SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang.................................................................... 1
2. Pengertian Keuangan Negara............................................. 2
3. Kerugian Keuangan Negara............................................... 3
1) Pengertian Kerugian Keuangan Negara
2) Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan
Negara
4. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Segi Akuntansi. 6
1) Pengertian Aset
2) Pengertian Kewajiban
5. Penghitungan Kerugian Keuangan Negara........................ 10
1) Tujuan
2) Bukti-Bukti dalam Penghitungan Kerugian Keuangan
Negara
6. Simpulan............................................................................. 13
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
1 Latar Belakang
Sering dalam proses peradilan kasus korupsi menjadi perhatian publik
karena diliput secara luas oleh media massa, baik cetak maupun elektronik.
Perdebatan kemudian terjadi antar pihak-pihak yang berkepentingan dalam
proses hukum kasus korupsi tersebut, bahkan muncul dalam bentuk dialog di
televisi maupun radio yang menampilkan wakil dari pihak penegak hukum dan
tersangka. Salah satu topik perdebatan yang sering dikemukakan adalah
mengenai kerugian keuangan negara yang disebabkan oleh pelaku yang
diduga melawan hukum.
Kerugian keuangan negara berkaitan dengan pasal 2 ayat (1) dan pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang menyebutkan bahwa salah satu unsur yang harus dipenuhi
dalam mengungkap terjadinya tindak pidana korupsi adalah dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tidak memberikan rumusan definitif yang jelas dan tegas mengenai
apa yang disebut kerugian keuangan negara. Uraian mengenai kerugian keuangan
negara hanya diberikan dalam penjelasan pasal 32 yang menyatakan bahwa
kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya
berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang
ditunjuk.
Uraian dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
atas, ditengarai memicu perbedaan persepsi di antara pihak-pihak yang terlibat
dalam sistem hukum tindak pidana korupsi, baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti hakim, penuntut umum, penyidik, pengacara, auditor dan para
pengamat hukum. Apabila dicermati, sebenarnya perbedaan persepsi tersebut sah-
sah saja, namun pemikiran yang jernih mengenai kerugian keuangan negara perlu
dikedepankan untuk menyeimbangkan antara asas keadilan dan kewajiban
bersama untuk menyelamatkan keuangan negara.
Calon-calon praktisi hukum perlu memperoleh bekal yang memadai
mengenai kerugian keuangan negara, yakni dengan mengikuti pembahasan
kerugian keuangan negara secara kritis dari berbagai aspek, terutama dari sisi
keuangan negara, akuntansi, dan audit. Makalah ini akan membahas kerugian
keuangan negara dengan menggunakan pendekatan keuangan negara, akuntansi
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 1
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
dan audit. Hasil yang diharapkan dari makalah ini adalah adanya gambaran yang
utuh mengenai kerugian keuangan negara sehingga memberikan bekal yang cukup
bagi calon praktisi hukum, khususnya berkaitan dengan proses hukum kasus
dugaan Tindak Pidana Korupsi.
2 Pengertian Keuangan Negara
Pengertian keuangan negara dapat dilihat dalam pasal 1 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yakni semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Sedangkan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun
yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:
a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat
lembaga negara, baik tingkat pusat maupun di daerah
b) berada dalam penguasan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha
Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum dan
perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang
menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
keuangan negara dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah sejalan. Keuangan negara tidak semata-
mata yang berbentuk uang, tetapi termasuk segala hak dan kewajiban (dalam
bentuk apapun) yang dapat diukur dengan nilai uang. Pengertian keuangan negara
juga mempunyai arti luas yang meliputi keuangan negara yang berasal dari
APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan pada hakikatnya seluruh harta kekayaan
negara sebagai suatu sistem keuangan negara. Jika menggunakan pendekatan
proses, keuangan negara dapat diartikan sebagai segala sesuatu kegiatan atau
aktivitas yang berkaitan erat dengan uang yang diterima atau dibentuk
berdasarkan hak istimewa negara untuk kepentingan publik.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 2
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
3 Kerugian Keuangan Negara
1) Pengertian Kerugian Keuangan Negara
UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999
tidak memberikan rumusan yang jelas dan tegas mengenai apa yang disebut
kerugian keuangan Negara. Dalam penjelasan pasal 32 hanya dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah
dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang
atau akuntan publik yang ditunjuk. Adapun siapa instansi berwenang yang
dimaksud, tidak dijelaskan lebih lanjut. Namun demikian, mengacu pada
beberapa ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka sekurang-
kurangnya tiga instansi mempunyai kewenangan dimaksud, yakni BPK, BPKP,
dan Inspektorat baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam perspektif Undang-Undang tersebut, kerugian keuangan negara
adalah yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum atau tindakan
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada
seseorang karena jabatan atau kedudukannya dan hal tersebut dilakukan dalam
hubungannya dengan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi.
Dengan memperhatikan rumusan keuangan negara sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 31/1999, maka kerugian keuangan negara
tersebut dapat berbentuk:
 Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang,
barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan.
 Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah lebih besar dari yang
seharusnya menurut kriteria yang berlaku.
 Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima
(termasuk diantaranya penerimaan dengan uang palsu, barang fiktif).
 Penerimaan sumber/kekayaan negara/daerah lebih kecil/rendah dari yang
seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tidak
sesuai).
 Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 3
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
 Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang lebih besar dari yang
seharusnya.
 Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima
menurut aturan yang berlaku.
 Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya
diterima.
2) Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan Negara
Hal-hal yang dapat merugikan keuangan negara dapat ditinjau dari
pelaku, sebab, waktu, dan cara penyelesaiannya.
(1) Ditinjau dari Pelaku :
a. Perbuatan Bendaharawan yang dapat menimbulkan kekurangan
perbendaharaan, disebabkan oleh antara lain adanya pembayaran,
pemberian atau pengeluaran kepada pihak yang tidak berhak,
pertanggungjawaban/laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan,
penggelapan, tindak pidana korupsi, dan kecurian karena kelalaian;
b. Pegawai negeri non bendaharawan, dapat merugikan keuangan negara
dengan cara antara lain pencurian atau penggelapan, penipuan, tindak
pidana korupsi, dan menaikkan harga atau merubah mutu barang;
c. Pihak ketiga dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara dengan
cara antara lain menaikkan harga atas dasar kerjasama dengan pejabat
yang berwenang, dan tidak menepati perjanjian (wanprestasi);
(2) Ditinjau dari sebabnya :
a. Perbuatan manusia, yakni perbuatan yang disengaja seperti diuraikan
pada point sebelumnya, perbuatan yang tidak disengaja, karena
kelalaian, kealpaan, kesalahan atau ketidakmampuan, serta pengawasan
terhadap penggunaan keuangan negara yang tidak memadai;
b. Kejadian alam, seperti bencana alam (antara lain, gempa bumi, tanah
longsor, banjir, dan kebakaran) dan proses alamiah (antara lain,
membusuk, menguap, mencair, menyusut, dan mengurai);
c. Peraturan perundangan dan atau situasi moneter/perekonomian, yakni
kerugian keuangan negara karena adanya pengguntingan uang
(sanering), gejolak moneter yang mengakibatkan turunnya nilai uang
sehingga menaikkan jumlah kewajiban negara dan sebagainya.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 4
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
(3) Ditinjau dari segi waktu :
Tinjauan dari waktu di sini dimaksudkan untuk memastikan apakah suatu
kerugian keuangan negara masih dapat dilakukan penuntutannya atau
tidak, baik terhadap bendaharawan, pegawai negeri non bendaharawan,
atau pihak ketiga.
a. Dalam pasal 66 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara disebutkan:
 Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat
lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam
pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan
penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh
hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau
diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.
 Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk
membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun
sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia,
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh
pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah.
b. Dalam hal tuntutan ganti rugi perlu diperhatikan ketentuan kadaluwarsa,
sebagaimana diatur dalam pasal 65 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyebutkan bahwa
kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5
(lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8
(delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan
ganti rugi terhadap yang bersangkutan.
(4) Ditinjau dari cara penyelesaiannya :
a. Tuntutan Pidana/Pidana Khusus (Korupsi)
b. Tuntutan Perdata
c. Tuntutan Perbendaharaan (TP)
d. Tuntutan ganti Rugi (TGR)
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 5
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
4 Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Segi Akuntansi
Menurut Eric L. Kohler1
dalam buku: A Dictionary for Accountants, Loss
adalah:
1. Any item of expense, as in the term profit and loss
2. Any sudden, enexpected, involuntary expense or irrecoverable cost,
often reffered to as a form of nonrecurring charge an expenditure
from which no present or future benefit may be expected. Examples:
the undepreciated cost of buliding destroyed by fire and not covered
by insurance; damages paid in an accident suit; an amount of money
stolen.
3. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling
price;
Jika ditinjau dari sisi akuntansi, maka kerugian diakui dalam laporan laba
rugi dalam hal terjadi penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal. Untuk itu perlu pemahaman mengenai konsep aset dan konsep
kewajiban.
1) Pengertian Aset
Paton (1962) mendefinisikan aset sebagai kekayaan baik dalam bentuk fisik
atau bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu entitas bisnis. Vatter (1947)
meninjau aset dari sisi manfaat yang dihasilkan dengan mendefinisikan aktiva
sebagai manfaant ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa
yang dapat diubah, ditukar atau disimpan. Hal ini sejalan dengan definisi IAI
(2007) yang menyebutkan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang terwujud
dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan,
baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
perusahaan. Demikian juga dengan Financial Accounting Standard Board
(1980) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di
masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu
sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Sedangkan Sprague (1907)
menyatakan bahwa aset yang dimiliki perusahaan harus memiliki nilai dan
perusahaan dapat menikmati/memanfaatkan nilai tersebut.
1
A Dictionary for Accountants, Fifth Edition 1978, Prentice Hall of India, New Delhi
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 6
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
Manfaat yang diperoleh perusahaan berkaitan dengan pemilikan aset dapat
dengan cara-cara (IAI, 2007):
a) digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang
dan jasa yang dijual oleh perusahaan;
b) dipertukarkan dengan aset lain;
c) digunakan untuk menyelesaikan kewajiban; atau
d) dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Definisi aset menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005) adalah
sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
Uraian di atas, menunjukan bahwa definisi aset menurut para ahli dan
Standar Akuntansi Keuangan maupun Standar Akuntansi Pemerintahan tidak
jauh berbeda. Dengan demikian, dapat dirumuskan karakteristik umum aset
sebagai berikut (Ghozali dan Chariri, 2007):
(1) Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang;
(2) Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset;
(3) Berkaitan dengan entitas tertentu;
(4) Menunjukan proses akuntansi;
(5) Berkaitan dengan dimensi waktu;
(6) Berkaitan dengan karakteristik keterukuran.
Dengan mendasarkan pada karakteristik aset tersebut, maka pengakuan
aset menurut IAI (2007) adalah sebagai berikut:
(1) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal;
(2) Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir setelah periode akuntansi
berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini menimbulkan
pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 7
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
Dengan demikian kerugian keuangan ditinjau dari aspek aset entitas
adalah terjadinya penurunan/berkurangnya nilai aset entitas tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat
ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi
syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam konteks keuangan
negara, maka konsep ini diterapkan dalam hal terjadi pengeluaran suatu
sumber/kekayaan negara /daerah (dapat berupa uang, barang) yang seharusnya
tidak dikeluarkan, seperti adanya pengeluaran kas untuk kegiatan fiktif atau
penggelapan kas atau aset negara lainnya.
2) Pengertian Kewajiban
Kam (1990) mendefinisikan kewajiban sebagai suatu keharusan bagi unit
usaha tersebut untuk menyerahkan aset/jasa pada pihak lain di masa
mendatang sebagai akibat dari transaksi di masa yang lalu. FASB (1980)
menyebutkan bahwa kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa
mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas
untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa
mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Konsep yang sama
dikemukakan oleh IAI (2007) yang mengemukakan bahwa kewajiban
merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang menyangkut manfaat ekonomi.
Definisi Kewajiban menurut Standar Akuntansi Pemerintah (2005) adalah
utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Penjelasan lebih lanjut mengenai kewajiban menurut IAI adalah sebagai
berikut:
a) Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu.
b) Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari
kontrak mengikat atau perundang-undangan, biasanya disertai dengan
jumlah terutang dari barang atau jasa yang telah diterima.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 8
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
c) Suatu perbedaan perlu dilakukan antara kewajiban sekarang dan komitmen
di masa depan. Keputusan manajemen perusahaan untuk membeli aset di
masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang.
Kewajiban timbul pada saat aset telah diserahkan atau perusahaan telah
membuat perjanjian yang tidak dapat untuk membeli aset. Kegagalan
untuk memenuhi kewajiban akan menimbulkan konsekuensi ekonomi,
seperti sanksi yang menimbulkan perusahaan mengeluarkan sumber daya
kepada pihak lain.
d) Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk
mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi
untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada
sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan:
● pembayaran kas
● penyerahan aset lain
Dalam kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan dengan menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah
yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
Berdasarkan konsep kewajiban tersebut, maka kerugian keuangan
terjadi dalam hal adanya peningkatan kewajiban entitas, tidak menghasilkan
manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa
depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk
diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara, kerugian
keuangan negara terjadi karena adanya suatu kewajiban negara/daerah yang
seharusnya tidak ada, misalnya utang kepada pihak ketiga berkaitan dengan
pembelian fiktif kendaraan. Kerugian keuangan negara juga terjadi dalam hal
adanya kewajiban negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengakuan kerugian
terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset.
Kerugian segera diakui dalam laporan laba rugi dalam hal pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat
ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat,
untuk diakui dalam neraca sebagai aset.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 9
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian kerugian
keuangan negara menurut undang-undang sejalan dengan pengertian kerugian
menurut akuntansi sehingga dalam menghitung kerugian keuangan negara dapat
menggunakan teknik-teknik yang lazim digunakan dalam akuntansi dan auditing.
5 Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Perhitungan kerugian keuangan negara dalam kasus tindak pidana korupsi
baru dapat dilakukan setelah ditentukan unsur melawan hukumnya sebagai
penyebab timbulnya kerugian keuangan negara.
1) Tujuan
Dengan dipastikannya bahwa kerugian keuangan negara telah terjadi, maka
salah satu unsur/delik korupsi dan atau perdata telah terpenuhi, sedangkan
tujuan dilakukannya penghitungan jumlah kerugian keuangan negara antara
lain adalah:
 Untuk menentukan jumlah uang pengganti/tuntutan ganti rugi yang harus
diselesaikan oleh pihak yang terbukti bersalah bila kepada terpidana
dikenakan pidana tambahan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 dan 18
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999;
 Sebagai salah satu patokan/acuan bagi Jaksa untuk melakukan penuntutan
mengenai berat/ringannya hukuman yang perlu dijatuhkan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan bagi Hakim sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusannya;
 Dalam hal kasus yang terjadi ternyata merupakan kasus perdata atau
lainnya (kekurangan perbendaharaan atau kelalaian PNS), maka
perhitungan kerugian keuangan negara digunakan sebagai bahan
gugatan/penuntutan sesuai ketentuan yang berlaku (Perdata/TP/TGR).
2) Bukti-Bukti dalam Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Penghitungan kerugian keuangan negara adalah merupakan jenis audit
dengan tujuan tertentu, yakni menghitung kerugian keuangan negara sebagai
akibat dari perbuatan melawan hukum. Metode/cara menghitung kerugian
keuangan negara pada dasarnya tidak dapat dipolakan secara seragam. Hal ini
disebabkan sangat beragamnya modus operandi kasus-kasus penyimpangan/
tindak pidana korupsi yang terjadi.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 10
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
Auditor yang melakukan penghitungan kerugian keuangan negara
harus mempunyai pertimbangan profesional untuk menggunakan teknik-teknik
audit yang tepat sepanjang dengan teknik audit yang digunakannya, auditor
memperoleh bukti yang relevan, kompeten dan cukup, serta dapat digunakan
dalam proses peradilan.
Ungkapan yang sering dipakai sebagai panduan dalam melakukan
penghitungan kerugian keuangan negara adalah “Without evidence, there is
no case”. Ungkapan tersebut menggambarkan betapa sangat pentingnya bukti.
Kesalahan dalam memberikan dan menghadirkan bukti di sidang pengadilan
akan berakibat kasus yang diajukan akan ditolak dan atau tersangka akan
dibebaskan dari segala tuduhan. Oleh karena itu auditor harus memahami
secara seksama bukti-bukti apa saja yang dapat diterima menurut hukum
dalam rangka untuk mendukung kearah litigasi. Praktisi hukum, seperti
penyidik juga perlu memahami bahwa auditor bekerja dengan bukti audit
bukan alat bukti, dengan demikian perlu pemahaman mengenai perbedaan alat
bukti dan bukti audit.
Dalam Hukum positif di Indonesia, setidak-tidaknya ada 3 (tiga)
ketentuan yang mengatur masalah bukti, yaitu UU Nomor 8 tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan UU Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang.
Pasal 183 KUHAP menyatakan :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali
apabila sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Berdasarkan pada ketentuan di atas, penjatuhan pidana pada orang
yang didakwa melakukan suatu tindak pidana harus didasarkan pada
sekurang-kurangnya dua alat bukti dan keyakinan hakim. Dari sisi auditor
yang melakukan investigasi atas suatu kasus, adanya ketentuan yang
mensyaratkan minimal 2 (dua) alat bukti ini perlu mendapat perhatian yang
seksama. Walaupun auditor dalam sistem hukum Indonesia bukan
merupakan Penyelidik atau Penyidik seperti yang diatur dalam KUHAP,
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 11
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
namun dalam pelaksanaan tugasnya auditor patut mempertimbangkan hal-
hal yang dapat mendukung dipenuhinya ketentuan seperti diatur dalam
pasal 183 KUHAP ini.
Pengaturan mengenai alat bukti sebagaimana diketahui bahwa alat
bukti yang sah menurut KUHAP pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8
tahun 1981 adalah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk,
keterangan terdakwa. Alat bukti seperti keterangan saksi dan keterangan
terdakwa dapat digunakan oleh penyidik dalam menentukan unsur melawan
hukum, namun tidak serta merta dapat digunakan auditor dalam menghitung
kerugian keuangan, karena auditor memerlukan bukti relevan berupa dokumen
yang dapat digunakan untuk menggambarkan proses akuntansi yang
menyebabkan terjadinya kerugian keuangan negara.
Oleh karena itu, seorang auditor perlu memahami dan mengidentifikasi
jenis-jenis sumber informasi sehingga semua informasi yang diperoleh dapat
menjadi alat bukti yang bermanfaat dalam mendukung atau menguji suatu
fakta/kejadian. Begitu pentingnya alat bukti dalam mendukung dan menguji suatu
fakta atau kejadian sehingga perlu kiranya seorang auditor harus seksama dalam
menggunakan metode bagaimana bukti tersebut dapat diperoleh, dan bagaimana
harus mengamankan dan mengelola bukti-bukti tersebut.
Dalam menyatakan ada/tidaknya kerugian keuangan negara dan berapa
besar kerugian tersebut auditor harus memperoleh bukti yang relevan,
kompeten dan cukup. Untuk memperoleh bukti-bukti audit terdapat 7 (tujuh)
teknik audit yang dapat digunakan seorang auditor yakni memeriksa fisik,
konfirmasi, memeriksa dokumen, reviu analitis, wawancara, menghitung
ulang, dan observasi.
Dalam proses persidangan dimungkinkan terjadinya perbedaan
persepsi mengenai nilai kerugian keuangan negara yang terjadi. Hal ini sejalan
dengan dalil Prof. Mr. Trapman2
yang berpendapat bahwa dalam suatau proses
peradilan pidana, dapat terjadi :
Masing-masing pihak dalam suatu persidangan, yaitu Jaksa
Penuntut Umum, Pembela/Penasihat Hukum, dan Hakim
adalah mempunyai fungsi yang sama, meskipun mereka
masing-masing mempunyai posisi yang berbeda, maka sudah
selayaknyalah masing-masing pihak mempunyai pendirian
yang berbeda pula.
2
Dikutip dari buku Prof. Mr. J.M. Van Bemelem, 1950, “Straaaf Voordering”, halaman 90
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 12
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
Dari dalil di atas, mengenai adanya perbedaan posisi tersebut maka
dalam proses persidangan semua pihak selalu berusaha menggali dan
menemukan fakta-fakta hukum dari setiap alat bukti yang diperiksa, dengan
tujuan untuk mengetahui kebenaran materiil yang sesungguhnya. Dengan
demikian, setiap kasus yang dianggap kontroversial sekalipun pasti akan
disertai dengan adanya argumen dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses
persidangan.
6 Simpulan
Kerugian keuangan negara sebagai salah satu unsur tindak pidana korupsi
adalah kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan
hukum/penyalahgunaan wewenang/sarana/kemampuan yang dimiliki pegawai/
pejabat suatu organisasi pemerintah/BUMN/BUMD/BHMN. Dengan demikian,
penentuan apakah perbuatan melawan hukum tersebut mengakibatkan kerugian
keuangan negara beserta penghitungan kerugian keuangan negara sangat
berpengaruh terhadap proses litigasi dan persidangan atas suatu kasus tindak
pidana korupsi. Dalam tindak pidana korupsi, kerugian keuangan negara yang
terjadi yang bukan disebabkan adanya unsur melawan hukum, tidak dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Kegagalan dalam membuktikan
adanya kerugian keuangan negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan
hukum dan atau penyalahgunaan kewenangan dapat menyebabkan terbebasnya
terdakwa dari dakwaan melakukan TPK.
Pembuktian dan penghitungan kerugian keuangan negara biasanya
meliputi paling tidak tiga aspek, terdiri dari aspek hukum, aspek keuangan negara
dan aspek akuntansi/auditing. Hasil tinjauan atas ketiga sisi tersebut menunjukan
kecenderungan hasil yang sama bahwa kerugian negara adalah berkurangnya
kekayaan negara atau bertambahnya kewajiban negara tanpa diimbangi prestasi,
yang disebabkan oleh suatu perbuatan melawan hukum.
Dalam hal auditor diminta oleh pihak penyidik untuk membantu
menghitung kerugian keuangan Negara, maka penghitungannya didasarkan
kepada bukti-bukti yang relevan kompeten dan cukup yang diperoleh selama
penugasan (memperoleh sendiri, memperoleh dari penyidik dan memperoleh dari
ahli yang kompeten) dengan memperhatikan pada ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Hal yang harus dihindari oleh auditor adalah memperoleh bukti-
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 13
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
bukti secara melawan hukum. Auditor juga harus mampu menerapkan teknik-
teknik audit dan konsep-konsep akuntansi sehingga hasil penghitungan dapat
dipertahankan secara profesi sesuai dengan standar yang berlaku.
Dalam persidangan, kemungkinan dapat terjadi bahwa hasil penghitungan
kerugian keuangan negara menurut auditor berbeda dengan yang diperoleh
penuntut umum dan yang diputuskan oleh hakim. Kondisi ini sangat mungkin
terjadi karena dalam proses persidangan, semua pihak selalu berusaha menggali
dan menemukan fakta-fakta hukum dari setiap alat bukti yang diperiksa, dengan
tujuan untuk mengetahui kebenaran materiil yang sesungguhnya.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 14
FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK
Daftar Pustaka
FASB, 1980, Statement of Financial Accounting Concepts No.3 & 5, Stamford,
Connecticut.
IAI, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat Jakarta
Imam Ghozali dan Anis Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Kam, V., 1992, Accounting Theory, New York: John Wiley and Sons
Paton, W.A., 1962, Accounting Theory, Scholar Book Company
Sprague, C., 1907, The Philosopy of Accounts, Ronald Press
Vatter, W., 1947, The Fund Theory of Accounting and Its Implication for Financial
Reporting, University of Chicago Press.
Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 15

More Related Content

What's hot

akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangrisfanpratama
 
Sumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum Pajak
Sumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum PajakSumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum Pajak
Sumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum PajakYayank Chitato
 
Upaya Penegakan Hukum Pajak
Upaya Penegakan Hukum PajakUpaya Penegakan Hukum Pajak
Upaya Penegakan Hukum Pajakfarhanhajarudin
 
Resume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraResume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraNaufal Adzkieyha
 
Keuangan3
Keuangan3Keuangan3
Keuangan3Fly E
 
Fungsi dan kedudukan hukum pajak
Fungsi dan kedudukan hukum pajakFungsi dan kedudukan hukum pajak
Fungsi dan kedudukan hukum pajakYuliawanti Ginaris
 
5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negara5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negaraDian Oktavia
 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraAde ermawati
 
Pengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakPengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakRizki Alyusra
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARALily Herliana
 

What's hot (18)

akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutang
 
Sumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum Pajak
Sumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum PajakSumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum Pajak
Sumber sumber penerimaan negara, Pajak dan Pengertian Hukum Pajak
 
Upaya Penegakan Hukum Pajak
Upaya Penegakan Hukum PajakUpaya Penegakan Hukum Pajak
Upaya Penegakan Hukum Pajak
 
Resume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negaraResume hukum keuangan negara
Resume hukum keuangan negara
 
Keuangan3
Keuangan3Keuangan3
Keuangan3
 
Fungsi dan kedudukan hukum pajak
Fungsi dan kedudukan hukum pajakFungsi dan kedudukan hukum pajak
Fungsi dan kedudukan hukum pajak
 
Pengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakPengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum Pajak
 
5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negara5. instrumen keuangan negara
5. instrumen keuangan negara
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan Negara
 
Pengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum PajakPengantar Hukum Pajak
Pengantar Hukum Pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
HUKUM PAJAK
HUKUM PAJAKHUKUM PAJAK
HUKUM PAJAK
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
 
Hukum pajak slide
Hukum pajak slideHukum pajak slide
Hukum pajak slide
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
 
Pengawasan terhadap produk hukum yang berbentuk keputusan tata usaha negara m...
Pengawasan terhadap produk hukum yang berbentuk keputusan tata usaha negara m...Pengawasan terhadap produk hukum yang berbentuk keputusan tata usaha negara m...
Pengawasan terhadap produk hukum yang berbentuk keputusan tata usaha negara m...
 
Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1
 

Viewers also liked

`Smart' bandage for faster healing
`Smart' bandage for faster healing`Smart' bandage for faster healing
`Smart' bandage for faster healingOther Mother
 
Industrial_Brochure_Template_8
Industrial_Brochure_Template_8Industrial_Brochure_Template_8
Industrial_Brochure_Template_8Adam Pestka
 
Raport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęć
Raport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęćRaport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęć
Raport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęćFORDATA VDR
 
WE Patients Foundation - Presentation of the team and activities
WE Patients Foundation - Presentation of the team and activitiesWE Patients Foundation - Presentation of the team and activities
WE Patients Foundation - Presentation of the team and activitiesFundacja MY PACJENCI
 
Agc new presentation ar1-12-2015
Agc new presentation ar1-12-2015Agc new presentation ar1-12-2015
Agc new presentation ar1-12-2015shadadi
 
Company Profile
Company ProfileCompany Profile
Company ProfileNAICummins
 
Zenith tv shot semana3
Zenith tv shot semana3Zenith tv shot semana3
Zenith tv shot semana3Zenith España
 
Людина, яка розвиває себе
Людина, яка розвиває себеЛюдина, яка розвиває себе
Людина, яка розвиває себеОлег Суслик
 
Equipo Mecanico de Moldeo
Equipo Mecanico de MoldeoEquipo Mecanico de Moldeo
Equipo Mecanico de MoldeoEdson Garcia
 
advantage and disadvantage of internet
advantage and disadvantage of internet advantage and disadvantage of internet
advantage and disadvantage of internet taimoor43
 

Viewers also liked (14)

`Smart' bandage for faster healing
`Smart' bandage for faster healing`Smart' bandage for faster healing
`Smart' bandage for faster healing
 
Industrial_Brochure_Template_8
Industrial_Brochure_Template_8Industrial_Brochure_Template_8
Industrial_Brochure_Template_8
 
Resume
ResumeResume
Resume
 
Manual del usuario
Manual del usuarioManual del usuario
Manual del usuario
 
GESTE 2015
GESTE 2015GESTE 2015
GESTE 2015
 
Raport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęć
Raport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęćRaport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęć
Raport M&A Index Poland - intensywny 4Q 2015 na rynku fuzji i przejęć
 
WE Patients Foundation - Presentation of the team and activities
WE Patients Foundation - Presentation of the team and activitiesWE Patients Foundation - Presentation of the team and activities
WE Patients Foundation - Presentation of the team and activities
 
Agc new presentation ar1-12-2015
Agc new presentation ar1-12-2015Agc new presentation ar1-12-2015
Agc new presentation ar1-12-2015
 
Company Profile
Company ProfileCompany Profile
Company Profile
 
Zenith tv shot semana3
Zenith tv shot semana3Zenith tv shot semana3
Zenith tv shot semana3
 
Людина, яка розвиває себе
Людина, яка розвиває себеЛюдина, яка розвиває себе
Людина, яка розвиває себе
 
Equipo Mecanico de Moldeo
Equipo Mecanico de MoldeoEquipo Mecanico de Moldeo
Equipo Mecanico de Moldeo
 
Родинний затишок
Родинний затишокРодинний затишок
Родинний затишок
 
advantage and disadvantage of internet
advantage and disadvantage of internet advantage and disadvantage of internet
advantage and disadvantage of internet
 

Similar to Ceramah fh

Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...Andy Susanto
 
Pengantar pelaksanaan anggaran
Pengantar pelaksanaan anggaranPengantar pelaksanaan anggaran
Pengantar pelaksanaan anggaranTatang Suwandi
 
9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teorivespa
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraFox Broadcasting
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di IndonesiaJulham Efendi
 
Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)
Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)
Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)Lerihardiansaputra
 
PERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptx
PERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptxPERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptx
PERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptxdrerwinsuherman
 
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)Ihsan Dwi Gunawan
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makroghiyats dewantara
 
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptxMateri Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptxTomiSubiakto
 
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARATINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARAAry Efendi
 
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)Researcher Syndicate68
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakasrikartini
 

Similar to Ceramah fh (20)

Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
Optimalisasi peran penyidik tipikor dalam upaya pengembalian kerugian keuanga...
 
Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...
Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...
Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...
 
Pengantar pelaksanaan anggaran
Pengantar pelaksanaan anggaranPengantar pelaksanaan anggaran
Pengantar pelaksanaan anggaran
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori
 
HAN KEL 5.pptx
HAN KEL 5.pptxHAN KEL 5.pptx
HAN KEL 5.pptx
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesia
 
Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)
Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)
Leri hardian (tugas prak.komputer & adm perpajakan)
 
Tindak pidana di bidang perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakanTindak pidana di bidang perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan
 
PERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptx
PERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptxPERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptx
PERAN TPK DALAM PENGAWASAN DAN PENINDAKAN.pptx
 
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptxMateri Bangkit Agustus 2023 -  3 prodi.pptx
Materi Bangkit Agustus 2023 - 3 prodi.pptx
 
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARATINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
 
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
 

Recently uploaded

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

Ceramah fh

  • 1.
  • 2. DAFTAR ISI 1. Latar Belakang.................................................................... 1 2. Pengertian Keuangan Negara............................................. 2 3. Kerugian Keuangan Negara............................................... 3 1) Pengertian Kerugian Keuangan Negara 2) Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan Negara 4. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Segi Akuntansi. 6 1) Pengertian Aset 2) Pengertian Kewajiban 5. Penghitungan Kerugian Keuangan Negara........................ 10 1) Tujuan 2) Bukti-Bukti dalam Penghitungan Kerugian Keuangan Negara 6. Simpulan............................................................................. 13
  • 3. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK 1 Latar Belakang Sering dalam proses peradilan kasus korupsi menjadi perhatian publik karena diliput secara luas oleh media massa, baik cetak maupun elektronik. Perdebatan kemudian terjadi antar pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses hukum kasus korupsi tersebut, bahkan muncul dalam bentuk dialog di televisi maupun radio yang menampilkan wakil dari pihak penegak hukum dan tersangka. Salah satu topik perdebatan yang sering dikemukakan adalah mengenai kerugian keuangan negara yang disebabkan oleh pelaku yang diduga melawan hukum. Kerugian keuangan negara berkaitan dengan pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan bahwa salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam mengungkap terjadinya tindak pidana korupsi adalah dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tidak memberikan rumusan definitif yang jelas dan tegas mengenai apa yang disebut kerugian keuangan negara. Uraian mengenai kerugian keuangan negara hanya diberikan dalam penjelasan pasal 32 yang menyatakan bahwa kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Uraian dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di atas, ditengarai memicu perbedaan persepsi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam sistem hukum tindak pidana korupsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti hakim, penuntut umum, penyidik, pengacara, auditor dan para pengamat hukum. Apabila dicermati, sebenarnya perbedaan persepsi tersebut sah- sah saja, namun pemikiran yang jernih mengenai kerugian keuangan negara perlu dikedepankan untuk menyeimbangkan antara asas keadilan dan kewajiban bersama untuk menyelamatkan keuangan negara. Calon-calon praktisi hukum perlu memperoleh bekal yang memadai mengenai kerugian keuangan negara, yakni dengan mengikuti pembahasan kerugian keuangan negara secara kritis dari berbagai aspek, terutama dari sisi keuangan negara, akuntansi, dan audit. Makalah ini akan membahas kerugian keuangan negara dengan menggunakan pendekatan keuangan negara, akuntansi Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 1
  • 4. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK dan audit. Hasil yang diharapkan dari makalah ini adalah adanya gambaran yang utuh mengenai kerugian keuangan negara sehingga memberikan bekal yang cukup bagi calon praktisi hukum, khususnya berkaitan dengan proses hukum kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi. 2 Pengertian Keuangan Negara Pengertian keuangan negara dapat dilihat dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yakni semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Sedangkan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena: a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik tingkat pusat maupun di daerah b) berada dalam penguasan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian keuangan negara dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah sejalan. Keuangan negara tidak semata- mata yang berbentuk uang, tetapi termasuk segala hak dan kewajiban (dalam bentuk apapun) yang dapat diukur dengan nilai uang. Pengertian keuangan negara juga mempunyai arti luas yang meliputi keuangan negara yang berasal dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan pada hakikatnya seluruh harta kekayaan negara sebagai suatu sistem keuangan negara. Jika menggunakan pendekatan proses, keuangan negara dapat diartikan sebagai segala sesuatu kegiatan atau aktivitas yang berkaitan erat dengan uang yang diterima atau dibentuk berdasarkan hak istimewa negara untuk kepentingan publik. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 2
  • 5. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK 3 Kerugian Keuangan Negara 1) Pengertian Kerugian Keuangan Negara UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU Nomor 31 Tahun 1999 tidak memberikan rumusan yang jelas dan tegas mengenai apa yang disebut kerugian keuangan Negara. Dalam penjelasan pasal 32 hanya dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Adapun siapa instansi berwenang yang dimaksud, tidak dijelaskan lebih lanjut. Namun demikian, mengacu pada beberapa ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka sekurang- kurangnya tiga instansi mempunyai kewenangan dimaksud, yakni BPK, BPKP, dan Inspektorat baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam perspektif Undang-Undang tersebut, kerugian keuangan negara adalah yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum atau tindakan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukannya dan hal tersebut dilakukan dalam hubungannya dengan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Dengan memperhatikan rumusan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 31/1999, maka kerugian keuangan negara tersebut dapat berbentuk:  Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang, barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan.  Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah lebih besar dari yang seharusnya menurut kriteria yang berlaku.  Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima (termasuk diantaranya penerimaan dengan uang palsu, barang fiktif).  Penerimaan sumber/kekayaan negara/daerah lebih kecil/rendah dari yang seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tidak sesuai).  Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 3
  • 6. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK  Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya.  Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima menurut aturan yang berlaku.  Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya diterima. 2) Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan Negara Hal-hal yang dapat merugikan keuangan negara dapat ditinjau dari pelaku, sebab, waktu, dan cara penyelesaiannya. (1) Ditinjau dari Pelaku : a. Perbuatan Bendaharawan yang dapat menimbulkan kekurangan perbendaharaan, disebabkan oleh antara lain adanya pembayaran, pemberian atau pengeluaran kepada pihak yang tidak berhak, pertanggungjawaban/laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan, penggelapan, tindak pidana korupsi, dan kecurian karena kelalaian; b. Pegawai negeri non bendaharawan, dapat merugikan keuangan negara dengan cara antara lain pencurian atau penggelapan, penipuan, tindak pidana korupsi, dan menaikkan harga atau merubah mutu barang; c. Pihak ketiga dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara dengan cara antara lain menaikkan harga atas dasar kerjasama dengan pejabat yang berwenang, dan tidak menepati perjanjian (wanprestasi); (2) Ditinjau dari sebabnya : a. Perbuatan manusia, yakni perbuatan yang disengaja seperti diuraikan pada point sebelumnya, perbuatan yang tidak disengaja, karena kelalaian, kealpaan, kesalahan atau ketidakmampuan, serta pengawasan terhadap penggunaan keuangan negara yang tidak memadai; b. Kejadian alam, seperti bencana alam (antara lain, gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran) dan proses alamiah (antara lain, membusuk, menguap, mencair, menyusut, dan mengurai); c. Peraturan perundangan dan atau situasi moneter/perekonomian, yakni kerugian keuangan negara karena adanya pengguntingan uang (sanering), gejolak moneter yang mengakibatkan turunnya nilai uang sehingga menaikkan jumlah kewajiban negara dan sebagainya. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 4
  • 7. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK (3) Ditinjau dari segi waktu : Tinjauan dari waktu di sini dimaksudkan untuk memastikan apakah suatu kerugian keuangan negara masih dapat dilakukan penuntutannya atau tidak, baik terhadap bendaharawan, pegawai negeri non bendaharawan, atau pihak ketiga. a. Dalam pasal 66 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebutkan:  Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan.  Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah. b. Dalam hal tuntutan ganti rugi perlu diperhatikan ketentuan kadaluwarsa, sebagaimana diatur dalam pasal 65 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang menyebutkan bahwa kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan. (4) Ditinjau dari cara penyelesaiannya : a. Tuntutan Pidana/Pidana Khusus (Korupsi) b. Tuntutan Perdata c. Tuntutan Perbendaharaan (TP) d. Tuntutan ganti Rugi (TGR) Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 5
  • 8. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK 4 Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Segi Akuntansi Menurut Eric L. Kohler1 dalam buku: A Dictionary for Accountants, Loss adalah: 1. Any item of expense, as in the term profit and loss 2. Any sudden, enexpected, involuntary expense or irrecoverable cost, often reffered to as a form of nonrecurring charge an expenditure from which no present or future benefit may be expected. Examples: the undepreciated cost of buliding destroyed by fire and not covered by insurance; damages paid in an accident suit; an amount of money stolen. 3. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling price; Jika ditinjau dari sisi akuntansi, maka kerugian diakui dalam laporan laba rugi dalam hal terjadi penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Untuk itu perlu pemahaman mengenai konsep aset dan konsep kewajiban. 1) Pengertian Aset Paton (1962) mendefinisikan aset sebagai kekayaan baik dalam bentuk fisik atau bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu entitas bisnis. Vatter (1947) meninjau aset dari sisi manfaat yang dihasilkan dengan mendefinisikan aktiva sebagai manfaant ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah, ditukar atau disimpan. Hal ini sejalan dengan definisi IAI (2007) yang menyebutkan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Demikian juga dengan Financial Accounting Standard Board (1980) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Sedangkan Sprague (1907) menyatakan bahwa aset yang dimiliki perusahaan harus memiliki nilai dan perusahaan dapat menikmati/memanfaatkan nilai tersebut. 1 A Dictionary for Accountants, Fifth Edition 1978, Prentice Hall of India, New Delhi Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 6
  • 9. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK Manfaat yang diperoleh perusahaan berkaitan dengan pemilikan aset dapat dengan cara-cara (IAI, 2007): a) digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan; b) dipertukarkan dengan aset lain; c) digunakan untuk menyelesaikan kewajiban; atau d) dibagikan kepada pemilik perusahaan. Definisi aset menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005) adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Uraian di atas, menunjukan bahwa definisi aset menurut para ahli dan Standar Akuntansi Keuangan maupun Standar Akuntansi Pemerintahan tidak jauh berbeda. Dengan demikian, dapat dirumuskan karakteristik umum aset sebagai berikut (Ghozali dan Chariri, 2007): (1) Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang; (2) Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset; (3) Berkaitan dengan entitas tertentu; (4) Menunjukan proses akuntansi; (5) Berkaitan dengan dimensi waktu; (6) Berkaitan dengan karakteristik keterukuran. Dengan mendasarkan pada karakteristik aset tersebut, maka pengakuan aset menurut IAI (2007) adalah sebagai berikut: (1) Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal; (2) Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir setelah periode akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam ini menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 7
  • 10. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK Dengan demikian kerugian keuangan ditinjau dari aspek aset entitas adalah terjadinya penurunan/berkurangnya nilai aset entitas tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara, maka konsep ini diterapkan dalam hal terjadi pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara /daerah (dapat berupa uang, barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan, seperti adanya pengeluaran kas untuk kegiatan fiktif atau penggelapan kas atau aset negara lainnya. 2) Pengertian Kewajiban Kam (1990) mendefinisikan kewajiban sebagai suatu keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan aset/jasa pada pihak lain di masa mendatang sebagai akibat dari transaksi di masa yang lalu. FASB (1980) menyebutkan bahwa kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Konsep yang sama dikemukakan oleh IAI (2007) yang mengemukakan bahwa kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang menyangkut manfaat ekonomi. Definisi Kewajiban menurut Standar Akuntansi Pemerintah (2005) adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai kewajiban menurut IAI adalah sebagai berikut: a) Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. b) Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau perundang-undangan, biasanya disertai dengan jumlah terutang dari barang atau jasa yang telah diterima. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 8
  • 11. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK c) Suatu perbedaan perlu dilakukan antara kewajiban sekarang dan komitmen di masa depan. Keputusan manajemen perusahaan untuk membeli aset di masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang. Kewajiban timbul pada saat aset telah diserahkan atau perusahaan telah membuat perjanjian yang tidak dapat untuk membeli aset. Kegagalan untuk memenuhi kewajiban akan menimbulkan konsekuensi ekonomi, seperti sanksi yang menimbulkan perusahaan mengeluarkan sumber daya kepada pihak lain. d) Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan: ● pembayaran kas ● penyerahan aset lain Dalam kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan dengan menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Berdasarkan konsep kewajiban tersebut, maka kerugian keuangan terjadi dalam hal adanya peningkatan kewajiban entitas, tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara, kerugian keuangan negara terjadi karena adanya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada, misalnya utang kepada pihak ketiga berkaitan dengan pembelian fiktif kendaraan. Kerugian keuangan negara juga terjadi dalam hal adanya kewajiban negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengakuan kerugian terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset. Kerugian segera diakui dalam laporan laba rugi dalam hal pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 9
  • 12. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian kerugian keuangan negara menurut undang-undang sejalan dengan pengertian kerugian menurut akuntansi sehingga dalam menghitung kerugian keuangan negara dapat menggunakan teknik-teknik yang lazim digunakan dalam akuntansi dan auditing. 5 Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Perhitungan kerugian keuangan negara dalam kasus tindak pidana korupsi baru dapat dilakukan setelah ditentukan unsur melawan hukumnya sebagai penyebab timbulnya kerugian keuangan negara. 1) Tujuan Dengan dipastikannya bahwa kerugian keuangan negara telah terjadi, maka salah satu unsur/delik korupsi dan atau perdata telah terpenuhi, sedangkan tujuan dilakukannya penghitungan jumlah kerugian keuangan negara antara lain adalah:  Untuk menentukan jumlah uang pengganti/tuntutan ganti rugi yang harus diselesaikan oleh pihak yang terbukti bersalah bila kepada terpidana dikenakan pidana tambahan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 dan 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999;  Sebagai salah satu patokan/acuan bagi Jaksa untuk melakukan penuntutan mengenai berat/ringannya hukuman yang perlu dijatuhkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan bagi Hakim sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusannya;  Dalam hal kasus yang terjadi ternyata merupakan kasus perdata atau lainnya (kekurangan perbendaharaan atau kelalaian PNS), maka perhitungan kerugian keuangan negara digunakan sebagai bahan gugatan/penuntutan sesuai ketentuan yang berlaku (Perdata/TP/TGR). 2) Bukti-Bukti dalam Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Penghitungan kerugian keuangan negara adalah merupakan jenis audit dengan tujuan tertentu, yakni menghitung kerugian keuangan negara sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum. Metode/cara menghitung kerugian keuangan negara pada dasarnya tidak dapat dipolakan secara seragam. Hal ini disebabkan sangat beragamnya modus operandi kasus-kasus penyimpangan/ tindak pidana korupsi yang terjadi. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 10
  • 13. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK Auditor yang melakukan penghitungan kerugian keuangan negara harus mempunyai pertimbangan profesional untuk menggunakan teknik-teknik audit yang tepat sepanjang dengan teknik audit yang digunakannya, auditor memperoleh bukti yang relevan, kompeten dan cukup, serta dapat digunakan dalam proses peradilan. Ungkapan yang sering dipakai sebagai panduan dalam melakukan penghitungan kerugian keuangan negara adalah “Without evidence, there is no case”. Ungkapan tersebut menggambarkan betapa sangat pentingnya bukti. Kesalahan dalam memberikan dan menghadirkan bukti di sidang pengadilan akan berakibat kasus yang diajukan akan ditolak dan atau tersangka akan dibebaskan dari segala tuduhan. Oleh karena itu auditor harus memahami secara seksama bukti-bukti apa saja yang dapat diterima menurut hukum dalam rangka untuk mendukung kearah litigasi. Praktisi hukum, seperti penyidik juga perlu memahami bahwa auditor bekerja dengan bukti audit bukan alat bukti, dengan demikian perlu pemahaman mengenai perbedaan alat bukti dan bukti audit. Dalam Hukum positif di Indonesia, setidak-tidaknya ada 3 (tiga) ketentuan yang mengatur masalah bukti, yaitu UU Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pasal 183 KUHAP menyatakan : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Berdasarkan pada ketentuan di atas, penjatuhan pidana pada orang yang didakwa melakukan suatu tindak pidana harus didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti dan keyakinan hakim. Dari sisi auditor yang melakukan investigasi atas suatu kasus, adanya ketentuan yang mensyaratkan minimal 2 (dua) alat bukti ini perlu mendapat perhatian yang seksama. Walaupun auditor dalam sistem hukum Indonesia bukan merupakan Penyelidik atau Penyidik seperti yang diatur dalam KUHAP, Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 11
  • 14. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK namun dalam pelaksanaan tugasnya auditor patut mempertimbangkan hal- hal yang dapat mendukung dipenuhinya ketentuan seperti diatur dalam pasal 183 KUHAP ini. Pengaturan mengenai alat bukti sebagaimana diketahui bahwa alat bukti yang sah menurut KUHAP pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 adalah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Alat bukti seperti keterangan saksi dan keterangan terdakwa dapat digunakan oleh penyidik dalam menentukan unsur melawan hukum, namun tidak serta merta dapat digunakan auditor dalam menghitung kerugian keuangan, karena auditor memerlukan bukti relevan berupa dokumen yang dapat digunakan untuk menggambarkan proses akuntansi yang menyebabkan terjadinya kerugian keuangan negara. Oleh karena itu, seorang auditor perlu memahami dan mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi sehingga semua informasi yang diperoleh dapat menjadi alat bukti yang bermanfaat dalam mendukung atau menguji suatu fakta/kejadian. Begitu pentingnya alat bukti dalam mendukung dan menguji suatu fakta atau kejadian sehingga perlu kiranya seorang auditor harus seksama dalam menggunakan metode bagaimana bukti tersebut dapat diperoleh, dan bagaimana harus mengamankan dan mengelola bukti-bukti tersebut. Dalam menyatakan ada/tidaknya kerugian keuangan negara dan berapa besar kerugian tersebut auditor harus memperoleh bukti yang relevan, kompeten dan cukup. Untuk memperoleh bukti-bukti audit terdapat 7 (tujuh) teknik audit yang dapat digunakan seorang auditor yakni memeriksa fisik, konfirmasi, memeriksa dokumen, reviu analitis, wawancara, menghitung ulang, dan observasi. Dalam proses persidangan dimungkinkan terjadinya perbedaan persepsi mengenai nilai kerugian keuangan negara yang terjadi. Hal ini sejalan dengan dalil Prof. Mr. Trapman2 yang berpendapat bahwa dalam suatau proses peradilan pidana, dapat terjadi : Masing-masing pihak dalam suatu persidangan, yaitu Jaksa Penuntut Umum, Pembela/Penasihat Hukum, dan Hakim adalah mempunyai fungsi yang sama, meskipun mereka masing-masing mempunyai posisi yang berbeda, maka sudah selayaknyalah masing-masing pihak mempunyai pendirian yang berbeda pula. 2 Dikutip dari buku Prof. Mr. J.M. Van Bemelem, 1950, “Straaaf Voordering”, halaman 90 Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 12
  • 15. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK Dari dalil di atas, mengenai adanya perbedaan posisi tersebut maka dalam proses persidangan semua pihak selalu berusaha menggali dan menemukan fakta-fakta hukum dari setiap alat bukti yang diperiksa, dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran materiil yang sesungguhnya. Dengan demikian, setiap kasus yang dianggap kontroversial sekalipun pasti akan disertai dengan adanya argumen dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses persidangan. 6 Simpulan Kerugian keuangan negara sebagai salah satu unsur tindak pidana korupsi adalah kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum/penyalahgunaan wewenang/sarana/kemampuan yang dimiliki pegawai/ pejabat suatu organisasi pemerintah/BUMN/BUMD/BHMN. Dengan demikian, penentuan apakah perbuatan melawan hukum tersebut mengakibatkan kerugian keuangan negara beserta penghitungan kerugian keuangan negara sangat berpengaruh terhadap proses litigasi dan persidangan atas suatu kasus tindak pidana korupsi. Dalam tindak pidana korupsi, kerugian keuangan negara yang terjadi yang bukan disebabkan adanya unsur melawan hukum, tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Kegagalan dalam membuktikan adanya kerugian keuangan negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum dan atau penyalahgunaan kewenangan dapat menyebabkan terbebasnya terdakwa dari dakwaan melakukan TPK. Pembuktian dan penghitungan kerugian keuangan negara biasanya meliputi paling tidak tiga aspek, terdiri dari aspek hukum, aspek keuangan negara dan aspek akuntansi/auditing. Hasil tinjauan atas ketiga sisi tersebut menunjukan kecenderungan hasil yang sama bahwa kerugian negara adalah berkurangnya kekayaan negara atau bertambahnya kewajiban negara tanpa diimbangi prestasi, yang disebabkan oleh suatu perbuatan melawan hukum. Dalam hal auditor diminta oleh pihak penyidik untuk membantu menghitung kerugian keuangan Negara, maka penghitungannya didasarkan kepada bukti-bukti yang relevan kompeten dan cukup yang diperoleh selama penugasan (memperoleh sendiri, memperoleh dari penyidik dan memperoleh dari ahli yang kompeten) dengan memperhatikan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal yang harus dihindari oleh auditor adalah memperoleh bukti- Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 13
  • 16. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK bukti secara melawan hukum. Auditor juga harus mampu menerapkan teknik- teknik audit dan konsep-konsep akuntansi sehingga hasil penghitungan dapat dipertahankan secara profesi sesuai dengan standar yang berlaku. Dalam persidangan, kemungkinan dapat terjadi bahwa hasil penghitungan kerugian keuangan negara menurut auditor berbeda dengan yang diperoleh penuntut umum dan yang diputuskan oleh hakim. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena dalam proses persidangan, semua pihak selalu berusaha menggali dan menemukan fakta-fakta hukum dari setiap alat bukti yang diperiksa, dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran materiil yang sesungguhnya. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 14
  • 17. FE CERAMAH ILMIAH – FAKULTAS HUKUM UNPAK Daftar Pustaka FASB, 1980, Statement of Financial Accounting Concepts No.3 & 5, Stamford, Connecticut. IAI, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat Jakarta Imam Ghozali dan Anis Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Kam, V., 1992, Accounting Theory, New York: John Wiley and Sons Paton, W.A., 1962, Accounting Theory, Scholar Book Company Sprague, C., 1907, The Philosopy of Accounts, Ronald Press Vatter, W., 1947, The Fund Theory of Accounting and Its Implication for Financial Reporting, University of Chicago Press. Memahami Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Unsur Tindak Pidana Korupsi 15