) Pendekatan rasional tidak menutup agar setiap langkah
kita pastikan dulu keamanannya sebelum kita
mengambilnya, melainkan hanya agar kita
117. Pengambilan Keputusan
Bagaimana cara pengambilan keputusan supaya
keputusan itu secara moral memadai? Apabila
kita mengambil suatu keputusan, kita selalu
dapat membedakan antara dua saat, yaitu: saat
sebelum keputusan itu harus diambil dan
sewaktu keputusan akhirnya diambil.
keputusan sendiri secara moral tidak cacat, tetapi
kita tetap memikul tanggung jawab agar akibat-
akibatnya sedapat-dapatnya tidak merugikan
orang lain, atau kalau perlu untuk memulihkan
keadaan semula.
118. Dalam persiapan pengambilan keputusan itulah
rasionalitas kesadaran moral hendaknya memainkan
peranannya. Sebelum kita mengambi
sebuah keputusan kita harus selalu bersikap terbuka.
Kita betul-betul harus berusaha untuk menemukan
keputusan mana yang paling tepat. Kita harus terbuka
terhadap pandangan orang lain, terutama orang yang
terkena oleh keputusan yang kita ambil, tetapi pada
prinsipnya terhadap pendapat siapa saja yang
relevan.
Kita harus seperlunya bersedia untuk memikirkan
pendirian kita sendiri kembali dan bahkan untuk
mengubah pendapat kita. Kita tidak berhak untuk
ngotot pada apa yang kita sebut keyakinan atau
suara hati kita.
Kita harus mencari segala informasi yang relevan dan
memperhatikan serta menanggapi pendapat dan
sangkalan orang lain. Seperlunya kita mencari
119. NILAI LAIN DARI ETIKA
A. PERTANGGUNGJAWABAN
MORAL
B. PENGEMBANGAN DIRI
C. NILAI UNGGUL
D. KEBAHAGIAAN
120. A. PERTANGGUNGJAWABAN
MORAL
Kewajiban moral disadari sebagai sesuatu yang
mengikat dengan mutlak, tetapi sekaligus, bahwa
kita harus bersedia untuk
mempertanggungjawabkan pendapat kita tentang
kewajiban moral secara rasional.
Sesuatu itu memadai dengan norma yang harus
diterapkan padanya. Jadi pertanggungjawaban
hanyalah mungkin kalau ada norma-norma yang
menetapkan bagaimana keadaan yang
seharusnya. Dengan demikian kita berhadapan
dengan pertanyaan: manakah tolok ukur
pertanggungjawaban moral ? ini merupakan
pertanyaan pokok etika normatif
121. B. MAKNA KEBAHAGIAAN
Makna kebahagiaan dari buku “The Law Of
Happiness dari karya Dr Henry Cloud (2011)
mengungkapkan 13 jalan untuk menjadi bahagia
menurut penulis :
1) Menjadi orang yang bahagia dengan senang
menderma
2) Menjadi orang yang bahagia dengan tidak malas
mengejar kebahagiannya
3) Menjadi orang yang bahagia dengan tidak
menunggu untuk “suatu hari”.
4) Menjadi orang yang dengan bahagia mewujudkan
impiannya. Jalan ini masih terkait dengan jalan
sebelumnya
5) Menjadi orang yang bahagia berarti hidup dengan
kesadaran penuh.
122. Makna kebahagiaan…..
6) Menjadi orang yang bahagia dengan selalu
bersosialisasi.
7). Menjadi orang yang bahagia dengan tidak
membanding-bandingkan dirinya dengan orang
lain
8) Menjadi orang yang bahagia dengan berfikiran
baik
9) Menjadi orang yang bahagia dengan selalu
bersyukur.
10) Menjadi orang yang bahagia dengan
mempunyai batasan
11) Menjadi orang yang bahagia dengan menjadi
pemaaf
124. Hedonisme Etis
Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani
(hedno = nikmat, kegembiraan).
Hedonisme bertolak dari anggapan bahwa
manusia hendaknya hidup sedemikian rupa
sehingga ia dapat semakin bahagia.
Pandangan bahwa tercapainya kebahagiaan
mesti menjadi tujuan kehidupan manusia, dan
karena itu manusia hendaknya hidup dengan
sesuatu cara yang mendekatkannya padanya,
berasal dari para filsuf Yunani lebih dua ribu
tahun yang lalu.
Etika yang mendasari pencaharian kebahagiaan
menjadi prinsip yang paling dasariah disebut
eudemonisme (dari kata Yunani eudaimonia,
kebahagiaan).
Pertimbangan yang mendasari etika
kebahagiaan itu mudah dimengerti karena
kebahagiaan adalah tujuan pada dirinya sendiri.
Orang yang sudah bahagia, tidak memerlukan
apa-apa lagi. Nampaknya masuk akal kalau
kehidupan kita arahkan pada usaha untuk
mencapai kebahagiaan.
125. Jenis Hedonisme
A. Hedonisme psikologis :bahwa manusia,
bagaimanapun juga, selalu toh hanya mencari nikmat
dan mau menghindari perasaan-perasaan yang tidak
enak saja. Teori itu disebut hedonisme psikologis
karena mengenai hal motivasi dasar manusia (yang
diselidiki oleh para psikolog).
di belakang tujuan-tujuan yang luhur (seperti
menegakkan kebenaran dan keadilan) dan motivasi-
motivasi suci (misalnya mau menyebarkan iman
kepercayaan agamanya) manusia yang sebenarnya
ialah mencari nikmat saja.
Manusia dianggap hanya menipu diri apabila ia
mengira bahwa ia bertindak demi cita-cita luhur atau
demi kepentingan orang lain. Kalaupun ia nampaknya
bersedia berkorban, namun sebenarnya ia hanya
mencari kepuasan sendiri.
126. B. Hedonisme etis bahwa sebaiknya manusia selalu
mencari nikmat dan menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan?
Garis pokok argumentasi hedonisme adalah bahwa
manusia akan bahagia apabila ia mencapai perasaan
nikmat sebanyak mungkin dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak enak. Terhadap
anggapan ini ada dua pertimbangan yang
menawarkan diri.
Pertama : Apakah kebahagiaan itu sama dengan
jumlah perasaan nikmat ?
Pertimbangan kedua: Nilai dan pengalaman-
pengalaman yang paling mendalam dan dapat
membahagiakan
127. Etika pengembangan diri
orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau
semua nilai atas jasmani tidak asing baginya,
yaitu nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan,
kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan
religius.
Jadi yang membahagiakan ialah kalau kita
mengembabgkan diri sedemikian rupa hingga
bakat-bakat yang kita punyai menjadi
kenyataan. Manusia adalah makhluk yang
mempunyai banyak potensi, tetapi potensi-
potensi itu baru menjadi nyata apabila kita
merealisasikannya.
Kebahagiaan tercapai dalam
mempergunakan atau mengaktifkan bakat-
bakat dan kemampuan-kemampuan kita itu.
Itulah sebabnya orang yang mau menjadi
pengukir akan jauh lebih bahagia dengan patung
sederhana hasil ukirannya sendiri daripada
apabila orang tuanya membelikan patung bagus
seorang seniman ternama.
Erich Fromm mengungkapkan hal yang sama
dengan mengatakan bahwa mutu kehidupan kita
ditentukan oleh having melainkan oleh being,
128. Bagaimana caranya manusia
berkembang?
1) Jadi apabila ia mau berkembang, ia harus berani untuk
tidak terus berpegang pada diri sendiri saja dan
memberanikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas dan
tanggung jawab yang menantang dengan menghadapi
tantangan-tantangan kehidupan. Orang yang dapat
menomorduakan ke-pentingannya dan memberikan diri
sepenuhnya pada sesuatu dimana ia dibutuhkan,
misalnya kepada pelayanan sesama, justru akan
mengalami bahwa ia sendiri berkembang.
2) Selalu mencari diri sendiri tidak akan menemukan diri,
sedangkan orang yang melupakan diri demi suatu tugas,
demi orang lain, demi cita-citanya dialah yang akan
menemukan diri.
3) Sebagai orang beriman kita tahu bahwa manusia tidak
mungkin berkembang dengan utuh apabila perspektifnya
terbatas pada kebahagiaan di dunia ini. Kita tahu bahwa
akhirnya kehidupan kita, sukses atau gagal,
kebahagiaan kita, adalah pemberian rahmat Tuhan.
Maka justru demi pengembangan diri yang sebenarnya
129. Utilitarisme
”utilitarisme” ( kata Latin ”utilis”, berguna)
Utilitarisme tidak mengatakan bahwa asal
suatu tindakan berguna, tindakan itu juga baik
dalam arti moral.
bahwa ada perbedaan moral apakah tindakan
saya berguna bagi saya atau bagi orang lain.
Bahwa suatu tindakan belum tentu baik dalam
arti moral hanya karena berguna bagi saya,
jelas dengan sendirinya. Tetapi apabila saya
mau melakukan sesuatu yang berguna bagi
sesama, jadi lepas dari pamrih saya sendiri,
maka kemauan itu secara moral harus dinilai
positif
Contoh :Tindakan korupsi tidak menjadi baik
karena tentu saja berguna bagi saya.
Utilitarisme bersifat universal, artinya ia
mengaku adanya suatu kewajiban terhadap
semua orang. Utilitarisme menegaskan bahwa
dalam segala tindakan kita harus selalu
memperhatikan akibat-akibatnya bagi semua
orang secara langsung atau tidak langsung
terkena olehnya.
130. C.PRINSIP MORAL DASAR
a. Prinsip sikap baik. Prinsip itu mendahului dan mendasari semua
prinsip moral lain. Baru atas dasar tuntutan itu semua tuntutan
moral lain masuk akal. Kalau tidak diandaikan bahwa pada
dasarnya kita harus bersikap positif terhadap orang lain, buat
apa masih menghiraukan segala macam tuntutan moral lain
lagi?
b. Prinsip keadilan. Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar
kita bersikap baik terhadap siapa saja. Tetapi kemampuan
manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas. Adil berarti
bahwa kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya. Dan karena pada hakikatnya semua orang sama
nilainya sebagai manusia, maka tuntutan bila dasariah keadilan
ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam
situasi yang sama .
c. Prinsip hormat terhadap diri sendiri. suatu prinsip moral
dasar ketiga yang menuntut agar orang tidak membiarkan diri
disalahgunakan. Saya mau menyebut prinsip itu prinsip hormat
terhadap diri sendiri. Manusia wajib untuk selalu memperlakukan
diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini
mempunyai dua arah. Pertama dituntut agar kita tidak
membiarkan diri diperas, diperalat, diperkosa atau
131. D. KEPRIBADIAN KUAT
Sikap-sikap yang perlu
kita kembangkan kalau
kita ingin memperoleh
kekuatan moral.
Kekuatan moral adalah
kekuatan kepribadian
seseorang yang
mantap dalam
kesanggupannya untuk
bertindak sesuai
dengan apa yang
diyakininya sebagai
132. Karakteristik keribadian yang kuat
A. Kejujuran
B. Nilai-nilai Otentik ”Otentik” berarti ”asli”. Manusia otentik
adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri
sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadiannya yang
sebenarnya
C. Kesediaan Untuk Bertanggung Jawab
pertama, berarti kesediaan untuk melakukan apa yang harus
dilakukan, dengan sebaik mungkin.
Kedua, dengan demikian sikap bertanggung jawab mengatasi
segala etika peraturan. Etika peraturan hanya
mempertanyakan apakah sesuatu boleh atau tidak.
Sedangkan sikap bertanggung jawab merasa terikat pada
yang memang perlu. Ia terikat pada nilai yang mau dihasilkan.
Ketiga, dengan demikian wawasan orang yang bersedia untuk
bertanggung jawab secara prinsipil tidak terbatas
Keempat, kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk
kesediaan untuk diminta, dan untuk memberikan,
pertanggungjawaban atas tindakan-tindakannya, atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya
133. D. Kemandirian Moral
Kemandirian moral berarti bahwa kita pernah ikut-ikutan saja dengan
pelbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu
membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai
dengannya. Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil
sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya.
E. Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang
menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik
F. Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat
kelemahannya, melainkan juga kekuatannya. Tetapi ia tahu bahwa
banyak hal yang dikagumi orang lain padanya bersifat kebetulan saja.
Ia sadar bahwa kekuatannya dan juga kebaikannya terbatas. Tetapi ia
telah menerima diri. Ia tidak gugup atau sedih karena ia bukan seorang
manusia super. Maka ia adalah orang yang tahu diri dalam arti yang
sebenarnya.
Realistik dan kritis
134. G. REALISTIK DAN KRITIS
Manusia yang kita hormati
dan sesama terhadapnya
kita mau bersikap baik
bukan ”si manusia”,
melainkan pelbagai orang
yang berada dalam
jangkauan pengaruh
tindakan kita, dengan
kebutuhan-kebutuhan dan
kemampuan-
kemampuannya, dengan
kelemahan-kelemahan dan
harapan-harapan mereka.
Terhadap mereka itu kita
135. IMPLIKASI ETIKA
Wawasan ilmiah etika (ettiquette
of science) ETIKA ILMIAH
mindsett POLA PEMIKIRAN
Aplikasi etika bagi
KEHIDUPAN
a).Mahasiswa
b). Pekerjaan
c). Kehidupan bernegara
d). Kehidupan sosial
136. ETIKA ILMIAH
WAWASAN KEILMUAN DAN
TEORI (etika sebagai ilmu)
KASUS PELANGGARAN ETIKA
(case study)
RISET ILMIAH TENTANG
ETIKA (penelitian etika)
137. APLIKASI ETIKA
1. PERUBAHAN PRILAKU
DALAM KONTEKS ETIKA
DIPENGARUHI:
Kepribadian (personality)
Budaya (culture)
Genetika (genetic)
Lingkungan (Social)
Media sosial
139. PRILAKU DALAM KONTEKS
ETIKA
Kenapa taat (ini sebagian teori)
Agresi dipelajari.
Implikasi dalam pendidikan.
pend.multi budaya.
Peran lingkungan sosial dalam pendidikan(media
masa, model prilaku).
Koperative learning,
konstruktivis sosial.
Kognitif sosial.
Seragam pakaian (konformutas, keasamaan
status)
140. PRILAKU DALAM KONTEKS SOSIAL
DAN BUDAYA
PSIKOLOGI
SOSIAL
PSIKOLOGI
BUDAYA
Mengkaji tentang peran
sosial, sikap, hubungan dan
pengaruh kelompok
terhadap individu.
Mengkaji bagaimana
pengaruh budaya terhadap
prilaku manusia.
141. BAHASAN
Role (Peran Sosial) dan Norm
(Norma Sosial)
Pengaruh Sosial Pada Individu
Individu Dalam Kelompok
Identitas Sosial (Social Identity)
142. PERAN SOSIAL (ROLE)
Peran sosial seseorang dalam
suatu kelompok yang diatur
oleh norma yang akan
mempengaruhi prilakunya.
143. KOGNISI SOSIAL (SOCIAL
COGNITION)
Bagaimana persepsi seseorang tentang diri
mereka sendiri dan tentang orang lain
mempengaruhi hubungan mereka dengan
sesama dan bagaimana lingkungan sosial
mempengaruhi pikiran, persepsi, kepercayaan
dan nilai-nilai yang dipegang oleh seseorang.
Ada dua konsep penting terkait dengan kognisi
sosial yaitu atribusi dan sikap.
145. ATRIBUSI
penjelasan kenapa seseorang
melakukan suatu tindakan
Atribusi
Situasional
Atribusi
Disposisional
Faktor lingkungan dan
situasi sebagai
penyebab suatu
tindakan.
Faktor diri
(sifat/kepribadian)
sebagai penyebab
suatu tindakan.
Dia mencuri
karena anaknya
kelaparan.
Dia mencuri
karena dia
memang
seorang
penjahat/pencuri
.
146. FUNDAMENTAL ATTRIBUTION
ERROR
Kecenderungan orang untuk membuat
penjelasan tentang tindakan orang lain dengan
menekankan pada alasan kepribadian dari
orang tersebut dan mengabaikan faktor situasi.
Orang-orang barat lebih cenderung
melakukan bias atribusi tentang tindakan
orang lain dibanding orang timur (india,
jepang, china, korea dan hongkong).
Orang timur lebih memiliki orientasi
kelompok daripada barat.
Bias Atribusi
147. Membuat atribusi yang menguntungkan bagi
dirinya terhadap prilaku yang dilakukannya.
Ketika tindakannya adalah suatu keburukan
maka akan diorientasikan kepada atribusi
situasional.
Jika kebaikan maka akan diorientasikan kepada
dirinya (disposisional)
SELFSERVING BIAS
148. Just-world hypothesis
Suatu pandangan atau asusmsi bahwa
dunia ini adil. Orang yang berbuat
keburukan akan memperolah hukuman
sebagai akibat tindakannya dan orang
yang melakukan kebaikan akan
mendapatkan penghargaan.
Dapat membantu dalam memahami suatu
peristiwa luar biasa dan memunculkan
perasaan aman.
149. Blaming the victim
Ketika seseorang mengalami hal
buruk, itu disebabkan karena dia
berada pada tempat yang salah
pada waktu yang salah.
151. Disonansi kognitif
(cognitive dissonance)
Perasaan tidak nyaman ketika dua
macam sikap atau sebuah sikap dan
tindakan saling bertentangan satu
sama lain.
Bagaimana sikap anda ketika Selebriti
yang anda kagumi melakukan tindakan
buruk ?
152. Familiarity effect:
Kecenderungan untuk memiliki sikap positif
terhadap sesuatu yang lebih dikenal.
Validity effect:
Kecendrungan orang untuk percaya bahwa
sesuatu adalah benar karena ditambilkan
secar berulang (sering ditampilkan), bahkan
walaupun itu merupakan kebohongan.
153. MEMPENGARUHI SIKAP
Pengulangan gagasan.
Penyajian oleh orang yang menarik atau
dikagumi.
Asosiasi antara pesan dengan perasaan
menyenangkan
154. Persuasi koersif
Upaya merubah sikap dengan cara menekan
kemampuan seseorang untuk bernalar dan
berpikir kritis.
Digunakan pada banyak aliran/sekte agama yang
sesat.
Konformitas
Deindividuasi
Altruisme
155. IDENTITAS SOSIAL
(SOCIAL IDENTITY)
Identitas yang disandarkan pada
kelompok dimana kita bergabung,
termasuk didalamnya adalah kelompok
politik, pekerjaan, agama, bangsa dll.
LAWAN
IDENTIT
AS
PRIBADI
156. Ethnic identity
Identifikasi seseorang dengan kelompok etnis,
ras atau agama tertentu.
Acculturation
Proses dimana anggota kelompok minoritas
mengidentifikasikan dengan dan menjadi bagian
dari budaya yang lebih besar (dominan).
157. Ethnocentrism
Keyakinan bahwa bangsa, budaya, agama
atau kelompok sendiri lebih hebat
dibanding yang lain.
Stereotipe
Ringkasan kesan terhadap sekelompok
orang dimana semua anggota dalam
kelompok dianggap memiliki sifat yang
sama.
158. PRASANGKA
(PREJUDICE)
Adalah Stereotipe negatif dan ketidaksukaan atau
kebencian yang kuat dan tidak rasional terhadap suatu
kelompok
Prasangka adalah pengalaman manusiawi yang
universal yang dialami oleh hampir setiap manusia
(Dovidio, 2001)
165. • Aturan-aturan yang mengatur kehidupan sosial,
termasuk hukum eksplisit dan kesepakatan
budaya yang implisit
• Terdapat ‘Hukuman’ dan ‘Penghargaan’
Norm
a
• Kedudukan sosial yang diatur oleh seperangkat
‘Norma’ yang menunjukkan perilaku yang
pantas
• Contoh : Peran dalam Keluarga, Peran Gender
dll.
Peran
• Sebuah program yang terdiri dari aturan-aturan yang
diikuti bersama, yang menatur perilaku seseorang dalam
masyarakat, serta memuat seperangkat nilai,
kepercayaan dan kebudayaan yang diikuti bersama oleh
anggota-anggota masyarakat
• Contoh : Aturan Jakar Bicara (orang Arab vs Orang
Barat)
Budaya
169. KONFORMITAS
…Merasa menjadi bagian
dari kelompok
PIKIRAN KELOMPOK
Kecenderungan semua anggota
kelompok untuk berpikir seragam,
mencapai harmoni dan menekan
‘Perbedaan Pendapat’.
Contoh : NASA – tetap ‘teguh’
meluncurkan Columbia dan tragis
meledak di Udara.
KERUMUNAN
a. Diffusi Tanggungjawab
b. Deindividuasi
c. Anonimitas & Tanggungjawab
ALTRUISME DAN PERBEDAAN
PENDAPAT
Kemauan melakukan tindakan
berbahaya untuk menyelamatkan orang
lain sesuai dengan keyakinan pribadi
dan hati nurani
170. IDENTITAS ETNIS
ETNOSENTRISME
STEREOTIPE
• Identifikasi seseorang
dengan kelompok etnis, ras
dan agama tertentu
• Kepercayaan bahwa
kelompok etnis, bangsa
atau agama paling hebat
dan superior.
• Ringkasan ‘kesan’
mengenai kelompok,
dimana diyakini bahwa
anggota memiliki sifat yang
sama (baik positif, negatif
dan netral)
171. ASAL
PRASANGKA
• Fungsi Psikologis
• Fungsi Sos-Bud
• Fungsi ekonomi
MENDEFINISIKAN
DAN MENGUKUR
PRASANGKA
• Prasangka masih
sulit didefinisikan
• Prasangka dalam
prosesnya
menunjukkan
tingkat yang
‘menurun’.
Contoh
Penerimaan
kaum Homo dan
Gay.
MENGURANGI
KONFLIK DAN
PRASANGKA
• Status kelompok
harus sama
(hukum, ekonomi
dan kekuasaan)
• Otoritas
mendorong
paham egaliter
• Bersosialisasi,
baik formal
maupun informal
• Bekerjasama
untuk tujuan
yangsama
172.
173.
174. 174
ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
BISNIS
suatu tindakan dianggap beretika apabila Anda
pun tidak keberatan jika orang lain melakukan hal
itu terhadap diri Anda, sesuai dengan prinsip
timbal-balik.
175. 175
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep etika bisnis dan
tanggungjawab sosial.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etika bisnis.
3. Mendiskusikan bagaimana organisasi mem-bentuk perilaku
etis.
4. Menjelaskan bagaimana mengukur tanggung jawab sosial
perusahaan.
5. Merangkum tanggungjawab bisnis terhadap publik,
konsumen, dan karyawan.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa investor dan
komunitas financial memiliki keterkaitan dengan etika bisnis
dan tanggungjawab sosial.
176. 176
ETIKA
Etika berasal dari Bahasa Yunani “ethos” yang berarti
adat kebiasaan yang berhubungan tingkah laku
manusia dan prinsip-prinsip tentang tindakan moral
yang benar.
Moral berhubungan dengan tindakan manusia yang
sesuai dengan ukuran/standar yang diterima oleh
umum.
Etika merupakan standar tingkah laku ( standart of
conduct) yang memimpin individu dalam membuat
keputusan, apa yang akan diperbuat , dikatakan dan
sebagainya.
Etika berhubungan dengan yang benar dan yang
salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang
177. 2-177
ETIKA BISNIS
Boone and Curtz (2002:44) Etika Bisnis yaitu standar
perilaku da nilai-nilai moral yang mengontrol tindakan
serta keputusan pelaku bisnis
Bertens (2000) etika bisnis adalah pemikiran atau
refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis
Responsibility- Consequences of management
actions and decision
179. 2-179
TANGGUNG SOSIAL merujuk pada filosofi, kebijakan, prosedur, dan
tindakan yang diarahkan pd perbaikan
kesejahteraan masyarakat.
Bisnis memiliki tanggung jawab yang besar
kepada pelanggan, karyawan, investor, dan
masyarakat secara keseluruhan.
182. 2-182
1. Konflik Kepentingan—situasi dimana keputusan yang
diambil terpengaruh oleh kepentingan/keuntungan
pribadi (kasus suap pada beberapa skandal kredit
macet).
2. Kejujuran & Integritas—mengemukakan fakta yang
sebenarnya dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika
didalam semua keputusan bisnis.
3. Loyalitas vs. Kebenaran—pelaku bisnis
mengharapkan para karyawannya untuk loyal
sekaligus “benar”.
4. Whistleblowing—pengungkapan karyawan kepada
publik, pemerintah maupun media atas praktek-praktek
yang sifatnya melanggar etika, ilegal, atau amoral
didalam perusahaan/ organisasinya.
183. 2-183
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU TIDAK
ETIS DI TEMPAT KERJA
Sasaran penjualan, budget
ataupun laba yang tidak
realistik
Ketiadaan hubungan/Lack of
recognition
Personal financial worries
Balancing work & family
Komunikasi yang jelek
185. 2-185
Kesadaran Etis (Ethical Awareness)
Aturan perilaku yaitu pernyataan formal yang merumus-
kan bagaimana organisasi berharap dan menuntut
karyawan untuk menyelesaikan masalah-masalah etik.
Pertimbangan Etis (Ethical Reasoning)
Tidak semua dilema etis memiliki jawaban hitam dan
putih. Banyak yang berada di wilayah abu-abu sehingga
perlu dipilah dan dipilih konsekuensi yang mungkin terjadi.
Untuk itu diperlukan pelatihan etika.
Tindakan Etis (Ethical Action)
Perusahaan membantu karyawan untuk bertindak etis
dengan memberikan penguatan thd tindakan etis dan
mengeliminir peluang tindakan tidak etis.
Kepemimpinan Etis (Ethical Leadership)
Eksekutif harus menunjukan perilaku etis dalam kepu-
tusan dan tindakan mereka agar dapat dijadikan teladan
oleh karywannya.
187. 2-187
TANGGUNGJAWAS SOSIAL
Social Responsibility adalah penerimaan manaje-men
terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba,
kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial
sebagai nilai yang sepadan dalam menge-valuasi
kinerja perusahaan. (Boone & Kurtz, 2002:57)
Social Audits yaitu prosedur formal yang
mengidentifikasi dan mengevaluasi seluruh aktivitas
perusahaan yang berkaitan dengan masalah sosial seperti
konservasi, praktek ketenagakerjaan, perlindungan
lingkungan, dan aktivitas amal (Boone & Kurtz, 2002:58)
188. 2-188
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PERUSAHAAN Tanggung jawab terhadap masyarakat umum
Masalah kesehatan masyarakat
Melindungi lingkungan
Mengembangkan kualitas tenaga kerja
Filantropi perusahaan
Tanggung jawab terhadap pelanggan
Hak untuk mendapatkan keamanan
Hak untuk mendapatkan informasi
Hak untuk memilih
Hak untuk didengarkan
Tanggung jawab terhadap karyawan
Keamanan lingkungan kerja
Masalah kualitas hidup
Menjamin kesempatan kerja yang sama
Pelecehan seksual
Tanggung jawab terhadap investor dan komunitas keuangan
189. 189
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
MASYARAKAT UMUM
1. Masalah kesehatan masyarakat
Apa yang harus dilakukan dunia bisnis thd produk -produk yg
secara inheren berba-haya spt rokok, alkohol, makanan berle-
mak, senjata api, kenda-raan bermotor
Bagaimana perlindungan thd kelompok masyarakat yang lemah.
2. Melindungi lingkungan
Apa tanggung jawab bisnis terhadap kerusakan lingkungan yg
disebabkab oleh produk atau proses operasi mereka spt polusi.
Memproses ulang bahan-bahan yang telah digunakan
3. Mengembangkan kualitas tenaga kerja
Apakah dunia bisnis dapat berkembang dengan SDM yang tidak
berkualitas.
4. Filantropi perusahaan
Mencakup kontribusi dalam bentuk uang ,peralatan dan barang
serta dukungan terhadap usaha-usaha sukarela para karyawan
dan organisasi sosial..
191. 191
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
PELANGGAN.
Consumerism yaitu permintaan
publik dimana perusahaan dalam
pembuatan keputusannya,
mempertim-bangkan keinginan
dan kebutuhan para pelanggan
Dikenal dengan hak-hak dasr
konsumen yang harus dilindungi
yaitu;
Hak mendapatkan keamanan
Hak didengar
Hak memilih, dan
Hak mendapatkan informasi
192. 192
Hak untuk mendapatkan keamanan
Konsumen harus merasa yakin bahwa barang dan jasa
yg mereka beli tidak akan melukai dalam penggunaan
yang wajar.
Hak mendapatkan informasi.
Konsumen harus punya akses ke informasi produk
yang memadai agar bisa membuat keputusan beli yang
bisa dipertanggung jawabkan.
Hak untuk memilih
Konsumen punya hak untuk memilih barang dan jasa
yang benar-benar diinginkan dan dibutuhkannya
Hak untuk didengar.
Konsumen hrus dapat mengekspresikan keluhan
secara sah ke pihak yang berkepentingan.
193. 193
TANGGUNG JAWAB PADA KARYAWAN
Keamanan dan keselamatan kerja
yaitu keadaan lingkungan/tempat kerja yang dapat
menjamin secara maksimal keselamatan fisik para
pekerja.
Masalah kualitas hidup
Yaitu jaminan kehidupan yang lebih bervariasi, fleksibel,
seimbang, misalnya program cuti keluarga, cuti tahunan
Menjamin kesempatan kerja yg sama
Yaitu bebas dari diskriminasi
Perlindungan terhadap pelecehan seksual
Yaitu jaminan terhadap tindakan pelecehan seks di tempat
yg tidak bisa diterima dan tidak pantas.
194. 2-194
TANGGUNG JAWAB TERHADAP
INVESTOR DAN KOMUNITAS
KEUANGAN
Tujuan utama bisnis adalah menghasilkan laba
bagi para pemegang saham, namun para
investor dan komunitas keuangan menuntut agar
dunia bisnis bersikat etis dan legal dalam
mengelola transaksi keuangan mereka.